20100320096
2014
BAB I
A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
hidup masyarakat akan kesehatan serta usia harapan hidup yang meningkat
menjadi 7,06 miliar pada pertengahan 2012 (haub, 2012). World health
termasuk kedalam lima besar Negara dengan jumlah penduduk lanjut usia
terbanyak di dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk
(Depkes, 2012).
rata UHH di Provinsi DIY pada tahun 20112 yaitu 73,27 tahun (Dinkes
DIY, 2012). Menurut data dari Dinkes Provinsi DIY pada tahun 2012 yaitu
1
2
jumlah lansia tahun 2011 secara keseluruhan terdapat 456.357 jiwa dari
dengan kabupaten lainnya yaitu sebesar 162.321 jiwa atau 35,52% dari
mengalami perubahan baik biologis, fisik, jiwa, dan sosial seiring dengan
(Potter & Perry, 2005). Hal ini mengakibatkan keluarga dan masyarakat
yang wajar dan alami dimana lansia menjadi sering sakit cepat marah, dan
tidak tertangani dengan baik (Depkes 2010). Selain itu pemahaman yang
3
Bhatia, Srivastava, & Bansal (2008) elder abuse merupakan salah satu
angka kesakitan dan kematian pada lansia (Dong, Simon, Leon, Fulmer,
lansia maupun pada keluarga (Bonnie cit Yaffe, 2012). Dilihat dari
isolasi sosial (Bonnie cit Yaffe, 2012). Sedangkan faktor predisposisi oleh
keluarga yaitu adanya stres yang dialami oleh keluarga tersebut, adanya
alkohol dan obat, serta masalah finansial terkait biaya perawatan lansia
(Bonnie cit Yaffe, 2012). Selain itu status tempat tinggal, gangguan
kognitif, dan depresi juga merupakan faktor resiko terjadinya elder abuse
Tindakan elder abuse juga berdampak pada finansial atau materi milik
keuangan pada lansia karena adanya perampasan hak lansia berupa materi
oleh caregiver. Elder abuse juga berdampak pada kondisi sosial dimana
efek dari elder abuse yaitu lansia menjadi kurang dihormati dan dapat
2009).
dalam Mohr (2006) diperkirakan ada 450.000 lanjut usia (lansia) yang
(2003) dalam Melillo & Houde (2005) menyatakan bahwa insiden elder
per 1000 individu. Menurut Russell, Fulmer, Singh, Valenti, Vermula, &
5
2012).
dimana hanya sekitar 16% dari insiden tersebut yang dilaporkan kepada
pihak yang berwajib (Fulner 2002 cit Linton 2006). Hal ini disebabkan
oleh banyaknya kasus yang tidak terdeteksi oleh tenaga kesehatan karena
faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse.
Hal ini disebabkan karena masih minimnya akses penelitian tentang faktor-
B. Rumusan Masalah
yang timbul adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Kasihan, Bantul.
a. Untuk mengetahui hubungan antara faktor umur dengan resiko terjadinya elder
b. Untuk mengetahui hubungan antara faktor jenis kelamin dengan resiko terjadinya
e. Untuk mengetahui hubungan antara faktor status tempat tinggal dengan resiko
f. Untuk mengetahui hubungan antara faktor depresi dengan resiko terjadinya elder
D. Manfaat Penelitian
Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kejadian elder
abuse.
E. Penelitian Terkait
1. “Screening for Elder Mistreatment among Older Adults Seeking Legal Assistance
Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui prevalensi dan hubungan
elder mistreatment pada lansia yang mecari pelayanan yang berwenang di Atlanta,
Georgia. Jenis penelitian yang digunakan yaitu desain survey cross-sectional dengan
menggunakan cluster sampling (ada 5 komunitas) dengan jumlah sampel ada 112
responden. Instrumen yang digunakan yaitu HS-EAST untuk meneliti lansia beresiko
terhadap abuse dan HANDS untuk meneliti tingkat depresi lansia. Hasil penelitian
yang di dapat yaitu 32 responden (28,6%) memenuhi kriteria beresiko terjadinya elder
Persamaan dengan penelitian ini yaitu tujuan yang ingin dicapai yaitu
mengetahui prevalensi lansia yang beresiko terhadap elder abuse dan faktor-faktor
yang mempengaruhi elder abuse serta instrumen yang digunakan sama yaitu HS-
2. “Screening for Elder Mistreatment in a Dental Clinic Population” tahun 2012 oleh
Stefanie et al.
elder abuse di klinik gigi di Amerika Serikat. Metode yang digunakan yaitu metode
Computer Assisted Self Interview (ACASI). Sampel yang digunakan ada 139 lansia
yang berumur 65 tahun ke atas. Hasil dari penelitian ini yaitu ada 48,4% lansia yang
memiliki skor 3 dan 28,3% memiliki skor 4. Persamaan dengan penelitian ini yaitu
tujuan penelitiannya sama yaitu untuk mengetahui prevalensi elder abuse, metode dan
instrumen yang digunakan. Perbedaannya yaitu jumlah populasi dan tempat penelitian.
3. “Prevalence and Correlates of Emotional, Physical, Sexual, and Financial Abuse and
Potential Neglect in the United States: The National Elder Mistreatment Study ” oleh
Ron Acierno et al. dari Rush University Medical center dan Northwestern university
Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui prevalensi dan hubungan
antara emotional, physical, sexual, dan financial abuse serta potensi pengabaian di
Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Amerika serta sampel yang
digunakan ada 5.777 lansia yang berumur 60 tahun atau lebih. An alisis data
menggunakan model regresi logistik. Hasil dari penelitian ini yaitu prevalensi elder
abuse dalam satu tahun yaitu emotional abuse (4,6%), physical abuse (1,6%), sexual
9
abuse (0,6%), potensial neglect (5,1%), dan financial abuse (5,2%) oleh anggota
keluarga. Hubungan yang paling signifikan terhadap elder abuse yaitu adanya
Persamaan dengan penelitian ini yaitu tujuan penelitiannya sama dimana salah
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Lanjut Usia
perubahan struktur dan fungsinya akibat faktor usia (Aswim, 2003). Menurut
Depkes RI (2000) lanjut usia (lansia) adalah seorang laki-laki atau perempuan
yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan
(potensial) maupun karena sesuatu hal tidak mampu berperan aktif dalam
b. Proses menua
tidak dapat mempertahankan diri terhadap luka. Hal ini menyebabkan lansia
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Nugroho, 2004).
menurunnya kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat
organ seiring dengan proses menua. Hal ini mengakibatkan orang berusia lanjut
sehingga orang usia lanjut sulit untuk memelihara kestabilan status fisik dan
10
11
kimiawi dalam tubuh atau memelihara homeostatis tubuh (Setiati, Harimurti, &
Roosheroe, 2007).
Menurut Potter dan Perry (2005), ada beberapa teori terkait lanjut usia
1) Teori Biologi
Teori ini mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory,
yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi misalnya mutasi dari sel-sel kelamin. Pada teori
kekurangan gizi.
c) Teori stress
Pada teori rantai silang ini menua terjadi akibat adanya reaksi
2) Teori Psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan
yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia
berinteraksi.
3) Teori sosial
Teori sosial ini terdiri atas teori interaksi sosial, teori penarikan diri,
stratifikasi usia.
sosial pada lansia akan menurun karena pada lansia, kekuasaan dan
c) Teori aktivitas
d) Teori kesinambungan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat
e) Teori perkembangan
lansia.
14
terus-menerus.
g) Teori spiritual
arti kehidupan.
d. Batasan Lansia
Batasan lanjut usia pada negara-negara sepeti Amerika dan Eropa adalah 65
tahun. Sedangkan di Indonesia sejak tahun 1995 ditetapkan bahwa kriteria lansia
age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu usia antara 60-
74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua
tahun 1998, bab 1 pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
(2004), lansia dikelompokkan sebagai berikut : (1) usia dewasa muda (elderly
adulthood) : 18 atau 20-25 tahun, (2) usia dewasa penuh (middle years) atau
maturitas : 25-60 tahun atau 65 tahun, dan (3) lanjut usia (geriatric age) : lebih
dari 65 atau 70 tahun dimana lanjut usia terbagi dalam : (a) umur 70-75 tahun
(young old), (b) 75-80 tahun (old), dan (c) lebih dari 80 tahun (very old).
e. Klasifikasi Lansia
1) Pralansia (Prasenilis)
2) Lansia
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60
4) Lansia potensial
Lansia yang tidak mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
f. Karakteristik Lansia
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kondisi maladaptif.
(2009) yaitu:
1) Perubahan fisiologis
Perubahan ini tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih
a) Sistem Integumen
epitel menipis, serat kolagen elastis juga mengecil dan menjadi kaku.
16
Terdapat banyak bintik dan lesi pada kulit. Bintik dengan bentuk tidak
pada punggung tangan dan lengan bagian bawah. Lesi seborrheic atau
hilangnya lemak subkutan dan elastisitas kulit. Selain itu perubahan pada
suara yang umum terjadi akibat peningkatan tinggi nada dan hilangnya
lendir, debu, serta iritan saluran napas berkurang akibat adanya penurunan
curah jantung. Selain itu, tekanan sistolik dan/atau diastolik pada lansia
hipertensi menjadi berkurang. Denyut nadi perifer lansia akan lebih lemah
17
tampak menjadi lebih menonjol karena ada penurunan tonus otot dan
diare.
f) Sistem reproduksi
g) Sistem perkemihan
akan menekan leher kandung kemih dan mengakibatkan terjadi retensi urin,
h) Sistem muskuloskeletal
i) Sistem neurologis
Pada lansia akan terjadi penurunan jumlah dan ukuran neuron pada
2) Perubahan fungsional
seorang lansia. Pada beberapa lansia merasa sulit untuk menerima perubahan
yang terjadi pada seluruh aspek kehidupannya dan biasanya akan menyangkal
3) Perubahan kognitif
perubahan struktur dan fisiologis otak (penurunan jumlah sel, deposisi lipofusin
dan amiloid pada sel, dan perubahan kadar neurotransmiter). Tiga kondisi utama
4) Perubahan psikososial
transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan
semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Biasanya
Menurut Tamher & Noorkasiani (2009) permasalahan lansia yang umumnya terjadi
yaitu :
4) Masih ada sebagian lanjut usia dalam keadaan terlantar, tidak mempunyai
dialami oleh kedua pihak. Selain itu muncul ketegangan emosi sehingga
paling sering terjadi adalah keluarga melarang atau membatasi lansia keluar
keamanan dan kenyamanan lansia, tetapi bagi lansia, mungkin tindakan itu
tidak sesuai ini akan mudah mempengaruhi mental psikologis lansia, sehingga
lansia mudah mengalami stres dan mudah emosi seperti lingkungan yang
Pada situasi dan kondisi tertentu memaksa lansia untuk tetap bekerja
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi kelompok lansia ini sudah
2. Elder Abuse
atau berulang baik disengaja maupun tidak disengaja atau akibat kurangnya
Menurut Mattenson & Connel (2007) ada empat teori terkait faktor
dan tinggal bersama dengan abuser, mereka akan tumbuh dan berkembang
menjadi seorang abuser dan akan melakukan abuse kepada anaknya. Selain
itu lansia yang mengalami depresi, distress psikologi, dan adanya gangguan
perilakunya.
Teori stres pada caregiver yaitu adanya tekanan secara langsung dan
lansia dan minimnya mencari sumber koping dalam merawat lansia serta
4) Teori ketergantungan
korban abuse akibat adanya kelemahan fungsi tubuh dan penyakit kronik
antara lansia dengan caregiver. Hal ini dapat mengakibatkan lansia tersebut
2) Gangguan kognitif
atau narkoba dan memiliki penyakit mental yang serius dapat menyebabkan
6) Satus perkawinan
Abuse juga dapat terjadi pada pasangan suami istri yang diakibatkan
adanya tekanan atau konflik di dalam rumah tangga. Elder abuse dapat
8) Isolasi sosial
Menurut Humphrey & Campbell (2004), ada beberapa faktor resiko yang
1) Faktor individu
lansia laki-laki juga berpotensi terhadap elder abuse dimana angka elder
perempuan.
2) Faktor usia
pada lansia yang berusia 80 tahun ke atas dan lansia tersebut mempunyai
gangguan baik fisik maupun psikologi. Pada usia lanjut terjadi penurunan
3) Faktor sosio-ekonomi
4) Depresi
terjadi seiring dengan proses penuaan dan akibat adanya gangguan secara
fisik maupun sosial. Depresi bukanlah gejala normal dari penuaan dan
25
1) Physically abuse
menampar, dan mencubit. Menurut Melillo et al. (2005), elder abuse adalah
2) Psychological abuse
mengisolasi seorang lansia dari teman atau kegiatan, serta meneror lansia.
psychological abuse, orang yang merawat lansia mudah terkena rasa sakit
3) Neglect (pengabaian)
kegagalan dalam menyediakan alat bantu fisik seperti kacamata, alat bantu
4) Financial abuse/exploitation
secara tidak layak atau ilegal. Financial abuse dapat berupa mengambil
Tanda dan gejala dari elder abuse menurut Hazard et al (2003) adalah
sebagai berikut:
1) Physically abuse
a) Memar dan bilur yang tidak dapat dijelaskan seperti di wajah, bibir,
mulut, badan, punggung, pantat, atau paha, dan membentuk pola yang
b) Luka bakar yang tidak dapat dijelaskan seperti luka sundutan rokok (di
telapak kaki, telapak tangan, punggung atau pantat), luka bakar celup
(luka bakar yang berbentuk seperi kaus kaki), berpola (seperti bentuk
alat setrika, pembakar listrik, dan lain-lain), dan luka bakar karena tali
penyembuhan.
d) Laserasi atau abrasi yang tidak dapat dijelaskan seperti di bagian mulut,
2) Psychological abuse
3) Neglect/pengabaian
4) Eksploitasi finansial
e) Perubahan yang mencurigakan dalam isi surat wasiat dan surat kuasa.
Menurut Bain & Spencer (2009) dampak yang terjadi setelah lansia
mengalami tekanan (stres) sehingga hal ini memiliki efek jangka panjang
bagi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Stres yang diakibatkan oleh abuse
dapat memicu timbulnya rasa nyeri dada atau angina, masalah jantung
dan serangan panik. Selain itu elder abuse dapat menyebabkan lansia
sehingga hal ini membuat ketegangan keuangan milik lansia. Selain itu
hal ini mengakibatkan persepsi negatif bahwa lansia saat ini kurang
dihormati dan diterima. Hal ini jika terjadi maka akan mempengaruhi
mengetahui apakah lanjut usia (lansia) beresiko terhadap abuse atau tidak. Kuesioner
HS-EAST memiliki 15 item pertanyaan yang berisi tiga domain yaitu kekerasan
terhadap hak lansia atau tindakan abuse secara langsung, karakteristik tentang
B. Kerangka Konsep
Variabel bebas
C. Pertanyaan Penelitian
1. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse?
2. Faktor apa yang memiliki hubungan paling signifikan terhadap resiko terjadinya elder
abuse?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
merupakan jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran observasi data variabel
bebas dan variabel terikat hanya satu kali dalam satu waktu untuk mengetahui faktor-faktor
resiko yang berhubungan dengan kejadian elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo,
Kasihan, Bantul.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di desa Jomegatan,
2. Sampel
Besarnya populasi dalam penelitian ini <1000, maka besarnya sampel yang digunakan
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
30
31
n = 63,09 ≈ 63 responden
a. Kriteria Inklusi
(1)Berusia ≥ 60 tahun
b. Kriteria Eksklusi
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu penelitian
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor resiko (faktor umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, tempat tinggal, dan status
depresi).
2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kejadian elder abuse di
E. Definisi Operasional
1. Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia ≥ 60 tahun yang
2. Elder abuse adalah salah satu bentuk perlakuan yang dilakukan oleh keluarga atau
caregiver dalam merawat lansia dan berdampak pada kecacatan fisik, mental, bahkan
kematian. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner skrining elder abuse Hwalek-
nominal. Hasil ukur yaitu positif elder abuse (0-2) dan negative elder abuse (3-15).
3. Umur adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan responden, terhitung saat
responden lahir hingga pengambilan data. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesione r
dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu usia lanjut beresiko (lebih dari 74 tahun) dan
4. Jenis kelamin merupakan identitas seksual yang dibawa sejak lahir. Alat ukur yang
dipakai adalah kesioner dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu laki-laki dan
perempuan.
5. Status perkawinan merupakan hubungan yang sah secara agama dan negara antara
perempuan dan laki-laki. Alat ukur yang digunakan yaitu kesioner dengan skala nominal.
Hasil ukurnya yaitu lansia yang sudah kawin (masih hidup) dan lansia tidak kawin
penghasilan berupa uang. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner dengan skala
33
nominal. Hasil ukurnya yaitu lansia yang masih bekerja (PNS, buruh, tani, dll) dan lansia
7. Status tempat tinggal merupakan keputusan dimana lansia harus tinggal. Alat ukur
yang digunakan yaitu kuesioner dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu tinggal sendiri
8. Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang ditandai dengan
perasaan sedih, bersalah, tidak berdaya dan pesimis. Alat ukur yang digunakan yaitu
kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) yang berjumlah 15 item pertanyaan dengan
skala nominal. Hasil ukurnya yaitu lansia mengalami depresi dan lansia yang tidak
mengalami depresi.
F. Instrumen Penelitian
Kuesioner data demografi dalam penelitian ini berisi data nama, umur, jenis
kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, tempat tinggal, depresi, dan tingkat
pendidikan.
kuesioner yang diadopsi dari Hwalek (1999) yaitu tes skrining elder abuse Hwalek-
merupakan suatu tes yang digunakan untuk mengidentifikasi indikasi adanya elder abuse.
HS-EAST terdiri dari 15 item pertanyaan, satu jawaban dihitung 1 poin dan poin tersebut
ditambah untuk menyusun skor total. Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan favourable
(ya) dan unfavourable (tidak), seperti yang terlihat dalam tabel berikut:
34
Geriatric Depression Scale (GDS) yang telah diadopsi dan disesuaikan oleh Depkes RI.
Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dengan satu jawaban dihitung 1 poin dan
poin tersebut ditambah untuk menyusun skor total. Kuesioner ini juga terdiri dari
pertanyaan favourable (ya) dan unfavourable (tidak), seperti table berikut ini:
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan
kuesioner. Wawancara yang dilakukan berdasarkan kuesioner tes skirining elder abuse
Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian dilanjutkan dengan meminta ijin kepada bapak dukuh
Kegiatan selanjutnya adalah peneliti mulai mencari responden sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi. Responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, maka
responden dianggap gugur. Kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penel itian.
Selain itu peneliti juga akan merahasiakan jawaban responden sehingga hanya peneliti saja
yang mengetahui jawaban dari para responden. Setelah responden bersedia menjadi responden
menandatangani surat persetujuan tersebut yang menandakan bahwa responden telah bersedia
berpartisipasi dalam penelitian ini. Setelah itu peneliti mulai melakukan proses wawancara
kepada lansia sesuai dengan kuesioner HS-EAST dan GDS dengan lansia di posyandu dan
dilanjutkan secara door to door. Kuesioner penelitian yang telah diisi selanjutnya diolah dan
dianalisis menggunakan SPSS. Kemudian hasilnya disusun dalam sebuah laporan akhir
penelitian.
1. Kuesioner HS-EAST
Menurut Muhidin dan Ali (2011), uji coba instrumen sebaiknya dilakukan kepada
20-30 responden sehingga peneliti melakukan uji validitas kepada 20 orang lansia yang
memiliki karakteristik hampir sama dengan penelitian. Uji instrumen ini dilakukan p ada
ekonomi menengah tetapi ada juga lansia yang ditelantarkan oleh keluarganya seperti
tinggal sendiri di rumah dan terlihat tidak diperhatikan oleh keluarganya. Selain itu para
lansia umumnya tidak bekerja sehingga segala kebutuhan dipenuhi oleh anak -anak
mereka, akan tetapi ada pula yang masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari -hari.
Uji validitas dilakukan pada 12 Mei 2014. Tujuannya yaitu untuk menguji apakah
36
instrument penelitian dapat mengungkap ketepatan yang akan diukur sehingga dapat
digunakan sebagai kuesioner penelitian. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan
bantuan software SPSS v.16 for windows untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.
a. Uji validitas
masing skor item dengan skor total, kemudian membandingkan dengan koefisien
Keterangan:
N : jumlah responden
secara signifikan dengan skor total (r product moment hitung > r tabel, dimana r
tabel adalah > 0,361) atau nilai signifikan yang diambil adalah 0,05, maka dinilai
Hasil uji validitas dari 15 item tentang elder abuse yang dinyatakan tidak
valid ada 3 item dan dinyatakan gugur yaitu pada item no. 8, 10, dan 15. Item
yang tidak wajar dan dilarang oleh berbagai pihak karena menimbulkan efek yang
berbahaya. Selain itu item nomor 10 gugur karena pernyataan item tersebut tidak
Sedangkan item nomor 15 gugur karena pada saat dilakukan wawancara, ada
dari item tersebut masih membingungkan. Jadi, kuesioner HS-EAST memiliki item
yang valid ada 12 item dan item yang tidak valid ada 3 item.
b. Uji reliabilitas
20) dengan jumlah pertanyaan yang diuji sebanyak 15 pertanyaan, sehingga rumus
KR 20 sebagai berikut:
Keterangan:
p = proporsi subjek yang mendapat angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek
Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika memberikan nilai p≥0,05 . Hasil uji
reliabilitas didapatkan nilai dari kuesioner elder abuse (HS-EAST) yaitu 0,85
sehingga hasil uji reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen yang
2. Kuesioner GDS
Kuesioner tingkat depresi pada lansia ini oleh Blink dan Yesavage (1982) yang
dikutip oleh Maryam et al (2008). Instrumen GDS yang digunakan dalam penelitian ini
tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena GDS telah diadopsi dan disesuaikan
oleh Depkes RI dengan sensitivitas 84% dan spesifitas 95% (Nugraheni, 2005). Oleh
karena itu instrumen GDS ini dapat digunakan dalam pengambilan data, karena sudah
1. Pengolahan data
Data-data hasil jawaban dari wawancara berdasarkan kuisioner tes skrining elder
sebagai berikut :
a. Editing
atau yang dikumpulkan apakah sudah sesuai dengan keinginan peneliti. Peneliti
melakukan editing data dengan mengoreksi kembali data yang diperoleh, sehingga
yang telah dijawab oleh responden tanpa ada satupun jawaban yang terlewati.
b. Coding
pengolahan data dan proses lanjutan melalui tindakan pengklasifikasian data dan
untuk memudahkan dalam pengolahan data dengan mengubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.
c. Tabulating
dilakukan setelah semua data selesai dikumpulkan, analisis data dilakukan secara
d. Data entry
e. Penyajian data
Setelah data diolah, data tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Untuk
memudahkan pembaca, data tersebut disajikan dalam bentuk narasi. Pada penelitian
2. Analisis data
a. Analisa univariat
variabel bebas (independent variable) yaitu faktor resiko yang berhubungan dengan
kejadian elder abuse yaitu faktor umur, jenis kelamin, status perkawinan, status
pekerjaan, pengaturan tempat tinggal, dan depresi yang dibuat dalam bentuk kuesioner
b. Analisa bivariat
kemaknaan 0,05. Jika nilai p value < 0,05, maka hipotesis penelitian diterima dan
hasil yang diperoleh bermakna/signifikan secara statistik dan jika nilai p value > 0,05,
statistik. Akan tetapi jika terdapat 2 sel pada hasil chi-square maka analisis yang
digunakan yaitu Fisher Exact dengan p value > 0,05 yang artinya bahwa hipotesis
penelitian diterima.
c. Analisa multivariat
Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini yaitu logistic regression
dengan derajat bermakna p value <0,05. Analisis logistic regression yaitu untuk
mengetahui hubungan variabel bebas (umur, jenis kelamin, status perkawinan, status
variabel terikat yaitu resiko terjadinya elder abuse sehingga dapat diketahui variabel
mana yang memiliki hubungan paling signifikan terhadap variabel terikat (resiko
J. Kesulitan Penelitian
1. Seiring dengan bertambahnya usia lansia sehingga ada beberapa lansia yang memiliki
gangguan pendengaran. Oleh karena itu peneliti mengalami sedikit kesulitan pada waktu
wawancara.
2. Ada beberapa lansia yang memiliki kesibukan sehingga peneliti mencari waktu lain
K. Etik Penelitian
1. Informed consent
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dan terdiri dari tujuan,
Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan peneliti. Jika subjek
dengan sebaliknya.
Dalam penelitian ini peneliti tidak membuka identitas responden secara bebas
dengan tujuan untuk kepentingan kerahasiaan, nama baik, dan hukum responden.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya
Jomegatan terdiri dari dua dusun yaitu Nitiprayan yang terdiri dari 4 Rukun Tetangga dan
Jomegatan yang terdiri dari 7 Rukun Tetangga. Di desa Jomegatan memiliki 1.113
Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah lansia 171 orang. Desa ini merupakan daerah
Desa Jomegatan merupakan wilayah kerja Puskesmas Kasihan 2 dan memiliki dua
Posyandu Lansia yaitu Posyandu Mekar 1 dan Posyandu Mekar 2. Penelitian ini
dilakukan di Posyandu Mekar 1 yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali yaitu setiap
tanggal 7 yang dilaksanakan oleh kader-kader dari masyarakat tersebut dan tim kesehatan
yang datang setiap dua bulan sekali. Kegiatan di Posyandu Lansia dusun Jomegatan
antara lain cek tekanan darah, penimbangan berat badan, pembagian makanan tambahan
41
42
B. Hasil Penelitian
Karakteristik dalam penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin, status perkawinan,
status pekerjaan, dan pengaturan tempat tinggal. Responden dalam penelitian ini
adalah lansia yang tinggal di dusun Jomegatan dengan total lansia 171 orang.
Umur
- 60-74 40 63,5
- > 75 23 36,5
Jenis kelamin
- Laki-laki 12 19,0
- Perempuan 51 81,0
Status perkawinan
- Menikah 29 46,0
- Cerai mati (janda/duda) 34 54,0
Status pekerjaan
- Bekerja 15 23,8
- Tidak bekerja 48 76,2
Pengaturan tempat tinggal
- Keluarga 59 93,7
- Sendiri 4 6,3
Total 63 100,0
Sumber: Data Primer, 2014
penelitian ini sebagian besar lansia berumur 60-74 tahun sebanyak 40 responden
lansia yang tidak bekerja yaitu 48 responden (76,2%), dan responden yang tinggal
a. Depresi
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Depresi pada Lansia di Desa Jomegatan, Mei 2014
(n=63).
Ya 42 66,7
Tidak 21 33,3
Total 63 100,0
Sumber: Data Primer, 2014
(33,3%).
Beresiko 27 42,9
Tidak beresiko 36 57,1
Total 63 100
Sumber: Data Primer, 2014
responden (42,9%).
variabel independen (umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, dan
depresi) dengan variabel dependen (resiko terjadinya elder abuse). Pengujian analisis
44
bivariat menggunakan chi-square dan fisher secara terperinci dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Umur
Elder Abuse 60-74 >75 Total P
Beresiko 8 19 27 0,000
(12,7%) (30,2%) (42,9%)
Tidak beresiko 32 4 36
(50,8%) (6,3%) (57,1%)
Total 40 23 63
(63,5%) (36,6%) (100%)
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil data pada tabel 6 menunjukkan bahwa lans ia dengan usia lebih dari 75
tahun beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 19 lansia. Berdasarkan
(p<0,05). Hasil menyatakan bahwa hubungan antara umur dengan elder abuse adalah
signifikan. Nilai korelasinya adalah 0,000 artinya terdapat hubungan antara faktor
Jenis Kelamin
Elder Abuse Laki-laki Perempuan Total P
Beresiko 2 25 27 0,042
(3,2%) (39,7%) (42,9%)
Tidak Beresiko 10 26 36
(15,8%) (41,3%) (57,1%)
Total 12 51 63
(19,0%) (81,0%) (100%)
Sumber: Data Primer, 2014
sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 25 responden.
kelamin dengan terjadinya elder abuse adalah signifikan. Nilai korelasinya adalah
0,042 artinya terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin terhadap resiko
Status Perkawinan
Elder Abuse Menikah Cerai Mati Total P
(janda/duda)
Beresiko 8 19 27 0,024
(12,7%) (30,2%) (42,9%)
Tidak Beresiko 21 15 36
(33,3%) (23,8%) (57,1%)
Total 29 34 63
(46,0%) (54,0%) (100%)
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil data pada tabel 8 menunjukkan bahwa lansia sebagian besar yang
memiliki status cerai mati (janda/duda) lebih beresiko terhadap resiko terjadin ya
elder abuse dengan jumlah 19 lansia. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-
hubungan antara status perkawinan lansia dengan resiko terjadinya elder abuse
adalah signifikan. Nilai korelasinya adalah 0,024 artinya terdapat hubungan antara
lansia yang berstatus cerai mati (janda/duda) terhadap resiko terjadinya elder abuse.
Status pekerjaan
Elder Abuse Bekerja Tidak Bekerja Total P
Beresiko 4 23 27 0,147
(6,4%) (36,5%) (42,9%)
Tidak Beresiko 11 25 36
(17,4%) (23,8%) (57,1%)
Total 15 48 63
(46,0%) (54,0%) (100%)
Sumber: Data Primer, 2014
Hasil data pada tabel 9 menunjukkan bahwa lansia yang tidak bekerja lagi
pekerjaan dengan resiko terjadinya elder abuse adalah tidak signifikan. Nilai
korelasinya adalah 0,147 artinya tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan
Tabel 10. Distribusi Hasil Hubungan Status Tempat Tinggal dengan Resiko
Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Hasil data pada tabel 10 menunjukkan bahwa lansia yang tinggal dengan
keluarga sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah
status tempat tinggal dengan resiko terjadinya elder abuse adalah tidak signifikan.
Nilai korelasinya adalah 0,305 artinya tidak terdapat hubungan antara status tempat
Tabel 11. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Depresi dengan Resiko Terjadinya
Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Depresi
Elder Abuse Ya Tidak Total P
Beresiko 27 0 27 0,000
(42,9%) (0%) (42,9%)
Tidak Beresiko 15 21 36
(23,8%) (33,3%) (57,1%)
Total 42 21 63
(66,7%) (33,3%) (100%)
Sumber: Data Primer, 2014
47
depresi sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 27
dengan resiko terjadinya elder abuse adalah signifikan. Nilai korelasinya adalah
0,000 artinya terdapat hubungan antara lansia yang mengalami depresi dengan resiko
signifikan pada variabel bebas (umur, jenis kelamin, status perkawinan, status
pekerjaan, dan depresi) terhadap variabel terikat (resiko terjadinya elder abuse)
Tabel 12. Distribusi Hasil Hubungan Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap
Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Sig. Wald Exp(B)
hasil bahwa faktor yang memiliki hubungan paling signifikan yaitu umur dengan
C. Pembahasan
Jomegatan
dengan resiko terjadinya elder abuse. Di desa Jomegatan jumlah lansia yang berusia
lebih dari 75 tahun yaitu sebanyak 23 responden (36,4%) (Tabel 3). Hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Olmo, Pujol, Pousa, Juvinya, Vila, Vilalta, et
al (2009) mengindikasikan bahwa seseorang yang berusia lanjut terutama lansia yang
berusia lebih dari 75 tahun memiliki resiko yang lebih besar terhadap elder abuse
dimana prevalensi elder abuse berkisar dari rentang 25,8% hingga 32,8%.
Lansia rentan terhadap elder abuse akibat adanya perubahan yang biasanya
dialami oleh lansia terlebih lagi pada lansia dengan usia lanjut (old elderly) seperti
perubahan fisiologis, fungsional, kognitif, dan perubahan psikososial (Potter & Perry,
2009). Perubahan fisiologis yang terjadi yaitu perubahan bentuk tubuh, organ tubuh,
dan hormon. Hal ini dapat memicu kondisi psikologis lansia dimana lansia akan
Perubahan secara fungsional juga dialami oleh lansia seperti adanya penyakit
(Potter & Perry, 2009). Akibatnya beberapa lansia merasa sulit untuk menerima
perubahan yang terjadi pada dirinya sehingga mereka akan menyangkal adanya
usia, bahkan ada juga lansia yang melebih-lebihkan kondisi mereka untuk
Kejadian elder abuse banyak terjadi pada lansia yang berusia 80 tahun keatas
dimana lansia tersebut memiliki gangguan baik secara fisik, psikologi, maupun sosial
(Humprey & Campbell, 2004). Menurut Nerenberg dalam OWL (2009), ada 70%
49
lansia yang berusia lebih dari 75 tahun memerlukan bantuan dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari akibat adanya gangguan fungsional tubuh seperti kekuatan otot
dan gerak menurun sehingga lansia menjadi tidak mampu dalam memenuhi
Elder abuse seringkali terjadi akibat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh
lansia. Semakin meningkatnya usia lansia, maka lansia akan mengalami keterbatasan
dalam beraktivitas sehingga lansia akan membutuhkan bantuan orang lain untuk
mempertahankan dirinya sendiri pun akan berkurang (Hazard et al, 2003). Akibatnya
lansia akan bergantung pada keluarga sehingga hal ini memicu ketegangan antara
lansia dengan anggota keluarga. Selain itu anggota keluarga yang merawat lansia
akan mudah mengalami stres dalam merawat lansia serta adanya beban finansial dan
waktu yang dibutuhkan bertambah untuk perawatan serta kebutuhan lansia. Hal ini
dapat menyebabkan lansia akan mudah mengalami abuse (Mattenson Connel, 2007).
Elder abuse juga dapat terjadi pada lansia yang jarang bersosialisasi dengan
lingkungan. Lansia yang jarang bersosialisasi akan mudah mengalami abuse terutama
psychological abuse oleh anggota keluarga (Hazard et al, 2003). Berdasarkan uraian
diatas, maka elder abuse dapat terjadi pada lansia dengan usia lebih dari 75 tahun
abuse.
2. Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa
Jomegatan
hubungan antara jenis kelamin dengan resiko terjadinya elder abuse (Tabel 7). Hal ini
juga didukung dengan jumlah lansia perempuan di desa Jomegatan lebih banyak yaitu
51 orang (81%) (Tabel 3). Hal ini dikarenakan usia harapan hidup perempuan lebih
tinggi yaitu 74 tahun, sedangkan UHH laki-laki yaitu 72 tahun (Dinkes, 2012).
50
bila dibandingkan dengan pria. Lansia perempuan lebih rentan terhadap elder abuse
sekitar 2,5 kali bila dibandingkan dengan lansia berjenis kelamin laki -laki. Sekitar
66% lansia perempuan menjadi korban elder abuse di Amerika Serikat dan ada 89%
kasus tentang kejadian elder abuse yang terjadi di dalam keluarga (Carson, 2009).
ketergantungan dalam hal dukungan finansial dan emosional dari anak mereka. Hal
ini memungkinkan lansia perempuan beresiko tinggi terjadinya elder abuse. Selain
itu dalam penelitian tersebut berspekulasi bahwa kemungkinan alasan elder abuse
tanggung jawab dalam pekerjaan rumah tangga seperti memasak, bersih -bersih,
menjaga cucu sehingga para lansia berharap agar anak-anaknya memberikan respek
kepada lansia (Silverstein cit Wu, Chen, Hu, Xiang, Yu,Zhang & Cao, 2012).
desa Jomegatan
Lansia di desa Jomegatan sekitar 54% berstatus cerai mati (janda atau duda)
(Tabel 3). Penelitian yang dilakukan di desa Jomegatan didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan antara status perkawinan dengan resiko terjadinya elder abuse
(Tabel 8). Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wu, Chen.
Hu, Xiang, Yu, Zhang, et al. (2012) dimana lansia dengan status janda atau duda
Lansia yang sudah ditinggal oleh pasangannya akan merasa kesepian. Hal ini
dapat berdampak pada kesehatan jiwa lansia tersebut. Dampaknya lansia akan
mengurung diri, tidak mau bersosialisasi. Akibatnya akan timbul ketegangan antara
keluarga dan lansia itu sendiri hingga dapat terjadi physical abuse atau psychological
abuse.
51
berkurang pada saat seseorang telah kehilangan pasangan hidupnya terlebih lagi pada
orang yang tidak memiliki pasangan terutama pada perempuan dengan status janda.
dari keluarga dan adanya perasaan ditelantarkan oleh keluarga (Santoso & Ismail,
2009). Selain itu kehilangan pasangan terutama pada lansia dapat mengakibatkan
depresi dimana depresi merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya elder
abuse.
desa Jomegatan
abuse (Tabel 9). Sebagian besar lansia sudah tidak bekerja lagi
yang dilakukan oleh Strasser, Smith, Weaver, Zheng, & Cao (2013)
Biasanya elder abuse dapat terjadi pada seorang lansia yang sudah tidak
bekerja dan bergantung secara finansial terhadap keluarganya seperti anak, kerabat,
2013). Hal ini membuat lansia sangat bergantung kepada keluarga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari bahkan tidak jarang biaya perawatan bagi lansia lebih besar
bila dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat membuat abuser
dasar hingga terjadi pengabaian oleh keluarga (neglect) (Wu, Chen, Hu, Xiang,
Elder abuse juga dapat terjadi pada lansia yang bekerja. Biasanya lansia
bekerja akan memiliki uang atas hasil kerjanya. Hal ini dapat mengakibatkan lansia
mengalami financial abuse dimana pelaku abuse akan mengambil kekayaan milik
lansia baik secara paksa ataupun tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada lansia
Akan tetapi hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan di desa
dipenuhi oleh keluarga mereka. Lansia biasanya sudah menerima atas kondisi
keuangan keluarga dan tidak menuntut apapun dari keluarga mereka. Bagi lansia,
dirawat dan tinggal dengan anak merupakan kepuasan tersendiri bagi lansia karena
masih ada keluarga yang mau menerima kondisi mereka. Selain itu masih ada juga
lansia yang masih produktif untuk bekerja. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi
keluarga yang kurang. Para lansia yang masih bekerja merasa senang karena mereka
Berdasarkan hasil dari tabel 10 didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan
antara faktor status tempat tinggal terhadap resiko terjadinya elder abuse. Sebagian
besar keluarga tinggal dengan keluarga (anak atau suami) dengan jumlah 31
responden (49%) (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wu,
Chen, Hu, Xiang, Yu,Zhang & Cao (2012) di Cina dimana hal ini berkaitan dengan
kebudayaan anak dalam merawat orang tua. Merawat lansia merupakan bentuk
anggapan bahwa orang tua merupakan tokoh yang dihormati dalam keluarga.
53
kebutuhannya dan biasanya lansia lebih senang tinggal dengan keluarga (Ramlah,
2011). Keluarga dapat memberikan lingkungan yang akrab, penuh dengan kasih
sayang, dan adanya perasaan dibutuhkan lansia sehingga lansia akan merasa nyaman
Dalam norma dan nilai budaya di Cina, anak-anak bertanggung jawab dalam
menyediakan perawatan kepada para lansia dan para lansia lebih memilih tinggal
dengan anak-anak mereka. Lansia beranggapan bahwa jika mereka tinggal dengan
anak mereka, maka kebutuhan psikologis, fisik, dan finansial terpenuhi (Wu, Chen,
Hu, Xiang, Yu, Zhang & Cao, 2012). Lansia yang tinggal sendirian dapat membuat
mereka merasa diasingkan dan diabaikan oleh keluarga mereka sehingga lansia yang
tinggal sendiri merupakan salah satu bentuk elder abuse yaitu pengabaian (neglect)
dan bukan lagi sebagai faktor resiko elder abuse (Wu, Chen, Hu, Xiang, Yu, Zhang &
Cao, 2012).
Hal ini juga hampir sama dengan kebudayaan di Indonesia dimana anak-anak
bertanggung jawab atas orang tua mereka sehingga lansia akan merasa aman jika
tinggal bersama anak-anak mereka. Selain itu terdapat perasaan tenang dan nyaman
pada masa tua apabila adapt hidup dekat dan kumpul dengan cucu. Jika suatu saat
lansia memerlukan perawatan, maka anak atau anggota keluarga sendiri yang akan
Jadi, sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia dapat disimpulkan bahwa
tanggung jawab anak salah satunya yaitu merawat orang tua dalam situasi apapun.
Lansia juga akan tetap senang dan nyaman bila tinggal bersama keluarga bila
Jomegatan
status depresi dengan resiko terjadinya elder abuse (Tabel 11). Sebagian besar lansia
54
yang mengalami depresi beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah
lansia 27 responden (42,9%) (Tabel 3). Penelitian ini didukung oleh penelitian
Strasser, Smith, Weaver, Cao, dan Zheng (2013) yang menunjukkan bahwa depresi
berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse dimana responden lansia yang
mengalami depresi beresiko 6 kali lebih besar terhadap terjadinya elder abuse.
mental yang paling umum pada populasi lansia (Nazemi, 2013). Depresi biasanya
dialami oleh lansia yang berusia 65 tahun ke atas yang tinggal dengan keluarga atau
Menurut Santoso & Ismail (2009), depresi pada lansia dapat muncul ketika
adanya perubahan status ekonomi, struktur keluarga yang cepat berubah, dan kurang
akan mengalami kesulitan dalam merawat lansia. Hal ini dapat mengakibatkan
caregiver merasa tertekan dalam merawat lansia (Mattenson & Connel, 2007). Hal
ini caregiver berpotensi melakukan emotional abuse atau physical abuse kepada
lansia yang merupakan pemicu terjadinya gangguan mental pada lansia seperti
dengan resiko terjadinya elder abuse. Hal ini disebabkan karena lansia yang
mengalami depresi akan membuat keluarga kesulitan dalam merawat lansia hingga
memiki hubungan paling signifikan terhadap resiko terjadinya elder abuse yaitu
faktor umur (Tabel 12). Hal ini disebabkan karena adanya perubahan yang dialami
oleh lansia secara menyeluruh baik perubahan secara fisik, psikologi, maupun sosial.
lansia dengan usia lanjut (old elderly) rentan terhadap elder abuse. Pada tabel 6
menunjukkan bahwa jumlah lansia di desa Jomegatan yang beresiko terhadap elder
abuse yaitu 30,2% pada lansia yang berumur lebih dari 75 tahun. Hal ini
menandakan bahwa lansia pada kelompok old elderly cukup banyak walaupun masih
Lansia yang telah memasuki usia lanjut (>75 tahun) pasti telah mengalami
terutama lansia telah menginjak usia sangat lanjut (>75 tahun) (Potter & Perry,
diperhatikan lagi, minder, bahkan lansia akan menarik diri dari lingkungan sekitar
(Potter & Perry, 2009). Jika hal tersebut dibiarkan, maka lansia akan mudah
Menurut Mattenson & Connel (2007), teori tentang elder abuse yang sesuai
dengan lansia dengan usia lanjut yaitu yaitu stres yang dialami oleh caregiver dan
ketergantungan dengan caregiver. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa akibat dari
perubahan yang dialami oleh lansia terutama lansia yang telah berumur lebih da ri 75
tahun maka akan memiliki ketergantungan dengan keluarga baik secara finansial,
56
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan biaya pengobatan. Hal ini dapat menyebabkan
biaya perawatan lansia lebih besar bila dibandingkan dengan kebutuhan sehari -hari.
Akibatnya banyak caregiver merasa tertekan hingga timbul stres dalam merawat
lansia terlebih lagi lansia tersebut telah memiliki keterbatasan dan memiliki penyakit.
Jika caregiver sudah tidak dapat mengatasi stresnya tersebut, maka lansia dapat
menjadi korban dalam pelampiasan kemarahan hingga terjadi abuse pada lansia.
elder abuse. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan-perubahan yang kompleks
pada lansia seperti perubahan fisik, psikologis, maupun s osial. Akibatnya lansia
menjadi mudah minder dan menarik diri dari lingkungan sosial. Selain itu faktor
keluarga pun berperan dalam elder abuse dimana keluarga mengalami tekanan atau
stres dalam merawat lansia dengan perubahan yang terjadi pada lansia sehingga
1. Kekuatan Penelitian
b. Penelitian tentang elder abuse masih jarang sehingga penelitian ini belum
2. Kelemahan Penelitian
metode observasi dan penilaian lansia beresiko terhadap elder abuse hanya
yang tidak sesuai, artinya lansia dapat memberikan jawaban yang bukan jawaban
merasakan ada beberapa lansia yang kurang terbuka dalam menjawab pertanyaan
sejujurnya.
BAB V
A. Kesimpulan
berikut:
B. Saran
hal berikut:
1. Bagi Lansia
58
59
2. Bagi Keluarga
penanganan yang tepat terkait elder abuse. Selain itu diharapkan dapat
akurat.
60
DAFTAR PUSTAKA
Acierno R., Hernandez M., Amstadter A., Resrick H., Steve K., Muzzy W., &
Kilpatrick D. (2010). Prevalence and Correlates ofEmotional, Physical,
Sexual, and Financial Abuse and Potential Neglect in the United States:The
National Elder Mistreatment Study. American Journal of Public Health. Vol
100, No.2. Diakses 28 Desember 2013, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20019303.
Buri, H., & Daly, J., & Jogerst, G. (2009). Elder abuse telephone screen reliability
and validity. Journal of Elder Abuse & Neglect, 21, 58-73. Diakses 28
Desember 2013, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19197621.
Cisler, J., Begle, A., Amstadter, A., & Acierno R. (2012). Mistreatment and self-
reported emotional symptoms: results from the National Elder Mistreatment
Study. J Elder Abuse Negl. 2493):216-230.
doi:10.1080/08946566.2011.652923. Diakses 12 Desember 2013.
Darmodjo, B., dkk. (2006). Buku ajar geriatric (ilmu kesehatan usia lanjut), edisi
ke3. Jakarta : FKUI.
61
Depkes RI. (2012). Menuju tua sehat, mandiri, dan produktif. Diakses 10 Januari
2014, dari
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/2064/2/BK201
2-347.pdf.
Dong X., Simon M., Leon C., Fulmer T., Beck T., Hebert L., et al. (2009). Elder self-
neglect and abuse and mortality risk in a community-dwelling population.Journal
of American Medical Association. 3002(5):517-526. Doi:
10.1001/jama.2009.1109. Diakses 24 Januari 2013, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2965589/.
Haub, C. (2012). Fact sheet : world population trends 2012. Population Reference
Bureau. Diakses 28 Desember 2013
,http://www.prb.org/publications/datasheets/2012/world-population-data-
sheet.aspx.
Heydrich L., Schiamberg L., & Chee G. (2012). Social-relational risk factors for
predicting elder physical abuse: an ecological bi-focal model. Int’l j. Aging
and Hunan Development, vol. 75 (1) 71-94. Diakses 18 Februari 2014, dari
http://dx.doi.org/10.2190/AG.75.1.f.
Maryam R., Ekasari M., Rosidawati, Jubaedi A., Batubara I. (2008). Mengenal
Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Matteson & Connel. (2007). Gerontological Nursing concepts and practice 3rd ed.
USA:Philippines Saunders Elsevier.
Muhidin & Ali S. (2011). Analisis korelasi, regresi, dan jalur dalam penelitian
(dilengkapi aplikasi program SPSS). Bandung:CV. Pustaka Setia.
Nalungwe, P. (2009). Loneliness Among Elderly Widows and It’s Effect On Their
Mental Well Being Literature Review. Journal of. Diakses 18 Juli 2014,
darihttps://publications.theseus.fi/bitstream/handle/10024/4467/Patricia_fina
l_thesis.pdf?sequence=1.
Nazemi, L., Skoog, I., Karlson, I., Hosseini, S., Hosseini, M., Hosseinzadeh, S, et
al. (2013). Depression, prevalence and some risk factors in elderly nursing
homes in Tehran, Iran. Iran: Iranian J Publ Health.
Nugraheni, A. (2005). Pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada lanjut usia
di Wirosaban, RW XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Skripsi
Strata Satu.FK-UGM.
63
Olmo J.G., Pujol X.P., Pousa S.L., Juvinya D., & Franch J.V. (2009). Prevalence
and Risk factors of Suspected Elder Abuse Subtypes in People Aged 75 and
Older. Journal of American Geriatrics Society. JAGS 57:815-822.
OWL (The Voice of Midlife and Older Women). (2009). Elder Abuse: A
Women’s Issue. Washington DC. Diakses 16 Agustus 2014, dari www.owl-
national.org.
Russell S., Fulmer T., Singh G., Valenti M., Vermula R., & Strauss S. (2012).
Screening for Elder Mistreatment in a Denal Clinic Population. Journal of
Elder Abuse Neglect. Vol. 24(4):326-339. Diakses 28 Januari 2014, dari
http://http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3462354/.
Setiati, S. & Harimurti, K.(2007). Proses menua dan implikasi klinis. Buku ajar
Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Departemen IPD FK.UI.
Stanhope, M., & Lancaster, J.A., (2004). Community and Public health Nursing.
St.Louis, Missouri: Mosby.
Strasser S., Smith M., Weaver S., Zheng S., & Cao Y. (2013).Screening for Elder
Mistreatment among Older Adults Seeking Legal Assistance
Services.Western Journal of Emergency Medicine. Vol. XIV, No.4. Diakses
27 Januari 2014 dari http://http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23930143.
Stuart G.W. 2009. Principles and Practice of Psychiatric Nursing 9th Edition.
Canada: Mosby Elsevier.
64
Wiglesworth A., Mosqueda L., Mulnard R., Liao S., Gibbs L., & Fitzgerald W.
(2010). Screening for Abuse and Neglect of People with Dementia. Journal
compilation, The American Geriatrics Society. Diakses 5 Juli 2014.
Wu L., Chen H., Hu Y., Xiang H., Yu X., Zhang T., et al. (2012). Prevalence and
associated factors of elder mistreatment in a rural community in people’s
republic of China: A cross-sectional study. Journal of pone. Diakses 3
Februari 2014 dari http://www.plosone.org.
Kepada Yth:
Bapak/ Ibu Lansia Calon Responden
di Desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan,
Bantul
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fitri Rahmadani Kuspriyani
NIM : 20100320096
Status : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Nama :
Umur :
Responden
Lampiran 3
Kode Responden :
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti.
2. Pilih salah satu jawaban yang menurut Anda paling sesuai dengan kondisi yang dialami
dengan member tanda silang (x) pada pilihan yang telah disediakan
3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang tepat.
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah ada seseorang yang menemani Anda sehari-hari, mengantar Anda
berbelanja, atau pergi ke dokter? (tidak)
2. Apakah Anda senang menolong orang lain? (ya)
3. Apakah Anda sering merasa sedih atau kesepian? (ya)
4. Siapa yang membuat keputusan tentang hidup Anda seperti bagaimana Anda
harus menjalani kehidupan sehari-hari atau dimana seharusnya Anda tinggal?
Jika jawaban “orang lain” maka centang “Ya” dan jika jawaban “saya sendiri”
maka centang “tidak”.
5. Apakah ada seseorang dalam kehidupan Anda yang membuat Anda merasa tidak
nyaman? (ya)
6. Dapatkah Anda minum obat dan bepergian sendiri? (tidak)
7. Apakah Anda merasa tidak ada seorang pun yang menginginkan
keberadaanAnda? (ya)
8. Apakah ada anggota keluarga yang mengkonsumsi alkohol/suka mabuk? (ya)
9. Apakah ada anggota keluarga Anda yang meminta Anda untuk tetap berada di
tempat tidur atau mengatakan Anda sakit padahal tidak? (ya)
10. Apakah ada orang yang memaksa Anda untuk melakukan sesuatu yang Anda
tidak ingin lakukan? (ya)
11. Apakah ada orang yang mengambil barang milik Anda tanpa persetujuan? (ya)
12. Apakah Anda mempercayai hampir semua anggota keluarga Anda? (tidak)
13. Apakah ada seseorang yang mengatakan kepada Anda bahwa Anda
menimbulkan terlalu banyak masalah? (ya)
14. Apakah Anda cukup memiliki privasi di rumah? (tidak)
15. Apakah ada orang terdekat Anda yang mencoba untuk menyakiti atau
membahayakan Anda baru-baru ini? (ya)
Lampiran 5
KUESIONER DEPRESI
Geriatric Depression Scale
1. Uji Validitas
Pearson Correlation 1 .390 .050 .503* .596** .290 .503* .208 .504* .101 .328 .287 .390 .302 .212 .710**
Sig. (2-tailed) .089 .833 .024 .006 .215 .024 .380 .023 .673 .158 .220 .089 .196 .369 .000
N 20 20 20 0 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .390 1 157 .314 .390 .424 .314 -.313 .206 .105 .385 .043 .560* .524* .032 .595**
Sig. (2-tailed) .089 .508 .177 .089 .063 .177 .180 .384 .660 .094 .858 .010 .018 .895 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .050 .157 1 .250 .302 .289 .250 -.459* .218 .250 .408 .357 .157 .250 .452* .513*
Sig. (2-tailed) .833 .508 .288 .196 .217 .288 .042 .355 .288 .074 .122 .508 .288 .045 .021
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .503* .314 .250 1 .503* .346 .600** -.229 8 .000 .408 .204 .524* .200 .101 .645**
Sig. (2-tailed) .024 .177 .288 .024 .135 .005 .331 .355 1.000 .074 .388 .018 .398 .673 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .596** .390 .302 .503* 1 .058 .302 -.254 .285 .101 .533* .492* .390 .302 .414 .710**
Sig. (2-tailed) .006 .089 .196 .024 .808 .196 .281 .223 .673 .015 .027 .089 .196 .069 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .290 .424 .289 .346 .058 1 .346 -.132 .378 .115 .471* .000 .424 .346 .174 .570**
Sig. (2-tailed) .215 .063 .217 .135 .808 .135 .578 .100 .628 .036 1.000 .063 .135 .463 .009
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .503* .314 .250 .600** .302 .346 1 -.229 .218 .200 .204 .408 .524* .400 -.101 .645**
Sig. (2-tailed) .024 .177 .288 .005 .196 .135 .331 .355 .398 .388 .074 .018 .081 .673 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .208 -.313 -.459* -.229 -.254 -.132 -.229 1 .150 -.229 -.187 -.281 -.313 -.229 -.208 -.281
Sig. (2-tailed) .380 .180 .042 .331 .281 .578 .331 527 .331 .429 .230 .180 .331 .380 .230
N 20
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .504* .206 .218 .218 .285 .378 .218 .150 1 .218 .089 .134 .206 .436 -.066 .514*
Sig. (2-tailed) .023 .384 .355 .355 .223 .100 .355 .527 .355 .709 .574 .384 .054 .783 .020
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .101 .105 .250 .000 .101 .115 .200 -.229 .218 1 .204 .204 .314 .400 -.101 .329
Sig. (2-tailed) .673 .660 .288 1.000 .673 .628 .398 .331 .355 .388 .388 .177 .081 .673 .157
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .328 .385 .408 .408 .533* .471* .204 -.187 .089 -.204 1 .250 .171 .204 .492* .586**
Sig. (2-tailed) .158 .094 .074 .074 .015 .036 .388 .429 .709 .388 .288 .471 .388 .027 .007
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .287 .043 .357 .204 .492* .000 .408 -.281 .134 .204 .250 1 .043 .408 .328 .516*
Sig. (2-tailed) .220 .858 .122 .388 .027 1.000 .074 .230 .574 .388 .288 .858 .074 .158 .020
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .390 .560* .157 .524* .390 .424 .524* -.313 .206 .314 .171 .043 1 .524* .032 .650**
Sig. (2-tailed) .089 .010 .508 .018 .089 .063 .018 .180 .384 .177 .471 .858 .018 .895 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .302 .524* .250 .200 .302 .346 .400 -.229 .436 .400 .204 .408 .524* 1 .101 .671**
Sig. (2-tailed) .196 .018 .288 .398 .196 .135 .081 .331 .054 .081 .388 .074 .018 .673 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .212 .032 .452* .101 .414 .174 -.101 -.208 -.066 -.101 .492* .328 .032 .101 1 .374
Sig. (2-tailed) .369 .895 .045 .673 .069 .463 .673 .380 .783 .673 .027 .158 .895 .673 .104
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation .710** .595** .513* .645** .710** .570** .645** -.281 .514* .329 .586** .516* .650** .671** .374 1
Sig. (2-tailed) .000 .006 .021 .002 .000 .009 .002 .230 .020 .157 .007 .020 .002 .001 .104
N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
k 15
Σpq 3.03500
15.1868
var
4
Mean 0.58333
ρ (KR
0.85731
20)
Lampiran 6
Frekuensi Responden
Status
Status Status Tempat
No. Nama Usia Gender Pernikahan pekerjaan Tinggal depresi elder abuse
1. 1 70 p janda tidak bekerja keluarga tidak negatif
2. 2 73 p janda tidak bekerja sendiri ya negatif
3. 3 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
4. 4 67 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
5. 5 74 p janda tidak bekerja keluarga ya negatif
6. 6 70 p janda tidak bekerja sendiri ya positif
7. 7 69 p menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
8. 8 84 l menikah tidak bekerja keluarga ya positif
9. 9 69 l menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
10. 10 68 p menikah Bekerja keluarga tidak negatif
11. 11 70 l menikah Bekerja keluarga tidak negatif
12. 12 68 l menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
13. 13 60 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
14. 14 72 l menikah Bekerja keluarga tidak negatif
15. 15 85 p menikah Bekerja keluarga ya positif
16. 16 62 p menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
17. 17 63 l menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
18. 18 68 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
19. 19 90 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
20. 20 60 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
21. 21 70 l menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
22. 22 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
23. 23 76 l duda Bekerja keluarga tidak negatif
24. 24 64 l menikah Bekerja keluarga tidak negatif
25. 25 80 p menikah tidak bekerja keluarga ya positif
26. 26 67 l menikah Bekerja keluarga ya positif
27. 27 80 p janda tidak bekerja keluarga ya negatif
28. 28 70 p janda tidak bekerja keluarga ya negatif
29. 29 70 p janda tidak bekerja keluarga tidak negatif
30. 30 72 l menikah Bekerja keluarga tidak negatif
31. 31 64 p menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
32. 32 70 l menikah Bekerja keluarga ya negatif
33. 33 70 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
34. 34 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
35. 35 73 p janda tidak bekerja keluarga ya negatif
36. 36 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
37. 37 64 p janda Bekerja keluarga ya negatif
38. 38 68 p janda Bekerja keluarga tidak negatif
39. 39 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
40. 40 62 p janda Bekerja keluarga ya positif
41. 41 62 p janda Bekerja keluarga tidak negatif
42. 42 84 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
43. 43 82 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
44. 44 60 p menikah tidak bekerja keluarga ya positif
45. 45 75 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
46. 46 79 p janda tidak bekerja keluarga tidak negatif
47. 47 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
48. 48 85 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
49. 49 75 p menikah tidak bekerja keluarga ya positif
50. 50 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
51. 51 80 p janda tidak bekerja sendiri ya positif
52. 52 75 p menikah tidak bekerja keluarga ya positif
53. 53 65 p menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
54. 54 74 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
55. 55 70 p janda Bekerja sendiri ya positif
56. 56 70 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
57. 57 61 p janda Bekerja keluarga ya negatif
58. 58 60 p menikah tidak bekerja keluarga ya negatif
59. 59 66 p janda tidak bekerja keluarga ya negatif
60. 60 62 p menikah tidak bekerja keluarga ya positif
61. 61 79 p janda tidak bekerja keluarga tidak negatif
62. 62 72 p menikah tidak bekerja keluarga tidak negatif
63. 63 80 p janda tidak bekerja keluarga ya positif
Hasil Elder Abuse
(HS-EAST)
No. Item
No. Nama 1 2 3 4 5 6 7 9 11 12 13 14 Total Interpretasi
1. 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
2. 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
3. 3 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 positif
4. 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 negatif
5. 5 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4 negatif
6. 6 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 6 positif
7. 7 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
8. 8 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 4 positif
9. 9 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
10. 10 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
11. 11 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
12. 12 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
13. 13 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
14. 14 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
15. 15 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 positif
16. 16 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
17. 17 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
18. 18 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 6 positif
19. 19 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 6 positif
20. 20 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
21. 21 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 negatif
22. 22 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 5 positif
23. 23 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 negatif
24. 24 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
25. 25 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 7 positif
26. 26 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 5 positif
27. 27 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 negatif
28. 28 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 negatif
29. 29 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
30. 30 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
31. 31 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 negatif
32. 32 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 negatif
33. 33 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
34. 34 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 8 positif
35. 35 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
36. 36 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 6 positif
37. 37 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
38. 38 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
39. 39 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7 positif
40. 40 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 positif
41. 41 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
42. 42 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 8 positif
43. 43 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 6 positif
44. 44 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 3 positif
45. 45 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 7 positif
46. 46 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
47. 47 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 9 positif
48. 48 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 7 positif
49. 49 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 5 positif
50. 50 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 positif
51. 51 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 6 positif
52. 52 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 positif
53. 53 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
54. 54 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 8 positif
55. 55 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 5 positif
56. 56 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
57. 57 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
58. 58 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
59. 59 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
60. 60 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 5 positif
61. 61 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 negatif
62. 62 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 negatif
63. 63 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 positif
Frekuensi Depresi
(GDS)
No. Item
No. Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total GDS
1. 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 4 tidak
2. 2 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 6 ya
3. 3 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 7 ya
4. 4 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 5 ya
5. 5 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 8 ya
6. 6 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 6 ya
7. 7 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
8. 8 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 ya
9. 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 tidak
10. 10 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
11. 11 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 tidak
12. 12 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 4 tidak
13. 13 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5 ya
14. 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 tidak
15. 15 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 5 ya
16. 16 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
17. 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 tidak
18. 18 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 7 ya
19. 19 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 8 ya
20. 20 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 5 ya
21. 21 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
22. 22 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 8 ya
23. 23 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 tidak
24. 24 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 tidak
25. 25 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 8 ya
26. 26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 11 ya
27. 27 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 8 ya
28. 28 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 11 ya
29. 29 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
30. 30 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak
31. 31 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 tidak
32. 32 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 ya
33. 33 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 8 ya
34. 34 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 12 ya
35. 35 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 6 ya
36. 36 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 9 ya
37. 37 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 9 ya
38. 38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 tidak
39. 39 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 7 ya
40. 40 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 6 ya
41. 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 tidak
42. 42 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 ya
43. 43 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 5 ya
44. 44 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 5 ya
45. 45 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 ya
46. 46 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 4 tidak
47. 47 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 7 ya
48. 48 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 11 ya
49. 49 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 8 ya
50. 50 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 5 ya
51. 51 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 6 ya
52. 52 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 ya
53. 53 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 4 tidak
54. 54 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 6 ya
55. 55 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 8 ya
56. 56 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5 ya
57. 57 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 5 ya
58. 58 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 5 ya
59. 59 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5 ya
60. 60 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 5 ya
61. 61 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 tidak
62. 62 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 3 tidak
63. 63 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 5 ya
Lampiran 7
2. Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid l 12 19.0 19.0 19.0
p 51 81.0 81.0 100.0
Total 63 100.0 100.0
3. Status Perkawinan
4. Status Pekerjaan
6. Depresi
Ya 66.
42 66.7 100.0
7
Total 100
63 100.0
.0
7. Elder Abuse
1. Faktor Umur
Crosstab
Count
Umur
60-74 >75 Total
EA negatif 32 4 36
Positif 8 19 27
Total 40 23 63
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 23.374 1 .000
Continuity
20.887 1 .000
Correctionb
Likelihood Ratio 24.761 1 .000
Fisher's Exact Test .00
.000
0
N of Valid Casesb 63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 9,86.
b. Computed only for a 2x2 table
2. Faktor Jenis Kelamin
Crosstab
Count
Gender
l p Total
EA negatif 10 26 36
positif 2 25 27
Total 12 51 63
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.152a 1 .042
Continuity Correctionb 2.936 1 .087
Likelihood Ratio 4.552 1 .033
Fisher's Exact Test .055 .040
b 63
N of Valid Cases
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 5,14.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Count
status perkawinan
cerai mati Menikah Total
EA negatif 15 21 36
positif 19 8 27
Total 34 29 63
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.117 1 .024
Continuity Correctionb 4.027 1 .045
Likelihood Ratio 5.222 1 .022
Fisher's Exact Test .040 .022
b
N of Valid Cases 63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
12,43.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Count
status pekerjaan
bekerja tidak bekerja Total
EA negatif 11 25 36
positif 4 23 27
Total 15 48 63
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 2.107 1 .147
b
Continuity Correction 1.329 1 .249
Likelihood Ratio 2.190 1 .139
Fisher's Exact Test .232 .124
b
N of Valid Cases 63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6,43.
b. Computed only for a 2x2 table
5. Status Tempat Tinggal
Crosstab
Count
Tinggal Dengan
keluarga Sendiri Total
EA negatif 35 1 36
positif 24 3 27
Total 59 4 63
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.802a 1 .179
Continuity Correctionb .673 1 .412
Likelihood Ratio 1.819 1 .177
Fisher's Exact Test .305 .206
N of Valid Casesb 63
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1,71.
b. Computed only for a 2x2 table
6. Faktor Depresi
Crosstab
Count
GDS
tidak ya Total
EA negatif 21 15 36
positif 0 27 27
Total 21 42 63
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 23.625a 1 .000
Continuity Correctionb 21.073 1 .000
Likelihood Ratio 31.299 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Casesb 63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
9,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 9