Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN GERONTIK

PROSES MENUA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI LANSIA

OLEH :
Norhadijah, S. Kep
113063J120047

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP TEORI MENUA


1.1 Definisi
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk mememperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Nugroho, W. 2016)
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley and
Patricia, 2016).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan)
secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan pada
saraf dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit
(Hadiwinoyo, 2015).

1.2 Batasan lanjut usia, teori menua dan etiologi


A. Batasan Usia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

1
Depkes, membagi lansia sebagai berikut :
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium
B. Teori-Teori Proses Menua
1. Teori Biologik
a. Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi
b. Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
c. Autoimun
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
e. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi
bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2. Teori Sosial
a. Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.

2
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan
ganda yakni :
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontrol sosial
3. Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup
seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1. Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus
aktif dalam
2. proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa
3. lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilangkan
4. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
5. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam
diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia
(Maslow, 2016). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang
berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi,
mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya

3
sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut
tercapai.
b. Teori individual jung
Carl Jung (2016) Menyusun sebuah terori perkembangan
kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa
kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia
pertengahan sampai lansia.
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang
dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian
digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif.
Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap
individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental
C. Etiologi Yang Mempengaruhi Penuaan :
1. Heredites atau keturunan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Strees

1.3 Manifestasi klinis


Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
1. Perubahan Organik
a) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b) Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya
menghilang.
c) Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d) Jumlah lemak meningkat.

4
e) Penggunaan oksigen menurun.
f) Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
g) Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h) Ekskresi hormon menurun.
i) Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
j) Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k) Lumen arteri menebal
2. Sistem Persarafan
Tanda:
a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel
neuroglial.
b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler,
parkinsonisme
b) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c) Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d) Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek,
dan menekukke depan
e) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala
3. Sistem Pendengaran
Tanda :
a) Hilangnya neuron auditorius
b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c) Peningkatan serumen
d) Angiosklerosis telinga

5
Gejala
a) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya,
penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan)
b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang
mengganggu, atau bila percakapan cepat.
c) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
4. Sistem Penglihatan
Tanda :
a) Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b) Penumpukan pigmen.
c) Penurunan kecepatan gerakan mata.
d) Atrofi otot silier.
e) Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f) Penurunan sekresi air mata.
Gejala :
a) Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan
adaptasi terhadap terang/gelap
b) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
c) Peningkatan insiden glaucoma
d) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh
e) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f) Peningkatan kekeringandan iritasi mata.
5. Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a) Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b) Aterosklerosis pembuluh darah
c) Peningkatan tekanan darah sistolik.
d) Penurunan komplian ventrikel kiri.
e) Penurunan jumlah sel pacemaker
f) Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.

6
Gejala:
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4
terdengar
c) Peningkatan aritmia
d) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f) Penurunan toleransi
6. Sistem Respirasi
Tanda:
a) Penurunan elastisitas jaringan paru.
b) Kalsifikasi dinding dada.
c) Atrofi silia.
d) Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c) Peningkatan resiko aspirasi
d) Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e) Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
7. Sistem Gastrointestinal
Tanda:
a) Penurunan ukuran hati.
b) Penurunan tonus otot pada usus.
c) Pengosongan esophagus makin lambat
d) Penurunan sekresi asam lambung.
e) Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan

7
b) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan
melambat
c) Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit
divertikuler
8. Sistem Reproduksi
Tanda :
a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c) Penurunan hormone dan oosit.
d) Involusi jaringan kelenjar mamae.
e) Poliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
a) kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b) penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c) penurunan elevasi testis
d) hipertrofi prostat
e) jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak,
sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan
9. Sistem Perkemihan
Tanda:
a) Penurunan masa ginjal
b) Tidak ada glomerulus
c) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d) Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e) Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala:
a) Penurunan GFR
b) Penurunan kemampuan penghematan natrium
c) Peningkatan BUN

8
d) Penurunan aliran darah ginjal
e) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual
f) Peningkatan urgensi
10. Sistem Endokrin
Tanda:
a) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen,
aldosteron, hormone tiroid
b) Penurunan termoregulasi
c) Penurunan respons demam
d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e) Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti
pembedahan
b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
e) Penambahan berat badan
f) Peningkatan insiden penyakit tiroid
11. Sistem Kulit Integumen
Tanda:
a) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b) Pendataran papilla
c) Atrofi kelenjar keringat
d) Penurunan vaskularisasi
e) Cross-link kolagen
f) Tidak adanya lemak sub kutan
g) Penurunan melanosit
h) Penurunan poliferasi dan fibroblas

9
Gejala:
a) Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b) Kekeringan dan pruritus
c) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan
menyebabkan timbulnya nyeri
f) Penyembuhan luka makin lama
12. Sistem Muskuloskletal
Tanda:
a) Penurunan massa otot
b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a) Penurunan kekuatan otot
b) Penurunan densitas tulang
c) Penurunan tinggi badan
d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
e) Peningkatan risiko fraktur
f) Perubahan cara berjalan dan postur

1.4 Proses Menua Secara Anatomi Fisiologi


Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya penurunan anatomis
dan fungsional yang sangat besar. Andrea dan Tobin (peneliti),
memperkenalkan “Hukum 1%”, yang menyatakan bahwa fungsi organ
akan mengalami penurunan sebanyak 1% setiap tahunnya setelah usia 30
tahun (Martono, 2015).
Pada lansia sering dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan
kemampuan gerak dan fungsi. Menurut Kamso yang dikutip oleh Zuhdi

10
(2017), pada lansia terjadi penurunan kekuatan sebesar 88%, fungsi
pendengaran 67%, pengelihatan 72%, daya ingat 61%, serta kelenturan
tubuh yang menurun sebesar 64%. Permasalahan yang muncul pada lansia
dapat disebabkan karena adanya perubahan fisiologis yang terjadi pada
tubuh. Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi akibat proses penuaan
antara lain:
1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,
berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat
dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra
sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani,
terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa
keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya
akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku ,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
tekanan darah meningkat..
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi
buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput
lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian
hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin

11
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR
menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa
menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika
urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat
retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas
55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput
lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan
menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi
hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan
basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu,
sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku
menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan
makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang
yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan
atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban
bergerak. otot kram dan tremor
2. Perubahan Mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya
dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau
pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum

12
makin mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap
kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis,
timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna
lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri serta
cenderung bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu
b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-
tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat
beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan.
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupan nya dengan
bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan
masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan
diri untuk masa pensiun dengan menciptakan bagi dirinya sendiri
berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa

13
pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa
hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari
lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk
duduk-duduk dirumah atau bermain domino di klub pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat
mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna.
a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam
kuantitas maupun kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat
dalam aktifitas fisik cendrung menurun dengan bertambahnya usia.
Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan
dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan
bahwa hal hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
b. Isolasi dan Kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia
terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu
mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Makin menurunnya
kualitas organ indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan
yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang
lanjut usia merasa terputus dari hubungan dengan orang-orang
lain. Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah
lagi adalah perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan
kekeluargaan. Bila orang usia lanjut tinggal bersama sanak
saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi
jarang menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut usia
menjadi terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia hidup
sendiri. Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan
perasaan dengan akal melemah dan orang cendrung kurang dapat
mengekang dari dalam prilakunya. Frustasi kecil yang pada tahap
usia yang lebih muda tidak menimbulkan masalah, pada tahap ini

14
membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi
dengan ledakan amarah atau sangat tersinggung terhadap
peristiwa-peristiwa yang menurut kita tampaknya sepele.
c. Peranan Iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan
orang yang sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir
dalam memandang akhir kehidupan dibanding orang yang lebih
muda. Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa
iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk melawan
rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan
masa dimana kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat.
Keyakinan iman bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan
permulaan yang baru memungkinkan individu menyongsong akhir
kehidupan dengan tenang dan tentram.
4. Perubahan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan
(Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner, 1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai keadilan.

1.5 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Stanley dan Patricia, 2017 Pemeriksaan laboatorium rutin
yang perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan
kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia yang belum diketahui
adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :

15
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin

1.6 Penatalaksanaan
Ada 3 tahapan dalam terapi :
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mnecegah penimbunan kristal urat
pada jaringan, terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik
a. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan
proses menua. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan
kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan
menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan
terbukti efektif.
b. Terapi farmakologi
1) Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 159 mg/hari, merupakan
terapi dini pertama dalam menangani serangan akut gout, asalkan
tidak ada kontraindikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari
karena ekskresi aspirin berkompetesi dengan asam urat dan dapat
memperparah serangan gout akut. Obat yang menurunkan kadar

16
asam urat serum (allopurinol dan obat urikosurik seperti
probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada
serangan akut.
Penanganan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX 2),
kolkisin dan kortikosteroid untuk serangan akut dibicarakan
berikut ini :
a) NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk
pasien yang mengalami serangan gout akut. NSAID harus
diberikan dengan dosis sepenuhnya pada 24-48 jam pertama
atau sampai rasa nyeri hilang. NSAID yang umum digunakan
untuk mengatasi episode gout akut adalah :
(1) Naproxen- awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
(2) Piroxicam- awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
(3) Diclofenac- awal 100 ,g, kemudian 50 mg 3x/hari
b) COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2
yang dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout. Obat
ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama bagi
pasien yang tidak tahan terhadap efek gastrointestinal NSAID
non selektif. COX-2 inhibitor mempunyai resiko efek
samping gastrointestinal bagian atas lebih rendah dibanding
NSAID non selektif.
c) Colchicine merupaka terapi spesifik dan efektif untuk
serangan gout akut. Namun dibanding NSAID kurang populer
karena kerjanya lebih lambat dan efek samping lebih sering
dijumpai.
d) Steroid adalah strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin.
Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya
1 atau 2 sendi yang terkena. Namun, harus dipertimbangkan
dengan cermat diferensial diagnosis antara atrithis sepsis dan
gout akut.

17
2) Serangan kronik
Kontrol jangka panjang hiperuriesmia merupakan faktor penting
untuk mencegah terjadinya serangan akut gout, keterlibatan ginjal
dan pembentukan batu asam urat. Penggunaan allopurinol,
urikourik dan feboxsotat untuk terapi gout kronik dijelaskan
berikut ini:
a) Allopurinol ; obat hipouresemik pilihan untu gout kronik
adalah alluporinol, selain mengontrol gejala, obat ini juga
melindungi fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi
asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase.
b) Obat urikosurik; kebanyakan pasien dengan hiperuresmia
yang sedikit mengekskresikan asam urat dapat terapi dengan
obat urikosurik. Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g
2x/hari).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN


GANGGUAN KONSEP DIRI
A. Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya sendiri dan untuk mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain serta cara individu
memandang dirinya secara utuh baik secara fisikal, emosional intelektual ,
sosial dan spiritual.
Konsep diri juga dapat didefinisikan sebagai keyakinan, pandangan
atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dan kemampuan untuk
menilai orang atau benda lain seperti menilai dirinya sendiri.
Menurut Hurlock (1978:237), pemahaman atau gambaran seseorang
mengenai dirinya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek
psikologis. Gambaran fisik diri meliputi penampilan, kesesuaian dengan seks

18
atau jenis kelamin, perilaku, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata
orang lain. Sedangkan gambaran psikis diri atau psikologis terdiri dari konsep
individu tentang kemampuan dan ketidakmampuan, harga diri dan bagaimana
berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri dapat berkembang menjadi 2 aspek yaitu positif dan
negative. Konsep diri akan berkembang positif jika seseorang dapat
memperlakukan dirinya secara positif dalam segi apapun, selalu berfikir
positif tentang dirinya sendiri. Misalnya yakin akan kemampuan dirinya
sendiri, dengan seseorang itu yakin akan dirinya sendiri maka seseorang akan
terlihat optimis dan percaya diri dalam menghadapi segala hal. Sedangkan jika
konsep diri dikembangkan dengan sesuatu yang negative akan berdampak
negative pula pada diri sendiri. Misalnya, jika seseorang selalu menanamkan
rasa rendah diri dan tidak percaya diri maka konsep diri yang muncul pada
dirinya adalah selalu malu, merasa dirinya lemah, selalu gagal dan terlihat
menarik diri.
Jadi konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya secara
menyeluruh.
Gangguan Konsep Diri
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu
mengalami kondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya
sendiri yang negative. Dimana individu tidak bisa menguasai dirinya sendiri
meliputi ide, pikiran dan perasaannya untuk berhubungan dengan diri sendiri
dan orang lain.
Gangguan Konsep diri : Kekacauan yang terjadi pada individu dalam
melihat citra tubuh, penampilan peran atau identitas personalnya
Gangguan konsep diri paling banyak dialami oleh lansia karena pada
lansia seseorang sudah mulai kehilangan konsep dirinya. Jika seseorang yang
masih muda sudahmengalami gangguan konsep diri itu menandakan
seseorang tersebut mengalami gangguan pada jiwanya.

19
B. Macam-macam konsep diri
1. Citra diri
Gambaran diri atau citra diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan
tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan
masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman
baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).
Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara
individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manerima dan
mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa
cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal
tertentu (Stuart and Sundeen ,1991). Ideal diri akan mewujudkan cita-cita,
nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita–cita dan
harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa
ingin dilakukan.
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,
2018).
4. Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 2018 ).
5. Identitas

20
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri
sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 2018).
Ciri-ciri Konsep Diri yang Positif
1. Mempunyai penerimaan diri yang baik.
2. Mengenal dirinya sendiri dengan baik.
3. Dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang nyata tentang dirinya.
4. Mampu menghargai dirinya sendiri.
5. Mampu menerima dan memberikan pujian secara wajar.
6. Mau memperbaiki diri kearah yang lebih baik.
7. Mampu menempatkan diri di dalam lingkungan.
Ciri-ciri Konsep Diri yang Negatif
1. Peka terhadap kritik.
2. Responsif terhadap pujian.
3. Hiperkritis; individu selalu mengeluh, mencela dan meremehkan apapun
dan siapapun.
4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain.
5. Pesimis terhadap kompetisi (dalam kehidupan).
6. Tidak dapat menerima kekurangan dirinya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1. Penampilan diri.
2. Hubungan keluarga; sikap keluarga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan konsep diri individu. Dukungan dan kritikan menjadi
masukan berharga dalam penilaian individu terhadap dirinya.
3. Kreatifitas; kreatifitas dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas- tugas
dapat menambah rasa percaya diri.
4. Lingkungan.
5. Reaksi orang lain terhadap dirinya.
6. Usia.

21
7. Jenis kelamin; sumber KD laki-laki dari keberhasilan pekerjaan, sedangkan
sumber KD perempuan dari keberhasilan dalam menunjukkan citra
kewanitaannya.

C. Gangguan konsep diri antara lain


1. Gangguan citra diri
Gangguan citra diri adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Pada lansia hal
tersebut mulai terjadi perubahan citra tubuh pasti akan terjadi. Perubahan-
perubahan tersebut merupakan stressor bagi tiap orang.
Perubahan struktur, sama dengan perubahan bentuk tubuh.
Perubahan fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
Keterbatasan gerak, makan, kegiatan. Makna dan objek yang sering
kontak, penampilan dan berubah.
Tanda dan gejala gangguan citra diri :
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
2. Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar
dicapai dan tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas dan
cenderung menuntut. pada lansia sering terjadi gangguan ideal diri
karena lansia merasa ideal dirinya sukar dicapai karena keterbatasan
yang dialami pada lansia dan selalu menuntut ideal dirinya.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji

22
a. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya,
misalnya : saya tidak bisa menggendong cucu saya lagi karena
sendi saya sakit.
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi,
misalnya saya pasti bisa sembuh pada hal prognosa penyakitnya
buruk; setelah sehat saya akan jalan-jalan, padahal penyakitnya
membatasi gerak dia.
3. Gangguan Harga Diri
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan. Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga
diri rendah dan dapat terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,
misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah,
putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ).
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pengukuran pubis, pemasangan kateter pemeriksaan perincal)
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit/dirawat klien ini mempunyai cara berpikir
yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji

23
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakti dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan
terjadi jika saya segera kerumah sakit,
menyalahgunakan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak
mampu saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d. .Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak
ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. klien sukar mengambil keputusan,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Gangguan Peran
Gangguan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan
kerja. Pada lansia yang mengalami gangguan peran ia merasa gagal
karena ditinggal anaknya setelah menikah. Perannya sebagai orang tua
dianggapnya gagal ia merasa anaknya tidak mau mengurus orangtuanya
dan merasa anaknya menjauh darinya, hilangnya peran sebagai pekerja,
perubahan peran karena penyakit.
Tanda dan gejala yang dapat di kaji
1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
4. Ketegangan menjalankan peran yang baru
5. Kurang tanggung jawab
6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
5. Gangguan Identitas

24
Gangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian
memandang diri sendiri. Penuh dengan keragu-raguan, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan. Lansia
juga dapat mengalami gangguan identitas karena biasanya pada lansia
sulit untuk mengambil keputusan sendiri dan ragu dalam mengambil
keputusan sehingga biasanya keputusan diserahkan pada anaknya.
Tanda dan gejala yang dapat di kaji
1. Tidak ada percaya diri
2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam hubungan interpersonal
5. Ragu/ tidak yakin terhadap keinginan
6. Projeksi (menyalahkan orang lain).
Faktor resiko penyimpangan konsep diri
1. Personal Identity Disturbance.
a. Perubahan perkembangan
b. Trauma
c. Ketidaksesuaian Gender
d. Ketidaksesuaian kebudayaan
2. Body Image Disturbance
a. Kehilangan salah satu fungsi tubuh
b. Kecacatan
c. Perubahan perkembangan
3. Self Esteem Dusturbance
a. Hubungan interpersonal yang tidak sehat
b. Gagal mencapai perkembangan yang penting
c. Gagal mencpaai tujuan hidup
d. Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentu
e. Perasaan tidak berdaya
f. Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentu

25
g. Perasaan tidak berdaya
4. Altered Role Peformance
a. Kehilangan nilai peran
b. Dua harapan peran
c. Konflik peran
d. Ketidakmampuan menemukan peran yang diinginkan

D. Asuhan Keperawatan gangguan Konsep Diri pada Lansia


1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif
dan teramati serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri.
Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan
identitas, dan deporsonalisasi.
2. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan dalam struktur sosial.
b. Stresor Pencetus
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian mengancam kehidupan
2. Ketegangan peran hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga jenis transisi
peran :
a. Transisi peran perkembangan
b. Transisi peran situasi
c. Transisi peran sehat /sakit
c. Sumber-sumber koping

26
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping,
meliputi :
1. Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah
2. Hobby dan kerajinan tangan
3. Seni yang ekspresif
4. Kesehatan dan perawan diri
5. Pekerjaan atau posisi
6. Bakat Tertentu
7. Kecerdasan
8. Imajinasi dan creativitas
9. Hubungan interpersonal
d. Mekanisme Doping
1. Pertahanan koping dalam jangka pendek
2. Pertahanan koping jangka panjang
3. Mekanisme pertahanan ego
4. Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya,
maka orang tersebut harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut :
Pendekatan dan pertanyaan dalam pengkajian sesuai dengan faktor yang
dikaji :
1. Identitas
Dapatkah anda menjelaskan siapa diri anda pada orang lain :
Karakteristik dan kekuatan
2. Body Image
Dapatkah anda mejnelaskan keadaan tubuh anda kepada saya
Apa yang paling anda sukai dari tubuh anda
Apakah ada bagian dari tubuh anda, yang ingin anda rubah
3. Self esteem
Dapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas
Ingin jadi siapakh anda

27
Siapa dan apa yang menjadi harapan anda
Apakah harapan itu realistis ?
Siginifikan : Apa respon anda, saat anda tidak merasa dicintai dan
tidak dihargai ?
Siapakah yang paling penting bagi anda
Competence : Apa perasaan anda mengenai kemampuan dalam
mengerjakan sesuatu untuk kepentingan hidup anda ?
Virtue : Pada tingkatan mana anda merasa nyaman terhadap jalan
hidup bila dihubungkan dengan standar moral yang dianut.
Power : Pada tingkatan mana anda perlu harus mengontrol apa yang
terjadi dalam hidup anda. Apa yang kamu rasakan
4. Role Performance
Apa yang anda rasakan mengenai kemampuan anda untuk melakukan
segala sesutu sesuai peran anda ?
Apakah peran saat ini membuat anda puas

2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
3. Rencana Tindakan
1. Diagnosa keperawatan : perubahan penampilan peran berhubungan
dengan harga diri rendah.
Tujuan umum:
Klien dapat menunjukkan peran sesuai dengan tanggungjawabnya.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
c. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
d. Klien dapt menetapkan (merncankan) kegiatan sesuai yang dimilki

28
e. Klien melakukan tindakan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuan.
f. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
Tindakan keperawatan.
1) Membina hubungan saling percaya.
a) Salam terapeutik
b) Perkenalkan diri
c) Jelaskan tujuan interaksi
d) Ciptakan lingkungan yang tenang.
e) Buat kontrak yng jelas (apa yang dilakukan /bicarakan,
waktu)
2) Memberi kesempatan unutk mengungkapkan perasaan (apa yang
dilakukan/bicarakan, waktu)
3) Menyediakan waktu untuk mengungkapakan tentang penyakit
yang diderita.
4) Mengatakana pada klien bertambah satu orang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
5) Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien.
Dapat di mulai bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik,
kemampuan lin yang dimilki oleh klien , aspek positif (keluarga
lingkunngan) dimilki klien. Jika klien tidak mampu mengidntifikasi
maka dinali oleh perawat memberi “reinforcement” terhadap aspek
poasitif klien.
6) Setiap bertemu klien, hindari memberi penilain negative.
Mengutamakan memberikan pujian realistis.
7) Mendiskusikan kemampuan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selamam sakit. Misalnya: penampilan klien dalam “self
care” latihan dan ambulasi serta aspek asuhan terkait denga
gangguan fisik yang dialami oleh klien.
8) Mendiskusikan pada kemampuan yang dapat dilanjutkan
pengguanannya setelah pulang sesuai dengan kondisi pasien.

29
9) Merencanakan bersama oleh aktifitas yuang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan:kegiatan mandiri, kegiatan bantuan
sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
10) Meningkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi klien.
11) Memberi kesempatan cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan (sering klien takut melaukannya)
12) Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
13) Memberi pujian atas keberhasilan klien.
14) Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawt klien harga diri rendah.
15) Membantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Hasil yang diharapkan:
1) Klien menungkapkan perasaanya terhadap penyakit
yang diderita.
2) Klien menyebutkan aspek dan kemampuan dirinya
(fisik, intelektual, system pendukung).
3) Klien berperan serta dalam perawtrn dirinya.
4) Percaya diri klien dengan mentpkan keinnginan
atau tujuan yang realistis.
2. Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan
dengan gangguan citra tubuh
Tujuan umum:
Klien menunjukkan peningkatan harga diri.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat mennigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
b. Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh.
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
d. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi
tubuh.

30
e. Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi.
f. Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh.
Tindakan keperawatan
1) Membina hubungan perawat yang terpeutik
a) Salam terapeutik
b) Komunikasi terbuka, jujur dan empati.
c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. Beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh.
d) Lakukan kontrak untuk program arahan
keperawtan/pendapatan ksehatan, dukungan dan konseling.
2) Mendiskusikan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh
3) Mengobservasi ekpresi klien pada saat berbicara.
4) Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yamng dimilki (tubuh,
intelektual, keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi.
5) Memberi pujian terhadap aspek yang positif dan kemampuan yang
masih dimilki klien.
6) Mendorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam
asuhan keperawatan secara bertahap.
7) Melibatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan
citra tubuh.
8) Meningkatkan dukungan keluarga terutama pasangan.
9) Mendiskusikan cara-cara (booklet, leaflet) sebagai sumber informasi
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dapak perubahan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh.
10) Mendorong klien memilih cara yang sesuai bagi klien.
11) Membantu klien melakukan cara yang dipilih
12) Membantu klien mengurangi perubahan citra tubuh.
13) Merehabilitas bertahap bagi klien
Hasil yang harapkan:
1) Klien dapat menerapkan perubahan

31
2) Klien memiliki beberapa cara mengatsi perubahan yang terjadi.
3) Klien beradaptasi dengan cara yang dipilh dan digunakan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Vanda. 2017. Proses Menua. Diakses hari Selasa, 26 Mei, 2020.
https://www.academia.edu/
Fitriani. 2018. Asuhan Keperawatan Gerontik. Diakses hari Selasa, 26 Mei, 2020.
https://www.academia.edu/
Hadiwinoyo, S.T. 2015. Panduan Gerontologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
NANDA. (2016). Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2017). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North America Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Patricia Gonce Morton et.al. 2016. Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic
ed.8; alih bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. 2015. Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Psychologymania. 2016. Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Selasa, 26
Mei, 2020. http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-lansia-
lanjut-usia.html
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2017. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.
Wahyudi Nugroho. 2015. Keperawatan Gerontik. Edisi 3. EGC : Jakarta

33

Anda mungkin juga menyukai