Anda di halaman 1dari 10

APLIKASI FILSAFAT DALAM TEORI “ ADAPTASI ROY “

Filsafat merupakan dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan untuk mendapat ilmu

pengetahuan secara lmiah. Filsafat merupakan sumber dari segala ilmu, dimana pemahaman

filsafat yang secara etimologis melandaskan gagasannya pada filos (cinta) dan sophia atau

kebijaksanaan, (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2010). Dalam filsafat menguraikan tentang persoalan

kebenaran, pengetahuan dan nilai-nilai. Dimana bidang garapan filsafat diarahkan menjadi tiang

penyangga bagi eksistensi ilmu pengetahuan yang terdiri dari : Ontomologi yaitu hakikat ilmu

itu sendiri mengenai suatu kebenaran yang dihubungkan dengan keperawatan adalah apa itu ilmu

keperawatan, Epistomologi merupakan sumber sarana dan tata cara menggunakan sesuatu yaitu

bagaimana lahirnya ilmu keperawatan, dan aksiologi nilai – nilai yang bersifat normatif untuk

mengetahui suatu kebenaran dalam keperawatan untuk apa ilmu itu digunakan. Menurut Dardiri

2000, perkembangannya filsafat mengarahkan pada pengembangan ilmu pengetahuan bagaimana

seseorang atau profesi bersikap sesuai etik.

Filsafat Keperawatan mengkaji penyebab dan hukum yang mendasari kenyataan, serta

keingintahuan tentang gambaran sesuatu berdasarkan pada alasan yang logis yang dapat

diaplikasikan dan menghasilkan pengetahuan alam semesta yaitu pengetahuan keperawatan

tentang respon manusia secara biologis dan perilaku manusia pada kondisi sehat dan sakit.

Filsafat dalam Keperawatan telah berkembang lebih maju dalam berbagai ilmu pengetahuan dan

mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Filsafat dalam bidang kesehatan

Khususnya keperawatan mampu memberikan pedoman dan mewarnai sikap perilaku perawat

yang dapat di aplikasikan dalam pelayanan keperawatan awalnya vokasional, didasarkan pada
mother instinck atau naluri keibuan, mengalamii perubahan menuju keperawatan sebagai profesi,

perubahan ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan

kesehatan dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi profesi keperawatan itu sendiri.

Keperawatan sebagai direcht human careharus dapat menjawab mengapa seseorang

membutuhkan keperawatan. Keperawatan sebagai suatu profesi dapat terwujud bila para

profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berfikir analitis, kritis dan logis serta tanggap

atau peka terhadap kebutuhan klien, sehingga perlu dikaitkan dengan filsafat untuk mencari

kebenaran ilmu keperawatan untuk ilmu keperawatan itu sendiri, McEwen, M., & Wills, E.M.

(2011).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan perubahan pola fikir manusia akan berdampak

pada tuntutan akan kebutuhan masyarakat khususnya dalam pelayanan keperawatan.

Perkembangan teori keperawatan diawali pada tahun 1950-an, saat perawat mulai menyadari

bahwa ilmu pengetahuan keperawatan perlu disusun dalam suatu kerangka kerja yang sistematis.

Meskipun setiap teori umumnya merujuk pada suatu fenomena yang spesifik, tetapi dapat

digunakan pada lingkup yang lebih luas. Keperawatan memandang manusia secara utuh dan unik

sehingga praktek keperawatan membutuhkan penerapan ilmu pengetahuan dan keterampilan oleh

karena Masyarakat akan semakin sadar tentang haknya terhadap fasilitas pelayanan kesehatan

dan keperawatan yang berkwalitas.Menurut De Laune dan Ladner 2002, teori adalah dasar untuk

meningkatkan efektifitas teori dan praktek keperawatan, peningkatan profesionalisme perawat

dapat dibangun dan memahami kembali teori keperawatan.

Meskipun setiap teori keperawatan umumnya merujuk pada suatu fenomena yang spesifik, tetapi

dapat digunakan pada lingkup yang lebih luas, dimana berdasarkan lingkup teorinya, teori

keperawatan dapat dibedakan menjadi Grand Theori, middle range theori dan micro range teori,
dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi dibidang kesehatan akan

membuat beberapa teori modern untuk merancang persfektif baru keperawatan hal ini akan

menunjukkan bahwa keperawatan adalah gabungan ilmu dan seni yang berfokus pada klien

secara komprehensif, bio,psikho, sosial dan sprituil. Untuk menjelaskan cara konsep berpikir

pengetahuan filsuf agar bisa menjadi sebuah ilmu pengetahuan, maka ada beberapa komponen-

komponen teori keperawatan Calista Roy yang terkandung dalam pengetahuan filsuf tersebut. 3

(tiga) ilmu yang menjadi tiang penyangganya yaitu ilmu ontologi, ilmu epistemologi, dan

aksiologi beserta aliran-aliran filsafatnya.

Aplikasi filsafat dalam teori Model Keperawatan Calista Roy : di tinjau daru Ilmu

Epistomologi, Alligood, M.R. (2014). yang mempelajarai tentang apa hakikat dari ilmu

Keperawatan dan Jawaban dari pertanyaan ontologi tentang apa ilmu keperawatan dapat

didefenisikan menurut pendapat Calista Roy (1976 ) keperawatan yang berorietasi kepada

praktek keperawatan yang memilki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan

kepada klien, keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan keperawatan yang bersifat

humanistik dan expert, holistik berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan secara mandri dan

kolaborasi, Roy mengatakan ada Lima kebutuhan yang diidentifikasi pada model fisiologis –

fisik relatif pada kebutuhan dasar integritas fisik : oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktifitas dan

istirahat juga perlindungan. Kebutuhan Oksigenasi menggambarkan pola penggunaan oksigen

berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi, Karena oksigen berperan sangat penting dalam

proses metabolisme sel.c. Nutrisi: menggambarkan substansi organik dan non organik yang

ditemukan dalam makanan yang diperlukan oleh tubuh. Eliminasi menggambarkan pola

eliminasi normal yaitu menghitung berapa intake dan output normal. Aktifitas dan istirahat:

menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur sehari-hari. Karena dengan bergerak,
tubuh menjdi sehat, sistem pernapasan berfungsi dengan baik dan metabolisme tubuh pun dapat

optimal. Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit. Indera menggambarkan

fungsi sensori perseptual dengan panca indera itu. Cairan dan elektrolit menggambarkan proporsi

cairan dan elektrolit yang tepat. Fungsi neurologis: menggambarkan pola control neurologist

pengaturan dan intelektual. fungsi endokrin menggambarkan pola control dan pengaturan

termasuk respon stress dan sistem reproduksi, Model konsep diri terdiri dari grup

identitas : Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola

interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain, Model peran fungsi :Fungsi peran

merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam

mengenal pola-pola itu, Model interdependen : Interdependent merupakan kemampuan

seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan

secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. Berfokus pada hubungan yang

dekat pada seseorang (individu dan kelompok), dan Persepsi adalah interpretasi dari stimulus dan

apresiasinya secara sadar.

Model fisiologis dan fisik adalah asosiasi proses fisik dan kimia yang melibatkan fungsi dan

aktifitas organisme hidup. Person as an adaptive system S adalah Suatu kesatuan yang di

hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling

ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, autput,

kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,

merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat

menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan

stimulus residual, Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,

efeknya segera, misalnya infeksi .Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,

diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat

menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial, Stimulus residual

yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk

diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu,

hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada

yang toleransi tetapi ada yang tidak. Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk

mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator

yang merupakan Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen untuk menginput proses

dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah

kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal

cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang

dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem kognator.Stimulus untuk subsistem kognator

dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus

umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi

otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi

berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar

berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang

mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang

berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari

keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang. Output dari suatu sistem adalah

perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari

dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy
mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.

Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat

terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan

kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal

adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.Roy telah menggunakan bentuk mekanisme

koping untuk menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme

koping diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem

pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari

seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu

Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan

mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.

Ilmu Ontomologi adalah tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan berkaitan dengan

kehidupan yang dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan adanya manusia,

jaman dahulu manusia hidup secara alamiah, namunsudah mampu memilki pengetahuan

walaupun hanya sedikit dalam merawat dan mengobati, seiring dengan berjalannya waktu

semakin maju peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan, pekerjaan merawat

dikerjakan berdasarkan naluri keibuan ( melindungi anak dan merawat yang lemah ). Roy (1970)

menemukan teori adaptasi sebagai dasar perawatan, wilayah yang luas menjadi perhatian dan

mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Ilmu aksiologi adalah ilmu keperawatan digunakan sebagai ilmu, pedoman dan dasar dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sebagai individu, keluarga dan masyarakat guna

meningkatkan derajat kesehatan sehingga bisa merubah kondisi seseorang menjadi sembuh dan

sehat dan dapat mempertahankan derajat kesehatannya. Asumsi Model Calista


Roy mengemukakan konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa

pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:manusia sebagai makhluk

biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Kesehatan adalah

upaya Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai

dengan perubahan yang terjadi. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang

dikemukakan oleh Roy, diantaranya: Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi

dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu. Kontekstual

stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus internal maupun

eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara

subjektif. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada

atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan

observasi. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya: Pertama, fungsi

fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi,

eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis

dan fungsi endokrin. Kedua, konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang

mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain. Ketiga, fungsi peran

merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam

mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain Keempat,

interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang,

cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun

kelompok. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu

melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan

sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.


Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar dan

diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan

sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal,Roy mendefinisikan bahwa tujuan

keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon

adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping

individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi

seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan

residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang

masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak

terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal

maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif

disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang

ada dan timbul releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

Manusia / klien yang menerima asuhan Keperawatan, Roy menyatakan bahwa penerima jasa

asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial. Masing-masing

dilakukan oleh perawat sebagai system adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka

tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara

system dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh

perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus mempertahankan

intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontinyu beradaptasi. Lingkungan, Roy

mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal,yang

mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok.

Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses

mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan

proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh

individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons.

Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan

adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar. Penerimaan

teori dalam profesi keperawatan (Praktik, pendidikan, penelitian). Penerimaan teori adaptasi

Roy pada keperawatan komunitas dan jiwa, Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk

perawat dalam mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut

Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi,

Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien, Setelah pengkajian

pertama perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien tentang ketidakefektifan respon atau

respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon

(mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat

mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap

klien selanjutnya Perumusan diagnosa keperawatan menurut Roy Menggunakan tipologi

diagnosa . Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif berhubungan dengan stimulus

yang sama, Misalnya jika seorang Bapak /Tn.B. yang mempunyai keluarga dimana anak dan istri

meninggal dalam musibah sunami dan harta bendanya habis,secara psikososial bapat/Tn.B dalam

kondisi berduka dan beresiko mengalami gangguan psikososial yang beresiko gangguan jiwa

Intervensi keperawatan, Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan

merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga

ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi

meningkat. Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan

menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan harus dapat menggambarkan penyelesaian

masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan,

pertumbuhan, reproduksi). Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah

atau juga memperluas kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli

berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat. Evaluasi Penilaian terakhir dari proses

keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu

asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu

terjadinya adaptasi pada individu.

Anda mungkin juga menyukai