Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

A. Konsep Teori
1. Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah
dibawah normal (<70 mg/DL) (ADA. 2016). Hipoglikemia adalah suatu keadaan
dimana kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan dibawah nilai normal dan
merupakan kondisi klinik yang membutuhkan penanganan yang bersifat emergensi.
Batasan kadar glukosa darah rendah untuk menetapkan seseorang mengalami
hipoglikemia sangat bervariasi. American Diabetes Association menggunakan batasan
70 mg/dl atau kurang, sedangkan European Medicine agency (EMA) menggunakan
patokan hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 54 mg/dl (Mansyur,
2018).
Hipoglikemia adalah suatu keadaan abnormal, dimana kadar glukosa dalam
darah <50/60 mg/dl (Smeltzer& Bare, 2013). Menurut McNaughton (2011),
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar
glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl.
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah
(glukosa) yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula
darah antara 70-11- mg/dl (Abata, 2014)

2. Etiologi Hipoglikemia
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat
karena menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan
pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).
Menurut Sabatine (2016) hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes
dan Non Diabetes dengan etiologi sebagai berikut :
a. Pada Diabetes
1) Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya (Overdose insulin)
2) Asupan makan yang lebih dari kurang (tertunda atau lupa, terlalu sedikit,
output yang berlebihan seperti adanya gejala muntah dan diare, serta diet yang
berlebih).
3) Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal (mis. Hipotiroid)
4) Aktivitas berlebih
5) Gagal ginjal
b. Pada Non Diabetes
1) Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
2) Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
3) Paska aktivitas
4) Konsumsi makanan yang sedikit kalori
5) Konsumsi alcohol
6) Paska melahirkan
7) Post gastrectomy
8) Penggunaan obat dalam jumlah yang berlebih (mis. Salisilat, sulfonamide)
Adapun penyebab Hipoglikemia menurut Setiyohadi (2012) yaitu :
a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang
anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang
pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga
dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang
sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau
alat pemeriksa gula darah sendiri.
b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar
insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika
makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan
terjadilah hipoglikemia.
c. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang
banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga
merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.
d. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa
darah akan menurun.
e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara
lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin
kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami
hipoglikemia.
f. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah
lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada
lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan
menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat
sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi
seimbang.
h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan
glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah
dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan
kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
i. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.
Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini
maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
j. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi
dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa
dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum
menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
3. Faktor Resiko Hipoglikemia
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada
penderita diabetes menurut PERKENI (2019) yaitu :
a. Gangguan kesadaran hipoglikemi, merupakan faktor resiko utama, ketidaksadaran
tersebut berarti ada ketidakmampuan untuk mendeteksi terjadinya hipoglikemia
dan akibatnya, indivdu cenderung kurang untuk memulai tindakan korektif cepat
dan lebih cenderung menderita episode parah.
b. Usia muda, karena kesadaran tentang tanda-tanda dan gejala yang lebih rendah
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat
pengobatan insulin atau sulfonylure (Mansjur, 2018), yaitu :
a. Pengurangan/keterlambatan makan
b. Kesalalahan dosis obat
c. Latihan jasmani yang berlebihan
d. Penurunan kebutuhan insulin
e. Penyembuhan dari penyakit
f. Nefropati diabetic
g. Hipotiroidisme
h. Penyakit Addison
i. Hipopituitarisme
j. Hari-hari pertama persalinan
k. Penyakit hati berat

4. Manifestasi Klinis Hipoglikemia


Menurut PERKENI (2019) Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan
akibat dari aktivasi sistem saraf otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia
lajut dan pasien yang mengalami hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom
dapat berkurang sehingga pasien yang mengalami hipoglikemia tidak menyadari
kalau kadar gula darahnya rendah (hypoglycemia unawareness). Kejadian ini dapat
memperberat akibat dari hipoglikemia karena penderita terlambat untuk
mengkonsumsi glukosa untuk meningkatkan kadar gula darahnya.
Tabel Gejala Hipoglikemia Menurut Perkeni (2019)

5. Patofisiologi Hipoglikemia
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun
absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah,
baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa
sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek
hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan
sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain
itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanyamenyimpan cadangan glukosa
(dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi
otak yang normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.
Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga
terjadi penurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplay glukosa ke
otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke otak sehingga akan
menyebabkan pusing,bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70 – 110 mg/dL. Penurunan
kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi
insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah,
peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada
kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala
neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di
bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan
depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak
efektif (Carpenito, 2011)
Kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan
epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas
normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran
pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal(Setyohadi, 2012).
Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan
sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2011). Batas
kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafan dan
pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ
perifer. Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah.
Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi
normal, hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon
yang diproduksi oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama
terhadap hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan
jugaberperan meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan glukosa.Glukagon
dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut.
Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon mula-mula meningkatkan
glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi
akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2015),
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi
jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta
proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin,
klien pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Gambar 2.1 Pathway Hipoglikemia

6. Klasifikasi Hipoglikemia
Hipoglikemia menurut Setiyohadi (2012) diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ringan (glukosa darah 50-60 mg
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun dan sistem saraf simpatik akan
terangsang, pelimpahan adrenalin ke darah menyebabkan gejala : tumor,
kegelisahan, rasa lapar, dll.
b. Sedang (glukosa darah <50 mg/d
Penurunan kadar glukosa dapat menyebakan sel2 otak tidak memperoleh bahan
bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi sistem saraf pusat
mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan daya ingat, penglihatan
ganda, peasaan ingin pingsan.
c. Berat (glukosa darah < 35 mg/dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia. Gejalanya : serangan
kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

Menurut Mansyur (2018) klasifikasi hipoglikemia dapat dijelaskan sebagai


berikut :
a. Klasifikasi hipoglikemia pada pasien non-diabetes Secara klasik hipoglikemia
pada pasien non-diabetes dikelompokkan dalam dua kelompok utama yaitu :
1) Post-prandial (reactive) hipoglikemia: hipoglikemia yang terjadi dalam waktu
hingga 4-5 jam setelah makan
2) Fasting (post-absorbtive) hipoglikemia: Menurunnya kadar glukosa darah <70
mg/dl yang disertai dengan gejala dan keluhan hipoglikemia yang
dialami >4 jam setelah makan. Beberapa ahli melaporkan temuan adanya
pasien yang mengalami hipoglikemia post prandial dan juga hipoglikemia
puasa, bahkan dapat dijumpai pasien yang mengalami hipoglikemia yang tidak
tergantung pada waktu makan
b. Klasifikasi hipoglikemia pada pasien diabetes
Hipoglikemia pada pasien diabetes dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelompok, diantaranya: Derajat keparahan, kadar glukosa darah dan manifestasi
klinik dan kemampuan untuk menolong diri sendiri. Klasifikasi standar untuk
hipoglikemia pada pasien diabetes adalah klasifikasi yang banyak digunakan
untuk evaluasi terapi dan outcomes dari berbagai penelitian klinik yaitu: :
a. Confirmed hypoglycemia adalah kejadian hasil pengukuran kadar glukosa
darah yang rendah.
b. Severe hypoglycemia adalah kejadian dimana pasien membutuhkan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemianya.
c. Nocturnal hypoglycemia adalah kejadian hipoglikemia yang dialami pada
waktu malam hari. Secara umum periode waktu untuk kejadian nocturnal
hypoglycemia adalah pada saat bed time hingga waktu bangun dipagi
hari.

7. Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia


a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post pradial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
c. Pemeriksaan HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang
pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa
orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
d. Pemeriksaan elektrolit
Terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
e. Pemeriksaan Leukosit,
Terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

8. Penatalaksanaan Hipoglikemia
Pedoman tatalaksana Hipoglikemia menurut PERKENI (2019) pedoman
sebagai berikut :
a. Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
b. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) → satu flakon (25 cc) Dex 40%
(10 gr Dex) dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
Manajemen Hipoglikemi menurut Smeltzer & Bare (2013) sebagai berikut :
a. Tergantung derajat hipoglikemi:
1) Hipoglikemi ringan :
a) Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6 -10 butir permen atau
2-3 sendok teh sirup atau madu.
b) Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menitulangi pemberiannya
c) Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue,
donat, ice cream, cake
2) Hipoglikemi berat :
a) Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
b) Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan makanan atau
minuman
9. Komplikasi Hipoglikemia
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah
selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Selain itu hipoglikemia juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan
dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan
neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat
yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal. Hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen,
hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian (Kedia, 2011).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Hipoglikemia


Menurut Nurarif (2015) pengkajian data dasar yang perlu dikaji pada pasien
dengan hipoglikemia adalah :
1. Pengkajian Primer
a. Pengkajian ABC
1) Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
2) Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.
3) Circulation (sirkulasi)
Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,
tekanan darah menurun.
4) Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
5) Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi
adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya
luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien
b. Pemeriksaan Fisik
1) B1 : Breathing (Respiratory System) ada Sesak nafas, takipnea.
2) B2 : Blood (Cardiovascular system) misalnya takikardi, penurunan TD, aritmia
jantung.
3) B3 : Brain (Nervous system) gangguan sistem syaraf pusat, terjadi peningkatan
sistem syaraf simpatis.
4) B4 : Bladder (Genitourinary system) ada penurunan frekuensi / jumlah urine
5) B5 : Bowel (Gastrointestinal System) ada Anorexia, muntah, mual, kekurangan
nutrisi.
6) B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument) ada kelemahan dan nyeri pada daerah
ekstremitas.
c. Pengkajian Pola Sehari-hari
1) Aktivitas / Istirahat :
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun,
gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat
atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda :
Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada,
disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan,
bola mata cekung
3) Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen,
diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun,
hiperaktif (diare)
5) Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit
kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran
tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6) Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi,
stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental,
refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari
DKA).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa
sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat.
9) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit
rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam)
10) Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan
yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadap glukosa darah.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postpradial oral
5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.
2) Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
3) Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali
negatif terhadap glukosa
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi, obstruksi
jalan nafas
Definisi
merupakan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi dan mempertahankan
kebersihan jalan nafas
Faktor Yang Berhubungan
Faktor-faktor yang berhubungan seperti lingkungan terdapat perokok pasif,
mengisap asap dan merokok. Obstruksi jalan nafas seperti spasme jalan nafas,
materi asing dalam jalan nafas, sekresi bertahan/sisa sekresi, sekresi dalam bronki.
Fisiologis seperti jalan napas alergik, asma, penyakit paru obstuktif kronik, infeksi
b. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan disfungsi system saraf
pusat akibat hipoglikemia
Definisi
Adanya gangguan pada gangguan sirkulasi jaringan otak yang dapat menggangu
kesehatan
Faktor Yang Berhubungan
Aliran arteri terhambat, reduksi mekanis dari aliran vena, kerusakan transportasi
oksigen
c. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan penurunan kadar gula
darah (hipoglikemia)
Definisi
Keadaan menurunnya atau meningkatkanya kadar gula darah
Faktor yang berhubungan
 Asuapan diet tidak cukup
 Gangguan status kesehatan fisik
 Gangguan status mental
 Kehamilan
 Keterlambantan perkembanagan kognitif
 Kurang pengetahuan tentang manajemen penyakit
 Manajemen diabetes tidak tepat
 Manajemen medikasi tidak efektif
 Pemantauan glukosa darah tidak adekuat
 Penambahan berat badan berlebihan
 Penurunan berat badan berlebihan
 Periode pertumbuhan cepat
 Rata-rata aktivitas harian kurang dari yang dianjurkan menurut jenis kelamin
dan usia
 Stress berlebihan

3. Perencanaan
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN HASIL (NOC)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi bunyi nafas
bersihan jalan nafas keperawatanX24 jam tambahan : ronchi, wheezing.
b.d inflamasi, diharapkan jalan nafas 2. Berikan posisi nyaman untuk
obstruksi jalan nafas normal dengan kriteria hasil mengurangi dispnea.
: 3. Bersihkan secret dari mulut dan
1. Frekuensi dan irama trakea : lakukan penghisapan
nafas dalam batas sesuai keperluan.
normal (16-20x/mnt) 4. Anjurkan asupan cairan adekuat
2. Tidak ada sputum 5. Ajarkan batuk efektif
3. Klien mampu 6. kolaborasi pemberian oksigen
mengeluarkan sputum 7. kolaborasi pemberian
secara efektif broncodilator sesuai indikasi.
1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan kepada pasien tentang
jaringan serebral b.d keperawatan selama…x24 tindakan yang akan dilakukan
disfungsi system jam diharapkan gangguan 2. Pertahankan posisi tirah baring
saraf pusat akibat perfusi jaringan cerebral dengan posisi kepala head up
hipoglikemia normal dengan kriteria hasil 3. Bantu pasien untuk berkemih,
: membatasi batuk, muntah,
1. Tingkat kesadaran mengejan, anjurkan pasien napas
komposmentis dalam selama pergerakan
2. Disorientasi tempat, 4. Pantau status neurologis dengan
waktu, orang secara teratur
tepat 5. Pantau TTV
3. TTV dalam batas
normal (suhu 35,5ºC –
37,5ºC, nadi 60-100
x/menit, tekanan darah
120/80 mmHg)

2. Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipoglikemia


Kadar Glukosa Darah keperawatan selama ... x24 a. Aktivitas-aktivitas identifikasi
pasien yang berisiko mengalami
berhubungan dengan jam diharapkan kadar
hipoglikemia
hipoglikemia glukosa darah pasien b. Kenali tanda dan gejala
hipoglikemia
meningkat dengan kriteria
c. Monitor kadar glukosa darah
sebagai berikut : sesuai indikasi
d. Monitor tanda dan gejala
1. Dapat mengontrol
hipoglikemia (misalnya;
kadar gukosa darah gemetar, sempoyongan,
berkeringat , jantung berdebar-
2. Dapat mengontrol sress
debar, kecemasan, iritabel, tidak
3. Dapat memanajemen sabaran, takikardi, palpitasi,
menggigil,
dan mencegah penyakit
kikuk, kepala terasa ringan,
semakin parah pucat, lapar, mual, sakit kepala,
kelelahan, mengantuk,
4. Dapat
kelemahan, hangat, pusing,
meningkatkan pingsan, pandanagan kabur,
mimpi buruk, menangis saat
istirahat
tidur, paresthesia, sulit bicara,
5. Status kadar gula darah tidak bisa mengkoordinasikan,
berkonsentrasi, sulit bicara, tidak
normal
bisa mengordinasikan,
perubahan tingkat laku,
kebinggungan, koma, kejang)
e. Berikan sumber karbohidrat
sederhana, sesuai indikasi,
berikan sumber karbohidrat
kompleks sesuai indikasi
f. Berikan glucagon sesuai indikasi
g. Hubungi petugas gawat darurat
jika diperlukan
h. Berikan glukosa secara
intravena, sesuai indikasi
i. Pertahankan akses intravena
j. Pertahankan kepatenan jalan
napas jika diperlukan
k. Kaji ulang kejadian sebelum
terjadinya hipoglikemia untuk
mengetahui penyebab
l. Berikan umpan balik atas
kepatuhan manajemen diri
pasien untuk mengatasi
hipoglikemia
m. Instruksikan pasien dan orang
terdekat mengenai tanda dan
gejala, faktor resiko dan
penaganan hipoglikemi
n. Instruksikan pasien untuk selalu
menyediakan sumber
karbohidrat sederhana
o. Beritahu keluarga terdekat cara
pengunaan dan pemberian
glocagon yang tepat
p. Instrusikan pasien untuk selalu
patuh terhadap dietnya, tetapi
insulinnnya, dan melakukan
olahraga
q. Bantu pasien dalam menentukan
keputusan dalam rangka
pencegahan hipoglikemia
(misalnya; mengurangi insulin
atau terappip oral antidiabetic
atau meningkatkan intaks makan
sebelum olahraga)
r. Dorong pasien untuk selalu
memonitor kadar glukosa
darahnya
s. Dorong pasien untuk selalu
berkonsultasi dengan tim
perawatan diabetesnya mengenai
terapi yang didapat
t. Kolaborasikan dengan pasien
dan tim perawatan (misalnya;
terapi insulin lebih dari satu
kali/hari
u. Modifikasi target kadar glukosa
darah untuk mencegah
hipoglikemia, disaat
hipoglikemia tidak terjadi
v. Informasikan pasin mengenai
meningkatnya resiko
hipoglikemia dengan terapi yang
instensif dan kadar glukosa yang
dibuat normal
FORMAT RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
PUSKESMAS MOJOSARI

A. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 71 tahun
Alamat : Sawahan
Pendidikan : SD
Cara Masuk : UGD
Bahasa Yang digunakan : Jawa /Indonesia
Dx Medis : Hipoglikemia pada Diabetus Mellitus
Identitas Pengantar
Nama : Tn. S
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hubungan : Anak

Datang Ke IGD Mulai Tindakan Selesai Tindakan


Tanggal 03 April 2021 Anamnese, TTV S. -
Pemberian O2 O. KU : lemah, kesadaran :
Pemeriksaan GDS somnolen, pasien sudah bisa
Memberikan posisi ekstensi membuka mata secara
(semi Fowler) spontan, GCS : E4 V2 M5
Memberikan minuman manis TTV : TD. 160/100 mmHg
hangat (teh hangat) N. 92 x/menit
RR. 22 x/menit
A. Masalah belum teratasi
P. Intervensi dilanjutkan
- anjurkan keluarga untuk
memberikan nutrisi
- Motivasi keluarga agar
pasien rawat inap sebagai
upaya pemulihan
Jam 09.55 WIB 11.45 WIB
B. Triage
Kondisi saat datang ke IGD :
Pasien datang ke IGD Puskesmas mojosari dengan kesadaran Kesadaran Somnolen, GCS
E2V1M5, pasien tampak sesak dan lemah, GDS : 85 mg/dl
Tindakan prahospital : tidak ada
Kategori
Penilaian triage


BIRU MERAH KUNING HIJAU HITAM

C. Assesment Keperawatan
1. Keluhan
Kelurarga pasien mengatakan pasien merasa sesak sejak pagi, dan pasien lemas
2. Riwayat Penyakit sekarang
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluh sesak sejak pagi, dan pasien merasa
lemas, dan pada pukul 09. 30 pasien kondisi pasien semakin sesak, sehingga keluarga
membawa pasien ke IGD Puskesmas untuk mendapatka pertolongan dengan segera
3. Riwayat Penyakit dahulu
Keluarga mengatakan pasien menderita penyakit diabetes sudah sejak 2 tahun yang lalu,
naumn dalam 3 bulan ini tidak pernah kontrol secara rutin
4. Riwayat Alergi
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi

D. Primary Survey
GCS. E: 2 V: 1 M: 5
Airway :Tidak ada sumbatan jalan nafas,
Breathing : Nafas Spontan dengan suport O2 4 lpm, RR = 28 x/menit
Circulation : TD = 160/100 mmHg , N = 92 x/menit , S : 362 °C CRT = 3 detik,
keluar keringat dingin dan penurunan kesadaran
Disability : KU : Lemah, Kesadaran Somnolen,
Exposure : Tidak ada Trauma/Cidera pada tubuh pasien

E. Secondary Survey
 Breathing ( B1 )
Irama pernafasan : cepat , Kedalaman : Dangkal RR : 28x/menit, tidak ada sekret
 Blood ( B2 )
- Mukosa bibir kering,Akral teraba dingin,
- Vital Sign : TD : 160/1000mmhg, N : 92x/menit S : 362 0C
- Capilari revil < 2 detik
 Brain ( B3 )
- Kesadaran Somnolen
- GCS E: 2 V: 1 M: 5
 Blade ( B4 )
- Tidak ada nyeri saat berkemih
- BAK spontan
- Blast teraba kosong dan tidak ada massa
 Bowel ( B5 )
- Tidak ada nyeri tekan pad abdomen
- Tidak ada luka memar, tidak asites
- Peristaltik usus 10x/menit
- Perkusi hipertimpani
 Bone ( B6 )
- Pasien mengatatakan perut terasa kram
- Tidak ada kelemahan otot
- Tidak ada kelemahan ekstremitas bawah

F. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesosepal, Tidak ada lesi
Rambut : Beruban, tidak ada kerontokan
Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis, sklera putih
Hidung : bersih, Pernafasan cuping hidung (-)
Paru : I . simetris, Tidak ada lesi, terdapat penggunaan otot intercosta
P. Pengembangan dada kanan= kiri
P. Bunyi Sonor
A. Suara vesikuler
Jantung : I. Iktus kordis tidak tampak
P. Tidak ada pembesaran jantung
P. Bunyi pekak
A. Terdengar bunyi jantung S1 dan S2
Abdomen : I. Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada distensi
A.Bising usus 9 x/menit
P. Bunyi Timpani
P. Tidak teraba massa
Kulit : Lembab, akral dingin, crt = 3 detik
Ekstremitas : tidak ada oedem

G. Diagnosa Medis
1. Utama : Hipoglikemia
2. Sekunder : -
H. Terapi
Pemasangan O2 dengan masker

I. Analisa Data

No
Data Fokus Problem Etiologi
Dx
1 S.- Ketidakefektifan Depresi pusat
O. - RR: 28 x/menit pola nafas pernafasan
- Pasien tampak kesulitan bernafas
- Kesadaran somnolen
- GCS E2V2M5
- Terdapat penggunaan otot
intercosta

2 S. Keluarga mengatakan pasien lemas Gangguan fungsi Hipoglikemi


sejak tadi pagi karena akhir – akhir cerebri
ini tidak mau makan
O. Kesadaran Somnolen
GCS E2V2M5
Pasien tampak lemas
TTV : TD. 160/100 mmHg
N. 92 x/menit
RR. 28 x/menit
GDS : 85 mg/dl
J. Nursing Care Program

No Tgl/Jam Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Implementasi Evaluasi TTD


Dx
1 10.00 Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1. Mengekstensikan kepala S. -
dan WIB pasien
tindakan keperawatan kesadaran pasien O. KU : lemah, kesadaran :
2 2. Memberikan terapi O2 4
selama 1x 60 menit pola 2. Observasi frekuensi lpm somnolen, pasien sudah bisa
nafas kembali efektif nafas, ekspansi paru 3. Mengobservasi TTV, membuka mata secara spontan,
Kriteria hasil dan penggunaan otot pola nafas dan tingkat GCS : E4 V2 M5
 RR. 16 – 20 x/menit bantu pernafasan kesadaran TTV : TD. 160/100 mmHg
4. Melakukan pemeriksaan
 Tidak ada penggunaan 3. Kolaborasi pemberian N. 92 x/menit
GDS
otot bantu pernafasan terapi oksigen 5. Melakukan pemeriksaan RR. 22 x/menit
 Pernafasan teratur 4. Observasi Kadar Gula EKG GDS : 110 mg/dl
Darah Pasien 6. Memberikan teh manis A. Masalah belum teratasi
5. Observasi TTV hangat P. Intervensi dilanjutkan
6. Posisikan ekstensi 7. Menganjurkan keluarga
 Anjurkan keluarga untuk
untuk menyiapkan teh
manis untuk siberika memberikan nutrisi
pada pasien jika  Motivasi keluarga agar
kesadaran sudah mulai pasien rawat inap sebagai
membaik upaya pemulihan
8. Mengevalusi keadaan
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. E.J, (2011), Patofisiologi, Alih Bahasa Brahm U, Pandit Jakarta : EGC.

Hadiatma, Mega. (2012). Nursing Care In Hypoglycemia In Patients With Diabetes Mellitus
In The Installation Emergency Hospital. Naskah publikasi UMS.pdf

Herdman, Heather. (2015). Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC

Jevon, Philip. (2012). Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental Practice.
Inggris: Wiley Blackwell

Kedia, Nitil. (2011). Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an


Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal

Kozier B, Erb G. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC

Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, Setiowulan. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:


Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

McNaughton, Candace D. (2011). Diabetes in the Emergency Department: Acute Care


of Diabetes Patients. Clinical Diabetes

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

RA, Nabyl. (2013). Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta :
Aulia Publishing

Setyohadi, Bambang. (2012). Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat


Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai