Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA, TINGKAT PENGETAHUAN IBU


TENTANG GIZI DAN TINGKAT PENDIDIKAN AYAH DENGAN
KEJADIAN STUNTING DI DESA OELPUAH
KECAMATAN KUPANG TENGAH

ARISON NAU
2016114 005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA
KUPANG
2020

i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah selesai diberikan bimbingan dalam penulisan skripsi sehingga naska skripsi ini
memenuhi syarat dan dapat di setujui untuk di pertahankan dalam Ujian Skripsi, oleh
Nama : Arison Nau
Nim : 2016 114 005
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan Pendapatan Keluarga, Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian Stunting Di
Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.
Penguji : Tanda Tangan

Ketua : 1. SYAHRIR.,S.KEP.,Ns.,M.si
NIDN. 0823018902

Anggota :
Penguji : 2. MUSLIMAH ANUGERAH,S.Kep.M.Kes
NIDN. 0806059104

3. FERIS KAMLASI .S.Pd, M.Si


NIDN. 0806118803

MENGESAHKAN
KETUA STIKES NUSANTARA

MARKUS KORE S.Kep.,M.Si


NIDN. 0825118404

iii
iv
MOTTO
Tugasku Bukanlah Untuk
Menyerah, Tugasku
Adalah Untuk Mencoba.
“Karena”
Di Dalam Mencoba Itulah

Aku Menemukan Dan

Belajar Membangun

v
Kesempatan Untuk

Mencapai Sebuah

Keberhasilan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan
bimbingan-Nya yang senantiasa berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Skripsi ini dengan judul Hubungan Pendapatan Keluarga, Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian
Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.

Ucapan terima kasih tak terhingga kepada Ibu Muslimah Anugerah

.S.Kep,M.Kes selaku pembimbing 1, dan Bapak Feris Kamlasi .S.Pd, M.Si Selaku

Pembimbing 2, yang dengan setia telah memberikan arahan dan petunjuk serta saran

sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

vi
1. Bapak Rudizon Budiman Doko Patty.,Se.,M.M.Kes selaku Ketua Yayasan

Stikes Nusantara Kupang.

2. Bapak Markus Kore.,S.Kep.,M.Si. Selaku Ketua Stikes Nusantara Kupang.

3. Bapak Syahrir, S.Kep., M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

yang selalu memberikan nasihat-nasihat dan motivasi selama penulis di

bangku kuliah.

4. Keluarga tercinta, (bapak, mama, kakak dan adik) yang selalu setia

memberikan dukungan, nasehat, dan pengertian serta membantu dalam doa.

5. Teman-teman angkatan 2016 khususnya KPN 16_1A yang selalu

memberikan kritik, saran, dan motivasi bagi penulis selama studi.

6. Sahabat-sahabatku, (angky ratu, ferdinan manhitu, arson maramba jua dan efa

welkis), yang telah membantu penulis selama kegiatan penelitian.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu hingga dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini.

Akhirnya sebagai manusia, penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum

sempurna. Oleh karena itu, segala usul, kritik dan saran yang bersifat membangun

penulis sangat harapkan demi kesempurnaan Skripsi ini. Kiranya Skripsi ini berguna

bagi kita semua. Tuhan Yesus penuh berkat memberkati kita.

Kupang, Januari 2020

vii
Arison Nau

ABSTRAK
Arison nau1Muslimah Anugerah, S.Kep.M.Kes2 Feris Kamlasi.S.Pd, M.Si3
1. Mahasiswa Stikes Nusantara Kupang
2. Dosen Prodi S1 Keperawatan
3. Dosen Prodi DIII Kebidanan
Latar Belakang: Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS)pada tahun 2010 prevelensi balita pendek sebesar 35,6%, namun
prevelensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 menjadi 37,2% dan
pada tahun 2018 mencatat bahwa presentasi presentasi stunting di Indonesia
mengalami penurunan menjdi 30,8%. presentasi stunting di Nusa Tenggara Timur
berdasarkan hasil riskesdas pada tahun2017 yaitu 51,7% dan pada tahun 2018
mengalami penurunan menjadi 42,6 angka ini turun sebesar 9,1 jika di bandingkan
presentasi tahun 2017 namun NTT masih berada di urutan atas presentasi stunting di
Indonesia .Berdasarkan hasil penelitian di desa Oelpuah Wilayah kerja puskesmas
tarus dengan jumlah sebanyak 55 kasus yang terbagi dua kategori yaitu pendek 53
kasus dan sangat pendek 2 kasus
Metode : penelitian di lakukan dari bulan desember 2019 - bulan januari 2020 yang
berlokasi di wilayah kerja puskesmas tarus desa oelpuah dengan desain deskriptif
korelasi dan pendekatan cross sectional sampel sebanyak 55 kasus yang berusia 0 -59
bulan .pendapatan keluarga,tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat

viii
pedidikan ayah dengan kejadian stunting.Data analisa secara bivariat dan univariat
mengunakan uji chy-square
Hasil: hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan keluarga rendah sebesar 94,6%
pendapatan keluarga sedang sebesar 3,6% dan pendapatan tinggi sebesat 1.8%,
pengetahuan ibu ibu tentang gizi kurang sebesar 16,4%, pengetahuan ibu tentang gizi
cukup sebesar 67,2% dan pengetahuan ibu tentang gizi baik sebesar 16,4%,tingkat
pendidikan ayah tidak sekolah sebesar 30,9%, SD sebesar 38,2%, SMP sebesar 20%,
SLTA sebesar 9,1%,dan perguruan tinggi sebesar 1,8% balita yang mengalami
stunting sebesar 55 orang. Hasil penelitain menunjukan pendapatan keluarga tdak
berhubungan secara signifikan (p=0,942) dengan kejadian stunting, tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi berhubungan secara signifikan(p=0,05) dengan kejadian
stunting dan tingkat pendidikan ayah tidak berhubungan secara signifikan (p=0,915)
dengan kejadian stunting
Kata kunci :pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, tingkat
pendidikan ayah dan stunting

ABSTRACT

Arison nau1Muslimah Anugerah, S.Kep.M.Kes2 Feris Kamlasi .S.Pd, M.Si3


1. Mahasiswa Stikes Nusantara Kupang
2. Dosen Prodi S1 Keperawatan
3. Dosen Prodi DIII Kebidanan

Background: In Indonesia based on the results of the Basic Health Research


(RISKESDAS) in 2010 the prevalence of short children by 35.6%, but the prevalence
of short children again increased in 2013 to 37.2% and in 2018 noted that the
presentation of stunting presentations in Indonesia decreased to 30.8%. stunting
percentage in East Nusa Tenggara based on the results of Riskesdas in 2017 which
was 51.7% and in 2018 decreased to 42.6 this figure decreased by 9.1 when compared
to the presentation in 2017 but NTT is still ranks the top of stunting presentations in
Indonesia. Based on the results of research in the village of Oelpuah, the working
area of the puskesmas tarus with a total of 55 cases divided into two categories,
namely 53 short cases and very short 2 cases
Method: the study was conducted from December 2019 - January 2020 located in the
working area of Tarus Community Health Center in Oelpuah Village with a
descriptive correlation design and a cross sectional sample approach of 55 cases aged
0-59 months. Family income, mother's knowledge level about nutrition and the level

ix
of father's education with the occurrence of stunting. Bivariate and univariate data
analysis using the chy-square test
Results: the results showed that low family income was 94.6% moderate family
income was 3.6% and high income was 1.8%, mothers' knowledge of malnutrition
was 16.4%, women's knowledge of nutrition was 67.2 % and mother's knowledge
about good nutrition by 16.4%, the education level of fathers with no education by
30.9%, elementary school by 38.2%, junior high school by 20%, high school by
9.1%, and tertiary education by 1.8 % of toddlers who experienced stunting of 55
people. The results of the study showed that family income was not significantly
related (p = 0.942) with the incidence of stunting, the level of maternal knowledge
about nutrition was significantly related (p = 0.05) with the incidence of stunting and
the level of father's education was not related significantly (p = 0.915) with the
occurrence of stunting
Keywords: family income, mother's level of knowledge about nutrition, father's
education level and stunting.

DAFAR ISI

HALAMAN DEPAN ....................................................................................................i


LEMBARAN PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBARAN PENGESAHAN ...................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................iv
MOTTO.........................................................................................................................v
KATA PENGANTAR..................................................................................................vi
ABSTRAK.................................................................................................................viii
ABSTRACT.................................................................................................................ix
DAFTAR ISI.................................................................................................................x
DAFTAR TABEL......................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xv
BAB I .PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1.Latar Belakang...............................................................................................1
1.2.Rumusan masalah ..........................................................................................4
1.3.Tujuan Penelitian ...........................................................................................4
1.4Manfaat Penelitian ..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORITIS…..………..……….6
2.1.Tinjauan Pustaka…………………………………………..…….….............6

x
2.2.Tinjauan Teoritis……………………………………………..……...……...7
2.3.Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Stunting…..……..........22
2.4.Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian stunting……….23
2.5.Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah ………………...….. ………………23
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIA….………24
3.1.Kerangka Konseptual ………………………………………..………........24
3.2.Hipotesis Penelitian ………………………………………………............25
BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………………………........26
4.1.Jenis Penelitian…………………………………………………….............26
4.2.Rancangan Bangun Penelitian ……………………………….……............26
4.3.Lokasi Penelitian ……………………………………………..……...........26
4.4.Populasi Dan Sampel……………………………………….......................26
4.4.1.Populasi……………………………………………….……….........26
4.4.2.Sampel…………………………………………………...………….27
4.4.3. Jumlah Sampel………………………………………….……….…27
4.5.Kerangka Operasional ……………………………….………….………...27
4.6.Variable Penelitian Dan Defenisi Operasional ……….…………....……...29
4.7.Teknik Pengumpulan Data Dan Prosedur Pegumpulan Data. ……...……..30
4.8. Pengolahan Data Dan Analisa Data…………………….…….…..............31
BAB V HASIL PENELITIAN……………….………………………………33
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………………...33
5.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………………...33
5.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………………...33
5.4. Data Umum………………………………………………………….........33
5.5. Data Khusus………………………………………………………………35
5.6. Data Tabulasi Silang……………………………………………………...36

BAB VI PEMBAHASAN……………………………………………………..........40
6.1. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi……………………………………………40
6.2. Kejadian Stunting…………………………………………………………41
6.3. Pendidikan Ayah………………………………………………………….41
6.4. Pendapatan Keluarga…………………………………………………..…42
6.5. Hunungan Antara Pengeyahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian
Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang
Tengah.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.………42
6.6. Hunungan Antara Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian
Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah……………..….44
6.7. Hunungan Antara Pendaptan Keluarga Dengan Kejadian
Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah…………………..46
BAB VII PENUTUP……………………………………………………..………….49
7.1. Kesimpulan………………………………………………….
…………...49

xi
7.2.
Saran…………………………………………………………………..
…50
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……..…..…51
LAMPIRAN………………………………………………………...……………….52

Daftar Tabel

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Teoritis…………………………………………………............…6

Table 4.1 Defenisi Operasional………………………………………………......….27

Tabel 5.1 distribusi frekuensi berdasarkan umur.........................................................34

Tabel 5.2 distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu.........................................34

Tabel 5.3 distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan ibu tentang gizi...................35

Tabel 5.4 distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ayah.......................................35

xii
Tabel 5.5 distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ayah.......................................36

Tabel 5.6 distribusi frekuensi berdasarkan kejadian stunting......................................36

Tabel 5.7 Tabulasi silang hubungan antara pendapatan keluarga dengan

kejadian stunting di desa oelpuah kecamatan kupang tengah....................37

Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan antara pendidikan ayah dengan

kejadian stunting di desa oelpuah kecamatan kupang tengah.....................38

Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi

dengan kejadian stunting di desa oelpuah kecamatan kupang tengah........39

Daftar Gambar

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 karangka konsep……………………………………….........…………24

Gambar 4.5 karangka operasional………………………………………........…….27

xiii
Daftar Lampiran

Nomor Judul lampiran Halaman

Lampiran 1Informed Consent....................................................................................34

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden...............................................35

Lampiran 3 lembar kuesioner.....................................................................................36

Lampiran 4 surat pengambilan data awal…………………………………………...75

Lampiran 5 surat izi penelitian ……………………………………………………..76

Lampiran 6 surat selesai penelitian……………………………………………….…80

xiv
xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah
lima tahun) akiibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 Tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severaly
stunted) adalah balita dengan panjang PB dan TB menurut umurnya.
Stunting adalah masalah gisi kronis pada balita yang di tandai dengan
tinggi badan yang lebih pendek di bandingkan dengan anak seusianya. Anak
yang menderita stunting akan lebih rentang terhadap penyakit dan ketika
menjadi dewasa beresiko mengidam penyakit degeneratif. Dampak stunting
tidak hanya dari segi kesehatan tetapi juga pengaruh tingkat kecerdasan anak.
(Bluetin-Stunting-2018)
Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorag anak lebih
pendek di banding tinggi anak lain pada umumnya (yang seusia). Kekurangan
gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal anak lahir, tetapi
stunting baru nampak setelah anak berusia 2 Tahun. Stunting di sebabkan oleh
faktor multi demensi. Intervensi paling menentukan pada 1.000 hpk (1000 hari
pertama kehidupan) praktik pengasuh tidak baik, kurang pengetahuan tentang
kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, 60% dari anak usia 0-6
bulan tidak mendapatkan asi ekslusif, 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak
menerima makanan pengganti bayi. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk
layanan anc (ante natal care), post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas,
1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di pendidikan anak usia dini, 2 dari 3
ibu hamil belum mengosumsi suplemen zat besi yang memadai, menurun
tingkat kehadiran anak di posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013),

1
tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Kurangnya akses ke
makanan gizi, 1 dari 3 ibu hamil anemia, makanan bergizi mahal. Kurangnya
akses air bersih dan sanitasi, 1 dari 5 rumah masih BAB di ruang terbuka, Dari
3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih. Dampak buruk
yang dapat di timbulkan oleh stunting, jangka pendek adalah terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan metabolisme
dalam tubuh. Dalam jangka panjang akibat buruk yang yang dapat di timbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko untuk munculnya penyakit
diabetes, kegemukan penyakit jantung dan pembuluh darah, kangker, stroke,
dan disabilitas pada usia tua.
Stunting pada masa anak-anak dapat mempengaruhi pertumbuhan pada
saat dewasa, yang berakibat penurunan kemampuan kerja. Stunting akan
mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik fungsi mental dan intelektual akan
terganggu. Akibat dari terganggunya fungsi mental pada stunting, maka akan
timbul kecenderuan kenakalan remaja, yang akhir-akhir ini menjadi
permasalahan yang mengkhawatirkan baik dari perspektif pendidikan,
psikologi, social, maupun budaya.
Menurut world health organization (WHO) dalam global nutrition.
Stunting dianggap sebagai suatu gangguan pertumbuhan ireversible yang
sebagian besar di pengaruhi oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi
berulang selama 1000 hari pertama kehidupan. Insiden stunting secara global di
perkirakan sekitar 171 juta sampai 314 juta yang terjadi pada usia dibawah 5
tahun dan 90% diantaranya berada di Negara-negara benua afrika dan asia
(fenske et el). Menurut study yang di lakukan di beberapa Negara di afrika,
asia, amerika selatan, amerika tengah dan kaniba prevalensi stunting berkisar
antara 30-50%.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) prevelensi balita pendek di
indonesia sebesar 36,8%. pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi

2
35,6%.namun prevelensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013
yaitu menjadi 37,2%. Prevelensi balita pendek selanjutnya akan di peroleh dari
hasil RISKESDAS tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program
yang sudah di upayakan oleh pemerintah RISKESDAS mencatat bahwa
presentase stunting di indonesia pada tahun 2018 mengalami penurunan angka
Stunting turun dari 37,2% menjadi 30,8%.presentase stunting di NusaTenggara
Timur berdasarkan hasil RISKESDAS 2018 juga mengalami penurunan dari
51,7% menjadi 42,6%. Angka ini turun sebesar 9,1% jika di bandingkan
dengan angka hasil RISKESDAS 2017 lalu. Namun, Nusa Tenggara Timur
masih tetap berada di urutan atas presentasi stunting di indonesia.
Presentasi stunting di Nusa Tenggara Timur berdasarkan hasil
RISKESDAS pada tahun 2017 yaitu 51,7% dan pada tahun 2018 mengalami
penurunan menjadi 42,6 angka ini turun sebesar 9,1 jika di bandingkan
presentasi tahun 2017 namun NTT masih berada di urutan atas presentasi
stunting di Indonesia pemerintah propinsi Nusa Tenggara Timur pun terus
mengambil langkah demi pencegahan dan penanganan stunting di Nusa
Tenggara Timur. Akar masalah tersebut yaitu status ekonomi yang memberikan
dampak buruk terhadap status gizi. Status gizi memberikan indikasi masalah
gizi yang bersifat kronis sebagai akibat dari kemiskinan, pola pemberian makan
yang kurang, prilaku hidup sehat sejak anak di lahirkan hingga berakibat anak
menjadi pendek karakteristik keluarga yaitu pendapatan keluarga berhubungan
dengan kejadian stunting pada balita.
Menurut data yang BPS di desa oelpuah pada tahun 2017 dan 2018
jumlah kemiskinan terjadi yaitu 24,65% dan 24,91% Tingkat pengetahuan ibu
tentang gizi anak balita masih kurang yaitu 31,16 % dan tingkat pendidikan di
desa Oelpuah masih rendah di dapatkan bahwa yang tamatan SD 31,25%,
SLTP 13,92%,SLTA/SMU 14,25%, dan PT 4,67%. Dan pendapatan keluarga di
desa oelpuah dengan jumlak KK adalah 354 perencian dalam tiga yaitu kategori
rendah penghasilan (<Rp1.000.000) adalah 140 orang, kategori sedang

3
penghasilannya (Rp1.000.000 – Rp2.000.000) adalah 74 orang dan kategori
tinggi penghasilannya (<Rp2.000.000) adalah 47 orang. Stunting sesuai dengan
data awal yang di dapat peneliti di puskesmas tarus angka stunting pada bulan
September 2019, di desa oelpuah adalah 55 balita. terdapat dua kategori yakni
pendek(52 kasus) dan sangat pendek(2 kasus).
Pendidikan ayah tidak berpengaruh secara langsung dengan asupan gizi
anak, tetapi tingkat pendidikan ibu berpengaruh secara langsung dengan asupan
gizi anak ( Boylan et al., 2017). Tingkat pendidikan ayah dapat mempengaruhi
pekerjaan ayah, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengetahuan
keluarga. Ayah dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan
dengan penghasilan yang lebih baik. Sehingga pemasukan keluarga untuk
dialokasikan dalam pembelian bahan makanan pun lebih tinggi, dengan
pengetahuan yang tinggi bisa meningkatkan dalam pembelian bahan makanan
yang mengadung gizi seimbang dengan begitu gizi pada anak bisa terpenuhi
dan juga bisa mencegah terjadinya stunting pada anak
Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
seseorang baik yang berasal dari keterlibatan langsung dalam proses produksi
atau tidak, yang dapat diukur dengan uang dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan bersama maupun perseorangan pada suatu keluarga dalam satu
bulan. Pendapatan keluarga berkaitan dengan kemampuan rumah tangga
tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidup baik primer, sekunder, maupun
tersier. Pendapatan keluarga yang tinggi memudahkan dalam memenuhi
kebutuhan hidup, sebaliknya pendapatan keluarga yang rendah lebih memalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan yang rendah akan
mempengaruhi kualitas maupun kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi
oleh keluarga. Makanan yang di dapat biasanya akan kurang bervariasi dan
sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk
pertumbuhan anak sumber protein, vitamin, dan mineral, sehingga
meningkatkan risiko kurang gizi. Keterbatasan tersebut akan meningkatkan

4
risiko seorang balita mengalami stunting. Rendahnya tingkat pendapatan dan
lemahnya daya beli memunngkinkan unntuk mengatasi kebiasaan makan
dengan cara-cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif
tertutama untuk anak-anak mereka.
pengetahuan ibu mempengaruhi status gizi anak, dimana juga
mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara pemilihan bahan makanan
dalam hal kualitas dan kuantitas,. semakin tinggi pendidikan ibu maka akan
semakin baik pula status gizi anak. Tingkat pendidikan juga berkaitan dengan
pengetahuan gizi yang dimiliki, dimana semakin tinggi pendidikan ibu maka
semakin baik pula pemahaman dalam memilih bahan makanan, dengan
pengetahuan ibu yang baik dapat memcegah terjadinya stunting
Solusi dari masalah tersebut yaitu pemerintah daerah dapat memberikan
subsidi pada kebutuhan sehari-hari contohnya sembako agar daya beli
masyarakat meningkat dan menyediakan usaha-usaha kecil yang dapat
membantu meningkatkan ekonomi keluarga, meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang gizi melalui penyuluhan dan kegiatan pelatihan terhadap
kader-kader posyandu penting gizi bagi tumbuh kembang balita untuk
mencegah stunting
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan
suatu penelitian dengan tujuan untuk melihat “Hubungan Pendapatan Keluarga,
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan
Akejadian Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan bahwa apakah
ada Hubungan Pendapatan Keluarga, Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian Stunting Di Desa Oelpuah
Kecamatan Kupang Tengah.

5
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pendapatan Keluarga, Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Tingkat Pendidikan Ayah
Dengan Kejadian Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang
Tengah.
1.3.2. Tujuan khusus
a. Untuk mengengetahui pendapatan keluarga dengan kejadian
stunting di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan
kejadian stunting di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.
c. Untuk mengetahui tingkat pendidikan ayah dengan kejadian
stunting di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.
d. Menganalisis hubungan pendapatan keluarga, tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat pendidikan ayah
dengan kejadian stunting di desa Oelpuah Kecamatan Kupang
Tengah.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini untuk ilmu keperawatan
adalah dapat memberikan informasi dan sumbangan ilmiah untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam
bidang keperawatan.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi penelitian ini di harapkan memberikan konstribusi
ilmiah, sumber informasi dan sebagai bahan pustaka bagi institusi
pendidikan.

6
2. Bagi lokasi penelitian di harapkan memberikan informasi dan
solusi dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Bagi responden di harapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan responden tentang situasi, kondisi, penyebab dan
dampak stunting.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORITIS


2.1. Tinjauan Pustaka
Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu
yang yang mempunyai karakteritik yang relatif sama.
Table 2.1 Keaslian Penelitian
N Penelitian Desain/ Variabel Hasil
O sumjek
1 Windi hapsari Desai: uji Variable : Hasil
. (2017); chy-square Bebas penelitian ini
Hubungan Subjek : 70 Pndapatan membuktikan
pendapatan anak usia keluarga, bahwa tingkat
keluarga, 12-59 pengetahuan pengetahuan
pengetahuan ibu bulan pada ibu tentang ibu tentang
tentang gizi, tinggi keluarga di gizi, tinggi gizi
badan orang tua dan kabupaten badan orang (p=0,027;OR=
pendidikan ayah boyali tua, dan 3,801)
dengan kejadian pendidikan berpengaruh
stunting pada anak ayah. secara
umur 12-59 bulan di Variable bermakna
wilayah kerja terikat: terhadap
uskesmas bayodon Stunting stunting
II kabupaten boyali.
Tahun 2017
2 Rizki kurnia Illahi Desain :uji Variable : Hasil
(2015) korelasi Bebas penelitian ini
Hubungan spearman Pendapatan membuktikan
pendapatan subjek : 73 keluarga, berat bahwa
keluarga, berat balita usia badan lahir pendapatan di
badan lahir, dan 25-59 dan panjangi bawah upah
panjang lahir bulan di badan minimu
dengan kejadian keluasrga Variable berpengaruh
stunting di desa di desa terikat : secara
ujung piring ujung Stunting bermakna
kabupaten piring terhadap
bangkalan kabupaten stunting
bangkalan
Wanda Lestari,Sri Desain :uji Variable Hasil
Hartati Indah chy-square bebas:faktor penelitian ini

8
Rezeki,Dian Subjek:sis faktor(pendap menunujukan
Mayasari wa/I SDN atan keluarga variable
Siregar,Saskiyanto 014610 dan pendidikan
Manggabarani berjumlah pendidikan) dan
(2018)Faktor Yang 121 siswa pendapatan
Berhubungan sampel Variable keluarga
Dengan Kejadian penelitian terikat: memiliki
Stunting Pada Anak 64 siswa stunting pengaruh yang
SDN 014610 Sei signifikan
Renggas Kecamatan dengan
Kisaran Barat kejadian
Kabupaten Asahan stunting pada
taraf nilai
signifikan p=
0,000(<0,05)
4 Alwin Dakhi (2018) Desain :uji Variable Hasil
Hubungan chy-square bebas:pendapa penelitian ini
Pendapatan Subjek: tan keluarga, menunujukan
Keluarga, Anak Umur pendidikan variable
Pendidikan Dan 23 bulan, dan pengetahuan
Pengetahuan Ibu Jumlah pengetahuan ibu tentang
Tentang Gizi populasi ibu tentang gizi memiliki
Dengan Kejadian adalah 831 gizi) pengaruh yang
Stunting Pada Anak orang.besar signifikan
Umur 23 Bulan sampel Variable dengan
Diwilayah Kerja adalah terikat: kejadian
Puskesmas Jati sebesar 127 stunting stunting pada
Makmur Binjai orang. taraf nilai
Utara signifikan p=
0,000(<0,05).

Berdasarkan uraian di atas, walau ada penelitian sebelumnya baik


berkaitan dengan pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi dan
pendidikan ayah tentang stunting, tetapi tetap berbeda dengan penelitian
lakukan. Dengan demikian, maka topik penelitian yang peneliti lakukan
benar-benar asli.

9
2.2. Tinjauan Teoritis
2.2.1. Konsep Stunting
a. Pengertian Stunting
Balita pendek adalah balita dengan status gizi berdasarkan
panjang atau tinggi badan menurut umur bila dibandingkan dengan
standar buku WHO, nilai Zscorenya kurang dari -2SD dan
dikategorikan sangat pendek jika nilai Zscorenya kurang dari -3SD
(Kemenkes,RI 2016).
Kependekan mengacu pada anak yang memiliki indeks TB/U
rendah. Pendek dapat mencerminkan baik variasi normal dalam
pertumbuhan ataupun defisit dalam pertumbuhan. Stunting adalah
pertumbuhan linear yang gagal mencapai potensi genetik sebagai
hasil dari kesehatan atau kondisi gizi yang suboptimal (Anisa, 2012)
Stunting pada anak merupakan indikator utama dalam menilai
kualitas modal sumber daya manusia di masa mendatang. Gangguan
pertumbuhan yang diderita anak pada awal kehidupan, dapat
menyebabkan kerusakan yang permanen.(Anisa, 2012).
Stunting (pendek) merupakan kondisi kronis yang
menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam
jangka waktu yang lama. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek
adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
yang merupakan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat
pendek). Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator
tinggi badan per umur (TB/U).
a. Sangat pendek: Zscore < -3,0
b. Pendek: Zscore < -2,0 s.d. Zscore≥ -3,0

10
c. Normal: Zscore≥ -2,0
Dan di bawah ini merupakan klasifikasi status gizi stunting
berdasarkan indikator TB/U dan BB/TB.
a. Pendek-kurus : -Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
b. Pendek -normal : Z-score TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB
antara -2,0 s/d 2,0
c. Pendek-gemuk : Z-score ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
b. Tanda Stunting
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-
2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal
dan sehat sesuai usia anak. Stunting merupakan kekurangan gizi kronis
atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Stunting dapat
didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan
pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang,
akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting
merupakan pertumbuhan yang gagal untukmencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit. Stunting
yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya
angka kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan motik yang
rendah serta fungi tubuh yang tidak seimban. ccccccccc
c. Penyebab Stunting
Pada masa ini merupakan proses terjadinya Stunting pada anak
dan peluang peningkatan Stunting terjadi dalam 2 Tahun pertama
kehidupan. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan
penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang

11
akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Anak-anak yang
mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang,
dan meningkatnya kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu
makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan
ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan
yang akhirnya berpeluang terjadinya Stunting (Depkes, 2011). Gizi
buruk kronis (Stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan di atas, tetapi disebabkan oleh banyak
faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama
lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab Stunting yaitu asupan
makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air),
riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), riwayat penyakit, praktek
pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu
mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta
setelah ibu melahirkan. pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif,
tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
d. Dampak Stunting
Stunting memiliki dampak pada kehidupan balita, WHO
mengklasifikasikan menjadi dampak jangka pendek dan dampak
jangka panjang.
1. Concurrent problems & short-term consequencesatau dampak
jangka pendek
a. Sisi kesehatan : angka kesakitan dan angka kematian
meningkat

12
b. Sisi perkembangan : penurunan fungsi kognitif, motorik, dan
perkembangan bahasa
c. Sisi ekonomi : peningkatan health expenditure, peningkatan
pembiayaan perawatan anak yang sakitb)
2. Long-term consequencesatau dampak jangka panjang
a. Sisi kesehatan : perawakan dewasa yang pendek,
peningkatan obesitas dan komorbid yang berhubungan,
penurunan kesehatan reproduksi
b. Sisi perkembangan : penurunan prestasi belajar, penurunan
learning capacity unachieved potensial
c. Sisi ekonomi : penurunan kapasitas kerja dan produktifitas
kerja
e. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Stunting
1. Berat badan lahir rendah (BBLR)
a. Pengertian Berat badan lahir rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu berat badan
bayi lahir kurang dari 2500 gram. Selama masa kehamilan,
pertumbuhan embrio dan janin berlangsung sangat cepat, mulai
kurang dari satu miligram menjadi sekitar 3000 gram.
Pertumbuhan yang cepat ini sangat penting untuk janin agar
dapat bertahan hidup ketika berada di luar rahim. Jadi,
kecacatan atau kekurangan yang terjadi pada masa janin
merupakan penyebab utama rendahnya kesehatan dan kematian
pada bayi (Oktarina, 2012). Berat lahir merupakan prediktor
yang kuat terhadap ukuran tubuh manusia di masa yang akan
datang. Hal ini disebabkan sebagian besar bayi IUGR tidak
dapat mengejar masa pertumbuhannya untuk tumbuh secara
normal seperti anak-anak normal lainnya (Oktarina, 2012).

13
b. Etiologi
Menurut WHO Tahun 2004 faktor etiologi yang
berkontribusi menyebabkan kejadian berat badan lahir rendah
terutama di Negara-Negara berkembang meliputi penggunaan
tembakau (merokok, konsumsi tembakau kunyah dan tembakau
untuk kegunaan terapi), kurang intake kalori, berat badan
rendah sebelum masa kehamilan, primipara, jenis kelamin
janin, tubuh pendek, ras, riwayat BBLR sebelumnya, angka
mordibitas umum, dan faktor risiko lingkungan seperti ,
paparan Timbal (Putra, 2016)
c. Dampak Bblr
BBLR erat kaitannya dengan mortalitas dan
mordibitas janin.Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan kognitif, kerentanan terhadap pennyakit
kronis di kemudian hari.Pada tingkat populasi, proporsi bayi
dengan BBLR adalah gambaran multi masalah kesehatan
masyarakat mencakup ibu yang kekurangan gizi jangka
panjang, kesehatan yang buruk, perawatan kesehatan dan
kehamilan yang buruk.Secara individual, BBLR merupakan
prediktor dalam kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru
lahir.Hal ini berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian
bayi dan anak (Putra, 2016).
BBLR akan membawa risiko kematian, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk dapat berisiko
menjadi pendek jika tidak tertangani dengan baik
(Kemenkes,RI 2016). Bayi dengan berat lahir kurang dari 3000
gram berpeluang 3 kali menjadi stunting dibandingkan dengan
bayi berat lahir normal. Berdasarkan penelitian di Sulawesi
menunjukkan proporsi stunting pada anak berat lahir kurang

14
dari 3000 gram lebih tinggi dibandingkan proporsi stunting
pada anak yang berat lahirnya lebih dari atau sama dengan
3000 gram. Anak dengan berat lahir kurang dari 3000 gram
memiliki risiko menjadi stunting 1,3 kali dibandingkan anak
dengan beratlahir lebih dari sama dengan 3000 gram
(Oktarina, 2012). BBLR juga mempunyai hubungan dengan
kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota
Yogyakarta (Nasution, 2014). Menurut Rahayu tahun 2014,
faktor risiko yang paling dominan berhubungan dengan anak
yang mengalami stunting adalah BBLR. Sementara penelitian
di Lampung yang dilakukan oleh Rahmadi tahun 2015,
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir
dengan kejadian stunting pada anak usia 12 – 59 bulan.
Stunting pada usia dini dapat memprediksikan kinerja
kognitif dan risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner pada
waktu dewasa (Candrakant, 2008 dalam Achadi, 2012). Studi
terhadap 100.000 perawat di Amerika menyatakan bahwa
mereka yang lahir dengan berat badan lebih rendah mempunyai
risiko Penyakit Jantung lebih tinggi, tanpa terkait dengan pola
hidupnya dan kondisi kehidupannya (Achadi, 2012).
d. Pencegahan BBLR
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala
minimal empat kali selama periode kehamilan yaitu 1 kali
pada trimester I, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada
trimester III.
2. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang dan
rendah lemak, kalori cukup, vitamin dan mineral termasuk
400 mikrogram vitamin B dan asam folat tiap hari.

15
Pengontrolan berat badan selama kehamilan dari
pertambahan berat badan awal dikisaran 12,5-15 kg.
3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain,
minuman berakohol dan aktifitas fisik yang berlebihan.
Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim, faktor risiko tinggi dalam
kehamilan, dan perawatan diri selama kehamilan (Putra, 2016)
Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) adalah
periode 9 bulan janin dalam kandungan (270 hari) hingga anak
usia 2 tahun (730 hari). Pada 20 minggu pertama dibutuhkan
kecukupan protein dan zat gizi mikro untuk pembentukan sel
dan menentukan jumlah sel otak dan potensi tinggi badan.
Seorang ibu hamil harus berjuang menjaga asupan nutrisinya
agar pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan janinnya
optimal. Selanjutnya pada 20 minggu sampai dengan bayi lahir
dibutuhkan kecukupan energi, protein dan zat gizi mikro untuk
pembentukan dan pembesaran sel. Idealnya, berat badan bayi
saat dilahirkan adalah tidak kurang dari 2500 gram, dan
panjang badan bayi tidak kurang dari 48 cm. Inilah alasan
mengapa setiap bayi yang baru saja lahir akan diukur berat dan
panjang tubuhnya, dan dipantau terus menerus terutama di
periode emas pertumbuhannya, yaitu 0 sampai 2 tahun. Dalam
kurun waktu 2 tahun ini, orang tua harus berupaya keras agar
bayinya tidak memiliki tinggi badan atau panjang badan yang
stunting. Selama 6 bulan setelah bayi lahir, bayi memerlukan
zat gizi makro dan mikro yang hanya cukup diperoleh dari ASI
eksklusif. Di atas 6 bulan bayi mulai membutuhkan makanan
pendamping ASI yang cukup dan berkualitas untuk mencapai

16
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. (Kemenkes RI,
2015).
2. Pemberi Asi Ekslusif
a) Pengertian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan sampai enam bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin dan mineral). Air Susu Ibu adalah
makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. ASI adalah cairan
ajaib yang diciptakan Tuhan khusus untuk bayi.Pemberian ASI
adalah pemenuhan hak bagi ibu dan anak. ASI tidak dapat
tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. ASI
mengandung unsur-unsur gizi yang sangat berperan dalam
pemenuhan nutrisi bayi. Sampai usia 6 bulan, bayi
direkomendasikan hanya mengkonsumsi ASI secara eksklusif.
b) Dampak
ASI mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan
oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal.ASI adalah perlindungan dari Tuhan agar bayi tidak
mudah jatuh sakit.Bayi yang diberi ASI terbukti lebih kebal
terhadap berbagai penyakit infeksi, seperti diare, pneumonia,
ISPA dan otitis media (infeksi telinga) (Kemenkes RI, 2014).
ASI Eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap
tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak yang diberi
ASI eksklusif akan tumbuh dan berkembang secara optimal
karena ASI mampu mencukupi kebutuhan gizi bayi sejak lahir
sampai umur 24 bulan. ASI diperlukan untuk pertumbuhan,

17
perkembangan dan kelangsungan hidup bayi (Kemenkes RI,
2014).
c) Manfaat Dan Keunggulan Asi
Beberapa manfaat dan keunggulan ASI antara lain:
1. ASI adalah cairan hidup karena mengandung sel darah
putih, imunoglobulin, enzim dan hormon, serta protein
spesifik yang pasti cocok untuk bayi. ASI menyesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan bayi begitu juga dengan
produksinya, disesuaikan dengan umur bayi. Kolostrum
adalah ASI yang pertama keluar dan secara bertahap,
seiring dengan pertambahan usia bayi, menjadi susu matur.
ASI pada awal pemberian, lebih banyak mengandung
cairan dan protein, dan di akhir, kandungan lemaknya
lebih banyak sehingga bayi akan merasa lebih kenyang
(Depkes RI, 2008).
2. ASI mengandung AA dan DHA alamiah yang dapat
diserap bayi berkat adanya enzim Lipase. ASI juga
mengandung karbohidrat, protein, multivitamin dan
mineral lengkap yang mudah diserap dengan sempurna dan
tidak mengganggu ginjal bayi yang masih sangat lemah.
3. Bayi mempunyai daya tahan tubuh yang belum sempurna
sehingga sangat mudah terserang penyakit. ASI yang
mengandung imunoglobulin dan zat lain memberikan
kekebalan bayi dari infeksi dan virus. Menurut penelitian,
bayi yang tidak diberi ASI berisiko 17 kali lebih besar
terkena diare dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI
eksklusif. Risiko kematian akibat Pneumonia pada bayi
usia 8 hari–12 bulan yang tidak diberi ASI terbukti 3-4 kali

18
lebih besar daripada bayi yang mendapat ASI (Kemenkes
RI, 2014).
4. ASI membentuk berat badan bayi lebih ideal. Fakta
membuktikan bahwa ASI mengurangi angka obesitas
(kegemukan) pada bayi sebesar 13%. Ini terjadi karena
kandungan gizi pada ASI tepat memenuhi kebutuhan bayi
(Kemenkes RI, 2014).
5. Ketika baru lahir, lambung bayi hanya mampu menampung
cairan sebanyak 2 sendok teh. ASI adalah cairan yang
kandungan dan volumenya paling tepat. Jadi, selama 6
bulan, bayi tidak memerlukan cairan lain selain ASI
(Kemenkes RI, 2011)
6. Perkembangan gerakan dan kecerdasan bayi yang
mendapat ASI eksklusif terbukti lebih cepat. ASI
mendorong perkembangan bayi lebih cepat karena ASI
mengandung zat gizi khusus untuk pertmbuhan syaraf dan
otak bayi
7. Pemberian ASI (menyusui) dapat menguatkan ikatan batin
antara ibu dan bayi. Sentuhan, pandangan, aroma tubuh
dan suara ibu yang terdengar oleh si bayi sewaktu menyusu
membentuk ikatan batin yang meningkatkan kualitas
hubungan ibu dan anak (Kemenkes RI, 2014)..
8. Pemberian ASI terbukti secara ilmiah dapat mengurangi
resiko kanker payudara, Kanker indung telur (Ovarium),
Kanker Rahim dan mengurangi risiko terjadinya Diabetes
Type II di hari tua (Roesli, 2015).
9. ASI juga berperan sebagai alat kontrasepsi alamiah.
Proteksi terhadap kehamilan secara alami terjadi sampai 6
bulan pertama sejak kelahiran, dengan syarat ibu menyusui

19
secara eksklusif dan belum menstruasi. Selain itu juga ibu
akan mendapatkan berat badan seperti sebelum hamil. Hal
ini terjadi karena energi yang diperlukan oleh ibu untuk
membuat ASI sebagian diambil dari cadangan lemak
selama hamil (Kemenkes RI,2008).
UNICEF dan WHO merekomendasikan sebaiknya anak
hanya diberi ASI selama paling sedikit enam bulan, yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
anak.Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak
berumur 6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak
berumur dua tahun.Pemerintah Indonesia pada tahun 2003
mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif dari
4 bulan menjadi 6 bulan (Kemenkes RI, 2014).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi.Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Hasanah (2016) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian stunting. Risiko kejadian stunting pada anak
usia 6-24 bulan akan meningkat sebesar 74% pada anak yang
tidak mendapat ASI eksklusif, risiko ini menjadi tidak
bermakna setelah dilakukan kontrol terhadap variabel usia
anak, berat bayi lahir dan tinggi badan ibu (Hidayah, 2013).
Penelitian Indrawati 2016 juga menyatakan ada hubungan
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita
2-3 tahun.
3. Infeksi

Faktor keempat adalah infeksi klinis dan sub klinis, seperti


infeksi pada usus, antara lain diare, enviromental enteropathy,

20
infeksi cacing, infeksi pernafasan (ISPA) dan malaria menjadikan
nafsu makan yang kurang akibat infeksi dan inflamasi. Infeksi bisa
berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara, yaitu
mempengaruhi nafsu makan, menyebabkan kehilangan bahan
makanan karena muntah – muntah/diare, dan mempengaruhi
metabolisme makanan. Gizi buruk atau infeksi menghambat reaksi
imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber energi di
tubuh.Adapun penyebab utama gizi buruk yakni penyakit infeksi
pada anak seperti ISPA, diare, campak, dan rendahnya asupan gizi
akibat kurangnya ketersedian pangan di tingkat rumah tangga atau
karena pola asuh yang salah (Putra, 2015).

Penelitian di Bengkulu menunjukkan bahwa tidak ada


hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada anak umur 2-3 tahun.Kejadian stunting pada anak
umur 2-3 tahun mungkin disebabkan beberapa faktor yaitu status
asupan energi, protein dan zat gizi mikro serta kondisi penyakit
infeksi (Irfan, 2008).

4. Makanan Komplementer Yang Tidak Adekuat

Faktor penyebab stunting yang kedua adalah makanan


komplementer yang tidak adekuat, dan dibagi menjadi tiga, yaitu
kualitas makanan yang rendah, cara pemberian yang tidak adekuat
dan keamanan makanan dan minuman. Kualitas makanan yang
rendah dapat berupa kualitas mikronutrien yang rendah,
keragaman jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber makanan
hewani yang rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi dan
makanan komplementer yang mengandung energi rendah.Cara
pemberian yang tidak adekuat berupa frekuensi pemberian

21
makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak adekuat
ketika sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu
halus dan pemberian makanan yang rendah dalam kuantitas.
Keamanan makanan dan minuman dapat berupa makanan dan
minuman yang terkontaminasi, kebersihan yang rendah,
penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak aman.Penelitian
Meilyasari (2013) menyatakan bahwa pemberian MP-ASI terlalu
dini meningkatkan resiko penyakit infeksi seperti diare, karena
MP-ASI yang diberikan tidak sebersih dan mudah dicerna seperti
ASI.Pemberian MP-ASI yang terlalu dini, terlambatnya
memberikan MP-ASI juga bisa menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan balita menjadi terhambat karena kebutuhan gizi
balita tidak tecukupi.Menurut penelitian Aridiyah et al (2013)
menyatakan praktek pemberian MP-ASI pada anak balita
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
stunting. Stunting juga disebabkan karena ketidakcukupan asupan
zat gizi pada balita yang menyebabkan terjadinya gagal tumbuh
(Anugraheni, 2012)

5. Sanitasi Dan Akses Air Bersih


Akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang buruk
dapat meningkatkan kejadian penyakit infeksi yang dapat
membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan
tubuh menghadapi infeksi, zat gizi sulit diserap oleh tubuh dan
terhambatnya pertumbuhan.
Berdasarkan konsep dan definisi Milennium Development
Goals (MDGs), rumah tangga memiliki akses sanitasi layak
apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat
kesehatan, antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septik

22
(septic tank)/Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) , yang
digunakan sendiri atau bersama.
Lingkungan perumahan seperti kondisi tempat tinggal,
pasokan air bersih yang kurang, dan sanitasi yang tidak memadai
merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya stunting .Air dan sanitasi memiliki hubungan dengan
pertumbuhan anak. Anak-anak yang berasal dari rumah tangga
yang tidak memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik berisiko
mengalami stunting. Sedangkan anak-anak yang memiliki tinggi
badan yang normal pada umumnya berasal dari rumah tangga
yang memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik. Anak-anak yang
awalnya mengalami stunting, jika mereka berasal dari rumah
tangga yang memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik, mereka
memiliki kesempatan sebesar 17 % untuk mencapai tinggi badan
yang normal bila dibandingkan dengan anak-anak stunting yang
berasal dari rumah tangga yang meniliki fasilitas air dan sanitasi
yang buruk (Oktarina, 2012).
6. Status Ekonomi
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga
di masyarakat berdasarkan pendapatan tiap bulan. Status ekonomi
dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga
barang pokok (Putra, 2016). Status ekonomi merupakan
pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga yang
memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang
tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak, baik primer
maupun sekunder (Putra, 2016).
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki
posisi pertama pada kondisi umum. Hal ini harus mendapat
perhatian serius karena keadaan ekonomi relatif mudah diukur dan

23
berpengaruh besar pada konsumsi pangan. Menurut Achadi, 2016
prevalensi stunting tertinggi pada kelompok miskin, pada
kelompok kaya juga tinggi, dengan perbandingan 1: 5. Golongan
miskin menggunakan sebagian besar dari pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan makanan (Oktarina, 2012). Hal ini sesuai
dengan penelitian di Semarangbahwa status ekonomi keluarga
yang rendah merupakam faktor risiko yang bermakna terhadap
kejadian stunting pada balita 2-3 tahun. Anak dengan status
ekonomi keluarga yang rendah lebih berisiko 4,13 kali mengalami
stunting (Kusuma, 2013).
7. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah
suatu tujuan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga
semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikapseseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal (Putra,
2016).
Pendidikan adalah suatu belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kerah yang lebih
dewasa, lebih baik dan lebih menantang pada diri individu,
keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai
pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada
umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.
8. Pendapatan Keluarga

Sumber Pendapatan Keluarga, Pendapatan Keluarga adalah


jumlah pendapatan tetap dan sampingan dari kepala keluarga, ibu,

24
dan anggota keluarga lain dalam 1 bulan dibagi jumlah seluruh
anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah per kapita per
bulan (Ernawati, 2006).Sumber-sumber pendapatan keluarga
didapatkan dari upah, gaji, imbalan, industri rumah tangga, dan
pertanian pangan/non pangan.kekayaan berbeda dengan
Pendapatan, karena kekayaan menandakan kepemilikan saham
asset, sedangkan pendapatan merupakan aliran daya beli.
Kekayaan mewakili kapasitas yang lebih permanen dalam jangka
panjang, sedangkan pendapatan mewakili kapasitas dalam jangka
pendek. Kekayaan dan pendapatan berkorelasi positif, karena
pendapatan yang disimpan dan / atau diinvestasikan dapat menjadi
kekayaan, dan kekayaan dapat menjadi sumber penghasilan,
keluarga dengan berpenghasilan lebih dapat menambah kekayaan,
dan keluarga dengan kekayaan lebih dapat memperoleh tambahan
pendapatan (Raffalovich, Monnat, & Tsao, 2009

Tingkat Pendapatan Keluarga

Data Ekonomi KeluargaData ekonomi keluarga meliputi

a) Pekerjaan (pekerjaan utama, misalnya pekerjaan pertanian,


dan pekerjaan tambahan, misalnya pekerjaan musiman).
b) Pendapatan keluarga (gaji, upah, imbalan, industri rumah
tangga, pertanian pangan/non pangan, dan hutang)
c) Kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, mobil,
motor, dan lain-lain).
d) Pengeluaran/anggaran (pengeluaran untuk makanan,
pakaian, listrik, pendidikan, minyak/bahan bakar,
transportasi, rekreasi, dan lain-lain).

25
e) Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi
musim.(Supariasa, Bakri, & Fajar, 2012).

Sumber-sumber pendapatan keluarga didapatkan dari upah,


gaji, imbalan, industri rumah tangga, dan pertanian pangan/non
pangan.kekayaan berbeda dengan Pendapatan, karena kekayaan
menandakan kepemilikan saham aset, sedangkan pendapatan
merupakan aliran daya beli. Kekayaan mewakili kapasitas yang
lebih permanen dalam jangka panjang, sedangkan pendapatan
mewakili kapasitas dalam jangka pendek. Kekayaan dan
pendapatan berkorelasi positif, karena pendapatan yang disimpan
dan / atau diinvestasikan dapat menjadi kekayaan, dan kekayaan
dapat menjadi sumber penghasilan, keluarga dengan
berpenghasilan lebih dapat menambah kekayaan, dan keluarga
dengan kekayaan lebih dapat memperoleh tambahan pendapatan
(Raffalovich, Monnat, & Tsao, 2009).

9. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) merupakan


hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebelum orang menghadapi perilaku baru, didalam
diri seseorang terjadi proses berurutan yakni : Awareness
(kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa
tertarik) terhadap objek atau stimulus tersebut bagi dirinya. Trail
yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

26
Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang

Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan


tingkat pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka
diharapkan status gizi balitanya juga baik. Data WHO (world
health organization) tahun 2002 menyebutkan, penyebab kematian
balita urutan pertama disebabkan gizi buruk dengan angka
54%.Data Depkes (Departemen Kesehatan) menunjukkan angka
kejadian gizi buruk pada balita pada tahun 2002 sebanyak 8% dan
27%. Pada tahun 2003 meningkat menjadi 8,3% dan 27,3%. Dan
pada tahun 2005 menjadi 8,8% dan 28%. Data Dinas Kesehatan
Kota Metro tahun 2007, masih terdapat balita dengan status gizi
buruk sebanyak 16 orang, status gizi kurang 431 orang, status gizi
baik 2158 orang dan status gizi lebih 41 orang

10. Status Ibu Hamil

Ibu hamil yang merupakan salah satu kelompok rawan gizi


perlu mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas
agar ibu tersebut dapat menjalani kehamilannya dengan sehat
(kemenkes RI, 2012)

Pada negara-negara berkembang, status gizi wanita dan


remaja putri dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang saling
berhubungan, seperti rendahnya akses mendapatkan makanan,
kurangnya pengaruh kaum perempuan dalam mengatur rumah
tangga dibandingkan dengan laki-laki, tradisi dan adat-istiadat
yang mempengaruhi konsumsi makanan yang kaya gizi,
kebutuhan zat gizi untuk ibu hamil dan menyusui, rendahnya
cadangan energi untuk mengantisipasi penyakit berulang serta

27
terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan (Save The Children,
2012). Menurut kulasekaran (2012), umur, tempat tinggal, kasta,
pendidikan, status sosial ekonomi (indeks kesejahteraan) dan
status pekerjaan pada wanita merupakan factor penentu status gizi
wanita.

Kondisi kesehatan dan status gizi ibu saat hamil dapat


mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu yang
mengalami kekurangan energy kronis atau anemia selama
kehamilan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). BBLR lahir rendah banyak dihubungkan dengan tinggi
badan yang kurang atau stunting. Oleh karena itu diperlukannya
upaya pencegahan dengan menetapkan dan/atau memperkuat
kebijakan untuk meningkatkan intervensi gizi ibu dan kesehatan
mulai dari masa remaja (WHO, 2014).

2.2.2. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Stunting


Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi
Balita Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi
pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian
serius karena keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur dan
berpengaruh besar pada konsumsi pangan (Suhardjo, 2002) .Penyebab
timbulnya gizi kurang pada balita dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor penyebab, diantaranya adalah penyebab langsung, penyebab tidak
langsung, akar masalah dan pokok masalah. Faktor penyebab langsung
yaitu makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh
anak.Penyebab tidak langsung diantaranya adalah ketahanan pangan
dalam keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan serta
kesehatan lingkungan (Istiono, Suryadi, Haris, Irnizarifka, Tahitoe,
Hasdianda, Fitria & Sidabutar, 2009).Status gizi yang buruk

28
mencerminkan ketidak seimbangan dalam asupan makanan dan / atau
penyakit menular. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
sosial ekonomi, seperti status ekonomi rumah tangga, pendidikan ibu,
kebersihan rumah tangga, dan akses dalam pelayanan kesehatan
(Pongou, Ezzati, & Salomon, 2006).
2.2.3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian
Stunting
pengetahuan ibu mempengaruhi status gizi anak, dimana juga
mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara pemilihan bahan
makanan dalam hal kualitas dan kuantitas,. semakin tinggi pendidikan
ibu maka akan semakin baik pula status gizi anak. Tingkat pendidikan
juga berkaitan dengan pengetahuan gizi yang dimiliki, dimana semakin
tinggi pendidikan ibu maka semakin baik pula pemahaman dalam
memilih bahan makanan, dengan pengetahuan ibu yang baik dapat
memcegah terjadinya stunting
2.2.4. Hubungan Pendidikan Ayah Dengan Kejadiaan Stunting
Hubungan tingkat pendidikan ayah dengan kejadian stunting,
mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara pemilihan bahan
makanan dalam hal kualitas dan kuantitas. Pendidikan orang tua
terutama ayah memiliki hubungan timbal balik dengan pekerjaan.
Pendidikan ayah merupakan faktor yang mempengaruhi harta rumah
tangga dan komoditi pasar yang dikonsumsi karena dapat
mempengaruhi sikap dan kecenderungan dalam memilih bahan-bahan
konsumsi.

29
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu atau konsep lainnya, atau variabel satu atau

variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo,

2008)Menurut Green (2000).

Yang menjadi variable bebas adalah pendapatan keluarga,

pengetahuan ibu tentang gizi, dan pendidikan ayah dan yang menjadi

variable terikat adalah stunting

Variabel independen

Faktor-faktor yang mempengaruhi


stunting

1.bblr

2. status gizi bumil variable dependen

3.penyakit infeksi
stunting
4. sanitasi dan air bersih

5. pemberan asi dan mp-asi

6. pendapatan keluarga

7. pengetahuan ibu tentang gizi

9. pendidikan ayah

Gambar 3.1 Karangka Konsep

30
= variable independen yang di teliti

= variable independen yang tidak di teliti

= variable dependen yang di teliti

3.2. HipotesisPenelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau


pertanyaan penelitian.Menurut La Biondo-Wood dan Haber (2002)
hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua
atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan
dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari
permasalahan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian stunting
di desa noelbaki kecamatan kupang tengah

31
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis kuantitatif. Tujuan
menggunakan penelitian jenis kuantitatif ini adalah untuk menarik kesimpulan
antara tiga variable yaitu hubungan pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan
ibu tentang gizi dan tingkat pendidikan dengan kejadian stunting di desa oelpuah
kecamatan kupang tengah.
4.2 Rancang bangun penelitian
Menggunakan desain deskriptif korelasi sebab peneliti ingin mengetahui
hubungan pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat
pendidikan dengan kejadian stunting di desa oelpuah kecamatan kupang tengah.
Dengan pendekatan cross sectional. Keuntungan dari metode cross sectional ini
adalah untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, sederhana,
ekonomi dalam hal waktu dan hasil dapat diperoleh dengan cepat (notoatmojo,
soekidjo,2005)
4.3 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa oelpuah (setiap posyandu) dan waktu
penelitian dari november 2019 – januari 2020
4.4 Populasi dan sampel
4.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang ada dalam
suatu wilayah penelitian ( Arikunto, 2002) yang menjadi populasi dalam
jumlah penelitian adalah 55 orang yang berada dalam desa oelpuah
kecamatan kupang tengah sesuia dengan pengambilan data awal bulan
oktober 2019 .

32
4.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteli.dapat
disimpulkan sampel adalah sebagian populasi yang hendak diteliti dan
mewakili karakteristik populasi apa bila populasi penilitian berjumlah
kurang dari 100 maka sampel yang di gunakan semuanya(Arikunto,2010).
4.4.3 Jumlah Sampel
Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 55 responden di
wilayah kerja puskesmas tarus (desa oelpuah kecamatan kupang tengah)
4.5 Karangka Operasional
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki balita 0-59
bulan dengan masalah stunting di wilayah kerja puskesmas tarus (desa oelpuah)
Pengetahuan gizi ibu adalah tingkat pemahaman ibu tentang pertumbuhan
balita, perawatan dan pemberian makan anak balita serta pemilihan dan
pengolahan makanan anak balita.
Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
seseorang baik yang berasal dari keterlibatan langsung dalam proses produksi
atau tidak, yang dapat diukur dengan uang dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan bersama maupun perseorangan pada suatu keluarga dalam satu bulan.
Pendidikan adalah suatu belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan atau perubahan kerah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
menantang pada diri individu, keluarga atau masyarakat.

33
Populasi

55 orang

Sampel

55 orang

Ayah, ibu dan balita di


sesa oelpuah

Pengetahuan ibu Pendapatan Pendidikan ayah


tentang gizi keluarga

stunting

Penyajian data

kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Operasional

34
4.6 Variabel pelitian dan definisi operasional
4.6.1 Variabel
Variable penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi
mtitik perhatian suatu penelitian
4.6.2 Defenisi operasional
Defenisi operasional adalah unsure penelitian yang menjelaskan
bagaimana cara menentukan variable dan mengukur suatu variable,
sehingga defenisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmia yang
membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variable yang sama.
(setiadi.2007)
Table 4.1 Definisi Operasional

No Variable Defenisi Alat ukur Kriteria objektif skala


operasional
1 Pendapatan Pendapatan Kuesioner 1. Pendapatan ordinal
Keluarga keluarga adalah rendah
seluruh pendapatan (>Rp.1.000.0
yang diterima oleh 00)
seseorang baik 2. Pendapatan
yang berasal dari tinggi
keterlibatan (<Rp.2.000.0
langsung dalam 00)
proses produksi
atau tidak, yang
dapat diukur
dengan uang dan
digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan bersama
maupun
`perseorangan pada
suatu keluarga
dalam satu bulan
2 Tingkat Pendidikan adalah Kuesioner Ordinal
Pendidikan suatu belajar yang 1. Tingkat
Ayah berarti terjadi pendidikan
proses ayah

35
pertumbuhan,
perkembangan atau  Sekolah
perubahan kearah dasar (SD
yang lebih dewasa,  Sekolah
lebih baik dan lebih Menengah
menantang pada (SMP-
diri individu, SMA)
keluarga atau  Sekolah
masyarakat Tingkat
Atas (S1,
S2 dan S3)

3 Tingkat Pengetahuan ibu Kuesioner 1. Baik : jika, Ordinal


Pengetahua tentang gizi adalah responden
n Ibu tingkat pemahaman mendapat
Tentang ibu tentang nilai pada
Gizi pertumbuhan jawaban
balita, perawatan benar > 80%
dan pemberian 2. Cukup : jika,
makan anak balita responden
serta pemilihan dan mendapat
pengolahan nilai pada
makanan anak jawaban
balita. benar 50-
80%
3. Kurang :
jika,
responden
mendapat
nilai pada
jawaban
benar <50%
(Arianto, 2006

4.7 Teknik Pengumpulan Data Dan Prosedur Pengumpulan Data


4.7.1 Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengisi kuesioner yang tersedia. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder.

36
1. Data primer
Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung
(Chandra, 2008). Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang
diperoleh dari hasil pengisian kuisioner pada lokasi penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari pihak
lain (Chandra, 2008). Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data-
data pendukung seperti data demografi, yang relevan dengan tujuan
penelitian yang dikumpulkan dari dokumen dan laporan yang ada serta
di Perpustakaan STIKES Nusantara Kupang.
4.7.2 Prosedur pengumpulan data
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau yang
diketahui (Arikunto, 2010).

1) Data Kejadian stunting

Kejadian stunting dapat diperoleh dari pengukuran panjang


badan menurut umur (PB/U).stunting dapat dilihat melalui
berdasarkan standar pertumbuhan menurut (WHO,2010) yaitu :
Sangat pendek: Zscore < -3,0, Pendek: Zscore < -2,0 s.d. Zscore≥ -3,0

2) Data Pendapatan Keluarga

Data pendapatan perkapita keluarga dikumpulkan dari hasil


kuesioner kepada responden dengan menanyakan pendapatan
perkapita keluarga yang didapat setiap bulannya. Hasilnya

37
dibandingkan dengan UMP kota kupang (NTT) yaitu: Rp. 1.900.000
( UMP Provinsi NTT tahun 2019)

3) Data Pendindikan Ayah

Data pendidika ibu dikumpulkan dari hasil kuesioner kepada


responden atau menanyakan jenjang pendidikan formal yang pernah
ditempuh oleh ibu.kemudian hasilnya dikategorikan menjadi 3 yaitu :
Sekolah Dasar ( Tidak sekolahn dan SD ), Sekolah Menengah ( SMP -
SMA) dan Sekolah Tinggi ( D-III – S2)

4) Data pengetahuan ibuntentang gizi

Data pengetahuan ibu terhadap gizi Balita dilakukan dengan


menggunakan kuesioner langsung dengan responden melalui 15
pertanyaan kuesioner. Seluruh data diolah secara dengan tahapan-
tahapan proses yang dimulai secara editing,coding, Entri
Data,cleaning kemudian dianalis dengan alat bantu
computer(Notoadmojo,2010)
4.8 Pengolahandan Analisis Data
4.8.1 Pengelolahan data
Data yang telah dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan
pengukuran kuesioner akan diolah secara manual dengan computer untuk
mengubah data tersebut menjadi informasi. Adapun langkah-langkah
pengolahan data-data tersebut, ialah: Penyuntingan data (editing)
melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran data yang diperlukan.
4.8.2 Editing

38
Merupakan kegiantan untuk melakukan pengecekan pengesian
formulir atau koensioner, apakah jawaban yang ada pada koesioner sudah
lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

4.8.3 Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan.Kegiatan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat entri data.
4.8.3.1 Proccessing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh, benar dan
sudah melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya yaitu
memproses data agar di analisis. Pemprosesan data dilakukan
dengan cara memasukan data dari kuesioner ke paket program
computer
4.8.3.2 Cleaning
Cleaning (pembersihan) adalah merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan
atau tidak kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat
mengentri data ke komputer
4.8.3.3 Tabulasi
Membuat tabel-tabel untuk memasukkan data sesuai
dengan tujuan penelitian
4.8.4 Analisa data
Analisa data dilakukan dengan computer menggunakan program
SPSS for window release 15
4.8.4.1 Analisa univaeriat

39
Analisa ini digunakan untuk meringkas atau
mendeskripsikan data yang dikumpulkan melalui sampel. Analisa
deskriptif berfungsi untuk mengembangkan data yang merupakan
jawaban responden yang diajukan. Analisa data deskriptif pada
penelitian ini menggunakan distribusi.

4.8.4.2 Analisa bivariat


Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dengan uji chy-
square. Uji ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen (pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi dan
pendidikan ayah) dan variabel dependen (stunting) dengan tingkat
kemaknaan dan derajat kebebasan yaitu p= 0,05.Nilai probabilitas
didapat dari hasil uji dibandingkan dengan nilai alpha, apabial p <
alpha, maka Ho di tolak sehingga dapat disampulkan hubungan
antara variabel tersebut.

40
BAB V

HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Oelpuah merupakan salah satu desa yang berada di kawasan
kecamatan kupang tengah, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Desa Oelpuah berdiri pada tahun 1995. Desa Oelpuah adalah bagian dari
pemerintahan kecamatan Kupang Tengah, yang batas batas nya sebagai
berikut : Sebelah utara berbatasan dengan: Oebelo, Sebelah selatan berbatasan
dengan: Bokong, Sebelah barat berbatasan dengan :Oelnasi , Sebelah timur
berbatasan dengan : Oefafi, Luas wilayah Desa Oelpuah 235.863 ha ,meliputi 5
dusun. Dilihat dari letak geografis Desa Oelpuah secara umum berada pada
dataran rendah dengan sedikit perbukitan ,yang berada pada ketinggian 142
meter di atas permukaan laut dengan suhu rata rata 35 0c kondisi yang demikian
memberikan peluang dalam pemanfaatan lahan pertanian baik pertanian lahan
basah dan pertanian lahan kering orbitas dan waktu tempuh dari ibu kota
kecamatan 07 Km dengan waktu tempuh 1 jam jarak tempuh ke ibu kota
kabupaten 20 Km dengan waktu 1:30 menit. Jumlah penduduk 1.415 jiwa yang
terdiri dari laki laki 718 jiwa,dan perempuan 697 jiwa dan jumlah KK adalah
35
5.2. Data Umum

Analisa Univariat

41
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Table 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur F %
1 20- 27 Tahun 21 38,1
2 28-33 Tahun 20 36,4
3 34-40 Tahun 14 25,5
Jumlah 55 100
Berdasarkan Tabel Distribusi Diatas, Dapat Dilihat Bahwa Responden
Berdasarkan Umur Di Desa Oelpuah kecamatan kupang tengah Sebagian
Besar Adalah Responden Yang Berumur 20-27 Tahun Sebanyak 21
Responden (38.1%)
b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan Ibu

No Pendidikan F %
1 Tidak Menamatkan 13 23.6
Sekolah
2 Sekolah Dasar 22 40
3 SLTP 8 14.6
4 SMA 12 21.8
5 Perguruan TINGGI 0 0
Jumlah 55 100

Berdasarkan Table Di Atas Dapat Dilihat Bahwa Karakteristik


Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Sebagian Besar Adalah
Responden Dengan Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Sebanyak
22responden (40%)

5.3. Data Kusus


Penyajian Data Yang Ditampilakan Pada Data Khusus Adalah
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi, Pendapatan Keluarga Dan Pendidikan Ayah
a. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

42
Table 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

No Pengetahuan Ibu F %
Tentang Gizi
1 Baik 9 16.3
2 Cukup 37 67.4
3 Kurang 9 16.3
Jumlah 55 100
Berdasarkan Table Di Atas Dapat Dilihat Bahwa Karakteristik
Responden Berdasarkan Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi Di Desa
Oelpuah kecamatan kupang tengah Sebagian Besar Adalah Responden
Dengan Tingkat Pengetahuan yang cukup sebanyak 37 responden (67.4).

b. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ayah

Table 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ayah

No Pendidikan Ayah F %
1 Tidak Menamatkan 17 31
SD
2 Sekolah Dasar 21 38.2
3 SLTP 11 20
4 SMA 5 9
5 Perguruan TINGGI 1 1,8
Jumlah 55 100
Berdasarkan Table Di Atas Dapat Dilihat Bahwa Karakteristik
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ayah Di Desa Oelpuah
kecamatan kupang tengah Sebagian Besar Adalah Responden Dengan
Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Sebanyak 21 responden (38.2%)

43
c. Distribusi Responden Berdasarkan pendapatan keluarga

Table 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendapatan


keluarga

No Pendapatan F %
Keluarga
1 Tinggi 1 1.8
2 Sedang 2 3,6
3 Rendah 52 94.6
Jumlah 55 100
Berdasarkan Table Di Atas Dapat Dilihat Bahwa Karakteristik
Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan keluarga Di Desa Oelpuah
kecamatan kupang tengah Sebagian Besar Adalah Responden Dengan
pendapatan rendah sebanyak 52 responden (94.5%)

d. Distribusi Responden Berdasarkan kejadian stunting

Table 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kejadian


stunting

No Kejadian Stunting F %
1 Pendek 53 96.4
2 Sangat pendek 2 3,6
Jumlah 55 100
Berdasarkan Table Di Atas Dapat Dilihat Bahwa Karakteristik
balita Berdasarkan kejadian stunting Di Desa Oelpuah kecamatan kupang

44
tengah Sebagian Besar Adalah balita yang mengalami stunting dalam
kategori pendek sebesar 53 (96.4%) dan sangat pendek sebesar 2 (3.6%)

Analisa bivariat

1. Tabulasi silang hubungan atara pendapatan keluarga dengan kejadian


stunting di desa oelpuah kecamatan kupang tengah

Table 5.6 Tabulasi silang hubungan antara pendapatan keluargai


dengan kejadian stunting di desa oelpuah kecamatan kupang tengah

N Pendapa Kejadian Stunting Jumlah P


O tan Pend % Sanga % tot %
keluarga ek t al
peend
ek
1 Rendah 50 90. 2 3. 52 94,
9
6 6 0,9
2 Sedang 2 3.6 0 0 2 3,6 42
3 Tinggi 1 1.8 0 0 1 1,8
Total 53 96. 2 3. 55 10
4 6 0
Berdasarkan table di atas dapat di ketahui bahwa responden dengan
pendapatan rendah dan kejadian stunting kategori pendek sebanyak 50
responden (90.9%), dan pendapatan rendah dengan kejadian stuting
kategori sangat pendek terdapat 2 responden (3.6), sedangkan tingkat
pendapatan sedang dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 2
responden (3.6%) dan untuk kategori sangat pendek tidak ada, dan untuk
pendapatan tinggi dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 1

45
responden (1.8%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek
tidak ada.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, setelah dilakukan analisa dan


menggunakan SPSS dengan uji Chy Square dengan nilai p value sebesar
0.942, berarti p value > 0,05, sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian stunting di desa
oelpuah kecamatan kupang tengah

2. Tabulasi silang hubungan atara pendidikan ayah dengan kejadian stunting


di desa oelpuah kecamatan kupang tengah

Table 5.7 Tabulasi silang hubungan antara pendidikan ayah dengan


kejadian stunting di desa oelpuah kecamatan kupang tengah

NO Pendidika Kejadian Stunting Jumlah P


n ayah
Pende % Sangat % Jumla %
k pende h
k
1 Tidak 16 29.1 1 1.8 17 30.9
sekolah
2 SD 20 36.4 1 1.8 21 38,2
3 SMP 11 20 0 0 11 20
4 SMA 5 9.1 0 0 5 9.1
5 Perguruan 1 1.8 0 0 1 1,8 0,91
Tinggi 5
Total 53 96.4 2 3.6 55 100
Berdasarkan table di atas dapat di ketahui bahwa responden dengan
tingkat pendidikan (tidak sekolah) dan kejadian stunting kategori pendek
sebanyak 16 responden (29.1), dan tingkat pendidikan (tidak sekolah)
dengan kejadian stuting kategori sangat pendek terdapat 1 responden (1,8
%), sedangkan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) dan kejadian stunting
kategori pendek terdapat 20 responden (36,4%) dan untuk kategori sangat
pendek terdapat 1 responden (1,8 %), , dan untuk tingkat pendidikan

46
sekolah lanjut tingkat pertama (SLTP) dan kejadian stunting kategori
pendek terdapat 11 responden (20%), dan kejadian stunting dengan
kategori sangat pendek tidak ada, untuk tingkat pendidikan sekolah
menengah atas (SMA) dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 5
responden (9.1%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek
tidak ada, untuk tingkat pendidikan perguruan tinggi dan kejadian stunting
kategori pendek terdapat 1 responden (1.8%), dan kejadian stunting dengan
kategori sangat pendek tidak ada.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, setelah dilakukan analisa dan


menggunakan SPSS dengan uji Chy Square dengan nilai p value sebesar
0.915, berarti p value > 0,05, sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara pendidikan ayah dengan kejadian stunting di desa oelpuah
kecamatan kupang tengah.

3. Tabulasi silang hubungan atara pengetahuan ibu tentang gizi dengan


kejadian stunting di desa oelpuah kecamtatan kupang tengah

Table 5.8 Tabulasi silang hubungan antara pengetahuan ibu tentang


gizi dengan kejadian stunting di desa oelpuah kecamatan kupang tengah

NO Pengetahua Kejadian Stunting Jumlah P


n ibu
tentang gizi

0,005
Pendek % Sangat %
pendek
1 Kurang 7 12.7 2 3.6 9 16.4
2 Cukup 37 67.2 0 0 37 67.2
3 Baik 9 16.4 0 0 9 16.4
Total 53 96.3 2 3.6 55 100

47
Berdasarkan table di atas dapat di ketahui bahwa responden dengan
pengetahuan kurang dan kejadian stunting kategori pendek sebanyak 7
responden (12.7%), dan pendapatan rendah dengan kejadian stuting
kategori sangat pendek terdapat 2 responden (3.6), sedangkan tingkat
pengetahuan cukup dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 37
responden (67,2%) dan untuk kategori sangat pendek tidak ada, dan untuk
pengetahuan baik dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 9
responden (16,4%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek
tidak ada.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, setelah dilakukan analisa dan


menggunakan SPSS dengan uji Chy Square dengan nilai p value sebesar
0,005 berarti p value > 0,05, sehingga dapat di simpulkan bahwa ada
hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian stunting di desa
oelpuah kecamatan kupang tengah.

48
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang


Tengah

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan ibu tentang gizi yang sangat


berpengaruh pada pertumbuhan anak. Konsep adopsi perilaku yang
dikemukakan oleh Mubarak (2011) bahwa proses pembentukan perilaku
adalah evolusi dari pengetahuan yang dapat membentuk sikap dan kemudian
dapat mempengaruhi terciptanya perilaku.

Hal tersebut dapat terwujud dengan memberikan suatu informasi atau


pengalaman responden. Sesuai karakteristik responden dalam penelitian ini
diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan rendah dan
pekerjaan reseponden adalah ibu rumah tangga, hal tersebut menunjukan

49
bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan untuk lebih
memahami bagaimana mendidikan anak dan mengarahkan anak dalam
pendidikan serta dalam memberikan makanan gizi seimbang sehingga dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangannya.

Dalam mendapatkan suatu informasi mengenai pengetahuan gizi baik


yang berasal dari pemberian informasi yang secara sengaja misalnya dalam
penyuluhan ataupun yang berasal dari pengalaman baik yang bersifat langsung
maupun pengalaman yang tidak langsung. Hal tersebut mendorong
pengetahuan menjadi lebih baik, Kondisi tersebut dipengaruhi oleh rendahnya
intensitas informasi kepada responden tentang gizi serta kurangnya partisipasi
tenaga kesehatan dalam menyampaikan informasi.

Tentang gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor antaranya umur dimana


semikin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya menjadi
baik, intelegensi atau kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna,
menyesuaikan diri dalam situasi baru, kemudian lingkungan dimana seseorang
dapat memperlajari hal-hal baik juga buruk tergantung pada sifat dari
kelompoknya, budaya yang memegang peran penting dalam pengetahuan, dan
pendidikan merupakan hal yang mendasar untuk mengembangkan
perngetahuan, dan pengalaman yang merupakan guru terbaik

6.2 Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang


Tenga

Berdasarkan hasil penelitian Dapat Dilihat Bahwa Karakteristik balita


Berdasarkan kejadian stunting Di Desa Oelpuah kecamatan kupang tengah
Sebagian Besar Adalah balita yang mengalami stunting dalam kategori pendek
sebesar 53 (96.4%) dan sangat pendek sebesar 2 (3.6%)

50
Stunting merupakan gambaran status gizi kurang yang berkepanjangan
selama periode paling genting dari pertumbuhan dan perkembangan diawal
kehidupan. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
anak balita.

6.3 Pendidikan Ayah Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah

Pendidikan ayah tidak berpengaruh secara langsung dengan asupan


gizi anak, tetapi tingkat pendidikan ibu berpengaruh secara langsung dengan
asupan gizi anak ( Boylan et al., 2017). Hal tersebut berkaitan dengan
seberapa rutin kunjungan ke posyandu untuk mengikuti penyuluhan tentang
tumbuh kembang anak dan asupan gizi yang diperlukan oleh anak, yang akan
meningkatkan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi. Ibu yang mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik akan menyajikan menu makanan yang sesuai
dengan kebutuhan anak sesuai dengan usianya. Selain itu, pendidikan orang
tua mempunyai pengaruh langsung terhadap pola pengasuhan anak yang
kemudian akan mempengaruhi asupan makan anak.

Tingkat pendidikan ayah dapat mempengaruhi pekerjaan ayah, yang


pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan keluarga. Ayah dengan
pendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang
lebih baik. Sehingga pemasukan keluarga untuk dialokasikan dalam pembelian
bahan makanan pun lebih tinggi

6.4 Pendaptan Keluarga Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah

Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh


seseorang baik yang berasal dari keterlibatan langsung dalam proses produksi
atau tidak, yang dapat diukur dengan uang dan digunakan untuk memenuhi

51
kebutuhan bersama maupun perseorangan pada suatu keluarga dalam satu
bulan.

Pendapatan keluarga berkaitan dengan kemampuan rumah tangga


tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidup baik primer, sekunder, maupun
tersier. Pendapatan keluarga yang tinggi memudahkan dalam memenuhi
kebutuhan hidup, sebaliknya pendapatan keluarga yang rendah lebih
memalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan yang
rendah akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas bahan makanan yang
dikonsumsi oleh keluarga. Makanan yang di dapat biasanya akan kurang
bervariasi dan sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan yang
berfungsi untuk pertumbuhan anak sumber protein, vitamin, dan mineral,
sehingga meningkatkan risiko kurang gizi. Keterbatasan tersebut akan
meningkatkan risiko seorang balita mengalami stunting. Rendahnya tingkat
pendapatan dan lemahnya daya beli memunngkinkan unntuk mengatasi
kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi
yang efektif tertutama untuk anak-anak mereka.

6.5 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian


Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah

Hasil penelitian di ketahui bahwa responden dengan pengetahuan


kurang dan kejadian stunting kategori pendek sebanyak 7 responden (12.7%),
dan pendapatan rendah dengan kejadian stuting kategori sangat pendek
terdapat 2 responden (3.6), sedangkan tingkat pengetahuan cukup dan kejadian
stunting kategori pendek terdapat 37 responden (67,2%) dan untuk kategori
sangat pendek tidak ada, dan untuk pengetahuan baik dan kejadian stunting
kategori pendek terdapat 9 responden (16,4%), dan kejadian stunting dengan
kategori sangat pendek tidak ada.

52
Dari Hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu yang cukup lebih banyak dari pada pengetahuan ibu yang
pengetahuan Kurang dan baik.

Dari hasil analisa uji statistic terhadap pengetahuan ibu tentang gizi
dengan kejadian stunting, maka diperoleh hasil uji statistic alias chy square
dengan nilai (p value = 0,05), berarti p value <0,05 sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan kejadian stunting
di desa oelpuah kecamatan kupang tengah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di wilayah


kerja Puskesmas Bayudono II Kabupaten Boyolali pada bulan Desember
2017, diketahui bawa ibu balita mempunyai anak stunting 27 (49,0%)
memiliki pengetahuan rendah dari pada ibu yang memiliki anak normal atau
tidak stunting yaitu 17 (30,9%), dan diketahui bawa ibu balita mempunyai
anak stunting 7 (12,7%) memiliki pengetahuan tinggi dari pada ibu yang
memiliki anak normal atau tidak stunting yaitu 18 (32,7 %), Hasil analisa
chi-square menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita dengan (p=0.027) (w.
hapsari 2017) .

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di


wilayah kerja puskesmas jati makmur binjai utara, dengan hasil penelitian
diketahui bahwa dari 127 sampel, didapatkan hasil persentase pengetahuan Ibu
yang kurang sebanyak adalah 29.9 % diantaranya 97,4% mengalami
stunting. Dan Pengethuan ibu yang baik sebanyak 70.1%.Dan yang
mengalami stunting sebanyak 7,9%. Dari hasil uji statistic Chi Square
diperoleh ada hubungan yang signifikan (p value = 0,00) antara
Pengetahuan Ibu dengan kejadian stunting. (A. Dakki).

53
Pengetahuan gizi yang tidak memadai kurangnya pengertian tentang
kebiasaan makan yang baik, serta pengertian tentang konstribusi gizi dari
berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah gizi(Wulandari dan Indra,
2013). Penyediaan bahan dan menu makanan yang tepat untuk balita dalam
upaya peningkatan status gizi akan dapat terwujud bila ibu mempunyai tingkat
pengetahuan gizi yang baik Ketidaktahuan mengenai informasi tentang gizi
dapat menyebabkan kurangnya mutu atau kualitas gizi makanan bagi keluarga
khususnya bagi makanan bagi makanan makanan yang dikonsumsi balita
(Sjahmien,2003). Salah satu penyebab gangguan gizi adalah kurangnya
pengetahuan gizi dan kemampuan seorang menerapkan informasi tentang gizi
dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan gizi ibu mempengaruhi
sikap dan perilaku dalam memilih bahan makanan, yang lebih lanjut akan
mempengaruhi keadaan gizi keluarganya (Suhardjo 2003).

Menurut saya hasil dari peneelitian di desa oelpuah kecamatan kupang


tengah, terdapat ibu memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 37
responden, walaupun pengetahuan ibu cukup tapi tidak menutup kemungkinan
anaknya mengalami stunting, di karenakan factor pendapatan keluarga yang
tidak mencukupi, sehingga daya beli terhadapat bahan pangan yang rendah
menyebabkan tidak terpenuhinya gizi seimbang pada anak. Sehingga masih
ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian stunting di
desa oelpuah kecamatan kupang tengah.

6.6 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian Stunting Di


Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah

Berdasarkan hasil yang di dapat di ketahui bahwa responden dengan


tingkat pendidikan (tidak sekolah) dan kejadian stunting kategori pendek
sebanyak 16 responden (29.1), dan tingkat pendidikan (tidak sekolah) dengan
kejadian stuting kategori sangat pendek terdapat 1 responden (1,8 %),

54
sedangkan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) dan kejadian stunting
kategori pendek terdapat 20 responden (36,4%) dan untuk kategori sangat
pendek terdapat 1 responden (1,8 %), dan untuk tingkat pendidikan sekolah
lanjut tingkat pertama (SLTP) dan kejadian stunting kategori pendek terdapat
11 responden (20%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek
tidak ada, untuk tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan
kejadian stunting kategori pendek terdapat 5 responden (9.1%), dan kejadian
stunting dengan kategori sangat pendek tidak ada, untuk tingkat pendidikan
perguruan tinggi dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 1 responden
(1.8%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek tidak ada.

Dari Hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat


pendidikan ayah (SD) lebih banyak dengan jumlah 21 reponden.

Dari hasil analisa uji statistic terhadap tingkat pendidikan ayah dengan
kejadian stunting, maka diperoleh hasil uji statistic alias chy square dengan
nilai (p value = 0,915%), berarti p value >0,05 sehingga dapat disimpulkan
tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian stunting di
desa oelpuah kecamatan kupang tengah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja


Puskesmas Bayudono II Kabupaten Boyolali pada bulan Desember 2017
berdasarkan uji chy square diperoleh nilai p=0.0.091(p>0.05) sehingga dapat
dikatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan stunting
(pendek) pada balita Hal ini bisa disebabkan karena indikator TB/U
merefleksikan riwayat gizi masa lalu dan bersifat kurang sensitif terhadap
perubahan masukkan zat gizi, dimana dalam hal ini ibu mempunyai peranan
dalam alokasi masukkan zat gizi. Berbeda dengan berat badan yang dapat
naik, tetap atau turun, tinggi badan hanya hanya bisa naik atau tetap pada

55
suatu kurun waktu tertentu. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur (W. hapsari,2017).

Pendidikan ayah tidak berpengaruh secara langsung dengan asupan


gizi anak, tetapi tingkat pendidikan ibu berpengaruh secara langsung dengan
asupan gizi anak ( Boylan et al., 2017).

Tingkat pendidikan ayah dapat mempengaruhi pekerjaan ayah, yang


pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan keluarga. Ayah dengan
pendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang
lebih baik. Sehingga pemasukan keluarga untuk dialokasikan dalam
pembelian bahan makanan pun lebih tinggi.

Menurut saya hasil dari penelitian di desa oelpuah kecamatan kupang


tengah, tingkat pendidiakan ayah paling banayak tamatan sekolah dasar (SD)
sebanyak 21 responden. Tingkat pendidikan ayah tidak berpengaruh secara
langsung terhadap status gizi anak, akan tetapi tingkat pendidikan ayah dapat
mempengaruhi pekerjaan ayah dan penghasilan keluarga. Ayah dengan
pendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan dengan penghasilan lebih
baik.

6.7 Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Stunting Di


Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah

Hasil penelitian di ketahui bahwa responden dengan pendapatan rendah


dan kejadian stunting kategori pendek sebanyak 50 responden (90.9%), dan
pendapatan rendah dengan kejadian stuting kategori sangat pendek terdapat 2
responden (3.6), sedangkan pendapatan sedang dan kejadian stunting kategori
pendek terdapat 2 responden (3.6%) dan untuk kategori sangat pendek tidak
ada, dan pendapatan tinggi dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 1

56
responden (1.8%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek tidak
ada.

Dari Hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa


pendapatan rendah lebih banyak dari pada pendapaan sedang dan tinggi.

Dari hasil analisa uji statistic terhadap pendapatan keluarga dengan


kejadian stunting, maka diperoleh hasil uji statistic alias chy square dengan
nilai (p value = 0,942%), berarti p value >0,05 sehingga dapat disimpulkan
tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian stunting di
desa oelpuah kecamatan kupang tengah.

Hasil penelitian diperoleh dari 55 responden, didapatkan hasil


persentase Pendapatan Keluarga rendah sebanyak 52 (94,6%), Pendapatan
tinggi sebanyak 1 (1.8%) dan pendatan sedang sebanyak 2 (3.6%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian W. hapsari, hubungan Tingkat


pendapatan keluarga dengan stunting pada anak 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Bayudono II Kabupaten Boyolali pada bulan Desember 2017 dari
70 sampel ada sebanyak 44 keluarga yang Pendapatan Keluarga tinggi dan
sebanyak 26 keluarga yang Pendapatan Perkapita Keluarga rendah. hal ini
memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh antara Pendapatan Perkapita
Keluarga Rendah dengan Pendapatan Perkapita Tinggi. Berdasarkan hasil uji
chy square diperoleh nilai p = 0.091(p>0.05), sehingga dapat dikatakan
tidak ada hubungan antara tingkat Pendapatan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di


wilayah kerja puskesmas jati makmur binjai utara dapat diketahui bahwa dari
127 sampel, didapatkan hasil persentase Pendapatan Perkapita Keluarga
terendah 48.8% diantaranya 41,9% mengalami stunting. Dan Pendapatan

57
Perkapita Keluarga tertinggi sebanyak 51,2 %. Dan yang mengalami stunting
sebanyak 27,7%.

Dari hasil uji statistic Chi Square diperoleh tidak adanya hubungan
yang signifikan (p value = 0,13) antara Pendapatan Keluarga dengan kejadian
stunting. hal ini merupakan bukti bahwa Pendapatan Perkapita Keluarga tidak
berkaitan dengan terjadinya stunting.

Keluarga dengan stunting (pendek) pada Balita. Hal ini bisa disebabkan
karena Pendapatan yang diterima tidak sepenuhnya dibelanjakan untuk
kebutuhan makanan pokok, tetapi untuk kebutuhan lainnya. Tingkat
pendapatan yang tinggi belum tentu menjamin status gizi baik pada balita,
karena tingkat pendapatan belum tentu teralokasi cukup untuk keperluan
makan (W.hapsri 20017).

Menurut saya hasil dari penelitian di desa oelpuah kecamatan kupang


tengah, pendapatan keluarga kategori rendah sebanyak 52 reponden akan tetapi
tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan
kejadian stunting. Ada salah satu factor yang mempengaruhi yaitu pekerjaan
orang tua di desa oelpuah rata-rata petani yang bercocok tanam jadi untuk
mencukupi asupan gizi pada balita. Orang tua lebih memilih mengolah
makanan dari hasil yang dapat dari perkebunan atau ladang walaupun
pendapatan pada umumnya rendah.

BAB VII
PENUTUP

7.1. Kesimpulan

58
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka di tarik
kesimpulan sebagai berikut:

7.1.1. Pendapatan keluarga dengan kejadian stunting di desa oelpuah kecamatan


kupang tengah, pendapatan dalam kategori pendapatan rendah sebanyak
52 (94.6%)responden, pendapatan sedang 2 (3.6%)responden dan
pendapatan tinggi 1(1.8%) responden
7.1.2. Pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian stunting di desa oelpuah
kecamatan kupang tengah, pengetahuan ibu tentang gizi dalam kategori
kurang sebanyak 9 (16.4%), pengetahuan ibu tentang gizi dalam kategori
cukup sebanyak 37 (67.2%) dan pengetahuan ibu tentang gizi dalam
kategori baik sebanyak 9 (16.4%)
7.1.3. Tingkat pendidikan ayah dengan kejadian stunting di desa oelpuah
kecamatan kupang tengah, tingkat pendidikan ayah (tidak sekolah)
sebanyak 17 (30.9%), SD 21 (38.2%), SMP 11 (20%), SMA 5 (9.1%)
DAN Perguruan Tinggi 1(1.8%)
7.1.4. Tidak ada hubungan antara pendapatan keluaraga dengan kejadian stunting
di desa oelpuah kecamatan kupang tengah dengan nilai p value =0.942
artinya bahwa pendapatan keluaraga tidak pengaruh yang signifikan
dengan kejadian stunting di desa oelpuah
Ada hubungan anatara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian
stuting di desa oelpuah kecamatan kupang tengah dengan nilai p value=
0.005 artinya bahwa pengetahuan ibu memiliki pengarauh yang signifikan
terhadap kejadian stunting
Tidak ada hubungan anatara pendidikan ayah dengan kejadian
stunting di desa oelpuah kecamatan kupang tengah dengan nilai p value=
0.915 artinya bahwa pendidikan ayah tidak ada pengarauh yang signifikan
terhadap kejadian stunting
7.2. Saran

59
7.2.1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi calon peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat di


jadikan sebagai referensi dan data dasar dalam penelitian selanjutnya, dan
dapat meneliti hubungan antara pendapatan keluarga, pengetahuan ibu
tentang gizi dan pendidikan ayah dengan kejadian stunting.

7.2.2. Bagi desa oelpuah kecamatan kupang tengah

Diharapkan kepada petugas kesehtan agar lebih meningkatkan


upaya penyuluhan, pelayanan dan memberikn informasi yang bermanfaat
tentang pengetahuan dan sikap ibu terhadap kejadian stunting kepada ibu
yang memiliki balita agar lebih memahami pentingnya pemgetahuan ibu
dalam meningktkan status gizi balita, anak agar tidak mengalami stunting

7.2.3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai perbandingan dalam


pembuatan penelitian yang sama, baik dalam hal jumlah sampel, metode
penelitian, materi penelitian dan lain-lain

7.2.4. Bagi responden

Diharapkan responden dapat meningkatkan wawasannya atau


pengetahuannya mengenai gizi pada balita sehingga dapat memenuhi
kebutuhan gizi pada balitanya, agar tidak mengalami stunting

DAFTAR PUSTAKA

AA Akbar 2018. BAB 2 Tinjauan Pustaka Tentang Stunting. Di Unduh Dari Web
http://respository.unimus.ac.id

60
A Dakhi (2018), Hubungan Pendapatan Keluarga, Pendidikan, Dan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 6-23 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Jati Makmur Binjai Utara. Skripsi Program Studi
Diploma IV Gizi Uni Versitas Politeknik Kesehatan Medan

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang Nusa Tengara Timur Tahun (2017)

Bluting Jendela Data Dan Informasi Kesehatan Issn 2088-270x (2018)

Kemenkes No 1995/ Menkes/ Sk/ Xii/ 2010 Tentang Standard Antropometri


Penilaian Status GiziAnak

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Tentang Prevelensi Stunting Di Indonesia

R.K. Illahi (2015)Hubungan Pendapatan Keluarga, Berat Badan Lahir, Dan Panjang
Lahir Dengan Kejadian Stunting Balita 24-59 Bulan Di Desa Ujung Piring
Kabupaten Bangkalan. Jurnal Dunia Gizi

W. Hapsari (2017);Hubungan Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Ibu Tentang Gizi,


Tinggi Badan Orang Tua Dan Pendidikan Ayah Dengan Kejadian Stunting
Pada Anak Umur 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Uskesmas Bayodon Ii
Kabupaten Boyali. Skripsi Program Studi Ilmu Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta

W. Lestari, S.H.I Rezeki, D.M. Siregar, S. Manggabarani (2018), Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Sdn 014610 Sei
Renggas Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan. Skripsi Depertemen
Gizi Masyarakat Falkutas Kesehatan Masyarakat Universitas Air Langga
Surabaya

World Health Orgnization (WHO) 2017 prevelensi stunting di dunia.

W. Widyawati (2016) Bab II Tinjauan Pustaka Tentang Konsep Dasar Stunting Di


Unduh Dari Web http://eprints.ums.ac. id

Lampiran 1

61
INFORMED CONSENT

Nama : ARISON NAU

NIM : 2016 114 005

Saya sebagai mahasiswa SI-Keperawatan STIKes Nusantara Kupang akan melakukan


penelitian dengan judul “Hubungan Pendapatan Keluarga, Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian Stunting Di Desa
Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah”

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan ibu tentang status gizi dengan status gizi balita.

Dalam hal ini, saya mengharapkan saudara bersedia untuk menjadi responden dalam

penelitian ini. Dan mengenai identitas atau data di rahasiakan oleh peneliti.

Demikian informasi penelitian ini saya buat, atas kerja samanya saya ucapkan

terimah kasih.

Kupang 20 Desember 2019

Arison Nau

Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

62
Peneliti : Arison Nau (2016114005) Mahasiswa Stikes Nusantara

Judul Penelitian : Hubungan Pendapatan Keluarga ,Tingkat Pengetahuan Ibu


Tentang Gizi,Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian
Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatajkan bersedia berperan serta
dalam penelitian ini dan berpartisipasi sebagai responden penelitian dengan mengisi
lembar kuesioner yang disediakan
Sebelum mengisi lembar kuesoner, saya diberi keterangan/penjelasan
mengenai merahasian identitas, data maupun informasi yang diberikan. Apabila ada
pernyataan yang menimbulkan responden emosional yang tidak nyaman, maka
peneliti menghentikan pengumpulan data dan memberikan hak saya untuk
mengundurkan diri penelitian tanpa resiko apapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun
Tujuan penelitian ini dan saya telah mengerti bahwa penulis akan

Kupan 20 Desember 2019

(Responden )

Lampiran 3

LEMBARAN KUESIONER

63
HUBUNGAN PENDAPATA KELUARGA, TINGKAT PENGETAHUAN IBU
TENTANG GIZI DAN TINGKAT PENDIDIKAN AYAH DENGAN
KEJADIAN STUNTING DI DESA OELPUAH KECAMATAN KUPANG
TENGAH

dentitasResponden :

Nama :

Tanggal :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir ibu :

Pendidikan terakhir ayah :

Pendapatan Keluarga Perbulan :

1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lebar berikut, kemudia kerjakan dengan


sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya
2. Berilah tanda cetang (√) pada jawaban yang menurut anda tepat dan pilih
jawaban yang tersedia di bawah ini
a. YA
b. TIDAK
3. Jika telah selesai, periksa kembalijawaban anda. Pastikan semua pernyatan
telah terjawab dengan benar

64
KUESIONER PENDAPATAN KELUARGA, PENGETAHUAN IBU
TENTANG GIZI DAN PENDIDIKAN AYAH

N0 PERNYATAAN Tida Ya
k
1 Apakah anda sudah tahu status gizi merupakan salah satu
factor yang menentukan SDM dan kualitas hidup
2 Pemberui makan pada anak sebaiknya di sesuaikan dengan
usia dan kebutuhan gizi anak.
3 Apakah anda tahu gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang di konsumsi
4 Apakah anda tahu telur merupakan sumber protein yang
baik bagi otak anak
5 Apakah anda sering mengkomsumsi ikan
6 Apakah anda sering mengkomsumsi susu
7 Apakah anda sering memilih makanan yang di komsumsi
8 Apakah menurut anda jeli dan agar-agar banyak
mengandung karbohidrat
9 Apakah anda tahu tentang makanan 4 sehat 5 sempurna
10 Apakah karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air sebagai
komponen gizi
11 Saya memberikan anak makanan dengan menu seimbang
(nasi, lauk, sayur, buah dan susu) pada anak saya setiap hari
12 Saya memberikan anak makanan yang mengandung lemak
(kacang, daging, ikan, telur dan susu) setiap hari
13 Saya memberikan anak makanan yang mengandung
karbohidrat (nasi, umbi-umbian, jagung dan tepung) setiap
hari
14 Saya memberikan anak makanan yang mengandung vitamin
(buah dan sayur)
15 Saya memberikan anak yang mengandung protein (daging,
ikan, kedalai, telur, kacang-kacangan dan susu) setiap hari

65
no pendapatan Cod pendidikan kejadian
resp keluarga e ayah Code stunting code
1 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 sangat pendek 2
2 RENDAH 1 SD 2 sangat pendek 2
3 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
4 RENDAH 1 SMA 4 Pendek 1
5 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
6 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
7 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
8 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
9 SEDANG 2 SMP 3 Pendek 1
10 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
11 SEDANG 2 SD 2 Pendek 1
12 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
13 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
14 RENDAH 1 SMA 4 Pendek 1
sss1 1 SD 2
5 RENDAH Pendek 1
16 RENDAH 1 SMP 1 Pendek 1
17 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
18 RENDAH 1 SMA 4 Pendek 1
19 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
20 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
21 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
22 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
23 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
24 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
25 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
26 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
27 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
28 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1

66
29 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
30 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
3 Perguruan 5
31 TINGGI Tinggi Pendek 1
32 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
33 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
34 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
35 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
36 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
37 RENDAH 1 SMA 4 Pendek 1
38 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
39 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
40 RENDAH 1 SMA 4 Pendek 1
41 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
42 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
43 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
44 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
45 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
46 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
47 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
48 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
49 RENDAH 1 SMP 1 Pendek 1
50 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
51 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
52 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
53 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
54 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
55 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1

67
pengetahuan ibu tentang gizi        
1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 N % Kategori skor
0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 6 40 Kurang 1
0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 5 33.3 Kurang 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1
2 80 Baik 3
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
3 86.7 Baik 3
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
2 80 Baik 3
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
3 86.7 Baik 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 100 Baik 3
1 1 1 1 1 1 o 0 1 0 1 1 1 1 1 1
2 80 Baik 3
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
3 86.7 Baik 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 100 Baik 3
1 1 1 1 1 1 o 0 1 0 1 1 1 1 1 1
2 80 Baik 3
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2

68
1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 73.3 Cukup 2
1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1 73.3 Cukup 2
1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
0 66.7 Cukup 2
0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 60 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 9 60 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 7 46.7 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 9 60 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 9 60 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 7 46.7 Cukup 2

69
0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 8 53.3 Cukup 2
0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 9 60 Cukup 2
1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1 73.3 Cukup 2
0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 9 60 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 9 60 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2

Frequencies

Notes

Output Created 19-Jan-2020 11:24:43

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working
55
Data File

70
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with


valid data.

Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=usia pendidikan
pendapatan pengetahuan pa ks
/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.016

Elapsed Time 00:00:00.016

[DataSet0] 

Statistics

pendidikan pendapatan pengetahuan pendidik kejadian


usia ibu ibu keluarga ibu tentang gizi an ayah stunting

N Valid 55 55 55 55 55 55

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

71
usia ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-27 tahun 21 38.2 38.2 38.2

38-33 tahun 20 36.4 36.4 74.5

34-40 tahun 14 25.5 25.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

pendidikan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak sekolah 13 23.6 23.6 23.6

SD 22 40.0 40.0 63.6

SMP 8 14.5 14.5 78.2

SMA 12 21.8 21.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

72
pendapatan keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 52 94.5 94.5 94.5

sedang 2 3.6 3.6 98.2

tinggi 1 1.8 1.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

pengetahuan ibu tentang gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 9 16.4 16.4 16.4

cukup 37 67.3 67.3 83.6

baik 9 16.4 16.4 100.0

Total 55 100.0 100.0

73
pendidikan ayah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 17 30.9 30.9 30.9

SD 21 38.2 38.2 69.1

SMP 11 20.0 20.0 89.1

SMA 5 9.1 9.1 98.2

Perguruan Tinggu 1 1.8 1.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

kejadian stunting

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pendek 53 96.4 96.4 96.4

Sangat Pendek 2 3.6 3.6 100.0

Total 55 100.0 100.0

CROSSTABS

  /TABLES=pendapatan pengetahuan pa BY ks

  /FORMAT=AVALUE TABLES

  /STATISTICS=CHISQ CORR

74
  /CELLS=COUNT TOTAL

  /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 19-Jan-2020 11:25:18

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working
55
Data File

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are


treated as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on


all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.

75
Syntax CROSSTABS
/TABLES=pendapatan
pengetahuan pa BY ks
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CORR
/CELLS=COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.031

Elapsed Time 00:00:00.016

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet0] 

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendapatan keluarga *
55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
kejadian stunting

pengetahuan ibu tentang


55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
gizi * kejadian stunting

pendidikan ayah *
55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
kejadian stunting

76
pendapatan keluarga * kejadian stunting

Crosstab

kejadian stunting

pendek Sangat Pendek Total

pendapatan keluarga Rendah Count 50 2 52

% of Total 90.9% 3.6% 94.5%

sedang Count 2 0 2

% of Total 3.6% .0% 3.6%

Tinggi Count 1 0 1

% of Total 1.8% .0% 1.8%

Total Count 53 2 55

% of Total 96.4% 3.6% 100.0%

77
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .120a 2 .942

Likelihood Ratio .229 2 .892

Linear-by-Linear
.104 1 .747
Association

N of Valid Cases 55

a. 5 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is .04.

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R -.044 .020 -.320 .751c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.047 .021 -.340 .735c

N of Valid Cases 55

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

78
pengetahuan ibu tentang gizi * kejadian stunting

Crosstab

kejadian stunting

Pendek Sangat Pendek Total

pengetahuan ibu tentang kurang Count 7 2 9


gizi
% of Total 12.7% 3.6% 16.4%

cukup Count 37 0 37

% of Total 67.3% .0% 67.3%

baik Count 9 0 9

% of Total 16.4% .0% 16.4%

Total Count 53 2 55

% of Total 96.4% 3.6% 100.0%

79
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value Df sided)

Pearson Chi-Square 10.608a 2 .005

Likelihood Ratio 7.648 2 .022

Linear-by-Linear
6.226 1 .013
Association

N of Valid Cases 55

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is .33.

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R -.340 .111 -2.628 .011c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.340 .113 -2.628 .011c

N of Valid Cases 55

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

80
pendidikan ayah * kejadian stunting

Crosstab

kejadian stunting

pendek Sangat Pendek Total

pendidikan ayah Tidak Sekolah Count 16 1 17

% of Total 29.1% 1.8% 30.9%

SD Count 20 1 21

% of Total 36.4% 1.8% 38.2%

SMP Count 11 0 11

% of Total 20.0% .0% 20.0%

SMA Count 5 0 5

% of Total 9.1% .0% 9.1%

Perguruan Tinggu Count 1 0 1

% of Total 1.8% .0% 1.8%

Total Count 53 2 55

% of Total 96.4% 3.6% 100.0%

81
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value Df sided)

Pearson Chi-Square .962a 4 .915

Likelihood Ratio 1.536 4 .820

Linear-by-Linear
.786 1 .375
Association

N of Valid Cases 55

a. 7 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is .04.

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R -.121 .080 -.885 .380c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.122 .095 -.896 .374c

N of Valid Cases 55

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
DOKUMENTASI PENELITIAN

93
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Arison Nau

Nama Panggilan : Arison

Tempat Tanggal Lahir : 20 Agustus 1996

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl.Kejora, Telaga Opa

No Telpon : 082147777338

Email :-

PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 2020-Sekarang : Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Nusantara Kupang

Tahun 2013 : SMA Negetri 1 sabu Timur

Tahun 2010 : SMP Negeri 1 Sabu Timur

Tahun 2002 : SD Negeri Bolou 2

94
95

Anda mungkin juga menyukai