Anda di halaman 1dari 5

RESILIENSI AKADEMIK DAN STRES AKADEMIK PADA

MAHASISWA ASAL DAERAH 3T DI UKSW

PROPOSAL

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

ANETHA FERDERIKA JUNIASI

802019135

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Problematika berasal dari bahasa Inggris “problematic” yang berarti
masalah atau persoalan. Masalah itu sendiri adalah suatu kendala atau
persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan
kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik,
agar tercapai hasil yang maksimal. Menurut Suharso, dkk (2009: 391)
problematika adalah sesuatu yang mengandung masalah. Permasalahan
dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan.
Dalam hal ini problematika yang dialami oleh mahasiswa terdiri dari
kesehatan, ekonomi, pendidikan, hubungan dengan teman maupun dengan
keluarga. Khususnya pada mahasiswa yang berasal dari daerah 3T, banyak
dari mereka yang mengalami problematika dari segi pendidikan atau
akademik.
Problematika akademik itu sendiri merupakan hambatan atau
kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa untuk merencanakan, dan
memaksimalkan perkembangan dalam proses belajarnya. Proses
pembelajaran merupakan salah satu bagian yang penting dalam pendidikan
(Widoyoko, 2009). Proses pembelajaran dapat menentukan hasil dari apa
yang sudah didapatkan (Shadiq, 2009). Kesiapan sangatlah dibutuhkan
ketika proses pembelajaran berlangsung. Kurangnya kesiapan akan
berpengaruh pada akademik mahasiswa, dengan kesiapan yang sudah
matang mahasiswa akan mudah mengikuti proses pembelajaran yang
berlangsung selama masa perkuliahan. Mulyani (2013) menyatakan
kesiapan belajar yang baik dapat membuat mahasiswa bisa mengikuti
proses pembelajaran dengan baik dan aktif.
Dari hasil wawancara pada tanggal 24 September 2022 secara
langsung dengan 5 orang partisipan yaitu mahasiswa yang berasal dari
daerah 3T di UKSW, fenomena yang didapati penulis pada saat ini ialah
banyak sekali mahasiswa yang berasal dari daerah 3T tidak aktif dalam
proses pembelajaran dikarenakan kurangnya kesiapan. Banyak orang-
orang yang tinggal di daerah 3T untuk memutuskan merantau untuk
menuntut ilmu yang lebih berkualitas namun banyak juga dari mereka
yang pada akhirnya tidak bisa mengkuti proses pembelajaran dengan baik
karna kurangnya kesiapan. Pengaruh dari kurangnya kesiapan tersebut
mahasiwa menjadi malas mengikuti perkuliahan, cenderung cepat bosan
ketika proses pembelajaran berlangsung. Secara emosionalpun mereka
mengalami perasaan gelisah atau cemas, sedih atau depresi karena tuntutan
akademik, dan merasa harga dirinya menurun atau merasa tidak mampu
untuk melaksanakan tuntutan dari pendidikan atau akademik, hal ini
menandai bahwa mahasiswa tersebut mengalami stres akademik.
Stres akademik merupakan stres yang ditimbulkan dari tuntutan
akademik yang melampaui kemampuan adaptasi dari individu yang
mengalaminya (Wilks, 2008). Sun, dkk (2011) mendefinisikan stres
akademik sebagai tekanan yang siswa rasakan disekolah karena tuntutan
berbagai macam tugas yang harus diselesaikan namun tidak sesuai dengan
kapasitas yang dimilikinya. Ketika stres akademik yang dialami oleh
mahasiswa tinggi maka dampaknya akan mempengaruhi proses
pembelajaran, namun sebaliknya jika stres akademik yang dialami oleh
mahasiswa rendah maka mahasiswa tersebut akan tetap aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran. Beberapa aspek dari stress akademik
menurut Sun, dkk (2011) ialah tekanan belajar, beban tugas, kekhawatiran
terhadap nilai, ekspetasi diri dan keputusasaan. Selain itu menurut Taylor
(2003) terdapat dua faktor yang mempengaruhi stress akademik yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor personal seperti masalah
kesehatan, kemudian nilai yang rendah karna kesulitan memahami
pembelajaran, ataupun masalah lingkungan karena pindah ketempat yang
baru merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stress
akademik pada mahasiswa asal daerah 3T.
Individu memiliki kendali penuh dalam menghadapi permasalahan
yang muncul pada dirinya, individu yang memiliki ketahanan dalam
menghadapi keadaan sulit dan mampu mencari jalan keluar dari
permasalahannya memiliki kemampuan yang disebut sebagai resiliensi
akademik (Reivich & Shatte, 2002). Tujuh kemampuan yang dapat
membentuk resiliensi akademik menurut (eivich dan Shatte (2002) Aspek-
aspek tersebut ialah pengaturan emosi, kontrol terhadap implus,
optimisme, kemampuan menganilisis masalah, empati, efikasi diri dan
yang terakhir pencapaia. Menurut Riley dan Masten (2005) menganggap
bahwa resiliensi adalah hal yang mengacu pada sebuah pola adaptasi yang
bersifat positif dalam menghadapi kesulitan. Alva (1991) menambahkan
bahwa individu yang memiliki resiliensi akademik dapat berhasil
mencapai keberhasilan dalam proses pendidikan yang dijalani dimana
mereka berjuang dalam situasi yang negatif dan tetap memiliki
kemungkinan tidak berhasil. Hasil penelitian
Haktanir, dkk (2018) menemukan bahwa resiliensi berpengaruh
terhadap penyesuaian diri mahasiswa perguruan tinggi tahun pertama
yang menandakan semakin tinggi kemampuan resiliensi maka
semakin baik kemampuan penyesuaian diri pada mahasiswa baru.
Mahasiswa membutuhkan resiliensi akademik untuk bertahan dalam
perkuliahannya. Menurut Rojas (2015) ada dua kondisi yang dapat
meningkatkan resiliensi pada individu yaitu pertama pengalaman kesulitan
dan hambatan yang dialami individu dan telah mempengaruhinya.
Berdasarkan pemaparan diatas, resiliensi akademik sangat penting dimiliki
oleh semua mahasiswa, resiliensi akademik sangat berguna untuk
membantu bangkit dan bertahan dalam kondisi sulit yang sedang dihadapi
oleh mahasiswa.
Melihat fenomena dan hasil penelitian yang ada, maka penulis
ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai resiliensi akademik
dengan stres akademik dalam proses pembelajaran pada saat perkuliahan
berlangsung khususnya pada mahasiswa yang berasal dari daerah 3T DI
Universitas Kristen Satya Wacana. Penulis juga memilih Universitas
Kristen Satya Wacana sebagai tempat penelitian, dikarenakan
pertimbangan teknis seperti akses yang cukup mudah antara penulis
dengan partisipan atau narasumber.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara resilensi akademik dengan stress akademik
pada mahasiswa daerah 3T ( Terdepan, Terluar, Tertinggal) ?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan resilensi akademik dengan stress akademik pada
mahasiswa asal daerah 3T ( Terdepan, Terluar, Tertinggal).

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan pada bidang
psikologi pendidikan khususnya tentang resilensi akademik dengan stres
akademik pada mahasiswa asal daerah 3T di Universitas Kristen Satya
Wacana.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh informasi tentang resilensi
akademik dan tingkat stress akademik khususnya pada mahasiswa
asal daerah 3T di UKSW.
b. Bagi tempat penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Universitas
tentang stress akademik sehingga dapat membuat kebijakan untuk
mengatasi stress akademik bagi mahasiswa khususnya mahasiswa
asal 3T.

Anda mungkin juga menyukai