Anda di halaman 1dari 51

GAMBARAN TINGKAT STRESS MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH PURWOKERTO DALAM MENGHADAPI TUGAS ASUHAN


KEPERAWATAN SAAT PERTAMA PRAKTIK KLINIK

PROPOSAL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana

Oleh :
ANISATUL FARODISA
1611020127

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan jenjang pendidikan

tinggi dimana peserta didiknya disebut mahasiswa, tenanga pendidiknya disebut dosen

Rahayu septi, 2017. Perguruan tinggi menyelenggarakan pendidikan tinggi dan penelitian

serta pengabdian kepada masyarakat. Di Indonesia sendiri sudah banyak berdiri perguruan

tinggi-perguruan tinggi baik itu yang berstatus swasta maupun negeri, baik yang berlebel

Sekolah Tinggi, Institut sampai dengan Universitas maupun yang berbasis Umum,

Teknologi, kesehatan, maupun yang berbasis agama. Universitas itu sendiri adalah

perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat

menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan/atau

teknologi dan jika memenuhi syarat, Universitas dapat menyelenggarakan pendidikan

profesi (UU No 4 Tahun 2014).

Adapun tugas pokok dari sekolah tinggi diantaranya meliputi bidang pendidikan,

kesehatan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam pendidikan akademik dan

vokasional mempunyai beban study yang harus diselesaikan, serta waktu tempuh yang

harus dicapai sesuai peraturan yang berlaku. Setiap tahunnya mahasiswa di Universitas

Muhammadiyah Purwokerto Fakultas ilmu kesehatan khususnya prodi S1 keperawatan, D

III keperawatan, D III kebidanan dan Profesi Ners selalu menjalankan praktik klinik. Pada

praktek klinik mahasiswa dituntut untuk mandiri dan cekatan. Selain itu, mahasiswa juga
dibebankan untuk membuat asuhan keperawatan individu dan askep kelompok sebagai

bukti bahwa telah mengikuti praktek klinik (Hidayat, 2009).

Menurut Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI) Kementrian Riset, Teknologi

dan Pendidikan Tinggi (2019) jumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto

prodi Keperawatan pada tahun 2017/2018 berjumlah 808 mahasiswa. Sedangkan pada

tahun 2018/2019 mengalami kenaikan jumlah mahasiswa menjadi 956 mahasiswa.

Pembelajaran klinik sebaiknya mendapat perhatian serius dan persiapan yang baik.

Perhatian dan persiapan tersebut dibutuhkan karena pembelajaran klinik memberikan

kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja dengan klien dan belajar masalah yang nyata

Elfi syahreni, 2007. Tujuan dari praktik klinik selain menerapkan konsep adalah

diharapkan peserta didik lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga terampil dalam

menggunakan teori dan tindakan. Di lahan praktik peserta didik juga dapat bereksperimen

dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan masalah dan

mengembangkan bentuk perawatan baru (Nursalam & Ferry, 2008) dalam Rindayati

rofiah, 2014. Dalam praktik klinik mahasiswa tidak hanya di tuntut untuk melaksanakan

tindakan ke klien, tetapi mahasiswa juga dituntut untuk membuat laporan/tugas asuhan

keperawatan tentang klien yang dikelolanya selama praktikum.

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktik keperawatan

langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya

berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik dari keperawatan. (Ali,

2009). Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan

perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan

biologis, psikologis, social dan spiritual yang optimal, melalui tahap pengkajian,
identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, serta evaluasi

tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2009).

Stress telah menjadi mimpi buruk bagi mahasiswa, salah satunya banyak dialami oleh

mahasiswa yang menjalankan praktek klinik (Rindayati, 2014). Stress merupakan respon

tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban. Berdasarkan

pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas

yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka

tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut

dapat mengalami stress (Hidayat, 2009). Adapun gejala stress yang banyak ditunjukkan

oleh mahasiswa Antara lain gangguan tidur seperti kesulitan tidur, sering terlihat cemas,

mudah marah, dan adanya beberapa mahasiswa yang menunjukkan gejala gangguan daya

ingat (Januarti, 2009). Individu yang mengalami stress akan merasakan dampak negatif

stress seperti sulit berkonsentrasi, mudah lupa, depresi, sakit kepala dan berperilaku

negatif, misalnya minum-minuman beralkohol untuk mengurangi stress akibat tekanan

dari pembimbing dan target tugas yang diberikan (Robotham, 2008).

Indah Alfiana (2018) mengatakan bahwa stress semakin menjadi bagian dari kehidupan

kita sehari-hari. Tingkat stress yang berkepanjangan atau tingkat tinggi pada mahasiswa

mungkin mempengaruhi kemampuan memori, konsentrasi, kemampuan memecahkan

masalah serta dapat menyebabkan penurunan pembelajaran, penanganan, kinerja

akademis, depresi, sakit kepala, gangguan dan masalah kesehatan yang serius (Zhao dkk,

2015).

Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang

terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Data
Riskesdas (2013) menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan

dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar

14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia.

Riskesdas (2014) menyebutkan bahwa terdapat sekitar satu juta jiwa pasien yang

mengalami gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien yang mengalami gangguan jiwa ringan

di Indonesia. Sebanyak 385.700 jiwa diantaranya atau sebesar 2,03% pasien gangguan jiwa

tersebut terdapat di Jakarta dan berada di peringkat pertama nasional.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rindiyanti Rofiah, Akhmad

Syaifudin (2014) pada mahasiswa keperawatan D III institusi pendidikan swasta di

semarang mengalami stress ringan sebanyak 46 responden (74,2%) sedangkan yang

mengalami stress sedang sebanyak 16 responden (25,8%) dan tidak ada yang mengalami

stress berat.

Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara sementara dengan 10 mahasiswa

keperawatan S1 didapatkan informasi bahwa mereka mengalami tingkat kesulitan dan

merasa stress pada saat mengerjakan tugas asuhan keperawatan. Stress yang dialami

mahasiswa karena mereka merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas asuhan keperawatan

dan belum paham mengenai asuhan keperawatan karena baru pertama kali melakukan

praktik klinik.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

gambaran tingkat stress mahasiswa keperawatan UMP dalam menghadapi tugas asuhan

keperawatan saat pertama praktik klinik.


B. Rumusan Masalah

Mahasiswa keperawatan pada umumnya sering mengalami stress pada saat pertama

kali praktik klinik. Penyebab dari stress nya mahasiswa dalam menjalani praktik klinik

berbagai macam, di antaranya karena baru pertama kalinya menghadapi praktik klinik,

pemahaman yang terhadap tugas yang diberikan dari CI klinik atau dosen pembimbing

akademik, lingkungan yang baru dan pengalaman pertama berinteraksi langsung dengan

pasien.

Dengan melihat latar belakang masalah stress tersebut, maka dalam penelitian ini

perumusan masalah yang dikemukakan adalah : Bagaimana tingkat stress mahasiswa

keperawatan dalam menghadapi tugas asuhan keperawatan saat pertama praktik klinik ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat stress mahasiswa dalam menghadapi tugas asuhan

keperawatan saat pertama praktik klinik.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis tingkat stress pada mahasiswa saat menghadapi tugas praktik klinik.

b. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan

jurusan saat SMA/SMK.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa keperawatan

Sebagai gambaran nyata tentang tingkat stress terhadap mahasiswa pada saat

menghadapi tugas asuhan keperawatan yang pertama kali praktik diklinik. Sehingga
dapat mengantisipasi terjadinya pemicu stress dan informasi penting bagi mahasiswa

sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dalam segala hal ketika mereka akan

praktik klinik.

Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang tingkat stress pada mahasiswa,

sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi CI Klinik dan Dosem

Pembimbing Klinik dalam pemberian tugas asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi

tingkat stress yang tinggi pada mahasiswa.

2. Bagi pihak akademik

Sebagai masukan bagi para pendidik untuk memberikan wawasan dan pengetahuan

serta informasi mengenasi stress dan koping mekanisme, sehingga mahasiswa mampu

memahami stress dan bagaimana cara mengatasinya (koping mekanisme) sehingga

diharapkan mahasiswa mampu mengurangi dan menghindari rasa stress tersebut.

3. Bagi peneliti

Bagi penelitian lain hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal dalam

melaksanakan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan stress pada mahasiswa.

E. Penelitian Terkait

1. Rindayanti rofiah, Achmad Syaifuin (2014)

Judul Penelitian “ Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Stres

Mahasiswa Dalam Menghadapi Praktik Klinik Keperawatan Di Institusi Swasta di

Semarang “. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Instrument/alat penelitian

yang digunakan adalah kuesioner.


2. Witrin gamayanti, dkk (2018)

Judul penelitian “Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang

Mengerjakan Skripsi”. Jenis penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan

analisis regresi linier sederhana. Alat ukur menggunakan Revised Self Disclosure Scale

dan Student-Life Stres Inventory.

3. Elfi Syahreni, Fajar Tri Waluyanti (2007)

Judul penelitian “Pengalaman Mahasiswa S1 Keperawatan Program Reguler dalam

Pembelajaran Klinik”. Jenis penelitian ini adalah penelitian fenomenologi. Sampel

yang diambil secara purposive. Data dikumpulkan melalui unstructured interview.

4. Rizkia dwina rahmayani, dkk (2019)

Judul penelitian “Gambaran Tingkat Stres Berdasarkan Stressor pada Mahasiswa

Kedokteran Tahun Pertama Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas Angkatan 2017”. Jenis penelitian ini adalah studi ddeskriptif

dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampling dilakukan dengan teknik simple

random sampling untuk mendapatkan sampel sebanyak 188 responden.

5. Rusnani Ab Latif (2019)

Judul penelitian “Stressor and coping strategies during clinical practice among diploma

nursing students”. Jenis Penelitian Cross-sectional deskriptif dilakukan di perguruan

tinggi keperawatan kubang kerian, Kelantan yang melibatkan 346 responden

menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan

Perceived Stres Scale (PSS) dan inventaris COPE. Penugasan klinis dan beban kerja

adalah penyebab utama (rata-rata = 3,19, SD=1,09). Pendekatan agama adalah strategi

yang paling banyak diterapkan (mean=3,30, SD=0,71). Uji koefisien korelasi pearson
menemukan bahwa enam domain stressor selama praktik klinis (merawat pasien,

pendidik atau instruktur klinis dan staf bangsal, tugas dan beban kerja selama praktik

klinis (merawat pasien, pendidik atau instruktur klinis dan staf bangsal, tugas dan beban

kerja klinis, rekan dan mahasiswa keperawatan dari perguruan tinggi lain, kurangnya

pengetahuan professional dan keterampilan serta lingkungan klinis) secara statistic

berkorelasi signifikan dengan strategi koping, dimana P-value <0,05.

6. Abadan University of Medical Science 2017.

Judul penelitian “Clinical instructor social support and nursing student in clinical

environments”. Jenis penelitian ini sebuah desain korelasional deskriptif. Ukuran

sampel terdiri dari 238 siswa perawat Baccalaureate. Analisis statistic dilakukan

dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian Dukungan social persepsi

76,5% dari studi keperawatan menengah. Stress klinis 65,5% pada siswa perawat

adalah intermediasi. Ada hubungan yang signifikan Antara dukungan social yang

dirasakan dan usia, tingkat kursus, stress mahasiswa keperawatan (P<0,001).


BAB II

Tinjauan Pustaka

1. Hasil Penelitian Terdahulu

No Judul penelitian Desain Hasil penelitian Persamaan Perbedaan


(peneliti,tahun) metodologi
1. Pengalaman Penelitian ini Terdapat tujuh Persamaan Penelitian Elfi
mahasiswa S1 menggunakan tema yang terletak pada Syahreni 2007
keperawatan metoda kualitatif muncul tema yang hanya meneliti
program regular dengan meliputi membahas pengalaman
dalam pendekatan integrasi teori tentang mahasiswa
pembelajaran fenomenologi ke praktik, mahasiswa dalam
klinik ( Elfi yang difokuskan berupaya untuk keperawatan. pembelajaran
Syahreni, 2007). kepada tampil baik klinik.
pengalaman sebagai Sedangkan
belajar lima mahasiswa, peneliti
mahasiswa berupaya untuk mengembangkan
regular FIK-UI di tampil sebagai dengan adanya
klinik tahun perawat yang tingkat stress
2005. Analisis baik, keinginan pada mahasiswa.
data untuk tidak
menggunakan membahayakan
prosedur klien,
fenomenologi keinginan
menurut untuk
Colaizzi. membantu
klien, penyebab
stress serta
pembelajaran
keterampilan
psikomotor.
2 Gambaran faktor- Jenis penelitian 62 responden, Persamaan Penelitian
faktor yang ini adalah diperoleh umur terletak pada Rindayati Rofiah
berhubungan deskriptif mahasiswa tema yang 2014 meneliti
dengan stress kuantitatif. sebagian besar membahas tentang faktor-
mahasiswa dalam Instrumen atau adalah umur stress faktor yang
menghadapi alat penelitian 17-20 tahun mahasiswa berhubungan
praktik klinik yang digunakan (87,1%), jenis dalam dengan stress
keperawatan di adalah kuesioner. kelamin menghadapi mahasiswa
institusi Populasi dalam sebagian besar praktik klinik. dalam
pendidikan swasta penelitian ini adalah berjenis menghadapi
di semarang adalah seluruh kelamin praktik klinik.
(Rindayati Rofiah, mahasiswa perempuan Penelitian tertuju
2014). semester IV yang sebanyak 43 pada mahasiswa
sedang praktik responden semester IV,
klinik (69,4%), social sedangkan
keperawatan ekonomi peneliti meneliti
sebanyak 62 mahasiswa tentang
mahasiswa. sebagian besar gambaran
Teknik tinggi (61,3%), tingkat stress
pengambilan tingkat stress mahasiswa saat
sampel adalah pada menghadapi
simple random mahasiswa tugas asuhan
sampling. sebagian besar keperawatan
Analisa data mengalami pertama kali
dalam penelitian stress ringan praktik klinik.
ini adalah analisa (74,2%).
univariat.
3 Self Disclosure Penelitian ini Hassil Persamaan Penelitian Witrin
dan tingkat stress menggunakan penelitian terletak pada 2018 dilakukan
pada mahasiswa metode menunjukkan tema yang menggunakan
yang sedang korelasional tidak terdapat meneliti metode
mengerjakan dengan analisis pengaruh self tingkat stress korelasional
skripsi (Witrin regresi linier disclosure mahasiswa. dengan analisis
Gamayanti, 2018) sederhana. Alat terhadap regresi linier
ukur tingkat stress. sederhana,
menggunakan sedangkan
Revised Self peneliti
Disclosure Scale menggunakan
dan Student-Life metode
Stress Inventory. deskriptif
kuantitatif
dengan teknik
pengambilan
sampel adalah
simple total
sampling.
4 Stressor and Penelitian Cross- Penugasan Persamaan Penelitian
coping strategies sectional klinis dan terletak pada Rusnani 2019
during clinical deskriptif beban kerja tema yang meneliti tentang
practice among dilakukan di adalah meneliti strategi dan
diploma nursing perguruan tinggi penyebab mahasiswa koping selama
students (Rusnani keperawatan utama (rata- yang sedang praktik klinik
Ab Latif, 2019) kubang kerian, rata = 3,19, praktik klinik. pada mahasiswa,
Strategi penekan Kelantan yang SD=1,09). sedangkan
dan koping selama melibatkan 346 Pendekatan peneliti meneliti
praktik klinis di responden agama adalah tingkat stress
antara mahasiswa menggunakan strategi yang mahasiswa
keperawatan metode simple paling banyak terhadap tugas
diploma random diterapkan asuhan
sampling. (mean=3,30, keperawatan.
Pengumpulan SD=0,71). Uji
data koefisien
menggunakan korelasi
Perceived Stres pearson
Scale (PSS) dan menemukan
inventaris COPE. bahwa enam
domain stressor
selama praktik
klinis (merawat
pasien,
pendidik atau
instruktur
klinis dan staf
bangsal, tugas
dan beban kerja
klinis, rekan
dan mahasiswa
keperawatan
dari perguruan
tinggi lain,
kurangnya
pengetahuan
professional
dan
keterampilan
serta
lingkungan
klinis) secara
statistic
berkorelasi
signifikan
dengan strategi
koping, dimana
P-value <0,05.
5 Clinical instructor Sebuah desain Dukungan Memiliki Perbedaan pada
social support and korelasional social persepsi tema yang peneliti ini
nursing student in deskriptif. 76,5% dari sama yaitu membahas
clinical Ukuran sampel studi membahas tentang
environments. terdiri dari 238 keperawatan tentang stress dukungan social
Abadan siswa perawat menengah. mahasiswa. dan stress
University of Baccalaureate. Stress klinis mahasiswa
Medical Science Analisis statistic 65,5% pada perawat,
2017. dilakukan siswa perawat sedangkan
dengan adalah peneliti hanya
menggunakan intermediasi. membahas
analisis Ada hubungan gambaran
deskriptif. yang signifikan tingkat stress
Antara pada mahasiswa.
dukungan
social yang
dirasakan dan
usia, tingkat
kursus, stress
mahasiswa
keperawatan
(P<0,001).
2. Landasan Teori

A. Stress

1. Definisi stress

Stress adalah respons tubuh yang tidak spresifik terhadap setiap kebutuhan

tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stress memberi

dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual,

social dan spiritual, stress dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun,

2009). Stressor adalah situasi dan keadaan berubah yang kita hadapi yang

menggerakkan respons adaptasi stress dalam tubuh. Hal itu bisa mencakup situasi

genting seperti penyakit parah yang baru didiagnosis atau pergantian tugas yang

dipaksa (Dale Carnegie, 2019).

Stress adalah reaksi non-spesifik manusia terhadap rangsangan atau tekanan

(stimulus stressor). Tekanan stress (stressor) akan membebani individu dan

mengakibatkan gangguan keseimbangan fisik maupun psikis. Hal ini di pengaruhi

oleh tingkat pendidikan dan kemampuan adaptasi seseorang terhadap

lingkungannya (Dr. La Hartono, 2007). Sarafino dan Smith (2012) mendefinisikan

stress adalah kondisi yang diakibatkan adanya interaksi individu dengan

lingkungannya yang menyebabkan individu melihat ketidaksesuaian Antara

tuntutan fisik atau keadaan psikologis dengan tuntutan social.

(Nasib Tua, 2016) menyakatan bahwa stress merupakan sebuah atribut

kehidupan modern. Hal ini dikarenakan stress sudah menjadi bagian hidup yang

tidak bisa terelakkan, baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan kerja. Stress
merupakan suatu respon fisiologis, psikologis manusia yang mencoba untuk

mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (Pinel, 2009).

Stress muncul ketika seseorang melakukan pernyesuaian diri terhadap suatu

peristiwa atau situasi. Akan tetapi tidak semua peristiwa atau situasi dapat

menimbulkan stress (Sarafino, 2006).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stress adalah suatu

respon tubuh yang ditimbulkan oleh individu tersebut akibat dari beban atau

tekanan internal dan eksternal. Stress muncul karena dari individu tersebut tidak

dapat mengatasi dan beradaptasi dari tugas yang dibebankan. Maka tubuh akan

berespon dengan tidak mampu sehingga orang tersebut dapat mengalami stress.

2. Tingkatan Stres

1) Stress Ringan

Stress ini tidak merusak aspek fisiologis manusia. Stress ringan umumnya

dirasakan oleh setiap orang, misalnya : lupa ketiduran, kemacetan, dikritik.

Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam.

Stress ringan dalam situasi tersebut tidak akan menimbulkan penyakit kecuali

jika dihadapi terus menerus.

2) Stress Sedang

Kondisi stress sedang biasanya terjadi lebih lama beberapa jam sampai

beberapa hari contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang

berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu

yang lama. Kondisi seperti ini dapat mempengarugi kesehatan seseorang.

3) Stress Berat
Stress kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun,

misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial dan

penyakit fisik yang lama (Rasmun, 2004).

Iyus Yosep, 2011 membagi petunjuk-petunjuk tahapan stress menjadi 6 tahapan,

yaitu:

a. Stress tingkat I

Tahapan ini merupakan tingkatan stress yang paling ringan, dan biasanya

disertai dengan perasaan-perasaan semangat yang besar, penglihatan tajam,

energi dan gugup berlebihan, mampu menyelesaikan pekerejaan lebih dari

biasanya.

b. Stress tingkat II

Dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-

keluhan seperti merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah sesudah makan

siang, merasa lelah menjelang sore, gangguan usus dan perut kembung,

terkadang jantung berdebar, otot punggung dan tengkung tegang, dan perasaan

tidak bisa santai.

c. Stress tingkat III

Pada tahap ini muncul keluhan yang semakin Nampak seperti sakit perut dan

mulas, otot terasa lebih tegang, perasaan tegang yang semakin meningkat,

gangguan tidur, terasa mau pingsan.

d. Stress tingkat IV

Stress tahap keempat memiliki keluhan seperti merasa sulit untuk bertahan

setiap hari, semakin sulit tidur, sering terbangun di malam hari, perasaan
negativistik, kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang

tidak bisa dijelaskan.

e. Stress tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam seperti keletihan yang

mendalam, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan ringan, perasaan takut

semakin menjadi.

f. Stress tingkat VI

Stress tahap keenam merupakan tahapan yang paling berat dengan tanda-tanda

seperti jantung berdebar keras, nafas sesak, badan gemetar, dingin dan banyak

keluarg keringat, serta pingsan dan collaps.

3. Faktor-faktor penyebab stress

Penyebab stress berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya. Yang terasa

berat bagi seseorang mungkin merasa menantang dan menyenangkan bagi orang

lain (Jaka eka, 2013). Secara umum stressor dapat berupa faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal dapat berupa kualitas akhlak atau kepribadian dan kondisi

emosi seseorang, perilaku, kebiasaan. Faktor eksternal dapat berupa faktor alam,

lingkungan masyarakat, keluarga dan lain-lain (Indarwati, 2018).

Sumber atau penyebab stress psikologis menurut Jaka Eka (2013), dibagi menjadi

4 yaitu :

1) Frustasi

Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena rintangan, frustasi

bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Frustasi intrinsic meliputi cacat badan dan
kegagalan usaha, sedangkan frustasi ekstrinsik meliputi kecelakaan, bencana

alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran,

perselingkuhan, dan lain-lain.

2) Konflik

Timbul karena tidak bisa memilih Antara dua atau lebih macam-macam

keinginan, kebutuhan, atau tujuan.

3) Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari

dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan

yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar

disekolahkan selalu rangking satu atau istri menuntut uang belanja yang

berlebihan kepada suami.

4) Krisis

Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada individu,

misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus

segera di operasi.

Sementara itu, Lukluk dan Bandiyah (2011) menjabarkan lebih rinci

mengenai sumber dan macam-macam stressor, yaitu :

a. Kondisi Biologis

Berbagai penyakit infeksi, trauma fisik dengan kerusakan organ biologis, mal

nutrisi, kelelahan fisik, kekacauan fungsi biologis yang kontinyu.

b. Kondisi Psikologis

1) Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan modern.


2) Berbagai kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan rendah diri (self

devalution) seperti kegagalan mencapai sesuatu yang sangat diidam-

idamkan.

3) Berbagai keadaan kehilangan seperti posisi, keuangan, kawan, atau

pasangan hidup yang sangat dicintai.

4) Berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang

sangat menentukan seperti penampilan fisik, jenis kelamin, usia, intelegensi

dan lain-lain.

5) Berbagai kondisi perasaan bersalah terutama yang menyangkut kode moral

etika yang dijunjung tinggi tetapi gagal dilaksanakan.

c. Kondisi Sosio-Kultural

1) Bebagai fluktuasi ekonomi dan segala akibatnya (menciutnya anggaran

rumah tangga, pengangguran dan lain-lain).

2) Persaingan yang keras dan tidak sehat.

3) Diskriminasi dan segala macam keterkaitan akan membawa pengaruh yang

menghambat perkembangan individu dan kelompok.

4) Perubahan social yang cepat apabila tidak diimbangi dengan penyesuaian

etika dan moral yang memadai akan terasa ancaman.

Sedangkan menurut Catur Putri, 2018 ada lima sumber stress yang dialami remaja

a. Biology stress

Tubuh remaja berubah secara cepat seperti perkembangan usianya. Masalah

kecil seperti tumbuhnya jerawat pada remaja dapat membuat stress remaja
tersebut, terutama bagi mereka yang mempunyai pemikiran yang sempit

tentang kecantikan.

b. Family stress

Salah satu sumber stress pada remaja yaitu hubungan dengan orangtua nya.

Terkadang remaja merasa ingin hidup bebas dan mandiri, tetapi dilain pihak

mereka juga butuh diperhatikan dan butuh peran kedua orangtua.

c. School stress

Tekanan dalam akademis cenderung tinggi seperti keinginan untuk mendapat

nilai bagus, mendapat tugas yang memberatkan diri sendiri, berusaha untuk

tidak gagal, itu semua dapat menyebabkan stress.

d. Stress pada teman sebaya (Peer stress)

Stress pada teman sebaya cenderung tinggi. Remaja yang tidak diterima teman-

temannya akan sering tertutup dan mempunyai self-esteem yang rendah pada

remaja agar dapat diterima oleh teman-temannya.

e. Social stress

Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, karena mereka

tidak diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat mereka.

Salah satu sumber stress pada remaja yaitu hubungan dengan orangtua nya.

Terkadang remaja merasa ingin hidup bebas dan mandiri, tetapi dilain pihak

mereka juga butuh diperhatikan dan butuh peran kedua orangtua.

4. Gejala Stres

Auliah Fauzani (2016) mengkategorikan akibat stress menjadi 5 kategori, yaitu :


1) Akibat Subyektif, yaitu akibat yang dirasakan secara pribadi meliputi

kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan,

kehilangan kesabaran, harga diri rendah, perasaan terkucilkan.

2) Akibat Peri laku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-

perilaku tertentu, meliputi mudah terkena kecelakaan, penyalahgunaan obat,

peledakan emosi, berperilaku impulsive, tertawa gelisah.

3) Akibat Kognitif, yaitu akibat yang mempengaruhi proses berpikir, meliputi

tidak mampu mengambil keputusan yang sehat, kurang konsentrasi, tidak

mampu memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang lama, sangat peka

terhadap kecaman dan mengalami rintangan mental.

4) Akibat Fisiologis, yaitu akibat-akibat yang berhubungan dengan fungsi atau

kerja alat-alat tubuh, yaitu tingkat gula darah meningkat, denyut

jantung/tekanan darah naik, mulut menjadi kering, pupil mata membesar, dan

panas dingin.

5) Akibat Keorganisasian, yaitu akibat yang tampak dari tempat kerja meliputi

absen, produktivitas rendah, mengasingkan diri dari teman kerja, ketidakpuasan

kerja, menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi.

5. Tanda-tanda stress

Menurut Bella Putri, 2018 tanda-tanda stress ada empat, yaitu:

a. Merasa

1) Bingung, cemas, sedih

2) Sering merasa jengkel, marah, uring-uringan.


3) Gelisah, tidak berdaya.

4) Suasana hati yang cepat berubah.

5) Kehilangan minat atau kehilangan semangat.

b. Gejala fisik

1) Nafas memburu

2) Sakit kepala

3) Otot tegang

4) Sembelit

5) Diare,sariawan atau gangguan kulit

6) Mulut dan kerongkongan kering

7) Sulit tidur atau terlalu nyenyak

8) Letih tanpa sebab yang jelas

c. Mengalami kesulitan dalam:

1) Memusatkan perhatian/konsentrasi

2) Berpikir jernih

3) Mengambil keputusan

d. Merasa kehilangan

1) Minat kerja

2) Minat terhadap hubungan orang lain atau lebih suka menyendiri

6. Stress pada mahasiswa

Stress dapat terjadi karena terdapat suatu perubahan dalam ruang lingkup

pekerjaan, tanggung jawab, pengambilan kepurusan, tempat tingal, hubungan


pribadi, dan kesehatan. Setiap individu dapat mengalami stress, baik stress jangka

panjang maupun stress jangka pendek.

Mahasiswa mengalami stress akademik dengan karakteristik stressor yang

kompleks. Susi Purwati (2012) mengemukakan bahwa sumber stress akademik

meliputi: manajemen waktu, tuntutan akademik, dan lingkungan akademik.

Sumber stress tersebut dijabarkan dan diperoleh berupa: tugas-tugas akademik,

penurunan motivasi, ketidakadekuatan peran akademik, jadwal perkuliahan yang

padat dan tidak jelas, serta kecemasan tidak mendapatkan pekerjaan setelah lulus

kuliah.

Bulo & Sanchez (2014) stresor akademik pada mahasiswa dapat berasal dari

berbagai macam hal, yaitu dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal,

yaitu perubahan kebiasaan tidur, kebiasaan makan, tanggung jawab baru dan

perubahan kebiasaan belajar. Faktor eksternal, yaitu bertambahnya beban kuliah

dan mendapatkan nilai lebih kecil dari yang diharapkan.

7. Alat Pengukuran Stres

Tingkat stress dapat diukur dengan pengukuran Perceived Stres Scale (PSS).

Perceived Stres Scale Merupakan kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan

yang dapat mengevaluasi tingkat stress beberapa bulan dalam kehidupan subjek

penelitian. Kuesioner PSS akan mengidentifikasi seberapa sering perasaan dengan

membulatkan jawaban atas pertanyaan.

Cara penilaian tingkat stress adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori :
1) Tidak pernah diberi skor 0

2) Hampir tidak pernah diberi skor 1

3) Kadang-kadang diberi skor 2

4) Cukup sering diberi skor 3

5) Sangat sering diberi skor 4

Kemudian penilaian tersebut diakumulasikan sesuai dengan tingkatan stress

sebagai berikut:

1) Stress ringan : skor 1-14

2) Stres sedang : 15-26

3) Stres berat : >26

(Diah ayu, 2016).

Perceived Stres Scale telah dibuktikan memiliki validitas dan realibilitas

cukup tinggi untuk melakukan pengukuran tingkat stress yaitu 0,94 dan 0,83.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran tingkat stress dengan

menggunakan Perceived Stres Scale (PSS) akan diperoleh hasil yang valid dan

reliable.

B. Mahasiswa

1. Pengertian

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang

yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id).

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar
dan sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri

dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute dan universitas (Hartaji, 2012).

Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam

berrpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat

dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada setiap diri mahasiswa, yang

merrupakan prinsip saling melengkapi (Siswoyo, 2010). Seorang mahasiswa

dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini

dapat digolongkan pada 19 masa remaja akhir sampai masa dewasa awal (Yusuf, 2012).

Mahasiswa adalah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar

dan menjalani pendidikannya di perguruan tinggi baik dari akaddemik, politeknik,

sekolah tinggi, institute dan universitas (Arif, 2019).

C. Asuhan Keperawatan

a. Pengertian

Asuhan keperawatan merupakan bentuk layanan keperawatan professional

kepada klien dengan menggunakan metodologi proses keperawatan. Asuhan

keperawatan diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar klien pada semua

tingkatan usia dan tingkatan focus (Asmadi, 2008).

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien di

pelayanan kesehatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan

kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu dan kiat

keperawatan yang bersifat humanistic, kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi


masalah yang dihadapi pasien serta dilandasi kode etik dan etika keperawatan

dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab (Buku Medis.com, 2017).

Dokumentasi merupakan suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata,

dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan pasien tetapi juga jenis dan

kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan (Nurhafni, 2013). Dokumentasi

adalah sesuatu yang ditulis atau dicetak , kemudian diandalkan sebagai catatan

bukti bagi orang yang berwenang dan merupakan bagian dari praktik professional

(Deswati, 2011). Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat

seluruh data yang dibutuhkan dari proses keperawatan dan penilaian keperawatan

yang disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara

moral dan hukum (Ali, 2009).

b. Tujuan dokumentasi asuhan keperawatan

Tujuan dokumentasi asuhan keperawatan menurut (Ali, 2010) yaitu :

menghindari kesalahan, tumpang tindih, dan ketidaklengkapan informasi dalam

asuhan keperawatan. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tenaga keperawatan,

terjaminnya kualitas asuhan keperawatan, dan tersedianya data-data dalam

penyelenggaraan penelitian karya ilmiah, pendidikan, dan penyusunan standar

asuhan keperawatan.

Sedangkan (Setiadi, 2012) tujuan dari dokumentasi asuhan keperawatan

yaitu :

1) Sebagai sarana komunikasi : dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat

dan lengkap dapat berguna untuk membantu tim kesehatan, mencegah

informasi yang berulang terhadap pasien dan tim kesehatan, mencegah tumpang
tindih, ddan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien.

2) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat : upaya untuk melindungi klien

terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan

terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat

harus mencatat segala tindakan yang diberikan ke pasien.

3) Sebagai informasi statistik : data statistik dari dokumentasi keperawatan dapat

membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana,

prasarana dan teknis.

4) Sebagai sarana pendidikan : dokumentasi asuhan keperawatan yang

dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan

maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk

mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik

lapangan.

5) Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan : melalui dokumentasi yang

dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan yang

berkualitas dicapai. Karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program

pengembangan pelayanan kesehatan.

6) Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan berkelanjutan : dengan

dokumentasi akan didapatkan data yang actual dan konsisten mencakup seluruh

kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses

keperawatan.
c. Tahap-tahap asuhan keperawatan

1) Pengkajian

Dalam mengkaji konsep dan harga diri, pertama-tama perawat harus berfokus

pada setiap komponen konsep diri (identitas, citra tubuh, dan penampilan

peran). Mengumpulkan data pengkajian yang komprehensif membutuhkan

sintesis informasi yang kritis dari berbagai sumber. Buat catatan tentang

masalah yang dibicarakan klien terkait hidupnya, karena hal ini akan

memberikan petunjuk tentang hubungan yang penuh tekanan dan dukungan,

dan berperan penting dalam membentuk asumsi klien.

2) Diagnose Keperawatan

Pertimbangkan data pengkajian dengan hati-hati untuk mengidentifikasi area

masalah actual dan potensi klien. Gunakan pengetahuan dan pengalaman,

standar professional yang sesuai, dan cari kelompok karakteristik definisi yang

menunjukkan suatu diagnose keperawatan. Cari data tambahan untuk

menentukan mana diagnose utama yang lebih tepat.

3) Perencanaan

Selama perencanaan, lakukan sintesis pengetahuan, pengalaman, sikap berpikir

kritis dan standar. Pemikiran kritis dapat memastikan bahwa rencana perawatan

klien sudah mencakup informasi yang diketahui tentang individu. Metode lain

untuk membantu penyusunan rencana perawat adalah dengan cara membuat

peta konsep. Pastikan memilih terapi yang dapat memperkuat atau

mempertahankan keterampilan adaptasi klien dan meminimalkan stressor yang

dapat mempengaruhi konsep diri klien.


4) Implementasi

Sama seperti semua tahap dalam proses keperawatan, hubungan terapeutik

Antara klien dan perawat merupakan pusat dari fase implementasi. Perawat

mengembangkan tujuan dan kriteria hasil, kemudian mempertimbangkan

intervensi keperawatan untuk meningkatkan konsep diri yang sehat dan

membantu klien mencapai tujuan. Untuk mengembangkan intervensi

keperawatan, pertimbangkan diagnosis keperawatan dan intervensi individual

yang sesuai diagnosis. Kolaborasi dengan anggota tim pelayanan kesehatan dan

keluarga klien.

5) Evaluasi

Gunakan pemikiran kritis untuk mengevaluasi keberhasilan klien dalam

mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Evaluasi berkala terhadap

kemajuan klien sangat diperlukan. Terapkan pengetahuan tentang perilaku dan

karakteristik konsep diri yang sehat ketika meninjau ulang perilaku aktual

(Potter&Perry, 2010).
3. Kerangka Teori Penelitian

Mahasiswa yang sedang


praktik klinik

Stres

Faktor internal :

1. Faktor Faktor eksternal :


kepribadian
1. Faktor alam
2. Kondisi emosi
2. Lingkungan
seseorang
masyarakat
3. Perilaku
3. Keluarga
4. Kebiasaan
5. School stres

Akibat yang ditimbulkan :


Tingkat stres :
1. Akibat subyektif
2. Akibat perilaku 1. Stres ringan
3. Akibat kognitif 2. Stres sedang
4. Akibat fisiologis 3. Stres berat
5. Akibat keorganisasian
4. Kerangka Konsep

Respon tingkat
stres :

Tugas asuhan a. Stres


Mahasiswa
keperawatan ringan
b. Stres
sedang
c. Stres
berat

5. Hipotesis Penelitian

Ha : ada gambaran tingak stres mahasiswa keperawatan dalam menghadapi tugas asuhan

keperawatan

Ho : tidak ada gambaran tingkat stres mahasiswa keperawatan dalam menghadapi tugas

asuhan keperawatan
BAB III

Metode Penelitian

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan

dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan yang

obyektif. Adapun teknik pengambilan data dilakukan melalui pendekatan cross

sectional yaitu dengan melakukan pendekatan hanya waktu tertentu melalui instrument

kuesioner.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilakukan sejak pengambilan data awal sampai dengan

dilakukannya penelitian pada bulan November 2019.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa keperawatan semester 3 yang baru pertama

kali praktik klinik yang berjumlah 294 orang.


2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2014). Sugiyono, 2012 menjelaskan bahwa ukuran sampel

minimal yang layak dalam penelitian adalah 30 sampel. Pengambilan sampel

dilakukan berdasarkan mempertimbangkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

penelitian.

Adapun klriteria inklusi dan eksklusi responden adalah sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi subyek penelitian

1. Mahasiswa keperawatan semester 3

2. Mahasiswa yang praktik diklinik

3. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden

4. Mahasiswa yang baru pertama kali praktik

b. Kriteria eksklusi subyek penelitian

1. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktik klinik keperawatan

2. Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel

yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan

teknik total sampling atau sampling jenuh adalah teknik pengumpulan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014).


D. Variabel Penelitian

Variable secara teoritis dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang

mempunyai “variasi” Antara satu orang dengan yang lainnya atau obejk lainnya

(Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini terdiri dari dua variable, yaitu variable bebas

(independen) dan variable terikat (dependen) :

1. Variable Independen

Veriabel ini sering disebut variable stimulus, predictor, antecedent. Dalam Bahasa

Indonesia sering disebut variable bebas. Variable bebas merupakan variable yang

mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahannya atau timbulnya variable

dependent (Sugiyono, 2014). Variable indepeden pada penelitian ini adalah tingkat

stress mahasiswa.

2. Variable Dependen

Variable ini disebut sebagai variable output, kriteria, dan konsekuen. Dalam Bahasa

Indonesia sering disebut sebagai variable terikat. Variable terikat merupakan

veriabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas

(Sugiyono, 2014). Variable dependen pada penelitian ini adalah mahasiswa

keperawatan UMP dalam menghadapi tugas asuhan keperawatan.

E. Definisi Operasional

Tingkat suatu kondisi yang di Menggunak 1. Stres ringan Ordinal


stress tandai adanya an kuesioner (1-14)
mahasiswa beberapa gejala berupa PSS 2. Stres sedang
perubahan fisik- (Perceived (15-26)
fisiologis, perilaku Stres Scale) 3. Stres berat
negatif, dan emosi (>26)
terkait stress. Kondisi
tersebut didasarkan
atas keluhan subyektif
responden, dengan
asumsi bahwa setiap
manusia pasti
mengalami stress,
hanya berbeda dalam
mempersepsikan,
menghayati stressor
sehingga mengalami
tingkat stress yang
berbeda-beda yang
akan di ukur dengan
PSS.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam kegiatannya untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Penelitian ini

menggunakan instrument berupa kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal yang ia ketahui (Jaka eka, 2013).

Kuesioner pada penelitian ini menggunakan Perceived Stres Scale (PSS) yang

terdiri dari 29 item yang berisi tentang stres dari tugas klinik dan beban kerja

pernyataan nomor 1, stres dari pembimbing atau instruktur klinik dan staf lingkungan

pernyataan nomor 2, stres dari lingkungan klinis pernyataan nomor 3, stres dari teman

sebaya dan mahasiswa keperawatan dari perguruan tinggi lain pernyataan nomor 4,

stres dari merawat pasien pernyataan nomor 5, stres karena kurangnya pengetahuan dan

keterampilan professional pernyataan nomor 6.


Variable berskala numeric yang telah diperoleh dari PSS kemudian diubah menjadi

skala ordinal dengan menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Stres ringan total skor 1-14; 2)

Stres sedang total skor 15-26; 3) Stres berat total skor >26.

Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner

terdiri dari dua bagian yaitu :

1. Kuesioner 1, merupakan instrument untuk mendapatkan gambaran tentang

karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, dan jurusan saat

SMA/SMK.

2. Kuesioner 2, merupakan instrument untuk mengukur kecemasan responden yaitu

kuesioner Perceived Stres Scale (PSS) yang terdiri dari 29 pernyataan.

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu

instrument. Pengujian validitas mengacu pada sejauh mana suatu instrument dalam

menjalankan fungsi. Instrument dikatakan valid apabila dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas suatu instrument

(kuesioner) dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor masing-masing

variable dengan skor totalnya. Suatu variable (pertanyaan) dikatakan valid bila skor

variable tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya (Notoatmodjo,

2010). Uji validitas akan dilakukan menggunakan kuesioner PSS (Perceived Stres

Scale) kepada mahasiswa keperawatan S1 semester 5 yang berjumlah 30 orang.

Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Uji validitas

terhadap seluruh item atau pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Person). Jika nilai r

hitung > r tabel berdasakan uji signifikan 0.05 artinya bahwa item-item tersebut

dikatakan valid.

Rumus uji Korelasi Bivariate Pearson :

𝑁Ʃ𝑥𝑦−(Ʃ𝑥) (Ʃ𝑦)
Rxy =
√(𝑁Ʃ𝑥²−(Ʃ𝑥)²(𝑁Ʃ𝑦²−(Ʃ𝑦)²)

Keterangan :

Rxy = koefisien korelasi antara variable X dan variable Y

Ʃxy = jumlah perkalian antara variable X dan Y

Ʃx2 = jumlah dari kuadrat nilai X

Ʃy2 = jumlah dari kuadrat nilai Y

(Ʃx)2 = jumlah nilai X kemudian dikuadratkan

(Ʃy)2 = jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan ketetapan alat tersebut dalam mengukur apa yang

diukurnya. Uji reliabilitas terhadap seluruh item atau pertanyaan yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (a) dimana uji

dilakukan untuk mengukur rata-rata. Jika nilai alpha >0.70 artinya reliabilitas

mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha >0.80 ini mensugestikan

seluruh item reliable dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang

kuat.
Rumus uji Cronbach Alpha (a) :

𝑛 Ʃ𝜎𝜏²
r11 = (𝑛−1) (1 − )
𝜎𝜏²

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

n = jumlah item pertanyaan yang diuji

Ʃσᵼ² = jumlah varians skor tiap-tiap item

σᵼ² = varians total

H. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Teknik pengumpulan data

Langkah-langkah dalam penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan sebagai

berikut:

1) Tahap persiapan

a. Pembuatan proposal penelitian

b. Seminar dan ujian proposal penelitian

c. Melakukan koordinasi dan meminta ijin pada tempat penelitian yaitu

dengan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data.

2) Tahap pelaksanaan

a. Pengumpulan data primer dan data sekunder

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan cara

responden mengisi lembar kuesioner gambaran tingkat stress mahasiswa.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung.
Dalam penelitian ini data sekundernya berupa data yang diperoleh dari data

TU fakultas ilmu kesehatan, seperti jumlah mahasiswa.

b. Tahap pengolahan data

Sesudah pengumpulan data dilakukan pengolahan data melalui tahapan

sebagai berikut (Sugiyono, 2007) :

a) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengmpulan data atau setelah data terkumpul. Tujuannya adalah

mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.

b) Coding

Coding adalah mengklarifikasi jawaban dari para responden kedalam

kategori-kategori. Setiap jawaban dikonversi kedalam angka atau kode

sehingga memudahkan dalam pengolahan data, masing-masing diberi

kode angka sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Coding dalam penelitian ini adalah : Tingkat stres. Kode 1 = tidak

pernah stres, 2 = hamper tidak pernah stres, 3 = kadang-kadang stres, 4

= cukup sering stres, 5 = sangat stres.

c) Skoring

Variable masing-masing diberi skoring sesuai dengan kategori data dan

jumlah item pertanyaan dari tiap-tiap variable. Hasil skoring dari setiap

variable dijumlahkan, sehingga setiap responden mempunyai skor


tersendiri sesuai dengan item pernyataan dari setiap variable. Skoring

dalam penelitian ini adalah :

Alat ukur PSS :

Stress ringan : 1-14

Stres sedang : 15-26

Stres berat : >26

d) Processing

Pada tahap ini dilakukan pemasukan data kedalam program computer

untuk dapat dianalisis.

e) Cleaning

Cleaning adalah melakukan proses pembersihan data. Data yang telah

dimasukkan kedalam program computer diperiksa kembali

kebenarannya dengan cara melihat missing, variasi dan konsistensinya

data.

2. Analisis Data

Data yang didapat dianalisis secara uji statistic dengan menggunakan program

SPSS 16. Adapun teknik analisis yang digunakan yaitu :

1) Analisis Univariat

Analisis univariat, yaitu untuk mengidentifikasi tingkat stres. Analisis univariat

dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk presentase dari tiap variable,

kemudia dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara

deskriptif (Notoatmodjo, 2010). Untuk mencari presentasi tiap variable

dihitung dengan menggunakan rumus :


F
P = N 𝑥 100%

Keterangan :

P : Presentase

F : Frekuensi

N : Jumlah sampel

I. Alur Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitiannya sebagai berikut :

1. Sebelum dilakukan penelitian disampaikan surat perrmohonan persetujuan

penelitian dari ketua program keperawatan kepada Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

2. Setelah mendapat ijin dari Dekan fakultas kesehatan peneliti berkontribusi dengan

TU fakultas ilmu kesehatan dan berbagai pihak yang terkait untuk pelaksanaan

penelitian ini guna mendapatkan data.

3. Kemudian peneliti mencari responden sesuai kriteria inklusi.

4. Sebelum penelitian dilakukan peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

serta prosedur pengambilan data kepada responden kemudian diberikan lembar

persetujuan dan Informed Consent sebagai bukti kesediaan sebagai responden dan

menandatanganinya.

5. Responden diminta untuk menjawab seluruh pernyataan dalam kuesioner

penelitian dengan dipandu oleh peneliti.

6. Jika responden kurang memahami, maka dari pihak peneliti akan memandu dan

mengarahkannya.
7. Mencatat hasil pengumpulan data.

J. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut Hidayat, (2011) yaitu :

1. Informed concent (Lembar persetujuan)

Peneliti akan memberikan lembar penjelasan dan persetujuan kepada

responden yang diteliti. Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Subjek yang

bersedia untuk menjadi informasi akan menandatangani lembar persetujuan

menjadi informasi.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Peneliti akan menjaga partisipan atau hal-hal terkait dengan partisipan.

Peneliti tidak akan menyampaikan kepada orang lain tentang apapun yang

diketahui oleh peneliti diluar kepentingan atau mencapai tujuan penelitian.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti akan menjamin kerahasiaan partisipan dan hanya kelompok tertentu

yang dilaporkan penelitian. Kerahasiaan pertisipan terkait dengan informasi yang

diberikan dijamin oleh peneliti. Adapun hasil wawancara baik rekaman suara

ataupun wajah akan disamarkan untuk menjamin privasi partisipan.

4. Beneficience (Kerugian)

Peneliti akan melindungi partisipan yang diteliti, terhindar dari bahaya atau

ketidaknyamanan fisik atau mental. Peneliti ini meningkatkan pengetahuan yang

akan berdampak pada subjek individu yang dapat mempengaruhi kedisiplinan


dalam lingkungan sekitar serta partisipan dapat mengetahui alasannya. Peneliti

akan melakukan tindakan yang melindungi dan mempertahankan hak informasi

untuk mengutamakan kepentingan responden dan bertindak untuk kebaikan

responden.

5. Non-maleficience (Tidak berbuat yang merugikan)

Peneliti akan memperhitungkan bahwa subjek penelitian (responden) tidak

dirugikan sedikitpun baik dari segi materil maupun non-materil. Penelitian ini tidak

akan merugikan responden yang bersedia menjadi responden dengan

menandatangani informed concent.

6. Respect of person (Menghormati martabat manusia)

Peneliti akan berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subjek penelitian dan menjelaskan keuntungan dari penelitian.

7. Justice (Keadilan)

Peneliti akan memberikan hak informan untuk mendapatkan perlakuan

yang adil, keleluasaan pribadi, dan mendapatkan perlakuan adil bahwa tiap

informan mempunyai hak yang sama, sebelum, selama, dan sesudah partisipasi

mereka dalam penelitian.


KUESIONER

Gambaran tingkat stres mahasiswa keperawatan S1 UMP dalam menghadapi tugas

asuhan keperawatan saat pertama praktik klinik.

A. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Jurusan saat SMA/SMK :

 IPA : □

 IPS : □

 Lainnya, sebutkan :
Kuesioner tingkat stres PSS (Perceived Stres Scale)

Skor : 1 = tidak stres sama sekali

2 = hamper tidak pernah

3 = kadang-kadang

4 = cukup sering

5 = sangat sering

Total skor : Stress ringan : 1-14

Stres sedang : 15-26

Stres berat : >26


Berilah tanda (√) pada kolom skor yang telah disediakan sesuai dengan pernyataan yang ada

dibawah ini :

1 : tidak sama sekali, 2 : hamper tidak pernah, 3 : kadang-kadang, 4 : cukup sering, 5 : sangat

sering

No Pernyataan Skor
1 2 3 4 5
1. Stres dari tugas klinis dan beban kerja
 Saya khawatir tentang nilai rendah atau nilai buruk
 Saya merasa bahwa kinerja saya tidak memenuhi
harapan pendidikan
 Saya merasa bahwa persyaratan praktik klinikk
melebihi kemampuan saya
 Saya menghadapi terlalu banyak tugas klinis
 Tanggal untuk pengumpulan tugas terlalu cepat
(tidak diberikan waktu yang cukup untuk
menyelesaikannya)
2. Stres dari pembimbing/ instruktur klinik dan staf lingkungan
 Saya tidak tahu untuk menjelaskan/mendiskusikan
penyakit pasien dengan pembimbing/instruktur klinis,
tenaga medis dan keperawatan
 Staf lingkungan suka memberikan tanggung jawab
mereka kepada siswa keperawatan
 Instruktur/pembimbing klinik memarahi/memuji saya
didepan pasien
 Tenaga medis kurang empati dan tidak mau
membantu
 Staf lingkungan meremehkan kemampuan saya untuk
melakukan tugas-tugas klinis
 Ada kurangnya perawatan dan bimbingan dari
instruktur klinis/pembimbing dan staf lingkungan
 Saya merasa bahwa pembimbing/instruktur klinis
tidak adil dalam mengevaluasi siswa
3. Stres dari lingkungan klinis
 Saya merasa stres dengan lingkungan rumah sakit
tempat praktik klinis berlangsung
 Saya tidak terbiasa dengan fasilitas lingkungan
 Saya merasa stres karena perubahan yang tiba-tiba
mengenai kondisi pasien
 Saya merasa stres karena kesenjangan Antara teori
dalam perkuliahan dan situasi nyata dalam praktik
klinis
4. Stres dari teman sebaya dan mahasiswa keperawatan dari
perguruan tinggi lain.
 Saya takut kemungkinan membuat kesalahan (missal,
kesalahan pengobatan atau penilaian pasien)
 Saya mengalami persaingan dari teman sebaya dalam
kelompok yang sama dan mahasiswa keperawatan
dari perguruan tinggi lain
 Saya tidak bisa bergaul dengan rekan dalam
kelompok yang sama
 Saya merasakan tekanan dari pendidik/instruktur
klinis yang mengevaluasi kinerja siswa dengan
perrbandingan
5. Stres dari merawat pasien.
 Kurangnya pengalaman dan kemampuan dalam
memberikan asuhan keperawatan holistic dan dalam
membuat penilaian
 Kondisi pasien (sekarat,penyakit kronis,penyakit
menular)
 Khawatir tentang tidak dipercaya atau diterima oleh
pasien atau keluarga pasien
 Komunikasi yang buruk dengan pasien
 Evaluasi kinerja saya oleh pasien
 Menghadapi kesulitan dalam mengubah diri dari
peran siswa menjadi perawat
6. Stres karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan
professional
 Tidak terbiasa dengan keterampilan keperawatan
professional
 Tidak terbiasa dengan riwayat dan istilah medis
 Tidak terbiasa dengan diagnose dan perawatan medis
DAFTAR PUSTAKA

Alfiana, Indah. (2018). Coping Stres Mahasiswa Praktikan Di Tinjau dari Jenis Kelamin.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ali, Z. (2009). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ali, Z. (2010). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ayu, Diah. (2016). Efek Intervensi Musik Untuk Menurunkan Stres Pasien Pra-Operasi.

Universitas Diponegoro Semarang.

Buku Medis.com. (2017). Konsep Dasasr Asuhan Keperawatan Fungsi, Tujuan dan

Tahapan Penting dalam Asuhan Keperawatan. Diakses pada tanggal 21 september

2019 pukul 17:55.

Carnegie, Dale & Associates, Inc. (2019). Petunjuk Hidup Bebas Stres dan Cemas. Jakarta

: ISBN.

Deswani. (2011). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika.

Eka, Jaka. (2013). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa

S1 Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Fauzani, Auliah. (2016). Gambaran Derajat Stres dan Kualitas Belajar Pada Mahasiswa

Tingkat Awal dan Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi D III Kebidanan

UIN Alauddin Makasar. UIN Alauddin Makasar.

Harafah, Nurhafni. (2013). Pengembangan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang

Perawatan Anak RS Umum Daerah Langsa. Diakses pada 21 september 2019

pukul 18:06.
Hartaji, D.A. (2012). Motivasi Berpretasi Pada Mahasiswa Yang Berduliah dengan

Jurusan Pilihan Orang Tua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Hartono, La. (2007). Stres & Stroke, Stres Satu Faktor Tambahan Penyebab Stroke.

Yogyakarta : Kanisius.

Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan

Proses Keperawatan Klinik. Jurnal Keperawatan Indonesia.

Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta

: Salemba Medika.

Indarwati. (2018). Gambaran Stres Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Penyusunan Skripsi

di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makasar. UIN

Alauddin Makasar.

Lukluk, Zuyina dan Siti Bandiyah. (2011). Psikologi Kesehatan, Cet.1. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Pinel, J.P.J. (2009). Stres dan Kesehatan, dalam : Biopsikologi Edisi ke-7. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 557-565.

Potter & Perry. (2010). Fundamentals Of Nursing. Fundamental Keperawatan buku 2 edisi

7. Indonesia : Salemba Medika.

Prigunawan, Arif. (2019). Gambaran Kecemasan Mahasiswa Keperawatan yang Praktik

di Ruang IGD di RSUD Dr. Goeteng Purbalingga. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.
Purwati, Susi. (2012). Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Universitas Indonesia.

Putri, Bella. (2018). Efektivitas Senam Motera Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada

Ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Paduraksa Pemalang. Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

Putri, Catur. (2018). Hubungan Antara Jenis Stres dan Perilaku Merokok Pada Remaja

Putra di MAN 2 Purwokerto. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Rahayu, Septi. (2017). Pengaruh Gender, Pengetahuan Etika Profesi Akuntan, dan Jenis

Perguruan Tinggi Terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai

Creative Accounting. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Fakultas Ekonomi.

Rasmun. (2009). Stres, Koping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan.

Jakarta : ISBN.

Rofiah, Rindayati. (2014). Gambaran Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres

Mahasiswa dalam Menghadapi Praktik Klinik Keperawatan. Stikes Karya

Husada Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan.

Sarafino, E. P. (2006). Health Psychology, Biopsychosocial Interactions. New York : John

Willey&Sons, Inc.

Sarafino, E. P. & Smith, T. W. (2012). Health Psychology : Biopsychosocial.

Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan : Teori dan

Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siswoyo, Dwi dkk. (2010). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung. CV.Alfabeta.


Syahreni, Elfi. (2007). Pengalaman Mahasiswa S1 Keperawatan Program Reguler dalam

Pembelajaran Klinik. Jurnal Keperawatan Indonesia.

Tua, Nasib. (2016). Teori Stres : Stimulus, Respons, dan Transaksional. Universitas Gajah

Mada. Buletin Psikologi.

Yosep, Iyus. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung. ISBN 979-1073-88-0

Yusuf, Syamsu. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai