Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan yang maha Esa
yang telah memberikan kita rahmat dan karunianya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada guru pembimbing yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami bisa mendapatkan wawasan lebih melalui
tugas ini. Tidak lupa terima kasih kami kepada teman-teman sekalian yang ikut
serta dalam membantu kami untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam makalah ini, itu semata-
mata dikarenakan kurangnya pengetahuan kami serta banyaknya kendala yang
kami hadapi. Dan kami memohon kritikan untuk makalah ini supaya bisa lebih
bagus lagi.
Dengan makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca, serta menjadi wawasan untuk orang lain dan bermanfaat bagi
kehidupan.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................2
BAB I ( PENDAHULUAN )
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................4
BAB II ( PEMBAHASAN )
A. Hukuman Kebiri Bagi Pelaku Pedofil............................................................5
B. Dampak Pedofil Pada Potensi Gay................................................................6
C. Dampak Pedofil Bagi Psikologis Anak..........................................................6
D. Solusi Pencegahan Pedofilia..........................................................................9
BAB III ( PENUTUP )
A. Kesimpulan....................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................11
Daftar Pustaka............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Darurat pelecehan seksual, itulah kiranya gambaran dunia anak-anak
Indonesia saat ini. Kehidupan anak-anak yang mestinya dipenuhi kecerian,
justru dicederai oleh predator amoral. Guna melindungi anak dari kasus
tersebut pemerintah hendak mengambil langkah konkrit dalam menindak
pelaku pedofil ini yakni dengan cara dikebiri.
Predator adalah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang merusak
masa depan anak yang menyebabkan trauma yang berkepanjangan. Pedofil
merupakan ancaman yang timbul kapan saja dan dari siapa saja bahkan pada
anak.
Istilah pedofil dalam KBBI diartikan sebagai pelaku pedofilia.
Disamping itu pedofilia merupakan kelainan seksual yang menjadikan anak-
anak sebagai objek seksual. Sedangkan kebiri mempunyai arti; sudah
dihilangkan (dikeluarkan) kelenjar testisnya atau dipotong ovariumnya; sudah
dimandulkan.
Kekerasan terhadap anak terutama pelecehan seksual menjadi masalah
yang belum terselesaikan. Meningkatkanya kasus pengaduan anak yang
tercatat pada statistik kasus-kasus perlindungan anak Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI), menjadi bukti bahwa persoalan belum terselesaikan.
Adanya Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-
Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, belum memberikan
efek jera kepada pelaku. Padahal ancaman hukuman maksimalnya 15 tahun
penjara.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan kami bahas pada makalah yang kami susun
yakni sebagai berikut :
1. Apa saja hukuman bagi pelaku pedofil?
2. Mengapa pedofilia bisa berdampak pada potensi gay?
3. Apa dampak pedofilia bagi psikologis anak?
4. Bagaimana solusi pencegahan pedofilia?
C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui hukuman bagi pelaku pedofil
2. Untuk mengetahui dampak pedofil pada potensi gay
3. Untuk mengetahui dampak pedofilia bagi psikologis anak
4. Untuk mengetahui solusi pencegahan pedofilia.
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. syaifulloh, JUSTISIA, (Gedung Student Center Fakultas Syariah dan Hukum UIN Wali Songo,
LPM Justisia, Tahun 2015) Page. 9
2
http://nasional.sindonews.com, Hukuman Kebiri Bagi Para Pedofil (Koran Sindo, Tahun 2018)
Tanggal 21 Februari 2018.
3
https://berandainovasi.com, Sanksi Kebiri Bagi Pelaku Pedofil Antara Penegak Hukum dan
Pelanggaran HAM ( Beranda Inovasi, Tahun 2016) Tanggal 21 Februari 2018
B. Dampak Pedofil Pada Potensi Gay
Semakin meningkatnya kasus pedofilia disebabkan karena potensi korban
menjadi pelaku. Ketika seseorang menjadi korban pada masa kecil, ia akan
menjadi pelaku pedofilia berikutnya. Selain potensi menjadi pedofil karena
pernah menjadi korban, alasan lain pelaku ternyata ia tidak pernah merasa
dirinya bagus, lingkungan yang tidak membuatnya percaya diri dan orang
tertutup. Tentunya pelaku tersebut sudah mempunyai kelainan.4 Akibat dari
pedofilia itu bisa merusak organ reproduksi anak, mengakibatkan stigma
berkelanjutan terutama jika korbannya perempuan dan ketika korbannya anak
laki-laki itu bisa menjadikannya gay sepanjang masa.
Kecenderungan anak menjadi korban dari pelaku lesbian lebih kecil
disbanding gay, sedangkan pelaku gay kemungkinan melakukan sodomi
relative tinggi. Dalam beberapa kasus sodomi, beberapa pelakunya adalah gay.
Anak-anak berpotensi menjadi korban para lesbian, gay, biseksual dan trans
gender (LGBT) khususnya para pelaku gay. 5
4
M. Syaifulloh, Op.cit. Page. 17
5
Nasional.republika.co.id, Korban Sodomi Berpotensi Jadi Gay ( Lembaga Perlindungan Anak,
Tahun 2016) Tanggal 21 Februari 2018
Tindakan pedofilia merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap anak,
dimana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk
rangsangan seksualnya. Pedofilia merupakan suatu bentuk pelecehan seksual
atau kekerasan seksual terhadap anak. Bentuk-bentuk pelecehan atau kekerasan
seksual itu antara lain, meminta atau menekan seorang anak untuk melakukan
aktvitas seksual, memeberikan paparan yang tidak senonoh dari alat kelamin
pada anak, menampilkan pornografi pada anak, melakukan hubungan seksual
terhadap anak-anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak, melihat alat
kelamin anak tanpa kontak fisik, atau menggunakan anak untuk memproduksi
pornografi anak.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kekerasan seksual terhadap anak
yang menjadi korban pedofilia. Dapat berupa gangguan secara mental maupun
fisik, dan hal tersebut dapat terjadi dalam janga waktu yang panjang. Gangguan
secara fisik yang dialami anak adalah gangguan kesehatan. Ketika anak-anak
dipaksa melakukan hubungan intim, itu akan menjadi siksaan yang luar biasa
sakitnya. Sebab diusia mereka organ vital dan hormon belum tumbuh dan
berkembang secara sempurna. Terlebih lagi, sekarang banyak penyakit yang
menular lewat hubungan kelamin, seperti HIV dan AIDS. Belum lagi jika
sampai terjadi kehamilan. Pada usia anak dan remaja, kondisi sel-sel pada
Rahim belum matang, sehingga jika terjadi kehamilan, anak-anak akan
menghadapi resiko kematian yang cukup tinggi bagi ibu dan janin.
Anak-anak korban pedofilia tentunya juga akan mengalami gangguan
kejiwaan seperti depresi, gangguan stress pasca trauma, kegelisahan,
kecemasan, yang tingkatnya bervariasi. Dalam keadaan tertentu, anak-anak
akan mengalami trauma yang luar biasa. Dan trauma tersebut akan berakibat
sangat buruk bagi kehidupan social dan intelektualnya. Dan sebagaimana
umumnya yang banyak terjadi, anak-anak korban pedofilia memiliki
kecenderungan untuk tumbuh dengan kelainan seksual yang sejenis. Di masa
mendatang, mereka bisa jadi melakukan hal yang sama sebagai bentuk balas
dendam akan kepahitan yang mereka rasakan.
Dampak kekerasan seksual biasanya tidak berbeda jika ditinjau dari jenis
kelamin anak. Namun, dampak akan terlihat berbeda jika ditinjau dari
karakteristik kepribadian anak. Anak yag cenderung terbuka, muda beradaptasi
dan bermuatan energi positif akan cenderung lebih mudah pulih dari trauma
mereka. Sedangkan anak-anak yang cenderung tertutup, sulit beradaptasi,
bermuatan energi negatif dan sensitif akan membutuhkan waktu yang lama dan
upaya yang lebih besar untuk pulih dari trauma mereka. Selain karateristik
kepribadian, jenis kekerasan atau pelecahan seksual yang dialami juga
memberikan dampak yang berbeda. Kekerasan atau pelecahan fisik biasanya
meninggalkan trauma lebih besar dibandingkan kekerasan atau pelecehan
verbal. Selain itu, frekuensi dan durasi terjadinya kekerasan atau pelecehan
seksual juga berpengaruh terhadap dampak yang ditimbulkan. Semakin sering
frekuensinya, atau semakin lama durasinya, maka trauma yang ditimbulkan
pada anak juga semakin besar, dan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
pemulihan.
Keadaan trauma yang di timbulkan sebagai dampak dari kejadian
pelecehan atau kekerasa seksual dapat terlihat dari perilaku korban. Seorang
anak yang sedang dalam keadaan trauma biasanya menunjukkan hal-hal
berikut :
1. Adanya penurunan derajat aktivitas
2. Penurunan minat sosialisasi
3. Mengalami mimpi buruk
4. Peningkatan perilaku cemas atau takut akan hal-hak yang sebelumnya
tidak ia khawatirkan, bahkan kesulitan tidur
5. Bunuh diri
Jika hal tersebut tidak segera ditangani, maka anak tidak akan mampu
menyesuaikan diri dan mmelakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
usiannya. Hal tersebut berdampak sangat besar dalam optimalisasi tumbuh
kembang anak. Pedofilia sendiri bisa terjadi pada siapa saja, baik pria maupun
wanita. Namu kebanyakan penderita pedofilia adalah pria dengan kelainan
seksual akibat traumatik masa lalu atau pria dengan gangguan kejiwaan yang
gemar mencari variasi seksual. Namun sayangnya sampai saat ini belum
ditemukan obat secara medis yang bisa digunakan untuk mengatasi dan
menghilangkan gangguan kejiwaan pedofilia. Namun beberapa terapi tertentu
dapat mengurangi atau mencegah perilaku penderita pedofilia.6
6
Terapipsikologi.com , Dampak Buruk Pedofiia Terhadap Anak (terapipsikologi, 2017) Tanggal 3
April 2018.
7
https://tirto.id/8-cara-mencegah-anak-jadi-korban-pelaku-pedofilia-ckXQ , 8 Cara MEncegah
Anak Jadi Korban Pedofilia (tirto.id, 17 Maret 2017) Tanggal 3 April 2018.
4. Latih secara spesifik kemampuan anak menghadapi bahaya di tempat
umum. Misalnya berteriak “tolong” dan bukan “bunda/mama” akan
membuat orang disekeliling lebih waspada. Kemudian,
memperhatikan letak pintu dan stop kontak setiap masuk ke ruangan
baru, dan berbagai teknik sederhana lainnya.
5. Bangun secara perlahan jaringan sosial. Jaringan ini bisa lebih dari
satu orang yang ikut menjaga keamanan anak seperti nenek dan
kakak yang bisa menjadi tempat bercerita. Kenyataan yang
menyedihkan tapi sering terjadi, orangtua seringkali bukan pihak
yang tahu pertama tentang berbagai hal, sehingga anak perlu
beberapa figur lain yang bisa membela dia.
6. Ajarkan anak tentang rahasia, apa informasi yang boleh
disembunyikan dari orangtua, dan mana yang harus diceritakan
walaupun diminta seseorang untuk tidak membocorkannya.
7. Tumbuhkan disiplin diri anak tanpa ancaman dan sogokan. Pelaku
kekerasan seksual dengan sengaja memilih anak-anak rentan yang
mudah ketakutan, kecanduan pujian dan mencari imbalan untuk
melakukan sesuatu.
8. Pelaku kekerasan biasanya orang yang dikenal, menggunakan teknik
“perawatan” untuk mendekatkan diri ke anak dan orangtua.
Oleh karena itu, biasakan untuk terbuka dengan anak tentang orang-
orang di sekitar. Ajak anak mengobservasi dan peduli pada perubahan perilaku
siapapun di lingkungan. “Orangtua bisa memulai percakapan tentang
pengalamannya dalam pertemanan.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maraknya kasus-kasus pedofilia di Indonesia membuktikan bahwa
hukum-hukum yang ada di Negara kita ini belum dapat memberikan efek jera
kepada para pelaku pedofilia itu. Selain itu anak-anak korban pedofilia
berkecenderungan menjadi pelaku pedofilia pada saat ia besar, akibat dari
trauma yang mereka alami sejak dini.
B. Saran
1. Sebaiknya pemerintah lebih memperkuat hukum untuk pelaku
pedofilia, agar memberikan efek jera pada pelakunya.
2. Sebaiknya jalinan komunikasi antara anak dan orang tua lebih di
tingkatkan, agar orang tua menjadi pihak pertama yang
mengetahui segala kegiatan anaknya dan sang anak lebih terbuka
kepada orang tuanya.
3. Sebaiknya anak dari kecil sudah di berikan pendidikan seksual,
agar anak sejak dini sudah dapat membedakan bagian tubuh yang
aman dan tidak aman untuk di sentuh.
DAFTAR PUSTAKA
NAMA :
AKHMAD AFIFUDDIN S.W.
IRSAN SETIAWAN
RADHYATAN MARDHIYAH
NASHAN ADILA
NURUL HALIJAH PUTRI
NUR HURIATULLAH R.N.