Anda di halaman 1dari 24

“MENGATASI KECEMASAN SOSIOEMOSIONAL

PADA ANAK USIA DINI (4-6 TAHUN)”

Psikologi Pendidikan - PG 234 C

Dosen Pengampu : Adi Wijaya, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :

Anetha Ferderika Juniasi 802019135

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah
yang menyediakan sebuah program pendidikan dini bagi anak usia dini (usia empat
tahun sampai memasuki pendidikan dasar). Menurut peraturan daerah Nomor 27 tahun
1990 tentang pendidikan pra sekolah Bab I Pasal 1 ayat (2) Pendidikan di Taman
Kanak-Kanak dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain.
Pelaksanaan pendidikan di Taman Kanak-Kanak menganut prinsip bermain
sambil belajar atau belajar seraya bermain. Melalui bermain seorang anak dapat
mengembangkan kepribadiannya, termasuk perkembangan motorik sosial, emosi
maupun kecerdasannya. Namun dalam perkembangannya tersebut ada beberapa anak
yang terhambat dalam perkembangan sosioemosinalnya.
Perkembangan sosioemosional anak adalah perkembangan yang menyakut
perkembangan sosial dan juga perkembangan emosi anak. perkembangan sosial
anak yakni perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan aturan aturan
yang berlaku dilingkungan anak berada. Perkembangan emosional anak diartikan
sebagai keadaan yang kompleks yang didalamnya berupa perasaan ataupun getaran
jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu
perilaku. Sehingga perkembangan sosial berkaitan erat dengan emosional anak karena
ekspresi yang ditampilkan anak berkaitan dengan sikap sosial anak menjadikan
sikap atau tingkah laku itu muncul.
Beberapa teori tentang perkembangan soisoemosional anak. Santrock
terj Tri Wibowo menuliskan teori perkembangan rentang hidup (life-span) dari
Erikson. Dua teori dipilih karena cukup komperenshif dalam membahas
konteks sosial dimana anak berkembang (Bronfenbrenner) dan perubahan utama
dalam perkembangan sosioemosional anak (Erikson).
A. Teori Ekologi Bronfenbrenner
Terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi
interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas. Bronfenbrenner (1995)
menyebut sistem–sistem itu sebagai mikrosistem, mesosistem, ekosistem,
makrosistem dan kronosistem.
1. Mikrositem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak
waktu. Beberapa konteks dalam sstem ini antara lain adalah keluarga,
teman sebaya, sekolah dan tetangga.
2. Mesositem adalah kaitan antarmikrosistem. Contohnya adalah hubungan
antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman disekolah
3. Ekosistem terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana murid tidak
berperan aktif) mempengaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks
mereka sendiri.
4. Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas
yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam
perkembangan anak.
Kultur adalah konteks terluas dimana murid dan guru tinggal, termasuk nilai
dan adat istiadat masyarakat
5. Kronosistem adalah kondisi sosio historis dari perkembangan anak.
Mislanya, murid murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang tergolong
pertama.

B. Teori Perkembangan Sosioemosional Erikson


Teorinya ini disebut dengan Teori Psikososial. Ia berpendapat bahwa setiap
individu berjuang melakukan pencarian identitas diri dalam tiap tahap
kehidupannya.
Salah-satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah
Perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita
kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu
berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan
memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif,
inilah alasan mengapa teori erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
Teori sosioemosional yang diteliti oleh Erik Erikson secara umum
menggambarkan inti dari teorinya adalah perkembangan emosional sejajar dengan
pertumbuhan fisik.
1. Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikologis.
2. Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial
akan menyatu.
3. Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
4. Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8
fase, dengan tugas - tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap
fase.

Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) usia 0-1 tahun


Autonomy vs Shame (Kemandirian vs Rasa Malu)usia 2-3 tahun
Initiative vs Guilt usia 3-6 tahun
Industry vs. Inferiority usia 6-12 tahun
Identity vs. Confusion usia 12-19 tahun
Intimacy vs. Isolation 20-25 tahun
Generativity vs. Stagnation 25-64 tahun
Integraty vs. Despair 64-Death

Berdasar kedua teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan


sosioemosional anak dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga dan adat disuatu
daerahnya yang mengawali manusia dalam bertindak untuk melakukan sesuatu
pada kemajuan dan kemunduran yang akan ia ciptakan dalam kehidupannya
sendiri.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dalam pembelajaran kegiatan


pengembangan sosioemosional masih ada beberapa anak yang ditemui bahwa anak usia
Taman Kanak - Kanak khususnya di TK Negeri Pembina Kecamatan Arut Selatan,
masih ada beberapa anak yang belum memenuhi perkembangan sosioemosionalnya
dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa kondisi seperti :
1. Anak cenderung belum bisa beradaptasi ditempat baru (masih meresa cemas)
2. Anak masih merasa cemas jika ditinggal oleh orang tuanya
3. Anak mengalami tantrum/mengamuk

B. Rumusan Masalah
Bertolak pada latar belakang masalah, selanjutnya dibuat rumusan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perkembangan sosiemosional pada anak usia dini di taman kanak –
kanak ?
2. Bagaimana perkembangan sosioemosional anak di TK Negeri Pembina Kecamatan
Arut Selatan ?
3. Intervensi untuk permasalahan perkembangan sosioemosonal di Taman Kanak –
Kanak ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan sosioemosional pada Anak Usia Dini (AUD)
2. Untuk mengetahui Intervensi/ psikoedukasi apa yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan perkembangan sosioemosional pada Anak Usia Dini
(AUD)

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru Taman Kanak-Kanak
Menambah pengetahuan guru dalam penggunaan metode yang paling tepat yang
dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan sosiemosional Anak Usia Dini
di Taman Kanak – Kanak
2. Bagi orang tua
Memberikan masukan pada orang tua bahwa meningkatkan sosiemosional tidak
hanya dalam upaya memperoleh hasil belajar yang baik tetapi lebih pada proses
pemahaman dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara/ metode yang
menyenangkan
BAB 2
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dengan mengunakan teknik wawancara kepada beberapa narasumber.
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat
format tes penilaian dalam bentuk format indikator yang akan dicapai anak dan
menyiapkan beberapa pertenyaan kepada anak dalam melihat aspek
sosioemosional anak.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, kegiatan yang dilakukan adalah meminta
izin kepada pihak sekolah untuk melakukan mini riset, kemudian melihat
dan melakukan kegiatan yang telah disiapkan dalam perencanaan dan format
penilaian.
3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini pula, pengamat mengamati proses tindakan
pembelajaran.
4. Wawancara
Wawancara dilakukan di rumah subjek oleh orang tua wali murid dari kedua siswa
yang bersekolah di TK Negeri Pembina Kecamatan Arut selatan, wawancara
tersebut dilakukan pada jam istiraha kantor atau hari libuar. Kedua, wawancara
kepada salah satu guru TK Negeri Pembina Kecamatan Arut Selatan untuk mencari
kepastian fenomena.

B. Subjek
Subjek penelitian yaitu dua peserta didik yang bersekolah di TK Negeri Pembina
Kecamatan Arut selatan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di rumah subjek di hari yang sama pada tanggal 12 Juni 2021,
namun di jam yang berbeda. Yang pertama di jam 10.00 WIB lalu yang kedua di jam
11.00 WIB dan yang terakhir di rumah salah satu guru yang mengajar di TK Negeri
Pembina Kecamatan Arut selatan di jam 14.00 WIB.

D. Instrumen dan Penelitian


Teknik penilaian tersebut dapat dipakai dalam melaksanan proses
perkembangan sosioemosional anak usia dini :
1. Observasi atau pengamatan merupakan proses pengumpulan data. Data yang
direkam perlu segera dicatat. Berkaitan dengan perkembangan soioemosional
pada anak, guru dapat menggunakan teknik penilaian observasi yang telah
disiapkan beserta rubrik capaian perkembangan anak
2. Catatan Anekdot (catatan kejadian khusus) yaitu Catatan perkembangan anak
yang dibuat oleh pendidik pada saat anak menunjukkan perkembangan
anak yang dibuat oleh pendidik pada saat menunjukkan perkembangan penting
saat bermain baik positif maupun negative

E. Tenik Pengumpulan data.


1. Tes Penilaian Observasi
2. Wawancara

Lembar Tes Penilaian Observasi

No Tingkat Indikator Kemampuan Nama Subjek


Pencapaian
Perkembangan Dani Echa

1. Memiliki perilaku Percaya diri untuk bertanya


yang mengemukakan ide dan tampil
mencerminkan
- (BB) Anak belum berani
sikap percaya diri untuk bertanya dan tampil

- (MB) Anak mulai berani


tampil dengan suruhan orang

tua/guru

- (BSH) Anak berani tampil 


dengan malu – malu

- (BSB) Anak mau dan


berani tampil dengan sempurna

5. Mampu Anak tidak merasa cemas ketika


beradaptasi di diperhadapkan pada situasi yang barui
lingkungan yang ditemuinya
baru
- (BB) Anak cemas dan
menangis (mengamuk) ketika

ditinggal oleh orang tua ketika
berada di tempat yang baru

- (MB) Anak bisa beriteraksi


dengan temannya namun

masih harus ditemani oleh
orang tua

- (BSH) Anak sudah mampu


beradaptasi dengan guru dan
teman – temannya tanpa harus
ditemani oleh orang tuanya

- (BSB) Anak sudah bisa


berinteraksi dan cepat
beradaptasi di tempat yang
baru tanpa harus ditemani oleh
orang tua
Hasil Wawancara

Wawancara pada Orang tua subyek 1:

Nama : Bu. Eva

Tempat wawancara : di Kediaman Komplek Perumahan Cemara Permai Blok.C no.4

Waktu : 10.00

Tanggal : 12 Juni 2021

T : Selamat siang Ibu, disini saya ingin mewawancara terkait dengan anak

Ibu yang masih TK, apakah boleh?

J : Selamat siang, Boleh mbak

T : Sebelumnya saya ingin bertanya, usia anak ibu sekarang berapa ya?

J : Usia Dani anak saya 6 Tahun mba

T : Dani kan sudah TK ya bu? Apa sudah masuk sekolah secara offline?

J : Belum mba, masih belajar dirumah aja

T : Boleh kasih tau saya apa yang menjadi permasalahan Ibu saat ini terhadap dani?

J : Dani anak yang susah bersosialisasi mbak, suka malu ketemu sama orang yang ga
dikenal, kadang saya bingung musti gimana ngajarin dani buat berinteraksi sama yang
lain, karna jarang sekali main diluar rumah.
T : Wah gitu ya bu, : Hal apa yang dilakukan anak ibu sehari-hari dirumah? Apalagi kan
sekarang lagi ga sekolah, apa dirumah terus bu dani nya?

J : ya itu mbak sukanya main HP saja sama nonton TV

T : Bagaimana cara ibu mengasuh anak ibu dalam kehidupan sehari-hari?

J : Saya kan kerja mbak, jadi Dani lebih banyak sama kakaknya di rumah, karna
Ayahnya kan juga kerja baru puang sore hari jadi memang sama sama sibuk akhirnya
anak – anak Cuma dirumah saja mbak.

T : Oh gitu ya Bu, Apakah Ibu pernah mengajak Dani main keluar rumah bu?

J : Jarang sih mba, memang pernah cuman ya itu, Dani gamau main sama yang lain,
tetap sibuk sama game yang ada di HP nya kalo ga mainnya sama abangnya.

T : Baik Ibu, terima kasih ya buat wawancaranya hari ini. Sebelumnya aya mohon maaf
sudah mengganggu waktunya Bu.

J : Iya mba gapapa, hari sabtu juga saya libur mba.

Wawancara pada Orang tua subyek 2:

Nama : Bu. Siska

Tempat wawancara : di Kediaman Jl. Hm Rafi’i (PERUM. Beringin Rindang)

Waktu : 11.00

Tanggal : 12 Juni 2021

T : Selamat Siang Tante, apa kabar nya ?

J : Tante baik net..

T : Tante anet mau wawancara tentang Echa boleh? Echa TK kan ya tant?

J : Iya boleh, iya Echa TK

T : Echa umur berapa tant sekarang?

J : 5 tahun udh jalan 6 Oktober nanti


T : Echa berarti belajar di rumah aja tant ?

J : Iya, masih online sekolahnya, gatau nih kapan masuk sudah lama banget cape tante

T : Selama Echa sekolah dari rumah, tante nemuin kesulitan ga dalam hal belajarnya
Echa?

J : Kalo untuk masalah sekolah Echa rajin – rajin aja sih net, tugasnya juga dikerjain
cuman ya tetap kakaknya yang bantuin.

T : Echa udah bisa ngeja tant?

J : Udah lumayan lancar sih

T : Kesulitan yang tante dapat menghadapi Echa apa tant?

J : Cengeng net, tante kan sering kerja, jadi awalnya Echa mau dititipin ke tetangga tapi
dia gamau akhirnya tante bawa ke kantor. Cuman susahnya Echa ga mau di tinggal
tinggal, buntutin mamahnya terus, kalo ditinggal ngamuk. Rada susah jadi tante mau
kerja, papah nya kan sering keluar kota. Kecuali ga keluar kota, baru tinggal sama
papahnya.

T : Oh gitu ya tant, kalo dirumah sering main ga tant sama tetangga?

J : Jarang – jarang , ada satu temennya Avei, cuman sekarang Avei nya jarang main,
cowok juga kan jadi kayaknya udh mulai ngerti ga main lagi sama anak cewek

T : Kalo sama yang lain Echa ga main tant?

J : Males dia, banyak nonyon Youtube aja.

T : Oh gitu ya Tant, yaudah kalo gitu, makasih ya tant buat wawancaranya.

J : Iya sama – sama net.

Wawancara pada Guru subyek 3:

Nama : Bu. Rani

Tempat wawancara : di Kediaman Jl. A.Yani. gg Patin. Rt.17/RW.003


Waktu : 14.00

Tanggal : 12 Juni 2021

T : Hallo, Selamat siang Ibu. Saya Anetha. Disini saya mohon ijin untuk mewawancarai
Ibu, untuk salah satu tugas perkuliahan saya.

J : Iya mba, silahkan. Apa yang mau ditanyain mba?

T : Begini bu, saya mau bertanya soal metode pembelajaran atau perilaku anak
disekolah, cuman karna ini masa pandemi anak – anak kan jadi ga masuk sekolah ya?

J : Iya mbak, cuman guru – gurunya aja yang masuk sekolah

T : Saya mau tanya soal metode pembelajaran yang dilakukan saat ini gimana ya Bu?

J : Kalo sekarang karna pandemi anak – anak Cuma dikasih tugas aja mba sama paling
dikirimi vidio ke WA orang tuanya. Ga Jauh beda dengan waktu masuk sekoah
sebenarnya karna kan kalo di TK merea belajar sambil bermain jadi ga terlalu susah
juga.

T : Baik Ibu, kalo terkait perilaku anak ketika masuk sekolah sebelum adanya pandemi
itu gimana ya bu?

J : Ya kaya biasa mba, namanya juga anak – anak, ada yang nakal ada yang cengeng
ada yang pendiam, macem – macem lah mba.

T : Kalo dulu kesulitan yang Ibu dapatkan saat mengajar ketika sekolah masih Offline
apa saja bu?

J : Banyak sih mba, namanya ngeladenin anak- anak ya pasti bikin jengkel. Cuman ya
gimana ya ini kan udah bagian dari tugas saya.

J : Kalo dulu banyak yang masih kadang masih ngompol, terus kebanyak itu masih
gamau ditinggal mamahnya kalo sekolah. Jadi banyak anak – anak yang kalo sekolah
ibunya musti nunggu di luar kelas.

T : Itu gaada kebijakan nya apa gimana bu, kalo buat orang tua yang menunggu?

J : Sebenernya sekoah ada aturan mba, kalo orang tua dilarang menunggu. Cuman kan
anaknya ngamuk jadi akhirnya dibolehin.
J : Dulu ada satu anak mba, di nol kecil. Duh bener – bener ngamuk dia kalo mamahnya
pulang, anaknya pendiam kalo ditanya baru jawab kalo ga ya diem aja. Kadang susah
ngadepin anak yang seperti itu, jadi yasudah dibiarin aja, dari pada nangis dan
ngamuk tambah parah kan mba.

T : Anak tersebut, main ga ya bu sama teman – temannya yang lain?

J : Kalo istirahat dia datang Ibunya, tar disuapin makan selesai istirahat masuk kelas
lagi, ga pernah main sama anak yang lain, saya bingung juga itu sebenarnya pemalu
apa gimana karna kadang juga kalo ditanyain cuman diam aja.

T : Oh gitu ya bu, sepertinya wawancaranya udh cukup bu, saya makasih banyak ya bu,
ibu udh meluangkan waktu.

J : Iya mba sama – sama, salam buat mamahnya ya mba.

T : Iya ibu, nanti disampaikan.


BAB 3
PEMBAHASAN

Menurut Walsh (2010) psikoedukasi adalah suatu intervensi yang dapat dilakukan pada
individu, keluarga, dan kelompok yang fokus pada mendidik partisipannya mengenai
tantangan atau masalah dalam hidup, membantu partisipan mengembangkan sumber-sumber
dukungan dan dukungan sosial dalam menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan
keterampilan coping untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan. Psikoedukasi sendiri
bukanlah suatu bentuk pengobatan, namun psikoedukasi dirancang untuk menjadi bagian dari
rencana perawatan secara menyeluruh.

Dari masalah yang terdapat diatas yaitu masalah perkembangan sosioemosional pada
Anak Usia Dini khusunya pada usia Taman Kanak – Kanak (4-6 thn ) kita dapat memberikan
psikoedukasi kepada mereka melalui orang tua dan juga guru, bagaimana ara menghadapi
anak yang cemas lalu mengamuk/ tantrum ketika berada jauh dari orang tuanya. Psikoedukasi
yang menjadi metode intervensi pada penelitian ini digunakan pengetahuan dan wawasan
orang tua dan guru terkait bagaimana orang tua dan guru dapat menghadapi anak yang
mengalami kecemasan saat ditinggal oleh orang tuanya. Mengapa orang tua dan guru yang
menjadi sasarannya? Karna, umur anak yang masih terlalu kecil belum dapat memahami
maksud dan tujuan dari psikoedukasi itu sendiri.

Psikoedukasi tentang pengetahuan kesiapan sekolah anak terhadap Ibu untuk


meningkatkan kemandirian anak ini mengacu pada triple-p (positive parenting program)
dimana psikoedukasi ini di pandang sangat diperlukan untuk Ibu yang dikembangkan oleh
(Sandes 1999) sebagai program intervensi untuk meningkatkan prilaku kemandirian pada
anak.

Triple P merupakan sistem pengasuhan yang dikembangkan oleh Sanders, program


ini dikembangkan untuk orangtua yang mempunyai anak dengan usia di bawah tiga tahun,
pra-sekolah dan remaja sampai mencapai 16 tahun. Progam ini ditujukan kepada orangtua
dan anggota keluarga untuk mencegah gangguan emosi, perilaku dan berbagai masalah yang
dialami oleh anak. Orangtua diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
pengasuhan, meningkatkan harga diri. Triple P didasarkan pada teori belajar sosial bahwa
pembentukan perilaku individu bisa dikembangkan dari modeling atau proses pembelajaran
sosial dari lingkungannya (Glazemakers, 2012). Sebagai bagian dari psikoedukasi yang
dilaksanakan maka tahap pertama adalah memberikan pelatihan pada ibu. Metode pelatihan
yang digunakan antara lain adalah ceramah kepada ibu tentang kesiapan sekolah anak untuk
meningkatkan kemandirian anak, alat bantu audio visual, sharing pendapat, roleplay dan
game. Setelah di adakan psikoedukasi ini diharapkan adanya peningkatan pengetahuan ibu
tentang kesiapan sekolah anak untuk meningkatkan kemandirian terhadap anak.

Beberapa hal yang harus dilakukan orang tua kepada anak :

1. Tunjukkan Rasa Empati

Berikan empati pada anak dengan cara mendengar keluh kesah yang mereka hadapi
selama bersekolah. Dengan segala kekhawatiran yang mungkin dialami, jangan
marahi dan langsung memaki anak.

Pasalnya, anak yang merasa takut ditinggal sendiri di sekolah pasti memiliki alasan
tersendiri. Untuk itu, dengarkan terlebih dahulu alasan mereka, dan tetap berikan
perhatian dan kasih sayang pada anak.

2. Beri Afirmasi

Selain memberikan empati pada anak, memberikan pemahaman positif tentang


sekolah juga diperlukan agar anak tidak lagi merasa takut dengan kehidupan di
sekolah maupun di lingkungan barunya.

Misalnya dengan mengatakan pada mereka bahwa di sekolah, ia bisa punya banyak
teman bermain dan bisa melakukan aktivitas seru seperti olahraga dan kegiatan
ekstrakurikuler.

Pastikan pula Anda memberikan pemahaman bahwa sekolah adalah tempat  yang
menyenangkan agar ia betah dan mau beraktivitas di dalam sekolah.
Tabel 3.1 Rincian Pelaksanaan Intervensi

Sesi I (90’) : Membina rapport dan asesmen awal


Waktu Langkah pelaksanaan Tujuan Teknik
15‟ Perkenalan  Mendapatkan gambaran Active listening
tentang latar belakang
partisipan .
 Membuat partisipan
merasa nyaman dengan
peneliti sehingga dapat
bercerita secara terbuka.
10‟ Penjelasan tentang program  Membuat partisipan paham
intervensi tentang psikoedukasi yang
 Peneliti menjelaskan secara
akan diterima.
lisan tentang proses
intervensi yang akan  Memunculkan motivasi
dilakukan pada diri partisipan untuk
 Peneliti menjelaskan maksud menjalani psikoedukasi
dan tujuan dari proses sesuai harapan
intervensi
 Peneliti meminta kesediaan  Menyamakan persepsi
partisipan untuk mengikuti antara partisipan dan
keseluruhan proses peneliti tentang prosedur
intervensi dan meminta pelaksanaan psikoedukasi
partisipan untuk untuk menghindari
menandatangani informed kesalahpahaman
consent.
25‟ Penggalian masalah yang  Mendapatkan gambaran yang  Emphatic
terkait dengan jelas tentang berbagai listening
pengasuhan anak yang permasalahan yang sedang  Parafras
memiliki kecemasan dihadapi saat ini, baik yang  Klarifikasi
ketikaditinggal orang sudah disadari maupun yang masalah
tuanya belum disadari dimiliki oleh
 Scaling
 Peneliti partisipan partisipan, dalam menghadapi
untuk anak yang memiliki kecemasan
mendeskripsikan ketika ditinggal oleh orang tua.
masalah yang selama  Agar peneliti dapat memahami
ini dihadapi dalam permasalahan partisipan, sesuai
mengasuh anaknya. dengan istilah dan bahasa yang
 Peneliti meminta ia gunakan.
partisipan untuk
menjelaskan seberapa
hal tersebut menjadi
masalah baginya.
 Peneliti meminta
partisipan untuk
membuat skala yang
menjelaskan intensitas
permasalahannya

25‟ Penjabaran tujuan yang  Mendapatkan gambaran yang  Miracle


ingin dicapai jelas dan konkrit akan tujuan question
 Peneliti menanyakan atau hasil yang diharapkan Scaling
apa yang bisa dibantu partisipan terjadi di masa
peneliti melalui mendatang.
intervensi ini  Mendapatkan kejelasan tentang
 Peneliti meminta kondisi seperti apa yang ingin
partisipan untuk dicapai oleh partisipan, terkait
menjelaskan tentang dengan pengasuhannya.
perubahan-perubahan
yang ia inginkan
terjadi
 Peneliti meminta
partisipan untuk
membuat target skala
yang ingin dicapai
sebagai perubahan
yang diharapkan
terjadi

15‟ Memberikan pre-test: Parental  Untuk mengetahui kondisi awal


Scale of Confidence partisipanUntuk mengetahui
bagaimana tingkat self-efficacy
partisipan sebagai orangtua, serta
rasa percaya dirinya dalam
mengasuh anaknya.

Sesi II (75’): Penetapan masalah dan tujuan, serta penggalian keberhasilan di masa lalu
Waktu Langkah pelaksanaan Tujuan Teknik
15‟ Review sesi 1  Mengingatkan kembali tentang  Umpan balik
 Peneliti menjabarkan isi sesi 1, Memperjelas dan  Validasi &
kesimpulan permasalahan menyamakan persepsi antara Pujian
yang disampaikan peneliti dan partisipan, tentang  Emphatic
partisipan pada sesi I. permasalahan yang sedang listening
Peneliti menjabarkan dihadapi.
kesimpulan harapan atau  Memperjelas dan menyamakan
tujuan terapi yang persepsi antara peneliti dan
disampaikan partisipan partisipan, tentang tujuan yang
pada sesi I. ingin dicapai dari terapi.
 Peneliti meminta Melihat kejadian dan
partisipan untuk bercerita perbedaan/perkembangan
tentang apakah yang ada sejak datang
perubahan/perbedaan yang sesi 1 hingga hari ini.
terjadi antara sesi I hingga
sebelum sesi II.
25‟ Penetapan permasalahan  Mendapatkan deskripsi  Emphati
yang ingin diselesaikan dan permasalahan yang lebih c listenin
tujuan yang ingin dicapai spesifik dan konkrit, mencakup  Parafrase
 Peneliti meminta partisipan intensitas masalah, durasi
untuk menentukan masalah, seberapa hal tersebut
permasalahan spesifik yang menjadi masalah
akan ditekankan pada  Mendapatkan deskripsi
intervensi ini untuk tujuan/harapan yang ingin
diselesaikan. dicapai partisipan melalui
 Peneliti meminta partisipan intervensi ini, sehingga dapat
untuk menentukan menentukan langkah-langkah
tujuan/harapan yang yang lebih jelas untuk
spesifik akan ditekankan mencapai tujuan tersebut
pada intervensi ini, untuk
dicapai.

25‟ Elaborasi Solusi  Mendapatkan pengalaman  Parafrase


 Peneliti meminta masa lalu ketika menghadapi  Exception
partisipan untuk permasalahan yang serupa
dengan yang sedang dihadapi
mengingat kembali
saat ini.
pengalaman masa lalunya
 Menjabarkan tindakan yang
selama mengasuh anak, dilakukan partisipan atau
terkait dengan kondisi yang terjadi di masa
permasalahan yang ia lalu, dalam menghadapi
hadapi saat ini. permasalahan yang serupa.
 Peneliti meminta  Memperjelas dan menekankan
pada tindakan yang dilakukan
partisipan untuk
partisipan di masa lalu
mengingat kembali,
bagaimana permasalahan tersebut, yang ternyata
pada masa lalu tersebut menjadi solusi dari
permalahannya Memperjelas
dapat terselesaikan.
partisipan bahwa ia memiliki
 Peneliti meminta sumber- sumber potensi yang
partisipan untuk dapat dijadikan solusi bagi
mengingat kembali, saat- permasalahannya saat ini.
saat ketika permasalahan  Menjabarkan langkah-langkah
tidak muncul yang pernah berhasil menjadi
solusi dimasa lalu
 Melakukan asesment
terhadap usaha-usaha yang
dilakukan sebelumnya.
10‟ Pemberian tugas  Agar partisipan dapat melihat  Pujian
 Peneliti meminta partisipan dampaknya secara langsung  Saran/Tugas
untuk mencoba melakukan jika solusi tersebut diterapkan
beberapa kegiatan di rumah saat ini, terhadap
atau selama mengasuh anak permasalahan yang saat ini
yang mengalami ecemasan sedang dihadapi.
ketika ditinggal orang tuanya.  Agar partisipan dapat melihat
 Jika tindakan/langkah tersebut langsung dan menyadari apa
berhasil, peneliti meminta yang seharusnya ia lakukan,
partisipan untuk dan apa yang seharusnya ia
melakukannya lagi dan
hindari.
lakukan lebih sering.
 Jika tidak berhasil, coba
lakukan hal yang berbeda

SESI III (75’) : Evaluasi terhadap solusi yang pernah berhasil, membangun rasa positif
Waktu Langkah pelaksanaan Tujuan Teknik
30‟ Diskusi/review  Peneliti mendapatkan gambaran  Emphatic
 Peneliti meminta tentang usaha yang telah listening
partisipan untuk dilakukan partisipan dan  Parafras
menceritakan tentang dampaknya dari usaha tersebut  Validasi &
pelaksanaan tugas yang  Peneliti mendapatkan gambaran Pujian
diberikan pada sesi III. tentang perubahan atau
 Peneliti meminta perbedaan yang terjadi pada
partisipan untuk bercerita partisipan
tentang kejadian-kejadian
yang terjadi antara sesi III
dan sesi IV.
30‟ Asesment terhadap usaha yang  Untuk dapat menentukan Scaling
telah dilakukan apakah partisipan telah
 Peneliti mengajak partisipan memperoleh solusi dari
permasalahannya saat ini.
untuk menilai usaha yang
Mendapatkan kejelasan atas
telah dilakukan tersebut.
 Peneliti mengajak partisipan solusi atau langkah yang
untuk melihat bagaimana sebaiknya dilakukan atau
keberhasilan dan efektifitas dihindari
usahanya tersebut  Untuk melihat keberhasilan
usaha dan kepuasannya
terhadap usaha tersebut.
 Melihat sudah seberapa dekat
dengan tujuan yang ingin
dicapai
15‟ Menjabarkan hal-hal positif  Memunculkan perasaan positif
yang dimiliki partisipan, dalam diri partisipan
terkait dengan pengasuhan  Meyakinkan partisipan bahwa ia
anak yang memiliki memiliki sumber- sumber yang
kecemmasan ketika dibutuhkan dalam mengatasi
ditinggal orang tuanya permasalahan.
 Partisipan diminta untuk
menyebutkan faktor- faktor
pendukung yang selama ini
sudah ia miliki, dalam
kaitannya dengan
pengasuhan anaknya
selama ini

SESI 4: Rangkuman sesi secara keseluruhan


Waktu Langkah pelaksanaan Tujuan Teknik
20‟ Diskusi/review  Peneliti mendapatkan  Emphatic
 Partisipan diminta gambaran tentang usaha yang listenin
untuk menceritakan telah dilakukan partisipan dan  Parafrase
perubahan/ dampaknya dari usaha tersebut  Validasi
perbedaan/kejadian  Peneliti mendapatkan & Pujian
apa yang terjadi gambaran tentang perubahan
sejak sesi III hingga atau perbedaan yang terjadi
saat ini pada partisipan
 Peneliti mengajak  Untuk mengingatkan
partisipan untuk partisipan kembali tentang
mengulas balik sesi permasalahan yang ia
I. Peneliti mengulas harapkan dapat diselesaikan
sekilas tentang sesi I, melalui intervensi ini
dan kemudian
meminta umpan
balik dari partisipan
 Peneliti mengajak
partisipan untuk
mengulas balik sesi II.
Peneliti mengulas
sekilas tentang sesi II,
dan meminta umpan
balik dari partisipan
 Peneliti mengajak
partisipan untuk
mengulas balik sesi III.
Peneliti mengulas
sekilas tentang sesi III,
dan meminta umpan
balik dari partisipan
 Peneliti mengajak
partisipan untuk mengulas
balik sesi IV. Peneliti
mengulas sekilas tentang
sesi IV, dan meminta
umpan balik dari partisipan
15‟ Review tujuan/harapan awal  Untuk mengingatkan partisipan Scaling
 Peneliti menyebutkan kembali tentang tujuan harapan
kembali tujuan dan harapan yang ia inginkan untuk tercapai
yang disebutkan partisipan  Memberikan gambaran yang jelas
pada sesi I dan II. kepada partisipan tentang
 Penenliti mengajak perkembangan/perbedaan yang
partisipan untuk telah terjadi sebagai akibat dari
membandingkan usaha yang telah ia lakukan
tujuan/harapan awal selama intervensi
tersebut dengan kondisinya  Melihat seberapa jauh tujuan
saat ini sudah tercapai, apa hal-
 Partisipan diberikan hal yang mendukung pencapaian
pertanyaan skala yang tersebut
diberikan pada sesi I, dan
membandingkan hasilnya.
15‟ Memberikan post-test: Parental  Untuk mengetahui bagaimana
Scale of Confidence tingkat self-efficacy partisipan
sebagai orangtua, serta rasa
percaya dirinya dalam mengasuh
anaknya, setelah mengikuti sesi
intervensi
15‟ Evaluasi pelaksanaan  Memberikan pemahaman
intervensi tentang teknik yang digunakan
 Peneliti bertanya tentang dalam intervensi dan
manfaat intervensi ini bagi memahami maksud dan tujuan
partisipan
 Peneliti bertanya tentang dari teknik tersebut
efektivitas teknik yang  Untuk menggambarkan tingkat
digunakan pada intervensi keberhasilan intervensi yang
ini telah dijalankan
 Peneliti bertanya tentang
materi yang disampaikan
pada intervensi ini

Tabel. 3.2 Rencana Pelaksanaan Intervensi Pada Ketiga Partisipan

Sesi Realisasi Pelaksanaan


Partisipan 1 (SRS)
I Senin, 2 Agustus 2021
II Senin, 9 Agustus 2021
III Selasa, 17 Agustus 2021
IV Selasa, 24 Agustus 2021
Partisipan 2 (TM)
I Senin, 9 Agustus 2021
II Selasa, 17 Agustus 2021
III Rabu, 25 Agustus 2021
IV Rabu, 1 September 2021
Partisipan 3 (DU)
I Rabu, 25 Agustus 2021
II Rabu, 1 September 2021
III Rabu, 8 September 2021
IV Rabu, 15 September 2021
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan Sosioemosional ialah perkembangan yang menceritakan
perkembangan sosial dan emosional anak. perkembangan sosial merupakan
perkembangan tingkah laku anak dalam lingkungan tempat ia berada, sedangkan
emosional merupakan keadaan kompleks yang ditonjolkan anak melalui ekspresi
senang, sedih, gelisah dan marah. Sehingga dalam kaitannya perkembangan
sosioemosional merupakanperkembangan perilaku yang terjadi pada kondisi
emosi dan kemampuan anak dalam merespon lingkungannya dalam berhubungan
pada teman sebaya dan orang yang lebih tua darinya.
Peneliti menggunakan teknik penilaian observasi dan catatan anekdot
Pada 2 orang siswa TK Negeri Pembina Kecamatan Arut Selatan untuk melihat
perkembangan aspek sosioemosional AUD, saya sebagai peneliti menemukan
perkembangan sosioemosional dua orang murid di TK tersebut, kurang baik.
Karena permasalahan tersebut maka dibuatlah psikoedukasi, sebagai bagian
dari psikoedukasi yang dilaksanakan maka tahap pertama adalah memberikan
pelatihan pada ibu. Metode pelatihan yang digunakan antara lain adalah ceramah
kepada ibu tentang kesiapan sekolah anak untuk meningkatkan kemandirian anak, alat
bantu audio visual, sharing pendapat, roleplay dan game.

B. Saran
Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, peneliti menyarankan:
1. Bagi guru, guru dapat memasukkan indicator- indikator yang bersifat membangun
aspek sosioemosional anak dengan memakai metode yang lebih unik lagi
2. Perlu pembiasaan dalam membangun aspek sosioemosional anak agar
mencapai dengan yang yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA

Lampiran I Permendikbud nomor 146 Tahun 2014, Kerangka dasar dan


Struktur Kurikulum PAUD, Jakarta: Kemendikbud 2015.

Dariyo, Agoes. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama

Bronfenbrenner, U. (1986). “Ecology of the family as a context for human development


Research perspectives”, Developmental Psychology, 22 (6)

Walsh, J. (2010). Psychoedication in mental health. Chicago: Lyceum Books, Inc.

Glazemakers, I. (2012). A population health approach to parenting support:


Disseminating the Triple P-Positive Parenting Program in the Province of
Antwerp. University of Antwerp: Nieuwe Media Dienst.

Carlson, J., Sperry, L., & Lewis, J. A. (2005). Family Therapy Techniques. Integrating
and Tailoring Treatment. New York: Routledge

Anda mungkin juga menyukai