Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DIAGNOSA MEDIS

HIPERTENSI DI BLOK B
UPTD GRIYA WERDA JAMBANGAN SURABAYA

Oleh :
Vian Arindra Jaya Yoga Pratama
NIM 2021024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TINGKAT II PARALEL


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2022
1. KONSEP PENUAAN
1.1.1 PENGERTIAN LANJUT USIA
Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No. 13
tahun 1998 adalah 60 tahun. Proses menua (Aging Process) Menurut
Paris Constantinides, 1994 Menua adalah suatu proses
menghilangnyasecara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi
secara normal, ketahananterhadap injury (termasuk infeksi) tidak seperti
pada saat kelahirannya.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang
mencapaidewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada
otot, susunan syaraf dan jaraingan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi
sedikit.

1.1.2 BATASAN UMUR LANJUT USIA


Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45
sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Depkes, membagi lansia sebagai berikut :


a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa
vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium.
1.1.3 TEORI PROSES MENUA
1. TEORI BIOLOGIK
a. TEORI GENETIK DAN MUTASI
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogaram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
b. PEMAKAIAN DAN RUSAK
Kelebihan usha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah.
c. AUTOIMUN
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah
dan mati.
d. TEORI STRES
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang bisa
digunakan regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan jaringan tidak dapat mempertahankan
lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
e. TEORI RADIKAL BEBAS
Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-
oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

2. TEORI SOSIAL
a. TEORI AKTIFITAS
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
b. TEORI PEMBEBASAN
Dengan bertambahnya usia, seorang secara berangsur
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga
kehilangan ganda yakni :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontrol sosial
3) Kekurangan komitmen.
c. TEORI KESINAMBUNGAN
Mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok kesinambungan adalah :
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran, pilih
peran dimasa lalunya yang dapat dipertahankan.
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara
adaptasi.

3. TEORI PSIKOLOGI

a. TEORI KEBUTUHAN MANUSIA MENURUT HIRARKI


MASLOW

Setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,kebutuhan


yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow11111954).
Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.Ketika
kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka
berusahamenemukannya pada tingkat selanjutnya sampai
urutan yang palingtinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.

b. TEORI INDIVIDUAL CARL JUNG (1960)

Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadiandari


seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak ,
masamuda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai
lansia.Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran
sesorang danketidaksadaran bersama.

Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia


luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalamandari
dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini
dapatdilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang
paling penting bagi kesehatan mental.

1.1.4 PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA

1. PERUBAHAN FISIK

a. SEL

Jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,


berkurangnya cairan intra dan extra seluler.

b. PERSARAFAN

Cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat


dalamrespon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca
indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran
timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya
keratin.

c. SISTEM PENGLIHATAN

Spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnyarespon


terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa
keruh,meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya
akomodasi, menurunnya lapang pandang.

d. SISTEM KARDIVASKULER

Katup jantung menebal dan menjadi kaku ,kemampuan


jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahunsetelah
berumur 20 tahun sehingga
menyebabkanmenurunnyakontraksi dan volume, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat.

e. SISTEM RESPIRASI

Otot-otot pernafasan menjadi kaku sehinggamenyebabkan


menurunnya aktifitas silia. Paru kehilanganelastisitasnya
sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.Kedalaman
pernafasan menurun.

f. SISTEM GASTROINTESTINAL

Kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera


pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendirdan atropi
indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnyasensitifitas
saraf pengecap untuk rasa manis dan asing.

g. SISTEM GENITOURINARIA

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofisehingga aliran


darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurunsampai 50
%. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadimeningkat.
Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,kapasitasnya
menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria
sulitditurunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia
urine.Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55
tahun. Padavulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput
lendir kering,elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang
dan menjadi alkali.

h. SISTEM ENDOKRIN

Pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon


menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal
metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti
: progesteron, estrogen dan testosteron.
i. SISTEM INTEGUMEN

Pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan


lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi
kelabu,sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal.
Kuku menjadikeras dan rapuh.

j. SISTEM MUSKULOSKELETAL

Tulang kehilangan densitasnya dan makinrapuh menjadi


kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebutdiscusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabuterabit
otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam
dantremor.

2. PERUBAHAN MENTAL

Dari segi mental emosional sering muncul perasaan


pesimis,timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, merasa
terancam akantimbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan
karena tidak bergunalagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk
mandiri serta cenderung bersifat entrovert.Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan.

Lingkungan Kenangan (memori) ada 2 :

a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari


yang lalu
b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk.

Intelegentia Question :

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan


perkataan verbal

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan


psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan,
karena tekanan-tekanandari faktor waktu.

3. PERUBAHAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL

Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan


sangat beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersang
kutan. Padasaat ini orang yang telah menjalani kehidupan nya
dengan bekerjamendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya
dengan masa pensiun.Bila ia cukup beruntung dan bijaksana.

Mempersiapkan diri untuk masa pensiun dengan menciptaka


bagi dirinya sendiri berbagai bidang minatuntuk memanfaatkan
waktunya, masa pensiunnya akan memberikankesempatan untuk
menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun
berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang
akrab dandisingkirkan untuk duduk-duduk dirumah atau bermain
domino di klub pria lanjut usia.Perubahan mendadak dalam
kehidupan rutin barang tentu membuatmereka merasa kurang
melakukan kegiatan yang berguna.

a. MINAT

Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah


dalamkuantitas maupun kualitas pada masa lanjut usia.
Lazimnya minatdalam aktifitas fisik cendrung menurun dengan
bertambahnya usia.Kendati perubahan minat pada usia lanjut
jelas berhubungan denganmenurunnya kemampuan fisik, tidak
dapat diragukan bahwa hal haltersebut dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosial.

b. ISOLASI DAN KESEPIAN

Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut


usiaterisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang
mampumengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Makin
menurunnyakualitas organ indera yang mengakibatkan
ketulian, penglihatan yangmakin kabur, dan sebagainya.

Selanjutnya membuat orang lanjut usiamerasa terputus


dari hubungan dengan orang-orang lain.Faktor lain yang
membuat isolasi makin menjadi lebih parahlagi adalah
perubahan sosial, terutama mengendornya ikatankekeluargaan.
Bila orang usia lanjut tinggal bersama sanaksaudaranya,
mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi jarang
menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut usia
menjaditerisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia
hidup
sendiri.Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalik
an perasaan dengan akal melemah dan orang cendrung kurang
dapatmengekang dari dalam prilakunya.

Frustasi kecil yang pada tahapusia yang lebih muda tidak


menimbulkan masalah, pada tahap inimembangkitkan luapan
emosi dan mereka mungkin bereaksi denganledakan amarah
atau sangat tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa yang
menurut kita sepele.

c. PERANAN IMAN

Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut


memungkinkanorang yang sudah tua tidak begitu membenci
dan merasa kuatir dalammemandang akhir kehidupan
dibanding orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir
tidak dapat disangkal lagi bahwa iman yangteguh adalah
senjata yang paling ampuh untuk melawan rasa takutterhadap
kematian.

Usia lanjut memang merupakan masa dimanakesadaran


religius dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan
iman bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan permul
aan yang baru memungkinkan individu menyongsong akhir kehi
dupan dengan tenang dan tentram.

d. PERUBAHAN SPRITUAL

1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam


kehidupan(Maslow,1970).

2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya,


hal ini terlihatdalam berfikir dan bertindak dalam sehari-
hari (Murray danZentner,1970).

3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut


Folwer (1978),Universalizing, perkembangan yang dicapai
pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintaikeadilan.

1.1.5 Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia

Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan


petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan,
perawatan dan meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia. Tujuan
pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :

1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang


setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau
gangguan.

2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan


mental
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kemandirian yang optimal.

4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada


lansia yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat
mengadapi kematian dengan tenang dan bermartabat.

Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia,


pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan
pelayanan sosial lansia dan pusat pemberdayaan lansia.

1.1.6 PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA

1. PENDEKATAN FISIK

Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan


pendekatan fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan,
kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik
pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas
penyakitnya. Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia
dapat dibagi 2 bagian:

a. Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik


yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu
melakukannya sendiri.

b. Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami


kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien lansia ini, terutama yang berkaitan dengan
kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatan.

2. PENDEKATAN PSIKOLOGIS

Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan


pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan
sebagai pendukung terhadap segala sesuatu yang asing,
penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab. Perawat
hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas. Perawat harus
selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap.

3. PENDEKATAN SOSIAL

Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah


satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia
berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antar lania maupun lansia
dengan perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan
rekreasi. Lansia perlu dimotivasi untuk membaca surat kabar dan
majalah.

1.1.7 PRINSIP ETIKA PADA PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan


pada lansia adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :

1. EMPATI

Istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas dasar


pengertian yang dalam”artinya upaya pelayanan pada lansia harus
memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih
sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita
tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak
berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over protective dan belas-
kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatrik harus memahami
peroses fisiologis dan patologik dari penderita lansia.

2. NON MALEFICENCE DAN BENEFICENCE

Pelayanan pada lansia selalu didasarkan pada keharusan


untuk mengerjakan yang baik dan harus menghindari tindakan yang
menambah penderitaan (harm). Sebagai contoh, upaya pemberian
posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri, pemberian
analgesik (kalau perlu dengan derivat morfina) yang cukup,
pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang
mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.

3. OTONOMI

yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak


untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya
sendiri. Tentu saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di
bidang geriatri hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah lansia
dapat membuat keputusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika
ketimuran, seringakali hal ini dibantu (atau menjadi semakin
rumit ?) oleh pendapat keluarga dekat.

Jadi secara hakiki, prinsip otonomi berupaya untuk melindungi


penderita yang fungsional masih kapabel (sedangkan non-
maleficence dan beneficence lebih bersifat melindungi penderita
yang inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah
memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang menjadi wakil dari
orang lain untuk membuat suatu keputusan (misalnya seorang ayah
membuat keputusan bagi anaknya yang belum dewasa).

4. KEADILAN
Yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan
perlakuan yang sama bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan
seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan
atas dasar karakteristik yang tidak relevan.

5. KESUNGGUHAN HATI

Suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang


diberikan pada seorang lansia.
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

1. PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal
secara terus menerus lebih dari satu periode, dengan tekanan sistolik
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. (Aspiani, 2014).

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu :
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama
dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90
mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila diastolik 141-
149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila diastolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama
dengan 95 mmHg.

Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah


yang mendadak (sistole > 180 mmHg dan atau diastole > 120 mmHg),
pada penderita hipertensi yg membutuhkan penanggulangan segera yang
ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan
timbulnya atau telah terjadi tingginyatekanan darah bervariasi yang
terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah diantaranya :
a. Hipertensi emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang
segera dengan obat antihipertensi parental karena adanya
kerusakan organ target yang progresif dan diperlukan tindakan
penurunan TD yang segera dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif atau tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam penuruna tekanan darah dapat
dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

3. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut (Aspiani, 2014) :
a. HIPERTENSI PRIMER ATAU HIPERTENSI ESENSIAL
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya, faktor yang mempengaruhi yatu (Aspiani, 2014) :
1) GENETIK
Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki
riwayat keluarga yang memiliki tekanan darah tinggi.
2) JENIS KELAMIN DAN USIA
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi dan laki-laki lebih
tinggi dari pada perempuan.
3) OBESITAS
Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau
usia pertengahan resiko hipertensi meningkat.
4) SERUM LIPID
Meningkatnya triglycerida atau kolesterol meninggi resiko
dari hipertensi.
5) DIET
Meningkatnya resiko dengan diet sodium tinggi, resiko
meninggi pada masyarakat industri dengan tinggi lemak, diet
tinggi kalori.
6) MEROKOK
Resiko terkena hipertensi dihubungkan dengan jumlah
rokok dan lamanya merokok.

7) STRES PEKERJAAN
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka
mengalami stress berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang
pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya
tekanan darah dalam waktu yang panjang.
8) ASUPAN GARAM
Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan
darah. Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki
kecenderungan menderita hipertensi secara keturunan memiliki
kemampuan yang lebih rendah untuk mengeluarkan garam dari
tubuhnya
9) AKTIVITAS FISIK (OLAHRAGA)
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan
hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tekanan darah.

b. HIPERTENSI SEKUNDER
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas, apabila
dapat dilakukan perbaikan pada stenosis atau apabila ginjal yang
terkena diangkat tekanan darah akan kembali ke normal (Aspiani,
2014).

4. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang
timbul akibat berbagai interaksi faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor
resiko yang mendorong timbulnya kenaikan.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah
kapiler, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah kapiler.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

5. PATHWAY
6. TANDA GEJALA
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014)
menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau
tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang
tibul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita
sebagai berikut :
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar
d. Berdebar
e. Telinga berdenging
Menurut teori (Brunner & Suddart, 2014) klien hipertensi mengalami
sakit kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah
akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan
peningkatan vaskuler cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan sakit
kepala sampai tengkuk pada klien hipertensi.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosa hipertensi menurut Doenges (2000) antara lain :
a. EKG : Hipertensi ventrikel kiri pada keadaan kronis lanjut
b. Kalium dalam serum : meningkat dari ambang normal
c. Pemeriksaan gula darah : post pradial jika ada indikasi DM
d. Urine :
1) Ureum, Kreatinin : meningkat pada keadaan kronis dan
lanjut dari ambang normal
2) Protein Urine : positif
8. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut tambayong (2000) yang mungkin terjadi pada
hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Gagal jantung
b. Stroke (pendarahan otak)
c. Hipertensi maligna : kenaikan retina, ginjal dan cerabol
d. Hipertensi ensefalopi : komplikais hipertensi maligma dengan
gangguan otak
e. Infark miokardium : dapat terjadi apabila rteri koroner yang
anterokrotiktidak dapat menyuplai cukup oksigen kemiokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut.
f. Gagal ginjal : karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler ginjal, gromerulus dengan rusaknya glomerulus
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal nefron
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian .
dengan rusaknya membran gromerulus , protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan Hipertensi Penatalaksanaan hipertensi meliputi
modifikasi gaya hidup namun terapi antihipertensi dapat langsung dimulai
untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta dan hipertensi derajat 2.
Penggunaan antihipertensi harus tetap disertai dengan modifikasi
gaya hidup.
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
a. Target tekanan darah <150/90 untuk individu dengan diabetes,
gagal ginjal dan individu dengan usia > 60 tahun <140/90
b. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.
c. Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target
indeks massa tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik
yaitu 18,5-22,9 kg/m2 ),
d. kontrol diet berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-
buahan, sayur-sayuran, serta produk susu rendah lemak
jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana konsumsi
NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari.
e. disarankan target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari dilakukan
paling tidak 3 hari dalam seminggu serta pembatasan konsumsi
alkohol.
Jenis obat antihipertensi:
a. DIURETIK
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan
berefek pada turunnya tekanan darah. Contoh obat-obatan ini
adalah: Bendroflumethiazide, Chlorthizlidone, Hydrochlorothiazide,
dan Indapamide.
b. ACE-INHIBITOR
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek
samping yang sering timbul adalah 10 batuk kering, pusing sakit
kepala dan lemas. Contoh obat yang tergolong jenis ini adalah
Catopril, Enalapril, dan Lisinopril.
c. CALSIUM
Channel Blocker Golongan obat ini berkerja menurunkan
menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi
otot jantung (kontraktilitas). Contoh obat yang tergolong jenis obat ini
adalah Amlodipine, Diltiazem dan Nitrendipine.
d. ARB
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah
Eprosartan, Candesartan, dan Losartan.
e. BETA BLOCKER
Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita
yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma
bronchial. Contoh obat yang tergolong ke dalam beta blocker adalah
Atenolol, Bisoprolol, dan Beta Metoprolol.
3.1 KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1.3.1 IDENTITAS KLIEN
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, alamat asal,
tanggal datang ke panti dan lama tinggal lansia di panti.

1.3.2 DATA KELUARGA


Data keluarga merupakan data dari wali lansia yang meliputi
nama, hubungan dengan lansia, pekerjaan, alamat dan nomor telepon.

1.3.3 STATUS KESEHATAN SEKARANG


Status kesehatan sekarang merupakan keluhan utama yang
dirasakan lansia, pengetahuan lansia mengenai hipertensi, serta usaha
yang dilakukan lansia untuk mengatasi keluahan dan riwayat obat-obatan
yang dikonsumsi.

1.3.4 AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT


PROSES MENUA)
1. KONDISI UMUM
Mengkaji kondisi lansia seperti adanya perubahan berat badan
sebelum sakit dan sesudah sakit.
2. INTEGUMEN
Mengkaji adanya luka, perubahan pigmen dan memar.
3. HEMATPOETIC
Mengkaji adanya perdarahan abnormal, pembengkakan
kelenjar limfe, anemia maupun riwayat sebelumnya.
4. KEPALA
Mengkaji adanya keluhan sakit kepala, pusing, gatal pada kulit
kepala.
5. MATA
Mengkaji adanya perubahan pengelihatan penggunaan
kacamata maupun riwayat keluhan nyeri mata dan riwayat infeksi
mata.
6. TELINGA
Menngkaji adanya penuruna pendengaran, penggunaan alat
bantu dengar, riwayat infeksi dan kebiasaan membersikan telinga.
7. MULUT TENGGOROKAN
Mengkaji adanya nyeri telan keluhan sulit menelan, pendarahan
pada gusi, karies, penggunaan gigi palsu, riwayat infeksi dan pola
sakit gigi.
8. LEHER
Mengkaji adanya kekakuan leher dan nyeri tekan pada leher.
9. PERNAFASAN
Mengkaji adanya riwayat asma, keluhan batuk dan nafas
pendek.

10. SPIRITUAL
Mengkaji aktifitas ibadah lansia dan hambatan untuk beribadah.
11. LINGKUNGAN
Mengkaji kondisi kamar tidur, kamar mandi dan lingkungan
sekitar lansia.

1.3.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederah fisiologis :
a. Peningkatan tekanan vaskuler cerebral (D.0077)
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya
kontrol tidur (D.0055)
c. Intoleranasi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(D.0056).

1.3.6 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. NYERI
Berhubungan dengan agen pencidera fisiologis peningkatan
tekanan vaskuler cerebral (D.0077). tujuan setelah dilakukan
tindakan perawatan diharapkan klien dapat mengontrol nyeri dengan
kriteria hasil :
a. mengenal faktor nyeri
b. tindakan pertolongan non farmakologi
c. melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan
managemen nyeri
d. menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi : Managemen Nyeri
a. kaji nyeri secara komperhensif meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas.
b. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
c. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
mengekspresikan nyeri
d. Ajarkan menggunakan teknik non farmakologis / teknik
relaksasi progresive
e. Berikan analgetik sesuai anjuran
f. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat

2. INTOLERANSI AKTIFITAS
Berbanding dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056). Tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan tidak terjadi intoleransi aktifitas dengan
kriteria hasil :
a. Meningkatkan energi untuk melakukan aktiftas sehari –
hari
b. Menunjukkan penurunan gejala -gejala intoleransi
aktifitas.

Intervensi : Managemen Energi


a. Tentukan keterbatasan klien terhadap aktifitas
b. Tentukan penyebab lain kelelahan
c. Observasi asupan nutrisi sebagai sumber energi yang
adekuat
d. Observasi respons jantung terhadap aktifitas (mis :
takikardia, distrimia, dyspnea, diaphoresis, pucat, tekanan
hemodinamik dan frekuensi pernafasan)
e. Dorong klien melakukan aktifitass sebagai sumber energi.

1.3.7 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang baik menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

1.3.8 EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses
keperawatan. Namun, evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari
proses keperawatan yang mengacu pada penilaian, tahapan, dan
perbaikan. Pada tahap ini perawat dapat menemukan mengapa suatu
proses keperawatan dapat berhasil atau gagal.

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

Nama Wisma : Griya Werdha Blok B


Tanggal Pengkajian : Senin, 20 Juni 2022

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny S
Umur : 66 Tahun
Agama : Islam
Alamat Asal : Bratang Wetan 4 / 25 – B RT.005 / RW.008 Kel.
Ngagelrejo, Kec. Wonokromo, Kab/Kota. Surabaya.
Tanggal datang : 20 Maret 2019

2. DATA KELUARGA
Nama : Arif
Hubungan : TKSK Wonokromo
Pekerjaan :-
: Ngagel Baru I / 58 Kec. Wonokromo, Kab/Kota.
Alamat
Surabaya.

3. STATUS KESEHATAN SEKARANG


Keluhan utama Ny. S adalah sering cekot – cekot pada kepalanya terkadang
juga merasakan pegal – pegal.
Untuk mengatasi rasa tidak nyaman terdebut Ny. S beristirahat berbaring dan
meminta obat ke perawat Griya Werdha. TD 150 / 90 mmHg
Obat – obatan yang dikonsumsi Captopril, Amlodiphine.

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :


FUNGSI FISIOLOGIS
I. Kondisi Umum Ya Tidak
Kelelahan 
Perubahan BB 
Perubahan nafsu makan 
Masalah tidur 
Kemampuan ADL 
Keterangan
Ny. S mengatakan hanya mengalami pusing saja kadang –
kadang tetapi tidak mengganggu pola tidur dan perubahan nafsu
makan hanya saya kemampuan untuk Activy Daily Living (ADL)
beliau menggunakan Walker Tripot.

II. Integumen Ya Tidak


Leci / Luka 
Pruritus 
Perubahan Pigmen 
Memar 
Keterangan
Ny. S mengatakan jarang merasakan gatal – gatal pada
tubuhnya.

III. Hematopoetic Ya Tidak


Perdarahan Abnormal 
Pembengkakan Kelenjar Limfe 
Anemia 
Keterangan
Tidak adalah keabnormalan pada Hematopoetic

IV. Kepala Ya Tidak


Sakit Kepala 
Pusing 
Gatal pada kulit Kepala 
Keterangan
Ny. S mengatakan bahwa hanya merasakan sakit kepala tetapi
tidak merasakan gatal pada kulit kepalanya.

V. Mata Ya Tidak
Perubahan pengelihatan 
Pakai kacamata 
Kekeringan mata 
Nyeri 
Gatal 
Photopobia 
Diplopia 
Riwayat infeksi 
Keterangan
Ny. S merasa pengelihatannya berkurang, tidak memakai
kacamata dan tidak punya riwayat penyakit mata yang parah.
VI. Telinga Ya Tidak
Penurunan pendengaran 
Dischange 
Tinitus 
Vertigo 
Alat bantu dengar 
Riwayat infeksi 
Kebiasaan membersihkan telinga 
: Tidak berdampak pada
Dampak pada ADL
ADL
Keterangan
Ny. S mengatakan sering membersihkan telinga selama di panti,
kurang lebih seminggu 2 kali.

VII. Hidung Sinus Ya Tidak


Rhinorrhea 
Discharnge 
Epistaksis 
Obstruksi 
Snoring 
Alergi 
Riwayat infeksi 
Keterangan
Ny. S tidak merasakan nyeri maupun masalah pada sinusnya.

VIII. Mulut tenggorokan Ya Tidak


Nyeri telan 
Kesulitan menelan 
Lesi 
Perdarahan gusi 
Caries 
Perubahan rasa 
Gigi palsu 
Riwayat infeksi 
: 2x / hari
Pola sikat gigi
(Mandiri)
Keterangan

IX. Leher Ya Tidak


Kekakuan 
Nyeri tekan 
Massa 
Keterangan

X. Pernafasan Ya Tidak
Batuk 
Nafas pendek 
Hemoptisis 
Wheezing 
Asma 
Keterangan

XI. Kardiovaskuler Ya Tidak


Chest pain 
Palpitasi 
Dispnoe 
Paroximal Nocturnale 
Orhopnea 
Murmur 
Edema 
Keterangan

XII. Gastrointestial Ya Tidak


Disphagia 
Nausea / vomiting 
Hemateemesis 
Perubahan nafsu makan 
Massa 
Jaundice 
Perubahan pola BAB 
Melena 
Hemoroid 
Keterangan
Ny. S mengatakan bahwa BABnya tidak pasti, kadang sehari
sekali, terkadang 2 kali tetapi tidak pernah melebihi 3 x sehari.

XIII. Perkemihan Ya Tidak


Dysuria 
Frekuensi 
Hesitancy 
Urgency 
Hematuria 
Poliuria 
Oliguria 
Nocturia 
Inkontinensia 
Nyeri berkemih 
Keterangan
Ny. S mengatakan bahwa banyaknya buang air kecil tidak
menentuk 2 – 5x setiap hari.
XIV. Reproduksi Perempuan Ya Tidak
Lesi 
Dischange 
Postcoital bleeding 
Nyeri pelvis 
Prolap 
Riwayat menstruasi 
Ny. S mengatakan dahulu tidak ada gangguan saat menstruasi,
Ny. S lupa kapan terakhir menstruasi.
Aktifitas seksual 
Pap smear 
Keterangan

XV. Muskuloskeletal Ya Tidak


Nyeri sendi 
Bengkak 
Kaku sendi 
Deformitas 
Spasme 
Kram 
Kelemahan otot 
Masalah gaya berjalan 
Pola latihan
Ny. S mengatakan bahwa kalau waktu senam di panti beliau
selalu ikut senam.
Dampak ADL
Ny. S menggunakan alat walker tripod sebagai alat bantu jalan.
Keterangan
Ny. S mengatakan terkadang nyeri pada sendi lututnya.

XVI. Persyarafan Ya Tidak


Headache 
Seizures 
Syncope 
Tic / Tremor 
Paralysis 
Paresis 
Masalah memori 
Keterangan
Ny. S mengatakan sering merasa pusing.

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


Psikososial Ya Tidak
Cemas 
Depresi 
Ketakutan 
Insomnia 
Kesulitan konsentrasi 
Mekanisme Koping
Ny. S mengatakan bahwa dirinya hanya berusaha beribadah
sebaik mungkin dan pasrah jika sewaktu -waktu menghadapi
kematian.
Dampak pada ADL
Tidak berdampak pada ADL Ny. S menghadapi dengan apa
adanya berjalan begitu saja.
Spiritual
Aktifitas ibadah dari Ny. S rutin dari mengikuti solat jamaah yang difasilitasi oleh
panti dan mengikuti ibadah seperti mengaji dan mengikuti sholat dhuha di
musolah panti.
6. LINGKUNGAN
Kamar
Kamar tidur atau kasur Ny. S tampak selalu bersih dan rapih sirkulasi udara
dan cahaya matahari baik, penghijauan untuk mendukung oksigen baik.
Kamar Mandi
Kamar mandi tampak bersih tetapi sedikit berbau pesing karena digunakan
bersamaan dengan lansia yang lain.
Luar Ruangan Wisma
Tampak rapih segar karena banyak terdapat tanaman pohon – pohonan dan
kolam ikan yang membuat nyaman.

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES


I. Kemampuan Activity Daily Living (ADL)
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No. Kriteria Dengan Mandiri Skor
Bantuan yang
didapat
1. Makan 5 10 10
2. Berpindah dari berdiri ke tempat tidur atau sebaliknya 5 – 10 15 15
3. Personal toilet (mencuci muka, gosok gigi) 0 5 5
4. Keluar masuk toilet (berganti pakaian, menyeka,menyiram) 5 10 10
5. Mandi 0 5 5
6. Berjalan di permukaan datar 0 5 5
7. Naik turun tangga 5 10 10
8. Mengenakan pakaian 5 10 10
9. Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10. Kontrol Blader (BAK) 5 10 10
Jumlah
Katagori :
 Ketergantungan Total = 100
 Ketergantungan Parsial =
 Mandiri =

II. ASPEK KOGNITIF


MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nilai Nilai
No. Aspek Kognitif Kriteria
Maksimal Klien
Mampu menyebutkan dengan benar :
Hari : Senin
Tanggal :-
1. Orientasi 5 5
Bulan : Juni
Tahun : 2022
Musim : Hujan
Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia
Propinsi : Jawa Timur
2. Orientasi 5 5
Kabupaten : Surabaya
Panti :-
Wisma :B
Sebutkan 3 nama objek (misal : Kursi, Meja,
kertas). Kemudian pada klien menjawab :
3. Registrasi 3 3 1. Kursi
2. Meja
3. kertas
4. Perhatian dan 5 1 Meminta klien berhitung mulai dari 100
Kalkulasi kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
5 Mengingat 3 3
pada poin ke 2 (tiap poin nilai 1)
Menanyakan pada klien tenang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut).
1). Jam
2). Tongkat
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“tidak ada, dan, jika, atau tetapi) klien
menjawab :
Tidak ada dan jika, ada tetapi minta klien
untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri
3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh lantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.
6 Bahasa 9 9
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyain gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk Ny. S hanya bisa
menggambarkan 2 garis lurus.

Total Nilai 30 26

Interpretasi hasil :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Kesimpulan : Ny. S tidak mengalami gangguan kognitif.
III. TES KESEIMBANGAN
Time Up Go Test
No Tanggal pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1. Selasa, 21 Juni 2022 13
2. Selasa, 21 Juni 2022 15
Rata – rata waktu TUG 14 detik
Interpretasi hasil Resiko tinggi jatuh

Interpretasi hasil
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut :
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
> 30 detik
mobilitas dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook, Brauer & Woolacott:2000; Kristensen, Foss
& Kehlet: 2007; Podsiadlo & Richardson: 1991).
Skala Morse : Penilaian untuk resiko jatuh pada lansia

IV. KECEMASAN GDS


Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak Hasil
1 Anda puas dengan kehidupan anda 0 1 0
Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan
2 1 0 0
kesenangan
3 Anda merasa bahwa hidup anda hampa 1 0 0
4 Anda sering merasa bosan 1 0 1
5 Anda memiliki motifasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
6 Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi 1 0 1
7 Anda lebih merasa bahagia sepanjang waktu 0 1 0
8 Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 0
Anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar
9 1 0 1
melakukan sesuatu hal
Anda merasa memiliki banyak maslah dengan
10 1 0 0
ingatan anda
11 Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12 Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
Anda merasa diri anda sangat energik dan
13 0 1 0
bersemangat
14 Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari pada
15 1 0 0
anda
Jumlah 3
(Gerontic Depression Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

V. STATUS NUTRISI
Pengkajian determinasi nutrisi pada lansia
No Indikators Score Pemeriksaan
Penderita sakit atau kondisi yang
1 mengakibatkan jumlah dan jenis makanan 2 0
yang dikonsumsi
2 Makan kurang dari dua kali dalam sehari 3 0
3 Makan sedikit buah sayur / oahan susu 2 0
Mempunyai 3 atau lebih kebiasaan minum
4 2 0
minuman beralkohol setiap harinya
Mempunyai masalah dengan mulut atau
5 giginya sehingga tidak dapat makan 2 0
makanan keras
Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk
6 2 0
membeli mkanan
7 Lebih sering makan sendiri 4 0
8 Mempunyai keharusan menjalankan terapi 1 1
minum obat 3 kali sehari
Mengalami penurunan berat badan 5 kg
9 1 0
dalam 6 bulan terakhir
Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik
10 yang cukup untuk belanja, memasak atau 2 0
makan sendiri.
Total Score 1
(American Dietetic Assosiation and National Council on the Aging. Dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001).
Interpretasi :
0–2 : Good
3–5 : Moderate Nutritional Risk
6> : High Nutritional RIsk

V. FUNGSI SOSIAL LANSIA


APGAR Keluarga dengan Lansia
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
No Uraian Fungsi Skore
Saya puas bahwa saya dapat kembali pad
keluarga (teman-teman) saya untuk
1 ADAPTATION 2
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya.
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu
2 PARTNERSHIP 2
dengan saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya.
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya menerima dan mendukung
GROWTH 2
keinginan saya untuk melakukan aktifitas
atau arah baru
Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 1
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya
seperti marah sedih senang.
Saya puas dengan cara teman-teman saya
dan saya menyediakan waktu bersama RESOLVE 2
sama.
Katagori Skor :
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab
1) selalu : Skor 2
2) Kadang – kadang : Skor 1
3) Hampir tidak pernah : Skor 0 Total 9
Interpretasi
<3 = disfungsi berat
4-6 = disfungsi sedang
>6 = fungsi baik

ANALISA DATA DAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

Kemungkinan
No Data Masalah
penyebab
1. DS: Gangguan Fungsi Nyeri Kronis
1. Ny. S mengatakan kadang Metabolik (D.0078)
merasa pusing
2. kadang pegal – pegal pada
bagian tengkuk
3. terasa nyeri terkadang tetapi
sudah lama.
DO :
1. TD : 150 / 90 mmHg
P : Proses Penyakit
Q : Cekot – cekot
R : Kepala belakang Pudak.
S : 4-6 (Nyeri Sedang)
T : Hilang timbul
2. DS :
1. Ny. S mengatakan kalau
merasa pusing / cekot-cekot
meminta obat dan
Intoleransi
beristirahat.berbaring di kasur. Kelemahan
aktifitas (D.0056)
2. Merasa pegal dan capek.
DO :
1. TD :150 / 90 mmHg
2. Nadi : 110x per menit

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa (SDKI) Tujuan (SLKI) Rencana (SIKI)


1 Nyeri Kronis (D.0078) Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
DS: (L.08066) (I.08238)
1. Ny. S mengatakan Setelah dilakukan Observasi :
kadang merasa pusing tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
2. kadang pegal – pegal sebanyak 3 kali dalam karakteristik, durasi,
pada bagian tengkuk seminggu diharapkan frekuensi, kualitas,
3. terasa nyeri terkadang tingkat nyeri membaik, intensitas nyeri
tetapi sudah lama. dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
DO : 1. Keluhan nyeri 3. Faktor yang
TD : 150 / 90 mmHg menurun. memperberat dan
P : Proses Penyakit 2. Tekanan darah memperingan nyeri
Q : Cekot – cekot membaik Terapeutik
R : Kepala belakang Berikan teknik terapeutik
Pudak. non farmakologis
S : 4-6 (Nyeri Sedang) Edukasi
T : Hilang timbul 1. Menjelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
Kolaborasi
Pemberian Analgetik, jika
perlu.
2 Intoleransi aktifitas Toleransi Manajemen
(D.0056) Aktifitas(L.05047) Energi(I.05178)
DS : Setelah dilakukan Observasi :
1. Ny. S mengatakan tindakan keperawatan 1. Monitor kelelahan fisik
kalau merasa pusing sebanyak 3 kali selama dan emosional.
/ cekot-cekot seminggu diharapkan 2. Monitor lokasi dan
meminta obat dan toleransi aktifitas ketidaknyamanan
beristirahat.berbaring meningkat, dengan selama melakukan
di kasur. kriteria hasil : aktifitas.
2. Merasa pegal dan Perasaan lemah Terapeutik :
capek. menurun. 1. Sediakan lingkungan
DO : nyaman dan stimulus.
TD :150 / 90 mmHg 2. Berikan aktifitas
Nadi : 110x per menit latihan rentan gerak
aktif maupun pasif.
3. Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan.
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktifitas secara
bertahap
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang asupan
makanan.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Waktu Diagnosa Tindakan


1 Senin,20 Nyeri Kronis (D.0078) Manajemen Nyeri (I.08238)
Juni 2022 DS: Observasi :
1. Ny. S mengatakan kadang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
merasa pusing durasi, frekuensi, kualitas,
2. kadang pegal – pegal pada intensitas nyeri, skala nyeri.
bagian tengkuk Hasil :
3. terasa nyeri terkadang tetapi TD : 150 / 90 mmHg
sudah lama. P : Proses Penyakit
Q : Cekot – cekot
R : Kepala belakang Pudak.
S : 4-6 (Nyeri Sedang)
T : Hilang timbul

2. Faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri
Hasil :
DS :
Ny. S mengatakan ketika setelah
makan tak lama kemudian merasa
cekot – cekot dan ketika di beri obat
oleh perawat rasa nyeri menghilang.

Terapi :
Memberikan terapeutik
nonfarmakologis
Hasil :
Memberikan kompres air hangat
ke tengkuk Ny. S dan Ny. S
merasakan sedikit enak.

Edukasi
1. Menjelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis
Hasil :
1. Setelah dijelaskan faktor yang
menyebabkan nyeri dan faktor
pemicunya Ny. S
memahaminya tapi beliau
berkata “disini makan dan
minuman sudah disediakan
perawat jadi tidak bisa memilih
makanan”.
2. Setelah diajarkan kompres air
hangat pasien mengatakan
beliau tidak bisa melakukannya
sendiri karena bahan2 untuk
kompres harus minta tolong ke
perawat.

Kolaborasi :
Pemberian Amlodiphine 5mg 1x1

Intoleransi aktifitas (D.0056) Manajemen Energi(I.05178)


DS : Observasi :
1. Ny. S mengatakan kalau 1. Monitor kelelahan fisik dan
merasa pusing / cekot-cekot emosional.
meminta obat dan Hasil :
beristirahat.berbaring di Pasien kurang melakukan gerak
kasur. seperti lansia yang lain terlihat
2. Merasa pegal dan capek. sering duduk dan kurang aktifitas.
DO : 2. Monitor lokasi dan
TD :150 / 90 mmHg ketidaknyamanan selama
Nadi : 110x per menit melakukan aktifitas.
Hasil :
Pasien merasa tidak nyaman ketika
lama berdiri dan merasa cekot –
cekot pada lutut.

Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan nyaman
dan stimulus.
Hasil :
Setelah disediakan lingkungan yang
nyaman di teras panti dan diajak
ngobrol dan berjalan pasien lupa
dengan rasa nyeri dan merasa lebih
nyaman.
2. Berikan aktifitas latihan rentan
gerak aktif maupun pasif.
Hasil :
Setelah diberikan aktifitas senam
lansia untuk latihan suapaya
peredaran darah lancar dan
memicu perkuatan otot pasien
merasa gembira dan merasa lebih
fit.
3. Berikan aktifitas distraksi yang
menenangkan.
Hasil :
Setelah dilakukan aktifitas distraksi
dengan bercerita saling menasehati
pasien lebih merasa bersemangat
dan bertenaga.

Edukasi :
1. Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
Hasil :
Setelah dilakukan edukasi untuk
melakukan aktifitas secara perlahan
pasien memahami tetapi belum
terlaksana.

Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
asupan makanan.
Hasil :
Belum terlaksana karena panti tidak
memiliki ahli gizi.
EVALUASI

No Masalah Keperawatan SOAP


1. Nyeri Kronis (D.0078) Subjektif :
1. Ny. S mengatakan kadang merasa pusing
2. kadang pegal – pegal pada bagian tengkuk
3. terasa nyeri terkadang tetapi sudah lama.
Objektif :
TD : 150 / 90 mmHg
P : Proses Penyakit
Q : Cekot – cekot
R : Kepala belakang Pudak.
S : 4-6 (Nyeri Sedang)
T : Hilang timbul
Assesment
Masalah teratasi sebagian
Plan
1. Lanjutkan Intervensi pemberian
latihan senam untuk melancarkan
peredaran darah dan kekuatan otot.
2. Kolaborasi ahli gizi terkait asupan
yang menyebabkan hipertensi dan
timbulnya rasa nyeri.

2 Intoleransi aktifitas (D.0056) Subjektif :


1. Ny. S mengatakan kalau merasa pusing /
cekot-cekot meminta obat dan
beristirahat.berbaring di kasur.
2. Merasa pegal dan capek.
Objective :
TD :150 / 90 mmHg
Nadi : 110x per menit
Assesment
Masalah teratasi sebagian
Plan
1. Lanjutkan Intervensi pemberian latihan
senam untuk melancarkan peredaran
darah dan kekuatan otot.
2. Kolaborasi ahli gizi terkait asupan
yang menambah stamina dan tenaga.

Surabaya, 26 Juni 2022


Mahasiswa
Vian Arindra Jaya Yoga Pratama

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Lela Nurlela, S.Kp., M.Kes Heri Susanto, S.Kep. Ns

NIP. 03021

Anda mungkin juga menyukai