Disusun Oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah
yang menyediakan sebuah program pendidikan dini bagi anak usia dini (usia empat
tahun sampai memasuki pendidikan dasar). Menurut peraturan daerah Nomor 27 tahun
1990 tentang pendidikan pra sekolah Bab I Pasal 1 ayat (2) Pendidikan di Taman
Kanak-Kanak dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain.
Pelaksanaan pendidikan di Taman Kanak-Kanak menganut prinsip bermain
sambil belajar atau belajar seraya bermain. Melalui bermain seorang anak dapat
mengembangkan kepribadiannya, termasuk perkembangan motorik sosial, emosi
maupun kecerdasannya. Namun dalam perkembangannya tersebut ada beberapa anak
yang terhambat dalam perkembangan sosioemosinalnya.
Perkembangan sosioemosional anak adalah perkembangan yang menyakut
perkembangan sosial dan juga perkembangan emosi anak. perkembangan sosial
anak yakni perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan aturan aturan
yang berlaku dilingkungan anak berada. Perkembangan emosional anak diartikan
sebagai keadaan yang kompleks yang didalamnya berupa perasaan ataupun getaran
jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu
perilaku. Sehingga perkembangan sosial berkaitan erat dengan emosional anak karena
ekspresi yang ditampilkan anak berkaitan dengan sikap sosial anak menjadikan
sikap atau tingkah laku itu muncul.
Beberapa teori tentang perkembangan soisoemosional anak. Santrock
terj Tri Wibowo menuliskan teori perkembangan rentang hidup (life-span) dari
Erikson. Dua teori dipilih karena cukup komperenshif dalam membahas
konteks sosial dimana anak berkembang (Bronfenbrenner) dan perubahan utama
dalam perkembangan sosioemosional anak (Erikson).
A. Teori Ekologi Bronfenbrenner
Terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi
interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas. Bronfenbrenner (1995)
menyebut sistem–sistem itu sebagai mikrosistem, mesosistem, ekosistem,
makrosistem dan kronosistem.
1. Mikrositem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak
waktu. Beberapa konteks dalam sstem ini antara lain adalah keluarga,
teman sebaya, sekolah dan tetangga.
2. Mesositem adalah kaitan antarmikrosistem. Contohnya adalah hubungan
antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman disekolah
3. Ekosistem terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana murid tidak
berperan aktif) mempengaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks
mereka sendiri.
4. Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas
yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam
perkembangan anak.
Kultur adalah konteks terluas dimana murid dan guru tinggal, termasuk nilai
dan adat istiadat masyarakat
5. Kronosistem adalah kondisi sosio historis dari perkembangan anak.
Mislanya, murid murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang tergolong
pertama.
B. Rumusan Masalah
Bertolak pada latar belakang masalah, selanjutnya dibuat rumusan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perkembangan sosiemosional pada anak usia dini di taman kanak –
kanak ?
2. Bagaimana perkembangan sosioemosional anak di TK Negeri Pembina Kecamatan
Arut Selatan ?
3. Intervensi untuk permasalahan perkembangan sosioemosonal di Taman Kanak –
Kanak ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan sosioemosional pada Anak Usia Dini (AUD)
2. Untuk mengetahui Intervensi/ psikoedukasi apa yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan perkembangan sosioemosional pada Anak Usia Dini
(AUD)
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru Taman Kanak-Kanak
Menambah pengetahuan guru dalam penggunaan metode yang paling tepat yang
dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan sosiemosional Anak Usia Dini
di Taman Kanak – Kanak
2. Bagi orang tua
Memberikan masukan pada orang tua bahwa meningkatkan sosiemosional tidak
hanya dalam upaya memperoleh hasil belajar yang baik tetapi lebih pada proses
pemahaman dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara/ metode yang
menyenangkan
BAB 2
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dengan mengunakan teknik wawancara kepada beberapa narasumber.
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat
format tes penilaian dalam bentuk format indikator yang akan dicapai anak dan
menyiapkan beberapa pertenyaan kepada anak dalam melihat aspek
sosioemosional anak.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, kegiatan yang dilakukan adalah meminta
izin kepada pihak sekolah untuk melakukan mini riset, kemudian melihat
dan melakukan kegiatan yang telah disiapkan dalam perencanaan dan format
penilaian.
3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini pula, pengamat mengamati proses tindakan
pembelajaran.
4. Wawancara
Wawancara dilakukan di rumah subjek oleh orang tua wali murid dari kedua siswa
yang bersekolah di TK Negeri Pembina Kecamatan Arut selatan, wawancara
tersebut dilakukan pada jam istiraha kantor atau hari libuar. Kedua, wawancara
kepada salah satu guru TK Negeri Pembina Kecamatan Arut Selatan untuk mencari
kepastian fenomena.
B. Subjek
Subjek penelitian yaitu dua peserta didik yang bersekolah di TK Negeri Pembina
Kecamatan Arut selatan.
Waktu : 10.00
T : Selamat siang Ibu, disini saya ingin mewawancara terkait dengan anak
T : Sebelumnya saya ingin bertanya, usia anak ibu sekarang berapa ya?
T : Dani kan sudah TK ya bu? Apa sudah masuk sekolah secara offline?
T : Boleh kasih tau saya apa yang menjadi permasalahan Ibu saat ini terhadap dani?
J : Dani anak yang susah bersosialisasi mbak, suka malu ketemu sama orang yang ga
dikenal, kadang saya bingung musti gimana ngajarin dani buat berinteraksi sama yang
lain, karna jarang sekali main diluar rumah.
T : Wah gitu ya bu, : Hal apa yang dilakukan anak ibu sehari-hari dirumah? Apalagi kan
sekarang lagi ga sekolah, apa dirumah terus bu dani nya?
J : Saya kan kerja mbak, jadi Dani lebih banyak sama kakaknya di rumah, karna
Ayahnya kan juga kerja baru puang sore hari jadi memang sama sama sibuk akhirnya
anak – anak Cuma dirumah saja mbak.
T : Oh gitu ya Bu, Apakah Ibu pernah mengajak Dani main keluar rumah bu?
J : Jarang sih mba, memang pernah cuman ya itu, Dani gamau main sama yang lain,
tetap sibuk sama game yang ada di HP nya kalo ga mainnya sama abangnya.
T : Baik Ibu, terima kasih ya buat wawancaranya hari ini. Sebelumnya aya mohon maaf
sudah mengganggu waktunya Bu.
Waktu : 11.00
T : Tante anet mau wawancara tentang Echa boleh? Echa TK kan ya tant?
J : Iya, masih online sekolahnya, gatau nih kapan masuk sudah lama banget cape tante
T : Selama Echa sekolah dari rumah, tante nemuin kesulitan ga dalam hal belajarnya
Echa?
J : Kalo untuk masalah sekolah Echa rajin – rajin aja sih net, tugasnya juga dikerjain
cuman ya tetap kakaknya yang bantuin.
J : Cengeng net, tante kan sering kerja, jadi awalnya Echa mau dititipin ke tetangga tapi
dia gamau akhirnya tante bawa ke kantor. Cuman susahnya Echa ga mau di tinggal
tinggal, buntutin mamahnya terus, kalo ditinggal ngamuk. Rada susah jadi tante mau
kerja, papah nya kan sering keluar kota. Kecuali ga keluar kota, baru tinggal sama
papahnya.
J : Jarang – jarang , ada satu temennya Avei, cuman sekarang Avei nya jarang main,
cowok juga kan jadi kayaknya udh mulai ngerti ga main lagi sama anak cewek
T : Hallo, Selamat siang Ibu. Saya Anetha. Disini saya mohon ijin untuk mewawancarai
Ibu, untuk salah satu tugas perkuliahan saya.
T : Begini bu, saya mau bertanya soal metode pembelajaran atau perilaku anak
disekolah, cuman karna ini masa pandemi anak – anak kan jadi ga masuk sekolah ya?
T : Saya mau tanya soal metode pembelajaran yang dilakukan saat ini gimana ya Bu?
J : Kalo sekarang karna pandemi anak – anak Cuma dikasih tugas aja mba sama paling
dikirimi vidio ke WA orang tuanya. Ga Jauh beda dengan waktu masuk sekoah
sebenarnya karna kan kalo di TK merea belajar sambil bermain jadi ga terlalu susah
juga.
T : Baik Ibu, kalo terkait perilaku anak ketika masuk sekolah sebelum adanya pandemi
itu gimana ya bu?
J : Ya kaya biasa mba, namanya juga anak – anak, ada yang nakal ada yang cengeng
ada yang pendiam, macem – macem lah mba.
T : Kalo dulu kesulitan yang Ibu dapatkan saat mengajar ketika sekolah masih Offline
apa saja bu?
J : Banyak sih mba, namanya ngeladenin anak- anak ya pasti bikin jengkel. Cuman ya
gimana ya ini kan udah bagian dari tugas saya.
J : Kalo dulu banyak yang masih kadang masih ngompol, terus kebanyak itu masih
gamau ditinggal mamahnya kalo sekolah. Jadi banyak anak – anak yang kalo sekolah
ibunya musti nunggu di luar kelas.
T : Itu gaada kebijakan nya apa gimana bu, kalo buat orang tua yang menunggu?
J : Sebenernya sekoah ada aturan mba, kalo orang tua dilarang menunggu. Cuman kan
anaknya ngamuk jadi akhirnya dibolehin.
J : Dulu ada satu anak mba, di nol kecil. Duh bener – bener ngamuk dia kalo mamahnya
pulang, anaknya pendiam kalo ditanya baru jawab kalo ga ya diem aja. Kadang susah
ngadepin anak yang seperti itu, jadi yasudah dibiarin aja, dari pada nangis dan
ngamuk tambah parah kan mba.
J : Kalo istirahat dia datang Ibunya, tar disuapin makan selesai istirahat masuk kelas
lagi, ga pernah main sama anak yang lain, saya bingung juga itu sebenarnya pemalu
apa gimana karna kadang juga kalo ditanyain cuman diam aja.
T : Oh gitu ya bu, sepertinya wawancaranya udh cukup bu, saya makasih banyak ya bu,
ibu udh meluangkan waktu.
Menurut Walsh (2010) psikoedukasi adalah suatu intervensi yang dapat dilakukan pada
individu, keluarga, dan kelompok yang fokus pada mendidik partisipannya mengenai
tantangan atau masalah dalam hidup, membantu partisipan mengembangkan sumber-sumber
dukungan dan dukungan sosial dalam menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan
keterampilan coping untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan. Psikoedukasi sendiri
bukanlah suatu bentuk pengobatan, namun psikoedukasi dirancang untuk menjadi bagian dari
rencana perawatan secara menyeluruh.
Dari masalah yang terdapat diatas yaitu masalah perkembangan sosioemosional pada
Anak Usia Dini khusunya pada usia Taman Kanak – Kanak (4-6 thn ) kita dapat memberikan
psikoedukasi kepada mereka melalui orang tua dan juga guru, bagaimana ara menghadapi
anak yang cemas lalu mengamuk/ tantrum ketika berada jauh dari orang tuanya. Psikoedukasi
yang menjadi metode intervensi pada penelitian ini digunakan pengetahuan dan wawasan
orang tua dan guru terkait bagaimana orang tua dan guru dapat menghadapi anak yang
mengalami kecemasan saat ditinggal oleh orang tuanya. Mengapa orang tua dan guru yang
menjadi sasarannya? Karna, umur anak yang masih terlalu kecil belum dapat memahami
maksud dan tujuan dari psikoedukasi itu sendiri.
Berikan empati pada anak dengan cara mendengar keluh kesah yang mereka hadapi
selama bersekolah. Dengan segala kekhawatiran yang mungkin dialami, jangan
marahi dan langsung memaki anak.
Pasalnya, anak yang merasa takut ditinggal sendiri di sekolah pasti memiliki alasan
tersendiri. Untuk itu, dengarkan terlebih dahulu alasan mereka, dan tetap berikan
perhatian dan kasih sayang pada anak.
2. Beri Afirmasi
Misalnya dengan mengatakan pada mereka bahwa di sekolah, ia bisa punya banyak
teman bermain dan bisa melakukan aktivitas seru seperti olahraga dan kegiatan
ekstrakurikuler.
Pastikan pula Anda memberikan pemahaman bahwa sekolah adalah tempat yang
menyenangkan agar ia betah dan mau beraktivitas di dalam sekolah.
Tabel 3.1 Rincian Pelaksanaan Intervensi
Sesi II (75’): Penetapan masalah dan tujuan, serta penggalian keberhasilan di masa lalu
Waktu Langkah pelaksanaan Tujuan Teknik
15‟ Review sesi 1 Mengingatkan kembali tentang Umpan balik
Peneliti menjabarkan isi sesi 1, Memperjelas dan Validasi &
kesimpulan permasalahan menyamakan persepsi antara Pujian
yang disampaikan peneliti dan partisipan, tentang Emphatic
partisipan pada sesi I. permasalahan yang sedang listening
Peneliti menjabarkan dihadapi.
kesimpulan harapan atau Memperjelas dan menyamakan
tujuan terapi yang persepsi antara peneliti dan
disampaikan partisipan partisipan, tentang tujuan yang
pada sesi I. ingin dicapai dari terapi.
Peneliti meminta Melihat kejadian dan
partisipan untuk bercerita perbedaan/perkembangan
tentang apakah yang ada sejak datang
perubahan/perbedaan yang sesi 1 hingga hari ini.
terjadi antara sesi I hingga
sebelum sesi II.
25‟ Penetapan permasalahan Mendapatkan deskripsi Emphati
yang ingin diselesaikan dan permasalahan yang lebih c listenin
tujuan yang ingin dicapai spesifik dan konkrit, mencakup Parafrase
Peneliti meminta partisipan intensitas masalah, durasi
untuk menentukan masalah, seberapa hal tersebut
permasalahan spesifik yang menjadi masalah
akan ditekankan pada Mendapatkan deskripsi
intervensi ini untuk tujuan/harapan yang ingin
diselesaikan. dicapai partisipan melalui
Peneliti meminta partisipan intervensi ini, sehingga dapat
untuk menentukan menentukan langkah-langkah
tujuan/harapan yang yang lebih jelas untuk
spesifik akan ditekankan mencapai tujuan tersebut
pada intervensi ini, untuk
dicapai.
SESI III (75’) : Evaluasi terhadap solusi yang pernah berhasil, membangun rasa positif
Waktu Langkah pelaksanaan Tujuan Teknik
30‟ Diskusi/review Peneliti mendapatkan gambaran Emphatic
Peneliti meminta tentang usaha yang telah listening
partisipan untuk dilakukan partisipan dan Parafras
menceritakan tentang dampaknya dari usaha tersebut Validasi &
pelaksanaan tugas yang Peneliti mendapatkan gambaran Pujian
diberikan pada sesi III. tentang perubahan atau
Peneliti meminta perbedaan yang terjadi pada
partisipan untuk bercerita partisipan
tentang kejadian-kejadian
yang terjadi antara sesi III
dan sesi IV.
30‟ Asesment terhadap usaha yang Untuk dapat menentukan Scaling
telah dilakukan apakah partisipan telah
Peneliti mengajak partisipan memperoleh solusi dari
permasalahannya saat ini.
untuk menilai usaha yang
Mendapatkan kejelasan atas
telah dilakukan tersebut.
Peneliti mengajak partisipan solusi atau langkah yang
untuk melihat bagaimana sebaiknya dilakukan atau
keberhasilan dan efektifitas dihindari
usahanya tersebut Untuk melihat keberhasilan
usaha dan kepuasannya
terhadap usaha tersebut.
Melihat sudah seberapa dekat
dengan tujuan yang ingin
dicapai
15‟ Menjabarkan hal-hal positif Memunculkan perasaan positif
yang dimiliki partisipan, dalam diri partisipan
terkait dengan pengasuhan Meyakinkan partisipan bahwa ia
anak yang memiliki memiliki sumber- sumber yang
kecemmasan ketika dibutuhkan dalam mengatasi
ditinggal orang tuanya permasalahan.
Partisipan diminta untuk
menyebutkan faktor- faktor
pendukung yang selama ini
sudah ia miliki, dalam
kaitannya dengan
pengasuhan anaknya
selama ini
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Sosioemosional ialah perkembangan yang menceritakan
perkembangan sosial dan emosional anak. perkembangan sosial merupakan
perkembangan tingkah laku anak dalam lingkungan tempat ia berada, sedangkan
emosional merupakan keadaan kompleks yang ditonjolkan anak melalui ekspresi
senang, sedih, gelisah dan marah. Sehingga dalam kaitannya perkembangan
sosioemosional merupakanperkembangan perilaku yang terjadi pada kondisi
emosi dan kemampuan anak dalam merespon lingkungannya dalam berhubungan
pada teman sebaya dan orang yang lebih tua darinya.
Peneliti menggunakan teknik penilaian observasi dan catatan anekdot
Pada 2 orang siswa TK Negeri Pembina Kecamatan Arut Selatan untuk melihat
perkembangan aspek sosioemosional AUD, saya sebagai peneliti menemukan
perkembangan sosioemosional dua orang murid di TK tersebut, kurang baik.
Karena permasalahan tersebut maka dibuatlah psikoedukasi, sebagai bagian
dari psikoedukasi yang dilaksanakan maka tahap pertama adalah memberikan
pelatihan pada ibu. Metode pelatihan yang digunakan antara lain adalah ceramah
kepada ibu tentang kesiapan sekolah anak untuk meningkatkan kemandirian anak, alat
bantu audio visual, sharing pendapat, roleplay dan game.
B. Saran
Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, peneliti menyarankan:
1. Bagi guru, guru dapat memasukkan indicator- indikator yang bersifat membangun
aspek sosioemosional anak dengan memakai metode yang lebih unik lagi
2. Perlu pembiasaan dalam membangun aspek sosioemosional anak agar
mencapai dengan yang yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Carlson, J., Sperry, L., & Lewis, J. A. (2005). Family Therapy Techniques. Integrating
and Tailoring Treatment. New York: Routledge