Anda di halaman 1dari 8

ETNOMATEMATIKA

MATEMATIKA DALAM BUDAYA

KELOMPOK IX
Pengertian
Secara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang
sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya,
termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan symbol. 
Kata dasar “mathema” cenderung berarti menjelaskan,
mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti
pengkodean,  mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan
pemodelan. Akhiran “tics “ berasal dari techne, dan bermakna
sama seperti teknik.

Secara istilah etnomatematika diartikan sebagai: matematika


yang dipraktekkan diantara kelompok budaya diidentifikasi
seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh, anak-anak
dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional
Sejarah Perkembangan
Istilah "ethnomathematics" diperkenalkan oleh
pendidik dan matematikawan Brasil 
Ubiratàn D'Ambrosio pada tahun 1977 selama
presentasi untuk 
Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan . 
Frankenstein dan Powell tahun 1989 mendefinisikan
kembali matematika dari sudut pandang non-
eurosentris dan konsep matematika dunia Anderson
tahun 1990 merupakan kontribusi yang kuat untuk
bidang ini. 
Hal-Hal yang Dikaji
1. Lambang-lambang, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
keterampilan-keterampilan matematis yang ada pada kelompok-
kelompok bangsa, suku, ataupun kelompok masyarakat lainnya.

2. Perbedaan ataupun kesamaan dalam hal-hal yang bersifat


matematis antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok
masyarakat lainnya dan faktor-faktor yang ada di belakang
perbedaan atau kesamaan tersebut.

3. Hal-hal yang menarik atau spesifik yang ada pada suatu


kelompok atau beberapa kelompok masyarakat tertentu, misalnya
cara berpikir, cara bersikap, cara berbahasa, dan sebagainya,
yang ada kaitannya dengan matematika.
Hal-Hal yang Dikaji
4. Berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat
yang ada kaitannya dengan matematika,
misalnya :
– Literasi keuangan (financial literacy) dan
kesadaran ekonomi (economic awareness)
– Keadilan sosial (social justice)
– Kesadaran budaya (cultural awareness)
– Demokrasi (democracy) dan kesadaran politik
(political awareness)
Tujuan
• Agar keterkaitan antara matematika dan budaya
bisa lebih dipahami, sehingga persepsi siswa dan
masyarakat tentang matematika menjadi lebih
tepat, dan pembelajaran matematika bisa lebih
disesuaikan dengan konteks budaya siswa dan
masyarakat, dan matematika bisa lebih mudah
dipahami karena tidak lagi dipersepsikan sebagai
sesuatu yang ‘asing’ oleh siswa dan masyarakat.
• Agar aplikasi dan manfaat matematika bagi
kehidupan siswa dan masyarakat luas lebih dapat
dioptimalkan, sehingga siswa dan masyarakat
memperoleh manfaat yang optimal dari kegiatan
belajar matematika.
Contoh
Nenek-nenek di Bali bisa membuat bentuk lingkaran dengan
menggunakan peralatan sederhana, hanya dengan busung (janur/daun
kelapa yang masih muda), semat (lidi tajam yang berguna untuk
merekatkan bagian-bagian busung), dan pisau.

• Potong janur dalam ukuran yang sama. Pertemukan tengahnya


kemudian semat ujung-ujungnya.
Ilustrasinya begini:
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai