Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KONSEP MENUA

A. Definisi
Proses menua merupakan proses normal yang dimulai sejak
pembuahan dan berakhir pada kematian. Sepanjang hidup tubuh berada pada
keadaan dinamis, ada pembangunan dan ada perusakan. Pada saat
pertumbuhan, proses pembangunan lebih banyak daripada proses perusakan.
Setelah tumbuh secara faali mencapai tingkat kedewasaan, proses perusakan
secara berangsur akan melebihi proses pembangunan. Inilah saatnya terjadi
proses menua atau aging (Nugroho, 2012).
Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang
mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu (Fatmah, 2010).
Lanjut usia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan (Muhith & Siyoto, 2016).
B. Etiologi
1. Teori Biologi
Teori biologi adalah ilmu alam yang mempelajari kehidupan dan
organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi,
persebaran, dan taksonominya. Ada beberapa macam teori biologis, di
antaranya sebagai berikut:
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutation Theory).
Menurut Hayflick (1961) dalam Muhith & Siyoto (2016), menua telah
terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin
(terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).
b. Teori Interaksi Seluler
Menurut Berger (1994) dalam Muhith & Siyoto (2016), bahwa sel-sel
yang saling berinteraksi satu sama lain dan memengaruhi keadaan
tubuh akan baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam suatu
harmoni. Akan tetapi, bila tidak lagi demikian maka akan terjadi
kegagalan mekanisme feed-back dimana lambat laun sel-sel akan
mengalami degenerasi.
c. Teori Replikasi DNA
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan merupakan akibat
akumulasi bertahap kesalahan dalam masa replikasi DNA sehingga
terjadi kematian sel. Kerusakan DNA akan menyebabkan
pengurangan kemampuan replikasi ribosomal DNA (rDNA) dan
memengaruhi masa hidup sel. Sekitar 50% rDNA akan menghilang
dari sel jaringan pada usia 70 tahun.
d. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tubuh tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan
sel-sel lelah terpakai.
e. Teori Ikatan Silang
Merupakan akibat dari terjadinya ikatan silang yang progresif antara
protein-protein intraselular dan interselular serabut kolagen. Ikatan
silang meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini
mengakibatkan penurunan elastisitas dan kelenturan kolagen di
membran basalis atau di substansi dasar jaringan penyambung.
f. Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan
organik yang selanjutnya menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g. Reaksi dari Kekebalan Sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah atau sakit.
2. Teori Kejiwaan Sosial
Teori kejiwaan sosial meneliti dampak atau pengaruh sosial
terhadap perilaku manusia. Teori ini melihat pada sikap, keyakinan, dan
perilaku lansia. Ada beberapa macam teori kejiwaan sosial menurut
Muhith & Siyoto (2016), diantaranya sebagai berikut:
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Teori ini mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
1) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan
keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
2) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
b. Teori kesinambungan (Continuity Theory)
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang
pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi
lansia. Dan hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup perilaku dan
harapan seseorang ternyata tak berubah walaupun ia menjadi lansia.
c. Teori Penarikan Diri (Disengagement Theory)
Teori ini menerangkan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara
perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal
tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para
lansia menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia
menurun, baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
d. Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti
perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theory adalah:
1) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
2) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan
sosial yang baru, yaitu pensiun dan/atau menjanda atau menduda.
3) Lansia harus menyesuaikan diri akibat perannya yang berakhir
dalam keluarga, kehilangan identitas, dan hubungan sosialnya
akibat pensiun atau ditinggal mati oleh pasangan hidup dan
teman-temannya.
3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hierarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hierarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia. Kebutuhan ini
memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar
manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada
tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan
tersebut tercapai.
b. Teori Individual Jung
Teori ini membahas perkembangan dari seluruh fase kehidupan, yaitu
mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda,
usia pertengahan, sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari ego,
ketidaksadaran seseorang, dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori
ini kepribadian digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar
(ekstrovert) atau ke arah subjektif, pengalaman-pengalaman dari
dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat
pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental.
C. Manifestasi Klinik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ
tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem musculoskeletal, sistem genetalia urinaria, perubahan
kondisi mental, dan psikososial (Bandiyah, 2009 dalam Muhith & Siyoto,
2016) .

1. Perubahan fisik
a. Sel
Jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra dan ekstraseluler.
b. Sistem Pernafasan
Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang. Sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reflek batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
c. Sistem Persarafan
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu.
d. Sistem Penglihatan
Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap
sinar. Lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak.
Menurunnya lapang pandang dan menurunnya daya untuk
membedakan antara warna biru dengan hijau pada skala pemeriksa.
e. Sitem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
f. Sistem Genetalia Urinaria
Pada kandung kemih terjadi penurunan kerja otot, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml dan menyebabkan frekuensi BAK meningkat.
Pada ginjal terjadi pengecilan nefron sehingga aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%.
g. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi tulang rapuh, risiko terjadi fraktur, kifosis, persendian besar
dan kaku, pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
(tinggi badan berkurang).
h. Perubahan Kondisi Mental
Pada lansia biasanya terjadi kemunduran daya ingat
(memori/kenangan). Terdapat dua macam kenangan, yaitu:
1) Kenangan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu.
2) Kenangan jangka pendek: 0-10 menit, kenangan yang buruk.
Pada intelligence quotient (IQ):
1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan kepekaan verbal.
2) Berkurangnya penampilan, persepsi, dan keterampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-
tekanan dari faktor waktu.
i. Perubahan Psikososial
1) Pensiun: nilai seseorang diukur oleh produktivitasnya, identitas
dikaitkandengan peranan dalam pekerjaan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian.
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
dengan lingkup gerak lebih sempit.
4) Perkembangan Spiritual
Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya
karena agama semakin terintegrasi dalam kehidupan (Nugroho,
2008).
D. Faktor Yang Mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan menurut Bandiyah (2009)
dalam Muhith & Siyoto (2016) adalah:
1. Hereditas atau genetik
Secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam inti sel
dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu
memiliki harapan hidup yang berbeda pula.
2. Nutrisi atau makanan
Konsumsi makan yang cukup dan seimbang yang dilakukan pada masa
muda akan berpengaruh pada kesehatan lansia yang prima dan tetap
produktif di hari tua.
3. Status kesehatan
Setiap individu memiliki riwayat penyakit semasa hidupnya. Individu
yang memiliki riwayat kesehatan kurang baik mempunyai resiko
mengalami proses penuaan lebih cepat dan mengalami penyakit-penyakit
degeneratif.
4. Pengalaman hidup
Setiap orang mempunyai gaya hidup tertentu yang di bentuk dan
dilakukan sepanjang masa hidupnya. Gaya hidup yang kurang baik pada
masa muda akan berakibat buruk pada masa tuanya. Misal gaya hidup
merokok, akan beresiko menderita penyakit jantung.
5. Lingkungan
Seseorang yang hidup di lingkungan yang kurang baik, misal memiiki
tingkat polusi udara yang tinggi seperti di sekitar pabrik-pabrik beresiko
mengalami penyakit paru-paru di masa tuanya.
6. Stress
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dan
mengendalikan emosinya. Tingkat sress yang tinggi berpengaruh pada
masa tuanya.
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Arthritis gout merupakan suatu sindrom yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut yang banyak pada pria daripada wanita, arthritis
gout muncul sebagi serangan keradangan sendi yang timbul berulang (Helmi,
2011).
Gout merupakan terjadinya penumpukan asam urat dalam tubuh dan
terjadi kelainan metabolisme purin. Gout merupakan kelompok keadaan
heterogenous yang berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme
purin (hiperurisemia) (Brunner dan Suddarth, 2012).
Gout merupakan suatu penyakit metabolik yang merupakan salah satu
jenis penyakit reumatik dimana pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan
/ penurunan ekskresi asam urat (Arif, 2010).
B. Klasifikasi
1. Penyakit gout primer
Sebanyak 99% penyebab belum diketahui (ideopatik). Diduga berkaitan
degngan kombinasi factor genetic dan factor hormonal yang meyebabkan
gangguan metabolism yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi
asam urat atau bisa juga disebabkan karena berkurangnya pengeluaran
asam urat dari tubuh.
2. Penyakit gout sekunder
Penyekit ini disebekan oleh meningkatnya produksi asam urat arena
nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
Purin adalah salah satu senyawa basa ynag menyusun asam nukleat dan
termasuk dalam asam amino, unsure pembentukan protein. Penyakit asam
urat meninngkat juga karena obat-obatan, alcohol dan obesitas.
Tahapan gout arthritis meliputi
1. Tahap I (tahap artritis gout akut)
a. Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas
dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu
5 – 7 hari.
b. Karena cepat menghilang, maka sering penderita menduga kakinya
keseleo atau terkena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit
gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
2. Tahap II (tahap artritis  gout akut intermiten)  
a. Ditandai dengan serangan  artritis yang khas. 
b. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yg
jarak antara serangan yg satu& serangan berikutnya makin lama makin
rapat &lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah sendi
yang terserang makin banyak maka menimbulkan nyeri yang
berkepanjangan.
3. Tahap III (tahap artritis gout kronik bertofus)  
a. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun
atau lebih. 
b. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang
sering  meradang yang disebut sebagai tofus.
c. Tofus ini berupa benjolan keras yang  berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal urat. Tofus ini akan mengakibatkan 
kerusakan pd sendi dan tulang di  sekitarnya.
C. Etiologi
Menurut Nur, intan (2013) penyebab utama terjadinya gout adalah karena
adanya deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam
urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan
Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
1. Faktor predisposisi terjadinya penyakit gout adalah:
a. Umur
b. Umumnya pada usia pertengahan, tetapi gejala bisa terjadi lebih awal
bila terdapat factor herediter.
c. Jenis Kelamin
d. Lebih sering terjadi pada pria dengan perbandingan 20:1
e. Iklim
f. Lebih banyak ditemukan pada daerah dengan suhu yang lebih tinggi
g. Herediter
h. Factor herediter dominan autosomal sangat berperan dan sebanyak
25% disertai adanya hiperurikemi, keadaan-keadaan yang
menyebabkan timbulnya hiperurikemi
2. Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :                       
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang
menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat,
atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang akan menyebabkan : Pemecahan asam yang
dapat menyebabkan hiperuricemia.
c. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta
zolamid dan etambutol
3. Faktor Resiko Terjadinya Asam Urat
Tidak semua orang dengan peningkatann asam urat dalam darah
(hiperuremia) akan menderita penyakit asam urat. Namun ada beberapa
kondisi yang menyebabkan seseorang menderita penyakit asam urat,
diantaranya:
a. Pola makan yang tidak terkontrol. Asupan makanan yang masuk ke
dalam tubuh dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam
darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah
menjadi asam urat.
b. Seseorang dengan berat badan yang berlebihan (obesitas).
c. Suku bangsa tertentu. Menurut penelitian, suku bangsa di dunia yang
paling tinggi terserang asam urat adalah orang maori di Australia.
Sedangkan di Indonesia tertinggi pada penduduk pantai dan yang
paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola
makan ikan dan mengkonsumsi alcohol.
d. Peminum alcohol. Alcohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat
lewat utine ikut berkurang, sehingga asam urat tetap bertahan di dalam
darah.
e. Seseorang yang berumur ≥ 45 tahun biasanya pada laki-laki, dan
perempuan saat umur menepouse.
f. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit asam urat.
g. Seseorang kurang mengkonsumsi air putih.
h. Seseorang dengan gangguan ginjal dan hipertensi.
i. Seseorang yang menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama.
j. Seseorang yang mempunyai penyakit diabetes mellitus.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Edo (2014) manifestasi klinis yang ditimbulkan  pada penyakit asam
urat antara lain adalah sebagai berikut:
1. Nyeri hebat pada malam hari, sehingga penderita sering terbangun saat
tidur.
2. Saat dalam kondisi akut, sendi tampak terlihat bengkak, merah dan teraba
panas.
3. Disertai pembentukan Kristal natrium urat yang dinamakan thopi.
4. Terjadi deformitas (kerusakan) sendi secara kronis.
5. Thopi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
6. Peningkatan suhu tubuh.
a. Gangguan akut :
1) Nyeri hebat
2) Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
3) Sakit kepala
4) Demam.
b. Gangguan kronis :
1) Serangan akut
2) Hiperurisemia yang tidak diobati
3) Terdapat nyeri dan pegal
4) Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi
(penumpukan monosodium urat dalam jaringan).
Menurut Buditanto (2000) et al edo (2014) mengatakan, bahwa pasien
dengan gejala gout arthritis akan mengalami peradangan pada satu atau
beberapa persendian. Sendi metatarsophalangeal dengan jari kaki pertama.
Tapi tidak jarang seni lutut, tarsal, dan pergelangan kaki juga ikut terlibat.
Nyeri yang terbiasa dikeluhkan pasien adalah tajam dan terkadang membuat
pasien tidak bisa berjalan. Pada beberapa orang, nyeri dirasakan terutama
setelah bangun tidur.
E. Patofisiologi
Menurut Edo (2014) adanya gangguan metabolisme purin dalam
tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi
asam urat yang tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang
berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan
kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan
iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
1. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
2. Menurunnya ekskresi asam urat.
3. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam
urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh
tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon
inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya
merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum
urat maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit
ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada
ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat
nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah.
Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,
kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang
gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi
cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama
serangan gout.  Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-
6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut
dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun
lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau
gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi
yang besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus.
Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon
achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan
mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat
F. Penatalaksanaan
Menurut Edo (2014) Penatalaksanaan asam urat secara umum, dapat diatasi
dengan menggunakan pengobatan modern (kimia) ataupun pengobatan
tradisional.
1. Pengobatan Modern (Konvensional/Kimia)
Pengobatan modern ini biasa diperoleh dengan mengunakan resep dokter.
Obat-obatannya antara lain:
a. Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang berfungsi untuk
mengatasi nyeri sendi akibat proses peradangan.
b. Kortikosteroid, yang berfungsi sebagai obat anti radang dan menekan
reaksi imun. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk tablet atau
suntikan dibagian sendi yang sakit.
c. Imunosupresif, yang berfungsi untuk menekan reaksi imun. Obat ini
jarang digunakan karena efek sampingnya cukup berat yaitu dapat
menimbulkan penyakit kan ker dan bersifat racun bagi ginjal dan hati.
d. Suplemen antioksidan yang diperoleh dari asupan vitamin dan mineral
yang berkhasiat untuk mengobati asam urat. Asupan vitamin dan
mineral dapat diperoleh dengan mengkonsumsi buah atau sayuran
segar atau orange, seperti wortel.
2. Pengobatan Tradisional (Herbal)
a. Tanaman obat yang digunakan untuk penyakit asam urat berfungsi
sebagai anti radang, penghilang rasa sakit (analgesic). Membersihkan
darah dari zat toksik, peluruh kemih (diuretic) sehingga
memperbanyak urin, dan menurunkan asam urat. Adapun jenis
tanaman berkhasiat obat yang dapat digunakan untuk mengatasi asam
urat diantaranya yaitu (Saraswati, 2009 dalam Muhammad, 2010):
b. Mengkudu (Morinda Citrifolia), buah ini dipercaya memiliki khasiat
sebagai pengurang rasa nyeri dan anti-inflamasi alamiah. Ekstraknya
dapat menghambat enzim siklooksigenase-2 (COX-2) yang akan
menyingkirkan penimbul rasa nyeri, prostaglandin (PEG).
c. Sambiloto, efeknya adalah anti-radang, menghilangkan nyeri, dan
penawar racun.
d. Kumis kucing efeknya adalah anti-radang, peluruh kemih,
menghancurkan batu ginjal dari kristal adam urat.
e. Daun salam efeknya adalah sebagai peluruh kencing, penghilang nyeri.
f. Alang-alang, efeknya adalah peluruh kemih.
g. Temulawak, efeknya adalah anti radang, menghilangkan nyeri, dan
peluruh kemih
h. Jahe merah, efeknya adalah anti-radang, dan melancarkan sirkulasi
darah.
i. Kunyit, efeknya adalah anti-radang, menghilangkan nyeri,
melancarkan darah dan vital energy.
3. Pengobatan Modalitas
Terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai alternative pilihan
dalam pengobatan diminore primer adalah:
a. Kompres hangat
Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan
mempergunakan buli-buli panas yang di bungkus kain yaitu secara
konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam
tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan
akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri sendi yang
dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry & Potter, 2005)
b. Olahraga
Olahraga secara teratur dapat menimbulkan aliran darah sirkulasi darah
pada sendi menjadi lancar sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
Pelepasan endorphin alami dapat meningkatkan dengan olahraga
teratur yang akan menekan pelepasan prostaglandin, selain itu mampu
menguatkan kadar beta andorfin yaitu zat kimia otak yang berfungsi
meredakan rasa sakit (Sadoso, 1998).
c. Berhenti merokok dan mengkonsumsi alcohol
Kebiasaan-kebiasaan buruk ini, mempunyai efek negative terhadap
tubuh manusia, pada perokokk berat dapat meningkatkan durasi
terjadinya nyeri, hal ini berkaitan dengan peningkatan volume dan
durasi perdarahan selama nyeri. Dengan menghindari dan
menghilangkan kebiasaan tersebut, diharapkan efek negative dapat
dihilangkan sehingga nyeri tidak terjadi (Medicastore, 2004).
d. Pengaturan diet
Cara mengurangi dan mencegah rasa nyeri saat menstruasi, dianjurkan
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsium dan
makanan segar, seperti sayuran, buah-buahan, ikan, daging, dan
makanan yang mengandung vitamin B6 karena berguna untuk
metabolism estrogen (Medicastore, 2004).
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nur (2013) Untuk memastikan seseorang terkena got adalah dengan
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah, apabila kadar asam urat dalam
darah pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl dan pada wanita lebih dari 6 mg/dl,
maka dikatakan menderita asam urat tingii yang memicu terjadinya gout.
2. Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam. Kadar asam urat
dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800 mg/24 jam pada diet
biasa atau lebih dari 600 mg / 24 jam.
H. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan
perilaku sosial pada lansia
a. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :

Sistem Temuan Normal


Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda diarea
yang terpajan sinar matahari, pucat
meskipun tidak anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin, penurunan
perspirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan,
kondisi berlipat, kendur
Distribusi Penurunan jumlah lemak pada
lemak ekstremitas, peningkatan jumlah
diabdomen
Rambut Penipisan rambut
Kuku Penurunan laju pertumbuhan
Kepala dan Kepala Tulang nasal, wajah menajam, &
leher angular
Mata Penurunan ketajaman penglihatan,
akomodasi, adaptasi dalam gelap,
sensivitas terhadpa cahaya
Telinga Penurunan menbedakan nada,
berkurangnya reflek ringan,
pendengaran kurang
Mulut, Penurunan pengecapan, aropi papilla
faring ujung lateral lidah
Leher Kelenjar tiroid nodular
Thoraxs & Peningkatan diameter antero-
paru-paru posterior, peningkatan rigitas dada,
peningkatan RR dengan penurunan
ekspansi paru, peningkatan resistensi
jalan nafas
Sistem Peningkatan sistolik, perubahan DJJ
jantung & saat istirahat, nadi perifer mudah
vascular dipalpasi, ekstremitas bawah dingin
Payudara Berkurangnnya jaringan payudara,
kondisi menggantung dan mengendur
Sistem Penurunan sekresi keljar saliva,
pencernaan peristatik, enzim digestif, konstppasi
Sistem Wanita Penurunan estrogen, ukuran uterus,
reproduksi atropi vagina
Pria Penurunan testosteron, jumlah
sperma, testis
Sistem Penurunan filtrasi renal, nokturia,
perkemihan penurunan kapasitas kandung kemih,
inkontenensia
Wanita Inkontenensia urgensi & stress,
penurunan tonus otot perineal
Pria Sering berkemih & retensi urine.
Sistem Penurunan masa & kekuatan otot,
muskoloskele demineralisasi tulang, pemendekan
tal fosa karena penyempitan rongga
intravertebral, penurunan mobilitas
sendi, rentang gerak
Sistem Penurunan laju reflek, penurunan
neorologi kemampuan berespon terhadap
stimulus ganda, insomia, periode
tidur singkat

Pengkajian status fungsional :


Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari
secara mandiri.Indeks Katz adalah alat yang secara luas digunakan untuk
menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis.
Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan mengukur efek
tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Indeks ini
merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi, berpakaian,
toileting, berpindah, kontinen dan makan.
Tingkat Kemandirian Lansia :
A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi,
berpakaian dan mandi
B: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu
dari fungsi tambahan
C: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan
D: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil
G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
b. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul
akibat kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif.
Akan tetapi perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama
penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata.
Pengkajian status kognitif
1) SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual
terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam hubungan
dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh dan kemampuan
matematis.
2) MMSE (mini mental state exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,
registrasi,perhatian dank kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan nialu 21 atau
kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan leboh lanjut.
3) Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang
behubungan dengan depresi. Setiap hal direntang dengan menggunakan
skala 4 poin untuk menandakan intensitas gejala
c. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi
pada penuaan. Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa
perubahan biasa terjadi pada mayoritas lansia.
Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada
seluruh tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat
yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR
Keluarga. Instrument disesuaikan untuk digunakan pada klien yang
mempunyai hubungan social lebih intim dengan teman-temannya atau
dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi,
nilai 4 – 6 disfungsi keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin
tidak adanya bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera.
Faktor lingkungan yang harus diperhatikan :
a. Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari
b. Jalan bersih
c. Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
d. Alas kaki stabil dan anti slip
e. Kain anti licin atau keset
f. Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddath. (2012). Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC: Jakarta
Edo. (2014). Gout Artritis. http://cardiovaskular/2014/10/gout-artritis.pdf.upn. UPN.
Jakarta. Diunduh pada tanggal 22 April 2019 pukul 10.00 WITA.
Helmi, Zairin Helmi. (2011). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan   kedua.
Salemba Medika. Jakarta
Nur, Intan. (2013). Askep Pasien Dengan Asam Urat. askep-pasien-dengan-asam-
urat-gout-pirai.pdf. AKPER YAPPI. Sragen. Diunduh pada tanggal 22
April 2019 pukul 11.35 WITA.
Nurarif, Amin Huda., Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Medication
Publishing Jogjakarta: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai