Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir
menjadi simbol simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan suatu ide untuk menyusun suatu
kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk
sebuah pola yang nyata atau suatu penyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang
didasari oleh fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolute atau kurang bukti secara langsung.
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi kerja melibatkan perawat di
dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat
mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa
yang harus dikerjakan pada saat ini.
Model konseptual keperawatan digunakan dalam praktek, penelitian dan pengajaran. Oleh karena itu, model
harus di perkenalkan untuk memperkuat profesi perawat khususnya dalam mengkoreksi pemikiran yang salah
tentang profesi keperawatan, bahwa perawat merupakan pembantu dokter dan tidak sedikit yang berpikiran
bahwa perawat hanya mengikuti perintah dokter. Perkembangkan dan perluasan pengetahuan perawat untuk
meningkatkan keterampilan perawat akan menjadi hal yang cukup penting dalam proses-proses keperawatan yang
akan dilkukan terutama teori-teori dan konseptual keperawatan yang akan memberikan panduan terhadap hal
praktek, pendidikan dan penelitian keperawatan.
Teori merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang
menjelaskan suatu proses, pristiwa, atau kejadian yang didasari suatu fakta-fakta yang telah diobservasi tetapi
kurang bukti secara langsung. Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang
memungkinkan perawat mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti
adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam
memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan. Hal ini
dibutuhkan perawat dalam mengembangkan tujuannya.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian teori model konseptual perilaku Johnson.
2. mengetahui tujuan dari teori model konseptual perilaku Johnson.
3. Mengetahui karakteristik teori keperawatan model konseptual perilaku Johnson.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat dari makalah ini yaitu menambah pengetahuan tentang konsep dan teori keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORIRITIS
2.1 Definisi
Johnson pertama kali menyampaikan pandangan tentang model konseptualnya di Univertas Vanderbilt pada
tahun 1968. Modelnya merupakan yang pertama menyediakan panduan baik sebagai petunjuk untuk memahami
dan bertindak. Keduanya ide tersebut pertama pemahaman dilihat sebagai sebuah proses, dimana sistem holistik
perilaku dimediasi oleh kerangka kerja yang kompleks dan kedua sebagai proses yang aktif dari stimulus dan
respons memberikan dasar bagi pencetus teori lain untuk menyusun dan mengembangkan model konseptual
untuk praktek keperawatan. Pada tahun 1980 ia memperkenalkan ‘’Behavioral System Model For Nursing’’
Dorothy E. Johnson mengatakan teorinya berkembang dari ide-ide filosofi, teori dan penelitian, latar belakang
klinis yang ia punya dan bertahun tahun pemikiran, diskusi, serta berbagai tulisannya selama bertahun-tahun dia
mengutip sejumlah teorinya.
Latar belakang sebagai perawat pediatric tampak jelas berpengaruh dalam mengembangkan modelnya. Johnson
juga mengutip berbagai literatur tentang perkembangan untuk mendukung validitas sistem perilakunya. Johnson
menulis bahwa keperawatan menyediakan konstribusi fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum, selama,
sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain seperti osialisasi, motivasi, stimulasi kepekaan,
adaptasi, dan memodifikasi perilaku untuk mengembangkan perilakunya.
Sebagai konsep-konsep johnson yang telah diidentifikasikan dan didefinisikandalam teorinya didukung literatur
dan beberapa pakar. Leitch dan escolona menyimpulkan bahwa tekanan menyebabkan perubahan perilaku dan
manifestasinya pada tiap individu bergantung pada faktor eksternal dan internal. Johnson memakai teori Selye,
Grinker, Simmons dan Wolf unutk mendukung ide bahwa pola-pola spesifik perilaku merupakan reaksi atau
stressor baik dari sumber biologis, psikologis dan sosiologis (Marrinier, 2005).

2.1 Pandangan Dorothy E. Johnson mengenai teori dan konsep keperawatan


Dorothy E Johnson dilahirkan pada tanggal 21 agustus 1919 di savannah, Georgia. Teori sistem perilaku johnson
tumbuh dari keyakinan Nightingle yakni tujuan perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah
atau mengobati dari penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagai individu dan
bukan pada identitas yang spesifik.
Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi dan etnologi untuk membangun
teorinya. Ia menyadarkan sepenuhnya pada teori sistem-sistem da menggunakan konsep dan definisi dari A.
Rapport, R.Chin dan W. Buckley. Struktur teori sistem perilaku dipolakan sesudah model sistem, sistem dinyatakan
terdiri dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-sama untuk membentuk keseluruhan. Dalam
tulisannya, jhonson mengkonseptualkan manusia sebagai sistem perilaku dimana fungsi observasi perilaku adalah
teori sistem biologi, yang menyatakan bahwa manusia merupakan sistem biologi yang terdiri dari bagian biologi
dan penyakit adalah hasil gangguan sistem biologi.
Perkembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, johnson menulis bahwa perawatan merupakan konstribusi
penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari
disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi, dan modifikasi prilaku untuk
mengembangkan teorinya.
Johnson mencatat bahwa meski literature menunjukan ide dukungan lain yaitu bahwa manusia merupakan
sistem perilaku, sejauh yang ia tahu ide tersebut adalah asli dari dirinya. Pengetahuan bagaian-bagian sistem
perilaku dicikung dalam ilmu-ilmu perilaku, tetapi liltetarure empiris mendukung dugaan bahwa sistem perilaku
merupakan keselurahan yang belum dikembangkan. Dalam sistem biologis, pengetahuan atas bagian-bagiannya
lebih dahulu dari pengetahuan keseluruhan sistem.

2.3 Definisi dan Konsep Mayor


1. Perilaku (Behavior).
Johnson mendefinisikan perilaku sama seperti yang dinyatakan oleh para ahli perilaku dan biologi yaitu output
dari struktur dan berbagai proses intraorganismikyang keduanya di koordinasi dan diartikulasi serta bersifat
responsif terhadap berbagai perubahan dalam stimulasi sensori Johnson focus pada perilaku yang dipengaruhi oleh
kehadiran aktual dan tak langsung mahluk sosial lain yang telah ditunjukkan mempunyai signifikan adaptif utama.
2. Sistem (System).
Dengan memakai definisi sistem oleh Rapoport tahun 1968, Johnson menyatakan,” A system is a whole that
function as a whole by virtue of the interpendence of its part.” (Sistem merupakan keseluruhan yang berfungsi
bedasarkan atas ketergantungan antar bagian – bagianya).
Johnson menerima pernyataan Chin bahwa terdapat organisasi, Interaksi, Interdependen dan integrasi bagian
dan berbagai elemen dalam sistem. Manusia berusaha menjaga keseimbangan dalam bagian– bagian ini melalui
pengaturan dan adaptasi terhadap kekuatan/tekanan yang mempengaruhi mereka.
3. Sistem Perilaku (Behavior System)
Sistem perilaku mencakup pola, perulangan dan berbagai cara bersikap denan maksud tertentu. Cara – cara
bersikap ini membentuk unit fungsional yang terorganisir dan terintegrasi, yang menentukan dan membatasi
interaksi antara seseorang dengan lingkunganya. Biasanya sikap dapat digambarkan dan dijelaskan. Manusia
sebagai sistem perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan keseimbangan suatu fungsi dengan pengaturan
dan adaptasi yang efektif dan efesien.
4. Subsistem.
Sistem perilaku memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, sehingga bagian – bagian dari sistem berubah menjadi
subsistem – subsistem dengan tugas tertentu. Suatu subsistem merupakan sistem kecil dengan tujuan khusus dan
berfungsi dengan baik sepanjang hubunganya dengan subsistem lain atau lingkungan tidak diganggu.
Tujuh subsistem yang didefinisikan oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan saling beraktivitas, subsistem –
subsistem ini berubah secara kontinyu dipengaruhi oleh motivasi, pengalaman dan proses belajar. Tujuh elemen
yang diidentifikasioleh Johnson:
a. Subsistem Keterikatan (attachemen–affiliative)
Subsistem Affiliative mungkin merupakan yang palin kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk
semua organisasi sosial. Pada tingkatan umum, hal ini memberikan kelangsunan dan keamanan (security).
Tujuan dari subsistem ini adalah untuk berhubungan atau terikat denan orang lain, mencapai intimasi dan
inklusi. Fungsinya untuk menciptakankerjasama dan hubungan interdependent dengan sistem sosial,
mengembangkan dan menggunakan kemampuan interpersonal untuk mencapai kedekatan inklusi, tempat
berbagi, agar terhubung dengan orang lain, menggunakan rasa percaya diri dalam arti yang positif. Sebagai
konsekuensinya adala adanya inklusi sosial, serta pemeliharaan ikatan sosial yang kuat.
b. Subsistem Ketergantungan (Dependency)
Dalam hal paling luas, subsistem ini membantu mengembangkan perilaku yang memerlukan respon pengasuhan
atau perilaku untuk mencari perawatan. Tujuan subsistem ini adalah untuk mempertahankan focus perhatian,
persetujuan, asuhan, dan bantuan fisik. Menjaga keseimbangan sumber daya lingkunganyang dibutuhkanuntuk
proses pengasuhan dan menumbuhkan rasa percaya.
Fungsinya meningkatkan keyakinan diri untuk peduli pada kebutuhan fisik pribbadi, menurunkan derajat
ketergantungan (dari ketergantungan pada orang lain menjadi ketergantungan pada diri sendiri), Menumbuhkan
kesadaran diri untuk menerima keadaan bahwa dalam situasi tertentu kita memerlukan bantuan dan tergantung
pada orang lain, memfokuskan keinginan dan kebutuhan diri atau orang lain dalam dalam hubungan sosial,
psikologikal dan kultural. Konsekuensinya adalah bantuan persetujuan, perhatian, penenalan serta bantuan fisik.
Derajat interdependensi tertentu penting untuk kelangsungan kelompok sosial.
c. Subsistem Eliminasi (Eliminative)
Subsistem biologis eliminasi erkaitan dengan kapan, bagaimana dan dengan kondisi apa kita membuang sampah
tuuh serta mengekspresikan perasaan. Menatur pembuangan sampah tub uh dengan cara yang dapat diterima
secara sosial dan kultural. Respon – respon ini dikaitkan dengan sosial dan psikologis seperti halnya
pertimbanganbiologis.
Tujuan dari subsistem ini adalah untuk membuang sampah biologis, mengeksternalisasi lingkungan biologi
internal. Fungsi untuk mengenali dan menginterprestasikan input dari sistem biolois melalui ekskresi sampah
tubuh, untuk menjaga homeostatis fisik melalui ekskresi, untuk mengatur pergantian kapasitas biolois yang
berkaitan dengan ekskresi sampah tubuh serta mengontrol dan mengurangi perasaan tegang pada diri sendiri,
mengekspresikan baik secara veral dan non – verbal.
d.Subsistem Ingesti (Ingestion)
Mengakomodasi diet dengan cara yang dapat diterima secara sosial dan kultural. Tujuan subsistem ini adala
mengambil sumer daya yang diutuhkan dari lingkungan untuk menjaga intergritas atau untuk mencapai
kesenangan, internalisasi lingkungan eksternal. Funsinya untuk menjaga kelangsunan hidup melalui intake nutrisi,
meruah pola diet yang tidak efektif, mengurangi rasa nyeri atau mengurangi stress psikopysiological, memperoleh
pengetahuan dan informasi yang berguna bagi diri sendiri, mendapat kepuasaan fisik, dan psikis baik dari substansi
yang berkaitan dengan nutrisi maupun nonnutrisi.
e. Subsistem Seksual (Sexual)
Tujuan subsistem ini adalah untuk memeri dan mendapatkan kepuasaan serta perhatian, pemenuhan kebutuhan
yang berkaitan dengan seks, memperhatikan dan diperatikan orang lain. Fungsinya untuk membangun konsep diri
atau identitas diri bedasarkan jenis kelamin, memproyeksikan image sebagai mahluk seksual, mengenali dan
menginterprestasikan input sistem biologis yang berkaitan dengan kepuasaan seksual, menjaga kwalitas hubungan
yan meliatkan kepuasaan seksual. Subsistem seksual memiliki fungsi garda yakni (reation) dan kepuasaan
(gratification). Sistem respon ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan termasuk (dalam
cakupan yang luas) perilaku – perilaku erdasar prinsip jenis kelamin.
f. Subsistem Agresif dan Protektif (Progessive and Protective)
Fungsi sistem agresif adalah perlindungan terhadap ancaman aktual ataupun potensial baik dalam bentuk obyek,
orang atau ide serta pencapaian terhadap perlindungan dan keuunggulan diri sendiri terhadap ancaman (yang
berasal dari sistem kesehatan, lingkungan, maupun sistem biologi ) baik terhadap diri sendiri maupun orang lain,
membolisasi sumer daya untuk merespon atau menanggapi ancaman, mengunakan mekanisme feedback untuk
menghadapi input ( biologi, lingkungan dan kesehatan) yang mengancam, melindungi tujuan yang sudah tercapai,
melindungi keyakinan, melindungi identitas atau konsep diri.
g. Subsistem pencapaian (achievement)
Tujuan subsistem achievement adalah berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya menyusun tujuan
yan sesuai, mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan yan diinginkan, menerima penghargaan dari orang lain,
membedakan tujuan jangka menengah dan jangka panjang, menginterprestasikan feedback untuk mengevaluasi
tujuan.
2.4 Penjelasan Model Konsep
(Tourney & Alligood, 2006)
Teori keperawatan Dorothy E. Johnson diukur dengan behavioral system theory. Johnson menerima definisi
perilaku seperti dinyatakan oleh para ahli perilaku dan biologi; output dari struktur dan proses-proses intra-
organismik yang kedua dikoordinasi dan di artikulasi dan bersifat rensponsive terhadap perubahan-perubahan
dalam sensori stimulation. Johnson memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran aktual dan tak
langsung mahluk sosial lain yang telah ditunjukan mempunyai signifikansi adaftif utama.
Sistem dengan memakai definisi sistem oleh rapport tahun 1968, Johnson menyatakan ‘’A system is a whole that
fungtions as a whole by virtue of the interpedence of its prt’’ (Sistem merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan antar bagiannya). Johnson menerima pernyataan Chin yakni
terdapat’’Organisasi, interaksi, interpedensi, dan integrasi bagian dan elemen-elemennya’’. Disamping itu, manusia
berusaha menjaga keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adaptasi terhadap kekuatan
yang mengenai mereka.
Model konsep dan teori johnson melakukan pendekatan pada sistem perilaku: individu dipandang sebagai
sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas (baik dilingkungan internal dan eksternal),
memiliki keinginan mengatur dan menyesuaikan diri terhadap pengaruh dilingkungan. Di dalam sistem ini terdapat
berbagai komponen subsistem yang membentuk keseluruhan sistem, subsistem yang membentuk sistem perilaku
Johnson yaitu:
a. System perilaku (Behavioral System)
System perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap dengan maksud tertentu. Cara-cara
bersikap ini membentuk unit fungsi terorganisasi dan terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi
antara seseorang dan lingkungannya dan menciptakan hubungan seseorang dengan objek, peristiwa dan situasi
dengan lingkungannya. Biasanya sikap dapat digambarkan dan dijelaskan. Manusia sebagai system perilaku
berusaha mencapai stabilitas dan keseimbangan dengan pengaturan dan efektifitas suatu fungsi. Sytem biasanya
cukup fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang diakibatkan.
b. Subsistem
Karena behavioral system memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-bagian system berubah menjadi
subsistem-subsistem dengan tugas-tugas tertentu. Suatu subsistem merupakan system kecil dengan tujuan khusus
sendiri dan berfungsi dapat dijaga sepanjang hubungannya dengan subsistem lain atau lingkungan tidak diganggu.
Tujuh system yang di indentifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung, dan saling berkaitan (interealated).
Motivasi mengandalikan langsung aktivitas subsistem-subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan
kedewasaan, pengalaman, dan pembelajaran. System yang dijelaskan tampak ada crossculturaly dan di kontrol
oleh faktor biologis, psikologi dan sosiologis. Tujuh elemen yng diindentifikan adalah attachment-affiliative,
dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement dan aggressive.
1. Subsistem attachment affiliative (Gabungan)
Subsistem attachment-affiliative merupakan bentuk pemenuhan tambahan dalam mempertahankan lingkungan
yang kondusif dengan penyusuaian dalam kehidupan sisial, keamanan, dan kelangsungan hidup.
2. Subsistem Dependency (ketergantungan)
Subsistem Dependency merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam mendapatkan bantuan,
kedamaian, keamanan dan kepercayaan.
3. Subsistem Eliminasi.
Hal-hal yang berkaitan dengan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh secara biologis.
4. Subsistem Seksual.
Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreaction) dan kepuasan (gratification). Termasuk tapi
tidak dibatasi. Courting dan mating, system respo ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan
termasuk (dalam cakupan yang luas) perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis kelamin.
5. Subsistem Agresif
Adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan (preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli
ethologi seperti lorenz dan feshback bukanya dengan bantuan pemikiran perilaku sekolah. Dianggap perilaku
agresif tidak hanya dipelajari tapi memiliki maksud utama membahayakan yang lain. Bagaimanapun, masyarakat
meminta batasan-batasan tersebut diletakan pada mode perlindungan diri dan orang-orang serta harta milik
mereka dihormati dan dilindungi.
6. Subsistem Achievement (Pencapaian)
Subsistem Achievement berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek
pribadi atau lingkungan pada beberapa standar kesempurnaan. Cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan
intelektual, psikis, kreatif, mekanis dan sosial.
7. Ingestive
Subsistem ingestive yaitu memanfaatkan setiap sumber daya dari lingkungan untuk menjaga integritas
kehidupan atau untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu; untuk internalisasi lingkungan eksternal,
mengakomodasi diet dengan cara sosial dan kultural.
Subsistem diatas akan membentuk sebuah sistem perilaku individu, sehingga johnson memiliki pandangan
bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan klien harus dapat berfungsi sebagai pengatur keseimbangan
sistem perilaku tersebut. Klien dalam hal ini manusia yang mendapatkan bantuan perawatan dengan keadaan
terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidak seimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status
kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau
stabilitas dengan lingkungan. Menurut johnson perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan kategori subsistem
perilaku. Dalam kondisi normal klien berfungsi secara efektif didalam lingkungannya, akan tetapi ketika stress
menganggu adaptasi normal menjadi tidak dapat diduga dan tidak jelas. Perawat mengidentifikasi
ketidakmampuan berdaptasi seperti ini dan memberikan asuhan keperwatan untuk mengatasi masalah dalam
memenuhi kebutuhan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Teori sistem perilaku johnson mengupas dua komponen utama: pasien dan perawatan. Pasien merupakan
sistem perilaku dengan tujuh subsitem yang saling berkaitan. Setiap subsistem dapat digambarkan dan dianalisa
dalam hal-hal persyaratan stukutur dan fungsi. Empat elemen stuktural yang telah didenfisikan termasuk: (1)
dorongan (drive) atau tujuan (goal); (2) set, kecendurungan bertindak (presdisposition); (3) pilihan (choice),
alternatif untuk bertindak; (4) perilaku (action/behavior). Setiap subsitem agar dapat mencapai keadaan optimal
memerlukan adanya perlindungan (protection), pengasuhan (nurturance), dan stimuli (stimulation). Ketiga hal ini
disebut sebagai persyaratan fungsional (functional requirement). Sistem dan subsistem cenderung memelihara diri
sendiri (Self-Maintaining) dan mengekalkan diri sendiri (Self Perpetuating) selama kondisi eksternal dan internal
sesuai dan dapat diprediksi. Jika kondisi-kondisi dan sumber daya penting terhadap kebutuhan fungsi mereka tidak
cocok atau interrelationship antar subsistem tidak harmonis, akan menghasilkan perilaku disfungsional. Respon-
respon subsistem dibangun melalui motivasi, pengalaman, dan proses belajar serta dipengaruhi oleh faktor-lakior
biologis, psikologis dan sosial. Sistem perilaku berusaha untuk mencapai keseimbangan dengan adaptasi terhadap
stimulan lingkungan dan internal. Kondisi ketidakstabilan dalam sistem perilaku menghasilkan kebutuhan terhadap
intervensi perawatan. Identifikasi sumber masalah dalam sistem mengarahkan tindakan perawatan yang cocok
yang menghasilkan pemeliharaan atau pemulihan keseimbangan sistem perilaku. Perawatan dilihat sebagai
kekuatan regulator eksternal yang bertindak untuk memulihkan keseimbangan sistem perilaku.

2.5 Asumsi Mayor


1. Manusia
Johshon dalam teorinya memandang klien sebagai sistem perilaku. Sistem perilaku yang teratur, terulang,
sistematis dan terorganisir dengan subsitem biologis dan perilaku saling berhubungan saling tergantung. Klien
dipadang sebagai kumpulan subsistem perilaku yang berhubungan membentuk sistem perilaku. Sistem dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang kompleks, tindakan atu respon yang terbuka terhadap sebagai rangsangan yang
ada di lingkungan sekitarnya yang bertujuan dan fungsional (Auger, 1976). Cara berperilaku ini merupakan unit
fungsional terorganisasir dan terpadu yang menetapkan hubungan orang tersebut ke dalam objek, peristiwa, dan
situasi di lingkungan johnson (1980) menganggap peilaku bisa diatur, punya tujuan dan diprediksi, perilaku bisa
berfungsi secara efesien dan efektif sepanjang waktu, dan cukup stabil serta berulang sehingga lebih terbuka untuk
dideskripsikan dan diekplorasi. Manusia adalah sistem dari bagian bagian interdependent yang membutuhkan
beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga keseimbangan. Usaha-usaha manusia untuk membangun kembali
keseimbangan membutuhkan pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisahkan sedikit energi untuk
membantu proses-proses biologis penyembuhan.
2. Lingkungan
Dalam teorinya, johnson menyebut adanya lingkungan internal dan eksternal. Dia juga menyebutkan adanya
interksi antara individu dengan lingkungan, objek, peristiwa, dan situasi di lingkungan. Dia mencatat bahwa ada
kekuatan di lingkungan yang mempengaruhi seseorang sehingga orang yang bersangkutan menyesuaikan diri
dengan lingkungan tersebut. Dengan demikian, lingkungan terdiri dari semua elemen yang bukan merupakan
bagian dari individu sistem perilaku tetapi mempengaruhi sistem dan bisa berfungsi sebagai sumber imperatif
sustenal. Beberapa elemen dapat dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan (sistem keseimbangan
atau kestabilitas perilaku) pasien. Johnson tidak memberikan definisi lain dari lingkungan, ia juga tidak
mengidentifikasikan apa yang disebut lingkungan internal dan eksternal. Tetapi banyak dapat disimpulkan dari
tulisan-tulisannya, dan teori sistem juga dapat menyediakan informasi tambahan ke dalam komponen lingkungan
model.
3. Kesehatan
Johnson melihat kesehatan sebagai fungsi yang efekif dan efesien dari sistem, serta sebagai keseimbangan fan
stabilitas sistem perilaku yang dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosial.
Keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku ditunjukan oleh perilaku yang bisa diamati yang betujuan
(purposeful), tertib (orderly), dan bisa diprediksi (predictable). Perilaku dipertahankan jika terbukti efektif dan
efesien dalam mengelola hubungan individu dengan lingkungannya. perilaku berubah ketika efektifvitas dan
efesiennya tidak lagi jelas, atau ketika tingkat fungsional yang lebih optimal dirasakan. individu dikatakan mencapai
perilaku fungsional yang efektif dan efesien jika perilaku mereka sesuai dengan tuntutan sosial, ketika mereka
mampu memodifikasi perilaku sehingga mendukung kepentingan biologis, ketika mereka mampu mendapatkan
manfaat sepenuhnya dari pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan selama ia sakit, dan ketika perilaku
mereka tidak menyebabkan trauma yang tidak perlu sebagai akibat dari penyakit (Johnson 1980).
Ketidakseimbangan dan ketidakstabilan sistem perilaku sebagai multifungsi dan sistem perilaku tidak dijelaskan
secara eksplisit, tetapi dapat disimpulkan dari pernyataan berikut:
Subsistem dan sistem secara keseluruhan cenderung mempertahankan diri (self-maintaining) dan
memperkenalkan diri (self perputuating) selama kondisi lingkungan internal dan eksternal dari sistem tetap teratur
dan dapat diprediksi, kondisi dan sumberdaya yang diperlukan untuk kebutuhan fungsional mereka terpenuhi, dan
hubungan timbal balik antara subsistem harmonis. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, malfungsi perilaku yaitu tidak
teratur (disorganized), tidak menentu (erratic), dan disfungsional akan terjadi. Penyakit atau perubahan internal
atau eksternal yang terjadi secara tiba-tiba merupakan penyebab tersering dari malfungsi tersebut (Johnson 1980)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan dan ketidakstabilan sistem perilaku disamakan
penyakit. Namun seperti Meleis (1991) telah menunjukan, kita harus mempertimbangkan penyakit yang mungkin
terpisah dari fungsi sistem perilaku. Johnson juga menyebutkan tentang kesehatan fisik dan sosial, tetapi tidak
secara khusus mendefinisikan kedua macam kesehatan tersebut. Sama seperti kesimpulan tentang penyakit maka
dapat disimpulkan bahwa kesehatan adalah keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku serta perilaku yang
berfungsi secara efektif dan efesien.
4. Keperawatan dan Tindakan Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai layanan yang bersifat komplementer terhadap terapi medis dan profesi
kesehatan lainnya, tetapi memiliki konstribusi tersendiri bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Seni dan
ilmu dalam memberikan bantuan eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan sistem. Johnson
mengatakan beda keperawatan dan kedokteran adalah bahwa perawat melihat pasien sebagai sistem perilaku,
dan dokter melihat pasien sebagai sistem biologi. Dalam pandangan johnson tujuan spesifik dari tindakan
keperawatan adalah memulihkan, mempertahankan, atau mencapai keseimbangan dan stabilitasan sistem
perilaku individu ditingkat tertinggi. ]
Tujuan tidakan perawat adalah mempertahankan atau mengembalikan keseimbangan dan stabilitas sistem
perilaku individu, atau individu mencapai tingkat keseimbangan dan fungsional yang lebih optimal. Jphnspn tidak
menyebutkan langkah-langkah dari proses keperawatan, tetapi jelas mengidentifikasikan peran perawat sebagai
kekuatan pengaturan dari eksternal. Dia juga mengidentifikasi pertanyaan yang harus ditanyakan ketika
menganalisis suatu sistem, dan memberikan klasifikasi diagnostik untuk menggambarkan gangguan dan pedoman
untuk intervensi.
5. Penerimaan Oleh Keperawatan
Hal mendasar bagi setiap disiplin profesional adalah pengembangan dari inti pengetahuan (Body of knowledgle)
yang dimiliki secara ilmiah untuk memandu praktiknya. Model sistem perilaku johnson merupakan sarana untuk
mengidentifikasi, dan mengklasifikasi fenomena penting dalam keperawatan. Model ini telah digunakan oleh
perawat sejak awal 1970-an dan telah menunjukan kemampuannya untuk menyediakan media bagi pertumbuhan
teoritis; menyediakan organisasi dan landasan bagi perawat untuk memikirkan , observasi, dan interprestasi dari
apa yang diamati, memberikan struktur yang sistematis dan rasional untuk kegiatan, memberikan arahan untuk
mencari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang relevan memberikan solusi untuk masalah perawatan pasien dan
akhirnya memberikan kriteria untuk menentukan apakah masalah telah terpecahkan.

BAB III
STUDI KASUS

3.1 Kasus
Ny. M berusia 60 tahun datang dengan anak perempuannya ke IGD RSAU dr.Esnawan Antariksa pukul 11.30
datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sampai dengan punggung. Sakit seperti ditusuk dan sulit untuk
bernafas. Mudah lelah dan sesak nafas ketika melakukan aktivitas berat, klien mengatakan bisa tidur jika posisi
duduk. Mukosa bibir dan kuku sianosis. Setelah diperiksa di dapatkan TD: 120/80mmhg N: 72 RR: 33x/menit S:
37,5C CRT 3 detik SPO2 92% Ny.M tidak pernah memeriksaan keadaannya ke dokter karena beliau mengatakan
takut untuk datang ke RS. Suaminya sudah meninggal 5 bulan yang lalu. Selama gejala muncul anaknya
beranggapan sebagai gejala masuk angin biasa dan mengobatinya dengan membuat jahe panas atau kerokan.
Keluarga tidak tahu bahwa Ny.M mengalami gejala PJK.

3.2 Pengkajian Menggunakan Format Pengkajian Menurut Model Keperawatan Dorthy E. Johnson
1. Identitas
a. Identitas
Nama : Ny.M Pendidikan : Slta Sederajat
Umur : 60 tahun Pekerjaan : IRT
Agama : Islam Alamat : JL. Komodor Halim Perdana Kusuma
Suku : Betawi
b. Komposisi Keluarga
No Nama L/P Umur Hub. Keluarga Pekerjaan Pendidikan
1 Ny. M P 60 tahun Ibu IRT SLTA
2 Ny. D P 31 tahun Anak Swasta SLTA

c. Genogram
2. Data
a. Kehidupan sosial keluarga
1. Pola atau cara komunikasi keluarga:
Anggota keluarga berkomunikasi langsung dengan menggunakan bahasa indonesia.
2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga:
Interaksi dan hubungan dalam keluarga baik serta rukun.
3. Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:
Pengambilan keputusan dominan ialah Ny. M
4. Kegiatan keluarga dalam waktu senggang:
Menonton televisi, mengikuti pengajian.
5. Partisipasi keluarga dalam kegiatan sosial.
Klien ikut aktif dalam kader pengajian.
b. Keamanan keluarga
1. Struktur kekuatan keluarga:
Menurut Ny. M seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat.
2. Struktur peran masing-masing anggota keluarga.
Formal: Ny.M sebagai kepala keluarga dikarena suami beliau telah meninggal dunia
Informal: Ny.D sebagai pencari nafkah
c. Kelangsungan hidup keluarga
1. Upaya keluarga dalam kelangsungan hidup:
Ny.D bekerja sebagai karyawan di kota jakarta.
2. Pengetahuan dam persepsi keluarga tentang penyakit/ masalah kesehatan keluarganya:
Keluarga mengatakan bahwa tidak mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh Ny.M.
3. Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah:
Ny.M mengatakan hampir setiap hari merapihkan rumahnya dan selalu menjaga kebersihan lingkungan
rumahnya.
3. Pengkajian Dependency
a) Nilai dan norma keluarga:
Keluarga percaya bahwa hidup itu di atur oleh Allah SWT. Begitu juga sehat dan sakit, keluarga percaya setiap
penyakit selalu ada obatnya.
b) System pendukung keluarga:
Keluarga mengikut pengajian di hari kamis malam, jumlah anggota keluarga yaitu 2 orang yaitu 1 ibu dan 1 anak
perempuan.
c) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan:
Klien mengatakan selalu membersihkan lingkungan rumahnya setiap hari.
4. Pengkajian Ingesti
a) Upaya pemenuhan sandang dan pangan:
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan makan 3x sehari, pakaian, dan berobat.
b) Pemanfaatan sumber di masyarakat:
Keluarga memanfaatkan layanan kesehatan yang ada di masyarakat.
c) Pemenuhan gizi:
Gizi keluarga terpenuhi bb ideal, tidak ada tanda-tanda dari defisit nutrisi.
5. Pengkajian Eliminasi
a) Septic tank: ada letak: didalam rumah
b) Kamar mandi: ada
c) Sumber air minum: Air isi ulang
6. Pengkajian Sexuality
a) Perencanaan jumlah anak:
Mempunyai 1 anak perempuan.
b) Kemapuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit:
Keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan terdekat.
c) Kemampuan keluarga dalam kasih sayang:
Klien sangat menyayangi anak perempuannya, begitupun sebaliknya.
7. Pengkajian Agresif
a) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat:
Klien biasanya menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat yang terdekat.
b) Stressor jangka pendek:
Membeli makan dan tagihan listrik.
c) Stressor jangka panjang:
Memikirkan alm. Suami yang telah meninggal 5 bulan lalu.
d) Strategi koping keluarga:
Ny.D semangat mencari nafkah untuk orang tuanya Ny.M
8. Pengkajian Achievement
a) Prestasi-prestasi yang diraih anggota keluarga:
Ny.M mengatakan bahwa klien pernah menang lomba volly tingkat kecamatan dan anak perempuannya
selalu mendapatkan ranking 5 besar semasa masa sekolahnya.

3.3 Diagosa Keperawatan


Analisa data Etiologi Problem
DS: Proses penyakit Nyeri akut
P: Nyeri
Q: Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: Dada bagian kiri
S: 5
T: Hilang timbul setiap
30 menit.
- Klien
mengatakan
bisa tidur ketika
duduk.
DO:
- Klien tampak
merintih
kesakitan
- Klien tampak
memegangi
dada yang sakit.
- Klien tampak
lemas
- TD: 140/90
mmhg
N: 72 x/menit
S: 37,5 C
RR: 32 x/ menit
DS: Kurangnya Defisit
- Klien dan informasi pengetahuan
keluarga
mengatakan
bahwa belum
mengetahui
tentang
penyakit Ny.M
PJK.
- Klien
mengatakan
takut untuk
datang ke rs
selama ini
DO:
- Klien dan
keluarga
tampak belum
paham
mengenai
penyakit yang
diderita.
- Klien tampak
bingung dan
cemas tentang
penyakit yang
dideritanya.
- TD: 140/90
mmhg
N: 72 x/menit
S: 37,5 C
RR: 32 x/ menit

3.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Nyeri akut b.d proses Setelah dilakukan 1. Monitor ttv.
penyakit PJK tindakan keperawatan 2. kaji skala
selama 1x24 jam nyeri.
diharapkan masalah 3. Berikan
dapat terasi dengan penjelasan
kriteria hasil: kepada keluarga
 Nyeri berkurang tentang cara
 Keluarga mampu mengurangi/
memberikan mencegah nyeri.
perawatan pada 3. Ajarkan tehnik
Ny.M dengan relaksasi
nyeri sekunder distraksi
PJK 4. kolaborasi
dengan tim
medis
pemberian
terapi analgesik
Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan 1. Menjelaskan
kurangnya informasi tindakan keperawatan kepada An.R dan
selama 1x24 jam keluarga tentang
diharapkan masalah penyakit PJK
dapat terasi dengan 2.
kriteria hasil: Mendiskusikan
 Klien dan dengan An.R dan
keluarga keluarga tentang
memahami penyakit PJK
tentang kondisi 3. Mengevaluasi
medis yang di kembali dengan
derita Ny. M keluarga tentang
penyakit PJK
yang telah
dijelaskan.

3.5 Implementasi
N Diagnosa Keperawatan Implementasi Kperawatan
o
1 Nyeri akut b.d proses 1. Memonitor TTV
penyakit H: TD: 140/90 mmhg
N: 72 x/menit
S: 37,5 C
RR: 32 x/ menit
2. Mengkaji skala nyeri.
H: P: Nyeri
Q: Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: Dada bagian kiri
S: 4
T: Hilang timbul setiap 30
menit.
3. Memberikan penjelasan kepada
keluarga tentang cara
mengurangi/ mencegah nyeri.
H: Klien dan keluarga tampak
menyimak penjelasan perawat.
3. mendemonstrasikan tehnik
relaksasi distraksi.
H: Klien mampu
mendemonstrasikan kembali dan
mengatakan akan menerapkannya
ketika nyeri timbul.
4. kolaborasi dengan tim medis
pemberian terapi analgesik
H: Terapi obat asam mefenamat
250 gr
2 Defisit pengetahuan b.d 1. Menjelaskan kepada Ny.M dan
kurangnya informasi keluarga tentang penyakit PJK
H: Klien dan keluarga tampak
menyimak penjelasan perawat
2. Mendiskusikan dengan Ny.M
dan keluarga tentang penyakit PJK
H: Klien dan keluarga tampak
menyimak dan memberikan
pertanyaan dan pendapat tentang
seputar penyakit.
3. Mengevaluasi kembali dengan
keluarga tentang penyakit PJK
yang telah dijelaskan.
H: Klien dan keluarga dapat
menyebutkan kembali tentang
pengertian, komplikasi dan
pencegahan dari PJK

3.6 Evaluasi Keperawatan


N Diagnosa Keperawatan Evaluasi
o
1 Nyeri akut b.d proses S: - Klien mengatakan nyeri
penyakit dibagian dada
- Klien mengatakan nyeri
sedikit berkurang
- Skala nyeri 4
O: - Klien tampak meringis
- Klien tampak lemah
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2 Defisit pengetahuan b.d S: - klien mengatakan telah
kurangnya informasi memahami yang perawat telah
jelaskan seputar PJK
O: - klien tampak telah memahami
yang telah perawat jelaskan
A: Masalah telah teratasi
P: Intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dorthy E. johnson menyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu individu memfasilitasi
tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah mahluk yang utuh dan
terdiri dari 2 sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu dan ada 4 tujuan asuhan keperawatan kepada
individu, yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi
terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta mampu
mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah pahami betul kondisi pasien seperti apa dan pikirkan secara otomatis
penanganan apa yang akan diberikan kepada pasien. Karena setiap teori asuhan keperawatan menurut beberapa
ahli memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan. Maka kita sebagai tenaga kesehatan harus bisa
memperhitungkan semuanya agar tidak ada yang dirugikan

Anda mungkin juga menyukai