ARISON NAU
2016114 005
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah selesai diberikan bimbingan dalam penulisan skripsi sehingga naska skripsi ini
memenuhi syarat dan dapat di setujui untuk di pertahankan dalam Ujian Skripsi, oleh
Nama : Arison Nau
Nim : 2016 114 005
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan Pendapatan Keluarga, Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian Stunting Di
Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.
Penguji : Tanda Tangan
Ketua : 1. SYAHRIR.,S.KEP.,Ns.,M.si
NIDN. 0823018902
Anggota :
Penguji : 2. MUSLIMAH ANUGERAH,S.Kep.M.Kes
NIDN. 0806059104
MENGESAHKAN
KETUA STIKES NUSANTARA
iii
iv
MOTTO
Tugasku Bukanlah Untuk
Menyerah, Tugasku
Adalah Untuk Mencoba.
“Karena”
Di Dalam Mencoba Itulah
Belajar Membangun
v
Kesempatan Untuk
Mencapai Sebuah
Keberhasilan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan
bimbingan-Nya yang senantiasa berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Skripsi ini dengan judul Hubungan Pendapatan Keluarga, Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian
Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.
.S.Kep,M.Kes selaku pembimbing 1, dan Bapak Feris Kamlasi .S.Pd, M.Si Selaku
Pembimbing 2, yang dengan setia telah memberikan arahan dan petunjuk serta saran
sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis
vi
1. Bapak Rudizon Budiman Doko Patty.,Se.,M.M.Kes selaku Ketua Yayasan
bangku kuliah.
4. Keluarga tercinta, (bapak, mama, kakak dan adik) yang selalu setia
6. Sahabat-sahabatku, (angky ratu, ferdinan manhitu, arson maramba jua dan efa
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
sempurna. Oleh karena itu, segala usul, kritik dan saran yang bersifat membangun
penulis sangat harapkan demi kesempurnaan Skripsi ini. Kiranya Skripsi ini berguna
vii
Arison Nau
ABSTRAK
Arison nau1Muslimah Anugerah, S.Kep.M.Kes2 Feris Kamlasi.S.Pd, M.Si3
1. Mahasiswa Stikes Nusantara Kupang
2. Dosen Prodi S1 Keperawatan
3. Dosen Prodi DIII Kebidanan
Latar Belakang: Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS)pada tahun 2010 prevelensi balita pendek sebesar 35,6%, namun
prevelensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 menjadi 37,2% dan
pada tahun 2018 mencatat bahwa presentasi presentasi stunting di Indonesia
mengalami penurunan menjdi 30,8%. presentasi stunting di Nusa Tenggara Timur
berdasarkan hasil riskesdas pada tahun2017 yaitu 51,7% dan pada tahun 2018
mengalami penurunan menjadi 42,6 angka ini turun sebesar 9,1 jika di bandingkan
presentasi tahun 2017 namun NTT masih berada di urutan atas presentasi stunting di
Indonesia .Berdasarkan hasil penelitian di desa Oelpuah Wilayah kerja puskesmas
tarus dengan jumlah sebanyak 55 kasus yang terbagi dua kategori yaitu pendek 53
kasus dan sangat pendek 2 kasus
Metode : penelitian di lakukan dari bulan desember 2019 - bulan januari 2020 yang
berlokasi di wilayah kerja puskesmas tarus desa oelpuah dengan desain deskriptif
korelasi dan pendekatan cross sectional sampel sebanyak 55 kasus yang berusia 0 -59
bulan .pendapatan keluarga,tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat
viii
pedidikan ayah dengan kejadian stunting.Data analisa secara bivariat dan univariat
mengunakan uji chy-square
Hasil: hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan keluarga rendah sebesar 94,6%
pendapatan keluarga sedang sebesar 3,6% dan pendapatan tinggi sebesat 1.8%,
pengetahuan ibu ibu tentang gizi kurang sebesar 16,4%, pengetahuan ibu tentang gizi
cukup sebesar 67,2% dan pengetahuan ibu tentang gizi baik sebesar 16,4%,tingkat
pendidikan ayah tidak sekolah sebesar 30,9%, SD sebesar 38,2%, SMP sebesar 20%,
SLTA sebesar 9,1%,dan perguruan tinggi sebesar 1,8% balita yang mengalami
stunting sebesar 55 orang. Hasil penelitain menunjukan pendapatan keluarga tdak
berhubungan secara signifikan (p=0,942) dengan kejadian stunting, tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi berhubungan secara signifikan(p=0,05) dengan kejadian
stunting dan tingkat pendidikan ayah tidak berhubungan secara signifikan (p=0,915)
dengan kejadian stunting
Kata kunci :pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, tingkat
pendidikan ayah dan stunting
ABSTRACT
ix
of father's education with the occurrence of stunting. Bivariate and univariate data
analysis using the chy-square test
Results: the results showed that low family income was 94.6% moderate family
income was 3.6% and high income was 1.8%, mothers' knowledge of malnutrition
was 16.4%, women's knowledge of nutrition was 67.2 % and mother's knowledge
about good nutrition by 16.4%, the education level of fathers with no education by
30.9%, elementary school by 38.2%, junior high school by 20%, high school by
9.1%, and tertiary education by 1.8 % of toddlers who experienced stunting of 55
people. The results of the study showed that family income was not significantly
related (p = 0.942) with the incidence of stunting, the level of maternal knowledge
about nutrition was significantly related (p = 0.05) with the incidence of stunting and
the level of father's education was not related significantly (p = 0.915) with the
occurrence of stunting
Keywords: family income, mother's level of knowledge about nutrition, father's
education level and stunting.
DAFAR ISI
x
2.2.Tinjauan Teoritis……………………………………………..……...……...7
2.3.Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Stunting…..……..........22
2.4.Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian stunting……….23
2.5.Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah ………………...….. ………………23
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIA….………24
3.1.Kerangka Konseptual ………………………………………..………........24
3.2.Hipotesis Penelitian ………………………………………………............25
BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………………………........26
4.1.Jenis Penelitian…………………………………………………….............26
4.2.Rancangan Bangun Penelitian ……………………………….……............26
4.3.Lokasi Penelitian ……………………………………………..……...........26
4.4.Populasi Dan Sampel……………………………………….......................26
4.4.1.Populasi……………………………………………….……….........26
4.4.2.Sampel…………………………………………………...………….27
4.4.3. Jumlah Sampel………………………………………….……….…27
4.5.Kerangka Operasional ……………………………….………….………...27
4.6.Variable Penelitian Dan Defenisi Operasional ……….…………....……...29
4.7.Teknik Pengumpulan Data Dan Prosedur Pegumpulan Data. ……...……..30
4.8. Pengolahan Data Dan Analisa Data…………………….…….…..............31
BAB V HASIL PENELITIAN……………….………………………………33
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………………...33
5.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………………...33
5.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………………...33
5.4. Data Umum………………………………………………………….........33
5.5. Data Khusus………………………………………………………………35
5.6. Data Tabulasi Silang……………………………………………………...36
BAB VI PEMBAHASAN……………………………………………………..........40
6.1. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi……………………………………………40
6.2. Kejadian Stunting…………………………………………………………41
6.3. Pendidikan Ayah………………………………………………………….41
6.4. Pendapatan Keluarga…………………………………………………..…42
6.5. Hunungan Antara Pengeyahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian
Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang
Tengah.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.………42
6.6. Hunungan Antara Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian
Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah……………..….44
6.7. Hunungan Antara Pendaptan Keluarga Dengan Kejadian
Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah…………………..46
BAB VII PENUTUP……………………………………………………..………….49
7.1. Kesimpulan………………………………………………….
…………...49
xi
7.2.
Saran…………………………………………………………………..
…50
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……..…..…51
LAMPIRAN………………………………………………………...……………….52
Daftar Tabel
xii
Tabel 5.5 distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ayah.......................................36
Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi
Daftar Gambar
xiii
Daftar Lampiran
xiv
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Kurangnya akses ke
makanan gizi, 1 dari 3 ibu hamil anemia, makanan bergizi mahal. Kurangnya
akses air bersih dan sanitasi, 1 dari 5 rumah masih BAB di ruang terbuka, Dari
3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih. Dampak buruk
yang dapat di timbulkan oleh stunting, jangka pendek adalah terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan metabolisme
dalam tubuh. Dalam jangka panjang akibat buruk yang yang dapat di timbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko untuk munculnya penyakit
diabetes, kegemukan penyakit jantung dan pembuluh darah, kangker, stroke,
dan disabilitas pada usia tua.
Stunting pada masa anak-anak dapat mempengaruhi pertumbuhan pada
saat dewasa, yang berakibat penurunan kemampuan kerja. Stunting akan
mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik fungsi mental dan intelektual akan
terganggu. Akibat dari terganggunya fungsi mental pada stunting, maka akan
timbul kecenderuan kenakalan remaja, yang akhir-akhir ini menjadi
permasalahan yang mengkhawatirkan baik dari perspektif pendidikan,
psikologi, social, maupun budaya.
Menurut world health organization (WHO) dalam global nutrition.
Stunting dianggap sebagai suatu gangguan pertumbuhan ireversible yang
sebagian besar di pengaruhi oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi
berulang selama 1000 hari pertama kehidupan. Insiden stunting secara global di
perkirakan sekitar 171 juta sampai 314 juta yang terjadi pada usia dibawah 5
tahun dan 90% diantaranya berada di Negara-negara benua afrika dan asia
(fenske et el). Menurut study yang di lakukan di beberapa Negara di afrika,
asia, amerika selatan, amerika tengah dan kaniba prevalensi stunting berkisar
antara 30-50%.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) prevelensi balita pendek di
indonesia sebesar 36,8%. pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi
2
35,6%.namun prevelensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013
yaitu menjadi 37,2%. Prevelensi balita pendek selanjutnya akan di peroleh dari
hasil RISKESDAS tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program
yang sudah di upayakan oleh pemerintah RISKESDAS mencatat bahwa
presentase stunting di indonesia pada tahun 2018 mengalami penurunan angka
Stunting turun dari 37,2% menjadi 30,8%.presentase stunting di NusaTenggara
Timur berdasarkan hasil RISKESDAS 2018 juga mengalami penurunan dari
51,7% menjadi 42,6%. Angka ini turun sebesar 9,1% jika di bandingkan
dengan angka hasil RISKESDAS 2017 lalu. Namun, Nusa Tenggara Timur
masih tetap berada di urutan atas presentasi stunting di indonesia.
Presentasi stunting di Nusa Tenggara Timur berdasarkan hasil
RISKESDAS pada tahun 2017 yaitu 51,7% dan pada tahun 2018 mengalami
penurunan menjadi 42,6 angka ini turun sebesar 9,1 jika di bandingkan
presentasi tahun 2017 namun NTT masih berada di urutan atas presentasi
stunting di Indonesia pemerintah propinsi Nusa Tenggara Timur pun terus
mengambil langkah demi pencegahan dan penanganan stunting di Nusa
Tenggara Timur. Akar masalah tersebut yaitu status ekonomi yang memberikan
dampak buruk terhadap status gizi. Status gizi memberikan indikasi masalah
gizi yang bersifat kronis sebagai akibat dari kemiskinan, pola pemberian makan
yang kurang, prilaku hidup sehat sejak anak di lahirkan hingga berakibat anak
menjadi pendek karakteristik keluarga yaitu pendapatan keluarga berhubungan
dengan kejadian stunting pada balita.
Menurut data yang BPS di desa oelpuah pada tahun 2017 dan 2018
jumlah kemiskinan terjadi yaitu 24,65% dan 24,91% Tingkat pengetahuan ibu
tentang gizi anak balita masih kurang yaitu 31,16 % dan tingkat pendidikan di
desa Oelpuah masih rendah di dapatkan bahwa yang tamatan SD 31,25%,
SLTP 13,92%,SLTA/SMU 14,25%, dan PT 4,67%. Dan pendapatan keluarga di
desa oelpuah dengan jumlak KK adalah 354 perencian dalam tiga yaitu kategori
rendah penghasilan (<Rp1.000.000) adalah 140 orang, kategori sedang
3
penghasilannya (Rp1.000.000 – Rp2.000.000) adalah 74 orang dan kategori
tinggi penghasilannya (<Rp2.000.000) adalah 47 orang. Stunting sesuai dengan
data awal yang di dapat peneliti di puskesmas tarus angka stunting pada bulan
September 2019, di desa oelpuah adalah 55 balita. terdapat dua kategori yakni
pendek(52 kasus) dan sangat pendek(2 kasus).
Pendidikan ayah tidak berpengaruh secara langsung dengan asupan gizi
anak, tetapi tingkat pendidikan ibu berpengaruh secara langsung dengan asupan
gizi anak ( Boylan et al., 2017). Tingkat pendidikan ayah dapat mempengaruhi
pekerjaan ayah, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengetahuan
keluarga. Ayah dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan
dengan penghasilan yang lebih baik. Sehingga pemasukan keluarga untuk
dialokasikan dalam pembelian bahan makanan pun lebih tinggi, dengan
pengetahuan yang tinggi bisa meningkatkan dalam pembelian bahan makanan
yang mengadung gizi seimbang dengan begitu gizi pada anak bisa terpenuhi
dan juga bisa mencegah terjadinya stunting pada anak
Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
seseorang baik yang berasal dari keterlibatan langsung dalam proses produksi
atau tidak, yang dapat diukur dengan uang dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan bersama maupun perseorangan pada suatu keluarga dalam satu
bulan. Pendapatan keluarga berkaitan dengan kemampuan rumah tangga
tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidup baik primer, sekunder, maupun
tersier. Pendapatan keluarga yang tinggi memudahkan dalam memenuhi
kebutuhan hidup, sebaliknya pendapatan keluarga yang rendah lebih memalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan yang rendah akan
mempengaruhi kualitas maupun kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi
oleh keluarga. Makanan yang di dapat biasanya akan kurang bervariasi dan
sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk
pertumbuhan anak sumber protein, vitamin, dan mineral, sehingga
meningkatkan risiko kurang gizi. Keterbatasan tersebut akan meningkatkan
4
risiko seorang balita mengalami stunting. Rendahnya tingkat pendapatan dan
lemahnya daya beli memunngkinkan unntuk mengatasi kebiasaan makan
dengan cara-cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif
tertutama untuk anak-anak mereka.
pengetahuan ibu mempengaruhi status gizi anak, dimana juga
mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara pemilihan bahan makanan
dalam hal kualitas dan kuantitas,. semakin tinggi pendidikan ibu maka akan
semakin baik pula status gizi anak. Tingkat pendidikan juga berkaitan dengan
pengetahuan gizi yang dimiliki, dimana semakin tinggi pendidikan ibu maka
semakin baik pula pemahaman dalam memilih bahan makanan, dengan
pengetahuan ibu yang baik dapat memcegah terjadinya stunting
Solusi dari masalah tersebut yaitu pemerintah daerah dapat memberikan
subsidi pada kebutuhan sehari-hari contohnya sembako agar daya beli
masyarakat meningkat dan menyediakan usaha-usaha kecil yang dapat
membantu meningkatkan ekonomi keluarga, meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang gizi melalui penyuluhan dan kegiatan pelatihan terhadap
kader-kader posyandu penting gizi bagi tumbuh kembang balita untuk
mencegah stunting
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan
suatu penelitian dengan tujuan untuk melihat “Hubungan Pendapatan Keluarga,
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan
Akejadian Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan bahwa apakah
ada Hubungan Pendapatan Keluarga, Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian Stunting Di Desa Oelpuah
Kecamatan Kupang Tengah.
5
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pendapatan Keluarga, Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Tingkat Pendidikan Ayah
Dengan Kejadian Stunting Di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang
Tengah.
1.3.2. Tujuan khusus
a. Untuk mengengetahui pendapatan keluarga dengan kejadian
stunting di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan
kejadian stunting di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.
c. Untuk mengetahui tingkat pendidikan ayah dengan kejadian
stunting di Desa Oelpuah Kecamatan Kupang Tengah.
d. Menganalisis hubungan pendapatan keluarga, tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat pendidikan ayah
dengan kejadian stunting di desa Oelpuah Kecamatan Kupang
Tengah.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini untuk ilmu keperawatan
adalah dapat memberikan informasi dan sumbangan ilmiah untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam
bidang keperawatan.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi penelitian ini di harapkan memberikan konstribusi
ilmiah, sumber informasi dan sebagai bahan pustaka bagi institusi
pendidikan.
6
2. Bagi lokasi penelitian di harapkan memberikan informasi dan
solusi dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Bagi responden di harapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan responden tentang situasi, kondisi, penyebab dan
dampak stunting.
7
BAB II
8
Rezeki,Dian Subjek:sis faktor(pendap menunujukan
Mayasari wa/I SDN atan keluarga variable
Siregar,Saskiyanto 014610 dan pendidikan
Manggabarani berjumlah pendidikan) dan
(2018)Faktor Yang 121 siswa pendapatan
Berhubungan sampel Variable keluarga
Dengan Kejadian penelitian terikat: memiliki
Stunting Pada Anak 64 siswa stunting pengaruh yang
SDN 014610 Sei signifikan
Renggas Kecamatan dengan
Kisaran Barat kejadian
Kabupaten Asahan stunting pada
taraf nilai
signifikan p=
0,000(<0,05)
4 Alwin Dakhi (2018) Desain :uji Variable Hasil
Hubungan chy-square bebas:pendapa penelitian ini
Pendapatan Subjek: tan keluarga, menunujukan
Keluarga, Anak Umur pendidikan variable
Pendidikan Dan 23 bulan, dan pengetahuan
Pengetahuan Ibu Jumlah pengetahuan ibu tentang
Tentang Gizi populasi ibu tentang gizi memiliki
Dengan Kejadian adalah 831 gizi) pengaruh yang
Stunting Pada Anak orang.besar signifikan
Umur 23 Bulan sampel Variable dengan
Diwilayah Kerja adalah terikat: kejadian
Puskesmas Jati sebesar 127 stunting stunting pada
Makmur Binjai orang. taraf nilai
Utara signifikan p=
0,000(<0,05).
9
2.2. Tinjauan Teoritis
2.2.1. Konsep Stunting
a. Pengertian Stunting
Balita pendek adalah balita dengan status gizi berdasarkan
panjang atau tinggi badan menurut umur bila dibandingkan dengan
standar buku WHO, nilai Zscorenya kurang dari -2SD dan
dikategorikan sangat pendek jika nilai Zscorenya kurang dari -3SD
(Kemenkes,RI 2016).
Kependekan mengacu pada anak yang memiliki indeks TB/U
rendah. Pendek dapat mencerminkan baik variasi normal dalam
pertumbuhan ataupun defisit dalam pertumbuhan. Stunting adalah
pertumbuhan linear yang gagal mencapai potensi genetik sebagai
hasil dari kesehatan atau kondisi gizi yang suboptimal (Anisa, 2012)
Stunting pada anak merupakan indikator utama dalam menilai
kualitas modal sumber daya manusia di masa mendatang. Gangguan
pertumbuhan yang diderita anak pada awal kehidupan, dapat
menyebabkan kerusakan yang permanen.(Anisa, 2012).
Stunting (pendek) merupakan kondisi kronis yang
menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam
jangka waktu yang lama. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek
adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
yang merupakan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat
pendek). Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator
tinggi badan per umur (TB/U).
a. Sangat pendek: Zscore < -3,0
b. Pendek: Zscore < -2,0 s.d. Zscore≥ -3,0
10
c. Normal: Zscore≥ -2,0
Dan di bawah ini merupakan klasifikasi status gizi stunting
berdasarkan indikator TB/U dan BB/TB.
a. Pendek-kurus : -Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
b. Pendek -normal : Z-score TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB
antara -2,0 s/d 2,0
c. Pendek-gemuk : Z-score ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
b. Tanda Stunting
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-
2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal
dan sehat sesuai usia anak. Stunting merupakan kekurangan gizi kronis
atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Stunting dapat
didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan
pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang,
akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting
merupakan pertumbuhan yang gagal untukmencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit. Stunting
yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya
angka kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan motik yang
rendah serta fungi tubuh yang tidak seimban. ccccccccc
c. Penyebab Stunting
Pada masa ini merupakan proses terjadinya Stunting pada anak
dan peluang peningkatan Stunting terjadi dalam 2 Tahun pertama
kehidupan. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan
penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang
11
akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Anak-anak yang
mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang,
dan meningkatnya kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu
makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan
ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan
yang akhirnya berpeluang terjadinya Stunting (Depkes, 2011). Gizi
buruk kronis (Stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan di atas, tetapi disebabkan oleh banyak
faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama
lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab Stunting yaitu asupan
makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air),
riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), riwayat penyakit, praktek
pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu
mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta
setelah ibu melahirkan. pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif,
tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
d. Dampak Stunting
Stunting memiliki dampak pada kehidupan balita, WHO
mengklasifikasikan menjadi dampak jangka pendek dan dampak
jangka panjang.
1. Concurrent problems & short-term consequencesatau dampak
jangka pendek
a. Sisi kesehatan : angka kesakitan dan angka kematian
meningkat
12
b. Sisi perkembangan : penurunan fungsi kognitif, motorik, dan
perkembangan bahasa
c. Sisi ekonomi : peningkatan health expenditure, peningkatan
pembiayaan perawatan anak yang sakitb)
2. Long-term consequencesatau dampak jangka panjang
a. Sisi kesehatan : perawakan dewasa yang pendek,
peningkatan obesitas dan komorbid yang berhubungan,
penurunan kesehatan reproduksi
b. Sisi perkembangan : penurunan prestasi belajar, penurunan
learning capacity unachieved potensial
c. Sisi ekonomi : penurunan kapasitas kerja dan produktifitas
kerja
e. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Stunting
1. Berat badan lahir rendah (BBLR)
a. Pengertian Berat badan lahir rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu berat badan
bayi lahir kurang dari 2500 gram. Selama masa kehamilan,
pertumbuhan embrio dan janin berlangsung sangat cepat, mulai
kurang dari satu miligram menjadi sekitar 3000 gram.
Pertumbuhan yang cepat ini sangat penting untuk janin agar
dapat bertahan hidup ketika berada di luar rahim. Jadi,
kecacatan atau kekurangan yang terjadi pada masa janin
merupakan penyebab utama rendahnya kesehatan dan kematian
pada bayi (Oktarina, 2012). Berat lahir merupakan prediktor
yang kuat terhadap ukuran tubuh manusia di masa yang akan
datang. Hal ini disebabkan sebagian besar bayi IUGR tidak
dapat mengejar masa pertumbuhannya untuk tumbuh secara
normal seperti anak-anak normal lainnya (Oktarina, 2012).
13
b. Etiologi
Menurut WHO Tahun 2004 faktor etiologi yang
berkontribusi menyebabkan kejadian berat badan lahir rendah
terutama di Negara-Negara berkembang meliputi penggunaan
tembakau (merokok, konsumsi tembakau kunyah dan tembakau
untuk kegunaan terapi), kurang intake kalori, berat badan
rendah sebelum masa kehamilan, primipara, jenis kelamin
janin, tubuh pendek, ras, riwayat BBLR sebelumnya, angka
mordibitas umum, dan faktor risiko lingkungan seperti ,
paparan Timbal (Putra, 2016)
c. Dampak Bblr
BBLR erat kaitannya dengan mortalitas dan
mordibitas janin.Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan kognitif, kerentanan terhadap pennyakit
kronis di kemudian hari.Pada tingkat populasi, proporsi bayi
dengan BBLR adalah gambaran multi masalah kesehatan
masyarakat mencakup ibu yang kekurangan gizi jangka
panjang, kesehatan yang buruk, perawatan kesehatan dan
kehamilan yang buruk.Secara individual, BBLR merupakan
prediktor dalam kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru
lahir.Hal ini berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian
bayi dan anak (Putra, 2016).
BBLR akan membawa risiko kematian, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk dapat berisiko
menjadi pendek jika tidak tertangani dengan baik
(Kemenkes,RI 2016). Bayi dengan berat lahir kurang dari 3000
gram berpeluang 3 kali menjadi stunting dibandingkan dengan
bayi berat lahir normal. Berdasarkan penelitian di Sulawesi
menunjukkan proporsi stunting pada anak berat lahir kurang
14
dari 3000 gram lebih tinggi dibandingkan proporsi stunting
pada anak yang berat lahirnya lebih dari atau sama dengan
3000 gram. Anak dengan berat lahir kurang dari 3000 gram
memiliki risiko menjadi stunting 1,3 kali dibandingkan anak
dengan beratlahir lebih dari sama dengan 3000 gram
(Oktarina, 2012). BBLR juga mempunyai hubungan dengan
kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota
Yogyakarta (Nasution, 2014). Menurut Rahayu tahun 2014,
faktor risiko yang paling dominan berhubungan dengan anak
yang mengalami stunting adalah BBLR. Sementara penelitian
di Lampung yang dilakukan oleh Rahmadi tahun 2015,
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir
dengan kejadian stunting pada anak usia 12 – 59 bulan.
Stunting pada usia dini dapat memprediksikan kinerja
kognitif dan risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner pada
waktu dewasa (Candrakant, 2008 dalam Achadi, 2012). Studi
terhadap 100.000 perawat di Amerika menyatakan bahwa
mereka yang lahir dengan berat badan lebih rendah mempunyai
risiko Penyakit Jantung lebih tinggi, tanpa terkait dengan pola
hidupnya dan kondisi kehidupannya (Achadi, 2012).
d. Pencegahan BBLR
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala
minimal empat kali selama periode kehamilan yaitu 1 kali
pada trimester I, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada
trimester III.
2. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang dan
rendah lemak, kalori cukup, vitamin dan mineral termasuk
400 mikrogram vitamin B dan asam folat tiap hari.
15
Pengontrolan berat badan selama kehamilan dari
pertambahan berat badan awal dikisaran 12,5-15 kg.
3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain,
minuman berakohol dan aktifitas fisik yang berlebihan.
Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim, faktor risiko tinggi dalam
kehamilan, dan perawatan diri selama kehamilan (Putra, 2016)
Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) adalah
periode 9 bulan janin dalam kandungan (270 hari) hingga anak
usia 2 tahun (730 hari). Pada 20 minggu pertama dibutuhkan
kecukupan protein dan zat gizi mikro untuk pembentukan sel
dan menentukan jumlah sel otak dan potensi tinggi badan.
Seorang ibu hamil harus berjuang menjaga asupan nutrisinya
agar pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan janinnya
optimal. Selanjutnya pada 20 minggu sampai dengan bayi lahir
dibutuhkan kecukupan energi, protein dan zat gizi mikro untuk
pembentukan dan pembesaran sel. Idealnya, berat badan bayi
saat dilahirkan adalah tidak kurang dari 2500 gram, dan
panjang badan bayi tidak kurang dari 48 cm. Inilah alasan
mengapa setiap bayi yang baru saja lahir akan diukur berat dan
panjang tubuhnya, dan dipantau terus menerus terutama di
periode emas pertumbuhannya, yaitu 0 sampai 2 tahun. Dalam
kurun waktu 2 tahun ini, orang tua harus berupaya keras agar
bayinya tidak memiliki tinggi badan atau panjang badan yang
stunting. Selama 6 bulan setelah bayi lahir, bayi memerlukan
zat gizi makro dan mikro yang hanya cukup diperoleh dari ASI
eksklusif. Di atas 6 bulan bayi mulai membutuhkan makanan
pendamping ASI yang cukup dan berkualitas untuk mencapai
16
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. (Kemenkes RI,
2015).
2. Pemberi Asi Ekslusif
a) Pengertian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan sampai enam bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin dan mineral). Air Susu Ibu adalah
makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. ASI adalah cairan
ajaib yang diciptakan Tuhan khusus untuk bayi.Pemberian ASI
adalah pemenuhan hak bagi ibu dan anak. ASI tidak dapat
tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. ASI
mengandung unsur-unsur gizi yang sangat berperan dalam
pemenuhan nutrisi bayi. Sampai usia 6 bulan, bayi
direkomendasikan hanya mengkonsumsi ASI secara eksklusif.
b) Dampak
ASI mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan
oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal.ASI adalah perlindungan dari Tuhan agar bayi tidak
mudah jatuh sakit.Bayi yang diberi ASI terbukti lebih kebal
terhadap berbagai penyakit infeksi, seperti diare, pneumonia,
ISPA dan otitis media (infeksi telinga) (Kemenkes RI, 2014).
ASI Eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap
tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak yang diberi
ASI eksklusif akan tumbuh dan berkembang secara optimal
karena ASI mampu mencukupi kebutuhan gizi bayi sejak lahir
sampai umur 24 bulan. ASI diperlukan untuk pertumbuhan,
17
perkembangan dan kelangsungan hidup bayi (Kemenkes RI,
2014).
c) Manfaat Dan Keunggulan Asi
Beberapa manfaat dan keunggulan ASI antara lain:
1. ASI adalah cairan hidup karena mengandung sel darah
putih, imunoglobulin, enzim dan hormon, serta protein
spesifik yang pasti cocok untuk bayi. ASI menyesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan bayi begitu juga dengan
produksinya, disesuaikan dengan umur bayi. Kolostrum
adalah ASI yang pertama keluar dan secara bertahap,
seiring dengan pertambahan usia bayi, menjadi susu matur.
ASI pada awal pemberian, lebih banyak mengandung
cairan dan protein, dan di akhir, kandungan lemaknya
lebih banyak sehingga bayi akan merasa lebih kenyang
(Depkes RI, 2008).
2. ASI mengandung AA dan DHA alamiah yang dapat
diserap bayi berkat adanya enzim Lipase. ASI juga
mengandung karbohidrat, protein, multivitamin dan
mineral lengkap yang mudah diserap dengan sempurna dan
tidak mengganggu ginjal bayi yang masih sangat lemah.
3. Bayi mempunyai daya tahan tubuh yang belum sempurna
sehingga sangat mudah terserang penyakit. ASI yang
mengandung imunoglobulin dan zat lain memberikan
kekebalan bayi dari infeksi dan virus. Menurut penelitian,
bayi yang tidak diberi ASI berisiko 17 kali lebih besar
terkena diare dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI
eksklusif. Risiko kematian akibat Pneumonia pada bayi
usia 8 hari–12 bulan yang tidak diberi ASI terbukti 3-4 kali
18
lebih besar daripada bayi yang mendapat ASI (Kemenkes
RI, 2014).
4. ASI membentuk berat badan bayi lebih ideal. Fakta
membuktikan bahwa ASI mengurangi angka obesitas
(kegemukan) pada bayi sebesar 13%. Ini terjadi karena
kandungan gizi pada ASI tepat memenuhi kebutuhan bayi
(Kemenkes RI, 2014).
5. Ketika baru lahir, lambung bayi hanya mampu menampung
cairan sebanyak 2 sendok teh. ASI adalah cairan yang
kandungan dan volumenya paling tepat. Jadi, selama 6
bulan, bayi tidak memerlukan cairan lain selain ASI
(Kemenkes RI, 2011)
6. Perkembangan gerakan dan kecerdasan bayi yang
mendapat ASI eksklusif terbukti lebih cepat. ASI
mendorong perkembangan bayi lebih cepat karena ASI
mengandung zat gizi khusus untuk pertmbuhan syaraf dan
otak bayi
7. Pemberian ASI (menyusui) dapat menguatkan ikatan batin
antara ibu dan bayi. Sentuhan, pandangan, aroma tubuh
dan suara ibu yang terdengar oleh si bayi sewaktu menyusu
membentuk ikatan batin yang meningkatkan kualitas
hubungan ibu dan anak (Kemenkes RI, 2014)..
8. Pemberian ASI terbukti secara ilmiah dapat mengurangi
resiko kanker payudara, Kanker indung telur (Ovarium),
Kanker Rahim dan mengurangi risiko terjadinya Diabetes
Type II di hari tua (Roesli, 2015).
9. ASI juga berperan sebagai alat kontrasepsi alamiah.
Proteksi terhadap kehamilan secara alami terjadi sampai 6
bulan pertama sejak kelahiran, dengan syarat ibu menyusui
19
secara eksklusif dan belum menstruasi. Selain itu juga ibu
akan mendapatkan berat badan seperti sebelum hamil. Hal
ini terjadi karena energi yang diperlukan oleh ibu untuk
membuat ASI sebagian diambil dari cadangan lemak
selama hamil (Kemenkes RI,2008).
UNICEF dan WHO merekomendasikan sebaiknya anak
hanya diberi ASI selama paling sedikit enam bulan, yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
anak.Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak
berumur 6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak
berumur dua tahun.Pemerintah Indonesia pada tahun 2003
mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif dari
4 bulan menjadi 6 bulan (Kemenkes RI, 2014).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi.Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Hasanah (2016) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian stunting. Risiko kejadian stunting pada anak
usia 6-24 bulan akan meningkat sebesar 74% pada anak yang
tidak mendapat ASI eksklusif, risiko ini menjadi tidak
bermakna setelah dilakukan kontrol terhadap variabel usia
anak, berat bayi lahir dan tinggi badan ibu (Hidayah, 2013).
Penelitian Indrawati 2016 juga menyatakan ada hubungan
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita
2-3 tahun.
3. Infeksi
20
infeksi cacing, infeksi pernafasan (ISPA) dan malaria menjadikan
nafsu makan yang kurang akibat infeksi dan inflamasi. Infeksi bisa
berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara, yaitu
mempengaruhi nafsu makan, menyebabkan kehilangan bahan
makanan karena muntah – muntah/diare, dan mempengaruhi
metabolisme makanan. Gizi buruk atau infeksi menghambat reaksi
imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber energi di
tubuh.Adapun penyebab utama gizi buruk yakni penyakit infeksi
pada anak seperti ISPA, diare, campak, dan rendahnya asupan gizi
akibat kurangnya ketersedian pangan di tingkat rumah tangga atau
karena pola asuh yang salah (Putra, 2015).
21
makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak adekuat
ketika sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu
halus dan pemberian makanan yang rendah dalam kuantitas.
Keamanan makanan dan minuman dapat berupa makanan dan
minuman yang terkontaminasi, kebersihan yang rendah,
penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak aman.Penelitian
Meilyasari (2013) menyatakan bahwa pemberian MP-ASI terlalu
dini meningkatkan resiko penyakit infeksi seperti diare, karena
MP-ASI yang diberikan tidak sebersih dan mudah dicerna seperti
ASI.Pemberian MP-ASI yang terlalu dini, terlambatnya
memberikan MP-ASI juga bisa menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan balita menjadi terhambat karena kebutuhan gizi
balita tidak tecukupi.Menurut penelitian Aridiyah et al (2013)
menyatakan praktek pemberian MP-ASI pada anak balita
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
stunting. Stunting juga disebabkan karena ketidakcukupan asupan
zat gizi pada balita yang menyebabkan terjadinya gagal tumbuh
(Anugraheni, 2012)
22
(septic tank)/Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) , yang
digunakan sendiri atau bersama.
Lingkungan perumahan seperti kondisi tempat tinggal,
pasokan air bersih yang kurang, dan sanitasi yang tidak memadai
merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya stunting .Air dan sanitasi memiliki hubungan dengan
pertumbuhan anak. Anak-anak yang berasal dari rumah tangga
yang tidak memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik berisiko
mengalami stunting. Sedangkan anak-anak yang memiliki tinggi
badan yang normal pada umumnya berasal dari rumah tangga
yang memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik. Anak-anak yang
awalnya mengalami stunting, jika mereka berasal dari rumah
tangga yang memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik, mereka
memiliki kesempatan sebesar 17 % untuk mencapai tinggi badan
yang normal bila dibandingkan dengan anak-anak stunting yang
berasal dari rumah tangga yang meniliki fasilitas air dan sanitasi
yang buruk (Oktarina, 2012).
6. Status Ekonomi
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga
di masyarakat berdasarkan pendapatan tiap bulan. Status ekonomi
dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga
barang pokok (Putra, 2016). Status ekonomi merupakan
pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga yang
memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang
tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak, baik primer
maupun sekunder (Putra, 2016).
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki
posisi pertama pada kondisi umum. Hal ini harus mendapat
perhatian serius karena keadaan ekonomi relatif mudah diukur dan
23
berpengaruh besar pada konsumsi pangan. Menurut Achadi, 2016
prevalensi stunting tertinggi pada kelompok miskin, pada
kelompok kaya juga tinggi, dengan perbandingan 1: 5. Golongan
miskin menggunakan sebagian besar dari pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan makanan (Oktarina, 2012). Hal ini sesuai
dengan penelitian di Semarangbahwa status ekonomi keluarga
yang rendah merupakam faktor risiko yang bermakna terhadap
kejadian stunting pada balita 2-3 tahun. Anak dengan status
ekonomi keluarga yang rendah lebih berisiko 4,13 kali mengalami
stunting (Kusuma, 2013).
7. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah
suatu tujuan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga
semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikapseseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal (Putra,
2016).
Pendidikan adalah suatu belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kerah yang lebih
dewasa, lebih baik dan lebih menantang pada diri individu,
keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai
pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada
umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.
8. Pendapatan Keluarga
24
dan anggota keluarga lain dalam 1 bulan dibagi jumlah seluruh
anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah per kapita per
bulan (Ernawati, 2006).Sumber-sumber pendapatan keluarga
didapatkan dari upah, gaji, imbalan, industri rumah tangga, dan
pertanian pangan/non pangan.kekayaan berbeda dengan
Pendapatan, karena kekayaan menandakan kepemilikan saham
asset, sedangkan pendapatan merupakan aliran daya beli.
Kekayaan mewakili kapasitas yang lebih permanen dalam jangka
panjang, sedangkan pendapatan mewakili kapasitas dalam jangka
pendek. Kekayaan dan pendapatan berkorelasi positif, karena
pendapatan yang disimpan dan / atau diinvestasikan dapat menjadi
kekayaan, dan kekayaan dapat menjadi sumber penghasilan,
keluarga dengan berpenghasilan lebih dapat menambah kekayaan,
dan keluarga dengan kekayaan lebih dapat memperoleh tambahan
pendapatan (Raffalovich, Monnat, & Tsao, 2009
25
e) Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi
musim.(Supariasa, Bakri, & Fajar, 2012).
26
Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang
27
terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan (Save The Children,
2012). Menurut kulasekaran (2012), umur, tempat tinggal, kasta,
pendidikan, status sosial ekonomi (indeks kesejahteraan) dan
status pekerjaan pada wanita merupakan factor penentu status gizi
wanita.
28
mencerminkan ketidak seimbangan dalam asupan makanan dan / atau
penyakit menular. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
sosial ekonomi, seperti status ekonomi rumah tangga, pendidikan ibu,
kebersihan rumah tangga, dan akses dalam pelayanan kesehatan
(Pongou, Ezzati, & Salomon, 2006).
2.2.3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian
Stunting
pengetahuan ibu mempengaruhi status gizi anak, dimana juga
mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara pemilihan bahan
makanan dalam hal kualitas dan kuantitas,. semakin tinggi pendidikan
ibu maka akan semakin baik pula status gizi anak. Tingkat pendidikan
juga berkaitan dengan pengetahuan gizi yang dimiliki, dimana semakin
tinggi pendidikan ibu maka semakin baik pula pemahaman dalam
memilih bahan makanan, dengan pengetahuan ibu yang baik dapat
memcegah terjadinya stunting
2.2.4. Hubungan Pendidikan Ayah Dengan Kejadiaan Stunting
Hubungan tingkat pendidikan ayah dengan kejadian stunting,
mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara pemilihan bahan
makanan dalam hal kualitas dan kuantitas. Pendidikan orang tua
terutama ayah memiliki hubungan timbal balik dengan pekerjaan.
Pendidikan ayah merupakan faktor yang mempengaruhi harta rumah
tangga dan komoditi pasar yang dikonsumsi karena dapat
mempengaruhi sikap dan kecenderungan dalam memilih bahan-bahan
konsumsi.
29
BAB III
atau kaitan antara konsep satu atau konsep lainnya, atau variabel satu atau
pengetahuan ibu tentang gizi, dan pendidikan ayah dan yang menjadi
Variabel independen
1.bblr
3.penyakit infeksi
stunting
4. sanitasi dan air bersih
6. pendapatan keluarga
9. pendidikan ayah
30
= variable independen yang di teliti
3.2. HipotesisPenelitian
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
32
4.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteli.dapat
disimpulkan sampel adalah sebagian populasi yang hendak diteliti dan
mewakili karakteristik populasi apa bila populasi penilitian berjumlah
kurang dari 100 maka sampel yang di gunakan semuanya(Arikunto,2010).
4.4.3 Jumlah Sampel
Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 55 responden di
wilayah kerja puskesmas tarus (desa oelpuah kecamatan kupang tengah)
4.5 Karangka Operasional
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki balita 0-59
bulan dengan masalah stunting di wilayah kerja puskesmas tarus (desa oelpuah)
Pengetahuan gizi ibu adalah tingkat pemahaman ibu tentang pertumbuhan
balita, perawatan dan pemberian makan anak balita serta pemilihan dan
pengolahan makanan anak balita.
Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
seseorang baik yang berasal dari keterlibatan langsung dalam proses produksi
atau tidak, yang dapat diukur dengan uang dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan bersama maupun perseorangan pada suatu keluarga dalam satu bulan.
Pendidikan adalah suatu belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan atau perubahan kerah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
menantang pada diri individu, keluarga atau masyarakat.
33
Populasi
55 orang
Sampel
55 orang
stunting
Penyajian data
kesimpulan
34
4.6 Variabel pelitian dan definisi operasional
4.6.1 Variabel
Variable penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi
mtitik perhatian suatu penelitian
4.6.2 Defenisi operasional
Defenisi operasional adalah unsure penelitian yang menjelaskan
bagaimana cara menentukan variable dan mengukur suatu variable,
sehingga defenisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmia yang
membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variable yang sama.
(setiadi.2007)
Table 4.1 Definisi Operasional
35
pertumbuhan,
perkembangan atau Sekolah
perubahan kearah dasar (SD
yang lebih dewasa, Sekolah
lebih baik dan lebih Menengah
menantang pada (SMP-
diri individu, SMA)
keluarga atau Sekolah
masyarakat Tingkat
Atas (S1,
S2 dan S3)
36
1. Data primer
Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung
(Chandra, 2008). Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang
diperoleh dari hasil pengisian kuisioner pada lokasi penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari pihak
lain (Chandra, 2008). Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data-
data pendukung seperti data demografi, yang relevan dengan tujuan
penelitian yang dikumpulkan dari dokumen dan laporan yang ada serta
di Perpustakaan STIKES Nusantara Kupang.
4.7.2 Prosedur pengumpulan data
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau yang
diketahui (Arikunto, 2010).
37
dibandingkan dengan UMP kota kupang (NTT) yaitu: Rp. 1.900.000
( UMP Provinsi NTT tahun 2019)
38
Merupakan kegiantan untuk melakukan pengecekan pengesian
formulir atau koensioner, apakah jawaban yang ada pada koesioner sudah
lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
4.8.3 Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan.Kegiatan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat entri data.
4.8.3.1 Proccessing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh, benar dan
sudah melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya yaitu
memproses data agar di analisis. Pemprosesan data dilakukan
dengan cara memasukan data dari kuesioner ke paket program
computer
4.8.3.2 Cleaning
Cleaning (pembersihan) adalah merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan
atau tidak kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat
mengentri data ke komputer
4.8.3.3 Tabulasi
Membuat tabel-tabel untuk memasukkan data sesuai
dengan tujuan penelitian
4.8.4 Analisa data
Analisa data dilakukan dengan computer menggunakan program
SPSS for window release 15
4.8.4.1 Analisa univaeriat
39
Analisa ini digunakan untuk meringkas atau
mendeskripsikan data yang dikumpulkan melalui sampel. Analisa
deskriptif berfungsi untuk mengembangkan data yang merupakan
jawaban responden yang diajukan. Analisa data deskriptif pada
penelitian ini menggunakan distribusi.
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Oelpuah merupakan salah satu desa yang berada di kawasan
kecamatan kupang tengah, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Desa Oelpuah berdiri pada tahun 1995. Desa Oelpuah adalah bagian dari
pemerintahan kecamatan Kupang Tengah, yang batas batas nya sebagai
berikut : Sebelah utara berbatasan dengan: Oebelo, Sebelah selatan berbatasan
dengan: Bokong, Sebelah barat berbatasan dengan :Oelnasi , Sebelah timur
berbatasan dengan : Oefafi, Luas wilayah Desa Oelpuah 235.863 ha ,meliputi 5
dusun. Dilihat dari letak geografis Desa Oelpuah secara umum berada pada
dataran rendah dengan sedikit perbukitan ,yang berada pada ketinggian 142
meter di atas permukaan laut dengan suhu rata rata 35 0c kondisi yang demikian
memberikan peluang dalam pemanfaatan lahan pertanian baik pertanian lahan
basah dan pertanian lahan kering orbitas dan waktu tempuh dari ibu kota
kecamatan 07 Km dengan waktu tempuh 1 jam jarak tempuh ke ibu kota
kabupaten 20 Km dengan waktu 1:30 menit. Jumlah penduduk 1.415 jiwa yang
terdiri dari laki laki 718 jiwa,dan perempuan 697 jiwa dan jumlah KK adalah
35
5.2. Data Umum
Analisa Univariat
41
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Table 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No Umur F %
1 20- 27 Tahun 21 38,1
2 28-33 Tahun 20 36,4
3 34-40 Tahun 14 25,5
Jumlah 55 100
Berdasarkan Tabel Distribusi Diatas, Dapat Dilihat Bahwa Responden
Berdasarkan Umur Di Desa Oelpuah kecamatan kupang tengah Sebagian
Besar Adalah Responden Yang Berumur 20-27 Tahun Sebanyak 21
Responden (38.1%)
b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu
No Pendidikan F %
1 Tidak Menamatkan 13 23.6
Sekolah
2 Sekolah Dasar 22 40
3 SLTP 8 14.6
4 SMA 12 21.8
5 Perguruan TINGGI 0 0
Jumlah 55 100
42
Table 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
No Pengetahuan Ibu F %
Tentang Gizi
1 Baik 9 16.3
2 Cukup 37 67.4
3 Kurang 9 16.3
Jumlah 55 100
Berdasarkan Table Di Atas Dapat Dilihat Bahwa Karakteristik
Responden Berdasarkan Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi Di Desa
Oelpuah kecamatan kupang tengah Sebagian Besar Adalah Responden
Dengan Tingkat Pengetahuan yang cukup sebanyak 37 responden (67.4).
No Pendidikan Ayah F %
1 Tidak Menamatkan 17 31
SD
2 Sekolah Dasar 21 38.2
3 SLTP 11 20
4 SMA 5 9
5 Perguruan TINGGI 1 1,8
Jumlah 55 100
Berdasarkan Table Di Atas Dapat Dilihat Bahwa Karakteristik
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ayah Di Desa Oelpuah
kecamatan kupang tengah Sebagian Besar Adalah Responden Dengan
Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Sebanyak 21 responden (38.2%)
43
c. Distribusi Responden Berdasarkan pendapatan keluarga
No Pendapatan F %
Keluarga
1 Tinggi 1 1.8
2 Sedang 2 3,6
3 Rendah 52 94.6
Jumlah 55 100
Berdasarkan Table Di Atas Dapat Dilihat Bahwa Karakteristik
Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan keluarga Di Desa Oelpuah
kecamatan kupang tengah Sebagian Besar Adalah Responden Dengan
pendapatan rendah sebanyak 52 responden (94.5%)
No Kejadian Stunting F %
1 Pendek 53 96.4
2 Sangat pendek 2 3,6
Jumlah 55 100
Berdasarkan Table Di Atas Dapat Dilihat Bahwa Karakteristik
balita Berdasarkan kejadian stunting Di Desa Oelpuah kecamatan kupang
44
tengah Sebagian Besar Adalah balita yang mengalami stunting dalam
kategori pendek sebesar 53 (96.4%) dan sangat pendek sebesar 2 (3.6%)
Analisa bivariat
45
responden (1.8%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek
tidak ada.
46
sekolah lanjut tingkat pertama (SLTP) dan kejadian stunting kategori
pendek terdapat 11 responden (20%), dan kejadian stunting dengan
kategori sangat pendek tidak ada, untuk tingkat pendidikan sekolah
menengah atas (SMA) dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 5
responden (9.1%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek
tidak ada, untuk tingkat pendidikan perguruan tinggi dan kejadian stunting
kategori pendek terdapat 1 responden (1.8%), dan kejadian stunting dengan
kategori sangat pendek tidak ada.
0,005
Pendek % Sangat %
pendek
1 Kurang 7 12.7 2 3.6 9 16.4
2 Cukup 37 67.2 0 0 37 67.2
3 Baik 9 16.4 0 0 9 16.4
Total 53 96.3 2 3.6 55 100
47
Berdasarkan table di atas dapat di ketahui bahwa responden dengan
pengetahuan kurang dan kejadian stunting kategori pendek sebanyak 7
responden (12.7%), dan pendapatan rendah dengan kejadian stuting
kategori sangat pendek terdapat 2 responden (3.6), sedangkan tingkat
pengetahuan cukup dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 37
responden (67,2%) dan untuk kategori sangat pendek tidak ada, dan untuk
pengetahuan baik dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 9
responden (16,4%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek
tidak ada.
48
BAB VI
PEMBAHASAN
49
bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan untuk lebih
memahami bagaimana mendidikan anak dan mengarahkan anak dalam
pendidikan serta dalam memberikan makanan gizi seimbang sehingga dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangannya.
50
Stunting merupakan gambaran status gizi kurang yang berkepanjangan
selama periode paling genting dari pertumbuhan dan perkembangan diawal
kehidupan. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
anak balita.
51
kebutuhan bersama maupun perseorangan pada suatu keluarga dalam satu
bulan.
52
Dari Hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu yang cukup lebih banyak dari pada pengetahuan ibu yang
pengetahuan Kurang dan baik.
Dari hasil analisa uji statistic terhadap pengetahuan ibu tentang gizi
dengan kejadian stunting, maka diperoleh hasil uji statistic alias chy square
dengan nilai (p value = 0,05), berarti p value <0,05 sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan kejadian stunting
di desa oelpuah kecamatan kupang tengah.
53
Pengetahuan gizi yang tidak memadai kurangnya pengertian tentang
kebiasaan makan yang baik, serta pengertian tentang konstribusi gizi dari
berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah gizi(Wulandari dan Indra,
2013). Penyediaan bahan dan menu makanan yang tepat untuk balita dalam
upaya peningkatan status gizi akan dapat terwujud bila ibu mempunyai tingkat
pengetahuan gizi yang baik Ketidaktahuan mengenai informasi tentang gizi
dapat menyebabkan kurangnya mutu atau kualitas gizi makanan bagi keluarga
khususnya bagi makanan bagi makanan makanan yang dikonsumsi balita
(Sjahmien,2003). Salah satu penyebab gangguan gizi adalah kurangnya
pengetahuan gizi dan kemampuan seorang menerapkan informasi tentang gizi
dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan gizi ibu mempengaruhi
sikap dan perilaku dalam memilih bahan makanan, yang lebih lanjut akan
mempengaruhi keadaan gizi keluarganya (Suhardjo 2003).
54
sedangkan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) dan kejadian stunting
kategori pendek terdapat 20 responden (36,4%) dan untuk kategori sangat
pendek terdapat 1 responden (1,8 %), dan untuk tingkat pendidikan sekolah
lanjut tingkat pertama (SLTP) dan kejadian stunting kategori pendek terdapat
11 responden (20%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek
tidak ada, untuk tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan
kejadian stunting kategori pendek terdapat 5 responden (9.1%), dan kejadian
stunting dengan kategori sangat pendek tidak ada, untuk tingkat pendidikan
perguruan tinggi dan kejadian stunting kategori pendek terdapat 1 responden
(1.8%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek tidak ada.
Dari hasil analisa uji statistic terhadap tingkat pendidikan ayah dengan
kejadian stunting, maka diperoleh hasil uji statistic alias chy square dengan
nilai (p value = 0,915%), berarti p value >0,05 sehingga dapat disimpulkan
tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian stunting di
desa oelpuah kecamatan kupang tengah.
55
suatu kurun waktu tertentu. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur (W. hapsari,2017).
56
responden (1.8%), dan kejadian stunting dengan kategori sangat pendek tidak
ada.
57
Perkapita Keluarga tertinggi sebanyak 51,2 %. Dan yang mengalami stunting
sebanyak 27,7%.
Dari hasil uji statistic Chi Square diperoleh tidak adanya hubungan
yang signifikan (p value = 0,13) antara Pendapatan Keluarga dengan kejadian
stunting. hal ini merupakan bukti bahwa Pendapatan Perkapita Keluarga tidak
berkaitan dengan terjadinya stunting.
Keluarga dengan stunting (pendek) pada Balita. Hal ini bisa disebabkan
karena Pendapatan yang diterima tidak sepenuhnya dibelanjakan untuk
kebutuhan makanan pokok, tetapi untuk kebutuhan lainnya. Tingkat
pendapatan yang tinggi belum tentu menjamin status gizi baik pada balita,
karena tingkat pendapatan belum tentu teralokasi cukup untuk keperluan
makan (W.hapsri 20017).
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
58
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka di tarik
kesimpulan sebagai berikut:
59
7.2.1. Bagi peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
AA Akbar 2018. BAB 2 Tinjauan Pustaka Tentang Stunting. Di Unduh Dari Web
http://respository.unimus.ac.id
60
A Dakhi (2018), Hubungan Pendapatan Keluarga, Pendidikan, Dan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 6-23 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Jati Makmur Binjai Utara. Skripsi Program Studi
Diploma IV Gizi Uni Versitas Politeknik Kesehatan Medan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang Nusa Tengara Timur Tahun (2017)
R.K. Illahi (2015)Hubungan Pendapatan Keluarga, Berat Badan Lahir, Dan Panjang
Lahir Dengan Kejadian Stunting Balita 24-59 Bulan Di Desa Ujung Piring
Kabupaten Bangkalan. Jurnal Dunia Gizi
Lampiran 1
61
INFORMED CONSENT
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
Dalam hal ini, saya mengharapkan saudara bersedia untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Dan mengenai identitas atau data di rahasiakan oleh peneliti.
Demikian informasi penelitian ini saya buat, atas kerja samanya saya ucapkan
terimah kasih.
Arison Nau
Lampiran 2
62
Peneliti : Arison Nau (2016114005) Mahasiswa Stikes Nusantara
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatajkan bersedia berperan serta
dalam penelitian ini dan berpartisipasi sebagai responden penelitian dengan mengisi
lembar kuesioner yang disediakan
Sebelum mengisi lembar kuesoner, saya diberi keterangan/penjelasan
mengenai merahasian identitas, data maupun informasi yang diberikan. Apabila ada
pernyataan yang menimbulkan responden emosional yang tidak nyaman, maka
peneliti menghentikan pengumpulan data dan memberikan hak saya untuk
mengundurkan diri penelitian tanpa resiko apapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun
Tujuan penelitian ini dan saya telah mengerti bahwa penulis akan
(Responden )
Lampiran 3
LEMBARAN KUESIONER
63
HUBUNGAN PENDAPATA KELUARGA, TINGKAT PENGETAHUAN IBU
TENTANG GIZI DAN TINGKAT PENDIDIKAN AYAH DENGAN
KEJADIAN STUNTING DI DESA OELPUAH KECAMATAN KUPANG
TENGAH
dentitasResponden :
Nama :
Tanggal :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
64
KUESIONER PENDAPATAN KELUARGA, PENGETAHUAN IBU
TENTANG GIZI DAN PENDIDIKAN AYAH
N0 PERNYATAAN Tida Ya
k
1 Apakah anda sudah tahu status gizi merupakan salah satu
factor yang menentukan SDM dan kualitas hidup
2 Pemberui makan pada anak sebaiknya di sesuaikan dengan
usia dan kebutuhan gizi anak.
3 Apakah anda tahu gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang di konsumsi
4 Apakah anda tahu telur merupakan sumber protein yang
baik bagi otak anak
5 Apakah anda sering mengkomsumsi ikan
6 Apakah anda sering mengkomsumsi susu
7 Apakah anda sering memilih makanan yang di komsumsi
8 Apakah menurut anda jeli dan agar-agar banyak
mengandung karbohidrat
9 Apakah anda tahu tentang makanan 4 sehat 5 sempurna
10 Apakah karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air sebagai
komponen gizi
11 Saya memberikan anak makanan dengan menu seimbang
(nasi, lauk, sayur, buah dan susu) pada anak saya setiap hari
12 Saya memberikan anak makanan yang mengandung lemak
(kacang, daging, ikan, telur dan susu) setiap hari
13 Saya memberikan anak makanan yang mengandung
karbohidrat (nasi, umbi-umbian, jagung dan tepung) setiap
hari
14 Saya memberikan anak makanan yang mengandung vitamin
(buah dan sayur)
15 Saya memberikan anak yang mengandung protein (daging,
ikan, kedalai, telur, kacang-kacangan dan susu) setiap hari
65
no pendapatan Cod pendidikan kejadian
resp keluarga e ayah Code stunting code
1 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 sangat pendek 2
2 RENDAH 1 SD 2 sangat pendek 2
3 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
4 RENDAH 1 SMA 4 Pendek 1
5 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
6 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
7 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
8 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
9 SEDANG 2 SMP 3 Pendek 1
10 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
11 SEDANG 2 SD 2 Pendek 1
12 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
13 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
14 RENDAH 1 SMA 4 Pendek 1
sss1 1 SD 2
5 RENDAH Pendek 1
16 RENDAH 1 SMP 1 Pendek 1
17 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
18 RENDAH 1 SMA 4 Pendek 1
19 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
20 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
21 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
22 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
23 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
24 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
25 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
26 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
27 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
28 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
66
29 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
30 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
3 Perguruan 5
31 TINGGI Tinggi Pendek 1
32 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
33 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
34 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
35 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
36 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
37 RENDAH 1 SMA 4 Pendek 1
38 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
39 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
40 RENDAH 1 SMA 4 Pendek 1
41 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
42 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
43 RENDAH 1 Tidak sekolah 1 Pendek 1
44 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
45 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
46 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
47 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
48 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
49 RENDAH 1 SMP 1 Pendek 1
50 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
51 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
52 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
53 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
54 RENDAH 1 SMP 3 Pendek 1
55 RENDAH 1 SD 2 Pendek 1
67
pengetahuan ibu tentang gizi
1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 N % Kategori skor
0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 6 40 Kurang 1
0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 6 40 Kurang 1
0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 5 33.3 Kurang 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1
2 80 Baik 3
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
3 86.7 Baik 3
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
2 80 Baik 3
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
3 86.7 Baik 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 100 Baik 3
1 1 1 1 1 1 o 0 1 0 1 1 1 1 1 1
2 80 Baik 3
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
3 86.7 Baik 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 100 Baik 3
1 1 1 1 1 1 o 0 1 0 1 1 1 1 1 1
2 80 Baik 3
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
68
1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 73.3 Cukup 2
1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1 73.3 Cukup 2
1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
0 66.7 Cukup 2
0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 60 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
1 73.3 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 9 60 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 7 46.7 Cukup 2
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
0 66.7 Cukup 2
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 9 60 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 9 60 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
69
0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 8 53.3 Cukup 2
0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 9 60 Cukup 2
1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1 73.3 Cukup 2
0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 9 60 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 9 60 Cukup 2
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7 46.7 Cukup 2
Frequencies
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
N of Rows in Working
55
Data File
70
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=usia pendidikan
pendapatan pengetahuan pa ks
/ORDER=ANALYSIS.
[DataSet0]
Statistics
N Valid 55 55 55 55 55 55
Missing 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
71
usia ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pendidikan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
72
pendapatan keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
73
pendidikan ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kejadian stunting
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
CROSSTABS
/TABLES=pendapatan pengetahuan pa BY ks
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CORR
74
/CELLS=COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
N of Rows in Working
55
Data File
75
Syntax CROSSTABS
/TABLES=pendapatan
pengetahuan pa BY ks
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CORR
/CELLS=COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Dimensions Requested 2
[DataSet0]
Cases
pendapatan keluarga *
55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
kejadian stunting
pendidikan ayah *
55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
kejadian stunting
76
pendapatan keluarga * kejadian stunting
Crosstab
kejadian stunting
sedang Count 2 0 2
Tinggi Count 1 0 1
Total Count 53 2 55
77
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
.104 1 .747
Association
N of Valid Cases 55
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
N of Valid Cases 55
78
pengetahuan ibu tentang gizi * kejadian stunting
Crosstab
kejadian stunting
cukup Count 37 0 37
baik Count 9 0 9
Total Count 53 2 55
79
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
6.226 1 .013
Association
N of Valid Cases 55
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
N of Valid Cases 55
80
pendidikan ayah * kejadian stunting
Crosstab
kejadian stunting
SD Count 20 1 21
SMP Count 11 0 11
SMA Count 5 0 5
Total Count 53 2 55
81
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
.786 1 .375
Association
N of Valid Cases 55
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
N of Valid Cases 55
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
DOKUMENTASI PENELITIAN
93
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
No Telpon : 082147777338
Email :-
PENDIDIKAN FORMAL
94
95