OLEH
Mengetahui
Pembimbing
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Klasifikasi Lansia
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 ayat 2 Berbunyi
“Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun (enam puluh)
tahun ke atas”.
2. Menurut WHO lansia dibagi dalam beberapa kategori yaitu usia pertengahan
(middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia
antara 60 dan 74 tahun , lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3. Menurut DEPKES RI (2013), lansia dibagi menjadi:
a) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45- 59 tahun.
b) Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c) Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
d) Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
B. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Hipertensi esensial (primer)
Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%.
Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaitkan dengan kombinasi
faktor pola hidup seperti kurang bergerak dan pola makan.
2. Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah
tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya
penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).
Elastisitas , arteriosklerosis
hipertens
i
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
edema
Kelebihan volume cairan
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a) Diuretik
Jenis obat ini adalah obat yang mempengaruhi ginjal. Kadar garam di
dalam tubuh dikeluarkan bersamaan dengan zat cair yang ditahan oleh
garam. Biasanya tidak ada efek samping yang mengganggu, tetapi efek
tambahan dari diuretik adalah tidak saja garam yang dikeluarkan dari
tubuh, tetapi zat penting seperti kalium juga ikut keluar
b) Alpha, beta, dan alpha-beta adrenergic blocker
Obat-obatan ini bekerja menghalangi pengaruh bahan-bahan kimia
tertentu dalam tubuh, juga dapat membuat jantung berdetak lebih
lambat dan tidak begitu keras dalam memompa.
c) Inhibitor ACE (Angiostensin Corverting Enzym)
Inhibitor ACE membantu mengendurkan pembuluh darah dengan
menghalangi pembentukan bahan kimia alamiah dalam tubuh yang
disebut angiostensin II.
d) Calcium Chanel Blocker
Obat ini membantu mengendurkan pembuluh darah dan mengurangi
aliran darah. Pengaruh penurunan tekanan darah dari obat ini bisa
singkat, bisa juga lama. Penurunan singkat tidak direkomendasikan
pada tekanan darah tinggi, sebab kontrolnya tidak menentu, dan
beberapa laporan mengaitkan dengan pengaruh terhadap jantung yang
merugikan.
Pengobatan modern untuk hipertensi banyak menyembuhkan
hipertensi namun pengobatan ini juga memiliki efek samping. Efek
samping yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas, dan
mual. [ CITATION anw18 \l 1057 ]
2. Non Farmakologi
a) Penurunan berat badan
Menurunkan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik (5-
20mm) / penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pingangg < 94 cm
untuk pria dan < 80 cm untuk wanita, indeks massa tubuh < 25 kg/m2
rekomendasi penurunan berat badan meliputi nasehat mengurangi
asupan kalori dan juga meningkatkan aktifitas.
b) Adopsi pola makan DASH (dietary Approaches to stop Hypertension)
Pola makan DASH dapat menurunkan tekanan darah sistolik. Lebih
banyak makan buah, sayuran dan produk susu rendah lemak dengan
kadungan lemak jenuh lebih sedikit, kaya potassium dan kalsium
c) Resistensi garam harian
Retensi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8
mmHg. Rekomendasi konsumsi garam seagai pola makan sehat.
d) Latihan Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi-
termasuk aktivitas yang dilakukan saat bekerja, bermain, melakukan
pekerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat dalam kegiatan
rekreasi. Istilah "aktivitas fisik" tidak boleh disamakan dengan
"olahraga/latihan fisik", yang merupakan subkategori aktivitas fisik
yang direncanakan, terstruktur, berulang, dan bertujuan untuk
memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih komponen
kebugaran fisik. Selain olahraga, aktivitas fisik lain apa pun yang
dilakukan selama waktu senggang, untuk transportasi menuju ke dan
dari tempat, atau sebagai bagian dari pekerjaan seseorang, memiliki
manfaat kesehatan. Selanjutnya, aktivitas fisik baik intensitas sedang
maupun kuat dapat meningkatkan kesehatan
H. Komplikasi
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga
aliran darah ke daerah - daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri -
arteri otak yang mengalami arterrosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba- tiba, seperti orang
bingung, limbung dan bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu
bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara) serta tidak sadarkan diri
secara mendadak
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yaitu arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan - perubahan
waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia.
Hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler- kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus,
mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema
yang sering dijumpai pada hipertensi kronik
4. Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di
paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-
paru menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema
5. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron - neuron disekitarnya
kolap dan terjadi koma serta kematian
C. INTERVENSI
Terapeutik
1. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
2. Persiapkan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika
perlu
3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine, jika
perlu
5. Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor
resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala
awal syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari
alergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
2 Penurunan curah Curah jantung ( kode Perawatan jantung (kode
L.02008) I.02075)
jantung b.d
Setelah dilakukan Tindakan
perubahan irama tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam, 1. Identifikasi tanda / gejala
jantung d.d
maka curah jantung primer penurunan curah
palpitasi, meningkat, dengan jantung ( meliputi dispnea,
kriteria hasil : kelelahan, edema, ortopnea,
takikardia,
1. Palpitasi paroxysmal nocturnal
gambaran EKG menurun dyspnea CVP)
2. Takikardia 2. Identifikasi tanda/gejala
aritmia
menurun sekunder penurunan curah
3. Gambaran EKG jantung (meliputi
aritmia menurun peningkatan berat badan,
hepatomegali, distensi vena
juguralis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit
pucat)
3. Monitor tekanan darah
( termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)
4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada
(mis. Intensitas, lokasi,
radiasi, durasi, previsitasi
yang mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor eritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
10. Monitor nilai
laboratorium jantung ( mis.
Elektrolit, enzim jantung
BNP, Ntpro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu
jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktifitas
13. Pemeriksaan tekanan
darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat
(mis. Beta blocker, ACE
inhibitor, calcium channel
blocker, digoksin)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol,
dan makanan tinggi lemak)
3. Gunakan stocking elastis
atau pneumatik interniten,
sesuai indikasi
4. Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gayahidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres,
jika perlu
6. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktifitas fisik
secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian
5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitas jantung.
3 Intoleransi (L.05047) Terapi aktivitas (I.05186)
Setelah dilakukan Observasi:
aktivitas b.d
tindakan keperawatan 1. Identivikasih deficit tingkat
ketidakseimbangan selama1x…jam, aktivitas
diharapkan Toleransi 2. Identivikasih kemampuan
antara suplai dan
aktivitas meningkat berpartisipasi dalam
kebutuhan dengan keriteria hasil: aktivitas tertentu
1. Frekuensi 3. Identivikasih sumber daya
oksigen,
jantung untuk aktivitas yang
kelemahan d.d menurun diinginkan
2. Mengeluh 4. Identifikasih strategi
mengeluh lelah,
lelah menurun meningkatkan partisipasi
frekuensi jantung dalam aktivitas
5. Identivikasih makna
meningkat >20%
aktivitas rutin (mis.
dari kondisi Bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respons emosional ,
istirahat
fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik :
1. Fasilatasi focus pada
kemampuan, bukan deficit
yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatakan frekuensi
dan rentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik,
psikologis dan social
4. Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
5. Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
6. Fasilatasi transportasi untuk
menghadari aktivitas. Jika
sesuai
7. Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menysesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
8. Fasilitasi aktifitas fisik rutin
( mis. Ambulasi, mobilisasi
dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
9. Fasitasi aktivitas pengganti
saat mengalami
keterbatasan waktu energy
atau gerak.
10. Fasilitasi aktivitas motorik
kasar untuk pasien
hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik
untuk memelihara berat
badan jika sesuai
12. Fasilitasi aktivitas motorik
untuk merekasasi otot
13. Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implicit
dan emosional (mis.
Kegitan keagamaan khusus)
untuk pasien demensial jika
sesuai
14. Libatkan pdalam
permainan kelompok yang
tidak kompetitif terstruktur
dan aktif
15. Tingkatkan aktivitas
relaksasi dan di fersifikasih
untuk menurunkan
kecemasan (mis.vocal grup,
bola voly, jogging,
berenang tugas sederhana,
dan permainan sederhana,
perawtan diri, dan kartu).
16. Libatkan keluarga dalam
aktivitas jika perlu
17. Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
18. Fasiltasi pasien dan
keluarga memanau
kemajuannya sendiri untu7k
mencapai tujuan
19. Jadwalkan taktivitas
rutinitas sehari hari
20. Berikan penguatan positip
atas partisipasi dalam
aktivitas
edukasi:
D. IMPLEMENTASI
Yaitu melakukan seluruh rangkaian intervnsi yang direncanakan
E. EVALUASI
Yaitu melakukan penilaian terhadap keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
GENOGRAM
STROKE USIA
Keterangan:
: Laki-Laki : meninggal : garis pernikahan :Tinggal
serumah
: Perempuan : Pasien : garis keturunan
Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, minuman, maupun obat-obatan namun sudah
hampir 2 tahun pasien tidak mengkonsumsi gula
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Nyeri : tidak ada keluhan nyeri
Status gizi : BB saat ini : 65 kg TB: 157cm BMI: 26.4 (gemuk)
Gizi cukup Gizi lebih Gizi kurang
Personal Hygine: klien nampak bersih, rapih dan terurus dengan baik
3. Sistem pernafasan
Frekwensi : 20x/mnt
Suara nafas : vesikuler
4. Sistem kardiovaskular
Tekanan darah : 150/100 mmHg Nadi: 98x/menit Capillary Refill:<3
detik
6. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan : baik
Pola makan : 3x sehari
Abdomen : sisi perut tampak simetris, auskultasi peristaltik usus
normal,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites
BAB : 1x sehari
7. Sistem musculoskeletal
Rentang gerak : 5 (berdasarkan score ROM)
Kemampuan ADL : 6 (berdasarkan indeks KATZ)
8. Sistem integument
Turgor kulit keriput, kulit bersih.
9. Sistem reproduksi:
normal
10. Sistem perkemihan
Pola : 5-8 kali sehari
Inkontinensia : tidak ada
Data Penunjang
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Sosial
1. Aktivitas atau peran di masyarakat | sebagai warga biasa
2. Kebiasaan di lingkungan yang tidak disukai | anak-anak kos yang suka berkumpul
dan menyanyi dijalanan hingga larut malam
3. Cara mengatasinya | memberi teguran
4. Pandangan klien tentang aktifitas social dilingkungannya | klien merasa kondisi
lingkungan aman dan warga bersosialisasi dengan akrab
Budaya
1. Budaya yang diikuti klien adalah budaya | timor
2. Keberatan /tidak terhadap budaya yang diikuti | pasien tidak merasa keberatan
3. Cara mengatasi (jika keberatan)
……………………………………………………………
Spiritual
1. Aktivitas ibadah yang sehari-hari dilakukan | doa bersama jam 9 malam
2. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan | ibadah minggu digereja
3. Kegiatan ibadah yang saat ini tidak bisa dilakukan | tidak ada
4. Perasaan klien akibat tidak dapat melaksanakan ibadah tersebut
…………………………
5. Upaya klien mengatasi perasaan tersebut
………………………………………………….
6. Apa keyakinan klien tentang peristiwa / masalah kesehatan yang sekarang sedang
dialami | klien merasa ini adalah akibat dari pola hidup yang tidak sehat dan faktor
keturunan
Format Pemeriksaan MMSE (Mini-Mental State Examination)
Nama Pasien : Tn.ZN Nama pemeriksa : Zeasly T Neolaka
Usia pasien : 61 tahun Tanggal : 15/05/2021
Pendidikan : SMA Waktu : 09:00
Skor
Orientasi Tertinggi Dicapai
1. Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari), apa? 5 5
2. Kita berada di mana ? (negara), (propinsi), (kota), (panti wredha), (Wisma) 5 5
Registrasi Memori
3. Sebut 3 obyek. 3 3
Tiap obyek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama obyek tadi. Nilai 1
untuk setiap nama obyek yang benar. Ulangi sampai lansia dapat menyebutkan
dengan benar. Catat jumlah pengulangannya.
Atensi dan Kalkulasi
4. Kurangkan 100 dengan 5, kemudian hasilnya berturut-turut kurangkan dengan 5 5 5
sampai pengurangan kelima (100 ; 95 ; 90 ; 85 ; 80 ; 75). Nilai 1 untuk tiap jawaban
yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau
Eja secara terbalik kata ”WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf yang benar
sebelum kesalahan, missal ”UYAHW”
Pengenalan Kembali (recalling)
5. Lansia diminta menyebut lagi 3 obyek di atas 3 3
(pertanyaan ke-3)
Bahasa
6. Lansia diminta menyebut 2 benda yang ditunjukkan perawat, 2 2
misal : pensil, buku
7. Lansia diminta mengulangi ucapan perawat : 1 1
namun, tanpa, apabila
8. Lansia mengikuti 3 perintah : ambil kertas itu dengan tangan kanan Anda, lipatlah 3 3
menjadi dua, dan letakkan di lantai
9. Lansia diminta membaca dan melakukan perintah : 1 1
Pejamkan mata Anda
10. Lansia diminta menulis kalimat singkat tentang pikiran / perasaan secara spontan di 1 1
bawah ini. Kalimat terdiri dari 2 kata (subyek dan predikat) :
…………………………………………………….
11. Lansia diminta menggambar bentuk di bawah ini: 1 1
30 30
Skor Total
Interpretasi :
Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi :
(1) Skor ≤ 16 : Terdapat gangguan kognitif.
(2) Skor 17-23 : Kemungkinan terdapat gangguan kognitif.
(3) Skor 24-30 : Tak ada gangguan kognitif.
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONAIRE (SPMSQ)
Nama : Tn.ZN
Usia : 61 tahun
Peralatan:
1. Sebuah stopwatch
2. Sebuah kursi
3. Meteran
Arahan:
Lansia memakai alas kaki yang biasa mereka gunakan sehari-hari. Lansia duduk dengan
tenang pada sebuah kursi yang memiliki sandaran. Buat sebuah garis yang berjarak 3
meter dari tempat duduk lansia.
Pertanyaan Ya Tidak
Apakah lampu yang digunakan adalah lampu pijar? 1
Apakah ketinggian kasur dari lantai lebih dari 20 cm? 1
Apakah kamar mandi/WC memiliki pegangan? 1
Apakah jenis jamban yang digunakan adalah tipe jongkok? 1
Apakah terdapat kursi mandi? 1
Apakah lantai licin? 1
Adakah undakan di rumah? 1
Apakah ada tangga di rumah? 1
Apakah anda menggunakan karpet atau tikar di rumah? 1
Apakah barang-barang berserakan di lantai? 1
Total
(Sumber: Minesotta Home assesment, Dimodifikasi oleh Stefanus Mendes Kiik, Junaiti
Sahar dan Heni Permatasari, 2015)
Perubahan struktur
Gangguan sirkulasi
3.3 INTERVENSI
berolahraga diingat
PEMBAHASAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa salah satu
intervensi pendukung yang dapat dilakukan bagi penderita hipertensi dengan usia
lanjut adalah senam anti hipertensi yang dapat diterapkan minimal 1x sehari
dalam periode latihan 4-12 menit. Senam ini dapat memberikan efek penurunan
tekanan darah bila dilakukan secara rutin.
5.2. SARAN
1. Dalam pelaksanaan senam anti hipertensi sebaiknya tenaga kesehatan
memperhatikan dengan baik kondisi fisik lansia. Bila kondisi fisik tidak
memungkinkan, gerakan yang ada dapat diganti atau dihilangkan agar
mengurangi resiko cedera
2. Dalam pelaksanaan boleh menggunakan video panduan namun lebih baik
menggunakan hitungan manual, bukan hitungan dari video karena irama dan
hitungan yang terlalu cepat membuat pasien lebih mudah lelah. Dengan
menghitung secara manual, kita dapat menyesuaikan dengan kondisi fisik
lansia
3. Bila dalam latihan pasien mengeluh lelah atau jantung berdebar kencang maka
sebaiknya senam dihentikan sementara waktu .
4. Untuk melihat hasil yang baik dan berpengaruh spesifik sebaiknya intervensi
dilakukan selama minimal 1x sehari dengan durasi latihan 4-12 menit selama 3
minggu.
DAFTAR PUSTAKA
KEMENKES. (2016). Situasi lanjut usia (lansia) di Indonesia. Jakarta: pusat data
adan informasi kementrian kesehatan RI.
mulyati. (2018). asuhan keperawatan hipertensi pada ny.S dan tn.H dengan
masalah keperawatan nyeri akut di UPT PSTW Jember tahun 2018. 1-111.