Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu upaya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang
aktif. Dengan pendidikan akan mengembangkan bahkan menambah pengetahuan
seseorang. Dengan pendidikan akan meningkatkan kemajuan suatu bangsa. Untuk
mewujudkan kemajuan bangsa terutama bangsa Indonesia maka pemerintah berupaya
untuk membenahi kualitas pendidikan saat ini. Upaya pemerintah dalam membenahi
pendidikan yaitu dengan memperbaiki kurikulum yang ada seperti kurikulum ktsp yang
dibenahi menjadi kurikulum 2013. Dalam dunia pendidikan terutama dalam mata
pelajaran matematika. Prestasi siswa dipengaruhi oleh kecerdasan siswa itu sendiri dan
penguasaan konsep matematika siswa. Hal terpenting dari mempelajari matematika yaitu
siswa harus menguasai konsep matematika, jika siswa telah menguasai konsep maka
siswa dengan mudah akan memahami materi matematika. Namun pada kenyataannya
dalam proses belajar mengajar di sekolah banyak ditemukan siswa yang kurang
menguasai konsep matematika.
Adanya perubahan kurikulum dari kurikulum ktsp ke kurikulum 2013
menyebabkan stuan pendidikan perlu mempersiapkan manajemen pendidikan dalam
upaya pemenuhan kompetensi peserta didik dengan menyusun progran matrikulasi. Saat
ini banyak sekolah yang menerapkan Bridging Course atau Matrikulasi, khususnya
sekolah bertaraf nasional. Upaya ini dilakukan dengan harapan prestasi siswa dapat
meningkat dan siswa dapat bersaing hingga kancah internasional. Untuk itu dalam
meningkatkan prestasi khususnya dalam bidang matematika yang salah satu hal
pentingnya adalah penguasaan konsep matematika siswa, pelaksanaan matrikulasi harus
memberi pengaruh terhadap tingkat penguasaan konsep matematika.
Dasar pemikiran penyusunan Program Matrikulasi bagi siswa baru sendiri telah
tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Apakah pemberian matrikulasi mempengaruhi tingkat penguasaan konsep
matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian martikulasi terhadap tingkat penguasaan
konsep matematika siswa.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian bagi guru dan siswa yaitu agar mengetahui pengaruh
pemberian matrikulasi terhadap tingkat penguasaan konsep matematika siswa demi
meningkatkan prestasi siswa.
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penguasaan Konsep Matematika


1. Penguasaan Konsep
Penguasaan adalah suatu proses , cara , perbuatan menguasai atau
menguasakan, pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan,
kepandaian. Kata penguasaan juga dapat diartikan kemampuan seseorang dalam
sesuatu hal ( KBBI , 2003 : 604 ) .
Russefendi mengemukakan "Kegiatan belajar mencakup tiga aspek, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif berhubungan dengan intelektualitas
dan ilmu pengetahuan, dan aspek afektif berhubungan dengan sikap dan minat."
( E.T. Ruseffendi, 1994:132). Konsep dalam matematika adalah ide abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengelompokan atau mengklasifikasikan objek atau
kejadian ( Herman Hudoyo , 2003 : 124 ).
Menurut Bloom, penguasan konsep yaitu kemampuan menangkap pengertian
– pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam
bentuk yang lebih dipahami , mampu memberikan interprestasi dan mampu
mengaplikasikannya dimana kemampuan kognitif penguasaan konsep dapat diamati
melalui tiga ranah yaitu :

a. Ranah kognitif: berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sisntesis,
dan evaluasi.
b. Ranah Afektif: berkenaan dengan hasil belajar sikap yang terdiri dari lima aspek
yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
c. Ranah Psikimotorik : berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah
itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran.(Sudjana, 2004: 22).
Penguasan Konsep menurut ( Dahar , 2003 : 25 ) adalah kemampuan siswa
dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut (Wollfold dan Nicolish , 2004: 32) dalam Juliana
( 2009: 41) mengemukakan bahwa penguasaan konsep adalah kemampuan siswa yang
bukan hanya sekedar memahami , tetapi juga dapat menerapkan konsep yang
diberikan dalam memecahkan suatu permasalahan , bahkan untuk memahami konsep
yang baru.Berdasarkan pendapat – pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran
dan mampu menerapkan dalam memecahkan masalah dikehidupan sehari-hari.
2. Konsep Matematika
Berkaitan dengan berpikir konsep matematika ,maka perlu untuk mengetahui
pengertian konsep terlebih dahulu.Menurut Gane, konsep adalah ide abstrak yang
memungkinkan ,mengelompokan benda-benda kedalam contoh dan non contoh
(Ruseffendi ,2002 :158) sedangkan matematika itu mempelajari tentang pola
keteraturan, maka untuk mempelajarinya pertama-tama kita coba mengklasifikasai
obyek-obyek.Dalam memproses klasifikasi ini konsep konsep dasar matematika
terbentuk.
Di dalam Ensiklopedia Matematika (2007:1), kata “matematika” berasal dari
bahasa Yunani yaitu mathema. Kata ini mempunyai arti “sains; ilmu pengetahuan;
atau belajar”. Selain itu, matematika juga diyakini berasal dari kata matematikos yang
artinya “suka belajar”.
Matematika merupakan konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis Abstrak,
karena objek matematika merupakan benda pikiran, yaitu sesuatu yang dapat
dipikirkan. Sehingga perlu disajikan dengan model pembelajaran perubahan konsep
yang menggunakan alat peraga, guna mengkonkretkan konsep abstrak tersebut
(Hudoyo, 2001: 146).
3. Penguasaan Konsep Matematika
Menurut Rohana (2011:61) Dalam memahami Penguasaan konsep matematika
diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Sedangkan saat
ini penguasaan peserta didik terhadap materi konsep – konsep matematika masih
lemah bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi
(2006:156) bahwa terdapat banyak peserta didik yang setelah belajar matematika,
tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun,
banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai
ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit. Padahal pemahaman konsep merupakan bagian
yang paling penting dalam pembelajaran matematika seperti yang dinyatakan
Zulkardi (2003:7) bahwa ”mata pelajaran matematika menekankan pada konsep”.
Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik harus memahami konsep
matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu
mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata.
Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis,
dan hirarkis dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Pemahaman
terhadap konsep-konsep matematika merupakan dasar untuk belajar matematika
secara bermakna.
Untuk mencapai panguasaan konsep peserta didik dalam matematika bukanlah
suatu hal yang mudah karena penguasaan terhadap suatu konsep matematika
dilakukan secara individual. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam memahami konsep – konsep matematika. Namun demikian
peningkatan pemahaman konsep matematika perlu diupayakan demi keberhasilan
peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalah tersebut,
guru dituntut untuk profesional dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran matematika dengan
metode, teori atau pendekatan yang mampu menjadikan siswa sebagai subjek belajar
bukan lagi objek belajar.
Hasil penguasaan konsep matematika merupakan pemberian nilai atau
karakteristik tertentu kepada siswa atas usaha yang dilakukan dalam mengikuti proses
pembelajaran matematika. Hasil penguasaan konsep matematika siswa diperoleh
melalui tes mata pelajaran matematika setelah terjadinya proses belajar mengajar.
Kualitas keberhasilan belajar didasarkan atas tinggi rendahnya kemampuan siswa
dalam mengapresiasaikan kemampuannya saat mengikuti serangkaian tes ulang
dilakukan oleh guru setelah atau sewaktu pelajaran matematika berlangsung.
Penguasaan konsep matematika sangat penting, karena dengan penguasaan
konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap
pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa
memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti
penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
B. Matrikulasi
1. Konsep Matrikulasi
Konsep matrikulasi sudah lama dikenal sebagai program aanvullen (Bld) yang artinya
pemenuhan kekurangan, sama artinya dengan istilah matriculation (Inggris). Matrikulasi
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kekurangan atau kesenjangan
(defisiensi) dalam pengetahuan dan keterampilan yang berfungsi sebagai kemampuan awal
atau entry behavioryang diperlukan peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran pada
jenjang tertentu dengan baik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matrikulasi berarti hal terdaftarnya
seseorang di perguruan tinggi. Matrikulasi diperlukan manakala peserta didik dengan latar
belakang yang beragam, diduga belum memiliki pengetahuan dan kemampuan standar yang
dipersyaratkan. Program matrikulasi bertujuan pada dasarnya untuk mencapai “entry level”
yang sama bagi seluruh peserta didik,berisi pemantapan materi yang seharusnya sudah
dikuasai.
2. Pengertian Operasional Matrikulasi
Secara operasional program matrikulasi diartikan sebagai kegiatan pemenuhan
kompetensi peserta didik agar kesenjangan antara muatan/substansi dan pengalaman belajar
(learning experience) dari kurikulum yang berbeda dapat dipenuhi sesuai dengan kompetensi
yang harus dipenuhi. Kegiatan ini harus dikelola satuan pendidikan secara terencana, terarah,
terprogram, dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, Direkorat PSMA memberikan
panduan yang dapat dijadikan rujukan dalam melaksanakan program tersebut.
Melalui analisis dan identifikasi kompetensi peserta didik, secara cermat dapat
diperoleh dua kelompok peserta didik dengan tindakan berbeda, yaitu kelompok peserta didik
yang perlu mengikuti matrikulasi dan kelompok peserta didikyang tidak perlu mengikuti
kegiatan matrikulasi. Berdasarkan analisis KD mata pelajaran terdapat tiga jenis pola
matrikulasi.
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasi
atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel
tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel. penelitian korelasi merupakan salah
satu bagian penelitian ex–postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan
variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan
variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif.
B. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuisioner
b. Wawancara
c. Observasi
d. Dokumentasi
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengimpulkan data pengaruh pemberian
matrikulasi terhadap penguasaan konsep matematika siswa.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu rancangan penelitian
Regresi Jamak (Multiple Regression). Merupakan perluasan regresi dan prediksi
sederhana dengan penambahan beberapa variable. Kombinasi beberapa variabel ini
memberikan lebih banyak kekuatan kepada peneliti untuk membuat prediksi yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Hujojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: P2LPTK.
Ressefendi, E.T. 1979. Pengajaran Matematika Moderen. Bandung: Tarsito.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori
Belajar. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai