A. Konsep Lansia
1. Pengertian Usia Lanjut
Menurut Constantinides yang dikutip oleh Maryam dkk (2012) penuaan
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri atau mempertahankan struktur serta fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut UU No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun(Dewi & Sofia, 2014).
Lanjut usia merupakan suatu bagian dari proses tumbuh kembang.
Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi melalui proses tahapan atau
perkembangan dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan akhirnya menjadi tua.
Lansia merupakan proses alami yang diikuti dengan perubahan fisik dan perilaku.
Semua individu akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup tahap akhir dari manusia, dimana mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial secara bertahap (Artinawati, 2014)
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
2) Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif
dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
3) Teori stres
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel
yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan
stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
4) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
5) Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel
yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya
fungsi sel.
b. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan
dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan
belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan
berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.
Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus
3
sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang
ada.
c. Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri
(disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan
(continuity theory), teori perkembangan (development theory), dan teori
stratifikasi usia (age stratification theory).
d. Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pada lansia,
kekuasaan dan prestasinya berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial
mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan
mereka untuk mengikuti perintah.
e. Teori penarikan diri
Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-
lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
f. Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas
serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas
dan aktivitas yang dilakukan.
g. Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa
gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun
ia telah menjadi lansia.
4
h. Teori perkembangan
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua
merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai
tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi,
teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau
yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
i. Teori stratifikasi usia
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang
dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari
sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dapat
ditinjau dari sudut pandang demografi dan keterkaitannya dengan kelompok
usia lainnya. Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk
menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat
kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok
etnik.
j. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan.
3. Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2003) dalam Dewi & Sofia (2014)
mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut :
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia yaitu seseorang yang berusaia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
d. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan da atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.
5
Sedangkan klasifikasi lansia menurut WHO dalam Dewi & Sofia (2014)
yaitu :
a. Elderly : 60-74 tahun
b. Old : 75-89 tahun
c. Very old : > 90 tahun
perut (begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah (Ardiansyah,
2015). Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat akut, dengan kerusakan “Erosive” karena hanya pada bagian mukosa
(Inaya, 2014).Gatritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung,
peradangan ini mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam
gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbunlnya
proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2013).
2. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) etiologi dari gastritis sebagai berikut :
a. Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (Indimetasin,
Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, Salisilat,
dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
b. Minuman beralkohol: seperti whisky, vodka, dan gin.
c. Infeksi bakteri: seperti H.phlori (paling sering), H. heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Proteus species, Clostridium spesies, E.coli, Tuberculosis,
dan secondary syphilis.
d. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
e. Infeksi jamur: seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
f. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar sepsis, trauma, pembedahan,
gagal pernapasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks
usus-lambung.
g. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
h. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi
dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang
menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.
Menurut Rendy dan Margareth (2012) penyebab dari gastritis di bagi
menjadi dua yaitu:
a. Pemakaian sering obat-obatan NSAID seperti aspirin yang tanpa pelindung
selaput enteric
10
b. Peminum alcohol
c. Perokok berat
d. Stres fisik (luka bakar)
e. Keracunan makanan (entrotoksin)
f. Gatritis kronik
g. Penderita dengan ulkus peptikum
h. Hubungan dengan karsinoma lambung
3. Patofisiologi
Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol, obat-
obatan antiinflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori. Pengikisan ini dapat
menimbulkan reaksi peradangan. Inflamasi pada lambung juga dapat dipicu oleh
peningkatan sekresi asam lambung sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual,
muntah dan anoreksia. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri yang
ditimbulkan karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Peningkatan sekresi
lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan persarafan, misalnya dalam
kondisi cemas, stress, marah melalui serabut parasimpatik vagus akan menjadi
peningkatan transmitter asetilkolin, histamine, gastrin releasing peptide yang
dapat meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ion H⁺ (hidrogen) yang tidak
diikuti peningkatan penawarnya seperti prostaglandin, HCO₃⁺, mukus akan
menjadikan lapisan mukosa lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi.
Prostaglandin dibutuhkan tubuh untuk memproduksi kekebalan lapisan mukosa,
serta bikarbonat untuk menghambat produksi asam lambung dan meningkatkan
aliran dalam lambung. Semua efek ini diperlukan lambung untuk
mempertahankan integritas pertahanan mukosa lambung agar tidak mengalami
iritasi pada mukosa lambung (Rukmana, 2018).
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri
atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang
berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau
minuman sebanyak 1 galon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan
melipat mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan dan
mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara bertahap membuka. Ketika terjadi
11
proses gastritis perjalanannya adalah sebagai berikut ini lambung yang terkena
paparan baik oleh bakteri, obat-obatan anti nyeri yang berlebihan, infeksi bakteri
atau virus, maka hal tersebut akan merusak epitel epitel sawar pada lambung.
Ketika asam berdifusi ke mukosa, dengan keadaan epitel sawar yang dihancurkan
tadi akan terjadi penghancuran sel ukosa. Dengan sel mukosa yang hancur ini
mengakibatkan fungsi dari mukosa tidak berfungsi yang akhirnya asam tidak bisa
di control sehingga terjadi peningkatan asam hidroklorida di lambung dan ketika
mengenal di dinding lambung akan menimbulkan nyeri lambung (perih) karena
dinding lambung yang inflamasi tersebut, masalah keperawatan yang muncul
adalah nyeri akut. Dalam penghancuran sel mukosa tadi oleh asam maka
mengakibatkan peningkatan histamine sehingga meningkatkan permeabilitas
terhadap protein meningkat kemudian plasma bocor ke intestinum terjadi edema
dan akhirnya plasma bocor ke dalam lambung sehingga terjadi perdarahan (Sarif,
2014).
4. Pathway
12
5. Klasifikasi
Menurut Sharif (2014), Gastritis dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Gastritis akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangan pendek dengan
konsumsi agen kimia atau makanan mengganggu dan merusak mucosa gastrik.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. gastritis tipe A mampu
menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar
lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi gastrik
mempengaruhi produksi antibody. Anemia Pernisiosa berkembang dengan
proses ini. Sedangkan gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan
infeksi bakteri helocobakter pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding
lambung.
6. Manifestasi Klinis
Menurut Sujamsuhhidajat dan Jong (2011), manifestasi gastritis terbagi
menjadi 2 yaitu:
a. Manifestasi Gastritis Akut
1) Nyeri pada epigastrium
2) Mual dan muntah
3) Perdarahan terselubung maupun nyata
4) Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem,
mungkin juga ditemukan perdarahan aktif.
b. Manifestasi Gastritis Kronik
1) Komplikasi gastritis atrofik seperti tukak lambung
2) Defisiensi zat besi
3) Anemia pernisiosa
4) Karsinoma lambung
Sedangkan menurut Wijaya dan Yessie (2013), manifestasi gastritis yaitu :
a. Manifestasi Klinis Akut
1) Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu sebelumnya
14
dan sebagian besar hanya mengeluh nyeri epigastrium yang tidak hebat
2) Kadang disertai dengan nausea dan vomitus
3) Anoreksia
4) Gejala yang berat: Nyeri epigastrium hebat, Pendarahan, Vomitus,
Hematemisis
b. Manifestasi Klinis Kronik
1) Perasaan penuh pada abdomen
2) Anoreksia
3) Distress epigastrik yang tidak nyata
4) Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptik
5) Keluhan-keluhan anemia
7. Komplikasi
Jika diibaratkan tidak terawat gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic
Ulcers dan mengakibatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan
secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel dinding
lambung. Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula
pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Kanker jenis lain yang terkait dengan
infeksi akibat H.Pyloris adalah MALT (mukosa associated lympoihoid tissue),
Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan system
kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila
ditemukan pada tahap awal (Sharif, 2014). Sedangkan menurut Wijaya dan Yessie
(2013), Komplikasi gastritis adalah Perdarahan saluran cerna, Ulkus, Perforasi
(jarang terjadi).
Mansjoer dkk (2011) menyebutkan komplikasi gastritis yaitu :
a. Komplikasi gastritis akut
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan
SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran kelinis yang
diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya
adalah infeksi Helicobacteri pylori, sebab 100% pada tukak duodenum dan
15
10. Penatalaksanaan
Menurut Bruner dan Suddarth (2010), mengatakan Penatalaksanaan
gastritis yaitu :
a. Gastritis Akut
1) Menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol makanan sampai
gelaja berkurang.
2) Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjur
kan.
3) Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parental.
4) Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau
alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisiran agen
17
Mata Tertutup
Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input
penglihatan untuk keseimbangannya)
Perputaran leher
Menggerakan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertigo, pusing, atau keadaan tidak
stabil.
Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan memegang
obyek untuk dukungan.
i. Pengkajian Psikosoial
Hubungan dengan orang lain dalam wisma :
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama
Hubungan dengan orang lain diluar wisma didalam panti
22
j. Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
(1) Apakah klien mengalami susah tidur
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Apakah klien murung atau menangis sendiri
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir
23
l. Mini Mental State Exam (MMSE) (Menguji Aspek-Aspek Kognitif Dari Fungsi
Mental )
Penilaian pada pemeriksaan ini berfungsi untuk emngakji status kognitif
lansia dengan kateori
a. > 23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
b. 18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan.
c. ≤ 17 : terdapat kerusakan aspek mental berat.
Skor Skor
Maksimum Manula ORIENTASI
5 ( )
Sekarang (hari), (tanggal), (bulan), (tahun),
berapa dan ( musim ) apa ?
5 ( ) Sekarang kita berada dimana ? (jalan), (no
rumah), (Kota), (kabupaten), (Propinsi)
REGISTRASI
3 ( )
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda,
1 detik untuk tiap benda . Kemudian mintalah
manula mengulang ke 3 nama tersebut. Berikan
satu angka untuk setiap jawaban yang benar. Bila
masih salah , ulanglah penyebutan ke 3 nama
benda tersebut, sampai ia dapat mengulangnya
dengan benar. Hitunglah jumlah percobaan dan
25
BAHASA
9 ( ) a. Apakah nama benda-benda ini ?
( Perlihatkan pensil dan arloji )
( 2 angka )
b. Ulanglah kalimat berikut : ” Jika
Tidak Dan Atau Tapi ” ( 1 angka )
c. Laksanakan 3 buah perintah ini : ”
Peganglah selembar kertas dengan
tangan kananmu, lipatlah kertas itu pada
pertengahan dan letakanlah di lantai ( 3
angka )
d. Bacalah dan laksanakan perintah
berikut : ” PEJAMKAN MATA ANDA
” ( 1 ANGKA )
e. Tulislah sebuah kalimat ( 1 angka )
f. Tirulah gambar ini ( 1 angka )
Skor Total ( )
26
□ Ya □ Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan ?
□ Ya □ Tidak
5 Apakah anda biasanya bersemangat / gembira ?
□ Ya □ Tidak
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada
anda ?
□ Ya □ Tidak
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup
anda ?
□ Ya □ Tidak
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?
□ Ya □ Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada
keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru ?
□ Ya □ Tidak
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan
daya
ingat anda dibanding kebanyakan orang ?
□ Ya □ Tidak
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini
menyenangkan ?
□ Ya □ Tidak
27
Pola BAK
29
Frekwensi BAK
(1) 1 – 3 kali sehari
(2) 4 – 6 kali sehari
(3) > 6 kali sehari
Warna urine
(1) Kuning jernih
(2) Putih jernih
(3) Kuning keruh
Gangguan BAK
(1) Inkontinensia urine
(2) Retensi urine
(3) Lainnya, …………………………………
Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan
(1) Membantu kegiatan dapur
(2) Berkebun
(3) Pekerjaan rumah tangga
(4) Ketrampilan tangan
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) < 1 kali sehari
Memakai sabun
(1) ya (3) tidak
Sikat gigi
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) Tidak pernah, alasan …………………………
Menggunakan pasta gigi
(1) ya (2) tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih
(1) 1 kali sehari
(2) > 1 kali sehari
(3) Tidak ganti
30
p. Indeks Barthel
Indeks barthel mempunyai fungsi penilaian yang sama dengan indeks
KATZ yaitu menilai kemandirian lansia dengan kategori sebagai
berikut :
NO AKTIVITAS NILAI
BANTUAN MANDIRI
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat 5 -10 15
tidur dan sebaliknya, termasuk duduk
di tempat tidur
3. Kebersian diri, mencuci muka, 0 5
menyisir, mencukur dan mengosok
gigi
4. Aktivitas toilet 5 10
5. Mandi 0 5
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika 10 15
tidak mampu berjalan lakukan dengan
kursi roda )
7. Naik turun tangga 5 10
8. Berpakaian termasuk mengenakan 5 10
sepatu
9. Mengontrol defekasi 5 10
10. Mengontrol berkemih 5 10
JUMLAH 100
Keterangan Jumlah :
0-20 = ketergantungan penuh
21-61 = ketergantungan berat (sangat tergantung)
62-90 = ketergantungan moderat
91-99 = ketergantungan ringan
31
100 = mandiri
q. Indeks KATZ
Indeks KATZ digunakan untuk melihat tingkat kemandiria atau
ketergantung pada lansia dengan kategori sebagai berikut :
Skore Criteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaiandan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan
satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F
(1) Pengkajian Status Nutrisi
Penilaian status gizi juga dapat dilakukan dengan
mempergunakan Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF).
Dalam penilaiannya hal yang harus juga dicatat adalah nama pasien,
usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, tinggi lutut dan tanggal
pengisian. Dengan Interpretasi skor sebagai berikut :
Skor > 24 : Gizi baik
Skor 17-23,5 : Berisiko malnutrisi
32
Keterangan: Total 5
Selalu = 2,
Kadang-kadang = 1,
Hampir tidak pernah = 0
r. Asessmen Geriatri
Tanggal pemeriksaan :
Nama Pasien : L/ P
33
Nama Pemeriksa :
Nomor RM :
Ruang :
Umur : tahun
Kebersihan lantai
(1) baik (2) kurang
Ventilasi
(1) < 15 % luas lantai (2) 15 % luas lantai
Pencahayaan
(1) Baik (2) kurang Jelaskan, ………………………
Pengaturan penataan perabot
(1) baik (2) kurang
Kelengkapan alat rumah tangga
(1) lengkap (2) tidak lengkap Jelaskan, ………………………
SANITASI
Penyediaan air bersih (MCK) :
(1) PDAM (2) Sumur (3) Mata air (4) sungai (5) lainnya, …
Penyediaan air minum
(1) air rebus sendiri (2) Beli (aqua) (3) air biasa tanpa rebus
Pengelolaan jamban
(1) bersama (2) kelompok (3) pribadi (4) lainnya, ……………
Jenis jamban :
(1) Leher angsa (2) cemplung terbuka (3) Cemplung tertutup (4) Lainnya
Jarak dengan sumber air
(1) < 10 meter (2) > 10 meter
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) :
(1) Lancar (2) Tidak lancar
Petugas sampah
(1) ditimbun (2) dibakar (3) daur ulang
(4) dibuang sembarang tempat (5) dikelola dinas
Polusi udara
(1) Pabrik (2) Rumah tangga (3) industri (4) Lainnya, ………
36
FASILITAS
Peternakan
(1) ada (2) tidak Jenis, ……………………………
Perikanan
(1) ada (2) tidak Jenis, …………………………..
Sarana olah raga
(1) ada (2) Jenis, ……………………………
Taman
( 1) ada (2) tidak Luasnya, …………………………….
Ruang pertemuan
(1) ada (2) tidak Luasnya, ………………………………
Sarana hiburan
(1) ada (2) tidak Jenis, …………………………………….
Sarana ibadah
(1) ada (2) tidak Jenis, …………………………………….
Komunikasi
Sarana komunikasi
(1) ada (2) tidak ada
Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti :
(1) telphon (2) kotak surat (3) fax (4) lainnya, …………
Cara penyebaran informasi :
(1) Langsung (2) tidak langsung (3) Lainnya, ………………………
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon
individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan ataupun kerentanan respon terkait masalah kesehatan (Herdman &
Kamitsuru, 2014). Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan
selama proses perawatan. Pada lansia terdapat beberapa diagnosis
keperawatan terkait masalah peradangan sendi yaitu Nyeri, (Miller, 2012).
Diagnose keperawatan yang kemungkinan muncul pada pasien dengan Gout
artritis yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan
3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan pada lansia dengan gout artritis menurut SDKI
(2018) yaitu :
Diagnosa Tujaun dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1) Pemberian Analgesik
keperawatan selama 2 x 24 jam Observasi
diharapkan nyeri menurun a. Identifikasi
dengan kriteria hasil : riwayat alergi
Keluhan nyeri menurun obat
Tampak meringis menurun b. Monitor tanda-
Sikap protektif menurun tanda vital
Gelisah menurun sebelum dan
Kesulitan tidur menurun sesudah
Frekuensi nadi membaik pemberian
Tekanan darah membaik analgetik
Pola napas membaik Terapeutik
38
Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgetik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgetik sesuai
terapi
2) Manajemen Nyeri
Observasi
a. Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri
b. Identifikasi skala
nyeri Identifikasi
respons nyeri non
verbal
c. Identifikasi
faktor yang
memperberat dan
memperingan
nyeri
Terapeutik
• Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
• Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (misalnya,
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
• Fasilitasi istirahat
dan tidur
Deficit nutrisi Tujuan : Observasi
Setelah dilakukan asuhan Identifika
39
Terapeutik
Lakukan
oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
Fasilitasi
menentukan pedoman
diet (mis. Piramida
makanan)
Sajikan
makanan secara
menarik dan suhu
yang sesuai
Berikan
makan tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Berikan
makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Berikan
suplemen makanan,
jika perlu
Hentikan
pemberian makan
40
melalui selang
nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan
posisi duduk, jika
mampu
Ajarkan
diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolabora
si pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolabora
si dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur
tidur keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi:
dharapkan pola tidur membaik Identifikasi pola
aktivitas dan tidur
Kriteria Hasil : Identifikasi faktor
1. Keluhan sulit tidur menurun pengganggu tidur
2. Keluhan sering terjaga (fisik dan/atau
menurun psikologis)
3. Keluhan tidur tidak puas Identifikasi
menurun makanan dan
4. Keluhan pola tidur berubah minuman yang
menurun mengganggu tidur
5. Keluhan istirahat tidak cukup (mis. kopi, teh,
menurun alkohol, makanan
mendekati waktu
tidur, minum banyak
air sebelum tidur)
Terapeutik:
Modifikasi
lingkungan (mis.
pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur)
41
e. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan.
f. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami.
g. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
klien, jika perlu.
h. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi.
i. Latih teknik
relaksasi.
j. Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas jika perlu
Defisit Tujuan: 1. Identivikasi kesiapan
Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan dan kemampuan
perawatan diharapkan menerima informasi.
tingkat pengetahuan klien 2. Sediakan materi dan
meningkat. media pendidikan
kriteria hasil : kesehatan.
1. Perilaku sesuai anjuran, 3. Berikan kesempatan
verbalisasi minat dan belajar untuk bertanya.
meningkat. 4. Ajarkan perilaku
2. Kemampuan hidup bersih dan
menggambarkan sehat.
pengalaman sebelumnya 5. Ajarkan strategi yang
yang sesuai dengan topik dapat digunakan untuk
meningkat meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yaitu
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan (Potter
& Perry, 2011). Memberikan posisi yang nyaman untuk klien. Posisi yang
nyaman diberikan kepada klien untuk meningkatkan rasa nyaman, mengurangi
nyeri, mengurangi stress spikis dan . Posisi nyaman untuk klien yaitu posisi
43
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien hambatan mobilitas fisik
berdasarkan riteria hasil setiap tujuan keperawatan menurut Nurarif (2015) yaitu :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital dalam rentang normal
6) Mobilitas sudah cukup baik
44
Nama : Ny L
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Ngijingan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Status : Kawin
Pekerjaan : Swasta
Tgl. Pengkajian : 24-05-2021
Jam : 10.00 WIB
Diagnosa Medis : Gastritis
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri (ulu hati), mual, tidak
muntah, dan pasien sudah sering mengalami hal tersebut
b. Keluhan yang dirasakan dalam 3 bulan terakhir
Pasien mengatakan hanya nyeri pada perut sebelah kanan (ulu hati), pasien
sudah sering mengalami hal tersebut dan badan linu-linu yang sering
dialami dalam 3 bulan terakhir.
45
B. Status Fisiologis
Tekanan Darah : 150/90
Nadi : 84 z/mnt
RR : 24 x/mnt
Suhu : 36 0C
BB : 52 Kg
TB : 150 cm
Postur Tubuh : Aga Bungkuk
g. Leher Kaku leher tidak terjadi, nyeri tekan tidak ada, tidak
ada pembesaran vena jugularis
5 4
5 4
F. Pengkajian Psikososial
Kasus 1
Jawaban Skore
Orientasi
(2021) (panas) (22) (Sabtu) (Mei) 5
Indonesia, jawa timur, mojokerto, Sularti 5
Registrasi
Bulpoin, kursi, sepatu
3
Perhatikan dan kalkulasi
(93) (-) (-) (-) (-)
1
Mengingat
Bulpoin, (-), (-)
1
Bahasa
Pensil, arloji
Tidak bisa 2
Bisa dilakukan 1
Bisa dilakukan 0
Tidak bisa 1
Tidak bisa 0
0
Jumlah 19
52
bergoyang, memegang
objek untuk dukungan.
Jumlah 2
Intervensi hasil
0-5 = resiko terjatuh rendah
6-10 = resiko terjatuh sedang
11-15 = resiko terjatuh tinggi
H. Pengkajian Lingkungan
1. PEMUKIMAN
Luas bangunan :
Bentuk bangunan : (1) Rumah
Jenis bangunan : (1) Permanen
Atap rumah : (1) Genting
Dinding : (1) Tembok
Lantai : (3) keramik
Kebersihan lantai : (1) baik
Ventilasi : (2) 15 % luas lantai
Pencahayaan : (1) Baik
Pengaturan penataan perabot : (1) baik
Kelengkapan alat rumah tangga : (1) lengkap
2. SANITASI
Penyediaan air bersih (MCK) : (2) Sumur
Penyediaan air minum : (1) air rebus sendiri (2) Beli (aqua)
Pengelolaan jamban : (3) pribadi
Jenis jamban : (1) Leher angsa
Jarak dengan sumber air : (1) < 10 meter
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) : (1) Lancar
Petugas sampah : (1) ditimbun
Polusi udara : (2) Rumah tangga
Pengelolaan binatang pengerat : (1) tidak
3. FASILITAS
Peternakan : (2) tidak
Perikanan : (2) tidak
Sarana olah raga : (2) tidak ada
Taman : (2) tidak
Ruang pertemuan : (2) tidak
Sarana hiburan : (1) ada Jenis : Televisi dan radio
58
Transportasi
Kondisi jalan masuk panti (2) tidak rata
Jenis transportasi yang dimiliki (2) sepeda motor Jumlah : 1
Komunikasi
Sarana komunikasi (1) ada
Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti : (1) telphon
Cara penyebaran informasi : (1) Langsung
I. Terapi
Prosogan 2 x 30mg
Braxidin 2 x 1 5mg
J. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds: Peningkatan tekanan Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri
vaskuler
pada perut sebalah kiri (ulu
hati), mual +, muntah -
Do :
1. Klien tampak gelisah
2. Nyeri Perubahan struktur
P : Nyeri perut
Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada perut
Vasokonstriksi
sebelah kiri(Ulu hati)
S: Skala nyeri 7
T : Nyeri hilang timbul
3. Wajah tampak
menyeringai Nyeri
4. Klien tampak
59
L. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri akut Setelah diberikan 1. Pemberian Analgesik
asuhan Observasi
keperawatan c. Identifikasi riwayat alergi obat
selama 2 x 24 d. Monitor tanda-tanda vital sebelum
jam diharapkan dan sesudah pemberian analgetik
nyeri menurun Terapeutik
dengan kriteria Dokumentasikan respons terhadap
hasil : efek analgetik dan efek yang tidak
Keluhan nyeri diinginkan
menurun
Tampak Edukasi
meringis Jelaskan efek terapi dan efek samping
menurun obat
Sikap
protektif Kolaborasi
menurun Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
Gelisah analgetik sesuai terapi
menurun
Kesulitan 2. Manajemen Nyeri
tidur Observasi
menurun d. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Frekuensi durasi, frekuensi, kualitas,
nadi intensitas nyeri
membaik e. Identifikasi skala nyeri Identifikasi
Tekanan darah respons nyeri non verbal
membaik f. Identifikasi faktor yang
Pola memperberat dan memperingan
napas nyeri
membaik Terapeutik
• Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
• Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (misalnya,
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
61
M. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Tgl 24 Mei 2021 Tgl 25 Mei 2021 Tgl 26 Mei 2021
Keperawatan
Nyeri akut Jam 08.00 Jam 08.00 Jam 08.00
1. Mengobservasi 1. Mengobservasi 1.
Skala nyeri Skala nyeri Skala nyeri
(numeric (numeric (numeric
verbal) pasien : verbal) pasien : verbal)
skala nyeri 5 skala nyeri 3 pasien : skala
2. Mengatur posisi 2. Mengobservasi nyeri 3
yang nyaman karakteristik 2.
untuk pasien : nyeri pasien : karakteristik
posisi supinasi nyeri seperti nyeri pasien :
3. Melakukan ditusuk-tusuk nyeri seperti
kompres dingin 3. Melakukan ditusuk-tusuk
pada pasien kompres dingin 3.
selama 15 pada pasien kompres dingin
menit : pasien selama 15 menit pada pasien
bersedia dan : pasien bersedia selama 15
mau dilakukan dan mau menit : pasien
kompres hangat dilakukan bersedia dan
4. Mencatat kompres hangat mau dilakukan
keluhan nyeri 4. Mencatat kompres hangat
pasien : nyeri keluhan nyeri 4.
seperti ditusuk- pasien : : nyeri nyeri pasien : :
tusuk sudah berkurang nyeri sudah
5. Memberikan 6. Memberikan berkurang
terapi obat terapi obat 5.
Prosogan 1 x 30 Prosogan 1 x 30 terapi obat
Mg Mg Prosogan 1 x
Braxidin 1 x 5 Braxidin 1 x 5 30 Mg
mg mg Braxidin 1 x 5
mg
N. Evaluasi
Diagnosa Tgl 24 Mei 2021 Tgl 25 Mei 2021 Tgl 26 Mei 2021
Keperawatan
Nyeri akut. S: nyeri pada perut S: nyeri pada perut S: nyeri sudah
sebalah kiri sebalah kiri berkurang
seperti ditusuk- seperti ditusuk-
tusuk tusuk tetapi O:
sudah menurun 1. Kesadaran :
63
O: O: composmentis
1. Kesadaran : 5. Kesadaran : 2. /Wajah tampak
composmentis composmentis menyeringai
2. Wajah tampak 6. Wajah tampak 3. Skala nyeri 2
menyeringai menyeringai 4. Pasien dapat
3. pasien : skala 7. pasien : skala menyebutkan
nyeri 6 nyeri 4 nyeri
4. Pasien dapat 8. Pasien dapat karakteristik
menyebutkan menyebutkan nyeri yang
nyeri karakteristik nyeri dirasakan
nyeri yang karakteristik A: Masalah teratasi
dirasakan nyeri yang sebagian
A: Masalah teratasi dirasakan P: Intervensi
sebagian A: Masalah teratasi dihentikan
P: Intervensi sebagian Berikan HE
dilanjutkan nomer P: Intervensi penatalaksanaan
1,2,3,5 dilanjutkan nyeri seperti teknik
nomer 1,2,3,5 relaksasi kompres
hangat atau dingin ,
serta anjurkan
keluarga dan pasien
untuk pasien dapat
istirahat dan
menjaga dietnya
untuk mencegah
kekambuhan
hipertensi
64
DAFTAR PUSTAKA
Corwin. E.J, (2011), Patofisiologi, Alih Bahasa Brahm U, Pandit Jakarta : EGC.
Judha, M., Sudarti, Fauziah, A. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri
Persalinan. Nuha Medika: Yogyakarta
Smeltzer, S.C & Bare, B.G, (2012), Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2,
Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk, Jakarta : EGC.
Sudoyo. (2011). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : FKUI IPD
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI