OLEH
ARISON NAU
KUPANG
2020
A. Konsep laporan pendahuluan
A. Definisi
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar
glukosa darah (Kedia,2011).
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa darah <60 mg/dl.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hipoglikemia merupakan kadar glukosa darah dibawah
normal yaitu <60 mg/dl (McNaughton,2011)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
B. Etiologi
Hipoglikemia bisa di sebabkan oleh
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi,yang bdi berikan kepada
penderita diabet5es untuk menurunkan kadar gula darannya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu:
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin,anda harus tau dan paham dosis obat yang anda suntik
sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat
memantau kadar gula darahnya sebelum di suntik, sehingga dosisi yang di suntikan
tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknnya bila menggunakan
insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah
harus seimbang dengan makanan yang di konsumsi kurang maka keseimbangan ini
terganggu dan terjadilah hipoglikemia
3. Aktifitas terlalu berat
Olahraga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang merek dengan insulin. Saat
anda berolahraga anda akanmenggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar
glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olahraga merupakan cara terbaik untuk
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa di sertai makan
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah
akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengonsumsi obat
diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengonsumsiobat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi,anda akan mengalami hipoglikemia
6. Penebalan di lokasi suntikan
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan
Tiap tiap obat insulin sebaiknya di konsumsi menurut waktu yang di anjurkan. Anda
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya di suntik atau
di minum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus.
Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah di bandingkan dengan
glukosa. Insulin yang kadang beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru mengantikannya.
9. Gangguan hormonal
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glucagon. Hormon
ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
pengendalian kadar gula darah menjadi tergannggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila di konsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
C. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, metabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk di gunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun ini di pakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada
suplai glukosa secarah terus menerus dari darah ke dalam jaringan intrensititial dalam system
saraf pusat dan saraf saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat di lihat ketika gula darahnya menurun, hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 Mm), saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 Mm), sebagian besar neuron menjadi
menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis di sebabkan oleh ketidak adannya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis
-dehidrasi
-kehilangan elektrolit
-asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan
menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan
dalam tubuh, ginjal akan mengeksresikan glukosa bersama sama air dan elektrolit (seperti
natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetic yang
berat dapat kehilangan kira kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta
klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat difisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam asam
lemak bebas dan gliseral. Asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati,
pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan
keton bersifat asam dan bila bertumpuk pada sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan
asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, system saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi,
tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, mati rasah di daerah bibir serta lidah, bicara pelo,
gerkan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergic)
dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi system saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan
kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
D. PATHWAY
E. Manifestasi Klinis
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah,
sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku,
lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus
bahaya.
F. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah
selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat
menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis
berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan sistem saraf pusat yang biasanya
ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon, 2010) dan menurut
Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak
yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita
DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada keparahan dari
hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan karbohidrat seperti
minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan
rigan. Dalam Setyohadi (2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat
diberikan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia
berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan, kejang,
atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat pemberian dekstrosa
dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang
dewasa, sedangkankonsentrasi 25% biasanya diberikankepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon adalah
pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti
dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan kesehatan yang
berkualitas profesional, glucagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau
intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat
mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan secara
darurat.
ROM : penuh, Akral hangat, tidak ada edema, terpasang infuse RL di lengan
kanan
12) Pola pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Handerson :
4. Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien bernafas secara normal, tidak menderita
penyakitpernafasan
Saat dikaji : pasien sesak nafas, RR 22x/ menit
5. Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari (nasi, sayur, dan lauk)pasien suka
makan yang mengandung kolesterol tinggi, minum 6-8
gelas/hari
Saat dikaji : pasien makan sesuai diit yang telah diberikan, minum 4-5
gelas/hari
6. Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK 3-5x/hari dan BAB 1x/hari
7. Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri, bekerja sebagai
wiraswasta
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan tidak dapat bekerja.
8. Pola istirahat
Sebelum sakit : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-9jam/hari
9. Pola suhu
Sebelum sakit : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji : suhu pasien normal 360C
10. Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji : pasien hanya melakukan gerak-gerak terbatas karenasesak dan
nyeri dada kiri
11. Pola berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri danmemakai
pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan pakaian seadaanya dan dibantu keluarga saat
mengganti pakaiannya
12. Pola personal hygine
Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun mandi
tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
13. Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa daerah
Saat dikaji : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa daerah
14. Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji : pasien terganggu dalam melakukan ibadah (sholat)
15. Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji : pasien merasa gelisah dirawat di rumah sakit
16. Pola rekreasi
Sebelum sakit : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji : pasien tidak dapat berekreasi, hanya tidurandi tempat tidur dan
cenderung diam
17. Pola belajar
Sebelum sakit :pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji :pasien mengetahui penyakitnya gagal jantung kronik
C. INTERVENSI
n Diagnosis Outcome Intervensi keperawatan
o keperawatan keperawatan (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan Menimilisasi ransangan I.08241
sensori proses keperawatan Tindakan
berhubungan selama 3x24 jam Observasi
dengan penurunan diharapkan persepsi Periksa status mental, status
fungsi sensorik dapat sensorik, dan tingkat
membaik dengan kenyamanan
kriteria hasil: Traupeutik
Respon sesuai Diskusikan tingkat toleransi
stimulus terhadap beban sensori
membaik (5) Batasi stimulus lingkungan
Konsentrasi (mis. Cahaya, suara, aktifitas)
membaik (5) Jadwalkan aktifitas harian dan
waktu istrhat
Edukasi
Ajarkan cara meminimalisasi
stimulus
Kolaborasi
Kolaborasi dalam
meminimalisasi
prosedur/tindakan
Kolaborasi pemberian obat
yang mempengaruhi persepsi
pesepsi stimulus
2 Gangguan rasa Setelah dilakukan Manajemen Nyeri(l.08238)
nyaman proses keperawatan Tindakan
berhubungan selama 3x24 jam Observasi
dengan gejalah diharapkan status identifikasi
penyakit kenyamanan dapat lokasi,karakteristik,durasi,
meningkat dengan frekuensi, kualitas, intensitas
kriteria hasil: identifikasi skala nyeri
Keluhan tidak identifikasi respon nyeri
nyaman nonverbal
menurun (5) identifikasi pengaruh nyeri
Gelissah pada kualitas hidup
menurun (5) monitor kebehasilan terapi
komplementer yang sudah di
berikan
Terapeutik
berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(relaksasi )
kontrol lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri(suhu,cahaya dan
kebisingan)
fasilitasi tidur dan istirahat
pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
aktifitas proses keperawatan Identifikasi gangguan fungsi
berhubungan selama 3x24 jam tubuh yang mengakibatkan
dengan imobilitas diharapkan kelemahan.
dibuktikan toleransi aktifitas Monitor pola dan cara tidur
dengan mengeluh dapat meningkat Monitor lokasi dan
lelah dengan kriteria ketidaknyamanan selama
hasil: melakukan aktifitas
Frekuensi nadi Anjurkan tirah baring
meningkat. Anjurkan aktifitas secara
Tekanan darah bertahap
membaik Lakukan latihan gerak pasif
Kemudahan dan aktif
dalam aktifitas
sehari- hari
meningkat
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Eko, Wahyu. 2012. Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia. diakses tanggal 12
Oktober 2012. Jam 19.30. http://www.kpindo.com/artikel
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an
Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute Care of
Diabetes Patients. Clinical Diabetes
Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam
Ppni. 2016. Standar diagnosis keperawatan indonesia: definisi dan indikator diagnostik edisi 1
jakarta: DPP PPNI.
Ppni. 2018. Standar luaran keperawatan indonesia: defenisi dan kriteria hasil keperawatan edisi
1 jakarta: DPP PPNI
Ppni. 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia: defenisi dan tindakan keperawatan edisi
1. Jakarta: DPP PPNI