Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN TUGAS STASE KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN KASUS HIPERTENSI

OLEH

Nama : Zeasly Tiofenly Neolaka


NIM : 61702820
Prodi : Profesi Ners
Stase : Keperawatan Gerontik

Mengetahui

Pembimbing

(Anak Agung Istri Feny Lastari, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia mengungkapkan bahwa lanjut usia adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas[ CITATION KEM16 \l 1057 ] . Lebih lanjut WHO menjelaskan bahwa lansia dibagi
dalam beberapa kategori yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun , lanjut usia tua (old) usia 75
sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Secara global populai lansia terus mengalami peningkatan, dan diprediksi populasi
lansia di Indonesia meningkat lebih tinggi dari populasi lansia di dunia setelah tahun
2100. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2018 adalah 8.5% dari rata-rata jumlah
penduduk. DI Yogyakarta menempati posisi pertama dengan jumlah lansia 13,4%,
sedangkan papua menempati urutan terakhir dengan jumlah lansia 2,8%. Nusa
Tenggara Timur menempati urutan kedua belas dengan presentasi lansia 7.5% dari
rata-rata penduduk yang berarti ada sekitar 399.450 penduduk lansia dari total
5.326.000 penduduk di NTT [ CITATION KEM16 \l 1057 ]
Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pula penyakit yang muncul
dan sering diderita khususnya pada lansia. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai
kemunduran pada organ tubuh, oleh sebab itu para lansia mudah sekali terkena
penyakit [ CITATION mul18 \l 1057 ] . Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia
umumnya adalah penurunan fungsi organ yang memicu terjadinya berbagai penyakit
degeneratif termasuk hipertensi. Penyakit degeneratif pada lansia jika tidak ditangani
dengan baik maka menurunkan kualitas hidup lansia [ CITATION anw18 \l 1057 ]
Hipertensi merupakan suatu gejala penyakit degeneratif kardiovaskuler yang paling
banyak di alami oleh lansia dan belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya
[ CITATION anw18 \l 1057 ] . Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang muncul
oleh karena interaksi berbagai faktor. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan elastisitas
dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, perubahan
kemampuan jantung memompa darah, kehilangan elastisitas pembuluhh darah dan
meningkatnya resistensi pembuluhh darah perifer. [ CITATION mul18 \l 1057 ]
Hipertensi seringkali ditemukan pada lansia. Dari hasil studi tentang kondisi sosial
ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 Provinsi
tahun 2012, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit
sendi (52,3%) dan Hipertensi (38,8%), penyakit tersebut merupakan penyebab utama
disabilitas pada lansia. [ CITATION KEM13 \l 1057 ]
Untuk itu perlu adanya pendekatan asuhan keperawatan gerontik yang profesional
untuk mengatasi, menurunkan maupun mencegah hipertensi pada usia lanjut. Salah
satu implementasi nyata yang dapat dilakukan adalah dengan senam anti hipertensi.
Olahraga seperti senam anti hipertensi mampu mendorong jantung bekerja secara
optimal, dimana olahraga mampu meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan
dan organ tubuh, dimana akibatnya dapat meningkatkan aliran balik vena sehingga
menyebabkan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung
sehingga menyebabkan tekanan darah arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri
meningkat akan terlebih dahulu, dampak dari fase ini mampu menurunkan aktivitas
pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan aktivitas saraf simpatis menurun,
setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup
menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena menurunan ini mengakibatkan penurunan
curah jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadinya penurunan
tekanan darah [ CITATION anw18 \l 1057 ]
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil
asuhan keperawatan gerontik pada pasien dengan hipertensi melalui pendekatan
senam anti hipertensi
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan keperawatan gerontik pada Tn.ZN dengan hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan konsep lansia
b. Dapat menjelaskan konsep hipertensi
c. Dapat menjelaskan konsep asuhan keperawatan gerontik
d. Dapat melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada Tn.ZN
e. Dapat melakukan analisa data dan menegakkan diagnosis keperawatan pada
Tn.ZN
f. Dapat menyusun rencana keperawatan pada Tn.ZN
g. Dapat melakukan implementasi pada Tn.ZN
h. Dapat melakukan evaluasi pada Tn.ZN
1.3 MANFAAT
1. Manfaat praktisi
Diharpak penulisan ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan sehingga dapat diimplementasikan pada lansia dengan hipertensi,
danmenjadi bahan rujukan dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik
yang komprehensif
2. Manfaat teoritis
Diharapkan penulisan ini dapat memberikan informasi untuk peningkatan dan
pengembangan bidang ilmu pengetahuan keperawatan khususnya pada
keperawatan gerontik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP LANSIA


A. Definisi Lansia
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas. Pada
lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Oleh karena itu, tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal [ CITATION
mul18 \l 1057 ]
Perubahan- perubahan dalam proses “aging” atau penuaaan merupakan
masa ketika seorang individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan
bahagia melalui berbagai perubahan dalam hidup. Secara definisi, seorang
individu yang telah melewati usia 45 tahun atau 60 tahun disebut lansia. Sebagian
besar teori menjelaskan penuaan adalah perubahan fisiologis dan psikologis pada
lansia. Dalam menghadapi perubahan ini, diperlukan adaptasi atau penyesuaian
seorang individu. Penekanan dan fokus intervensi dilakukan dengan melibatkan
keluarga sebagai sistem yang sangat memangaruhi kehidupan lansia [ CITATION
anw18 \l 1057 ].

B. Klasifikasi Lansia
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 ayat 2 Berbunyi
“Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun (enam puluh)
tahun ke atas”.
2. Menurut WHO lansia dibagi dalam beberapa kategori yaitu usia pertengahan
(middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia
antara 60 dan 74 tahun , lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3. Menurut DEPKES RI (2013), lansia dibagi menjadi:
a) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45- 59 tahun.
b) Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c) Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
d) Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

C. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Pada Lansia


Proses penuaan berawal dari selesainya pertumbuhan pada usia 25 tahun.
Beberapa orang menyadari bahwa proses penuaan (di luar, rambut yang menjadi
putih) dan proses ini pada awalnya tidak menimbulkan permasalahan. Selanjutnya,
proses ini pada menimbulkan permasalahan. Selanjutnya, proses penuaan terjadi
semakin cepat dan perubahan fisiologis semakin jelas. Proses penuaan ini ditandai
dengan perubahan fisiologis yang terlihat dan tidak terlihat. Perubahan fisik yang
terlihat ini, seperti kulit yang mulai keriput dan mengendur, rambut yang beruban,
gigi yang ompong, serta adanya penumpukan lemak di pinggang dan perut. Perubahan
fisik yang tidak terlihat ini misalnya perubahan fungsi organ, seperti penglihatan,
pendengaran, dan kepadatan tulang.
Di samping itu, terdapat beberapa teori terkait dengan penuaan yang
menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi serta dampak pada aspek
fisiologis dan psikososial.
1. Teori Imunitas
Seiring dengan berjalannya proses penuaan, teori sistem imun menjelaskan
adanya penurunan imunitas terkait dengan pertahanan terhadap agen patogen
atau organisme asing. Penyakit yang dapat muncul diantaranya adalah
penyakit infeksi dan kanker. Terkait dengan peran kelenjar timus, dan
kemampuan diferensiasi sel T maka kemungkinan terjadi respons autoimun
dan akan muncul penyakit seperti atritis rheumatoid alergi
2. Teori Neuroendokrin
Terkait dengan sistem saraf dan pengaturan hipofisis, dalam proses penuaan
terjadi gangguan pada area neurologi, yaitu waktu reaksi yang diperlukan
untuk menerima, memproses, dan merespons terhadap perintah
3. Teori kepribadian
Dalam teori ini, dijelaskan bahwa penuaan yang sehat tidak tergantung pada
jumlah aktivitas sosial seseorang. Akan tetapi, pada bagaimana kepuasan
orang tersebut dengan aktivitas sosial yang dilakukannya
4. Teori aktivitas
Dalam teori ini dijelaskan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara
negatif memengaruhi kepuasan hidup
5. Teori kontinuitas
Teori ini menjelaskan bahwa kepribadian seseorang seiring dengan proses
penuaan cenderung tidak berubah dan lebih jelas pada saat orang tersebut
bertambah tua. Seseorang yang senang dan memiliki kehidupan sosial yang
aktif akan terus menikmati gaya hidupnya sampai usia lanjut. Sementara itu,
orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas
mungkin akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya.
Proses komunikasi yang menjadi poin penting dalam menjelaskan peran
keluarga akan sangat menentukan bagaimana orientasi nilai lansia, fungsi
afektif, serta fungsi sosialisasi mereka [ CITATION anw18 \l 1057 ]

D. Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lansia


Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua yaitu:
1. Gangguan sirkulasi darah, seperti: hipertensi, kelainan pumbuluh darah,
gangguan pumbuluh darah diotak, koroner dan ginjal.
2. Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes militus, klimakterium
dan ketidak seimbangan tiroid
3. Gangguan pada persendian, seperti: osteorthritis, gout arthritis, ataupun
penyakit kalogen lainnya.
4. Berbagai macam neoplasma.[ CITATION mul18 \l 1057 ]
Menurut “The National Old People’s Welfare Council”, di Inggris
mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan pada lanjut usia ada 12 macam,
yaitu:
a. Depresi mental
b. Gangguan pendengaran
c. Bronkhitis kronik
d. Gangguan pada tungkai/ sikap berjalan
e. Gangguan pada koksa/sendi panggul
f. Anemia
g. Demensia
h. Gangguan penglihatan
i. Ansietas/ kecemasan
j. Dekompensasi kordis
k. Diabetes militus, osteomielitis dan hipotiroidisme
l. Gangguan pada defekasi [ CITATION mul18 \l 1057 ]

2.2 KONSEP HIPERTENSI


A. Definisi Hipertensi
Menurut American Heart Association (2017) tekanan darah tinggi (HBP
atau hipertensi) adalah kekuatan darah yang mengalir melalui pembuluh darah
secara konsisten terlalu tinggi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis ketika tekanan
darah pada dinding arteri meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh
diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara
mengetahui apakah seseorang memiliki hipertensi adalah dengan mengukur
tekanan darah. Kekuatan darah dalam menekan dinding arteri ketika dipompa oleh
jantung ke seluruh tubuh menentukan ukuran tekanan darah. Tekanan yang terlalu
tinggi akan membebani arteri dan jantung sehingga pengidap hipertensi berpotensi
mengalami serangan jantung, stroke,atau penyakit ginjal. Pengukuran tekanan
darah dalam tekanan merkuri per millimeter (mmHg) dan dicatat dalam dua
bilangan, yaitu tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan
darah saat jantung berdetak memompa darah keluar. Sementara itu tekanan
diastolik merupakan tekanan darah saat jantung tidak berkontraksi atau fase
relaksasi [ CITATION anw18 \l 1057 ]

B. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Hipertensi esensial (primer)
Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%.
Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaitkan dengan kombinasi
faktor pola hidup seperti kurang bergerak dan pola makan.
2. Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah
tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya
penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).

Ketegori Sistolik (MmHg) Diastolik (MmHg)


Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 1 140-159 90-99
Hipertensi 2 ≥160 ≥100
Sumber: American Heart Association dan Joint National ComitteVIII (AHA & JNC VIII,2014)

Ketegori Sistolik (MmHg) Diastolik (MmHg)


Optimal 120 80
Normal 120 – 130 80 – 85
Pra Hipertensi 130 – 140 85 – 90
Hipertensi ringan 140 – 160 90 – 100
Hipertensi sedang 160 – 180 100 – 110
Hipertensi berat >180 >110
Sumber : WHO (2016)

Ketegori Sistolik (MmHg) Diastolik (MmHg)


Normal 120-129 80-89
Normal tinggi 130-139 89
Hipertensi 1 140-159 90-99
Hipertensi 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi 3 > 180 > 110
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016)
C. Faktor Resiko Hipertensi
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita
darah tinggi: [ CITATION anw18 \l 1057 ]
1. Usia
Tidak dapat dimungkiri faktor usia merupakan salah satu penyebab seseorang
terkena tekanan darah tinggi. Semakin bertambah usia seseorang semakin
berkurang elastisitas pembuluh darahnya sehingga tekanan darah di dalam
tubuh orang yang sudah lanjut usia akan mengalami kenaikan dan dapat
melebihi batas normalnya
2. Keturunan
Orangtua yang mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi ada
kemungkinan dapat menurunkan kepada anaknya
3. Jenis kelamin
Pria yang berusia 45 tahun lebih berisiko terkena tekanan darah tinggi
dibandingkan wanita. Sementara itu, wanita yang berusia di atas 65 tahun lebih
berisiko terkena penyakit ini
4. Faktor olahraga
Orang yang tidak pernah melakukan berbagai olahraga akan lebih berisiko
terkena tekanan darah tinggi. Jika tidak pernah melakukan olahraga akan
menyebabkan jantung menjadi tidak sehat. Hal ini berakibat jantung tidak bisa
memompa darah dan akan mengakibatkan aliran darah di dalam tubuh menjadi
tidak lancar
5. Pola makan
Pola makan yang buruk atau tidak sehat merupakan salah satu penyebab orang
terkena tekanan darah tinggi. Seseorang yang sering mengonsumsi makanan-
makanan yang menpunyai kadar lemak tinggi akan berisiko terkena hipertensi.
Makanan yang berlemak tinggi akan membuat penyumbatan di pembuluh
darah sehingga tekanan darah akan menjadi naik
6. Alkohol
Minum beralkohol sangat tidak baik untuk kesehatan tubuh. Jika Anda sering
mengonsumsi minuman beralkohol sebaiknya mulai mengurangi kebiasaan
buruk tersebut atau bahkan harus menghentikannya. Minuman beralkohol akan
meningkatkan kadar trigliserida dalam darah. Padahal trigliserida adalah
kolesterol yang jahat dan dapat menyababkan tekanan darah menjadi naik
secara drastis
7. Stress
Faktor lain yang penting adalah stres emosional. Orang sering mengalami stres
biasanya tekanan darahnya akan menjadi naik. Jika orang sedang stres, hormon
adrenalin dalam tubuhnya akan meningkat sehingga akan menyebabkan
tekanan darah di dalam tubuh menjadi naik. Oleh karena itu, Anda harus sering
melakukan refreshing untuk menyegarkan otak Anda agar tidak mengalami
stres yang berlarut- larut

D. Tanda dan Gejala


Menurut AHA American Heart Association (2017) bahwa Pada
pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan edema pupil
(edema pada diskus optikus), sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit
tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat
dan pusing.
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit
kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat
marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di
malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi
gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak)
yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma. sebagian besar
gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri
kepala saat terjaga. Kadang - kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan
peningkatan tekanan darah intracranial [ CITATION anw18 \l 1057 ].
E. Patofisiologi
Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara faktor
genetik dan lingkungan yang dihubungkan oleh pejamu mediator neurohormonal.
Secara umum hipertensi disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer dan atau
peningkatan volume darah. Gen yang berpengaruh pada hipertensi primer (faktor
herediter diperkirakan meliputi 30% sampai 40% hipertensi primer). Meliputi
reseptor angiotensin II, gen angiotensin dan rennin, gen sintetase oksida nitrat
endothelial, gen protein reseptor kinase, gen reseptor adrenergic, gen calcium
transport dan natrium hydrogen antiporter ( mempengaruhi sensitivitas garam),
dan hipertensi sebagai kelompok bawaan.
Teori terkini mengenai hipertensi primer meliputi peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatis (SNS) yaitu terjadi respons maladaptif terhadap stimulasi
saraf simpatis dan perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin
serum yang menetap, peningkatan aktivitas sistem reninangiotensin - aldosteron
(RAA), secara langsung menyebabkan vasokonstiksi, tetapi juga meningkatkan
aktivitas SNS dan menurunkan kadar prostaglandin vasolidator dan oksida nitrat,
memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding pembuluh darah),
memediasi kerusakan organ akhir pada jantung (hipertrofi), pembuluh darah, dan
ginjal. Defek pada transport garam dan air menyebabkan gangguan aktivitas
peptide natriuretik otak (brain natriuretic peptide, BNF), peptide natriuretik atrial
(atrial natriuretic peptide, ANF), adrenomedulin, urodilatin, dan endotelin dan
berhubungan dengan asupan diet kalsium,magnesium, dan kalium yang rendah.
Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin ditemukan pada banyak
pasien hipertensi yang tidak memiliki diabetes klinis. Resistensi insulin
berhubungan dengan penurunan pelepasan endhothelial oksida nitrat dan
vasodilator lain serta mempengaruhi fungsi ginjal. Resistensi insulindan kadar
insulin yang tinggi meningkatkan aktivitas SNS dan RAA. Beberapa teori tersebut
dapat menerangkan mengenai peningkatan tahanan perifer akibat peningkatan
vasokonstriktor (SNS, RAA) atau pengurangan vasodilator (ANF, adrenomedulin,
urodilatin, oksida nirat) dan kemungkinan memediasi perubahan dalam apa yang
disebut hubungan tekanan natriuresis yang menyatakan bahwa individu penderita
hipertensi mengalami eksresi natrium ginjal yang lebih rendah bila ada
peningkatan tekanan darah. Pemahaman mengenai patofisiologi mendukung
intervensi terkini yang diterapkan dalam penatalaksanaan hipertensi, seperti
pembatasan asupan garam, penurunan berat badan, dan pengontrolan diabetes
penghambat SNS, penghambat RAA, vasolidator nonspesifik, diuretik, dan obat-
obatan ekperimental baru yang mengatur ANF dan endotelin
F. Pathway

umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hipertens
i

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi sistemik koroner Spasme


pembuluh otak pembuluh darah arteriole
darah otak menurun ginjal
vasokonstriksi Iskemi
diplopia
Blood flow miocard
Nyeri Gangguan sinkop munurun
kepala pola tidur Afterload
Nyeri dada Resti injuri
meningkat
Respon RAA
Gangguan
perfusi Penurunan Fatique
jaringan Rangsang curah jantung
aldosteron
Intoleransi
aktifitas
Retensi Na

edema
Kelebihan volume cairan
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a) Diuretik
Jenis obat ini adalah obat yang mempengaruhi ginjal. Kadar garam di
dalam tubuh dikeluarkan bersamaan dengan zat cair yang ditahan oleh
garam. Biasanya tidak ada efek samping yang mengganggu, tetapi efek
tambahan dari diuretik adalah tidak saja garam yang dikeluarkan dari
tubuh, tetapi zat penting seperti kalium juga ikut keluar
b) Alpha, beta, dan alpha-beta adrenergic blocker
Obat-obatan ini bekerja menghalangi pengaruh bahan-bahan kimia
tertentu dalam tubuh, juga dapat membuat jantung berdetak lebih
lambat dan tidak begitu keras dalam memompa.
c) Inhibitor ACE (Angiostensin Corverting Enzym)
Inhibitor ACE membantu mengendurkan pembuluh darah dengan
menghalangi pembentukan bahan kimia alamiah dalam tubuh yang
disebut angiostensin II.
d) Calcium Chanel Blocker
Obat ini membantu mengendurkan pembuluh darah dan mengurangi
aliran darah. Pengaruh penurunan tekanan darah dari obat ini bisa
singkat, bisa juga lama. Penurunan singkat tidak direkomendasikan
pada tekanan darah tinggi, sebab kontrolnya tidak menentu, dan
beberapa laporan mengaitkan dengan pengaruh terhadap jantung yang
merugikan.
Pengobatan modern untuk hipertensi banyak menyembuhkan
hipertensi namun pengobatan ini juga memiliki efek samping. Efek
samping yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas, dan
mual. [ CITATION anw18 \l 1057 ]
2. Non Farmakologi
a) Penurunan berat badan
Menurunkan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik (5-
20mm) / penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pingangg < 94 cm
untuk pria dan < 80 cm untuk wanita, indeks massa tubuh < 25 kg/m2
rekomendasi penurunan berat badan meliputi nasehat mengurangi
asupan kalori dan juga meningkatkan aktifitas.
b) Adopsi pola makan DASH (dietary Approaches to stop Hypertension)
Pola makan DASH dapat menurunkan tekanan darah sistolik. Lebih
banyak makan buah, sayuran dan produk susu rendah lemak dengan
kadungan lemak jenuh lebih sedikit, kaya potassium dan kalsium
c) Resistensi garam harian
Retensi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8
mmHg. Rekomendasi konsumsi garam seagai pola makan sehat.
d) Latihan Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi-
termasuk aktivitas yang dilakukan saat bekerja, bermain, melakukan
pekerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat dalam kegiatan
rekreasi. Istilah "aktivitas fisik" tidak boleh disamakan dengan
"olahraga/latihan fisik", yang merupakan subkategori aktivitas fisik
yang direncanakan, terstruktur, berulang, dan bertujuan untuk
memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih komponen
kebugaran fisik. Selain olahraga, aktivitas fisik lain apa pun yang
dilakukan selama waktu senggang, untuk transportasi menuju ke dan
dari tempat, atau sebagai bagian dari pekerjaan seseorang, memiliki
manfaat kesehatan. Selanjutnya, aktivitas fisik baik intensitas sedang
maupun kuat dapat meningkatkan kesehatan
H. Komplikasi
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga
aliran darah ke daerah - daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri -
arteri otak yang mengalami arterrosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba- tiba, seperti orang
bingung, limbung dan bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu
bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara) serta tidak sadarkan diri
secara mendadak
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yaitu arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan - perubahan
waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia.
Hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler- kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus,
mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema
yang sering dijumpai pada hipertensi kronik
4. Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di
paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-
paru menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema
5. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron - neuron disekitarnya
kolap dan terjadi koma serta kematian

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


A. PENGKAJIAN
1. Data umum pasien
Terdiri dari nama, nomor rekam medik, umur, agama, alamat, pendidikan
terakhir, pekerjaan terakhir, dan tanggal masuk ke panti. Begitu juga
dengan data penanggung jawab lansia
2. Genogram
Berisi gambaran kondisi kesehatan berdasarkan riwayat 3 generasi.
Apakah dalam generasi sebelumnya terdapat juga anggota keluarga
dengan kondisi kesehatan yang sama
3. Alasan utama datang kepanti sosial
4. Keluhan saat ini
Biasanya lansia dengan hipertensi akan mengeluhkan kaku pada kuduk,
rasa kebas pada ekstremitas, susah tidur, dan sebagainya.
5. Riwayat kesehatan keluarga]
6. Riwayat alergi
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Lansia mungkin akan merasa nyeri pada daerah tertentu seperti kepala,
Tensi diatas 140/90 MmHg, takikardia, dan berat badan berlebih
b. Sistem persepsi sensori
Lansia karena faktor usia mungkin mengalami penurunan fungsi
pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman, maupun perabaan.
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskular
Tekanan darah yang tinggi mungkin membuat lansia gangguan perfusi
jaringan maupun penurunan curah jantung
e. Sistem saraf pusat
f. Sistem gastrointestinal
Efek hipertensi pada ginjal yang memicu munculnya respon RAA dan
merangsan produksi aldosteron membuat lansia mungkin mengalami
retensi natrium dan edema
g. Sistem muskuloskeletal
Kaji kemungkinan terjadinya intoleransi aktivitas
h. Sistem integumen
i. Sistem reproduksi
j. Sistem perkemihan
8. Data penunjang
9. Terapi yang diberikan
10. Psikologis
11. Sosial
12. Budaya
13. Spiritual
14. Pengkajian tambahan berupa:
a) Mini mental state examination (MMSE)
b) Short portable status questionaire (SPMSQ)
c) Indeks kemandirian KATZ
d) Geriatric depression scale
e) Observasi resiko jatuh
f) Observasi lingkungan tempat tinggal
B. DIAGNOSA
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan TD, penurunan aliran arteri
dan atau vena, d.d CRT >3detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba,
akral dingin, warna kulit pucat
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d palpitasi,
takikardia, gambaran EKG aritmia.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat.
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak meringis,
gelisah, frekuensi nadi meningkat

C. INTERVENSI

No SDKI SLKI SIKI

1 Perfusi perifer Perfusi perifer (kode Pencegahan syok (kode


L.02011) I.02068)
tidak efektif b.d
Setelah dilakukan Tindakan
peningkatan TD, tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam, 1. Monitor status
penurunan aliran
maka perfusi perifer kardiopulmonal ( frekuensi
arteri dan atau meningkat, dengan dan kekuatan nadi,
kriteria hasil : frekuensi nafas, TD, MAP)
vena, d.d CRT
1. Denyut nadi 2. Monitor status oksigenasi
>3detik, nadi perifer meningkat (oksimetri nadi, AGD)
2. Warna kulit pucat 3. Monitor status cairan
perifer menurun
menurun (masukan dan haluaran,
atau tidak teraba, 3. Akral membaik turgor kulit, CRT)
4. Turgor kulit 4. Monitor tingkat kesadaran
akral dingin,
membaik dan respon pupil
warna kulit pucat 5. Periksa riwayat alergi

Terapeutik
1. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
2. Persiapkan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika
perlu
3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine, jika
perlu
5. Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi

Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor
resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala
awal syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari
alergen

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
2 Penurunan curah Curah jantung ( kode Perawatan jantung (kode
L.02008) I.02075)
jantung b.d
Setelah dilakukan Tindakan
perubahan irama tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam, 1. Identifikasi tanda / gejala
jantung d.d
maka curah jantung primer penurunan curah
palpitasi, meningkat, dengan jantung ( meliputi dispnea,
kriteria hasil : kelelahan, edema, ortopnea,
takikardia,
1. Palpitasi paroxysmal nocturnal
gambaran EKG menurun dyspnea CVP)
2. Takikardia 2. Identifikasi tanda/gejala
aritmia
menurun sekunder penurunan curah
3. Gambaran EKG jantung (meliputi
aritmia menurun peningkatan berat badan,
hepatomegali, distensi vena
juguralis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit
pucat)
3. Monitor tekanan darah
( termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)
4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada
(mis. Intensitas, lokasi,
radiasi, durasi, previsitasi
yang mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor eritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
10. Monitor nilai
laboratorium jantung ( mis.
Elektrolit, enzim jantung
BNP, Ntpro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu
jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktifitas
13. Pemeriksaan tekanan
darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat
(mis. Beta blocker, ACE
inhibitor, calcium channel
blocker, digoksin)

Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol,
dan makanan tinggi lemak)
3. Gunakan stocking elastis
atau pneumatik interniten,
sesuai indikasi
4. Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gayahidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres,
jika perlu
6. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%

Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktifitas fisik
secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian
5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitas jantung.
3 Intoleransi (L.05047) Terapi aktivitas (I.05186)
Setelah dilakukan Observasi:
aktivitas b.d
tindakan keperawatan 1. Identivikasih deficit tingkat
ketidakseimbangan selama1x…jam, aktivitas
diharapkan Toleransi 2. Identivikasih kemampuan
antara suplai dan
aktivitas meningkat berpartisipasi dalam
kebutuhan dengan keriteria hasil: aktivitas tertentu
1. Frekuensi 3. Identivikasih sumber daya
oksigen,
jantung untuk aktivitas yang
kelemahan d.d menurun diinginkan
2. Mengeluh 4. Identifikasih strategi
mengeluh lelah,
lelah menurun meningkatkan partisipasi
frekuensi jantung dalam aktivitas
5. Identivikasih makna
meningkat >20%
aktivitas rutin (mis.
dari kondisi Bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respons emosional ,
istirahat
fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik :
1. Fasilatasi focus pada
kemampuan, bukan deficit
yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatakan frekuensi
dan rentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik,
psikologis dan social
4. Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
5. Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
6. Fasilatasi transportasi untuk
menghadari aktivitas. Jika
sesuai
7. Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menysesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
8. Fasilitasi aktifitas fisik rutin
( mis. Ambulasi, mobilisasi
dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
9. Fasitasi aktivitas pengganti
saat mengalami
keterbatasan waktu energy
atau gerak.
10. Fasilitasi aktivitas motorik
kasar untuk pasien
hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik
untuk memelihara berat
badan jika sesuai
12. Fasilitasi aktivitas motorik
untuk merekasasi otot
13. Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implicit
dan emosional (mis.
Kegitan keagamaan khusus)
untuk pasien demensial jika
sesuai
14. Libatkan pdalam
permainan kelompok yang
tidak kompetitif terstruktur
dan aktif
15. Tingkatkan aktivitas
relaksasi dan di fersifikasih
untuk menurunkan
kecemasan (mis.vocal grup,
bola voly, jogging,
berenang tugas sederhana,
dan permainan sederhana,
perawtan diri, dan kartu).
16. Libatkan keluarga dalam
aktivitas jika perlu
17. Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
18. Fasiltasi pasien dan
keluarga memanau
kemajuannya sendiri untu7k
mencapai tujuan
19. Jadwalkan taktivitas
rutinitas sehari hari
20. Berikan penguatan positip
atas partisipasi dalam
aktivitas

edukasi:

1. Jelaskan metode aktiviatas


sehari hari jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan
aktovitas yang dipilih
3. Anjurkan lakukan aktivitas
fisik, social, spriritual, dan
kogintifdealam menjaga
fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam
aktifitas kelompok atau
terapi jika sesuai
5. Anjurkan keluarga,utuk
member penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktifitas jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas jika perlu
4 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi :
perawatan selama - Identifikasi lokasi,
agen pencedera
1x24 jam diharapkan karakteristik, durasi,
fisik d.d mengeluh ekspektasi menurun frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
nyeri, tampak
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
meringis, gelisah, menurun (5) - Identifikasi respons nyeri
- Meringis menurun
frekuensi nadi (5) non verbal
meningkat - Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

D. IMPLEMENTASI
Yaitu melakukan seluruh rangkaian intervnsi yang direncanakan
E. EVALUASI
Yaitu melakukan penilaian terhadap keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa : Zeasly Tiofenly Neolaka


Tempat Praktek :-
Tanggal Praktek :-
Tanggal Pengkajian : 15 mey 2021

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Data Umum Pasien Penanggung Jawab

Nama : Tn.Z.N Ny. F.A.E.K


No RM : ………………………………… ……………………………..
Umur : 61 tahun 56 tahun
Agama : Kristen Protestan Kristen Protestan
Alamat : Jl.Suratim RR016/Rw006 Jl.Suratim RR016/Rw006
Pendidikan terakhir : SMA Strata-1
Pekerjaan terakhir : Pegawai swasta PNS
Tanggal masuk : ……………………………........ Hub dengan pasien: Istri

GENOGRAM

STROKE USIA

Keterangan:
: Laki-Laki : meninggal : garis pernikahan :Tinggal
serumah
: Perempuan : Pasien : garis keturunan

Keluhan utama saat ini:


Klien mengatakan sulit mengontrol tekanan darah, sehingga saat ini rutin mengkonsumsi obat
darah tinggi (amlodipin) setiap malam. Klien juga mengeluh terkadang merasa mati rasa pada
ujung jari tangan setelah menarik air dari sumur.

Riwayat kesehatan keluarga:


Klien mengatakan ayahnya juga seorang dengan riwayat hipertensi, menderita stroke selama
kurang lebih 10 tahun sebelum akhirnya meninggal dunia

Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, minuman, maupun obat-obatan namun sudah
hampir 2 tahun pasien tidak mengkonsumsi gula

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Nyeri : tidak ada keluhan nyeri
Status gizi : BB saat ini : 65 kg TB: 157cm BMI: 26.4 (gemuk)
Gizi cukup Gizi lebih Gizi kurang
Personal Hygine: klien nampak bersih, rapih dan terurus dengan baik

2. Sistem persepsi sensori


Pendengaran : berfungsi dengan sangat baik, pasien dapat menjawab
sapaan
atau panggilan dalam jarak jauh
Penglihatan : pasien menderita rabun jauh, menggunakan kacamata
minus –
2,5 saat membaca/melihat handphone
Pengecap/Penghidu : berfungsi dengn baik, pasien dapat merasakan dan
membedakan
rasa manis, pahit asam dan asin
Peraba : berfungsi dengan baik

3. Sistem pernafasan
Frekwensi : 20x/mnt
Suara nafas : vesikuler

4. Sistem kardiovaskular
Tekanan darah : 150/100 mmHg Nadi: 98x/menit Capillary Refill:<3
detik

5. Sistem saraf pusat


Kesadaran : compos mentis
Orientasi waktu : baik. Pasien dapat mengetahui dan menyebutkan hari,
tanggal,
tahun, dan jam saat melakukan pengkajian
Orientasi orang : baik. Pasien dapat mengenali dan membedakan orang-
orang
disekitar

6. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan : baik
Pola makan : 3x sehari
Abdomen : sisi perut tampak simetris, auskultasi peristaltik usus
normal,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites
BAB : 1x sehari

7. Sistem musculoskeletal
Rentang gerak : 5 (berdasarkan score ROM)
Kemampuan ADL : 6 (berdasarkan indeks KATZ)

8. Sistem integument
Turgor kulit keriput, kulit bersih.

9. Sistem reproduksi:
normal
10. Sistem perkemihan
Pola : 5-8 kali sehari
Inkontinensia : tidak ada

Data Penunjang
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

Terapi yang diberikan


Amlodipin 1x1 pada malam hari

PSIKOSOSIOBUDAYA DAN SPIRITUAL


Psikologis
1. Perasaan saat ini dalam menghadapi masalah | pasien tenang dan tidak banyak
terbawa pikiran tentang masalah kesehatan yang ia alami
2. Cara mengatasi perasaan tersebut | pasien rutin mengkonsumsi obat dan menjaga
pola makan
3. Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan | pasien ingin hidup sehat untuk
menjaga kondisi kesehatannya
4. Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan maka | pasien tidak merasa kecewa/
putus asa
5. Pengetahuan klien tentang masalah / penyakit yang ada | klien paham mengenai
masalah kesehatannya dengan baik

Sosial
1. Aktivitas atau peran di masyarakat | sebagai warga biasa
2. Kebiasaan di lingkungan yang tidak disukai | anak-anak kos yang suka berkumpul
dan menyanyi dijalanan hingga larut malam
3. Cara mengatasinya | memberi teguran
4. Pandangan klien tentang aktifitas social dilingkungannya | klien merasa kondisi
lingkungan aman dan warga bersosialisasi dengan akrab

Budaya
1. Budaya yang diikuti klien adalah budaya | timor
2. Keberatan /tidak terhadap budaya yang diikuti | pasien tidak merasa keberatan
3. Cara mengatasi (jika keberatan)
……………………………………………………………

Spiritual
1. Aktivitas ibadah yang sehari-hari dilakukan | doa bersama jam 9 malam
2. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan | ibadah minggu digereja
3. Kegiatan ibadah yang saat ini tidak bisa dilakukan | tidak ada
4. Perasaan klien akibat tidak dapat melaksanakan ibadah tersebut
…………………………
5. Upaya klien mengatasi perasaan tersebut
………………………………………………….
6. Apa keyakinan klien tentang peristiwa / masalah kesehatan yang sekarang sedang
dialami | klien merasa ini adalah akibat dari pola hidup yang tidak sehat dan faktor
keturunan
Format Pemeriksaan MMSE (Mini-Mental State Examination)
Nama Pasien : Tn.ZN Nama pemeriksa : Zeasly T Neolaka
Usia pasien : 61 tahun Tanggal : 15/05/2021
Pendidikan : SMA Waktu : 09:00

Skor
Orientasi Tertinggi Dicapai
1. Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari), apa? 5 5
2. Kita berada di mana ? (negara), (propinsi), (kota), (panti wredha), (Wisma) 5 5

Registrasi Memori
3. Sebut 3 obyek. 3 3
Tiap obyek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama obyek tadi. Nilai 1
untuk setiap nama obyek yang benar. Ulangi sampai lansia dapat menyebutkan
dengan benar. Catat jumlah pengulangannya.
Atensi dan Kalkulasi
4. Kurangkan 100 dengan 5, kemudian hasilnya berturut-turut kurangkan dengan 5 5 5
sampai pengurangan kelima (100 ; 95 ; 90 ; 85 ; 80 ; 75). Nilai 1 untuk tiap jawaban
yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau
Eja secara terbalik kata ”WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf yang benar
sebelum kesalahan, missal ”UYAHW”
Pengenalan Kembali (recalling)
5. Lansia diminta menyebut lagi 3 obyek di atas 3 3
(pertanyaan ke-3)
Bahasa
6. Lansia diminta menyebut 2 benda yang ditunjukkan perawat, 2 2
misal : pensil, buku
7. Lansia diminta mengulangi ucapan perawat : 1 1
namun, tanpa, apabila
8. Lansia mengikuti 3 perintah : ambil kertas itu dengan tangan kanan Anda, lipatlah 3 3
menjadi dua, dan letakkan di lantai
9. Lansia diminta membaca dan melakukan perintah : 1 1
Pejamkan mata Anda
10. Lansia diminta menulis kalimat singkat tentang pikiran / perasaan secara spontan di 1 1
bawah ini. Kalimat terdiri dari 2 kata (subyek dan predikat) :
…………………………………………………….
11. Lansia diminta menggambar bentuk di bawah ini: 1 1

30 30
Skor Total
Interpretasi :
Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi :
(1) Skor ≤ 16 : Terdapat gangguan kognitif.
(2) Skor 17-23 : Kemungkinan terdapat gangguan kognitif.
(3) Skor 24-30 : Tak ada gangguan kognitif.
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONAIRE (SPMSQ)

(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia)


Skore
No Pertanyaan Jawaban
1 1. Tanggal berapa hari ini? 15
1 2. Hari apa sekarang ini? Sabtu
1 3. Apa nama tempat ini? Rumah
1 4. Berapa nomor telepon Anda? 081338086893
Di mana alamat Anda? (Tanyakan bila
tidak memiliki telepon)
1 5. Berapa umur Anda? 61 tahun
1 6. Kapan Anda lahir? 19 september 1959
1 7. Siapa Presiden Indonesia sekarang? Jokowi
1 8. Siapa Presiden sebelumnya SBY
1 9. Siapa nama kecil ibu Anda? Teroci
1 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap 20,17, 14, 11, 8, 5,2
pengurangan 3 dari setiap angka baru
semua secara menurun
Jumlah Kesalahan Total 10
Penilaian SPMSQ :
Pengisisan Benar 1, salah 0
1.Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
2.Kesalahan 3-4 : Gangguan fungsi intelektual ringan
3.Kesalahan 5-7 : Gangguan fungsi intelektual sedang
4.Kesalahan 8-10 : Gangguan fungsi intelektual berat

Keterangan : Fungsi intelektual utuh

Indeks Katz Kemandirian dalam Aktivitas Hidup Sehari-Hari


(Katz Index of Independence in Activities of Daily Living)
Aktivitas Mandiri (nilai 1) Tergantung (nilai 0)
(Nilai 1 atau
0)
Mandi (Nilai 1) Mandi sendiri atau dibantu (Nilai 0) Membutuhkan bantuan
Nilai__1__ hanya pada satu bagian tubuh seperti sepenuhnya saat mandi atau
bagian punggung, area genital, atau dibantu lebih dari satu bagian
ekstremitas yang tidak bisa digerakkan tubuh
Berpakaian (Nilai 1) Mengambil pakaian dari (Nilai 0) Membutuhkan bantuan
Nilai__1__ lemari dan laci dan memakainya sendiri untuk memakai pakaian sendiri
tanpa dibantu. Tali sepatu mungkin
dibantu
Ke toilet (Nilai 1) Pergi ke toilet, membuka dan (Nilai 0) membutuhkan bantuan
Nilai__1__ menutup pintunya, membuka pakaian ke toilet
dan membersihkan area genital tanpa
bantuan
Berpindah (Nilai 1) Bangun dari tempat tidur (Nilai 0) Membutuhkan bantuan
Nilai__1__ tanpa bantuan atau tanpa berpegangan untuk berpindah dari tempat tidur
pada kursi. ke kursi
Kontinen (Nilai 1) mampu mengontrol BAB dan BAK (Nilai 0) (0 POINTS) Inkontinensia
(continence) secara mandiri urine dan alvi, parsial atau total
Nilai_1___
Makan (Nilai 1) Mengambil makanan dari (Nilai 0) Membutuhkan bantuan
Nilai___1_ piring dan memasukkannya ke mulut untuk makan baik sebagiak
tanpa bantuan. Penyiapan makan maupun total atau membutuhkan
mungkin dilakukan oleh orang lain parenteral

TOTAL NILAI = 6. { 6 = Tinggi (Pasien mandiri) 0 = Rendah (Pasien sangat


tergantung)}
Sumber:Katz, Down, Cash, & Grotz (1970); Wallace, (2007)

SKALA DEPRESI GERIATRI


(Geriatric Depression Scale 15-Item / GDS-15)

KEADAAN YANG DIRASAKAN SELAMA SEMINGGU Nilai Respon


No.
TERAKHIR YA TIDAK
1. Apakah Anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda? 1 0
2. Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau 0 1
kesenangan Anda?
3. Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong atau merasa kesepian? 0 1
4. Apakah Anda sering merasa bosan? 0 1
5. Apakah Anda memiliki semangat yang bagus dalam sebagian besar 1 0
hidup anda?
6. Apakah Anda takut khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi 0 1
pada Anda?
7. Apakah Anda merasa bahagia dalam sebagian besar hidup Anda? 1 0
8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? 0 1
9. Apakah Anda lebih suka tinggal di wisma atau di rumah daripada 0 1
pergi keluar untuk mengerjakan sesuatu yang baru?
10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat 0 1
Anda dibanding kebanyakan orang?
11. Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini menyenangkan? 1 0
12. Apakah Anda merasa tidak berharga? 0 1
13. Apakah Anda merasa penuh dengan energi/kekuatan? 1 0
14. Apakah Anda merasa apa yang anda alami sekarang ini/keadaan anda 0 1
saat ini tidak ada harapan?
15. Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada 0 1
Anda?
Interpretasi :
Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi :
(1) Skor 10 – 15 = depresi berat
(2) Skor 5 – 9 = depresi sedang
(3) Skor 0-4 = normal

Lembar observasi risiko jatuh


“The timed up and go (tug) test”

Nama : Tn.ZN
Usia : 61 tahun

Peralatan:
1. Sebuah stopwatch
2. Sebuah kursi
3. Meteran

Arahan:
Lansia memakai alas kaki yang biasa mereka gunakan sehari-hari. Lansia duduk dengan
tenang pada sebuah kursi yang memiliki sandaran. Buat sebuah garis yang berjarak 3
meter dari tempat duduk lansia.

Instruksi kepada lansia:


Ketika saya mengatakan “mulai” Bapak/Ibu Harus :
1. Berdiri dari tempat duduk
2. Berjalan menuju garis yang sudah ditandai
3. Setelah tiba di garis tersebut maka
4. Bapak/Ibu harus berbalik
5. Berjalan kembali ke tempat duduk semula
6. Lalu duduk kembali
Waktu mulai dihitung saat pemeriksa mengucapkan “Mulai” dan berhenti ketika lansia
duduk kembali.

Hasil observasi: 5 Detik


Risiko rendah : bila < 12 detik
1= Risiko Tinggi : bila ≥ 12 detik
Sumber: Center for disease control and prevention (2014, telah dimodifikasi sesuai
penelitian Kiik, 2015).

Lembar observasi lingkungan tempat tinggal Lansia (Panti/ rumah)

Pertanyaan Ya Tidak
Apakah lampu yang digunakan adalah lampu pijar? 1
Apakah ketinggian kasur dari lantai lebih dari 20 cm? 1
Apakah kamar mandi/WC memiliki pegangan? 1
Apakah jenis jamban yang digunakan adalah tipe jongkok? 1
Apakah terdapat kursi mandi? 1
Apakah lantai licin? 1
Adakah undakan di rumah?  1  
Apakah ada tangga di rumah?  1  
Apakah anda menggunakan karpet atau tikar di rumah?    1
Apakah barang-barang berserakan di lantai?    1
Total    

Hasil observasi: resiko rendah

Risiko rendah : bila < nilai mean (6,33)

1= Risiko Tinggi : bila ≥ nilai mean (6,33)

(Sumber: Minesotta Home assesment, Dimodifikasi oleh Stefanus Mendes Kiik, Junaiti
Sahar dan Heni Permatasari, 2015)

3.2 ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Data Masalah Etiologi


1 Ds Resiko perfusi Hipertensi
Do: perifer tidak
TD: 150/100MmHg efektif Kerusakan vesikuler pembuluh
N: 98x/mnt darah

Perubahan struktur

Penyumbatan penbuluh darah


Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Suplai O2 kepembuluh darah


perifer berkurang

Resiko perfusi perifer tidak


efektif

Diagnosa: Resiko perfusi perifer tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi

3.3 INTERVENSI

No SDKI SLKI SIKI


1 Resiko perfusi Setelah dilakukan I.05183 Promosi Latihan Fisik
perifer tidak tindakan keperawatan Observasi
efektif selama 1 x 30 menit 1. Identifikasi pengalaman
dibuktikan diharapkan olahraga sebelumnya
dengan L.02011 2. Identifikasi hambatan untuk
hipertensi Perfusi perifer berolahraga
meningkat dengan 3. Monitor kepatuhan
kriteria hasil: menjalankan program latihan
1. Denyut nadi 4. Monitor respons terhadap
perifer meningkat program latihan
2. Akral membaik Terapeutik
3. Turgor kulit 1. Fasilitasi dalam
membaik mengembangkan program
latihan yang sesuai untuk
kebutuhan
2. Fasilitasi dalam menentukan
tujuan jangka panjang dan
pendek
3. Lakukan aktivitas olahraga
bersama pasien
4. Berikan umpan balik positif
terhadap program latihan
Edukasi
1. Jelaskan frekuensi, durasi dan
intensitas program latihan yang
diinginkan
2. Ajarkan teknik menghindari
cedera saat berolahraga
3. Ajarkan teknik pernapasan
yang tepat untuk
memaksimalkan penyerapan
oksigen saat latihan.

3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Diagnosa Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


(SOAP)
1 Resiko perfusi Rabu,19 mey
perifer tidak efektif 2021
dibuktikan dengan 14:00  Mengidentifikasi S:
hipertensi pengalaman olahraga  Pasien
sebelumnya mengatakan
Hasil: pasien menyukai
mengatakan tidak pernah pola
mengikuti kegiatan olahraga
olahraga yang terancang senam ini
sebelumnya. Pasien karena tidak
hanya mengandalkan memakan
aktivitas fisik harian banyak
sebagai bentuk olahraga waktu dan
 Mengidentifikasi gerakannya
14:05 hambatan untuk gampang

berolahraga diingat

Hasil: pasien tidak  Pasien


mengatakan
memiliki hambatan
belum
dalam berolahraga
merasakan
khususnya dalam
perbedaan
sistem integumen
pada tubuh
 Memfasilitasi dalam setelah
14:07 mengembangkan senam
program latihan yang  Pasien
sesuai untuk mengatakan
kebutuhan dan akan

menentukan tujuan melanjutkan


senam ini
jangka panjang dan
sebagai
pendek
kegiatan
Hasil:
rutin .
Menjelaskan kepada
pasien bahwa salah O:
satu olahraga yang  Pasien
cocok dilakukan bagi tampak

penderita hipertensi antusias

adalah senam anti mengikuti


senam
hipertensi selama
 TD 15 menit
kurang lebih 4 menit
setelah
sehari. Melalui senam
senam
ini diharapkan tekanan
darah dapat terkontrol 140/90
dan kebas pada  Nadi 15

ekstremitas berkurang menit


setelah
 TD sebelum latihan
Kamis, 20/05
senam
2021 140/100
90x/mnt
 Nadi sebelum latihan
A:
18:00 90
Masalah belum
 melakukan aktivitas teratasi
olahraga bersama P:
pasien (senam anti Intervensi
18:05
hipertensi) dilanjutkan

 memberikan umpan mandiri oleh


balik positif terhadap pasien
18:06
program latihan
 Mengajarkan teknik
menghindari cedera
saat berolahraga yaitu
dengan melakukan
pemanasan atau
perenggangan terlebih
dahulu sebelum
18:10
memulai senam
 Mengajarkan teknik
pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan
penyerapan oksigen
saat latihan.
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Pengkajian dan diagnosa


Berdasarkan pathway yang ada, pasien lansia mungkin dapat mengalami kurang
lebih delapan diagnosis keperawatan mulai dari breathing, blood, brain, bladder,
bowel, dan bone. Namun pada pasien lansia yang saya temui, tidak ditemukan
masalah sistem yang spesifik yang aktual mengganggu kondisi lansia. Pasien
hanya mengeluh kebas maupun nyeri kuduk yang dirasakan hanya sesekali oleh
karena itu diagnosa yang muncul lebih kepada diagnosis resiko.
2. Intervensi Inovasi
Intervensi inovasi yang saya gunakan dalam penanganan hipertensi kali ini
adalah senam anti hipertensi. Dalam penelitian Hernawan (2017) yang berjudul
“pengaruh senam hipertensi lansia terhadap penurunan tekanan darah
lansia dengan hipertensi dipanti werda kelurahan pajang surakarta”
menyatakan bahwa terdapat pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah
lansia.
Hal yang sama dikemukakan dalam penelitian Anwari (2018) yang
berjudul “Pengaruh senam anti hipertensi lansia terhadap penurunan
tekanan darah lansia di desa kemuningsari lor kecamatan panti kabupaten
jember” menyatakan bahwa senam hipertensi merupakan olahraga yang salah
satunya bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam
otot-otot dan rangka yang aktif khususnya otot jantung. Senam hipertensi dengan
frekuensi 1x seminggu selama 3 minggu dengan lama latihan 4-12 menit efektif
untuk menurunkan tekanan darah pada lansia. Dalam penelitiannya anwari
mendapatkan hasil Tekanan darah responden pada pre test diperoleh rata – rata
sistole 151,43 mmHg dan rata – rata pre tes diastole 85,36 mmHg. Nilai rata –
rata post test sistole 140 mmHg dan rata – rata diastole 82,10 mmHg. Hasil ini
menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada penurunan tekanan darah
setelah pemberian senam anti hipertensi.
Sedangkan hasil yang saya dapatkan setelah memberikan intervensi senam
anti hipertensi pada lansia, didapatkan bahwa hasil tekanan darah sebelum senam
adalah 140/100MmHg, setelah diberikan senam hasil tekanan darah menunjukan
140/90 MmHg. Artinya terdapat penurunan sebesar 10% pada diastolik. Tidak ada
penurunan yang cukup spesifik setelah diberi intervensi. Hal ini disebabkan
intervensi hanya dilakukan sekali, dan belum dilakukan pengukuran lanjutan
setelah 3 minggu seperti pada penelitian sebelumnya.
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa salah satu
intervensi pendukung yang dapat dilakukan bagi penderita hipertensi dengan usia
lanjut adalah senam anti hipertensi yang dapat diterapkan minimal 1x sehari
dalam periode latihan 4-12 menit. Senam ini dapat memberikan efek penurunan
tekanan darah bila dilakukan secara rutin.
5.2. SARAN
1. Dalam pelaksanaan senam anti hipertensi sebaiknya tenaga kesehatan
memperhatikan dengan baik kondisi fisik lansia. Bila kondisi fisik tidak
memungkinkan, gerakan yang ada dapat diganti atau dihilangkan agar
mengurangi resiko cedera
2. Dalam pelaksanaan boleh menggunakan video panduan namun lebih baik
menggunakan hitungan manual, bukan hitungan dari video karena irama dan
hitungan yang terlalu cepat membuat pasien lebih mudah lelah. Dengan
menghitung secara manual, kita dapat menyesuaikan dengan kondisi fisik
lansia
3. Bila dalam latihan pasien mengeluh lelah atau jantung berdebar kencang maka
sebaiknya senam dihentikan sementara waktu .
4. Untuk melihat hasil yang baik dan berpengaruh spesifik sebaiknya intervensi
dilakukan selama minimal 1x sehari dengan durasi latihan 4-12 menit selama 3
minggu.

DAFTAR PUSTAKA

anwari. (2018). PENGARUH SENAM ANTI HIPERTENSI LANSIA


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DI DESA
KEMUNINGSARI LOR KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER. THE
INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE , 160-164
.
KEMENKES. (2013). Buletin jendela data dan informasi kesehatan. jakarta:
kementrian kesehatan RI.

KEMENKES. (2016). Situasi lanjut usia (lansia) di Indonesia. Jakarta: pusat data
adan informasi kementrian kesehatan RI.

LANSIA, K. (2010). Profil penduduk lanjut usia. jakarta.

mulyati. (2018). asuhan keperawatan hipertensi pada ny.S dan tn.H dengan
masalah keperawatan nyeri akut di UPT PSTW Jember tahun 2018. 1-111.

PPNI.2016. Stndar diagnosis keperawatan Indonesia: definisi dan indikator diagnostik,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI.2018. Standar luaran keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil
keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI.2018. Stndar intervensi keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan keperawatan
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai