Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu
bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada
perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,
mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia,
kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang
kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian
besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui
proses keperawatan.
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam
melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori
keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu
kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata,
sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka
konseptual atau model keperawatan.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata
atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang
didasari fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara
langsung. Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan
atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan
sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model
konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat di
rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaiamana Konsep dan Teori Keperawatan menurut Dorothy E.Johnson ?
2. Bagaimana aplikasi asuhan keperawatannya ?
1.3 Tujuan Makalah

1.3.1 Tujuan Umum


Diketahuinya gambaran tentang “Konsep dan Teori Dasar Keperawatan
Menurut Dorothy E.Jhonson dan aplikasi asuhan keperawatannya”.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tentang “Konsep dan Teori Dasar Keperawatan
Menurut Dorothy E.Jhonson daan aplikasi asuhan keperawatannya”.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat Makalah ini sebagai berikut:
1.4.1 Untuk Kepentingan Pembaca
Memberikan motivasi pada pembaca untuk mengetahui lebih lanjut
tentang Konsep dan Teori Dasar Keperawatan Menurut Dorothy E.Jhonson dan
aplikasi asuhan keperawatannya”.
1.4.2 Untuk Kepentingan Institusi
Sebagai bahan acuan dalam meningkatkan penulisan makalah
bagimahasiswa dan mahasiswi.
1.4.3 Untuk Kepentingan Penulis
Menambah wawasan tentang “Konsep dan Teori Dasar Keperawatan Menurut
Dorothy E.Jhonson dan aplikasi asuhan keperawatannya”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biografi
Dorothy Johnson dilahirkan di Savannah, Georgia pada tahun 1919. Dia
seorang Sarjana Muda Dalam Ilmu Pengetahuan Keperawatan dari Universitas
Vanderbilt, Nashville, Tennesse dan tentang ilmu kesehatandari Harvard. Dia
memulai penerbitan idenya tentang keperawatan segera setelah wisuda dari
Vanderbilt. Kebanyakan waktunya untuk berkarier sebagai guru di universitas dari
California, Los Angles. Dia mengerjakan tugasnya seperti Guru Besar dan pension
pada tanggal 1 Januari 1978, dan setelah itu berada diFlorida.
Dorothy Johnson mempengaruhi profesinya melalui penerbitan
karyanya sejak tahun 1950. Sepanjang kariernya, Johnson telah menekan kepentingan
dari penelitian yang mendasari ilmu perawatan oleh perawat kepada klien. Johnson
merupakan pencetus awal dari keperawatan sebagai satu pengetahuan seperti halnya
suatu seni. Johnson adalah seorang perawat yang mempunyai satu pengetahuan yang
mencerminkan keduanya, yaitu pengetahuan dan seni. Johnson mengajukan bahwa
ilmu pengetahuan dari keperawatan penting bagi perawatan yang dilaksanakan oleh
perawat secara efektif yang meliputi satu konsep kunci yang diambil dari dasar dan
ilmu terapan.
Pada tahun 1968, Johnson mengusulkan model keperawatannya sebagai
wujud perkembangan dari "Efisien dan Fungsi Tingkah Laku yang Efektif pada
Pasien untuk Mencegah Penyakit”. Dalam posisi ini Johnson mulai mengintegrasikan
konsep berhubungan ke model sistem pekerjaannya, selanjutnya digambarkan oleh
pernyataan dari kepercayaan bahwa keperawatan dikaitkan dengan satu orang sebagai
satu keutuhan yang terintegrasi dan pada pengetahuan spesifik dari objek yang kita
perlukan. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dan mempedulikan keutamaan
klien.

2.2 Konsep dan Teori Keperawatan


Teori system perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni
tujuan tujuan perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau
mengobati dari penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada
pasien sebagi individu dan bukan pada entitas yang spesifik.
Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi
dan etnologi untuk membangun teorinya . ia menyandarkan sepenuhnya pada toeri
system-sistem dan menggunakan konsep dan definisi dari A. Rapoport,R. Chin dan
W.Buckley. struktur teori system perilakudipolakan sesudah model system; system
dinyatakan terdiri dari bagian yangberkaitan untuk melakukan fungsibersama-sama
untuk membentuk keseluruhan. Dalam tulisanya, Johnson mengkonseptualkan
manusia sebagai system perilaku diman fungsi adalah pbservasi perilaku adalah teori
system biologi, yang menyatakan bahwa manusia merupakan system biologi yang
terdiri dari bagian biologi da penyakit adalah hasil gangguan system biologi.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis bahwa
perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien
sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain
seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku,
untuk mengembangkan teorinya.

2.3 Sumber-Sumber Teoritis


Teori perilaku Johnson tumbuh dan keyakinan Nightingale yakni tujuan
perawat adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati
penyakit dari penyakit atau cidera. Ilmu dan seni mearwat harus berfokus ada pada
pasien sebagai individu dan bukan pada entitas penyakit yang spesifik.
Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi
dan enologi untuk membangun teorinya. Ia menyandarkan sepenuhnya pada teori
sistem-sistem dan menggunakan konsep-konsep dan definisi dari A,Rapoport, R. Chin
dan W. Buckley.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis
bahwa pearwatan merupakan kontribursi penyediaan fungsi perilaku efektif pada
pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit.

1. Bukti-bukti Empiris
Sebagian konsep-konsep johnson yang telah diidentifikasi dan didefinisi
dalam teorinya didukung dalam literatur Leitch dan Escolona menyimpulkan bahwa
tekanan menyebabkan perubahan perilaku. Dan bahwa manifesatsi tekanan oleh
individu bergantung pada kedua faktor eksternal dan internal.
2.4 Konsep-Konsep Utama dan Definisi-Definisi
A.System perilaku (behavioral system).
System perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap dengan
maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi teroraganisasi dan
terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi antara seseorang dengan
lingkunganya dan menciptakan hubungan seseorang dengan obyek, peristiwa dan
situasi dengan lingkunganya . biasanya sikap daqpat digambarkan dan dijelaskan.
Manusia sebagai system perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan
keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada beberapa tingkatan
untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi. System biasanya cukup fleksibel untuk
mengakomodasi pengaruh yang diakibatkan.
B. Subsistem.
Karena behavioral system memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-
bagian system berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu
subsistem merupakan “system kecil dengan tujuan khusus sendiri dan berfungsi dapat
dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau lingkungan tidak diganggu.
Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan
saling berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsungaktifitas subsistem-
subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman
dan pembelajaran . system yang dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di control
oleh factor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah
attachment-affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement dan
aggressive.
1) Subsitem attachement-affiliative.
Subsistem attacement-afiliative mungkin merupakan yang paling kritis, karena
subsistem ini membentuk landasan untuk semua organisasi social. Pada tingktan
umum, hal itu memberikan kelangsungan (survival) dan keamanan (security). Sebagai
konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy) dan susunan serta
pemeliharaan ikatan social yang kuat.
2) Subsistem dependency
Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu mengembangkan
perilaku yang memerlukan respon pengasuhan . konsukuensinya adalah bantuan
persetujuan, perhatian atau pengenalan dan bantuan fisik. Pengembanganya, perilaku
dependency berybah dari hamper, bergantung total kepada orang lain kea rah
bergantung total kepada orang lain kearah bergantungkepada diri sendiri dengan
derajat yang lebih besar . jumlah interpedency tertentu adalah penting untuk
kelangsungan kelompok social
3) Subsistem biologis
Biologis ingestion dan eliminasi “ berkaitan dengan kapan, bagaimana apa,
berapa banyak dan dengan kondisi apa kita makan dan kapan, bagaimana dan dengan
komdisi apa kita makan dan dengan kondisi apa kita buang.” Respon-respon ini
dikaitkan dengan social dan psikologis seperti halnya pertimbangan biologis
4) Subsistem seksual
Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreation) dan
kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi. Courting dan mating, system
respon ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan termasuk (dalam
cakupan yang luas)perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis kelamin.
5) Subsistem agresif
Adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan (preservation). Hal ini
mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti Lorenz dan feshback bukanya dengan
bantuan pemikiran perilaku sekolah. Dianggap perilaku agresif tidak hanya di pelajari
tapi memiliki maksud utama membahayakan yang lain. Bagaimanapun, masyarakat
meminta batasan-batasan tersebut diletakkan pada mode perlindungan diri dan orang-
orang serta harta milik mereka dihormati dan dilindungi.
6) Subsistem achievement
Subsistem achievement berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya
mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada beberapa standar
kesempurnaan . cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan intelektual , fisikis,
kreatif, mekanis dan social.
Johnson kemudian mengidentifikasi konsep-konsep lain yang menggambarkan
lebih jauh teori manusia sebagai system perilaku(behavioral system

2.5 Asumsi-Asumsi
1. Perawatan (nursing)
Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tinmdakan eksternala
untuk memberikan organisasi perilakupasien ketika pasien dalam kondisi strres
dengan memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan atau dengan penyediaan
sumberdaya. Seni dan ilmu, memberikan eksternal baik sebelum dan selama
gangguan keseimbangan system dan karenanya membutuhkan pengetahuan tentang
order, disorder dan control. Aktivitas perawatan tadak bergantung pada wewenang
medis tetapi bersifat pelengkap(komplementer) bagi medis/ pengobatan.
2. Orang (person)
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola,
pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan dirinya
dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia membentuk keseluruhan
yang terorganisasi dan terintegrasi. Person adalah system dari bagian-bagian
interpedent yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga
keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah penting
untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan yang rendah
mengganggu keseimbangan sistemt perilaku , integritas manusia terancam. Usaha-
usaha mausia untuk menbangun kembali keseimbangan membutuhkan pengeluaran
energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit energi untuk membantu proses-
proses biologis dan penyembuhan.
3. Kesehatan (health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit
dipahami(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor biologis,
psikologis dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang diinginkan oleh para
pekerja kesehatan dan memfokuskan pada person bukanya penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling
ketergantungan subsistem –subsistem dari system perilaku. Manusia berusaha
mencapai keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah ke perilaku
fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan structural atau
fungsional cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika system
membutuhkan sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang
lebih besar yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
4. Lingkungan
Dalam teori Johnson , lingkungan terdiri dari seluruh factor yang bukan bagian
system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi system, dan dapat dimanipulasi
oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien. Individu
menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan-nya. System perilaku
berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap factor lilngkungan dengan
mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya. Gaya lingkungan yang
kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan system perilaku dan mengancam
stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu dibutuhkan supaya system
membangun kembalieqilibrium dalam menghadapi tekanan-tekanan berikutnya.
Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang
baik.
5. Aplikasi di Keperawatan Indonesia
Perawat masa kini dituntut untuk menggunakan metode pendekatan
pemecahan masalah ( problem solving approach ) didalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Metode ini dilaksanakan dengan cara menggunakan proses
keperawatan dalam semua aspek keperawatan. Untuk dapat menerapkan proses
keperawatan maka perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan,
tindakan diagnosa keperawatan, memformulasi rencana, dan melaksanakan tindakan
keperawatan secara membuat evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal dalam
proses keperawatan pengkajian fisik dalam keperawatan pada dasarnya dapat
diperoleh dengan jalan : inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pengkajian fisik
pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model keperawatan yang berfokus pada
prinsipnya dikembangkan berdasarkan model keperawatan yang berfokus pada respon
yang ditimbulkan pasien akibat adanya masalah kesehatan atau pengkajian fisik
keperawatan harus mencerminkan diagnosa klien yang meliputi fisik / bio - psiko -
sosio dan spiritual tindakan untuk mengafosinya.
Untuk mendeterminasi tujuan pengkajian fisik dari keperawatan kita harus
yakin bahwa data yang akan kita kumpulkan benar - benar kita butuhkan dan kita
mempunyai alternatif tindakan terhadap masalah yang muncul pada data tersebut.
Tetapi bila pegkajian fisik tersebut bertujuan hanya untuk bahan laporan kepada tim
medis yang lain ( dokter ) sebaiknya perawat menyerahkan bagian tersebut pada tim
medis tersebut.

2.6 Proses Keperawatan Menurut Johnson


Grubbs mengembangkan satu alat penilaian berlandaskan tujuh subsistem
Johnson. Satu subsistem dia tambahkan "penyembuhan", yang difokuskan pada
aktivitas sehari-hari. Aktivitas sehari-hari meliputi area seperti pola dari sisa,
kebersihan, dan rekreasi. Satu diagnosa dapat dibuat berhubungan dengan
ketidakcukupan atau pertentangan pada satu subsistem atau di antara subsistem.
Perencanaan untuk implementasi dari kekhawatiran keperawatan harus mulai pada
taraf subsistem dengan hasil terakhir dari fungsi secara cenderung tingkah laku dari
keseluruhan sistem. Implementasi oleh perawat kepada klien merupakan satu
kekuatan eksternal untuk memanipulasi dari subsistem kembali status dari
equalibrium. Evaluasi hasil dari implementasi ini kemungkinan siap jika posisi
seimbang yang telah didefinisikan selama tahap perencanaan yang terjadi sebelum
implementasi.

2.7 Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan Proses


keperawatan
1. Penilaian
Pada tahap penilaian dari proses keperawatan, terkait ke area subsistem
spesifik yang dikembangkan. Holaday, Little, dan Damus mengajukan bahwa fokus
penilaian pada subsistem berhubungan dengan penulisan masalah kesehatan. Satu
penilaian berlandaskan subsistem tingkah laku tidak mudah bagi perawat untuk
mengumpulkan keterangan terperinci tentang sistem biologi. Penilaian terkait ke
subsistem affiliative yang difokuskan pada satu pebuatan nyata yang berpengaruh
pada pada sistem sosial lain dimana perorangan merupakan satu anggota.
Pada penilaian dari subsistem ketergantungan, perhatian adalah bagaimana
memahami perbuatan seseorang perlu mengenal secara signifikan terhadap hal lain,
sehingga nyata berpengaruh pada lingkungan sekitarnya sehingga dapat membantu
individu dalam menemui kebutuhan itu. Penilaian dari subsistem ingestive akan
membahas masalah masukan makanan dan cairan, yang meliputi lingkungan sosial
dimana makanan dan cairan dicernakan. Subsistem eliminasi menghasilkan
pertanyaan yang berhubungan ke pola pembuangan air besar dan urinaria serta
dimana proses tersebut terjadi.
Ada banyak celah tentang keterangan seluruh individu jika model sistem
tingkah laku Johnson hanya memandukan penilaian. Pola hubungan keluarga hanya
disinggung pada affiliative dan subsistem ketergantungan. Keterangan dasar yang
berhubungan dengan status pendidikan, status ekonomi, dan jenis tempat tingal juga
berhubungan cukup besar dengan komponen-komponen subsistem. Faktor ini dengan
jelas diidentifikasi sebagai satu aspek penting dari semua subsistem.
2. Diagnosa
Berdasarkan teori sistem perilaku menurut Johnson yang menngambarkan
diagnosa cukup rumit. Diagnosa cenderung umum ke satu subsistem sedikit spesifik
terhadap satu masalah. Grubbs telah mengajukan empat katagori dari sistem tingkah
laku Johnson, yaitu:
1) Ketidakcukupan satu status yang mana berada ketika satu subsistem tertentu
bukan berfungsi atau mengembangkan ke kapasitas paling penuh ini
sehubungan dengan kekurangan dengan kebutuhan fungsional.
2) Pertentangan satu perilaku itu tidak menjumpai gol
dimaksud. incongruency biasanya membohongi di antara aksi dan gol dari
subsistem, walau cocok dan pilihan betul-betul mempengaruhi aksi tidak
efektif.
3) Ketidakcocokan gol atau perilaku dari dua subsistem pada keadaan yang sama
menilai dengan satu sama lain ke kerusakan dari perorangan.
4) Kekuasaan perilaku di subsistem sesuatu dipergunakan lebih dari lain
subsistem dengan tanpa melihat keadaan kerusakan dari subsistem yang lain.
3. Perencanaan
Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan model
konseptual keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola intervensi dari
model konseptualyang digunakan.
4. Implementasi
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang bukan
merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan menunjukkan apa
yang harus dilakukan oleh perawat yang langsung mempengaruhi intervensi
keperawatan yang direncanakan, tetapi tidak menunjukkan pada perawat bagaimana
menerapkan rencana itu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut. Evaluasi berhubungan
dengan bagaimana cara klien beradaptasi dan bereaksi, kebutuhan klien serta tujuan
klien. Jika perawat sudah dapat menjawabnya, akan membantu perawat menilai
keefektifan dari proses perawat secara keseluruhan dan model keperawatan.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis bahwa
perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien
sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain
seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku
untuk mengembangkan teorinya.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk
membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk
mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari
dua system yaitu sitem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk
masyarakat adalah system eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons adaptif baik fisik, mental,
emosi dan sosialo terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan harapan dapat
memelihara kesehantanya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan
ketika ia sakit.
Menurut Johnson ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu
agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.

3.2 SARAN
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam
melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori
keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu
kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata,
sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka
konseptual atau model keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A. Aziz , Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, 2006 , Jakarta :Salemba


Medika
Christensen, Paula. J, Proses keperawatan: Aplikasi Model Konseptual , 2009 ,
Jakarta : EGC
Soekidjo, Natoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , 2007 , Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Soekidjo, Natoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , 2007 , Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Corner, S. S. , Harbour, L. S. , Magers, J. A. , and Watt, J. K. , Nursing Theorits and
Their Work , St. Louis : Mosby- Year Book
Jurnal : Bettencourt dan Amelia Talley, Kepribadian dan Perilaku Agresif Di bawah
Memprovokasi dan Netral, 2010. University of Missouri-Columbia. Diakses tanggal
20 mei 2012
Artikel : Muhammad Muttaqin, Teori- teori Kepemimpinan , 2011, diakses tanggal 10
mei 2012
Artikel : Nandry Dermawangsyah , Teori Keperawatan Calista Roy, 2012, diakses
tanggal 10 Mei 2012
Artikel : Evie Alviatus , Teori Keperawatan Dorothy E. Jhonson, 06 januari 2010.
Diakses tanggal 10 Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai