A. Konsep Teori
1. Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah
dibawah normal (<70 mg/DL) (ADA. 2016). Hipoglikemia adalah suatu keadaan
dimana kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan dibawah nilai normal dan
merupakan kondisi klinik yang membutuhkan penanganan yang bersifat emergensi.
Batasan kadar glukosa darah rendah untuk menetapkan seseorang mengalami
hipoglikemia sangat bervariasi. American Diabetes Association menggunakan batasan
70 mg/dl atau kurang, sedangkan European Medicine agency (EMA) menggunakan
patokan hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 54 mg/dl (Mansyur,
2018).
Hipoglikemia adalah suatu keadaan abnormal, dimana kadar glukosa dalam
darah <50/60 mg/dl (Smeltzer& Bare, 2013). Menurut McNaughton (2011),
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar
glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl.
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah
(glukosa) yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula
darah antara 70-11- mg/dl (Abata, 2014)
2. Etiologi Hipoglikemia
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat
karena menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan
pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).
Menurut Sabatine (2016) hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes
dan Non Diabetes dengan etiologi sebagai berikut :
a. Pada Diabetes
1) Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya (Overdose insulin)
2) Asupan makan yang lebih dari kurang (tertunda atau lupa, terlalu sedikit,
output yang berlebihan seperti adanya gejala muntah dan diare, serta diet yang
berlebih).
3) Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal (mis. Hipotiroid)
4) Aktivitas berlebih
5) Gagal ginjal
b. Pada Non Diabetes
1) Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
2) Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
3) Paska aktivitas
4) Konsumsi makanan yang sedikit kalori
5) Konsumsi alcohol
6) Paska melahirkan
7) Post gastrectomy
8) Penggunaan obat dalam jumlah yang berlebih (mis. Salisilat, sulfonamide)
Adapun penyebab Hipoglikemia menurut Setiyohadi (2012) yaitu :
a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang
anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang
pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga
dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang
sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau
alat pemeriksa gula darah sendiri.
b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar
insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika
makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan
terjadilah hipoglikemia.
c. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang
banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga
merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.
d. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa
darah akan menurun.
e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara
lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin
kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami
hipoglikemia.
f. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah
lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada
lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan
menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat
sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi
seimbang.
h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan
glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah
dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan
kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
i. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.
Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini
maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
j. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi
dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa
dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum
menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
3. Faktor Resiko Hipoglikemia
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada
penderita diabetes menurut PERKENI (2019) yaitu :
a. Gangguan kesadaran hipoglikemi, merupakan faktor resiko utama, ketidaksadaran
tersebut berarti ada ketidakmampuan untuk mendeteksi terjadinya hipoglikemia
dan akibatnya, indivdu cenderung kurang untuk memulai tindakan korektif cepat
dan lebih cenderung menderita episode parah.
b. Usia muda, karena kesadaran tentang tanda-tanda dan gejala yang lebih rendah
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat
pengobatan insulin atau sulfonylure (Mansjur, 2018), yaitu :
a. Pengurangan/keterlambatan makan
b. Kesalalahan dosis obat
c. Latihan jasmani yang berlebihan
d. Penurunan kebutuhan insulin
e. Penyembuhan dari penyakit
f. Nefropati diabetic
g. Hipotiroidisme
h. Penyakit Addison
i. Hipopituitarisme
j. Hari-hari pertama persalinan
k. Penyakit hati berat
5. Patofisiologi Hipoglikemia
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun
absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah,
baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa
sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek
hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan
sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain
itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanyamenyimpan cadangan glukosa
(dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi
otak yang normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.
Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga
terjadi penurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplay glukosa ke
otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke otak sehingga akan
menyebabkan pusing,bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70 – 110 mg/dL. Penurunan
kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi
insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah,
peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada
kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala
neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di
bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan
depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak
efektif (Carpenito, 2011)
Kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan
epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas
normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran
pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal(Setyohadi, 2012).
Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan
sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2011). Batas
kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafan dan
pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ
perifer. Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah.
Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi
normal, hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon
yang diproduksi oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama
terhadap hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan
jugaberperan meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan glukosa.Glukagon
dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut.
Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon mula-mula meningkatkan
glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi
akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2015),
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi
jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta
proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin,
klien pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Gambar 2.1 Pathway Hipoglikemia
6. Klasifikasi Hipoglikemia
Hipoglikemia menurut Setiyohadi (2012) diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ringan (glukosa darah 50-60 mg
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun dan sistem saraf simpatik akan
terangsang, pelimpahan adrenalin ke darah menyebabkan gejala : tumor,
kegelisahan, rasa lapar, dll.
b. Sedang (glukosa darah <50 mg/d
Penurunan kadar glukosa dapat menyebakan sel2 otak tidak memperoleh bahan
bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi sistem saraf pusat
mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan daya ingat, penglihatan
ganda, peasaan ingin pingsan.
c. Berat (glukosa darah < 35 mg/dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia. Gejalanya : serangan
kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
8. Penatalaksanaan Hipoglikemia
Pedoman tatalaksana Hipoglikemia menurut PERKENI (2019) pedoman
sebagai berikut :
a. Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
b. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) → satu flakon (25 cc) Dex 40%
(10 gr Dex) dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
Manajemen Hipoglikemi menurut Smeltzer & Bare (2013) sebagai berikut :
a. Tergantung derajat hipoglikemi:
1) Hipoglikemi ringan :
a) Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6 -10 butir permen atau
2-3 sendok teh sirup atau madu.
b) Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menitulangi pemberiannya
c) Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue,
donat, ice cream, cake
2) Hipoglikemi berat :
a) Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
b) Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan makanan atau
minuman
9. Komplikasi Hipoglikemia
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah
selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Selain itu hipoglikemia juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan
dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan
neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat
yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal. Hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen,
hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian (Kedia, 2011).
3. Perencanaan
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN HASIL (NOC)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi bunyi nafas
bersihan jalan nafas keperawatanX24 jam tambahan : ronchi, wheezing.
b.d inflamasi, diharapkan jalan nafas 2. Berikan posisi nyaman untuk
obstruksi jalan nafas normal dengan kriteria hasil mengurangi dispnea.
: 3. Bersihkan secret dari mulut dan
1. Frekuensi dan irama trakea : lakukan penghisapan
nafas dalam batas sesuai keperluan.
normal (16-20x/mnt) 4. Anjurkan asupan cairan adekuat
2. Tidak ada sputum 5. Ajarkan batuk efektif
3. Klien mampu 6. kolaborasi pemberian oksigen
mengeluarkan sputum 7. kolaborasi pemberian
secara efektif broncodilator sesuai indikasi.
1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan kepada pasien tentang
jaringan serebral b.d keperawatan selama…x24 tindakan yang akan dilakukan
disfungsi system jam diharapkan gangguan 2. Pertahankan posisi tirah baring
saraf pusat akibat perfusi jaringan cerebral dengan posisi kepala head up
hipoglikemia normal dengan kriteria hasil 3. Bantu pasien untuk berkemih,
: membatasi batuk, muntah,
1. Tingkat kesadaran mengejan, anjurkan pasien napas
komposmentis dalam selama pergerakan
2. Disorientasi tempat, 4. Pantau status neurologis dengan
waktu, orang secara teratur
tepat 5. Pantau TTV
3. TTV dalam batas
normal (suhu 35,5ºC –
37,5ºC, nadi 60-100
x/menit, tekanan darah
120/80 mmHg)
A. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 71 tahun
Alamat : Sawahan
Pendidikan : SD
Cara Masuk : UGD
Bahasa Yang digunakan : Jawa /Indonesia
Dx Medis : Hipoglikemia pada Diabetus Mellitus
Identitas Pengantar
Nama : Tn. S
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hubungan : Anak
√
BIRU MERAH KUNING HIJAU HITAM
C. Assesment Keperawatan
1. Keluhan
Kelurarga pasien mengatakan pasien merasa sesak sejak pagi, dan pasien lemas
2. Riwayat Penyakit sekarang
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluh sesak sejak pagi, dan pasien merasa
lemas, dan pada pukul 09. 30 pasien kondisi pasien semakin sesak, sehingga keluarga
membawa pasien ke IGD Puskesmas untuk mendapatka pertolongan dengan segera
3. Riwayat Penyakit dahulu
Keluarga mengatakan pasien menderita penyakit diabetes sudah sejak 2 tahun yang lalu,
naumn dalam 3 bulan ini tidak pernah kontrol secara rutin
4. Riwayat Alergi
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi
D. Primary Survey
GCS. E: 2 V: 1 M: 5
Airway :Tidak ada sumbatan jalan nafas,
Breathing : Nafas Spontan dengan suport O2 4 lpm, RR = 28 x/menit
Circulation : TD = 160/100 mmHg , N = 92 x/menit , S : 362 °C CRT = 3 detik,
keluar keringat dingin dan penurunan kesadaran
Disability : KU : Lemah, Kesadaran Somnolen,
Exposure : Tidak ada Trauma/Cidera pada tubuh pasien
E. Secondary Survey
Breathing ( B1 )
Irama pernafasan : cepat , Kedalaman : Dangkal RR : 28x/menit, tidak ada sekret
Blood ( B2 )
- Mukosa bibir kering,Akral teraba dingin,
- Vital Sign : TD : 160/1000mmhg, N : 92x/menit S : 362 0C
- Capilari revil < 2 detik
Brain ( B3 )
- Kesadaran Somnolen
- GCS E: 2 V: 1 M: 5
Blade ( B4 )
- Tidak ada nyeri saat berkemih
- BAK spontan
- Blast teraba kosong dan tidak ada massa
Bowel ( B5 )
- Tidak ada nyeri tekan pad abdomen
- Tidak ada luka memar, tidak asites
- Peristaltik usus 10x/menit
- Perkusi hipertimpani
Bone ( B6 )
- Pasien mengatatakan perut terasa kram
- Tidak ada kelemahan otot
- Tidak ada kelemahan ekstremitas bawah
F. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesosepal, Tidak ada lesi
Rambut : Beruban, tidak ada kerontokan
Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis, sklera putih
Hidung : bersih, Pernafasan cuping hidung (-)
Paru : I . simetris, Tidak ada lesi, terdapat penggunaan otot intercosta
P. Pengembangan dada kanan= kiri
P. Bunyi Sonor
A. Suara vesikuler
Jantung : I. Iktus kordis tidak tampak
P. Tidak ada pembesaran jantung
P. Bunyi pekak
A. Terdengar bunyi jantung S1 dan S2
Abdomen : I. Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada distensi
A.Bising usus 9 x/menit
P. Bunyi Timpani
P. Tidak teraba massa
Kulit : Lembab, akral dingin, crt = 3 detik
Ekstremitas : tidak ada oedem
G. Diagnosa Medis
1. Utama : Hipoglikemia
2. Sekunder : -
H. Terapi
Pemasangan O2 dengan masker
I. Analisa Data
No
Data Fokus Problem Etiologi
Dx
1 S.- Ketidakefektifan Depresi pusat
O. - RR: 28 x/menit pola nafas pernafasan
- Pasien tampak kesulitan bernafas
- Kesadaran somnolen
- GCS E2V2M5
- Terdapat penggunaan otot
intercosta
Corwin. E.J, (2011), Patofisiologi, Alih Bahasa Brahm U, Pandit Jakarta : EGC.
Hadiatma, Mega. (2012). Nursing Care In Hypoglycemia In Patients With Diabetes Mellitus
In The Installation Emergency Hospital. Naskah publikasi UMS.pdf
Jevon, Philip. (2012). Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental Practice.
Inggris: Wiley Blackwell
Kozier B, Erb G. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC
RA, Nabyl. (2013). Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta :
Aulia Publishing
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI