Anda di halaman 1dari 48

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIS DITINJAU DARI TINGKAT STRES


AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1
KALIBAGOR

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
DINDA SEKAR AYU
1701060039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PURWOKERTO
2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS


DITINJAU DARI TINGKAT STRES AKADEMIK SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 1 KALIBAGOR

DINDA SEKAR AYU

1701060039

Diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing

Wanda Nugroho Yanuarto, M.Pd., Ph.D


NIK. 2160540

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal skripsi yang diajukan oleh:


Nama : Dinda Sekar Ayu
NIM : 1701060039
Program Studi : Pendidikan Matematika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Judul : Deskripsi Pemahaman Konsep Matematis Siswa ditinjiau
dari Tingkat Stres Akademik Siswa SMP Negeri 1
Kalibagor

Telah diterima dan disetujui


Reviewer

1. Eka Setyaningsih, M.Si. ………………………………


NIDN. 0613076901

2. Fitrianto Eko Subekti, M.Pd. ………………………………


NIDN. 0631078102

ii
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pemahaman konsep merupakan salah satu hal atau kemampuan yang

harus dimiliki oleh siswa pada saat mengikuti pembelajaran matematika.

Pemahaman konsep matematis penting dimiliki oleh siswa karena pemahaman

konsep matematis merupakan landasan untuk menyelesaikan persoalan-

persoalan matematika maupun persoalan-persoalan pada kehidupan sehari-hari

(Kesumawati, 2008). Selaras dengan pernyataan di atas, menurut NCTM (2000)

kemampuan pemahaman konsep matematis adalah hal yang penting dalam

pembelajaran matematika.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman konsep

matematis siswa baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal

yaitu yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari

luar diri siswa. Faktor internal yang mempengaruhi pemahaman konsep

matematis siswa antara lain kondisi kesehatan siswa baik kesehatan jasmani

(fisik) maupun rohani (psikologis). Sedangkan faktor eksternal yang

mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa adalah kondisi lingkungan

sekitar. (Pranajaya, Nurhayati, & Prihatingtyas, 2020)

Stres merupakan salah satu kondisi psikologis yang dapat dialami oleh

semua orang. Ketika seseorang mendapatkan tekanan maka reaksi tubuh itu

yang disebut dengan stres. Stres adalah respons dari individu terhadap suatu

perubahan dalam hidup atau saat terdapat situasi yang mengancam (Nur

Hidayati & Harsono, 2021). Stres dapat dialami oleh setiap individu termasuk

siswa. Stres yang biasanya dialami oleh siswa di sekolah adalah stres akademik.

1
Stres akademik merupakan stres yang dialami siswa di sekolah karena

banyaknya tekanan yang dialami oleh siswa selama pembelajaran dikelas.

Tekanan itu meliputi tugas yang terlalu banyak, mendapat nilai ulangan yang

bagus, dan lain-lain (Gaol, 2016).

Menurut Azmy, dkk (2017) siswa yang mengalami stres akademik

memiliki beberapa gejala antara lain gejala fisik, emosional, perilaku dan proses

berpikir. Gejala fisik antara lain: sakit kepala, tubuh tidak mampu istirahat

secara maksimal, kelelahan fisik, telapak tangan berkeringat. Gejala emosional

anatara lain: cemas, mudah tersinggung, tidak merasakan kepuasan, merasa

diabaikan. Gejala perilaku antara lain: berbohong, menggerutu, menyalahkan

orang lain, berkelahi, mencari perhatian orang lain, gugup. Dan gejala proses

berpikir antara lain: kesulitan konsentrasi, prestasi menurun, perfeksionis,

kehilangan harapan, tidak memiliki prioritas hidup, berpikir negatif, jenuh.

SMP Negeri 1 Kalibagor adalah salah satu di Kecamatan Kalibagor,

Kabupaten Banyumas. Sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang

melaksanakan pembelajaran dalam jaringan dan luar jaringan. Pembelajaran

tersebut dilaukan secara bergantian. Berdasarkan hasil obeservasi penulis

kepada salah satu guru mata pelajaran matematika disana mengenai kondisi

siswa adalah terdapat banyak siswa yang tidak mengumpulkan tugas sesuai

dengan waktu yang ditetapkan dan juga mendapatkan nilai yang di bawah rata-

rata sehingga harus dilakukan perbaikan nilai.

2
Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul Deskripsi Pemahaman Konsep Matematis Siswa

ditinjau dari Stres Akademik Siswa SMP Negeri 1 Kalibagor.

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan masalah yang sudah peneliti paparkan pada latar

belakang maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

deskripsi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa ditinjau dari tingkat

stres akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kalibagor.

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan fokus penelitian di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan kemampuan pemahaman konsep matematis ditinjau dari

tingkat stres akademik siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kalibagor.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:


1. Bagi Guru

Sebagai alat evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan karena guru dapat mengetahui bagaimana pemahaman konsep

matematis siswa ditinjau dari tingkat stres akademik tertentu dan

kedepannya dapat memperbaiki pembelajaran agar lebih efektif.

2. Bagi Siswa

3
Siswa dapat mengetahui kemampuan pemahaman konsep ditinjau

dari tingkatan stress akademik yang dialaminya sehingga mampu

meningkatkan kemampuan pemahaman konsepnya

3. Bagi Sekolah

Menambah referensi sekolah dan dapat dijadikan referensi untuk

melakukan bimbingan yang terkait dengan siswa terutama dalam

pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah.

4. Bagi Peneliti

Memberikan pengetahuan baru dan menambah pengalaman bagi

peneliti dalam memahami kemampuan pemahaman konsep siswa ditinjau

dari stress akadmemik siswa disekolah.

E. KAJIAN TEORITIK

1. Deskripsi Konseptual

a. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

1) Pengertian Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman konsep menjadi salah satu kemampuan yang

diharapkan dimiliki oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran

salah satunya adalah pembelajaran matematika. Kemampuan

pemahaman konsep penting dimiliki oleh setiap peserta didik karena

dengan memahami konsep dari suatu materi maka peserta didik

dapat melanjutkan pembelajaran selanjutnya dengan lebih mudah.

4
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu kata pemahaman dan

kata konsep.

Menurut Depdiknas (2000) pemahaman didefinisikan

sebagai proses dalam memahami arti atau makna tertentu dan juga

kemampuan dalam menggunakan pada situasi yang lain. Makna lain

dari pemahaman disampaikan oleh Sadiman (2010) yang

mengatakan bahwa pemahaman atau understanding adalah

menguasai sesuatu menggunakan pikiran. Dapat kita simpulkan

bahwa pemahaman bukan hanya sebatas kita mengetahui mengenai

sesuatu tetapi memahaminya secara mendalam dan mampu

menjelaskannya dengan menggunakan bahasa sendiri serta mampu

menggunakannya dalam keadaan yang berbeda.

Wardhani (2008) menjelaskan bahwa konsep adalah suatu

ide abstrak yang orang dapat gunakan untuk mengelompokkan atau

menggolongkan suatu objek. Keberadaan konsep akan berguna

dalam pengambilan kesimpulan, pengklasifikasian objek, perluasan

pengetahuan dan dalam komunikasi (Hamzah & Muhlisrarini,

2014). Thoboroni & Mustofa (2013) menyatakan konsep dapat juga

diartikan sebagai ide atau pengertian secara umum yang disusun

menggunakan kata, simbol, dan tanda. Sedangkan menurut Silver,

Strong, & Perini (2012) dalam mempelajari sebuah konsep bukan

hanya mempelajari sebuah label melainkan mempelajari hal yang

esensial dan juga tidak. Jadi dapat kita simpulkan bahwa konsep

5
adalah suatu ide atau gagasan untuk mendefinisikan dan

meklasifikasikan suatu objek sehingga pada saat pembelajaran siswa

mampu mengenali mana yang contoh dan mana yang bukan contoh.

Pemahaman konsep matematis siswa adalah pemikiran siswa dalam

memahami konsep matematika sehingga dia dapat menyatakan

ulang konsep , mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu,

memberikan contoh dan bukan contoh konsep, menyajikan konsep

dalam representasi matematis, menggunakan prosedur tertentu dan

mengaplikasikan konsepnya pada pemecahan masalah dalam proses

pembelajaran matematika (Mawaddah & Maryanti, 2016)

Dari seluruh penjelasan di atas maka pengertian pemahaman

konsep adalah kondisi dimana seseorang memahami suatu ide yang

ada pada suatu objek atau kejadian matematika dimana pemahaman

tersebut dapat digunakan untuk mengklasifikasi dan

mengkategorikan objek sehingga didapatkan suatu definisi dari

objek matematika tersebut, memahami mana yang contoh dan bukan

contoh, menyajikan konsep dalam representasi matematis,

menggunakan prosedur tertentu dan mengaplikasikan konsepnya

pada pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika.

2) Indikator Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman konsep (Conceptual Understanding)

merupakan salah satu kecakapan matematika yang harus dimiliki

6
oleh setiap siswa. Dalam mengukur pemahaman konsep siswa

diperlukan alat yaitu indikator pemahaman konsep. Berikut adalah

indikator pemahaman konsep dari berbagai sumber:

a) Indikator pemahaman kosep menurut Permendikbud Nomor 58

Tahun 2014 antara lain:

i. Menyatakan ulang sebuah konsep

ii. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat

tertentu (sesuai dengan konsepnya)

iii. Memberi contoh dan non contoh dari konsep

iv. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematis

v. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu

konsep

vi. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur

atau operasi tertentu

vii. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan

masalah.

b) Indikator pemahaman konsep menurut Killpatrick, dkk

(2001) yaitu:

i. Menyatakan ulang sebuah konsep yang telah

dipelajari secara verbal

ii. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan konsep

matematika

7
iii. Menerapkan konsep secara algoritma

iv. Memberikan contoh atau bukan contoh dari konsep

yang dipelajari,

v. Menyajikan konsep dalam berbagai representasi

matematis

vi. Mengaitkan berbagai konsep matematika baik secara

internal maupun eksternal

Berdasarkan indikator-indikator pemahaman konsep

matematis menurut beberapa sumber di atas maka indikator

pemahaman konsep matematis yang akan peneliti gunakan

dalam penlitian ini:

a) Menyatakan ulang sebuah konsep

Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep

adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali

konsep yang sudah di ajarkan kepadanya.

b) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu

(sesuai dengan konsepnya)

Kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek

dari materi tersebut sesuai sifat-sifat yang ada pada konsep.

c) Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep

Kemampuan siswa dalam memberikan contoh dan

membedakan dengan yang bukan contoh dari konsep.

8
d) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau

operasi tertentu

Kemampuan siswa dalam menyelesiakan soal tepat

sesuai dengan prosedur

e) Menerapkan konsep secara algoritma

Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

dengan langkah-langkah yang urut dan logis.

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman

konsep matematis siswa. Menurut Pranajaya, dkk (2020) faktor-

faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep siswa:

a) Faktor internal,

Faktor internal berarti faktor yang berasal dari dalam

diri siswa seperti keadaan atau kondisi jasmani (fisik) dan rohani

(psikologis) siswa;

b) Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri

siswa seperti kondisi lingkungan disekitar siswa;

b. Stress Akademik

1) Pengertian Stress Akademik

Stres adalah salah satu kondisi yang menunjukkan

ketidakstabilan psikis seseorang. Istilah stress pertama kali

9
diperkenalkan oleh Hans Selye pada tahun 1930. Hans Selye

mengatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik

kepada segala tuntutan (Selye, 1976).

Menurut Lazarus dkk, stress digambarkan sebagai suatu

hubungan antara individu dengan lingkungan yang membahayakan

dan melebihi batas kemampuan individu tersebut untuk koping

(Folkman, Lazarus, Gruen, & DeLongis, 1986).

Definisi stres di atas dapat kita simpulkan bahwa stress

adalah reaksi tubuh ketika terdapat kondisi baik itu kondisi internal

maupun eksternal individu yang membahayakan individu diluar

batas kemampuan individu untuk menyelesaikannya.

Stres dapat dialami oleh siapa saja termasuk siswa. Dalam

pendidikan di sekolah siswa juga tidak terlepas dari kondisi stress

karena tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah baik itu

aturan-aturan disekolah maupun pembelajaran didalam kelas. Stres

akademik merupakan stress yang sering dialami oleh siswa (Taufik,

Ifdil, & Ardi, 2013). Calaguas juga menyampaikan bahwa stress

yang selalu dialami oleh siswa di sekolah adalah stress akademik

(Calaguas, 2011).

Alvin (Purwati & Rahmandani, 2018) mendefinisikan stres

akademik sebagai stress yang dialami oleh siswa karena adanya

tekanan dalam kondisi persaingan akademik yang semakin

10
meningkat untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan individu

yang membuat mereka merasa terbebani oleh adanya tuntutan dan

tekanan tersebut.

Senada dengan pernyataan tersebut, Desmita (Barseli,

Ifdil, & Fitria, 2020) menyatakan bahwa stres akademik adalah stres

yang disebabkan oleh academic stressor. Academic stressor disini

berarti stres yang dialami oleh siswa yang sumbernya berasal dari

proses pembelajaran dan hal-hal seperti: tekanan untuk naik kelas,

lama belajar, mencontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan,

keputusan menentukan jurusan atau karier serta kecemasan ujian

dan manajemen stress.

Stres akademik merupakan respon yang muncul karena

terlalu banyak tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa,

selain itu juga karena adanya tekanan untuk menunjukkan prestasi

dan keunggulan dalam kondisi persaingan akademik yang semakin

meningkat sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai

tekanan dan tuntutan yang tidak sesuai dengan sumber daya aktual

siswa tersebut (Barseli, Ifdil, & Fitria, 2020).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

stress akademik adalah kondisi dimana siswa merasa tertekan dan

terbebani oleh tuntutan akademik yang tidak sesuai dengan

kemampuan siswa tersebut.

2) Gejala Stres Akademik

11
Berikut ini adalah gejala umum yang timbul apabila orang

mengalami stress: dada sesak, kesulitan bernapas, sering sakit

kepala atau sakit perut, susah tidur (dapat berupa sulit untuk tidur

atau berjalan-jalan pada tengah malam dan tidak dapat tidur lagi),

negative thinking, nafsu makan hilang; sering menggigit kuku atau

bagian tubuh yang lain; suasana hati berubah-rubah; gelisah dan

panik; dan sulit konsentrasi (Morgan, 2014).

Menurut Aryani (2016, p. 48) siswa yang mengalami

perasaan tertekan (mengalami stres) akan memberikan reaksi fisik,

seperti denyut jantung, napas, dan ketegangan otot-otot tertentu

meningkat. Respon mental dan fisik siswa terhadap stres belajar

akan berdampak pada perilakunya. Kemungkinan amarahnya

meledak, menjadi agresif, mengamuk, tertawa, atau sebaliknya

sedih dan gelisah. Reaksi seperti ini biasanya muncul jika stres yang

dialami berkepanjangan. Respon lain adalah perilaku gemetar,

bicara cepat, tidak konsentrasi, dan lesu.

Menurut Azmy, dkk (2017) gejala siswa mengalami stress

akademik yaitu:

a) Gejala fisik: sakit kepala, tubuh tidak mampu istirahat secara

maksimal, kelelahan fisik, telapak tangan berkeringat;

b) Gejala emosional: cemas, mudah tersinggung, tidak merasakan

kepuasan, merasa diabaikan;

12
c) Gejala perilaku atau behavioral: berbohong, menggerutu,

menyalahkan orang lain, berkelahi, mencari perhatian orang

lain, gugup;

d) Gejala proses berpikir: kesulitan konsentrasi, prestasi menurun,

perfeksionis, kehilangan harapan, tidak memiliki prioritas hidup,

berpikir negatif, jenuh.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan jika

individu (siswa) mengalami stress akademik terdapat beberapa

reaksi yaitu reaksi fisik, reaksi emosional, reaksi perilaku, dan reaksi

proses berpikir.

3) Klasifikasi Stres

Menurut Rasmun (2004), stres dibagi menjadi tiga

tingkatan yaitu stres ringan, sedang dan berat:

a) Stres ringan

Stres ringan sering terjadi pada kehidupan sehari-hari

dan kondisi dapat membantu individu menjadi waspada. Situasi

ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika terjadi terus

menerus.

b) Stres sedang

Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam

hingga beberapa hari. Respon dari tingkat stres ini didapat

gangguan pada lambung dan usus misalnya maag, buang air

besar tidak teratur, ketegangan pada otot, gangguan pola tidur,

13
perubahan siklus menstruasi, daya konsentrasi dan daya ingat

menurun.

c) Stres berat

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa

minggu sampai beberapa tahun. Respon dari tingkat stres ini

didapat gangguan pencernaan berat, debar jantung semakin

meningkat, sesak napas, tremor, persaan cemas dan takut

meningkat, mudah bingung dan panik.

4) Dampak Stres Akademik

Nurmaliyah (2014) menyebutkan bahwa stres pada siswa

yang tidak teratasi akan menimbulkan dampak seperti:

a) Secara kognitif (pikiran): kesulitan memusatkan perhatian dalam

belajar, sulit mengingat pelajaran atau mudah lupa, sulit

memahami bahan pelajaran, berpikir negatif pada diri dan

lingkungannya;

b) Secara afektif: munculnya rasa cemas, sensitif, sedih,

kemarahan, frustasi;

c) Secara fisiologis: muka memerah, pucat, lemah dan merasa tidak

sehat, jantung berdebar-debar, gemetar, sakit perut, pusing,

badan kaku dan berkeringat dingin;

d) Dampak tingkah laku yang muncul antara lain: merusak,

menghindar, membantah, berkata kotor, menghina, menunda-

nunda penyelesaian tugas sekolah, malas sekolah, dan terlibat

14
dalam kegiatan mencari kesenangan secara berlebih-lebihan dan

beresiko.

c. Materi

Dalam penelitian ini, materi yang akan digunalan adalah

materi pola bilangan yang diajarkan pada siswa SMP kelas VIII.

Dibawah ini merupakan table Kompetensi Isi (KI), Kompetensi Dasar

(KD), dan Indikator Pencapaian Kompetensi yang harus dicapai siswa

pada materi Pola Bilangan Kelas VIII Kurikulum 2013.

Tabel 1. Tabel KI, KD,dan IPK

Indikator
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Pencapaian
(KI) (KD)
Kompetensi (IPK)
3. Memahami 3.1 Membuat 1. Siswa mampu
pengetahuan generalisasi dari menentuksn suku
(faktual, pola pada barisan selanjutnya dari
konseptual, dan bilangan dan suatu barisan
prosedural) barisan bilangan dengan
berdasarkan rasa konfigurasi objek cara
ingin tahunya 4.1 Menyelesaikan menggeneralisasi
tentang ilmu masalah yang pola bilangan
pengetahuan, berkaitan dengan sebelumnya
teknologi, seni, pola pada barisan 2. Siswa mampu
budaya terkait bilangan dan menggeneralisasi
fenomena dan barisan pola barisan
kejadian tampak konfigurasi objek bilangan menjadi
mata suatu persamaan

15
4. Mencoba,
mengolah, dan
menyaji dalam
ranah konkret
(menggunakan,
mengurai,
merangkai,
memodifkasi,
dan membuat
serta ranah
abstrak
(menulis,
membaca,
menghitung,
menggambar,
dan mengarang)
sesuai dengan
yang dipelajari
di sekolah dan
sumber lain
yang sama
dalam sudut
pandang/teori.

2. Penelitian Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang akan

mendukung penelitian yang akan peneliti laksanakan:

a. Darmawanti (2020) dalam penelitiannya berjudul Analisis Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Ditinjau Dari Kemandirian Belajar

Peserta Didik Kelas VIII Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel (SPLDV). Kemampuan matematis yang diteliti adalah

kemampuan pemahaman konsep yang ditinjau dari kemandirian belajar.

Hasil dari penelitian ini adalah Kemampuan pemahaman konsep

16
matematis peserta didik berdasarkan kemandirian belajar pada materi

SPLDV adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik dengan kemandirian belajar tinggi memiliki

kemampuan pemahaman konsep matematis pada kategori kurang

dengan rata-rata 1,98 dari skor maksimal 4.

2) Peserta didik dengan kemandirian belajar sedang memiliki

kemampuan pemahaman konsep matematis pada kategori kurang

dengan rata-rata 2,26 dari skor maksimal 4.

3) Peserta didik dengan kemandirian belajar rendah memiliki

kemampuan pemahaman konsep matematis pada kategori kurang

dengan rata-rata 2,04 dari skor maksimal 4.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar

tidak mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

kelas VIII peserta didik kelas VIII SMP Abdurrab Islamic School

Pekanbaru.

b. Kholilah (2019) dalam penelitiannya berjudul Analisis Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Pada Materi Fungsi Ditinjau Dari

Multiple Intelligences Sesuai Teori Gardner Siswa Kelas X SMAN 1

Kendal Tahun Pelajaran 2018/2019. Hasil penelitiannya adalah sebagai

berikut:

1) Siswa yang dominan pada tipe kecerdasan logis matematis

kelompok atas dan kelompok bawah memiliki kemampuan

pemahaman konsep matematis yang sama. Siswa yang dominan

17
pada tipe kecerdasan logis matematis memiliki kemampuan yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan matematika,

sehingga kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang

dominan pada tipe kecerdasan ini lebih baik dibanding tipe

kecerdasan lain.

2) Siswa yang dominan pada tipe kecerdasan kinestetik memiliki

kemampuan pemahaman konsep yang rendah. Siswa yang dominan

pada tipe kecerdasan visual kelompok bawah memiliki kemampuan

pemahaman konsep yang lebih baik dibanding siswa kelompok atas.

Hal ini karena siswa kelompok bawah memiliki kecerdasan linguistik,

kecerdasan logis matematis dan kecerdasan kinestetik yang lebih

tinggi dibanding siswa kelompok atas.

3) Siswa yang dominan pada tipe kecerdasan interpersonal memiliki

kemampuan pemahaman konsep matematis yang paling rendah

dibandingkan dengan tipe kecerdasan lain. Hal ini karena tipe

kecerdasan interpersonal tidak memiliki karakter yang dapat

mendukungnya dalam memecahkan masalah yang membutuhkan

kemampuan pemahaman konsep matematis

c. Rosali (2019) dalam penelitiannya yang berjudul Deskripsi

Kemampuan Pemahaman Konsep Turunan Berdasarkan Teori Apos

Pada Siswa Kelas XII MIA-1 SMAN 2 Makassar. Hasil dari

penelitiannya adalah sebagai berikut:

1) Siswa berkemampuan tinggi memiliki kemampuan pemahaman

konsep turunan pada tahap aksi, proses, objek, dan skema. Pada

18
tahap aksi, siswa memenuhi indikator pemahaman konsep, serta

memenuhi semua indikator pemahaman konsep pada tahap proses

dan objek. Namun, pada tahap skema, siswa hanya memenuhi 1

indikator pemahaman konsep, yaitu indikator 2.

2) Siswa berkemampuan sedang memiliki kemampuan pemahaman

konsep turunan pada tahap aksi, proses, dan objek. Pada tahap aksi,

siswa memenuhi indikator pemahaman konsep dan memenuhi 1

indikator pemahaman konsep pada tahap proses, yaitu indikator 2.

Pada tahap objek, siswa memenuhi semua indikator pemahaman

konsep. Namun, pada tahap skema, siswa tidak memenuhi indikator

pemahaman konsep.

3) Siswa berkemampuan rendah memiliki kemampuan pemahaman

konsep turunan pada tahap aksi dan proses. Pada tahap aksi, siswa

memenuhi indikator pemahaman konsep, serta memenuhi semua

indikator pemahaman konsep pada tahap proses. Namun, siswa tidak

memenuhi indikator pemahaman konsep pada tahap objek dan

skema.

Dari ketiga penelitian di atas dapat dijadikan sumber informasi

karena memiliki kesamaan yaitu memberikan gambaran terkait kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa. Yang membedakan penelitian yang

akan peneliti laksankan dengan penelitian di atas adalah penelitian ini akan

memberikan gambaran kemampuan pemahaman konsep siswa ditinjau dari

tingkat stress akademik.

19
3. Kerangka Pikir

Matematika adalah ilmu pasti yang disetiap jenjang pendidikan

diajarkan. Para ahli mendefinikan matematika berbeda-beda sesuai dengan

sudut pandang yang mereka gunakan. Dalam mempelajari matematika

setiap siswa pasti juga memiliki pemahaman dengan tingkatan yang

berbeda-beda.

Dalam Kurikulum 2013, salah satu tujuan yang ingin dicapai

melalui pembelajaran matematika adalah memahami konsep matematika,

merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

Pemahaman konsep matematis merupakan hal yang mendasar bagi

semua siswa yang mempelajari matematika. Karena dengan pemahaman

konsep ini siswa dapat menyelesaikan permasalahan matematika yang ada.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep

matematis siswa yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Pranajaya, dkk

(2020) faktor internal yang mempengaruhi pemahaman konsep siswa salah

satunya adalah faktor psikologis.

Stres akademik merupakan bagian dari faktor psikologis yang ada

pada siswa. Dalam Nurmaliyah (2014) disebutkan bahwa stres pada siswa

yang tidak teratasi akan menimbulkan dampak seperti: a) secara kognitif

(pikiran): kesulitan memusatkan perhatian dalam belajar, sulit mengingat

pelajaran atau mudah lupa, sulit memahami bahan pelajaran, berpikir

20
negatif pada diri dan lingkungannya; b) secara afektif: munculnya rasa

cemas, sensitif, sedih, kemarahan, frustasi; c) secara fisiologis: muka

memerah, pucat, lemah dan merasa tidak sehat, jantung berdebar-debar,

gemetar, sakit perut, pusing, badan kaku dan berkeringat dingin; d) dampak

tingkah laku yang muncul antara lain: merusak, menghindar, membantah,

berkata kotor, menghina, menunda-nunda penyelesaian tugas sekolah,

malas sekolah, dan terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan secara

berlebih-lebihan dan beresiko.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa

kondisi psikis termasuk didalamnya stress akademik pada siswa

mempengaruhi pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu dengan

penelitian ini akan didapatkan gambaran kemampuan pemahaman konsep

matematis ditinjau dari tingkat stres akademik.

F. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kalibagor tahun

pelajaran 2021/2022

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan

pemahaman konsep siswa ditinjau dari tingkat stress akademik siswa kelas

21
VIII C SMP Negeri 1 Kalibagor. Dalam Sugiyono (2019) metode penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci, pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi dan data bersifat kualitatif. Hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dibandingkan dengan generalisasi.

3. Design Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan langkah – langkah berikut ini.

a. Menentukan lokasi penelitian, lokasi yang dipilih adalah SMP Negeri 1

Kalibagor.

b. Melaksanakan observasi ke sekolah yang akan menjadi lokasi penelitian

yaitu SMP Negeri 1 Kalibagor. Pada saat observasi, peneliti melakukan

koordinasi dengan guru mata pelajaran matematika untuk menentukan

subjek penelitian. Penentuan subjek penelitian dilakukan berdasarkan

beberapa pertimbangan yaitu: (1) siswa dengan kemampuan

pemahaman konsep yang berbeda-beda; (2) tingkatan stres akademik

yang dimiliki siswa berbeda-beda. Berdasarkan pertimbangan tersebut,

subjek penelitiannya yaitu kelas VIII C

c. Menyusun instrumen penelitian antara lain angket stress akademik, tes

kemampuan pemahaman konsep, dan pedoman wawancara.

d. Memberikan angket stres akademik yang berisi 30 pertanyaan dengan 4

alternatif jawaban kepada seluruh siswa kelas VIII C yang menjadi

22
subjek penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran stres

akademik siswa.

e. Melaksanakan tes kemampuan pemahaman konsep matematis yang

berjumlah 5 butir soal uraian kepada seluruh siswa kelas VIII C yang

menjadi subjek penelitian. Tes ini bertujuan untuk mengukur

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

f. Memilih responden yang dilakukan dengan teknik purposive sampling

sehingga terpilih 9 siswa sebagai responden terdiri dari 3 siswa dengan

stress akademik rendah, sedang, dan tinggi

g. Melakukan analisis data dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa

h. Melakukan wawancara terkait tes kemampuan pemahaman konsep

matematis kepada 9 responden untuk mendapat informasi yang lebih

dalam tentang jawaban yang diberikannya ketika melakukan tes

kemampuan pemahaman konsep matematis.

i. Mengumpulkan dokumentasi berupa foto hasil angket stres akademik,

hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis dan transkrip

wawancara sebagai pendukung hasil penelitian serta bukti bahwa

penelitian ini telah dilaksanakan.

j. Menyusun laporan penelitian berdasarkan data-data yang diperoleh

selama penelitian.

k. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

4. Subjek Penelitian

23
Pada penelitian ini subyek penelitian adalah 34 siswa kelas VIII C

SMP Negeri 1 Kalibagor. Teknik yang digunakan dalam memilih sample

adalah menggunakan teknik purposive sampling atau teknik pengambilan

data dengan pertimbangan tertentu. Hal yang menjadi pertimbangan peneliti

sebagai berikut:

a. Berdasarkan skor angket stres akademik siswa yang berkategori tinggi,

sedang, rendah. Untuk kategori tinggi diutamakan mengambil 3 siswa

dengan skor tertinggi dari angket stres akademik, untuk kategori sedang

diutamakan mengambil 3 siswa dari skor angket stres akademik dengan

skor sedang atau nilai tengah pada kategori sedang. Dan untuk kategori

rendah diambil 3 siswa dengan perolehan skor terendah dari angket stres

akademik.

b. Berdasarkan hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis.

c. Berdasarkan informasi guru mata pelajaran matematika yang

mengampu kelas VIII C yang dianggap mampu memberikan informasi

sebanyak-banyaknya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian pengumpulan data diperlukan untuk mendapat

informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah :

a. Angket

24
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya

adalah angket. Angket yang digunakan adalah angket dengan skala

Likert yaitu berupa pertanyaan dengan jawaban selalu, sering, kadang-

kadang atau tidak pernah dan responden memberikan checklist pada

pilihan jawaban yang sesuai. Angket ini digunakan untuk mengetahui

stres akademik siswa. Indikator stress akademik yang peneliti gunakan

merupakan adaptasi dari reaksi bila siswa mengalami stress akademik

menurut Azmy, Nurihsan, dan Yudha (2017) yaitu 4 aspek berikut ini:

reaksi fisik, reaksi emosional, reaksi perilaku atau behavioral, dan reaksi

proses berpikir. Dari 4 aspek tersebut akan diterjemahkan ke dalam 30

pernyataan.

Keseluruhan pertanyaan pada angket menggunakan

pernyataan positif sehingga jawaban selalu diberi skor 4, sering diberi

skor 3, kadang-kadang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1.

Sehingga semakin tinggi total skor yang didapatkan maka semakin

tinggi stres akademik siswa dan semakin rendah total skor yang

didapatkan siswa maka semakin rendah stres akademik siswa.

Tabel 2. Kriteria Penskoran Angket Stres Akademik

Alternatif Jawaban Skor

Selalu 4

Sering 3

Kadang-Kadang 2

25
Tidak Pernah 1

Pengelompokkan ketiga kategori tingkat stres akademik

tersebut mengacu pada skala penilaian menurut Azwar (Dinia, 2019).

Tabel Kriteria Pengelompokkan Tingkat Stres Akademik

Skor Angket Kategori


1 Rendah
Skor < 𝑥̅ − 𝑠
2

1 1 Sedang
𝑥̅ − 2 𝑠 ≤ Skor< 𝑥̅ + 2 𝑠

1 Tinggi
Skor < 𝑥̅ + 2 𝑠

Keterangan :

x = mean dari hasil skor stres akademik siswa

s = standar deviasi dari hasil skor stres akademik siswa

b. Tes

Tes dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang

kemampuan pemahaman konsep matematis kepada 32 siswa kelas VIII

C SMP Negeri 1 Kalibagor pada materi pola bilangan kelas VIII. Tes

kemampuan pemahaman konsep matematis disusun berdasarkan

indikator kemampuan pemahaman konsep matematis yang telah

ditentukan dan kisi-kisi terlampir. Tes dilakukan setelah peneliti

mengelompokan siswa berdasarkan kategori stres akademiknya. Hasil

tes yang didapatkan akan digunakan untuk diolah dan dianalisis untuk

26
mendapatkan gambaran tentang kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan pada 9 siswa yang telah dipilih

berdasarkan hasil dari angket stres akademik dan tes kemampuan

pemahaman konsep matematis sebelumnya. Wawancara dilaksanakan

agar peneliti dapat memvalidasi dan menggali informasi yang lebih

mendalam tentang jawaban yang diberikan siswa.

d. Dokumentasi

Dokumentasi yang akan dilakukan oleh peneliti berbentuk

foto, tulisan dan dokumen lain yang dibutuhkan oleh peneliti.

Dokumentasi dibutuhkan untuk menguatkan informasi yang telah

didapat dari hasil angket, tes dan wawancara.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2019) analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif melalui tiga langkah yaitu: data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Analisis

data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan data untuk mengetahui kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa dengan melihat stres akademik siswa. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

27
Menurut Sugiyono (2019), reduksi data adalah

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, dicari tema dan polanya. Tahap ini penting untuk

dilakukan karena informasi yang didapat pada saat penelitian sangat

banyak. Data hasil angket, tes, wawancara dan dokumentasi diteliti,

dirangkum, dan dipilih yang penting saja agar informasi yang

dihasilkan lebih spesifik. Langkah-langkah reduksi data yang akan

dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

1) Dari hasil angket stres akademik, peneliti mengelompokkan

siswa dengan kategori stres akademik tinggi, stres akademik

sedang, stres akademik rendah. Peneliti mengambil masing-

masing 3 siswa dari setiap kategori.

2) Setelah mendapat subjek penlitian dari hasil angket dan

pertimbangan guru, peneliti melakukan wawancara pada hasil

jawaban tes kemampuan pemahaman konsep matematis pada

setiap subjek yang telah terpilih.

b. Data Display (Penyajian Data)

Menurut Sugiyono (2019) Penyajian data dapat berupa

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dalam penelitian ini setelah ada hasil angket stres akademik peneliti

akan mengurutkan dari yang rendah sampai tinggi agar peneliti

28
mudah mengelompokkan siswa berdasarkan kategori stress

akademiknya.

c. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)

Setelah dilakukan reduksi dan penyajian data maka

langkah selanjutnya adalah data dideskripsikan sesuai dengan

realitas yang ada lalu ditarik kesimpulan yang valid. Penarikan

kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil tes kemampuan

pemahaman konsep matematis, stress akademik, dan wawancara

dari subjek penelitian.

7. Uji Validasi Hasil Analisis

Uji validasi hasil analisis dilakukan supaya data yang telah

didapatkan valid. Data tersebut dinyatakan valid apabila data yang

ditemukan sesuai dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada sampel

yang diteliti. Uji validasi yang peneliti gunakan adalah uji kredibilitas data.

Uji kredibilitas data penliti gunakan yaitu metode triangulasi. Menurut

Sugiyono (2019) metode triangulasi merupakan metode untuk meninjau

data yang telah didapat pada sumber yang sama namun dengan metode yang

berlainan. Triangulasi digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya untuk mengecek data bisa melalui wawancara, observasi,

dokumentasi. Metode triangulasi yang akan dilakukan peneliti yaitu dengan

mengecek jawaban tes kemampuan pemahaman konsep matematis dan hasil

wawancara 9 siswa yang menjadi subjek penelitian untuk memperoleh data

29
tentang gambaran kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hasil

penelitian dianggap kredibel jika data yang diperoleh berdasarkan tes

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa sesuai dengan hasil

wawancara yang dilakukan bersama responden.

G. DAFTAR PUSTAKA

Aryani, F. (2016). Stres Belajar: Suatu Pendekatan dan Intervensi Konseling. Palu:
Edukasi Mitra Grafika.
Azmy, A. N., Nurihsan, A. J., & Yudha, E. S. (2017). Deskripsi Gejala Stress
Akademik dan Kecenderungan Piilihan Strategi Koping Siswa Berbakat.
Indonesian Journal of Educational Counseling, 1(2), 197-208.
Azwar. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Barseli, M., Ifdil, & Fitria, L. (2020). Stress akademik akibat Covid-19. JPGI
(Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 5(2), 95-99.
Calaguas, G. M. (2011). College Academic Stress: Differences along Gender Lines.
Journal of Social and Development Sciences, 1(5), 194-201.
Depdiknas. (2000). Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:
Depdiknas.
Folkman, S., Lazarus, R. S., Gruen, R. J., & DeLongis, A. (1986). Appraisal,
Coping, Health Status, and Psychological Symptoms. Journal of
Personality and Social Psychology, 50(3), 571-579.
Gaol, N. T. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respon, Transaksional. Buletin Psikologi
2016 Vol. 24 No. 1, 1-11.
Hamzah, A., & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kesumawati, N. (2008). Pembelajaran Konsep Matematik dalam Pembelajaran
Matematika. Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika, 229-235.
Killpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (2001). Adding it Up: Helping Children
Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.

30
Mawaddah, S., & Maryanti, R. (2016). Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa SMP Dalam Pembelajaran Menggunakan Model
Penemuan Terbimbing (Discovery Learning). Edu-Mat Jurnal Pendidikan
Matematika Volume 4 Nomor 1, 76-85.
Morgan, N. (2014). Panduan Mengatasi Stress Bagi Remaja. Jakarta: Gemilang.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United States
Of America: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Nur Hidayati, L., & Harsono, M. (2021). Tinjauan literatur mengenai stres dalam
organisasi. Jurnal Ilmu Managemen, Volume 18 Nomor 1, 20-30.
Nurmaliyah, F. (2014). Menurunkan Stres Akademik Siswa dengan Menggunakan
Teknik Self-Instruction. Jurnal Pendidikan Humaniora 2 (3), 273-282.
Pranajaya, D., Nurhayati, & Prihatingtyas, N. C. (2020). Analisis kemampuan
pemahaman konsep matematis ditinjau dari minat belajar siswa pada materi
himpunan kelas VII SMP Negeri 8 Singkawang. Journal of Educational
Review and Research Vol.3 No.2, 86-98.
Purwati, M., & Rahmandani, A. (2018). Hubungan Antara Kelekatan Pada Teman
Sebaya Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Empati, 7(2),
28-39.
Rasmun. (2004). Stress, koping dan adaptasi teori dan pohon masalah. Jakarta:
CV. Sagung Seto.
Sadiman, A. (2010). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
Selye, H. (1976). Stress in Health and Disease. Boston: Butterworths.
Silver, H. F., Strong, R. E., & Perini, M. J. (2012). Strategi-Strategi Pembelajaran
Memilih Strategi Berbasis Penelitian yang Tetap untuk Setiap Pelajaran.
Jakarta: PT Indeks.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Taufik, Ifdil, & Ardi, Z. (2013). Kondisi Stres Akademik Siswa SMA Negeri.
Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1(2), 143-150.
Thoboroni, M., & Mustofa, A. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Wardhani, I. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

31
32
LAMPIRAN

33
Lampiran 1. Kisi-Kisi Angket Stres Akademik
KISI-KISI ANGKET STRES AKADEMIK

Jumla
Nomor
Variabel Aspek Indikator h butir pada
butir Instrumen

Stress Akademik Fisik 1. Denyut 1 A1


jantung
meningkat
2. Sakit kepala 1 A2
3. Kesulitan 1 A3
tidur
4. Telapak 1 A4
tangan sering
berkeringat
5. Berkeringat 1 A5
dingin
6. Sakit perut 1 A6
7. Kelelahan 1 A7
fisik
Emosional 1. Cemas 1 B1
2. Merasa 1 B2
diabaikan
3. Kecewa 1 B3
4. Mudah marah
5. Takut 1 B4
6. Gelisah 1 B5
7. Panik 1 B6
1 B7
Perilaku/ 1. Menggerutu 1 C1

34
Behavioral 2. Sulit tidur atau 1 C2
insomnia
3. Suka 1 C3
menyendiri
4. Berbohong 1 C4
5. Gugup 1 C5
6. Menyalahkan 1 C6
orang lain
7. Membolos. 1 C7
8. Sulit 1 C8
mendisiplinka
n diri
Proses Berpikir 1. Mudah lupa 1 D1
2. Tidak bisa 1 D2
menentukan
prioritas hidup
3. Merasa 1 D3
kebingungan
atau sulit
berkonsentrasi
4. Kehilangan 1 D4
harapan
5. Jenuh 1 D5
6. Berpikir 1 D6
negatif
7. Rendah diri 1 D7
8. Berpikir
menghadapi 1 D8
jalan buntu

35
Lampiran 2. Angket Stres Akademik
ANGKET TINGKAT STRES AKADEMIK
Nama* :
No. Absen :
No HP/WA* :
*) wajib diisi

No Pernyataan Tidak Kadang- Sering Selalu


Pernah Kadang
A. Aspek Fisik
1. Jantung saya berdetak
lebih kencang saat sedang
belajar matematika
2. Saya sakit kepala ketika
saya belajar matematika
3. Saya kesulitan tidur
karena belajar
matematika
4. Telapak tangan saya
berkeringat ketika belajar
matematika
5. Saya berkeringat dingin
ketika belajar
matematika
6. Saya sakit perut ketika
belajar matematika
7. Saya mudah lelah saat
belajar matematika
B. Aspek Emosional
1. Saya cemas ketika akan
belajar belajar
matematika
2. Saya merasa diabaikan
ketika belajar
matematika
3. Saya merasa kecewa
dengan pembelajaran
matematika
4. Saya mudah marah
ketika belajar
matematika

36
5. Saya takut ketika
pembelajaran
matematika
6. Saya gelisah ketika
pembelajaran
matematika
7. Saya merasa panik ketika
pembelajaran
matematika
C. Aspek Perilaku/Behavioral
1. Saya sering menggerutu
setelah belajar
matematika
2. Saya kesulitan tidur
dimalam hari ketika
besok ada pembelajaran
matematika
3. Saya suka menyendiri
saat pembelajaran
matematika
4. Saya mengatakan kepada
guru matematika kalau
saya memahami materi
yang diajarkan padahal
tidak
5. Saya gugup saat belajar
matematika selama
pembelajaran
6. Saya menyalahkan orang
lain ketika saya kesulitan
belajar matematika
7. Saya membolos
pembelajaran
matematika
8. Saya menunda PR
matematika
9. Saya telat
mengumpulkan tugas
matematika
D. Aspek Proses Berpikir
1. Saya melupakan materi
matematika yang guru
saya ajarkan

37
2. Saya bermain ketika
waktunya pembelajaran
matematika
3. Saya kesulitan dalam
memahami materi
matematika
4. Saya pesimis bisa
memahami matematika
5. Saya jenuh menjalani
pembelajaran
matematika
6. Saya yakin jika saya
memang ditakdirkan sulit
memahami materi
matematika
7. Saya merasa rendah diri
karena tidak dapat
menguasai materi
matematika
8. Saya berpikir untuk
mengakhiri hidup saya
karena kesulitan belajar
matematika

38
Lampiran 3. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa

KISI-KISI SOAL KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS


SISWA

Sekolah : SMP Negeri 1 Kalibagor

Mata Pelajaran : Matematika

Materi : Pola Bilangan

Kelas/Semester : VII/Ganjil

Indikator
Nomor Bentuk
Indikator Indikator Soal Pemahaman
Soal Soal
Konsep
1. Siswa Siswa dapat Menyatakan ulang
mampu menjelaskan sebuah konsep yang
1 Uraian
menentukan pengertian pola telah dipelajari
suku bilangan
selanjutnya Siswa dapat Mengklasifikasikan
dari suatu mengklasifikasik objek-objek
barisan an nama dari berdasarkan konsep 2 Uraian
bilangan suatu pola yang telah
dengan cara bilangan dipelajari
menggenerali Siswa dapat Memberikan contoh
sasi pola menentukan dan bukan contoh
bilangan mana yang dari konsep
sebelumnya termasuk pola 3 Uraian
2. Siswa bilangan dari
mampu beberapa barisan
menggenerali bilangan.

39
sasi pola Siswa dapat Menggunakan,
barisan menggunakan memanfaatkan, dan
bilangan prosedur atau memilih prosedur
menjadi operasi tertentu atau operasi tertentu 4 Uraian
suatu dalam
persamaan mengerjakan soal
pola bilangan
Siswa dapat Menerapkan konsep
menggunakan secara algoritma
algoritma dalam
5 Uraian
menyelesaikan
soal pola
bilangan.

40
Lampiran 4. Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
SOAL TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas : VIII
Materi Pokok : Pola Bilangan

Petunjuk Pengerjaan!

1. Bacalah do’a terlebih dahulu sebelum mengerjakan


2. Tuliskan nama dan kelas pada lembar jawab yang telah disediakan
3. Bacalah soal dengan seksama dan teliti
4. Jawablah soal pada lembar jawab yang telah disediakan
5. Periksa kembali jawaban sebelum dikumpulkan
6. Bacalah hamdalah agar apa yang dikerjakan mendapat berkah

Kerjakan soal-soal berikut ini


1. Jelaskan pengertian pola bilangan.
2. Diketahui beberapa susuan barisan bilangan. Klasifikasikan mana yang
merupakan pola bilangan dan mana yang bukan pola bilangan dan berilah
alasannya.
a. 1, 4, 9, 16, 25, …
b. 2, 5, 8, 11, 14, …
c. 1,2,3,6,12, 17, …
3. Buatlah 1 (satu) contoh pola bilangan dan berilah alasannya.
4. Diketahui beberapa susunan pola bilangan. Tentukan 𝑈𝑛 dari masing masing
susunan pola bilangan.
a. 1, 5, 9, 13, …
b. 28, 23, 18, 13, …
5. Pada suatu pola bilangan aritmatika suku ke empatnya adalah 13 dan suku
kesebelasnya adalah 34. Tentukan suku ke-20 pola bilangan tersebut.

41
Lampiran 5. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa

KUNCI JAWABAN TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP


MATEMATIS SISWA

No. Soal Jawaban


1. Jelaskan pengertian pola bilangan Jawab:
Pola bilangan adalah susunan dari
beberapa angka yang dapat
membentuk pola tertentu.
2. Diketahui beberapa susuan Jawab:
barisan bilangan. Klasifikasikan a. 1, 4, 9, 16, 25, …
entukan mana yang merupakan 𝑈1 = 12 = 1
pola bilangan dan mana yang 𝑈2 = 22 = 4
bukan pola bilangan. 𝑈3 = 32 = 9
a. 1, 4, 9, 16, 25, … 𝑈4 = 42 = 16
b. 2, 5, 8, 11, 14, … 𝑈5 = 52 = 25
c. 1,2,3,6,12, 17, … 𝑈𝑛 = 𝑛2
Merupakan pola bilangan karena
memiliki pola yang teratur.
b. 2, 5, 8, 11, 14, …
𝑏1 = 𝑈2 − 𝑈1 = 5 − 2 = 3
𝑏2 = 𝑈3 − 𝑈2 = 8 − 5 = 3
𝑏3 = 𝑈4 − 𝑈3 = 11 − 8 = 3
𝑏4 = 𝑈5 − 𝑈4 = 14 − 11 = 3
Karena 𝑏1 = 𝑏1 = 𝑏3 = 𝑏4 maka
merupakan pola bilangan
c. 1,2,3,6,12, …
𝑏1 = 𝑈2 − 𝑈1 = 2 − 1 = 1
𝑏2 = 𝑈3 − 𝑈2 = 3 − 2 = 1

42
𝑏3 = 𝑈4 − 𝑈3 = 6 − 3 = 3
𝑏4 = 𝑈5 − 𝑈4 = 12 − 6 = 6
Karena 𝑏1 ≠ 𝑏1 ≠ 𝑏3 ≠ 𝑏4 maka
bukan merupakan pola bilangan
3. Buatlah 1 (satu) contoh pola 1, 3, 5, 7, 9,…merupakan pola
bilangan dan berilah alasannya. bilangan karena memiliki beda yang
sama yaitu 2
4. Diketahui beberapa susunan pola Jawab:
bilangan. Tentukan 𝑈𝑛 dari a. 1, 5, 9, 13, …
masing masing susunan pola Suku pertama (𝑎) = 1
bilangan. Beda (𝑏) = 𝑈2 − 𝑈1 = 𝑈3 − 𝑈2 =
a. 1, 5, 9, 13, … 𝑈4 − 𝑈3 = 4
b. 28, 23, 18, 13, … 𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
𝑈𝑛 = 1 + (𝑛 − 1)4
𝑈𝑛 = 1 + (4𝑛 − 4)
𝑈𝑛 = 1 + 4𝑛 − 4
𝑈𝑛 = 4𝑛 − 3

b. 28, 23, 18, 13, …


Suku pertama (𝑎) = 28
Beda (𝑏) = 𝑈2 − 𝑈1 = 𝑈3 − 𝑈2 =
𝑈4 − 𝑈3 = −5
𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
𝑈𝑛 = 28 + (𝑛 − 1)(−5)
𝑈𝑛 = 28 + (5 − 5𝑛)
𝑈𝑛 = 28 + 5 − 5𝑛
𝑈𝑛 = 33 − 5𝑛
5. Pada suatu pola bilangan Jawab:
aritmatika suku ke empatnya 𝑈4 → 𝑎 + (4 − 1)𝑏 = 13
adalah 13 dan suku kesebelasnya 𝑎 + 3𝑏 = 13 … (𝑖)

43
adalah 34. Tentukan suku ke-20 𝑈11 → 𝑎 + (11 − 1)𝑏 = 34
pola bilangan tersebut! 𝑎 + 10𝑏 = 34 … (𝑖𝑖)

Elimiasi persamaan (𝑖) dan (𝑖𝑖)


𝑎 + 3𝑏 = 13
𝑎 + 10𝑏 = 34
-
−7𝑏 = −21
𝑏=3

Subtitusi nilai 𝑏 ke salah satu


persamaan untuk menentukan nilai 𝑎
𝑎 + 3𝑏 = 13
↔ 𝑎 + 3(3) = 13
↔ 𝑎 + 9 = 13
↔𝑎=4

Maka,
𝑈20 = 𝑎 + (20 − 1)𝑏
𝑈20 = 4 + (20 − 1)3
𝑈20 = 4 + (19)3
𝑈20 = 4 + 57
𝑈20 = 61

44
Lampiran 6. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
No Indikator Pertanyaan
1. Menyatakan ulang sebuah  Apakah kamu memahami soal ini?
konsep yang telah dipelajari  Apa yang disebut dengan pola
bilangan?
2. Mengklasifikasikan objek-  Bagaimana cara kamu
objek berdasarkan konsep mengklasifikasikan mana yang
yang telah dipelajari termasuk pola bilangan dan mana
yang bukan termasuk pola bilangan.
3. Memberikan contoh dan bukan  Bagaimana cara kamu memberikan
contoh dari konsep contoh dari pola bilangan?
4. Menggunakan, memanfaatkan,  Bagaimana cara kamu menyelesaikan
dan memilih prosedur atau soal ini?
operasi tertentu
5. Menerapkan konsep secara  Jelaskan langkah-langkah
algoritma menyelesaikan soal ini?

45

Anda mungkin juga menyukai