Anda di halaman 1dari 7

MASALAH KEBUTUHAN SEKSUAL PADA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HAEMODIALISA


Sri Haryani, Misniarti

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, Jurusan Keperawatan,


Jalan Indragiri Nomor 03 Padang Harapan Kota Bengkulu
sri.ani37@gmail.com

Abstract: Sexual problems are most important problem in CRF patients undergoing
hemodialysis. Feelings of shame and guilt for having sexual problems can cause a fear
that the problem will recur and eventually make a person avoid a sexual situation.
Haemodialisa interview results in patients admitted in hospitals Curup decreased in terms
of sexuality, quickly tired during intercourse, fatigue, and less passionate. This study
aimed to obtain sexual needs of patients with chronic renal failure undergoing
Haemodialisa. This study uses qualitative research with phenomenological approach. The
result showed that most informants are still sexual activity, four informants told decline
and experiencing problems while two informants have no problems and all the informants
complain quickly limp, tired and lackluster while undergoing sexual activity. 5 informants
said there are problems since suffering a disease with chronic renal failure and one
informant said that because of the age factor. This study is recommended to do health
education to couples, families and communities to always provide support to patients in
order to live life with optimism.
Keywords: sexual needs, patients with chronic renal failure, hemodialysis therapy

Abstrak: Masalah seksual merupakan masalah yang paling utama pada pasien GGK yang
menjalani haemodialisis. Perasaan malu dan bersalah karena mengalami masalah seksual
dapat menyebabkan ketakutan bahwa masalah akan terulang dan akhirnya membuat
seseorang menghindari situasi seksual. Hasil wawancara pada pasien haemodialisa di
RSUD Curup mengaku mengalami penurunan dalam hal seksualitas, cepat lelah saat
berhubungan, lemas, dan kurang bergairah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran kebutuhan seksual pasien gagal ginjal kronik yang menjalani haemodialisa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Hasil penelitian didapatkan bahwa kebanyakan informan masih melakukan
aktifitas seksual, 4 informan mengatakan terjadi penurunan dan mengalami masalah
sedangkan 2 informan tidak memiliki masalah dan 6 informan mengeluh cepat lemas,
cepat lelah dan kurang bergairah saat menjalani aktivitas seksual, serta 5 informan
mengatakan permasalahan ini ada sejak mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan 1
informan mengatakan karena faktor usia. Penelitian ini direkomendasikan untuk
dilakukannya pendidikan kesehatan pada pasangan, keluarga dan masyarakat untuk selalu
memberikan dukungan pada pasien agar dapat menjalani hidup dengan optimis.
Kata Kunci: Kebutuhan seksual, pasien GGK, terapi haemodialisa.

Menurut Rodericketal (2008), bahwa hampir an pada mesin dialisa seumur hidupnya serta
setengah dari penduduk yang memiliki penyesuaian diri terhadap kondisi sakit yang
penyakit ginjal tidak mengetahui bahwa ada mengakibatkan terjadinya perubahan dalam
yang salah dengan ginjalnya. Bila pasien kehidupan pasien.
telah mengalami GGK stadium berat, untuk Survey yang dilakukan oleh Perhim-
mempertahankan hidupnya diperlukan terapi punan Nefrologi Indonesia Pernefri (2009),
sementara berupa cuci darah (haemodialisa) prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di
(Sinaga, 2007). Hal serupa disampaikan Indonesia, paling banyak terjadi pada ke-
Roesli (2006), bahwa sistem dialisa bagi lompok umur ≥75 tahun (0,6%). Berda-
penderita merupakan keadaan ketergantung- sarkan jenis kelamin laki-laki (0,3%) lebih

23
24 Jurnal Media Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, April 2016, hlm 001-113

tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi saat berhubungan, lemas, dan kurang ber-
lebih tinggi pada masyarakat perdesaan gairah. Tetapi terdapat 2 orang pria dan
(0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wanita mengatakan tidak ada masalah
wiraswasta, petani /nelayan /buruh (0,3%), dengan pemenuhan kebutuhan seksualitas.
dan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan Berdasarkan fenomenologi diatas, pe-
menengah bawah masing-masing 0,3% nelitian ini bertujuan untuk memperoleh
(Riskesdas, 2013). gambaran kebutuhan seksual pasien gagal
Berdasarkan data dari Renal Registry ginjal kronik yang menjalani haemodialisa.
prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia
pada tahun 2012 sekitar 12,5% berarti seki- BAHAN DAN CARA KERJA
tar 18 juta orang dewasa di Indonesia men- Penelitian ini mengunakan metode
derita penyakit gagal ginjal kronik. Tahun penelitian kualitatif dengan pendekatan
2011 di Indonesia terdapat 153,53% pasien fenomenologi. Pengumpulan data dengan
yang menjalani HD dan pada tahun 2012 menggunakan teknik wawancara mendalam
terjadi peningkatan sebesar 42, 68% pasien (indepth interview) menggunakan per-
yang menjalani HD, sedangkan akhir tahun tanyaan terbuka yang nantinya akan di
2012 terdapat 244 unit haemodialisis di kembangkan sehingga lebih mendalam.
Indonesia. Di Bengkulu terdapat 0,3% kasus Wawancara yang digunakan adalah wawan-
GGK (Riskesdas, 2013) dan berdasarkan cara tidak terstruktur dan menggunakan
laporan Dinas Kesehatan Kota Curup kasus pedoman wawacara dan hasil wawancara
gagal ginjal kronik sebanyak 2,2% dan data akan direkam menggunakan tape record-er.
dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pengambilan sampel dengan consecutive
Curup prevalensi penyakit gagal ginjal sampling. Instrumen penelitian dengan
kronik yang menjalani haemodialisa ber- menggunakan skala Hill-Bone Scaleyang
jumlah 7,8%. digunakan untuk menilai kepatuhan pasien
Perasaan malu dan bersalah karena dalam minum obat antihipertensi. Instrumen
mengalami masalah seksual dapat menye- telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
babkan ketakutan bahwa masalah akan Hasil penelitian didapatkan empat tema
terulang dan akhirnya membuat seseorang yaitu: Aktivitas seksual pasien gagal ginjal
menghindari situasi seksual (Aguslemi, kronik degan terapi haemodialisa, respon
2012). Pria dengan GGK akan mengalami seksual pasien gagal ginjal kronik dengan
penurunan libido, disfungsi ereksi dan ke- terapi haemodialisa, permasalahan seksual
sulitan mencapai orgasme. Wanita dengan pasien gagal ginjal kronik dengan terapi
GGK mengalami kesulitan dengan gairah haemodialisa, dan penyebab terjadinya
seksual, disminore, keterlambatan perkem- masalah seksual pada pasien gagal ginjal
bangan seksual, gangguan lubrikasi vagina, kronik dengan terapi haemodialisa.
dyspareunia, dan kesulitan mencapai orgas-
me (Nephrol, 2010). Menurut penelitian HASIL
Irawati (2011) yang menunjukkan bahwa
Karakteristik
frekuensi hubungan seksual partisipan
mengalami penurunan yang ditandai dengan Tabel 1. Gambaran karakteristik informan yang
sedang menjalani pengobatan hemodialisa
tidak adanya aktivitas seksual atauaktivitas
seksual yang jarang. Inisial Usia Alamat
Bpk.H 45 tahun Desa Dusun Curup Kabupaten
Hasil wawancara yang dilakukan di Rejang Lebong
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Curup Bpk.A 48 tahun Desa Talang Rimbo Curup
tanggal 5 Januari 2015 terhadap 9 orang Kabupaten Rejang
Bpk.A 39 tahun Kabupaten Kepahiang
pasien haemodialisa, 7 orang (5 pria dan2 Bpk.B 50 tahun Kabupaten Lebong
wanita) mengalami penurunan fungsi seksual Bpk.A 53 tahun Desa Talang Rimbo Kabupaten
(disfungsi seksual). Mereka mengalami pe- Rejang
Bpk.S 29 tahun Kabupaten Lebong
nurunan dalam hal seksualitas, cepat lelah
Analisa Tema
Sri, H & Misniarti Masalah Kebutuhan Seksual Pada Pasien … 25

Aktivitas seksual pasien gagal ginjal kronik degan “Masih (menjalani aktivitas seksual)
terapi haemodialisa perubahan banyak, lemes, badan kita itu
Berdasarkan hasil wawancara terhadap berisi (sembeb),yang jelasnya berkurang,
jadi jarang (beraktivitas seksual), sama
informan mengenai kebutuhan seksual pa-
nggak bertahan lama.Sebelum cuci darah
sien haemodialisa tentang aktivitas seksual. seminggu 1-3 kali, kalo sekarang paling 1
Adapun hasil wawancara sebagai berikut: kali, kadang tu idak nian”(R6,29 th).
“Tidak, dibilang kita tidak gek maaf
ngomong tu nyo tu ibaratnyo tu nafsu tu Respon seksual pasien gagal ginjal kronik dengan
nggak ada,gak ada minat istilahnyo, dari terapi haemodialisa
bapaknyo(kata istri). masih juga ngeja-lani Hasil wawancara dengan informan
(aktivitas seksual)tapi idak cak dulu,lemes mengenai respon seksual yaitu respon beru-
badan tu litak. Sebelum cuci darah dalam pa keinginan atau minat untuk menjalani
sebulan tu sekali (menja-lani aktivitas
hubungan seksual dengan adanya penyakit
seksual) setelah cuci darah katakan gak ada
salah juga,kadang idak dalam sebulan” (R1,
gagal ginjal kronik dan menjalani terapi
45 th). haemodialisa yang informan alami, sebagian
“Kalo kito dikato dak do masalah lah besar informan (4 orang) mengatakan terjadi
tentang itu, cuma dak seperti biaso secaro penurunan dan mengalami permasalahan
seksualnyo, memang keinganan ado terus, pada respon seksual, sedangkan 2 orang lagi
kalo dulu tu seminggu sekali, kalo sekarang mengatakan respon seksual nya masih baik.
kalo seminggu kadang malas, bisa jadi “Menurun (respon seksual), ibarat tu nafsu
pengaruh itu dari penyakit (gagal ginjal), tu gak ada,gak ada minat lagi” (R1, 45
kalo dulu maaf kito ngomong sebulan tu 30 tahun).
kali, kalo sekarang ko setengah bulan sekali, “Kurang (respon seksual), biaso ado
rasonyo dikarnokan usia,tapi usia idak pulo, spontan nafsu, iyo penurunan ado (minat
intinyo karno penyakit(gagal gin-jal), umur untuk beraktivitas seksual)” (R2, 48 th).
48, yo memang agak lemes-le-mes dikit “Alhamdulillah (respon seksual baik).
tubuh kito, cepet capek, perbedaan sudah masih, ado penurunan dikit tapi” (R3, 39
jelas mbak” (R2,48 th). th).
‘‘Alhamdulillah (masih menjalani aktivi-tas “Masih (respon seksual masih bagus),
seksual), kalo untuk sekarang ini belum,tapi keinganan masih kadang-kadang tu nor-mal
karno kito sakit kan iyo kito idak seperti jugo,mungkin waktu sehatnyo. Ado waktu
sebelum sakit itu terlalu muncak kan,kalo normalnyo kito berhubungan (R4, 50 th).
sakit ni banyak mikir, Yo agak bekurang ny “Saya itu pasif mbak, minat idak ado,
itu, karno waktu sholat itu meningkat karno keinginan dak ado, pasif jadinyo”(R5, 53
sebelum sakit kan sholat tu masih jarang, yo th).
kalau segi seks nyo itu kalo HB masih “Nggak ada (respon seksual tidak ada
normal frekuensi (frekuensi beraktivitas masalah) kalo keinginan masih, penu-runan
seksual) dak nurun, kalo HB rendah iyo. minat iya jelas” (R6, 29 th).
maaf dek yo, sampe seminggu paling
Permasalahan seksual pasien gagal ginjal kronik
nggajak tu 5 kali, kalo sekarang paling 2 dengan terapi haemodialisa
kali sampai 3 kali, terkadang lemes karno
sakit, terkadang mikir kan kito mau sho Berdasarkan hasil wawancara terhadap
lat”(R3,39 th). informan tentang permasalahan seksual
“Masih (menjalani aktivitas seksual), jauh pasien gagal ginjal kronik dengan terapi
bedanyo istilahnyo idak normal lagi, lemas, haemodialisa mayoritas informan mengata-
maaf ngomong yo istilahnyo dak ndak hidup kan adanya permasalahan dalam aktivitas
lagi tu nah,kalo dulu sebelum sakit 3 kali la seksual mereka sejak menjalani haemo-
(beraktivitas seksual), kalo kini seminggu dialisa. Adapun hasil wawancara sebagai
seka-li”(R4,50 th).
berikut:
“Awal awalnyo dulu iyo,sekarang udah idak
“Idak ado nafsu lagi, saat berhubungan
mampu lagi, dakdo kemampuan. Dulu tu
cepat lemas, mulai dari awal cuci darah,
seminggu 1 apa 2 kali, kalo sekarang idak
karno dari awal udah lemes nian, hubungan
pernah.” (R5, 53 th).
26 Jurnal Media Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, April 2016, hlm 001-113

samo ibuk biaso bae, harap maklum pulo” sekali. Nggak ada, biarin ajo,karno memang
(R1, 45 th). kondisinyo cak itu” (R1, 45 th).
“Agak lemes-lemes dikit tubuh kito, cepet “Iyo karno penyakit (gagal ginjal). Dak ado
capek idak seperti itu kito tu dulu termasuk mbak, iyo biarkan ajo karno keada-annyo
garang lah. Mulai kito sakit tu mbak seperti itu” (R2, 48 th).
(penurunan aktifitas seksual) sakit dirumah “Bisa jadi karno usia (usia R= 39 th). Kalo
bae duo bulan dirawat, belum cuci darah Kito punya itukan dari kesehatan kan
belum tau penyakt ini tadi,kiro kito maag ,makan,minum madu, makan telur putih,
udah duo bulan di rawat di rumah,udah duo pokoknya gizi harus dijaga dek” (R3, 39 th).
bulan idak jugo,akhirnyo di bawak ke rumah “Yo karno cuci darah, biarkan ajo karno
sakit, disitulah di check up baru tau gagal kadang kadang kan normal” (R4, 50 th).
ginjal, baru disuruh cuci darah, penu-runan “Karno cuci darah,walaupun diabetes dulu
seksual sejak 2 bulan sakit sebelum tau masih (beraktivitas seksual) 2-3 bulan cuci
gagal ginjal tu, sudah cuci darah jugo darah masih (beraktifitas seksual), setelah
masih. Baik-baik ajo, kadang yo maklumlah itu idak lagi. Dak ado biarin ajo” (R5, 53
ibuknyo masih mudo, kadang dio minta samo th).
kito kan, nah kito “ai litak eh malas”,tapi “Ya itu karno sakit ginjal itu, nggak ada
untung ngerti ibuknyo” (R2, 48 th). dibiarin ajo” (R6. 29 th).
“Boleh dikatakan nurun itu lah, (fre-kuensi
berhubungan), malah sebelum cuci darah itu PEMBAHASAN
waktu sakit (gagal ginjal) itu la nurun
Aktivitas seksual
(aktivitas seksual)belum cuci darah tapi la
tau gagal ginjal, udah cuci darah mulai Aktivitas seksual pasien diidentifikasi-
stabil lagi. alhamdulillah baik-baik ajo istri kan dari keinginan pasien untuk melakukan
sangat mengerti” (R3, 39 th). hubungan seksual. Pada penelitian ini dida-
“Lemas, kurang ado rangsangan, sejak awal patkan bahwa seluruh informan mengalami
cuci darah sejak awal sakit gagal ginjal, perubahan dan penurunan aktivitas seksual.
Idak (tidak ada masalah dengan istri)” (R4,
Perubahan yang dialami diantaranya merasa
50 th).
“Sekarang udah idak mampu lagi, dakdo cepat lemas dan tidak bertahan lama saat
kemampuan, pasif, 2-3 bulan awal cuci menjalani aktivitas seksual, kurang ber-
darah masih, setelah itu idak lagi (ber- gairah, adanya penurunan minat untuk
aktivitas seksual), Baik-baik ajo (hu-bungan melakukan aktivitas seksual. Hasil ini
dengan istri” (R5, 53 th). sejalan dengan penelitian yang dilakukan
“Lemes, kurang bertahanlamo, samo Arslan dan Ege (2009) yang mengemukakan
penurunan minat, sejak setahun cuci darah, bahwa pasien penyakit ginjal kronik yang
iyo baik baik ajo (hubungan dengan istri)” menjalani haemodialisa mengalami
(R6, 29 th). penurunan keinginan dalam berhubungan
Penyebab terjadinya masalah seksual pada pasien seksual. Hasil penelitian yang dilakukan
gagal ginjal kronik dengan terapi haemodialisa oleh Soykan (2004) diTurki yang melibat-
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kan 43 orang pasien haemodialisa yang
informan mengenai pendapat informan ter- terdiri dari 25 orang laki-laki dan 18 orang
hadap penyebab terjadinya masalah seksual perempuan, menemukan bahwa 40% infor-
pada pasien gagal ginjal kronik dengan man tidak melakukan aktivitas seksual.
terapi haemodialisa mayoritas informan Pendapat tersebut sesuai dengan Doss,
mengatakan mereka mulai mengalami dkk (2012) yang menyatakan bahwa 60%
permasakan seksual sejak terdiagnosa gagal responden memiliki dorongan seksual
ginjal kronik dan menjalani terapi haemo- sangat lemah, sedangkan 6% mengatakan
dialisa. Adapun hasil wawancara sebagai dorongan seksual sangat kuat. Gangguan
berikut: seksual pada penyakit ginjal dengan haemo-
“Pertama tuh, kita tuh ibarat tu, bukan dialisa hanya dialami oleh pasien wanita dan
ibarat badan kito tu lesu dak do gairah samo usia kurang dari 60 tahun (Bass et al. 2012).
Telah diketahui terkait gagal ginjal kronis
Sri, H & Misniarti Masalah Kebutuhan Seksual Pada Pasien … 27

dengan impotensi dan hilangnya libido di pernah kembali pada aktifitas atau pe-
laki-laki dan bagi banyak wanita, infertilitas kerjaan seperti sedia kala. Dengan demi-
dan ketidakteraturan menstruasi (Lessan kian pasien akan mengalami kehilangan pe-
dkk, 2011). kerjaan, penghasilan, kebebasan, harapan
Ini sesuai dengan teori motivasi yang umur panjang, fungsi seksual sehingga
paling dikenal mungkin adalah Teori Hie- dapat mengakibatkan kehilangan harga diri
rarki Kebutuhan Maslow yang berpendapat dan identitas gender. Rasa kehilangan ini
bahwa pada diri tiap orang terdapat hierarki akan mengakibatkan efek kemarahan yang
lima kebutuhan yaitu diantaranya kebutuhan akhirnya timbul suatu keadaan depresi
fisik: makanan, minuman, tempat tinggal, sekunder sebagai akibat dari penyakit sis-
kepuasan seksual, dan kebutuhan fisik lain. temik yang mendahuluinya (Friedman,
Bagi maslow, cinta menyangkut suatu hu- 1999).
bungan sehat dan penuh kasih mesra antara HD dapat memperpanjang usia tanpa
dua orang, termasuk sikap saling percaya batas yang jelas. Pasien tetap akan menga-
dalam hubungan yang sejati tidak akan ada lami sejumlah permasalahan dan kompli-
rasa takut, sedangkan berbagai bentuk perta- kasi. Pada masalah fisik akan terjadi hipo-
hanan pun akan runtuh. Seringkali cinta tensi, hipertensi, kram, demam, kedinginan,
menjadi rusak jika salah satu pihak merasa infeksi, gangguan, cardio pulmoner, anemia,
takut kalau kelemahan-kelemahannya serta penyakit tulang, masalah kardiovaskuler,
kesalahan-kesalahannya terungkap (Globe, toksisitas alumunium, hiperkalemia, per-
2010) darahan, hiponatremia dan hipernatremia,
Respon seksual emboli udara, pruritus, mual, muntah.
Sedangkan pada masalah psikis terjadi stres,
Pada penelitian ini didapatkan hasil depresi, perilaku tidak kooperatif, perubahan
bahwa sebagian informan mengalami gang- kepribadian dan bunuh diri (Smeltzer dan
guan dengan respon seksualnya yaitu pada Bare, 2004).
(R1,R2,R5). Berbagai reaksi yang diung-
kapkan oleh informan karena adanya penu- Permasalahan seksual
runan seksual setelah menjalani haemodia- Pada penelitian ini didapatkan bahwa
lisa seperti perasaan malu, dan kurangnya hampir seluruh informan (6 informan)
minat dari tim medis dalam merespon ke- mengalami permasalahan seksual yaitu
luhan pasien, terjadi depresi primer atau perasaan lemas saat menjalani aktivitas
depresi subklinis serta lamanya dari penya- seksual, cepat merasa lelah, kurang ber-
kit kronis (Arslan, dkk, 2002). Sesuai de- gairah, dan tidak bertahan lama saat menja-
ngan Irawati (2010) yang menyatakan lani aktivitas seksual. Masalah fisik yang
bahwa terjadi penurunan hubungan seksual, lain yang sering dikeluhkan pasien adalah
perubahan keinginan untuk melakukan gangguan seksual. Sesuai dengan Kastrouni
hubungan seksual serta kepuasan yang sulit et al, (2010) bahwa masalah seksual adalah
dicapai sesuai dengan keinginan partisipan. masalah yang paling utama pada pasien
Pada partisipan laki-laki terjadi disfungsi GGT yang menjalani haemodialisis di
seksual yaitu disfungsi ereksi dan ejakulasi Yunani. Gangguan ginjal akan mempeng-
dini. Permasalahn ini terjadi karena adanya aruhi penampilan seksual baik pada laki-laki
perubahan fisik dan terjadinya disfungsi maupun pada wanita. Hal ini disebabkan
ginjal yang sudah menurun serta adanya pasien mengalami perubahan hormonal
perubahan psikologis dari partisipan. akibat uremia. Selain perubahan hormonal,
Sebagian informan mengaku masih efek obat juga berperan dalam gangguan
memiliki respon seksual yang baik walau- seksual ini. Obat yang diberikan pada pasien
pun kualitas untuk melakukan hubungan sek hemodialisis dapat menyebabkan disfungsi
sudah berkurang (R3, R4, R6). Dua pertiga seksual (Leung, 2003).
dari pasien yang mendapat terapi HD tidak
28 Jurnal Media Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, April 2016, hlm 001-113

Hal ini didukung oleh hasil penelitian babkan oleh kelelahan kronis, kecemasan
Nurmawati (2011) yang menyebutkan bah- dan penurunan harga diri, terutama pada
wa pasien yang menjalani hemodialisis pasien yang menjalani haemodialisa tiga
mengalami masalah dalam hubungan kali seminggu dan juga faktor usia antara
seksual dengan pasangannya. Adanya peru- 40-60 tahun. Setelah dilakukan haemodia-
bahan seksualitas pada pasien gagal ginjal lisis pasien merasa lelah, sakit kepala,
dengan hemodilisa, dimana perubahan ter- keringat dingin, kram, dan tidak buang air
sebut termasuk perubahan yang signifikan seni. Hal ini terjadi karena tekanan darah
yaitu terjadinya disfungsi ereksi (DE) dan menurun dan sel darah merah pecah. Penga-
ejakulasi pada pria, penurunan kepuasan ruh lain bersifat kejiwaan dimana pasien
seksual, ganguan hasrat yang sering dia- menjadi tidak bisa mandiri dan bergantung
lami baik pada pasien pria maupun wa- pada mesin haemodialisis, petugas dan ke-
nita (Aslan et al, 2003 dan Rosas et al, luarga.
2010). Hubungan secara medis, psikologis,
Orang dengan penyakit ginjal kronis dan faktor sosial, baik dalam isolasi tetapi
(CKD) memiliki beban tinggi dan menga- umumnya lebih, dalam kombinasi, dapat
lami gejala kualitas hidup rendah dari pada berkontribusi untuk perubahan dalam
populasi umum. Orang dengan CKD sering keinginan dan fungsi seksual bagi orang-
melaporkan kelelahan, anoreksia, nyeri, orang dengan penyakit ginjal kronis (CKD).
gangguan tidur, rasa gatal dan gelisah. Hidup dengan penyakit kronis seperti
Depresi dan disfungsi seksual mungkin juga penyakit ginjal dan melakukan pengobatan-
umum di CKD, meskipun pertanyaan ten- nya dapat memakan waktu danmelelahkan,
tang diagnosis dan pengobatan yang optimal terutama jika pasien bekerja dalam waktu
tetap tidak terjawab. Orang dengan penyakit lama dan memiliki tanggung jawab terhadap
ginjal mengidentifikasi gaya hidup dan keluarga. Hal ini tidak mengherankan bahwa
dampak CKD pada keluarga dan psikososial dengan tuntutan tambahan dialisis atau
mendukung sebagai prioritas utama dan perawatan lain, pasien mungkin kadang-
gejala seperti disfungsi seksual dan tekanan kadang merasa lelah dan depresi. Hal ini
psikologis parah (Vecchio, 2012). sulit untuk merasa tertarik pada seks jika
Pada klien dengan penyakit ginjal kro- pasien lelah atau tidak enak badan.
nik akhir dengan haemodialisa kronis u- Yuwono (2000) (dalam Butar-butar,
mumnya mendapatkan terapi antidepresan 2013) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
yang dapat menurunkan libido dan menunda mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal
orgasme pada wanita, sedangkan pada laki- ginjal adalah umur, jenis kelamin, etiologi
laki akan menurunkan ereksi dan ejakulasi gagal ginjal, cara terapi pengganti, status
(Marques, et al, 2006; Diaz, Ferrer dan nutrisi dan kondisi kormorid.Berbeda de-
Cascales, 2006 dalam Farida, 2010). ngan pendapat Yanti (2011) bahwa lama
Penyebab masalah seksual menjalani hemodialisis tidak berhubungan
secara signifikan dengan depresi, ini
Pada penelitian ini didapatkan hasil 5 mungkin terjadi pada pasien yang masih
orang informan mengatakan permasalahan dengan usia muda (dibawah 50 tahun).
seksual yang dialami dikarenakan penyakit Permasalahan seksual yang dialami
gagal ginjal kronik yang diderita. Hal oleh informan dengan haemodialisa ini
tersebut disimpulkan oleh informan karena disebabkan oleh adanya perubahan fisik,
sebelum menderita gagal ginjal kronik dan psikologis, ekonomi dan spiritualnya, teru-
saat menjalani terapi haemodialisa informan tama untuk pasien yang baru menjalani
tidak mengalami permasalahan-permasalah- haemodialisa, tetapi untuk pasien yang telah
an seksual dan masih rutin melakukan akti- lama mereka akan mulai dapat menyesuai-
vitas seksual. Arslan, dkk (2002) menyata- kan diri kondisi tersebut (Farida, 2010).
kan bahwa kurangnya minat seksual dise- Selain faktor tersebut, faktor pendidikan
Sri, H & Misniarti Masalah Kebutuhan Seksual Pada Pasien … 29

akan sangat berperan dalam menentukan motivasi yang diberikan oleh istri, anak dan
kualitas hidup informan dengan haemo- anggota keluarga lainnya. Aplikasi dari
dialisa. Dengan kualitas hidup yang baik sebuah nilai yang dianut oleh informan
maka informan akan dapat menjalani kehi- membuat hidup menjadi lebih bermakna
dupan dengan baik terutama dalam men- dengan adanya keyakinan bahwa keadaan
jalani aktivitas seksual sesuai dengan ke- sakit yang sedang dialami sekarang semata-
adaan fisiknya (Ayyubi dkk, 2013). mata datang dari Allah dan akan disembuh-
kan oleh Allah juga. Pengertian dari pasang-
KESIMPULAN an sangat dibutuhkan oleh informan, sebab
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan usia yang masih muda dan keinginan
meskipun informan berada dalam kondisi seksual masih sangat kuat, sehingga kebu-
yang menderita dan tidak berdaya dengan tuhan seksual yang membara dapat dialihkan
keadaan penyaktinya tetapi tetap bertahan dengan kegiatan lain yang lebih positif.
dengan adanya dorongan, pengertian dan

DAFTAR RUJUKAN
Bass, Adam., Sofia B Ahmed., Scott Klarenbach., ginjal kronik tahap akhir yang menjalani
Bruce Culleton., Brenda R Hemmelgarn., and haemodialisa di RumahSakit Islam Jakarta.
Braden Manns. The impact of nocturnal Diunduh tanggal 15 Oktober 2014 arihttp://
hemodialysis on sexual digital_ 20280645_ T Diana Irawati
function.http://www.biomedcentral.com/1471- Haemodialisa.PDF (Secured).
2369/13/67 Kastrouni M, Saratopoulou E, Aperis G, Alivanis P.
Aguslemi, M. Farid. EdisiJanuari. 2012. 2010. Quality of life of greek patient with end
DialifeBuletinInformasiKesehatanGinjal. stage renal diseases undergoing
Jakarta: Yayasanginjaldiatrans. hemodialysis.Journal of renal care.
Aslan et al, 2003 dan Rosas et al, 2010. Lessan, Mahboob .,Pezeshki1and Shirin Ghazizadeh.
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/dis 2011. Sexual and Reproductive Function in
k1/29/jtstikesmuhgo-gdl-nugrohofaj-1408-1- Chronic Kidney Disease and Effect of Kidney
babi.pdf. Transplantatiol. Nephrology Research Center,
Butar-Butar, Aguswina dan Cholina Trisa Siregar. Imam Khomeini Hospital, Tehran University
Karakteristik Pasien Dan Kualitas Hidup of Medical Sciences, 2 Obstetrics and
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Gynecology Department, Tehran University of
Terapi Hemodialisa. Tesis Fakultas Medical Sciences, Iran 2011
Keperawatan, Universitas Sumatera Utara. www.intechopen.com
Doss, F., & Polaschek, N. (2012). Assessing sexual Nephrol, Clin J. 2010. American Society Of
dysfunction in people living on dialysis in a Nephrology
New Zealand renal service. Renal Society of RekamMedik RSUD Curup. 2014. Data
Australasia Journal, 8(3), 104-108. PasienHaemodialisa.
Elvira, Sylvia. 2006. Isfungsi seksual pada Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan
perempuan. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Penelitian & Pengembangan Kementrian
Kedokteran Universitas Indonesia. Kesehatan Republik Indonesia.
Farida, Anna. 2010. Pengalaman klien haemodialisa Vecchio, Mariacristina ., Suetonia C. Palmer.,
terhadap kualitas hidup dalam konteks asuhan Marcello Tonelli., David W. Johnson4 and
keperawatan di RSUP Fatmawati Jakarta. Giovanni F.M. Strippoli. Depression and
Tesis FKUI publikasi. sexual dysfunction in chronic kidney disease: a
Friedman,M dkk. (1999). Family Nursing Research, narrative review of the evidence in areas of
Theory and Practice significant unmet need. Oxford
Hidayat, Aziz alimul. 2006. JournalsMedicine & Health Nephrology
PengantarKebutuhanDasarManusia. Jakarta: Dialysis Transplantation Volume 27,Issue 9.
SalembaMedika 2014.Kidney Health Australia.
Irawati, Dian. 2011. StudiFenomenologi:
Pengalaman difungsi seksual pasien penyakit

Anda mungkin juga menyukai