Anda di halaman 1dari 8

A. Teori Keperawatan Dorothy E.

Johnson
Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk
membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah
timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari 2 sistem yaitu
sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah
sistem eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang diakatan
sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosial terjadap
lingkunagn internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehatannya.
Menurut Johnson ada 4 tujuan asuhan keperawatan kepada individu, yaitu agar tingkah
lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap
perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta
mampu mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.
1. Perilaku (Behavior)
Johnson menerima definisi perilaku seperti dinyatakan oleh para ahli perilaku
dan biologi: output dari struktur dan proses-proses intra-organismik yang keduanya
dikoordinasi dan diartikulasi dan bersifat responsive terhadap perubahan-perubahan
dalam sensory stimulation. Johnson menfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi
oleh kehadiran aktual dan tak langsung makhluk sosial lain yang telah ditunjukkan
mempunyai signifikansi adaptif utama.
2. Sistem
Dengan memakai definisi sistem oleh Rapoport tahun 1968, Johnson
menyatakan, “A sistem is a whole that functions as a whole by virtue of the
interpedence of its part.” (sistem merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson menerima
pernyataan dari Chin yakni terdapat “organisasi, interaksi, interpenden dan integrasi
bagian dan elemen-elemen”. Disamping itu, manusia berusaha menjaga
keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adaptasi terhadap
kekuatan yang mengenai mereka.
3. Sistem perilaku (Behaviora sistem)
Sistem perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap dengan
maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi teroraganisasi dan
terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi antara seseorang dengan
lingkunganya dan menciptakan hubungan seseorang dengan obyek, peristiwa dan
situasi dengan lingkunganya. Biasanya sikap dapat digambarkan dan dijelaskan.
Manusia sebagai sistem perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan
keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada beberapa
tingkatan untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi. Sistem biasanya cukup
fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang diakibatkannya.
4. Subsistem
Karena behavioral sistem memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-
bagian sistem berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu
subsistem merupakan “sistem kecil dengan tujuan khusus sendiri dan berfungsi
dapat dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau lingkungan tidak
diganggu”. Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka,
terhubung dan saling berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsung
aktifitas subsistem-subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan
kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran. Sistem yang dijelaskan tampak ada
cross-culturally dan dikontrol oleh faktor biologis, psikologi dan sosiologi.

Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan pendekatan
sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sitem perilakuyang selalu ingin
mencapai keseimgangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun eksternal,
juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang
ditimbulkanya. Sebagai suatu sistem , didalamnya terdapat komponen sub sistem yang
membentuk sistem tersebut, diantaranya komponen sub sistem yang membentuk sistem
perilaku menurut Johnson adalah sebagai berikut.

1. Ingestif, yaitu sumber dalam memelihara integritas serta mencapai kesenagan


dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan.
2. Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui kterampilan yang
kreatif.
3. Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dan
berbagai ancaman yang ada di lingkungan.
4. Eliminasi, merupakan bentuk pengelauran segala sesuatu dari sampah atau
barang yang tidak berguna secara biologis
5. Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan dicintai.
6. Gabungan/tambahan, merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan
dalam mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam
kehidupan social, keamanan, dan kelangsungan hidup.
7. Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam
mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.

B. Teori Madeleine Leininger (Cultural Diversity and Universality)


Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and
universality, atau yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya,
Leininger memfokuskan pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun
kemudian dia menemukan teori cultural diversity and universality yang semula
disadarinya dari kebutuhan khusus anak karena didasari latar belakang budaya yang
berbeda. Transcultural nursing merupakan subbidang dari praktik keperawatan yang
telah diadakan penelitiannya. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan
pelayanan kesehatan berbasis budaya. Bahasan yang khusus dalam teori Leininger,
antara lain adalah :
1. Culture : Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan,
norma, cara hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk
berfikir, membuat keputusan, serta motif tindakan yang diambil.
2. Culture care : Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang
berkaitan dengan nilai yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang
membantu, menfasilitasi atau memampukan individu atau kelompok untuk
mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki kondisi kesehatan, menangani
penyakit, cacat, atau kematian.
3. Diversity : Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat
kesehatan, serta asuhan keperawatan.
4. Universality : Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait
konsep sehat dan asuhan keperawatan.
5. Worldview : Cara seseorang memandang dunianya
6. Ethnohistory : Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok,
budaya, lembaga, terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup
manusia dalam sebuah budaya dalam jangka waktu tertentu.
Untuk membantu perawat dalam menvisualisasikan Teori Leininger, maka
Leininger menjalaskan teorinya dengan model sunrise. Model ini adalah sebuah peta
kognitif yang bergerak dari yang paling abstrak, ke yang sederhana dalam menyajikan
faktor penting teorinya secara holistik.

Sunrise model dikembangkan untuk memvisualisasikan dimensi tentang


pemahaman perawat mengenai budaya yang berdeda-beda. Perawat dapat
menggunakan model ini saat melakukan pengkajian dan perencanaan asuhan
keperawatan, pada pasien dengan berbagai latar belakang budaya. Meskipun model ini
bukan merupakan teori, namun setidaknya model ini dapat dijadikan sebagai panduan
untuk memahami aspek holistik, yakni biopsikososiospiritual dalam proses perawatan
klien. Selain itu, sunrise model ini juga dapat digunakan oleh perawat komunitas untuk
menilai faktor cultural care pasien (individu, kelompok, khususnya keluarga) untuk
mendapatkan pemahaman budaya klien secara menyeluruh. Sampai pada akhirnya,
klien akan merasa bahwa perawat tidak hanya melihat penyakit serta kondisi emosional
yang dimiliki pasien. Namun, merawat pasien secara lebih menyeluruh. Adapun,
sebelum melakukan pengkajian terhadap kebutuhan berbasis budaya kepada klien,
perawat harus menyadari dan memahami terlebih dahulu budaya yang dimilki oleh
dirinya sendiri. Jika tidak, maka bisa saja terjadi cultural imposition.

C. Teori Adaptasi Callista Roy


Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy
(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti
diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan
untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua
rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,
jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia
mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun
negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan


keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai
“Holistic adaptif sistem”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
Sistem adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai
kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-
bagiannya. Sistem terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991
), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan
stimulus residual.
a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara
bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti
anemia, isolasi sosial.
c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi
ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang
di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan
output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural
dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari
regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.
b) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku
output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk
kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat
dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement
(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan
penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon
yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses
kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan
atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan
terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari
seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan
konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut
Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem
adaptasi.
Daftar Pustaka

Basford, Lynn, 2006, Teori dan Praktik Keperawatan, EGC, Jakarta.

https://www.scribd.com/document/343572310/Teori-Keperawatan-Dorothy-e-Johnson

Johnson, Betty M & Pamela B. Webber. 2005. Theory and Reasoning in Nursing. Virginia:
Wolters Kluwer

Sagar, Priscilla Limbo. 2014.Transculural Nursing Education Strategies. United States:


Spinger Publishing Company.

George, J.B. 1995. Nursing Theories. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall.

Aplikasi Teori Transcultural Nursing dalam Proses Keperawatan oleh Rahayu Iskandar, Ners,
M.Kep. Diperoleh, 19 Februari 2015, dari,
https://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger .

Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Diakses, 23 Februari 2015, dari
https://books.google.co.id/books?
id=LKpz4vwQyT8C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false.

Janes, Sharyn & Karen Saucier Lundy. 2009. Community Health Nursing-Caring for the
Public’s Health-Third Edition. United States: Jones & Barklett Learning. Diakses, 23 Februari
2015, dari https://books.google.co.id/books?
id=OYAmBgAAQBAJ&pg=PA286&dq=sunrise+model&hl=id&sa=X&ei=nMbqVIHP
K4eLuATx1oKwCw&redir_esc=y#v=onepage&q=sunrise%20model&f=false.

Anda mungkin juga menyukai