Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN GERONTIK

PROSES MENUA

OLEH :
DISUSUN OLEH : ISTIQAMAH, S. KEP
113063J1200

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP TEORI MENUA


1.1 Definisi
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk mememperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Nugroho, W. 2016)
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley and
Patricia, 2016).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan)
secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan pada
saraf dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit
(Hadiwinoyo, 2015).

1.2 Batasan lanjut usia, teori menua dan etiologi


A. Batasan Usia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Depkes, membagi lansia sebagai berikut :
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

1
3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium
B. Teori-Teori Proses Menua
1. Teori Biologik
a. Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi
b. Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
c. Autoimun
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
e. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi
bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2. Teori Sosial
a. Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik

2
secara kualitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan
ganda yakni :
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontrol sosial
3. Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup
seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1. Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus
aktif dalam
2. proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa
3. lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilangkan
4. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
5. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam
diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia
(Maslow, 2016). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang
berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi,
mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya
sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut
tercapai.

3
b. Teori individual jung
Carl Jung (2016) Menyusun sebuah terori perkembangan
kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa
kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia
pertengahan sampai lansia.
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang
dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian
digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif.
Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap
individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental
C. Etiologi Yang Mempengaruhi Penuaan :
1. Heredites atau keturunan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Strees

1.3 Manifestasi klinis


Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
1. Perubahan Organik
a) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b) Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya
menghilang.
c) Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d) Jumlah lemak meningkat.
e) Penggunaan oksigen menurun.
f) Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.

4
g) Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h) Ekskresi hormon menurun.
i) Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
j) Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k) Lumen arteri menebal
2. Sistem Persarafan
Tanda:
a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel
neuroglial.
b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler,
parkinsonisme
b) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c) Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d) Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek, dan
menekukke depan
e) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala
3. Sistem Pendengaran.
Tanda :
a) Hilangnya neuron auditorius
b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c) Peningkatan serumen
d) Angiosklerosis telinga
Gejala
a) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya,
penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan)

5
b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang
mengganggu, atau bila percakapan cepat.
c) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
4. Sistem Penglihatan
Tanda :
a) Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b) Penumpukan pigmen.
c) Penurunan kecepatan gerakan mata.
d) Atrofi otot silier.
e) Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f) Penurunan sekresi air mata.
Gejala :
a) Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan adaptasi
terhadap terang/gelap
b) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
c) Peningkatan insiden glaucoma
d) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh
e) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f) Peningkatan kekeringandan iritasi mata.
5. Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a) Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b) Aterosklerosis pembuluh darah
c) Peningkatan tekanan darah sistolik.
d) Penurunan komplian ventrikel kiri.
e) Penurunan jumlah sel pacemaker
f) Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.
Gejala:
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar

6
c) Peningkatan aritmia
d) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f) Penurunan toleransi
6. Sistem Respirasi
Tanda:
a) Penurunan elastisitas jaringan paru.
b) Kalsifikasi dinding dada.
c) Atrofi silia.
d) Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c) Peningkatan resiko aspirasi
d) Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e) Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
8. Sistem Gastrointestinal
Tanda:
a) Penurunan ukuran hati.
b) Penurunan tonus otot pada usus.
c) Pengosongan esophagus makin lambat
d) Penurunan sekresi asam lambung.
e) Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan
melambat
c) Penurunan penyerapan kalsium dan besi

7
d) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit
divertikuler
9. Sistem Reproduksi
Tanda:
a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c) Penurunan hormone dan oosit.
d) Involusi jaringan kelenjar mamae.
e) Poliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
a) kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b) penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c) penurunan elevasi testis
d) hipertrofi prostat
e) jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga
pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan
10. Sistem Perkemihan
Tanda:
a) Penurunan masa ginjal
b) Tidak ada glomerulus
c) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d) Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e) Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala:
a) Penurunan GFR
b) Penurunan kemampuan penghematan natrium
c) Peningkatan BUN
d) Penurunan aliran darah ginjal
e) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual
f) Peningkatan urgensi

8
11. Sistem Endokrin
Tanda:
a) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen,
aldosteron, hormone tiroid
b) Penurunan termoregulasi
c) Penurunan respons demam
d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e) Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti
pembedahan
b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
e) Penambahan berat badan
f) Peningkatan insiden penyakit tiroid
12. Sistem Kulit Integumen
Tanda:
a) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b) Pendataran papilla
c) Atrofi kelenjar keringat
d) Penurunan vaskularisasi
e) Cross-link kolagen
f) Tidak adanya lemak sub kutan
g) Penurunan melanosit
h) Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala:
a) Penipisan kulit dan rentan sekali robek

9
b) Kekeringan dan pruritus
c) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan
menyebabkan timbulnya nyeri
f) Penyembuhan luka makin lama
13. Sistem Muskuloskletal
Tanda:
a) Penurunan massa otot
b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a) Penurunan kekuatan otot
b) Penurunan densitas tulang
c) Penurunan tinggi badan
d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
e) Peningkatan risiko fraktur
f) Perubahan cara berjalan dan postur

1.4 Proses Menua Secara Anatomi Fisiologi


Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya penurunan anatomis
dan fungsional yang sangat besar. Andrea dan Tobin (peneliti),
memperkenalkan “Hukum 1%”, yang menyatakan bahwa fungsi organ
akan mengalami penurunan sebanyak 1% setiap tahunnya setelah usia 30
tahun (Martono, 2015).
Pada lansia sering dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan
kemampuan gerak dan fungsi. Menurut Kamso yang dikutip oleh Zuhdi
(2017), pada lansia terjadi penurunan kekuatan sebesar 88%, fungsi
pendengaran 67%, pengelihatan 72%, daya ingat 61%, serta kelenturan

10
tubuh yang menurun sebesar 64%. Permasalahan yang muncul pada lansia
dapat disebabkan karena adanya perubahan fisiologis yang terjadi pada
tubuh. Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi akibat proses penuaan
antara lain:
1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,
berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat
dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra
sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani,
terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa
keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya
akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku ,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
tekanan darah meningkat..
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi
buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput
lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian
hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR

11
menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa
menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika
urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat
retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas
55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput
lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan
menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi
hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan
basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu,
sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku
menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan
makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang
yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan
atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban
bergerak. otot kram dan tremor
2. Perubahan Mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya
dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau
pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum
makin mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap
kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu.

12
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis,
timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna
lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri serta
cenderung bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu
b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-
tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat
beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan.
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupan nya dengan
bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan
masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan
diri untuk masa pensiun dengan menciptakan bagi dirinya sendiri
berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa
pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa
hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari

13
lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk
duduk-duduk dirumah atau bermain domino di klub pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat
mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna.
a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam
kuantitas maupun kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat
dalam aktifitas fisik cendrung menurun dengan bertambahnya usia.
Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan
dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan
bahwa hal hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
b. Isolasi dan Kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia
terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu
mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Makin menurunnya
kualitas organ indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan
yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang
lanjut usia merasa terputus dari hubungan dengan orang-orang
lain. Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah
lagi adalah perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan
kekeluargaan. Bila orang usia lanjut tinggal bersama sanak
saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi
jarang menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut usia
menjadi terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia hidup
sendiri. Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan
perasaan dengan akal melemah dan orang cendrung kurang dapat
mengekang dari dalam prilakunya. Frustasi kecil yang pada tahap
usia yang lebih muda tidak menimbulkan masalah, pada tahap ini
membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi

14
dengan ledakan amarah atau sangat tersinggung terhadap
peristiwa-peristiwa yang menurut kita tampaknya sepele.
c. Peranan Iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan
orang yang sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir
dalam memandang akhir kehidupan dibanding orang yang lebih
muda. Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa
iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk melawan
rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan
masa dimana kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat.
Keyakinan iman bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan
permulaan yang baru memungkinkan individu menyongsong akhir
kehidupan dengan tenang dan tentram.
4. Perubahan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan
(Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner, 1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai keadilan.

1.5 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Stanley dan Patricia, 2017 Pemeriksaan laboatorium rutin
yang perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan
kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia yang belum diketahui
adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :
1. Pemerikasaan hematologi rutin

15
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin

1.6 Penatalaksanaan
Ada 3 tahapan dalam terapi :
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mnecegah penimbunan kristal urat
pada jaringan, terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik

a. Terapi non farmakologi


Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan
proses menua. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan
kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan
menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti
efektif.
b. Terapi farmakologi
a) Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dnegan pemberian NSAID, misalnya
indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 159 mg/hari, merupakan
terapi dini pertama dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak
ada kontraindikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena
ekskresi aspirin berkompetesi dengan asam urat dan dapat
memperparah serangan gout akut. Obat yang menurunkan kadar asam

16
urat serum (allopurinol dan obat urikosurik seperti probenesid dan
sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan akut.
Penanganan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX 2), kolkisin
dan kortikosteroid untuk serangan akut dibicarakan berikut ini :
1. NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien
yang mengalami serangan gout akut. NSAID harus diberikan
dengan dosis sepenuhnya pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa
nyeri hilang. NSAID yang umum digunakan untuk mengatasi
episode gout akut adalah :
a. Naproxen- awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
b. Piroxicam- awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
c. Diclofenac- awal 100 ,g, kemudian 50 mg 3x/hari
2. COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 yang
dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif
tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama bagi pasien yang tidak
tahan terhadap efek gastrointestinal NSAID non selektif. COX-2
inhibitor mempunyai resiko efek samping gastrointestinal bagian
atas lebih rendah dibanding NSAID non selektif.
3. Colchicine merupaka terapi spesifik dan efektif untuk serangan
gout akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena
kerjanya lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
4. Steroid adalah strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin. Cara
ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2
sendi yang terkena. Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat
diferensial diagnosis antara atrithis sepsis dan gout akut.
b) Serangan kronik
Kontrol jangka panjang hiperuriesmia merupakan faktor penting untuk
mencegah terjadinya serangan akut gout, keterlibatan ginjal dan
pembentukan batu asam urat. Penggunaan allopurinol, urikourik dan
feboxsotat untuk terapi gout kronik dijelaskan berikut ini:

17
1. Allopurinol ; obat hipouresemik pilihan untu gout kronik adalah
alluporinol, selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi
fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan
cara menghambat enzim xantin oksidase.
2. Obat urikosurik; kebanyakan pasien dengan hiperuresmia yang
sedikit mengekskresikan asam urat dapat terapi dengan obat
urikosurik. Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g 2x/hari).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


2.1 Pengkajian dan Riwayat Keperawatan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Stratus gizi
IMT = Kg BB
(TB)2

normal laki laki = 18 -25


wanita = 17 – 23
b. Intake cairan dalam 24 jam
c. Kondisi kulit
d. Kondisi bibir , mukosamulut, gigi
e. Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya
f. Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan mobilitas
g. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem
digestif, nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai,
rasa dan aroma
h. Kebiasaan waktu makan ( 2 –3 X sehari, snak dlll)

2. Psikososial/afektif
a. Kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton TV,dll)

18
b. situasi lingkungan (kapasitas penyediaan makanan, pengolahan
dan penyimpanan makanan)
b. sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan
eleminasi
c. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi
2.2 Pemeriksaan fisik/data fokus
1. Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem Temuan Normal
Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda
diarea yang terpajan sinar
matahari, pucat meskipun tidak
anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin,
penurunan perspirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan,
kondisi berlipat, kendur
Distribusi Penurunan jumlah lemak pada
lemak ekstremitas, peningkatan jumlah
diabdomen
Rambut Penipisan rambut
Kuku Penurunan laju pertumbuhan
Kepala dan Kepala Tulang nasal, wajah menajam, &
leher angular
Mata Penurunan ketajaman penglihatan,
akomodasi, adaptasi dalam gelap,
sensivitas terhadpa cahaya
Telinga Penurunan menbedakan nada,
berkurangnya reflek ringan,
pendengaran kurang
Mulut, faring Penurunan pengecapan, aropi
papilla ujung lateral lidah
Leher Kelenjar tiroid nodular
Thoraxs & Peningkatan diameter antero-

19
paru-paru posterior, peningkatan rigitas dada,
peningkatan RR dengan penurunan
ekspansi paru, peningkatan
resistensi jalan nafas
Sist jantung & Peningkatan sistolik, perubahan
vascular DJJ saat istirahat, nadi perifer
mudah dipalpasi, ekstremitas
bawah dingin
Payudara Berkurangnnya jaringan payudara,
kondisi menggantung dan
mengendur
Sist pencernaan Penurunan sekresi keljar saliva,
peristatik, enzim digestif,
konstppasi
Sist reproduksi Wanita Penurunan estrogen, ukuran
uterus, atropi vagina
Pria Penurunan testosteron, jumlah
sperma, testis
Sist perkemihan Penurunan filtrasi renal, nokturia,
penurunan kapasitas kandung
kemih, inkontenensia
Wanita Inkontenensia urgensi & stress,
penurunan tonus otot perineal
Pria Sering berkemih & retensi urine.
Sist Penurunan masa & kekuatan otot,
muskoloskeletal demineralisasi tulang, pemendekan
fosa karena penyempitan rongga
intravertebral, penurunan mobilitas
sendi, rentang gerak
Sist neorologi Penurunan laju reflek, penurunan
kemampuan berespon terhadap
stimulus ganda, insomia, periode
tidur singkat

20
2. Pengkajian status fungsional :
Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara
mandiri.Indeks Katz adalah alat yang secara luas digunakan untuk
menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit
kronis. Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan
mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi.
Indeks ini merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi,
berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan.
a. Tingkat Kemandirian Lansia :
A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
mandi, berpakaian dan mandi
B: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari,
kecuali satu dari fungsi tambahan
C: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari,
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan
F: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari,
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil
G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

3. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul
akibat kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif.
Akan tetapi perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak

21
selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi
secara nyata (ebersole &hess, 2015)
a. Pengkajian status kognitif
a) SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan
intelektual terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori
dalam hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori
jauh dan kemam[uan matematis.
b) MMSE (mini mental state exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,
registrasi,perhatian dank kalkulasi, mengingat kembali dan
bahasa. Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan
nialu 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan leboh lanjut.
c) Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap
yang behubungan dengan depresi. Setiap hal direntang dengan
menggunakan skala 4 poin untuk menandakan intensitas gejala

4. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada
penuaan.
Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan
biasa terjadi pada mayoritas lansia.
5. Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada
seluruh tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining
singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia
adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk digunakan
pada klien yang mempunyai hubungan social lebih intim dengan

22
teman-temannya atau dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan
disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4 – 6 disfungsi keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G : Growth
A : Affection
R : Resolve

6. Riwayat keperawatan
a. Riwayat pernah masuk rumah sakit
b. Riwayat pengobatan fisioterapi pada stroke
c. Riwayat penggunaan obat-obatan
d. Riwayat pengobatan tradisional
e. Riwayat keperawatan pada panti werdha

2.3 Pemeriksaan tambahan/laboratorium


1. Tekanan Darah. Lansia sebaiknya memeriksa tekanan darah setiap
ada kesempatan, bahkan jangan menunggu sampai setahun. Saat ini
bahkan tersedia alat praktis yang bisa digunakan untuk tes tekanan
darah secara mandiri di rumah. Apabila kamu mengalami diabetes,
penyakit jantung, penyakit hati, atau penyakit lainnya, kamu wajib
memeriksakan tekanan darah secara rutin.
2. DEXA Scan. Pindai DEXA melalui rontgen atau sinar-X bermanfaat
untuk meninjau kepadatan tulang. Melalui pemeriksaan ini, kamu
dapat melihat risiko patah tulang, osteoporosis, atau masalah lainnya
yang berkaitan dengan kesehatan tulang. Semakin bertambah usia,
jaringan tulang akan melemah dan tulang juga tidak menyerap mineral
dengan baik.
3. Berat Badan. Naik atau turunnya berat badan secara drastis bisa
menandakan kondisi medis tertentu. Berat badan bertambah bisa

23
berarti retensi cairan (edema), penyakit ginjal, hati, atau jantung.
Sementara itu, berat badan turun dapat berarti infeksi atau kanker.
4. Pemeriksaan Darah. Usahakan untuk selalu melakukan cek darah
lengkap setiap tahun. Mulai dari sel-sel darah, gula darah, kolesterol,
kadar hormon, hingga kadar elektrolit.
5. Pemeriksan EKG. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengecek
aktivitas elektrik jantung. Dari pemeriksaan ini, kamu dapat memantau
kesehatan jantung. Sebaiknya pemeriksaan EKG dilakukan kira-kira 3
tahun sekali. Namun, jika kamu memiliki penyakit jantung atau
keluhan berkaitan dengan penyakit jantung, sebaiknya lebih sering lagi
memeriksakan diri.
6. Kolonoskopi. Untuk mencegah gangguan pencernaan atau kanker
usus, lakukan pemeriksaan kolonoskopi. Sebaiknya pemeriksaan ini
dilakukan kira-kira setiap 2 tahun sekali. Apabila saat ini kamu
memiliki masalah pencernaan, sebaiknya lakukan kolonoskopi.
7. Tes Mata. Proses penuaan memengaruhi kesehatan mata. Salah satu
keluhan yang sering diadukan lansia adalah penglihatan berkurang
atau hilang. Penyebabnya kemungkinan mata plus, glaukoma, atau
katarak. Maka dari itu, sebisa  mungkin lakukan pemeriksaan mata
secara rutin jika kamu mengalami gejala tertentu

2.4 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Berdasarkan
NANDA 2017
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi yang
tidak adekuat akibat anoreksia
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
Batasan karakteristik :
Gejala dan tanda mayor

24
a. Subyektif : -
b. Obyektif : berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang
ideal
Gejala dan tanda minor :
a. Subyektif : cepat kenyang setelah makan, kram/ nyeri
abdomen, nafsu makan menurun
b. Obyektif : bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum
albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare.
Faktor yang berhubungan :
a. Ketidakmampuan menelan makanan
b. Ketidakmampuan mencerna makanan
c. Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
d. Peningkatan kebutuhan metabolisme
e. Faktor ekonomi
f. Faktor psikologis
2. Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein
Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik
Faktor yang berhubungan :
a. Penyakit kronis (DM)
b. Efek prosedur invasif
c. Malnutrisi
d. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
e. Ketidakadekuat pertahanan tubuh primer
f. Gangguan peristaltik
g. Kerusakan integritas kulit
h. Perubahan sekresi pH
i. Penurunan kerja siliaris
j. Ketuban pecah lama

25
k. Ketuban pecah sebelum waktunya
l. Merokok
m. Status cairan tubuh
n. Ketidakadekuat pertahanan tubuh sekunder
o. Penurunan hemoglobin
p. Imununosupresi
q. Leukopenia
r. Supresi respon inflamasi

3. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skleletal, nyeri


Definisi : keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri
Batasan karakteristik :
Gejala dan tanda mayor
a. Subyektif : mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
b. Obyektif : kekutan otot menurun, rentang gerak ROM menurun
Gejala dan tanda minor :
a. Subyektif : nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
merasa cemas saat bergerak
b. Obyektif : sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan
terbatas, fisik lemah.
Faktor yang berhubungan :
a. Kerusakan integritas struktur tulang
b. Perubahan metabolisme
c. Ketidakbugaran fisik
d. Penurunan kendali otot
e. Penurunan massa otot
f. Penurunan kekuatan otot
g. Keterlambatan perkembangan
h. Kekakuan sendi

26
4. Nyeri b/d proses inflamasi, destruksi sendi
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung
Batasan karakteristik :
Gejala dan tanda mayor
a. Subyektif : mengeluh nyeri
b. Obyektif : tampak meringis, bersikap protektif, gelisah,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
Gejala dan tanda minor :
a. Subyektif : -
b. Obyektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
Faktor yang berhubungan :
a. Agen pencedera fisiologis(inflamasi)
b. Agen pencedera kimiawi (terbakar)
c. Agen pencederaan fisik (abses)

5. Resiko cedera (dislokasi sendi) b/d otot hilang kekuatannya, rasa


nyeri sendi
Definisi : berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam
kondisi baik.
Faktor yang berhubungan :
Eksternal :
a. Terpapar patogen
b. Terpapar zat kimia toksik

27
c. Terpapar agen nosokomial
d. Ketidakamanan transportasi
Internal :
a. Ketidaknormalan profil darah
b. Perubahan orientasi afektif
c. Perubahan sensasi
d. Disfungsi autoimun
e. Disfungsi biokimia
f. Hipoksia jaringan
g. Kegagalan mekanisme pertahan tubuh
h. Malnutrisi
i. Perubahan fungsi psikomotor
j. Perubahan fungsi kognitif

2.5 Perencanaan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi yang
tidak adekuat akibat anoreksia
Pasien Kriteria Intrevensi Rasional
outcome
Kebutuhan a. Meningkatkan 1. Buat tujuan BB 1. Nutrisi yang
nutrisi masukan oral ideal dan adekuat
terpenuhi b. Menunjukkan kebutuhan menghindari
secara peningkatan nutrisi harian adanya
adekuat BB yang adekuat malnutrisi
2. Timbang setiap 2. Deteksi dini
hari, pantau hasil perubahan BB
pemeriksaan dan masukan
laboratorium nutrisi
3. Jelaskan 3. Dengan
pentingnya pemahaman

28
nutrisi yang yang benar
adekuat akan
4. Ajarkan memotivasi
individu klien untuk
menggunakan masukan
penyedap nutrinya
rasa (seperti 4. Aroma yang
bumbu) enak akan
5. Beri membangkitkan
dorongan selera makan
individu 5. Dengan makan
untuk makan bersama sama
bersama secara
orang lain psikologis
6. Pertahankan meningkatakan
keberhasilan selera maka
mulut yang 6. Dengan situasi
baik (sikat mulut yang
gigi) sebelum bersih
dan sesudah meningkatkan
mengunyah kenyamanan
makanan 7. Mengurangi
7. Anjurkan perasaan tegang
makan pada lambung
dengan porsi 8. Meningkatkan
yang kecil asupan
tapi sering makanan
8. Instruksikan
individu yang
mengalami

29
penurunan
nafsu makan
makanan
seperti kue
kering saat
bangun tidur,
Hindari
makanan
yang terlalu
manis,
berminyak,
Minum
sedikit
sdikit melalui
sedotan,
Makan kapan
saja bila
dapat
toleransi,
Makan dalam
porsi kecil
rendah
lemak dan
makan
sering.

2. Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein


Pasien Kriteria Intrevensi Rasional
outcome
Klien akan Tanda-tanda 1. Kaji TTV 1. Untuk

30
memperlihatkan peradangan 2. Kaji tanda- mengetahui
kemampuan tidak tanda tanda keadaan umum
terhindar dari ditemukan : radang pasien
tanda-tanda panas, umum secara 2. Mendeteksi dini
infeksi bengkak, teratur untuk mencegah
nyeri, 3. Ajarkan terjadinya
merah,ganggu tentang radang
an fungsi perlunya 3. Mencegah
menjaga terjadinya
kebersihan diri dan infeksi akibat
lingkungan lingkungan dan
4. Tingkatkan kebersihan diri
kemampuan yang kurang
asupan nutris sehat
TKTP 4. meningkatkan
5. Perhatikan kadar protein
penggunaan dalam dalam
obat-obat tubuh sehingga
jangka meningkatkan
panjang yang kemampuan
dapat kekebalan
menyebabkan dalam tubuh
imunosupresi 5. Menurunkan
resiko
terjadinya
infeksi

3. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal, nyeri


Pasien Kriteria Intrevensi Rasional
outcome

31
klien dapat Mendemontrasikan 1. Evaluasi 1. Tingkat aktifitas
mobilisasi tehnik/perilaku pemantauan tergantung dari
dengan yang tingkat perkembangan
adekuat memungkinkan inflamasi/ras /resolusi dari
melakukan a sakit proses inflamasi
aktifitas 2. bantu dengan 2. Mempertahankan
rentang fungsi sendi,
gerak kekuatan otot
aktif/pasif 3. Menghilangkan
3. ubah posisi tekanan pada
dengan jaringan dan
sering meningkatkan
dengan sirkulasi
personal 4. Menghindari cedera
cukup
4. Berikan
lingkungan
yang nyaman
misaal alat
bantu

4. Nyeri ( akut/kronis) b/d proses inflamasi, destruksi sendi


Pasien Kriteria Intrevensi Rasional
outcome
Menunjukkan Terlihat 1. Kaji keluhan 1. Membantu dalam
nyeri rileks, dapat nyeri, catat menentukan
berkurang/ tidur dan lokasi nyeri managemen nyeri
hilang berpartisipasi dan 2. Pada penyakit berat
dalam intensitas. tirah baring sangat

32
aktifitas Catat faktor diperlukan untuk
yang membatasi nyeri
mempercepat 3. Panas meningkatkan
tanda tanda relaksasi otot dan
nyeri mobilitas,
2. Biarkan menurunkan rasa
klien sakit dan kekakuan
mengambil sendi.
posisi yang 4. Meningkatkan
nyaman pada relaksasi/mengurangi
waktu ketegangan otot
istirahat 5. Sebagai anti
ataupun inflamasi dan efek
tidur analgesik ringan
3. Anjurkan dalam mengurangi
klien mandi kekakuan.
air hangat,
sediakan
waslap untuk
kompres
sendi
4. Berikan
masase
lembut
5. Kolaborasi
pemberian
obatobatan
seperti :
aspirin,
ibuprofen,

33
naproksin,
piroksikam,
fenoprofen

5. Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri


Pasien Kriteria Intrevensi Rasional
outcome
Klien Klien berada pada 1. Kaji tingkat 1. Untuk
terhindar dari perilaku yang kekuatan otot mengetahui
cidera aman 2. Kaji tingkat kekuatan otot
dan lingkungan pergerakan pasif pasien
yang nyaman 3. Beri alat bantu 2. Mengetahui
sesui kebutuhan setiap
4. Ciptakan pergerakan pasif
lingkungan 3. Memudahkan
yang aman pasien dalam
(lantai tidak melakukan
licin) aktivitas
5. Bantu klien 4. Mengurangi
untuk resiko cidera
memenuhi 5. Membantu
kebutuhan yang pasien
tidak bisa memenuhi
dilakukan kebutuhan dan
secara mandiri keperluan
sehari-hari

34
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Vanda. 2017. Proses Menua. Diakses hari Selasa, 26 Mei, 2020.
https://www.academia.edu/
Fitriani. 2018. Asuhan Keperawatan Gerontik. Diakses hari Selasa, 26 Mei, 2020.
https://www.academia.edu/
Hadiwinoyo, S.T. 2015. Panduan Gerontologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
NANDA. (2016). Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2017). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North America Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Patricia Gonce Morton et.al. 2016. Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic
ed.8; alih bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. 2015. Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Psychologymania. 2016. Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Selasa, 26
Mei, 2020. http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-lansia-
lanjut-usia.html
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2017. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.
Wahyudi Nugroho. 2015. Keperawatan Gerontik. Edisi 3. EGC : Jakarta

35

Anda mungkin juga menyukai