Anda di halaman 1dari 68

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suasana pembelajaran diperguruan tinggi memiliki keistimewaan

tertentu khususnya dalam hal proses, banyak kewajiban yang harus di

jalankan oleh mahasiswa pada saat proses pembelajaran, baik itu mengikuti

perkuliahan, membuat tugas dan lainnya. Mahasiswa merupakan seseorang

yang sedang dalam proses menimba ilmu atau pun belajar dan terdaftar

sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang

terdiri berdasarkan akademik, politeknik, sekolah tinggi, institusi dan

universitas (Hartaji, 2012). Saat berjalannya proses perkuliahan ada

beberapa tantangan yang dapat menyebabkan terganggunya kondisi

psikologis dari mahasiswa tersebut, salah satunya yaitu tuntutan akademik

dari jadwal perkuliahan juga tuntutan tugas kuliah. Permasalahan akademik,

berupa materi pembelajaran dapat mengakibatkan tekanan yang cukup

banyak dan rumit bagi mahasiswa khususnya dalam masa ujian yang dapat

berdampak pada rendahnya IPK dan ancaman drop out (Waghachavare,

dkk, 2013).

Perkuliahan yang padat, juga dapat mengakibatkan terjadinya stress.

Mahasiswa keperawatan juga, tidak terluput dari permasalahan stres bahkan

menurut Yang dan Smith (2016) mahasiswa keperawatan dapat mengalami

tingkat stress yang lebih tinggi dibanding mahasiswa jurusan lain. Hal ini
2

dikarenakan, tuntutan pembelajaran bukan hanya berfokus pada

pembelajaran diruang kelas dan laboratorium namun juga pembelajaran di

klinik. Studi milik Agustiningsih (2018) menunjukkan selama menjalani

proses perkuliahan mayoritas mahasiswa keperawatan mengalami stres

sedang.

Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari

manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan

internal dan eksternal (Stressor) [ CITATION Lau191 \l 1057 ]. Stres pada

mahasiswa adalah hal yang normal dikarenakan tuntutan perkuliahan dan

tugas-tugas yang menyebabkan terjadinya stres akademik. Stres akademik

adalah suatu kondisi atau keadaan di mana terjadi ketidaksesuaian antara

tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa

sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan

(Rahmawati, 2012).

Stres dapat mengganggu sistem neuroendokrin yang berdampak

terhadap gangguan pencernaan. Gangguan psikosomatik saluran cerna

adalah gangguan fungsional pencernaan yang disebabkan oleh faktor psikis,

dan tidak ditemukannya kelainan organik yang menyebabkan timbulnya

keluhan. Saluran cerna dipengaruhi oleh faktor fisiologis, lingkungan, dan

berinteraksi dengan sistem saraf pusat melalui brain-gut-axis (BGA).

Manifestasi dari gangguan fungsional ini dapat berupa aerofagia, mual

muntah, dispepsia fungsional, sindrom kolon irritable (SKI), nyeri perut dan

saluran empedu, sampai gangguan defekasi (Murni, 2010 dalam Setiati dkk,
3

2014). Masalah pencernaan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor

eksternal yang membahayakan fungsi sistem pencernaan: stres, kebiasaan

makan yang buruk, pengobatan yang menyebabkan iritasi, infeksi kronis,

dan hadirnya bakteri dalam sistem pencernaan. Gejalanya bisa berupa sakit

perut, mual-mual, sembelit, rasa tidak nyaman pada usus, diare, radang

usus, dan rasa panas pada perut (Aksono & Aksono, 2009).

Merujuk kepada dampak dari stres akademik yang mengakibatkan

terganggunya fungsi biologis didalam tubuh dan berakibat terganggunya

proses belajar mahasiswa terutama pada mahasiswa di STIKES Suaka Insan

Banjarmasin yang mewajibkan absensi harus 80%, jika absensi tidak

terpenuhi maka mahasiswa tidak dapat mengikuti UTS dan UAS, maka

dilakukan survey awal untuk mengetahui gangguan pencernaan pada

mahasiswa di STIKES Suaka Insan Banjarmasin. Didapatkan data Studi

Pendahuluan tanggal 22 januari 2021 pada 10 mahasiswa semester VII saat

akan menjalani ujian seminar proposal 10 responden mengalami stres

dengan gejala seperti mudah marah, bereaksi berlebihan, sulit untuk

beristirahat, merasa lelah, mudah tersinggung, gelisah yang termasuk

kedalam stres sedang, 5 dari 10 orang mengalami gangguan pada sistem

pencernaan seperti nyeri pada perut, BAK menjadi lebih sering.

Pada tahun 2019, terdapat 3 mahasiswa semester awal perlu dilakukan

perawatan inap. 2 mahasiswa tersebut melaporkan, mendapatkan tekanan

perkuliahan awal dengan penugasan yang cukup banyak serta materi

perkuliahan yang agak sulit dipahami. Hal ini, mengakibatkan mereka


4

melewatkan jam makan seharusnya padahal mahasiswa tersebut bertempat

tinggal di asrama yang seharusnya sudah memiliki jadwal makan yang

teratur.

Khususnya pada mahasiswa semester VIII dimasa pandemi covid-19

dimana semuanya stres untuk menyesuaikan diri menjalani perkuliahan,

konsultasi mengenai proposal dan laporan dinas via online seperti yang kita

ketahui memiliki proses sangat jauh berbeda dengan tatap muka. Bukan

hanya penyesuaian diri dengan perubahan mengenai proses konsultasi

proposal dan laporan dinas mahasiswa juga dituntut untuk menyesuaikan

diri dengan cara berdinas yang berbeda dari biasanya dimana dinas biasanya

dilakukan langsung turun ke Rumah Sakit dan dimasa pandemi sekarang

mahasiswa hanya berdinas di laboratorium dengan proses yang jauh

berbeda.

Bertolak dari alasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Stres Akademik dengan Gangguan

Pencernaan pada Mahasiswa Semester VIII STIKES Suaka Insan

Banjarmasin”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ditulis diatas, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Stres Akademik dengan

Gangguan Pencernaan pada Mahasiswa Semester VIII STIKES Suaka Insan

Banjarmasin?”
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah menganalisa

hubungan stres akademik dengan gangguan pencernaan pada

mahasiswa.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :

a. Mengidentifikasi gambaran tingkat stres akademik pada

mahasiswa semester VIII STIKES Suaka Insan Banjarmasin

b. Mengidentifikasi gambaran gangguan pencernaan pada

mahasiswa semester VIII STIKES Suaka Insan Banjarmasin

c. Menganalisa hubungan stres akademik dengan gangguan

pencernaan pada mahasiswa semester VIII STIKES Suaka Insan

Banjarmasin

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori

mengenai hubungan stres akademik dengan gangguan pencernaan

seperti yang terdapat dalam Teori biopsikososial George Engel.

Konsep biopsikososial merupakan suatu konsep yang melibatkan

interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan sosial dalam upaya

memahami proses suatu penyakit juga sakitnya seseorang yang

memandang pikiran dan tubuh sebagai satu kesatuan. Pendekatan


6

tersebut membawa pengertian bahwa kondisi sakit bukan saja dari

segi medis fisik tetapi juga dari kondisi psikologis yang dipengaruhi

oleh faktor lingkungan (Waldstein, Shari R, Neumann, Serina A,

Drossman, Douglas A, Novack, Dennis H dalam Andri, 2011). Stres

menyebabkan penurunan semua kinerja organ tubuh yang di

pengaruhi dan dikontrol oleh otak, ketika reseptor otak mengalami

kondisi stres akan menyebabkan perubahan keseimbangan kondisi

dalam tubuh sehingga berdampak terhadap perubahan pola makan

yang menyebabkan gastritis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Menambah sumber pengetahuan mahasiswa berdasarkan

penelitian mengenai stres akademik dan gangguan pencernaan.

Penelitian ini juga, dapat menjadi sarana penyebaran informasi

kesehatan berbasis bukti penelitian agar mahasiswa mampu

mengatasi stres akademik secara adaptif dan mencegah

terjadinya gangguan pencernaan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini, dapat menambah sarana publikasi dan

penyediaan informasi berbasis penelitian tugas akhir di

perpustakaan Stikes Suaka Insan Banjarmasin.


7

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian terkait stres akademik

dan gangguan pencernaan.

E. Keaslian Penelitian

1. Chaidir & Maulina (2015) dengan judul “Hubungan Tingkat Stres

Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Fungsional Pada Mahasiswa

Semester Akhir Prodi S1 Keperawatan Di Stikes Yarsi Sumbar

Bukittinggi” penelitian ini menggunakan Jenis penelitian deskriptif

analitik dengan pendekatan crosssectional. Populasi dalam penelitian

ini adalah mahasiswa prodi S1 Keperawatan Stikes Yasri Sumbar

Bukit tinggi dengan sampel mahasiswa semester akhir prodi S1

Keperawatan Stikes Yasri Sumbar Bukit tinggi prodi S1 Keperawatan

Stikes Yasri Sumbar Bukit tinggi.

a. Persamaan

Sama-sama meneliti tentang hubungan stres dengan gangguan

pencernaan, dengan menggunakan kusioner tingkat stres, fokus

penelitian pada mahasiswa keperawatan.

b. Perbedaan

Perbedaan yang mendasar dengan penelitian saat ini adalah,

subjek dari penelitiannya. Penelitian memiliki fokus pada

sindrom dispepsia fungsional sedangkan penelitian saat ini

melihat gangguan pencernaan secara umum.


8

c. Hasil

Hasil univariat didapatkan 40 orang mahasiswa, sebahagian

(50%) mahasiswa mengalami kejadian dispepsi. Hasil analisis

bivariat menunjukkan ada hubungan antara tingkat stres dengan

kejadian sindrom dispepsia fungsional pada mahasiswa semester

akhir Prodi S1 Keperawatan Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi,

dengan nilai p = 0,004 ( p < 0,05). ada hubungan antara pola

makan dengan kekambuhan gastritis (p=0,000) dan juga ada

hubungan antara tingkat stres dengan kekambuhan gastritis

(p=0,000).

2. Afifah & Wardani (2018) dengan judul “Stres Akademik Dan Gejala

Gastrointestinal Pada Mahasiswa Keperawatan”. Desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi ini adalah studi cross

sectional. Populasi dan sampel dari penelitian mahasiswa Fakultas

Ilmu keperawatan Universitas Indonesia. Pengambilan sampelnya

menggunakan teknik propotionate stratified random sampling.

Besarnya sampel pada penelitian ini adalah 229 responden. Data

dikumpulkan melalui pengisian kuesioner.

a. Persamaan

Sama-sama meneliti tentang hubungan antara stres akademik

dengan gangguan pencernaan.


9

b. Perbedaan :

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tempat,

waktu, cara pengambilan sampel, Penelitian memiliki fokus

pada gejala gastrointestinal sedangkan penelitian saat ini melihat

gangguan pencernaan secara umum.

c. Hasil

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden stres tingkat

rendah sebanyak 55,1%. Tingkat stres rendah dalam penelitian

ini merupakan gabungan antara stres ringan dan stres sedang.

Hasil penelitian di dapatkan bahwa sebagian besar responden

mengalami gejala gastrointestinal ringan yaitu sebanyak 151

orang (66,5%), Berdasarkarkan hasil identifikasi gejala per

komponen dilaporkan bahwa gelaja berat yang paling banyak

dialami yaitu gejala dismotilitas atas sebesar 45,8%. Gejala

ringan pada penelitian ini diartikan bahwa responden merasakan

gejala 1-2 kali setiap minggunya (kadang-kadang). Hasil uji

statistik didapatkan nilai x2=5,641 dan p= 0,018, maka dapat

disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian gejala

gastrointestinal antara responden dengan stres akademik tinggi

dan rendah (ada hubungan yang signifikan antara stres akademik

dengan gejala gastrointestinal).

3. Irlaks Viton Surya, dkk (2020) dengan judul “Hubungan antara Stres

Akademik dengan Kecenderungan Gejala Somatisasi pada Mahasiswa


10

Program Studi Kedokteran Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas Angkatan 2015” Penelitian ini adalah analitik

dengan desain cross sectional. Responden penelitian adalah 100 orang

mahasiswa program studi kedokteran tingkat akhir Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2015. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik random sampling berdasarkan kriteria inklusi

dan ekslusi. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner.

a. Persamaan

Sama-sama meneliti tentang hubungan stres akademik dengan

gangguan pencernaan.

b. Perbedaan

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tempat,

waktu, serta sampel yang diambil dan Penelitian memiliki fokus

pada gejala somatisasi sedangkan penelitian saat ini melihat

gangguan pencernaan secara umum.

c. Hasil

Berdasarkan hasil analisis bivariat yang diambil dari nilai

fisher’s exact, didapatkan bahwa nilai p = 0,000, dimana p <

0,005. Berdasarkan hasil analisis bivariat tersebut dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

stres akademik dengan kecenderungan gejala somatisasi pada

mahasiswa program studi kedokteran tingkat akhir Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2015.


11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Konsep Mahasiswa Keperawatan

a. Definisi Mahasiswa Keperawatan

Mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang

dipersiapkan untuk dijadikan perawat propesional dimasa yang

akan datang. Perawat propesional wajib memiliki rasa tanggung

jawab atau akuntabitalitas pada dirinya, akuntabilitas

merupakan hal utama dalam praktik keperawatan yang

propesional dimana hal tersebut wajib ada pada diri mahasiswa

keperawatan sebagai perawat dimasa mendatang (Black, 2014).

Mahasiswa program sarjana keperawatan adalah peserta didik

dalam sebuah institusi yang dilatih diberikan pembelajaran,

kompetensi untuk mencapai suatu profesi keperawatan yang

difokuskan pada perawatan, individu, keluarga, dan komunitas

dalam mencapai, memelihara dan membantu proses

penyembuhan kesehatan secara optimal dan dituntut sebagai

seorang yang ahli dalam keperawatan (Kusnanto, 2004).


12

b. Kode etik mahasiswa keperawatan

Koeswadji dalam Praptianingsih (2008) mengatakan

bahwa kode etik dapat ditinjau dari empat segi, yaitu segi arti,

fungsi, isi dan bentuk :

1) Arti kode etik atau etika adalah pedoman perilaku bagi

pengemban profesi. Perilaku yang dimaksud adalah

perilaku yang berisikan hak dan kewajiban yang

didasarkan moral dan perilaku yang sesuai dan atau

mendukung standar profesi.

2) Fungsi kode etik adalah sebagai pedoman perilaku bagi

para pengemban profesi, dalam hal ini perawat, sebagai

tenaga kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan dan

atau kode etik juga sebagai norma etik yang berfungsi

sebagai sarana kontrol sosial, sebagai pencegah campur

tangan pihak lain, dan sebagai pencegah kesalah pahaman

dan konflik yang terjadi.

3) Isi kode etik berprinsip dalam upaya pelayanan kesehatan

adalah prinsip otonomi yang berkaitan dengan prinsip

veracity, non-maleficence, beneficence, confidentiality

dan justice.

4) Bentuk kode etik keperawatan indonesia sendiri adalah

Keputusan Musyawarah Nasional IV Persatuan Perawat


13

Nasional Indonesia pada tahun 1989 tentang

pemberlakuan kode etik keperawatan

2. Konsep Stres Akademik

a. Definisi Stres Akademik

Stres akademik adalah keadaan suatu individu yang

melibatkan tekanan hasil persepsi serta penilainnya terhadap

stresor akademik, berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan

pendidikan di perguruan tinggi (Kountul Y dkk., 2018). Stress

akademik adalah stres yang berhubungan dengan proses

menjalani kegiatan pendidikan yang terjadi dalam masa

pendidikan yang disebabkan karena tuntutan yang timbul selama

seseorang dalam masa pendidikan dan terjadi bila mengalami

ketegangan emosi ketika terjadi kegagalan dalam memenuhi

tuntutan tersebut (Thawabieh and Naour, 2012). Stres akademik

adalah tekanan mental yang berkaitan dengan frustasi dengan

kegagalan akademik, ketakutan akan kegagalan tersebut bahkan

kesadaran terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan tersebut

(Kadappati & Vijayalaxmi, 2012). Stres akademik merupakan

suatu keadaan individu yang mengalami tuntutan akademik yang

melampaui sumber daya adaptif yang dimiliki individu (Wilks,

2008).
14

b. Faktor Stres Akademik

Berdasarkan hasil penelitian Yusuf (2020) dengan judul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik”

menuliskan faktor yang mempegaruhi stres akademik :

1) Self-Efficacy

Self-efficacy merupakan keyakinan individu tentang

sejauh mana memperkirakan kemampuan dirinya dalam

melaksanakan tugas atau melakukan suatu tindakan yang

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan

(Bandura, 1997).

2) Hardiness

Kepribadian hardiness adalah suatu susunan

karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi

lebih kuat, tahan, dan stabil dalam menghadapi stres dan

mengurangi efek negatif yang dihadapi (Kobasa, 1979).

3) Optimisme

Optimisme adalah suatu pandangan secara

menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif, dan

mudah memberikan makna bagi diri (Seligman, 2006).

4) Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah salah satu faktor yang

juga mempengaruhi stres akademik. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mulya & Indrawati,


15

2016) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi

berprestasi maka semakin rendah stres akademik.

Sebaliknya jika motivasi berprestasi rendah maka stres

akademik semakin tinggi.

5) Prokrastinasi

Prokrastinasi adalah kecenderungan untuk menunda-

nunda tugas akademis sampai batas akhir waktu yang

tersedia (Rumiani, 2006).

Prokrastinasi dapat menyebabkan stres dan memberi

pengaruh pada disfungsi psikologis individu (Tice dan

Baumeister, 1997). Individu yang melakukan prokrastinasi

akan menghadapi deadline dan hal ini dapat menjadi

tekanan bagi mereka sehingga menimbulkan stres (Ursia,

Siaputra & Sutanto, 2013).

6) Dukungan Sosial Orangtua

Dukungan sosial orangtua adalah dukungan yang

diberikan oleh orangtua kepada anaknya baik secara

emosional, penghargaan, instrumental, informasi ataupun

kelompok (Rambe, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh

Ernawati dan Rusmawati (2015) menjelaskan bahwa ada

hubungan yang negatif antara dukungan sosial orangtua

terhadap stres akademik, hubungan yang negatif

mengindikasikan bahwa semakin tinggi dukungan sosial


16

orangtua maka semakin rendah stres akademik yang

dialami oleh siswa, begitupula sebaliknya semakin rendah

dukungan sosial orangtua maka stres akademik yang

dialami tinggi. Hasil dari penelitian tersebut diatas

diketahui bahwa dukungan sosial orangtua dapat

mempengaruhi stres akademik.

Faktor-faktor yang menyebabkan stres akademik

meliputi masalah akademik, masalah personal, masalah

klinik dan konflik kepentingan (Yildirim et al, 2016; Yang

and Smith 2016).

c. Indkator Stres Akademik

Indikator stres merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif

yang dapat menggambarkan tingkat stres individu, termasuk

pada mahasiswa. Stres memberikan dampak langsung terhadap

psikologis yang secara tidak langsung berdampak pula pada

fisiologis. Terdapat beberapa indikator stress, yaitu fisiologis,

emosional, dan perilaku stress (Potter & Perry, 2005;

Psychology Fuondation of Australia, 2010).

Indikator Fisiologis stres adalah objektif dan lebih mudah

diidentifikasi. Berupa kenaikan tekanan darah, tangan dan kaki

dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala,

gangguan lambung, suara yang bernada tinggi, muntah, mual,

diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, dan


17

telapak tangan berkeringat. Indikator fisiologis secara umum

dapat diamati.

Indikator emosional dan perilaku stres sangat bersifat

subjektif. Indikator stres psikologis dan perilaku berupa:

ansietas, depresi, kepenatan, kelelahan mental, perasaan tidak

adekuat, kehilangan harga diri, minat dan motivasi, ledakan

emosi dan menangis, kecenderungan membuat kesalahan,

mudah lupa dan pikiran buntu, kehilangan perhatian terhadap

hal-hal yang rinci, preokupasi, ketidakmampuan berkonsentrasi

terhadap tugas, rentan terhadap kecelakaan, serta penurunan

produktivitas dan kulitas kerja. Indikator emosional dan perilaku

tidak mudah untuk diamati.

Indikator perilaku dapat berupa konstruktif atau destruktif.

Perilaku konstruktif membantu mahasiswa menerima tantangan

untuk menyelesaikan konflik, sedangkan perilaku destruktif

akan mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan penyelesaian

masalah, kepribadian, situasi yang sangat berat, dan kemampuan

untuk berfungsi. Perilaku adaptif psikologis dapat disebut

sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini berorientasi pada

tugas yang mencakup penggunaan teknik pemecahan masalah

secara langsung untuk menghadapi ancaman, mekanisme ini

cenderung ditemukan pada perempuan. Sedangkan laki-laki

lebih sering menggunakan mekanisme koping berupa


18

pertahanan ego, untuk mengatur distres emosional dan dapat

memberikan perlindungan terhadap ansietas dan stres (Potter &

Perry, 2005). Sehingga perempuan lebih mudah diidentifikasi

jika mengalami stres daripada laki-laki.

Walker (2002) & Goff.A.M. (2011) menemukan bahwa

tingkat stres pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki

untuk semua tipe stresor. Pernyataan tersebut diperkuat oleh

Misra & Mc.Kean (2000) yang menyatakan bahwa mahasiswa

perempuan memiliki tingkat stres akademik yang lebih tinggi

daripada mahasiswa laki-laki.

d. Reaksi Stres Akademik

Selain stressor akademik, komponen kedua untuk

mengukur stress akademik yaitu reaksi terhadap stressor

akademik. Reaksi tehadap stress terdiri dari reaksi fisik, emosi,

perilaku dan kognitif. Reaksi terhadap stressor akademik

menurut Gadzella (1991) yaitu :

1) Physiological (reaksi fisik) diantaranya keluarnya keringat

secara berlebihan, berbicara dengan gagap, bergemetar,

pergerakan yang cepat, kelelahan, sakit perut, sesak napas,

nyeri punggung, masalah kulit, sakit kepala, radang sendi,

pengurangan atau penambahan berat badan secara drastis.

2) Emotional (reaksi emosi) diantaranya rasa takut, marah,

bersalah, dan sedih.


19

3) Behavioral (reaksi perilaku) diantaranya menangis,

menyakiti orang lain, menyakiti diri sendiri, merokok

secara berlebihan, mudah marah, mencoba bunuh diri,

menggunakan defense mechanism, dan memisahkan diri

dari orang lain.

4) Cognitive Appraisal (penilaian kognitif) diantaranya

bagaimana seseorang menilai situasi yang dapat

menyebabkan stress dan bagiaman seseorang dapat

menggunakan strategi yang tepat untuk mengatasi situasi

yang menekan.

Adapun respon kognitif meliputi proses penilaian terhadap stress

yang dianggap berbahaya atau mengancam diri, kekacauan

pikiran, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, atau munculnya

pikiran-pikiran yang tidak sehat. Respon kogntif juga meliputi

aktivitas coping. Reaksi emosi terhadap stress diantaranya

perasaan takut, cemas, malu, marah, depresi, penyangkalan,

bahkan sabar dan tabah. Respon perilaku dapat berupa tindakan

melawan penyebab stress atau menghindar dari hal-hal yang

mengancam (Taylor, 2003).

e. Dampak Stres Akademik

Beban stres yang dirasa terlalu berat juga dapat memicu

seorang remaja untuk berperilaku negatif, seperti merokok,


20

alkohol, tawuran, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA

(Widianti, 2007).

Stres tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi kesehatan

tetapi juga terhadap prestasi. Seorang peserta didik yang

terdaftar dan sedang mengikuti program pendidikan yang

diselenggarakan oleh institusi pendidikan setingkat universitas

disebut sebagai mahasiswa (Direktorat Pendidikan UI, 2008).

Hasil evaluasi belajar mahasiswa setiap semester berdasarkan

jumlah satuan kredit semester yang diambil yang disebut

sebagai nilai indeks prestasi. Goff.A.M. (2011) menyatakan

tingkat stres berpengaruh terhadap kemampuan akademik.

Dalam jangka panjang, stress akademik dapat memberikan

dampak secara fisik dan mental pada mahasiswa sehingga

kemampuan dalam mengatasi stres atau yang disebut dengan

koping merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh

mahasiswa (Kumar, 2011).

f. Tingkatan stres

Lima tingkatan stres, antara lain :

1) Stres normal

Stres normal yang dihadapi secara teratur dan

merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Seperti dalam

situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak

lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras


21

setelah aktivitas (Crowford & Henry, 2003). Stres normal

alamiah dan menjadi penting, karena setiap orang pasti

pernah mengalami stres. Bahkan, sejak dalam kandungan.

2) Stres ringan

Stres ringan adalah stresor yang dihadapi secara

teratur yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam.

Situasi seperti banyak tidur, kemacetan atau dimarahi

dosen. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain

bibir sering kering, kesulitan bernafas (sering terengah-

engah), kesulitan menelan, merasa goyah, merasa lemas,

berkeringat berlebihan ketika temperature tidak panas dan

tidak setelah beraktivitas, takut tanpa alasan yang jelas,

menyadari denyut jantung walaupun tidak setelah

melakukan aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa

sangat lega jika situasi berakhir (Psychology Foundation

of Australia, 2010). Dengan demikian, stresor ringan

dengan jumlah yang banyak dalam waktu singkat dapat

meningkatkan risiko penyakit bagi mahasiswa.

3) Stres sedang

Stres ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam

sampai beberapa hari. Misalnya masalah perselisihan yang

tidak dapat diselesaikan dengan teman atau pacar. Stresor

ini dapat menimbulkan gejala, antara lain mudah marah,


22

bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, sulit untuk

beristirahat, merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika

mengalami penundaan dan menghadapi gangguan

terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah tersinggung,

gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang

menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal, tugas

kuliah (Psychology Foundation of Australia, 2010).

4) Stres berat

Stres berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi

dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti

perselisihan dengan dosen atau teman secara terus-

menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan

penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan lama

situasi stres, makin tinggi risiko stres yang ditimbulkan.

Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain merasa

tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat

lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal

yang dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan,

putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak

berharga sebagai seorang manusia, berpikir bahwa hidup

tidak bermanfaat. Semakin meningkat stres yang dialami

mahasiswa secara bertahap maka akan menurunkan energi


23

dan respon adaptif (Psychology Foundation of Australia,

2010).

5) Sangat berat

Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat

terjadi dalam beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak

dapat ditentukan. Seseorang yang mengalami stres sangat

berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung

pasrah. Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya

teridentifikasi mengalami depresi berat.

g. Masalah kesehatan yang dapat muncul karena stres akademik

Beban stres yang dirasa terlalu berat dapat memicu

gangguan memori, konsentrasi, penurunan kemampuan

penyelesaian masalah, dan kemampuan akademik. Selain itu

stres yang dirasa berat juga dapat memicu munculnya masalah

kesehatan seperti depresi dan kecemasan berlebih (G. Jain dan

M. Singhai, 2017).

h. Koping stres akademik

Upaya yang diarahkan untuk mengelola stres baik itu

konstruktif maupun destruktif disebut dengan koping (Stuart dan

Sundeen, 2015). Mahasiswa yang memiliki respon koping yang

adaftif dalam menghadapi stres akademik akan memiliki

ketahanan atau mampu bertahan, sebaliknya dengan mahasiswa

yang memiliki respon koping yang maladaptif (Zhang et al,


24

2017). Mahasiswa yang mengalami tingkat stres yang rendah

cendenrung memilih menggunakan koping yang aktif (koping

yang berorientasi pada masalah) (Yildiz et al 2014). Mahasiswa

dengan tingkat stres yang tinggi cenderung memilih koping

yang pasif (koping yang berorientasi terhadap emosi) yang

dilakukan dengan menghindar sehingga tidak menyelesaikan

masalah dan bisa menyebabkan depresi (Yildiz et al, 2014; Wolf

et al, 2015).

3. Konsep Gangguan Pencernaan

a. Definisi

Gangguan fungsional saluran cerna merupakan

serangkaian keluhan yang ditemukan disepanjang saluran cerna,

tergantung kepada lokasi yang dikenai, dimana tidak ditemukan

kelainan organik yang dapat menerangkan penyebab keluhan

tersebut atau keluhan yang disampaikan tidak sebanding dengan

kelainan organik yang ditemukan (Murni, 2010 dalam Setiati

dkk, 2017).

Berbagai gangguan dapat timbul dalam saluran

pencernaan yang berhubungan dengan proses pencernaan, dan

penyerapan makanan. Gangguan peristaltik yang dapat

mengakibatkan buang air besar terlampau jarang (sembelit) atau

terlampau sering (diare) (Tan & Rahadja, 2010).


25

b. Patofisiologi gangguan pencernaan terkait stres

Dalam respon stres, impuls aferen akan ditangkap oleh

organ pengindra (mata, telinga, hidung dan kulit), pengindra

internal (baroreseptor, kemoreseptor) ke pusat saraf di otak. Dua

daerah otak primer yang terlibat dalam reaktivitas stres adalah

hipotalamus dan locus ceruleus. Aktivitas hipotalamus oleh stres

kemungkinan dimediasi sebagian oleh otak limbik (khususnya

amigdala dan hipocampus) dan sebagian oleh locus ceruleus di

batang otak. Jalur neural dan neuroendokrin di bawah kontrol

hipotalamus akan diaktifkan. Pertama, akan terjadi sekresi

sistem saraf simpatis kemudian diikuti oleh sekresi simpatis-

adrenal-moduler, dan akhirnya bila stres masih tetap ada, sistem

hipotalamus-pituitari akan diaktifkan (Smeltzer, 2001 ;Mertz,

2006).

Respon sistem saraf simpatis bersifat cepat dan singkat

kerjanya. Norepinefrin dikeluarkan pada ujung saraf yang

berhubungan langsung dengan ujung organ yang dituju,

mengakibatkan peningkatan fungsi organ vital dan

perangsangan tubuh secara umum. Peningkatan curah jantung

dan ventilasi serta pengalihan aliran darah dari bagian yang

aktivitasnya ditekan dan mengalami vasokonstriksi, misalnya

saluran cerna dan ginjal ke otot rangka dan jantung yang lebih

aktif, yang mempersiapkan tubuh melakukan respon lawan atau


26

lari. Secara bersamaan, sistem simpatis mengaktifkan hormon

penguat dalam bentuk pengeluaran epinfrin dari medula adrenal

untuk melakukan fungsi lain, misalnya mobilisasi simpanan

karbohidrat dan lemak (Smeltzer, 2001 ;Sherwood, 2011).

Bila stres masih tetap ada, sistem hipotalamus-pituitari

akan diaktifkan memicu pelepasan CRF (Corticotropin

Releasing Factor), ACTH (Adreno-Corticotropic Hormone) dan

kortisol yang mempengaruhi fungsi usus, komposisi dan

pertumbuhan microbiota, dan juga merangsang sistem saraf

simpatik. Stres mengubah jumlah sel mast, EC sel, limfosit serta

neurotransmitter yang diproduksi, yang semuanya terlibat dalam

aktivasi kekebalan mukosa dan selanjutnya berinteraksi dengan

gut microbiota dan gut function (Qin, dkk., 2014). Stres yang

parah atau jangka panjang dapat mengakibatkan perubahan

jangka panjang dalam respon stres (plasticity), yang

menyebabkan peningkatan sintesis CRF. CRF adalah mediator

kunci dari respon pusat stres yang merangang usus secara

langsung melalui reseptor CRF-1 dan CRF-2. Reseptor CRF-1

merangsang kontraksi kolon, sedangkan reseptor CRF-2

mengurangi aktivitas usus bagian atas (Bathia & Tandon,

2005;Mertz, 2006).

Enteric Nervous System (ENS) terhubung secara dua arah

ke otak membentuk ‘brain-gut axis’. Secara umum, sumbu ini


27

terdiri dari reseptor, dan serat aferen yang memproyeksikan ke

integratif daerah pusat dan serat eferen memproyeksikan ke otot

polos dan kelenjar saluran cerna untuk secara langsung

mempengaruhi motilitas saluran cerna, sekresi getah pencernaan

dan hormon pencernaan. ENS merupakan pleksus saraf

instrinsik yaitu dua anyaman utama serat saraf pleksus

submukosa dan pleksus mienterikus yang seluruhnya berada di

dalam dinding saluran cerna dan berjalan di sepanjang saluran

cerna (Bathia & Tandon, 2005 dalam Sherwood, 2011). ENS

dapat berfungsi secara independen pada SSP (Susunan Saraf

Pusat), sebuah komunikasi dua arah antara dua organ ini

memungkinkan sinyal dari saluran gastrointestinal (misalnya

sensasi visceral) untuk mempengaruhi otak berkaitan dengan

refleks regulasi dan suasana hati.

c. Tanda dan gejala

Gangguan fungsional saluran cerna sangatlah beragam

jenis dan keluhannya, dan dapat terjadi dari proses menelan

seperti aerofagia, mual muntah, dispepsia fungsional, gangguan

saluran cerna bagian bawah seperti IBS, nyeri perut, saluran

empedu, dan gangguan defekasi. Seorang klinisi harus dapat

membedakan antara kelainan fungsional dan organik (Murni,

2010 dalam Setiati dkk, 2017).


28

Pada IBS misalnya nyeri perut dan gangguan defekasi

merupakan keluhan yang khas, akan tetapi keluhan seperti ini

bisa juga terjadi pada penyakit organik yang serius. Namun

dengan menggali sifat nyeri pada IBS seperti nyeri yang suka

berpindah-pindah disekitar abdomen, dan berhubungan dengan

defekasi dapat mengarahkan klinisi untuk memikirkan diagnosis

IBS (Murni, 2010 dalam Setiati dkk, 2017).

d. Komplikasi

Komplikasi dari gangguan pencernaan diantaranya adalah :

a. Malnutrisi, seseorang dengan gangguan pencernaan

mempunyai asupan makanan yang kurang, mengalami

stres metabolik, malabsorpsi, dan peningkatan kebutuhan

nutrisi, sehingga lebih beresiko mengalami malnutrisi

(Alberda dkk., 2006).

b. Usofagitis atau peradangan usofagus, dapat merupakan

komplikasi pada hernia heatus usofagus (Pearce, 2009).

c. Ulkus dan Kolitis, sekresi cairan pencernaan yang

berlebihan dapat menyebabkan radang dan

menghancurkan lapisan bagian dalam lambung. Kolon

yang terletak di bagian bawah lambung juga rentan

terhadap terjadinya ulkus, yang menyebabkan kolitis

(peradangan pada lapisan bagian dalam kolon) (National

Safety Council, 2004).


29

d. Irritable Bowel Sindrome (IBS),ditandai dengan serangan

nyeri atau nyeri tekan pada daerah perut, kram, diare,

mual, konstipasi, dan buang angin yang berulang kali

(National Safety Council, 2004).

B. Landasan Teori

1. Kondisi Stres Akademik

Winkleman (1994, dalam Misra & Castillo, 2004) menyebutkan

bahwa distress secara fisik akan mengakibatkan kurangnya energi dari

tubuh secara persisten, kurangnya nafsu makan, sakit kepala dan

lambung. Tingginya tingkat distress, khususnya pada mahasiswa,

berpengaruh terhadap kecemasan dan depresi, keinginan untuk bunuh

diri, pola hidup yang buruk, gangguan pola tidur, sakit kepala, dan

perasaan tidak berdaya (Oman, Shapiro, Thoresen, & Plante, 2008).

Empat aspek dampak stres yaitu fisik, kognitif, emosi, dan perilaku

(Bressert, 2016).

Stres telah berdampak pada fisik diantaranya adalah adanya

gangguan tidur, peningkatan detak jantung, ketegangan otot, pusing

dan demam, kelelahan, dan kekurangan energi. Adanya dampak pada

aspek kognitif ditandai dengan adanya kebingungan, sering lupa,

kekhawatiran, dan kepanikan. Pada aspek emosi, dampak dari stress

diantaranya adalah mudah sensitif dan mudah marah, frustrasi, dan

merasa tidak berdaya. Pada aspek perilaku, stress berdampak pada

hilangnya keinginan untuk bersosialisasi, kecenderungan untuk ingin


30

menyendiri, keinginan untuk menghindari orang lain, dan timbulnya

rasa malas (Bressert, 2016).

Beban stres yang dirasa terlalu berat dapat memicu gangguan

memori, konsentrasi, penurunan kemampuan penyelesaian masalah

dan kemampuan akademik. Stres berat dapat dapat memicu

munculnya masalah kesehatan seperti depresi dan kecemasan berlebih

(Hamzah dan Hamzah R, 2020).

Secara fisik, stress akademik mengakibatkan gangguan tidur,

sehingga mahasiswa banyak yang menggunakan zat sedatif (Waqas,

Khan, Sharif, Khalid, & Ali, 2014).

a. Indikator Stres

Indikator stres merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif

yang dapat menggambarkan tingkat stres individu, termasuk

pada mahasiswa. Stres memberikan dampak langsung terhadap

psikologis yang secara tidak langsung berdampak pula pada

fisiologis. Terdapat beberapa indikator stress, yaitu fisiologis,

emosional, dan perilaku stress (Potter & Perry, 2005;

Psychology Fuondation of Australia, 2010).

Indikator Fisiologis stres adalah objektif dan lebih mudah

diidentifikasi. Berupa kenaikan tekanan darah, tangan dan kaki

dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala,

gangguan lambung, suara yang bernada tinggi, muntah, mual,

diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, dan


31

telapak tangan berkeringat. Indikator fisiologis secara umum

dapat diamati.

Indikator emosional dan perilaku stres sangat bersifat

subjektif. Indikator stres psikologis dan perilaku berupa:

ansietas, depresi, kepenatan, kelelahan mental, perasaan tidak

adekuat, kehilangan harga diri, minat dan motivasi, ledakan

emosi dan menangis, kecenderungan membuat kesalahan,

mudah lupa dan pikiran buntu, kehilangan perhatian terhadap

hal-hal yang rinci, preokupasi, ketidakmampuan berkonsentrasi

terhadap tugas, rentan terhadap kecelakaan, serta penurunan

produktivitas dan kulitas kerja. Indikator emosional dan perilaku

tidak mudah untuk diamati.

Indikator perilaku dapat berupa konstruktif atau destruktif.

Perilaku konstruktif membantu mahasiswa menerima tantangan

untuk menyelesaikan konflik, sedangkan perilaku destruktif

akan mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan penyelesaian

masalah, kepribadian, situasi yang sangat berat, dan kemampuan

untuk berfungsi. Perilaku adaptif psikologis dapat disebut

sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini berorientasi pada

tugas yang mencakup penggunaan teknik pemecahan masalah

secara langsung untuk menghadapi ancaman, mekanisme ini

cenderung ditemukan pada perempuan. Sedangkan laki-laki

lebih sering menggunakan mekanisme koping berupa


32

pertahanan ego, untuk mengatur distres emosional dan dapat

memberikan perlindungan terhadap ansietas dan stres (Potter &

Perry, 2005). Sehingga perempuan lebih mudah diidentifikasi

jika mengalami stres daripada laki-laki. Walker (2002) &

Goff.A.M. (2011) menemukan bahwa tingkat stres pada

perempuan lebih tinggi daripada laki-laki untuk semua tipe

stresor. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Misra & Mc.Kean

(2000) yang menyatakan bahwa mahasiswa perempuan

memiliki tingkat stres akademik yang lebih tinggi daripada

mahasiswa laki-laki.

2. Gambaran Klinis Gangguan Pencernaan

Gejala dari gangguan pencernaan sangat beragam, namun terdapat

beberapa pola dominan (Davey, 2005), yaitu:\

a. Kembung

b. Refleks gastrokolik yang jelas (merasa perlu defekasi segera

setelah makan)

c. Identifikasi makanan pemicu: makanan tertentu bisa

menyebabkan

d. timbulnya gejala, misalnya produk susu, makanan berlemak atau

pedas, dan alkohol

e. Nyeri berkurang bila defekasi

f. Kebiasaan buang air besar kacau


33

g. Sedangkan menurut Muttaqin & Sari (2011), tanda gejala

gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain: nyeri,

mual, muntah, diare, pembesaran abdomen, kembung dan

sendawa, ketidaknyamanan abdomen, gas usus, hematemesis,

perubahan pada kebiasaan defekasi, serta karakteristik feses,

malaise dan sebagainya.


34

C. Kerangka Teori

MAHASISWA
Semester VIII

1. Perkuliahan online
2. Konsultasi Proposal dan
laporan secara online
3. Dinas di laboratorium

Gangguan
Stres Akademik
Pencernaan

Indikator Stres Akademik :


1. Fisiologis Tanda dan gejala :

2. Emosional 1. Aerofagia
3. Perilaku 2. Mual muntah
3. Dispepsia
fungsional
4. Gangguan saluran
cerna bagian bawah
seperti IBS (nyeri
perut, kembung,
diare atau sembelit
dan gangguan
Keterangan :
defekasi.
: Diteliti

: Tidak diteliti

Skema 2.1 kerangka konsep teori


35

D. Kerangka Konsep Penelitian

Konsep adalah gambaran dari suatu realita yang dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antar variabel. Kerangka konsep dapat membantu peneliti menghubungkan

hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2017). Kerangka konsep yang

terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Gangguan
Stres Akademik
Pencernaan

Skema 2.2 kerangka konsep penelitian

E. Pertanyaan Penelitian/Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar

variabel yang merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau

tentang kemungkinan hasil penelitian (Nursalam, 2017).

Ha : Ada hubungan stres akademik terhadap gangguan pencernaan pada

mahasiswa semester VIII di STIKES Suaka Insan Banjarmasin.


36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif yang menggunakan

rancangan penelitian kolerasi bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana

variasi pada satu atau lebih variabel lain (Azwar, 2010) dengan desain

pendekatan cross sectional, yaitu data variabel independen dengan variabel

dependen diambil pada saat yang bersamaan (Nursalam, 2008). Bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan stres dengan gangguan

pencernaan pada mahasiswa semester VII di STIKES Suaka Insan

Banjarmasin.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada Maret 2021 di STIKES Suaka Insan

Banjramasin.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generasi terdiri atas: objek/ subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti yang nantinya dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Di dalam penelitian ini yang

menjadi populasi adalah Mahasiswa STIKES Suaka Insan

Banjarmasin.
37

2. Besar Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini

adalah mahasiswa semester VII STIKES Suaka Insan Banjarmasin

yang didapatkan total sampel 31 mahasiswa.

3. Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

berbagai teknik sampling yang digunakan (Sugiyono, 2012). Metode

sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling.

Dimasukan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga

jumlah klien yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2013).

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).

Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah :

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

atau terikat (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel independen adalah stres akademik pada mahasiswa semester

VII di STIKES Suaka Insan Banjarmasin.


38

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah

gangguan pencernaan pada mahasiswa semester VII di STIKES Suaka

Insan Banjarmasin.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

ukuran dalam penelitian, sedangkan cara pengukurannya merupakan cara

variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Nursalam, 2013).


39

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Paramet Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional er
Variabel Stres 1. Fisiolog Kuesioner Ordinal 1. Normal
Independen akademik is (Skor
Stres adalah 2. Emosio 30-48) :
Akademik keadaan suatu nal 2. Stres
Mahasiswa individu yang 3. Perilaku ringan
melibatkan (skor 49-
tekanan hasil 66)
persepsi serta 3. Stres
penilaiannya sedang
terhadap (skor 67-
stresor 85)
akademik, 4. Stres
berhubungan berat
dengan ilmu (skor 86-
pengetahuan 103)
dan 5. Sangat
pendidikan di berat
perguruan (skor
tinggi 104-120)
40

Variabel Gangguan Gejala- Kuesioner Ordinal 1. Berat =


Dependen fungsional gejala 101 –
Gangguan Saluran cerna ganggua 135
Pencernaan merupakan n 2. Sedang
serangkaian pencerna = 64 –
keluhan yang an. 100
ditemukan 3. Ringan
disepanjang = 27 - 63
saluran cerna,
tergantung
kepada lokasi
yang dikenai,
dimana tidak
ditemukan
kelainan
organik yang
dapat
menerangkan
penyebab
keluhan
tersebut atau
keluhan yang
disampaikan
tidak sebanding
dengan
kelainan
organik yang
ditemukan.
41

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012).

Instrumen dalam penelitian ini untuk melihat stres akademik yaitu dengan

menggunakan kuesioner dengan skala likert. Tingkat stres pada instrumen

ini berupa normal, ringan, sedang, berat dan sangat berat. Untuk melihat

stres akademik pada mahasiswa STIKES Suaka Insan Banjarmasin

digunakan kuesioner 30 pertanyaan yang akan dilakukan uji validitas,

pertanyaan yang mencakup 3 subvariabel yaitu : fisik, emosi/psikologis, dan

perilaku. dengan pilihan jawaban tidak pernah, kadang, sering, selalu

kemudian memberi tanda (√) chekclist pada jawaban yang telah disediakan,

Instrumen untuk gangguan pencernaan yaitu dengan menggunakan

kuesioner ROME III Diagnostic Questionnaire. ROME III Diagnostic

Questionnaire merupakan penilaian diagnosis gangguan pencernaan yang

mana sistem pengklasifikasiannya berdasarkan kelompok gejala. (Jung,

2011;Health World Limited, 2014).

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Stres Akademik


No Stres Akademik Favorable Unfavorable Jumlah Item
1. Fisiologis 24, 27, 29 2, 3, 5, 8, 14, 15
15, 17, 19, 20,
25, 28, 29
2. Psikologis/Emosi 21, 23 1, 6, 12 5
3. Perilaku 22, 26 4, 7, 9, 10, 11, 10
13, 16, 18
Total 30

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Gangguan Pencernaan


42

Gangguan Favorable Unfavorable Jumlah Item


Pencernaan
Tanda dan Gejala - 1-27 27
Total 27

G. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Setelah kuesioner selesai disusun dan dimodifikasi, penelitian

perlu melakukan uji validas dan uji reabilitas. Untuk itu maka

kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba “trial” di lapangan

(Notoadmojo, 2010).

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalitan suatu instrument suatu. Suatu instrument yang valid

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid

berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang di inginkan (Arikunto, 2010). Uji

validitas akan dilakukan kepada mahasiswa semester VI di Stikes

Suaka Insan Banjarmasin, uji validitas berbeda dengan responden

yang akan digunakan untuk penelitian.

Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara

variabel dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas yaitu

dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan

skor total menggunakan rumus teknik Pearson Product Moment

(Hidayat, 2015).
43

n ∑ XiYi−( ∑ Xi )( ∑ Yi )
Rhitung¿ 2 2 2
√ {n ∑ Xi −(∑ Xi) }{n∑ Y i −( ∑ Yi) }
2

Keterangan:

rhitung= Koefisien Kolerasi suatu butir atau inttern

N= jumlah subyek

X= skor atau suatu butir atau intern

Y=skor total

Menurut Hidayat (2015) untuk table tα = 0,05 derajat kebebasan

(dk=n-2). mengetahui nilai korelasi tiap pertanyaan signifikan maka

akan dilihat pada tabel nilai product moment. Jika nilai rhitung ≥ rtabel

berarti valid demikian sebaliknya jika nilai r hitungnya < r tabel tidak

valid. Selanjutnya untuk memperoleh alat ukur yang valid maka

pertanyaan yang tidak memenuhi taraf significancy harus diganti,

direvisi atau dihilangkan.

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang

berarti prinsip keadaan instrumen dalam mengumpulkan data.

Kuesioner dikatakan valid apabila instrumen telah mengukur apa yang

seharusnya diukur.

Uji validitas ini telah dilakukan pada tanggal 9 Juni sampai

dengan 19 Juni 2021 kepada mahasiswa semester VI di Stikes Suaka

Insan Banjarmasin yang memiliki ciri-ciri dengan kriteria dari

peneliti.
44

Pada kuesioner penelitian ini terdapat 30 item pertanyaan yang

valid semua, dimana kuesioner r hitung > 0,361 dengan nilai r tertinggi

0,818 dan r hitung terendah 0,405, serta tidak ada pertanyaan yang

dinyatakan tidak valid atau r < 0,361.

Item Pertanyaan Hasil r tabel Keterangan

0,361 Valid
1 0,690 0,361 Valid
2 0,554 0,361 Valid
3 0,529 0,361 Valid
4 0,672 0,361 Valid
5 0,583 0,361 Valid
6 0,818 0,361 Valid
7 0,775 0,361 Valid
8 0,516 0,361 Valid
9 0,695 0,361 Valid
10 0,615 0,361 Valid
11 0,751 0,361 Valid
12 0,744 0,361 Valid
13 0,696 0,361 Valid
14 0,643 0,361 Valid
15 0,727 0,361 Valid
16 0,688 0,361 Valid
17 0,757 0,361 Valid
18 0,544 0,361 Valid
19 0,460 0,361 Valid
20 0,495 0,361 Valid
21 0,484 0,361 Valid
22 0,666 0,361 Valid
23 0,423 0,361 Valid
24 0,532 0,361 Valid
25 0,438 0,361 Valid
26 0,405 0,361 Valid
27 0,763 0,361 Valid
28 0,537 0,361 Valid
29 0,475 0,361 Valid
30 0,595 0,361 Valid
45

2. Uji Reabilitas

Reliabel adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan, yang berarti

menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Setelah mengukur validitas maka dilakukan pengukuran

reliabilitas data untuk mengetahui apakah alat ukur dapat digunakan

atau tidak. Untuk menguji reliabilitas menggunakan bantuan aplikasi

statistik komputer (SPSS). Setelah semua pertanyaan dilakukan uji

valid, maka akan dilanjutakan dengan uji reliabilitas, yaitu

perbandingan nilai Cronbach’s Alpha dengan standar reliabilitas

apabila Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 maka dikatakan reliabel dan

sebaliknya dikatakan tidak reliabilitas apabila Cronbach’s Alpha ≤ 0,6

(Riyanto, 2011). Uji reliabilitas dilakukan kepada mahasiswa semester

VI di Stikes Suaka Insan Banjarmasin uji validitas berbeda dengan

responden yang akan digunakan untuk penelitian.

Pada uji reabilitas penelitian ini dimana kuesioner Hubungan

Antara Stres Akademik dengan Gangguan Pencernaan pada

Mahasiswa Semester VIII Stikes Suaka Insan Banjarmasin

didapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,940 atau tinggi, sehingga


46

dapat disimpulkan jika alat ukur yang peneliti gunakan reliabilitas

atau dapat diandalkan.

H. Tehnik Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan

prosedur yang berlaku yaitu pertama peneliti meminta surat izin

penelitian ke pihak institusi pendidikan STIKES Suaka Insan

Banjarmasin. Setelah surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh

institusi selesai, selanjutnya peneliti menyampaikan surat izin tersebut

kepada Ketua STIKES Suaka Insan Banjarmasin.

2. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data, setelah mendapatkan persetujuan,

peneliti meminta data-data yang diperlukan untuk penelitian pada

mahasiswa semester VIII STIKES Suaka Insan Banjarmasin.

Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut yaitu peneliti

memberikan kuesioner pada mahasiswa dan mempersilahkan untuk

mengisi kuesioner tingkat stres akademik dan kuesioner gangguan

pencernaan, jika keadaan tidak memungkinkan dimasa pandemi untuk

bertemu dengan responden maka peneliti menggunakan google form

untuk pengisian kuesioner.

I. Jalannya Penelitian
47

Penelitian dimulai pada bulan Februari di STIKES Suaka Insan

Banjarmasin pelaksanaan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Peneliti merancang judul sesuai dengan minat masalah yang

terjadi, kemudian mengajukan masalah serta jurnal kepada

koordinator riset, judul disetujui, peneliti mengajukan surat izin studi

pendahuluan kepada ketua koordinator riset, selanjutnya peneliti

mengantar surat tersebut ke BAA STIKES Suaka Insan Banjarmasin

dan menunggu surat izin dikeluarkan, setelah surat izin keluar peneliti

melakukan studi pendahuluan dengan mewawancarai beberapa

mahasiswa. Setelah penyusunan proposal selesai peneliti maju untuk

melakukan seminar.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah peneliti melaksanakan ujian proposal, telah melakukan

perbaikan maka peneliti melaksanakan penelitian. Sebelum

melakukan penelitian, peneliti meminta surat izin penelitian dari

kepala koordinator riset, setelah mendapatkan surat izin kemudian

peneliti memberikan surat izin penelitian ke BAA STIKES Suaka

Insan Banjarmasin untuk diproses. Setelah itu pihak BAA

memberitahukan bahwa Ketua STIKES Suaka Insan Banjarmasin

sudah memberikan ijin penelitian kemudian peneliti melakukan

penelitian pada mahasiswa semester VIII dengan pengisian kuesioner

menggunakan google form.


48

J. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengelolaan Data

Analisa data dimulai dengan penyelesaian dan pemeriksaan

kelengkapan jawaban yang dilakukan setelah data terkumpul.

Selanjutnya data yang ada dianalisa dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Editing

Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan, editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Sebelum data

mulai dianalisa, peneliti melihat apakah data tersebut sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh peneliti dengan cara

memeriksa kelengkapan data dan kesalahan pada pengisian

kuesioner untuk memastikan data yang diperoleh telah lengkap,

dapat dibaca dengan baik, relevan, dan konsisten. Hasil dari data

yang diperiksa telah lengkap, dapat dibaca dengan baik, relevan

dan konsisten.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data yang berbentuk

huruf menjadi data yang berupa angka atau bilangan. Pada tahap

Coding peneliti memberikan kode 1,2,3,4,5 pada hasil ukur stres

akademik yaitu, 1 = normal, 2 = stres ringan, 3 = stres sedang, 4

= stres berat, 5 = sangat berat. Sedangkan untuk hasil ukur


49

gangguan pencernaan peneliti memberi kode 1, 2 dan 3 dengan

penjelasan 1 = berat, 2 = sedang dan 3 = ringan.

c. Scoring

Scoring adalah pemberian nilai berupa angka pada

jawaban pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif.

d. Tabulating

Tabulating adalah penyajian dalam bentuk angka

(numerik) yang disusun dalam kolom dan baris (tabel) dengan

tujuan untuk menunjukkan frekuensi kejadian dalam kategori

yang berbeda. Peneliti akan menggunakan tabel distribusi

frekuensi untuk menyajikan data secara terperinci.

e. Entry Data

Entry data yaitu memasukkan data atau jawaban-jawaban

yang sudah diberi kode dan skor ke dalam tabel dengan cara

menghitung frekuensi data. Data dimasukkan secara manual dan

menggunakan program atau pengolahan komputer.Setelah

kuesioner terisi dan telah melewati pengkodingan, maka langkah

selanjutnya memproses data dengan mengentry data kepaket

program komputer. Data yang telah dikumpulkan dari lembar

kuesioner kemudian di masukan ke microsoft office excel

disajikan dalam bentuk angka yang disusun dalam kolom dan

baris (tabel) kemudian data tersebut dilakukan analisa data.


50

f. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan

pengecekkan kembali data yang sudah dientry apakah ada

kesalahan atau tidak saat memasukan data ke komputer. Dalam

proses cleaning, peneliti melakukan beberapa kegiatan

pengecekan data-data yang telah diolah dan disajikan apakah

sudah lengkap dan benar ataukah belum sehingga, hasil yang

disajikan telah sesuai dengan tujuan dari penelitian.

2. Analisa Data

Setelah data diperoleh kemudian di analisa dengan

menggunakan bantuan komputer yaitu program komputer dalam

bentuk tabel dan narasi, adapun analisa yang digunakan yaitu :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Analisa

univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

variabel independen dan variebel dependen. Setelah itu kedua

instrumen yang digunakan dihitung skor totalnya yang diperoleh

dari setiap responden, kemudian skor total tersebut diubah

dalam bentuk presentase dengan rumus :

Keterangan :

f
P= x 100%
n
51

P : hasil persentase

f : hasil pencapaian/skor total setiap responden

n : hasil pencapaian maksimal.skor maksimal

Hasil presentase dari pencapaian setiap responden

kemudian di interprestasikan kedalam beberapa kategori

Arikunto (2006) skala yang bersifat kuantitatif, yaitu :

1) Stres Akademik

a) Normal : Skor 30-48

b) Stres ringan : Skor 49-66

c) Stres sedang : Skor 67-85

d) Stres berat : Skor 86-103

e) Sangat berat : Skor 104-120

2) Gangguan Pencernaan

a) Berat : Skor 101 - 135

b) Sedang : Skor 64 - 100

c) Ringan : Skor 27 - 63

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau memiliki kolerasi untuk

mengetahui ada atau tidaknya hubungan. Untuk membuktikan

hipotesis adanya hubungan antara stres akademik dan

kekambuhan gastritis maka dilakukan uji statistik kolerasi

Spearman Rho (Notoatmodjo, 2010). Uji statistik kolerasi


52

Spearman Rho digunakan ketika menguji variabel-variabel yang

menggunakan skala ordinal yang di bantu menggunakan SPSS.

6 ∑ bˆ 2
rs = 1-
n(n 2−1)

Keterangan :

rs = rho (nilai korelasi spearman rank)

b² = selisih setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank untuk spearman

Ketentuan dalam pengambilan keputusan apakah hipotesis

diterima atau ditolak dengan melihat signifikasi (0,05) apabila p

≤ 0,05 maka Ho ditolak dapat dinyatakan adanya hubungan

antara stres akademik dengan gangguan pencernaan pada

mahasiswa semester VIII di STIKES Suaka Insan Banjarmasin,

namun jika nilai p ≥ 0,05 Ho diterima maka dapat dinyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara stres akademik dengan

gangguan pencernaan pada mahasiswa semester VIII di STIKES

Suaka Insan Banjarmasin (Arikunto, 2010).

K. Etika Penelitian

Hidayat (2014), masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai

berikut :
53

1. Informed Concent

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed concent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangi lembar persetujuan. Jika respoden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar atau ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun maslah-

maslah lainnya. Semua informasi yang telah dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.
54

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, A., & Wardani, I. Y. (2018). Stres Akademik dan Gejala Gastrointestinal
pada Mahasiswa Keperawatan. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ).
Agustiningsih, N. (2018). Gambaran Depresi Pada Pasien Dengan Hemodialisis.
Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 4 (1).
https://doi.org/10.36053/mesencephalon.v4i1.72
Aksono, B. T., & Aksono, GH. (2009). Bebas Masalah Pencernaan.
Yogyakarta: Kanasius.
Andri. (2011). The Biopsychosocial Concept in Psychosomatic Complaints.
Azwar, Saifuddin. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A. 1997. Self Efficacy – The Exercise of Control (Fifth Printing, 2002).
New York: W.H. Freeman & Company.
Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria.
Bressert, S. (2016). The impact of stress. Psych Central. Diunduh dari
https://psychcentral.com/lib/the-impact-of-stress.
Chaidir, R., & Maulina, H. (2015). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian
Sindrom Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa Semester Akhir Prodi
S1 Keperawatan di Stikes Yasri Sumbar Bukittinggi. Jurnal Ilmu
Kesehatan Afiyah.
Crawford, JR & Henry, JD. (2003). The Depression Anxiety Stress Scale (DASS):
Normative data and latent structure in a large non-clinical sample.
British Journal of Clinical Psychology
Davey, Patrick. (2005). Medicine At A Glance. Alih Bahasa: Rahmalia. A,dkk.
Jakarta: Erlangga
Ernawati, L., & Rusmawati, D. (2015). Dukungan Sosial Orang Tua dan Stres
Akademik pada Siswa SMK yang Menggunakan Kurikulum 2013. Jurnal
Empati.
Foster, W. A., E. D Walker. (2002). Medical and Veterinary Entomology.
Terjemahan oleh Gary M. Dan Lanced. London: Academic Press.
Goff, A.M. (2011). Stressor, Academic performance and learned resourcefullness
in baccalaureate nursing student. International Journal of Nursing
Education Scholarship.
55

Hartaji, Damar A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah


Dengan Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma. (tidak diterbitkan)
Irlaks, V. S., Murni, A. W., & Liza, R. G. (2020). Hubungan antara Stres
Akademik dengan Kecenderungan Gejala Somatisasi pada Mahasiswa
Program Studi Kedokteran Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Angkatan 2015. Jurnal Kesehatan Andalas.
Kadapatti & Vijayalaxmi. (2012). Stressors of academic stress‟ a study on
presuniversity students. Indian J. Sci. Res, vol. 3, no. 1,
Kobasa, S. C. (1979). Stressful life events, personality, and health : An
inquiry into hardiness. Journal of Personality & Social Psychology, 37,
(1), 1 -11Kountour, Ronny. 2004. Metode Penelitian untuk penulisan
skrips dan tesis. Jakarta: PPM
Kumar, A.A., K. Karthick, Arumugam, K. P., (2011), Properties of
Biodegradable Polymers and Degradatin for Sustainable Development,
International Journal of Chemical Engineering and Applications.
Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: EGC.
Misra, R dan McKean M. (2000). College Students’ Academic Stress and Its
Relation to Their Anxiety, Time Management and Leisure Satisfaction.
American Journal of Health Studies.
Misra, R., dan Castillo, L.G. (2004). Academis Stress Among College Students:
Comparison of American and International Students. International
Journal of Stress Management. Vol.11, No.2 (132148).
Mulya, H. A., & Indrawati, E. S. (2016). Hubungan Antara Motivasi Berprestasi
Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Tingkat Pertama Fakultas
Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Volume 5.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/download/15224/1
47 20
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
National Safety Council. Manajemen Stres. Jakarta: EGC. 2004
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
(P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Palang Merah Indonesia (PMI) Editor: Herry Prasetyo. (2015). Panduan-
Manajemen Stres. Jakarta: PMI
Pearce Evelyn C. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakata: PT
Gramedia Pustaka Utama
56

Potter & Perry. (2005). Fundamental of nursing : Concept, process, & practice.
(Asih, Y. et. All, penerjemah). Jakarta: EGC.
Psychology Foundation of Australia. (2010) . Depression anxiety stres scale.
http://www.psy.unsw.edu.au/group/dass.
Rahmawati, D. D. (2012). Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada
Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP
Negeri 1 Medan. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada
Rumiani. (2006). Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan
Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. (2014). Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. VI. Jakarta: Interna Publishing.
Shapiro, S. L., Oman, D., & Thoresen, C. E., Plante, T. G., & Flinders, T. (2008).
Cultivating mindfulness: Effects on Well-Being. Journal of Clinical
Psychology.
Sherwood, Laura Iee. (2011). Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP
Negeri 1 Medan.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner &Suddarth. Vol. 2. E/8. EGC, Jakarta.
Stuart, Sundeen. (2015). Principles & Practice Of Psychiatric Nursing. 7th.
Edition. St Louise : Mosby
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Tarmidi, dan Rambe A.R.R. (2010). Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang Tua
dan Self-Directed Learning pada Siswa SMA. Jurnal Psikologi Vol. 37
No. 1
Taylor, S.E. (2003). Health Psychology. Fifth Edition. United States of America:
Mc Graw-Hill, Inc
Tjay, T.H., dan Rahardja, K.. (2010). Obat-Obat Penting. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Ursia, N. R., Siaputra, I. B., & Sutanto, N. (2013). Prokrastinasi Akademik dan
Self-Control pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Surabaya. Makara Seri Sosial Humaniora.
Uwa, L. F., Milwati, S., & Sulasmini, S. (2019). Hubungan Antara Stres dan Pola
Makan Dengan Kejadian Gastritis Yang Terjadi di Puskesmas Diyono.
Jurnal Ilmiah Keperawatan.
57

Waghachavare, V.B., Chavan, V.M., Dhumale, G. B., & Gore. a D. (2013). A


Cross-Sectional Study od Stres Among Junior College Students in a
Rural Area of Sangli District of Maharashtra. Innovative. Journal of
Medical and Health Science.
Waqas, A., Khan, S., Sharif, W., Khalid, U., Ali, A., (2014). Association of aca-
demic stres with sleeping difficulties in medical students of a Pakistani
medical school: a cross sectional survey.
Widianti, E. (2007). Remaja dan Permasalahannya: Bahaya
Merokok,Penyimpangan Seks Pada Remaja, dan Bahaya
Penyalahgunaan Minuman Keras/Narkoba. Bandung : Refika Aditama.
Wilks, S. E. (2008). Resilience A Mid Academic Stress: The Moderating Impact
Of Social Support Among Social Work Students. International Journal Of
Social Work.
Yang, F., & Smith, GD. (2016). PT SC, YNEDT.
http://doi.org/10.1016/j.nedt.2016.10.004
Yildirim, N., Karaca, A., Cangur, S., Acýkgoz, F., & Akkus, D. (2016). NU SC.
YNEDT. http://doi.org/ 10.1016/j.nedt.2016.09.014
Yoga P. D. Kountul, Febi K. Kolibu, Grace E. C. Korompis. (2018).
FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Jurnal KESMAS.
Zhang, L. dkk. (2017). Kualitas hidup terkait kesehatan di antara orang dewasa
dengan dan tanpa hipertensi: Survei berbasis populasi menggunakan
EQ-5D di Shandong Scientific Reports. Springer US.
58

LAMPIRAN 1
59

LAMPIRAN 2

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama (Inisial) :

Umur :

Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang

dilaksanakan oleh Stevany Claudia, mahasiswa program sarjana keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin dengan judul

“Hubungan Antara Stres Akademik dengan Gangguan Pencernaan pada

Mahasiswa Semester VIII Stikes Suaka Insan Banjarmasin”.

Banjarmasin, Januari 2021

Responden

(.............................)
60

LAMPIRAN 3

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk

menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin yang bernama Stevany Claudia, NIM

113063C117028 dengan judul penelitian “Hubungan Antara Stres Akademik

dengan Gangguan Pencernaan pada Mahasiswa Semester VIII Stikes Suaka Insan

Banjarmasin”

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa

sanksi apapun.

Banjarmasin, Januari 2021

Responden Peneliti

(…………………….……) ( Stevany Claudia )


61

LAMPIRAN 4

KUESIONER TINGKAT STRES AKADEMIK

Nama Inisial :
Jenis Kelamin :
Umur :
Petunjuk Pengisian
1. Pada angket ini terdapat 30 butir pertanyaan. Berilah jawaban yang benar-
benar cocok dengan pilihanmu
2. Jawaban jangan dipengaruhi oleh jawaban pertanyaan lain maupun teman
lain
3. Berikan tanda (√) pada jawaban yang anda pilih sesuai dengan keterangan.
a. Tidak Pernah
b. Kadang
c. Sering
d. Selalu

No Pertanyaan Tidak Kadang Sering Selalu


Pernah
1 Saya menemukan diri saya mudah
marah dengan hal-hal yang sepele
2 Mulut saya kering ketika berada
dikelas saat proses pembelajaran
3 Saya mengalami kesulitan
bernafas saat diberi pertanyaan
oleh dosen
4 Saya menemukan bahwa diri saya
sulit untuk bersantai
5 Saya merasa bahwa saya telah
menggunakan banyak energi untuk
berfikir dalam mengerjakan tugas-
tugas kuliah
6 Saya merasa tertekan dengan
62

suasana perkuliahan dikampus


7 Saya cenderung tidak sabaran
terhadap sesuatu yang ditunda-
tunda (dosen yang datang tidak
tepat waktu/telat/menunggu)
8 Saya gampang atau mudah
berkeringan setelah presentasi
dikelas
9 Saya tidak dapat santai dalam
melakukan sesuatu, jika saya tidak
benar-benar mampu untuk
melakukannya
10 Saya menyadari setiap tindakan
yang saya lakukan berpengaruh
terhadap kondisi fisik saya
(misalnya, perasaan takut
meningkatkan denyut jantung)
11 Saya tidak antusias terhadap
materi-materi perkuliahan
12 Saya sulit mentoleri adanya
kesalahan terhadap hasil pekerjaan
yang saya lakukan
13 Saya tidak toleran terhadap
kebisingan atau suara gaduh saat
diskusi kelompok
14 Saya mudah lapar saat mengikuti
proses pembelajaran
15 Saya mengalami gemetar
(misalnya, ditangan ketika
menjawab pertanyaan dosen atau
teman dikelas)
16 Saya merasa sulit untuk
konsentrasi dalam belajar dan
berinisiatif untuk melakukan hal-
63

hal yang baru


17 Saya pusing karena materi
perkuliahan yang membingungkan
18 Saya lupa dengan isi teks books
yang saya baca
19 Tangan saya dingin saat
menunggu giliran ujian praktikum
20 Saya sering ijin buang air kecil
ketika proses pembelajaran
21 Saya tidak terburu-buru dalam
mengerjakan tugas perkuliahan
22 Saya dapat tidur nyenyak
walaupun keesokan harinya saya
harus presentasi dikampus
23 Saya bahagia walaupun tidak
mempunyai teman untuk bercerita
24 Nafsu makan saya tetap baik
walaupun banyak tugas kuliah
yang harus saya selesaikan
25 Tangan saya terasa lembab atau
dingin selama diskusi kelompok
dikelas
26 Saya tetap fokus mendengarkan
presentasi dikelas walaupun saya
sudah mulai bosan
27 Saya tidak lelah setelah seharian
belajar dikampus
28 Saya suka menggigit pena saat
sedang mendengarkan presentasi
dikelas
29 Saya dapat memahami materi
kuliah yang disampaikan oleh
dosen
30 Saya tetap tenang walaupun ada
jadwal kuliah yang mendadak
64
65

KUESIONER GEJALA GANGGUAN PENCERNAAN

PETUNJUK PENGISIAN :

Beri tanda ceklist (√) yang dialamidalam 1 bulan terakhirpada kotak jawaban :

1. SS (Sangat sering) :

gejala muncul 4 kali atau lebih dalam seminggu atau Anda menyadari Jika

gejala tersebut datang dan pergi yang mana berhubungan dengan ketika pikiran

Anda sedang stres, diet/makanan, atau kelelahan

2. S (Sering) :

Gejala terjadi 2 - 3 x dalam satu minggu atau dengan frekuensi yang cukup

mengganggau Anda ketika akan melakukan sesuatu.

3. KK (Kadang – kadang) :

Anda merasa gejala tersebut tidak signifikan setiap bulannya

4. J (Jarang) :

Gejala tersebut akrab bagi Anda gejalanya muncul setiap hari, atau teratur

setiap bulannya

5. TP (Tidak pernah):

Jika tidak pernah mengalami gejala tersebut


66

Jawaban
No Pertanyaan
SS S KK J TP
1 Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada

perut bagian atas (diatas pusar atau di bawah

tulang rusuk)
2 Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada

perut bagian bawah membaik setelah anda

BAB atau kentut.


3 Diare (BAB lebih lembut/lembek/berair dari

biasanya)
4 Sembelit/susah buang air besar (mengejan

saat buang air besar)


5 Perut terasa kembung/gas yang berlebihan
6 Nyeri atau perasaan tidak nyaman atau kram

pada perut bagian bawah dibawah pusar


7 Nyeri atau perasaan tidak nyaman atau kram

pada daerah perut


8 Tidak nafsu makan
9 Mual/muntah
10 Terdapat mukus atau lendir pada tinja saat

BAB
11 Perasaaan atau sensasi pengosongan tidak

lengkap setelah BAB (seperti ada lagi yang

tidak bisa keluar)


12 Bersendawa berlebihan atau berulang kali

bersendawa
13 Bau mulut
14 Bergantian antara sembelit/susah BAB dan

diare
15 Terdapat makanan yang tidak tercerna alam

feses/tinja saat BAB


67

16 Sakit perut atau sensasi panas pada perut

selama 1-4 jam setelah makan


17 Merasa lapar kembali satu atau dua jam

setelah makan
18 Ketika emosi/stres/memikirkan

sesuatu/merasa sumpek/bau makanan

membuat perut anda terasa sakit atau tidak

nyaman.
19 Sensasi panas pada perut bertambah

terutama ketika berbaring atau

membungkuk ke depan
68

20 Kesulitan atau nyeri saat menelan makanan

atau minuman
21 Terasa nyeri atau tidak nyaman pada area

dubur/anus
22 Terasa gatal pada area dubur/anus
23 Sensasi bahwa makanan hanya masuk dalam

perut anda dan menciptakan kepenuhan

tidak nyaman dalam waktu yang lama

setelah makan
24 Feses berwarna hitam saat BAB
25 Feses berwarna pucat saat BAB
26 Merasa sakit atau tidak nyaman setelah

BAB
27 Kesulitan memperoleh atau menaikan berat

badan

Anda mungkin juga menyukai