Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Tentang

Penilaian Dalam Pembelajaran Matematika

Disusun Oleh:

Kelompok 11

Lolyta Sonia : 1914040017


Diah Framitha Sari : 1914040025
Titik Sandra : 1914040028

Dosen Pembimbing:

Nita Putri Utami, M.Pd

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA (A)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1443 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapakan kehadirat Allah SWT. Karena kasih


sayang nya penulis dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini.
Selanjutnya sholawat berangkaikan salam kepada tauladan umat sedunia
yakni Nabi Muhammad saw. Agar kelak kita mendapat syafa’at darinya di
akhirat nanti. Penulis membuat makalah ini dalam rangka menyelesaikan
tugas yang di berikan oleh Ibu Nita Putri Utami, M.Pd. Dalam mata kuliah
“Rancangan Pembelajaran Matematika”, dengan judul makalah Penilaian
dalam Pembelajaran Matematika.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dengan
bertambahnya pengetahuan tentang Penilaian dalam Pembelajaran
Matematika. Pemakalah juga menyadari bahwa manusia tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan. Begitu juga dengan makalah ini tentu masih ada
kesalahan dan kekurangan di dalamnya, baik dari materi maupun
penulisannya. Maka dari itu penulis memberi kesempatan yang seluas-
luasnya bagi siapapun yang ingin memberikan kritik dan saran yang
membangun bagi penulis.

Padang, 22 November 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Pemakalahan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Penilaian Kognitif ..................................................................................... 3


B. Penilaian Afektif........................................................................................ 7
C. Penilaian Psikomotor............................................................................ 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 28
B. Saran ......................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil belajar
dapat di jelaskan denganmemahami dua kata yang membentuknya, yaitu
“hasil” dan “belajar”.(Fitria Nengsih, 2016).
Menurut Nurfillaili (2016), salah satu tugas guru dalam proses
belajar adalah melakukan penilaian terhadap setiap kegiatan yang
terselenggara dalam proses pembelajaran. Hal ini berpangkal dari suatu
fakta yang bersifat kondrati tentang keingintahuan dari setiap manusia
mengenai wujud dari hasil aktivitas yang telah diselenggarakannya, baik
yang berdimensi kuantitas maupun yang mengarah pada aspek kualitas.
Aktivitas penilaian memiliki signifikansi dengan proses
pendidikan, khususnya yang berkenaan dengan kegiatan pembelajaran.
Tanpa ada komitmen dan kemampuan yang relevan dengan proses
penilaian itu, maka pendidikan yang diharapkan untuk memanusiakan
manusia memungkinkan dapat beralih fungsi menjadi sebuah prosedur
yang menafikan aspirasi dan kreatifitas peserta didik. Salah satu tolak ukur
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran
adalah evaluasi, sesuai dengan pendapat Ralph Tyler. Ahli ini mengatakan
bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan bagaimana tujuan
pendidikan sudah tercapai.
Dalam penerapannya ada beberapa jenis penilaian dalam dunia
pendidikan diantaranya penilaian kognitif, penilaian afektif dan penilaian
psikomotor. Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai
penilaian kognitif. Penilaian kognitif adalah penilaian yang berorientasi
pada kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat
sampai pada tahap memecahkan masalah. Dalam melaksanakan penilaian
kognitif ada banyak hal yang harus diperhatikan mulai dari apa yang
dimaksud dengan penilaian kognititf, standar penilaian kognitif, ranah
penilaian kognititf hingga perencanaan, pengembangan, dan penyusunan
instrumen hasil belajar berdasarkan kisi-kisi dan kata kerja operasional

1
B. Rumusan Masalah
Setelah mengkaji latar belakang diatas, dapat diambil beberapa
permasalahan sebagai pembahasan dari pembuatan makalah ini,
diantaranya:
1. Bagaimana pengukuran atau teknik penilaian kognitif?
2. Bagaimana pengukuran atau teknik penilaian afektif?
3. Bagaimana pengukuran atau teknik penilaian psikomotor?

C. Tujuan
Adapun tujuan Pemakalahan makalah yang ingin dicapai ialah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami penilaian kognitif
2. Mengetahui dan memahami penilaian afektif
3. Mengetahui dan memahami penilaian psikomotor

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penilian Kognitif
Ranah Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Ranah kognitif ini dibagi menjadi enam :
1. Pengetahuan, yaitu merupakan kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk dapat mengenali, mengingat, memanggil kembali tentang
adanya konsep , prinsip, fakta, ide, rumus-rumus, istilah, nama.
Dengan pengetahuan, siswa dituntut untuk dapat mengenali atau
mengetahuai adanya konsep, fakta, istilah-tilah, dan sebagainya tanpa
harus mengerti atau dapat menggunakannya.
2. Pemahaman, yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan
guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya
dengan hal- hal lain. Pemahaman ini dapat dibedakan menjadi tiga
kategori diantaranya:
a. Tingkat terendah/ pertama adalah pemahaman terjemahan, mulai
dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya: dari bahasa
inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal
Ika, mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik
dalam memasang sakelar.
b. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni yang
menghubungkan bagian- bagian terdahulu dengan yang diketahui
berikutnya. Menghubungkan pengetahuan tentang konjungsi kata
kerja, subjek, dan passesive pronoun sehingga tahu menyusun
kalimat yang benar, misalnya My friends is studying bukan My
friend studying.
c. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah
pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan
seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat
ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi
dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
3. Penerapan/Aplikasi aitu kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk mennggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip,
dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Aplikasi atau penerapan
ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang
pemahaman
4. Analisis yaitu kemempuan yang menuntut peserta didik untuk

3
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu kedalam unsur- unsur
atau komponen pembentuknya
5. Sintesis Yaitu penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam
bentuk menyeluruh
6. Evaluasi yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat
mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep
berdasarkan criteria tertentu.

Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi


sedimikian rupa sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria
atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu.1
Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya:
1. Tes atau pertanyaan lisan di kelas
Contoh:

1
http://eprints.umsida.ac.id/6578/1/ASPEK-ASPEK%20EVALUASI%20PEMBELAJARAN.pdf diakses
pada 22 November 2021 jam 08.15

4
2. Pilihan Ganda
Contoh:

3. Uraian Obyektif
Contoh:

5
4. Uraian non obyektif atau uraian bebas.
Contoh: Buatlah karangan dengan topik “Meningkatkan minat baca
siswa”, sebanyak kurang lebih 150 kata. Perhatikan ejaan, tanda baca,
struktur kalimat, dan hubungan / keterkaitan antar kalimat.

5. N Jawaban Atau Isian Singkat.


Contoh :
Ami merayakan hari ulang tahunnya pada tanggal 9 Agustus 2008. Pada
hari tersebut usia Ami merupakan jumlah dari angka-angka tahun ia
dilahirkan. Ami lahir pada tahun…

6. Menjodohkan
a. Pengertian
Tes ini merupakan tes tertulis yang terdiri dari dua macam kolom
paralel, tiap kolom berisi pernyataan yang satu menempati posisi
sebagai soal dan satunya sebagai jawaban, kemudian peserta didik
diminta untuk menjodohkan kesesuaian antar dua pernyataan
tersebut. Menjodohkan ini dapat berupa antara peristiwa dengan
orang, peristiwa dengan hari, peristiwa dengan tempat, istilah
dengan definisi, alat dengan penggunaan.
b. Kaidah Penulisan
1) Masalah yang dikemukakan hendaknya terdiri dari masalah yang
sejenis.
2) Jumlah kata-kata yang dipakai dalam pernyataan kurang lebih 15
kata.
3) Pernyataan yang menjadi jawaban hendaknya disusun dalam
kalimat yang lebih pendek dan ringkas.

6
4) Pernyataan yang menjadi soal, diletakkan sebelah kiri dengan
diberi nomor, sedangkan jawaban diletakkan disebelah kanan
dengan menggunakan abjad.

7. Portopolio
8. Performans

B. Penilaian Afektif
1. Pengertian Penilaian Afektif
Penilaian afektif berarti berkenaan dengan menilai sikap dan
perubahan yang terjadi pada tingkah laku peserta didik selama
pembelajaran. Sikap berhubungan dengan tindakan seseorang dalam
merespon objek. Berarti objek yang direspon peserta didik itu adalah
materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru. Tindakan seseorang
atau respon tersebut dapat dibentuk, sehingga nantinya akan terjadi
perilaku yang diinginkan. Terutama setelah mengikuti pembelajaran,
peserta didik diharapkan memiliki perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Menurut Sudjana (2009:30) para ahli berpendapat bahwa apabila


seseorang tingkat kognitifnya sudah pada tingkat tinggi, maka sikap
seseorang tersebut diramalka dapat berubah. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada peserta didik seperti, perhatian siswa terhadap
pembelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman-
teman se kelasnya, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Jadi, ada
kecerendungan antara penilaian kognitif dengan afektif saling
berkaitan. Misalnya, dalam menilai ranah kognitif peserta didik
harus menguasai materi kontroversional, guru dapat pula menilai
peserta didik dalam ranah afektif dengan cara menilai peserta didik
yang aktif bertanya dan berani mengungkapkan pendapatnya. Selain itu,
hasil belajar afektif peserta didik tampak dalam berbagai tingkah laku,
seperti perhatian terhadap pembelajaran, sopan santun, disiplin, motivasi
belajar, dan mengahargai guru dan teman satu kelasnya. 2

Hasil belajar afektif berkaitan dengan minat, sikap, dan nilai-nilai


sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta
didik. Menurut Krathwohl dalam Sukiman (2012:67-69) hasil belajar
afektif terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu receiving, responding,
valuing, organization, dan characterization by a value or value
2
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. hlm 30.

7
complex. Receiving merupakan kemauan dan kepekaan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau objek dalam pembelajaran.
Responding atau menanggapi yaitu adanya partisipasi aktif untuk
memberikan rekasi dari materi yang diberikan oleh guru. Valuing
artinya memberikan nilai terhadap suatu objek, sehingga adanya
tindakan yang dilaksanakan setelah pembelajaran. Organization artinya
membandingkan nilai-nilai dari materi pembelajaran yang kemudian
akan menghubungkannya dan mampu menyelesaikan suatu konflik.
Characterization by a value or value complex yakni keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh peserta didik, yang
memengaruh pola kepribadian dan tingkah lakunya.3

Menurut Sudjana (2009:31) tipe hasil belajar afektif dapat


dilihat dan dinilai saat waktu proses pembelajaran dan setelah
pembelajaran selesai dilakukan. Saat waktu pembelajaran sikap
peserta didik dapat dilihat dalam hal kemauan untuk menerima materi
dari guru, perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran,
keinginan mendengarkan dan mencatat materi, menghargai guru dan
teman satu kelas, dan keaktifan peserta didik dalam bertanya.
Sementara itu, sikap yang dapat dilihat setelah selesai pembelajaran pada
peserta didik diantaranya, kemauan mempelajari materi lanjut, kemauan
mempraktikan nilai yang terkandung dalam materi sesuai dengan
tujuan pembelajaran, dan adanya rasa senang terhadap materi yang
diajarkan oleh guru.

2. Proses Penilaian Afektif

Menurut Suwandi (2010:80) sikap dalam pembelajaran dapat


dinilai dari beberaa hal, yaitu sikap terhadap mata pelajaran, sikap
terhadap guru atau pengajar, sikap terhadap pembelajaran, dan sikap
berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan mata
pelajaran, untuk mata pelajara sejarah dapat berhubungan dengan nilai
kebangsaan dan nilai karakter. Untuk mengetahui hasil dari dimensi
afektif dapat menggunakan instrumen non-tes. Instrumen ini digunakan
untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran sejarah dalam
aspek afektif. Sementara itu, perubahan sikap pada peserta didik
hanya dapat diukur dengan menggunakan teknik non-tes. Untuk
penialaian sikap atau afektif bisa menggunakan teknik non-tes. 4

3
Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogjakarta: Insan Madani. Hlm 67-69.
4
Suwandi, Sarwiji. 2010. Model Assesmen Dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma
Pustaka, hlm 80

8
Menurut Kochhar (2008:56-63) untuk menialai sikap atau afektif
bisa menggunakan teknik non-tes.5 Menurut Arifin (2012 : 180)
teknik non-tes ini bisa dilakukan dengan beberapa kegiatan diantaranya
yaitu observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala penilaian,
angket, studi kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori
kepribadian, dan teknik pemberian penghargaan kepada peserta. 6
1. Observasi merupakan kegiatan mengamati yang dilakukan oleh guru
baik langsung atau tidak langsung dengan mengacu pada
pedoman observasi untuk menilai perilaku kelas baik dari segi
guru maupun peserta didik yang akan didapatkan sebuah data
atau informasi dari suatu fenomena kelas.
2. Wawancara adalah kegiatan percakapan tanya jawab yang dilakukan
oleh guru dengan peserta didik, yang dilakukan secara langsung
(bertatap muka) atau tidak langsung (melalui perantara).
3. Skala sikap adalah teknik penilaian dengan memberikan
pertanyaan-pertanyan positif dan negatif yang akan dipilih oleh
peserta didik. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi
dalam lima skala, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju,
sangat tidak setuju, tidak tahu. Pertanyaan tersebut mengenai sikap
peserta didik terhadap pembelajaran atau lingkungan sekolah.
4. Daftar cek merupakan suatu daftar yang digunakan oleh guru
untuk mencatat dan memberi tanda tiap kejadian-kejadian yang
terjadi di diri peserta didik baik kejadian kecil maupun besar
dalam segala aspek, teknik seperti ini membantu guru dalam
mengingat apa saja yang harus dinilai oleh guru.
5. Skala penilaian merupakan daftar cek akan dikembangan dalam
bagian yang lebih luas dan terperinci yang disusun secara
tingkatan yang telah ditentukan.
6. Angket yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
informasi yang berisi pendapat, paham dari peserta didik yang
dilaksanakan secara tertulis yang dipengaruhi oleh pemikiran diri
sendiri.
7. Studi kasus adalah kegiatan untuk memahami sebuah masalah
yang dialami peserta didik dengan mencari informasi terkait
dengan masalah tersebut yang natinya kemudian akan disimpulkan
dan dicari penyelesaiannya, hal yang bisa dipahami dalam masalah-
maslaah peserta didik misalnya dalam masalah lamban dalam
memahami materi.
5
Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah Teaching of History. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia. Hlm 56-63.
6
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm 180

9
8. Catatan insedental yaitu cacatan yang berisi tentang kejadian
singkat yang dialami atau yang telah dilakukan peserta didik dalam
pembelajaran, kejadian tersebut biasanya tingkah laku peserta didik.
9. Sosiometri adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
merangkum, menyusun dan mengkualifikasikan pendapat-pendapat
peserta didik dalam menanggapi teman sebaya mereka bagaimana
hubungan mereka dengan para teman-temannya.
10. Inventori kepribadian merupakan tes kepribadian yang jawaban dari
peserta didik tersebut benar semua, namun jawaban tersebut
tetap akan dikualifikasikan sehingga dapat dibandingkan dengan
kelompok lain.
11. Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik bertujuan
untuk memberikan semangat, motivasi dan meningkatkan perhatian
peserta didik dalam pembelajaran, serta memodifikasi tingkah laku
peserta didik dari yang kurang positif menjadi lebih produktif lagi
dengan adanya hadiah kepada peserta didik yang terbaik.

Sementara itu, menurut Fadillah (211-212) dalam Kurikulum 2013


penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian
teman sejawat, dan jurnal. Observasi merupakan teknik penilaian yang
dilakukan berkelanjutan baik dilakukan langsung maupun tidak langsung.
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan meminta peserta
didik untuk menilai dirinya sendiri dalam hal kekurangan dan
kelebihannya dalam konteks pecapaian kompetensi. Penilaian antar
teman hampir sama dengan penilaian diri akan tetapi penilaian ini
dilakukan oleh antar peserta didik menilai peserta didik lain, sedangkan
jurnal merupakan catatan dari guru mengenai kejadian atau tingkah
laku peserta didik. Selain itu, menurut Suwandi (2010:114) teknik
penilaian diri adalah teknik penilaian dengan cara peserta didik
diminta untuk menilaia dirinya sendiri yang berkaitan dengan proses
belajar mengajar, tingkat pecapaian kompetensi dalam mata pelajaran
tertentu. Penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur 3 ranah
kompetensi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ranah afektif dalam pelaksanaannya guru dapat memberikan


tugas kepada peserta didik untuk membuat tulisan berkaitan dengan
refleksi dirinya selama mengikuti pembelajaran. Kemudian refleksi dirinya
akan dinilai sendiri berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan oleh
guru. Banyak keuntungan dari penilaian diri ini, salah satunya yaitu
peserta didik mengetahui kelemahan dan kekuatannya dalam
pembelajaran, sehingga ia akan terus meningkatkan potensi yang ia

10
punya agar dalam proses pembelajaran bisa lebih baik. Pelaksanaan
penilaian diri biasanya dilakukan beberapa kali, hal ini dikarenakan
hasil penilaian diri awal atau yang baru tidak dapat langsung
dipercaya. Menurut Suwandi (2010:142) terdapat dua kemungkinan data
hasilpenilaian diri tidak dapat langsung dipercaya, pertama karena
peserta didik belum terbiasa sehingga akan banyak melakukan kesalahan
dalam melakukan penilaian. Kedua karena penilaian ini dilakukan
sendiri oleh peserta didik, maka sifat subjektifitas itu kemungkinan
terjadi. Demi mendapatkan nilai yang bagus maka peserta didik
kemungkinan akan menilai dirinya tidak sesuai dengan kenyataan
dalam dirinya, bisa dikatakan untuk mengejar nilai baik. Oleh karena
itu, guru sebaiknya tidak hanya sekali melakukan penilaian diri. Apabila
hasil penilaian pertama sudah didapat, maka guru harus menelaah dan
mengkoreksi lagi hasil penilaian peserta didik. Jika peserta didik
masih menunjukan kesalahan, maka guru mengembalikannya kepada
peserta didik dan dilakukan penilaian diri untuk yang kedua kalinya,
begitu seterusnya sampai hasilnya maksimal.

3. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif

Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat


siswa terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua
termasuk bagian penting dari ranah afektif, maka guru perlu menyusun
instrumen penilaian afektif. Untuk menyusun instrumen penilaian afektif,
dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya
sikap dan minat terhadap suatu materi pelajaran.
2. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu
materi pelajaran
3. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu
materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau
ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat
aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan guru, dsb.; (3)
penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan

11
waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku
catatan dan kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi
pelajaran tersebut.
4. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan
skala Likert, berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat;
(2) kurang berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5) sangat
berminat.
5. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk
kuisioner) berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.
6. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain)
mengenai draft instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat.
7. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan
masukan rekan sejawat, bila memang diperlukan
8. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta
inventori laporan diri yang diberikan siswa berdasarkan hasil
kuisioner (angket) tersebut.
9. Pemberian  skor inventori kepada siswa
10. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran

4. Contoh penilaian afektif

Instrumen Afektif tentang Minat Terhadap Materi Pelajaran Barisan


Aritmatika dalam Mata Pelajaran Matematika

NO Pertanyaan Pilihan sikap


SS S N TS STS
1 Saya mengikuti sebaik-baiknya
materi pelajaran tentang barisan
aritmatika karena sangat penting
dalam mata pelajaran matematika
2 Saya meyakini bahwa buku materi
pelajaran tentang barisan aritmatika
sangat mudah untuk dipahami
3 Saya menata buku catatan saya
tentang materi barisan sritmatika
sehingga lengkap, dan memuat
penjelasan-penjelasan guru dan hasil

12
pemahaman saya terhadap materi ini
4 Saya dapat mengola usaha-usaha
yang harus saya lakukan untuk
mempelajari materi barisan aritmatika
ini sebaik-baiknya
5 Saya menyenangi tugas-tugas yang
diberikan guru, karena saya
mengerjakan sebaik-baiknya tugas
tentang barisan aritmatika ini
Jumlah
Total

Keterangan:
SS = Sangat setuju Skor maksimal = 25
S = Setuju Skor minimal =5
N = Netral
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju

C. Penilaian Psikomotorik
1. Pengertian Psikomotor
Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga
ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak
dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata
pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu, namun penekanannya
berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih
menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran
yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah
kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir,
termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul,
dan sebagainya.

13
Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat
bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot
dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran
yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih
beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan
keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat
keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada
enam tahap, yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan
perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi
nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa
sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan
yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan
perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau
gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan
gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan
belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi
nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
gerakan.
Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga,
yaitu: specific responding, motor chaining, rule using. Pada tingkat
specific responding peserta didik mampu merespons hal-hal yang
sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau
melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya memegang
raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor chaining peserta
didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar
menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola,
menggergaji, menggunakan jangka sorong, dll. Pada tingkat rule using
peserta didik sudah dapat menggunakan pengalamannya untuk
melakukan keterampilan yang komplek, misalnya bagaimana memukul
bola secara tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik.

2. Pembelajaran Psikomotor
Sementara itu, Gagne (1977) berpendapat bahwa kondisi yang
dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan ada dua macam,
yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat
dilakukan dengan cara (a) mengingatkan kembali bagian dari
keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b) mengingatkan prosedur
atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasai. Sementara itu untuk

14
kondisi eksternal dapat dilakukan dengan (a) instruksi verbal, (b)
gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik.
Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan
gerak ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran
mampu membuahkan hasil yang optimal. Mills (1977) menjelaskan
bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (a)
menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b) menganalisis
keterampilan secara rinci dan berutan, (c) mendemonstrasikan
keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan
perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang
sukar, (d) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba
melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan, (e)
memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik.
Edwardes (1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran
praktik mencakup tiga tahap, yaitu (a) penyajian dari pendidik, (b)
kegiatan praktik peserta didik, dan (c) penilaian hasil kerja peserta
didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik kompetensi kunci
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi
kunci adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar
tugas atau pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya
optimal. Sebagai contoh, dalam memukul bola, kompetensi kuncinya
adalah kemampuan peserta didik menempatkan bola pada titik ayun.
Dengan cara ini, tenaga yang dikeluarkan hanya sedikit namun
hasilnya optimal. Contoh lain, dalam mengendorkan mur dari bautnya,
kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta didik memegang
kunci pas secara tepat yakni di ujung kunci. Dengan cara ini tenaga
yang dikeluarkan untuk mengendorkan mur jauh lebih sedikit bila
dibandingkan dengan pengendoran mur dengan cara memegang kunci
pas yang tidak tepat.
Dalam proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja
tidak boleh dikesampingkan, baik bagi peserta didik, bahan, maupun
alat. Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keselamatan kerja tidak
dapat dipisahkan dari proses pembelajaran psikomotor. Guru harus
menjelaskan keselamatan kerja kepada peserta didik dengan sejelas-
jelasnya. Oleh karena kompetensi kunci dan keselamatan kerja
merupakan dua hal penting dalam pembelajaran keterampilan, maka
dalam penilaian kedua hal itu harus mendapatkan porsi yang tinggi.

3. Penilaian Hasil Belajar Psikomotor

15
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar
psikomotor. Ryan, 1980 (dalam Haryati) menjelaskan bahwa hasil
belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung
dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran
praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu
dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah
pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara
itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar
psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap
kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun
urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4)
kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk
dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian
hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,
proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses
berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau
sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.

4. Jenis dan Teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan


Berdasarkan Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang
Standar Penilaian, pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui
penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan
tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
a. Tes praktik
Adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuaidengan
tuntutan kompetensi. Tes praktik dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di
laboratorium, praktik salat, praktik olahraga, bermain peran,
memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, dan
sebagainya. Untuk dapat memenuhi kualitas perencanaan dan
pelaksanaan tes praktik, berikut ini adalah petunjuk teknis dan
acuan dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian melalui
tes praktik.
1) Perencanaan Tes Praktik

16
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam merencanakan tes praktik.
a) Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui
tes praktik.
b) Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi
yang akan dinilai.
c) Menguraikan kriteria yang menunjukkan capaian indikator
hasil pencapaian kompetensi
d) Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian.
e) Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.
f) Mengujicobakan tugas jika terkait dengan kegiatan
praktikum atau penggunaan alat.
g) Memperbaiki berdasarkan hasil uji coba, jika dilakukan uji
coba.
h) Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal
capaian kompetensi peserta didik.
2) Pelaksanaan Tes Praktik
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam melaksanakan tes praktik.
a) Menyampaikan rubrik sebelum pelaksanaan penilaian
kepada peserta didik.
b) Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik
tentang kriteria penilaian.
c) Menyampaikan tugas kepada peserta didik.
d) Memeriksa kesediaan alat dan bahan yang digunakan untuk
tes praktik.
e) Melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang
direncanakan.
f) Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik
penilaian.
g) Melakukan penilaian dilakukan secara individual.
h) Mencatat hasil penilaian.
i) Mendokumentasikan hasil penilaian.
3) Pelaporan Hasil Tes Praktik
Pelaporan hasil penilaian sebagai umpan balik terhadap
penilaian melalui tes praktik harus memperhatikan beberapa
hal berikut ini.
a) Keputusan diambil berdasarkan tingkat capaian kompetensi
peserta didik.

17
b) Pelaporan diberikan dalam bentuk angka dan atau kategori
kemampuan dengan dilengkapi oleh deskripsi yang
bermakna.
c) Pelaporan bersifat tertulis.
d) Pelaporan disampaikan kepada peserta didik dan orangtua
peserta didik.
e) Pelaporan bersifat komunikatif, dapat dipahami oleh
peserta didik dan orangtua peserta didik.
f) Pelaporan mencantumkan pertimbangan atau keputusan
terhadap capaian kinerja peserta didik.
4) Acuan Kualitas Instrumen Tes Praktik
Tugas dan rubrik merupakan instrumen dalam tes praktik.
Berikut ini akan diuraikan standar tugas dan rubrik.
(1) Acuan Kualitas Tugas
Tugas-tugas untuk tes praktik harus memenuhi beberapa
acuan kualitas berikut.
(a) Tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan
capaian hasil belajar.
(b) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
(c) Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas.
(d) Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik,
(e) Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum
(f) Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang
sosial ekonomi).
(2) Acuan Kualitas Rubrik
Rubrik tes praktik harus memenuhi beberapa kriteria
berikut ini.
(a) Rubrik memuat seperangkat indikator untuk menilai
kompetensi tertentu.
(b) Indikator dalam rubric diurutkan berdasarkan urutan
langkah kerja pada tugas atau sistematika pada hasil
kerja peserta didik.
(c) Rubrik dapat mengukur kemampuan yang akan diukur
(valid).
(d) Rubrik dapat digunakan (feasible) dalam menilai
kemampuan peserta didik.
(e) Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
(f) Rubrik disertai dengan penskoran yang jelas untuk
pengambilan keputusan.

18
b. Projek
Adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang
meliputikegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan
secaratertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian projek
merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.Tugas tersebut
berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.Penilaian projek
dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, penyelidikan dan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran dan indikator/topik tertentu secara jelas.
Pada penilaian projek, setidaknya ada 3 (tiga) hal yang
perlu dipertimbangkan: (a) kemampuan pengelolaan: kemampuan
peserta didik dalam memilih indikator/topik, mencari informasi
dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan,
(b) relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran dan
indikator/topik, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran, dan (c)
keaslian: proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan
hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap projek peserta didik.
Selanjutnya, untuk menjamin kualitas perencanaan dan
pelaksanaan penilaian proyek, perlu dikemukakan petunjuk
teknis.Berikut dikemukakan petunjuk teknis pelaksanaan dan
acuan dalam menentukan kualitas penilaian projek.
1) Perencanaan Penilaian Projek
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam
merencanakan penilaian projek.
a) Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui
projek.
b) Penilaian projek mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan projek.
c) Menyusun indikator proses dan hasil belajar berdasarkan
kompetensi.
d) Menentukan kriteria yang menunjukkan capaian indikator
pada setiap tahapan pengerjaan projek.
e) Merencanakan apakah task bersifat kelompok atau
individual.
f) Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual
untuk tugas yang dikerjakan secara kelompok.

19
g) Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.

2) Pelaksanaan Penilaian Projek


Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam melaksanakan penilaian projek.
a) Menyampaikan rubrik penilaian sebelum pelaksanaan
penilaian kepada peserta didik.
b) Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang
kriteria penilaian.
c) Menyampaikan tugas disampaikan kepada peserta didik.
d) Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik
tentang tugas yang harus dikerjakan.
e) Melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan proyek.
f) Memonitor pengerjaan projek peserta didik dan memberikan
umpan balik pada setiap tahapan pengerjaan projek.
g) Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik
penilaian.
h) Memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi minimal,
i) Mencatat hasil penilaian.
j) Memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun
peserta didik.
3) Acuan Kualitas Instrumen Penilaian Proyek
Tugas dan rubrik merupakan instrumen dalam penilaian proyek.
Berikut ini akan diuraikan standar tugas dan rubrik pada
penilaian projek.
(1) Acuan Kualitas Tugas dalam Penilaian Projek
Tugas-tugas untuk penilaian proyek harus memenuhi
beberapa acuan kualitas berikut.
(a) Tugas harus mengarah pada pencapaian indikator hasil
belajar.
(b) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
(c) Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran
atau merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
(d) Tugas sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.
(e) Materi penugasan sesuai dengan cakupan kurikulum.
(f) Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang
sosial ekonomi).
(g) Tugas mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.

20
(2) Acuan Kualitas Rubrik dalam Penilaian Projek
Rubrik untuk penilaian proyek harus memenuhi beberapa
kriteria berikut:
(a) Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan
diukur (valid).
(b) Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
(c) Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati
(observasi).
(d) Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur.
(e) Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
(f) Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta
didik.

c. Penilaian portofolio
Adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalambidang tertentu yang
bersifat reflektif-integratif untukmengetahui minat, perkembangan,
prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan
yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik atau
hasil ulangan dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh
peserta didik. Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru.Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat
menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus
melakukan perbaikan.
1) Perencanaan Penilaian Portofolio
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam merencanakan penilaian portofolio.
a) Menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan dinilai
pencapaiannya melalui tugas portofolio pada awal semester
dan diinformasikan kepada peserta didik.
b) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dinilai
pencapaiannya melalui penilaian portofolio.
c) Menjelaskan tentang tujuan penggunaan, macam dan bentuk
serta kriteria penilaian dari kinerja dan atau hasil karya

21
peserta didik yang akandijadikan portofolio. Penjelasan
disertai contoh portofolio yang telah pernah dilaksanakan.
d) Menentukan kriteria penilaian. Kriteria penilaian portofolio
ditentukan oleh guru atau guru dan peserta didik.
e) Menentukan format pendokumentasian hasil penilaian
portofolio, minimal memuat topik kegiatan tugas portofolio,
tanggal penilaian, dan catatan pencapaian (tingkat
kesempurnaan) portofolio.
f) Menyiapkan map yang diberi identitas: nama peserta didik,
kelas/semester, nama sekolah, nama mata pelajaran, dan
tahun ajaran sebagai wadah pendokumentasian portofolio
peserta didik.
2) Pelaksanaan Penilaian Portofolio
Pelaksanaan penilaian portofolio, harus memenuhi beberapa
kriteria berikut.
a) Melaksanakan proses pembelajaran terkait tugas portofolio
dan menilainya pada saat kegiatan tatap muka, tugas
terstruktur atau tugas mandiri tidak terstruktur, disesuaikan
dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan kegiatan
pembelajaran.
b) Melakukan penilaian portofolio berdasarkan kriteria
penilaian yang telah ditetapkan atau disepakati bersama
dengan peserta didik. Penilaian portofolio oleh peserta didik
bersifat sebagai evaluasi diri.
c) Peserta didik mencatat hasil penilaian portofolionya untuk
bahan refleksi dirinya.
d) Mendokumentasikan hasil penilaian portofolio sesuai format
yang telah ditentukan.
e) Memberi umpan balik terhadap karya peserta didik secara
berkesinambungan dengan cara memberi keterangan
kelebihan dan kekurangan karya tersebut, cara
memperbaikinya dan diinformasikan kepada peserta didik.
f) Memberi identitas (nama dan waktu penyelesaian tugas),
mengumpulkan dan menyimpan portofolio masing-masing
dalam satu map atau folder di rumah masing-masing ataudi
loker sekolah.
g) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan,
peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaikinya.

22
h) Membuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu
perbaikan dan penyerahan karya hasil perbaikan kepada
guru.
i) Memamerkan dokumentasi kinerja dan atau hasil karya
terbaik portofolio dengan cara menempel di kelas.
j) Mendokumentasikan dan menyimpan semua portofolio ke
dalam map yang telah diberi identitas masing-masing peserta
didik untuk bahan laporan kepada sekolah dan orang tua
peserta didik.
k) Mencantumkan tanggal pembuatan pada setiap bahan
informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat
terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu untuk bahan
laporan kepada sekolah dan atau orang tua peserta didik.
l) Memberikan nilai akhir portofolio masing-masing peserta
didik disertai umpan balik.
3) Acuan Kualitas Instrumen Penilaian Portofolio
Tugas dan rubrik merupakan instrumen dalam penilaian
portofolio. Berikut ini akan diuraikan standar tugas dan rubrik
pada penilaian portofolio.
(1) Acuan Tugas Penilaian Portofolio
Tugas-tugas untuk pembuatan portofolio harus memenuhi
beberapa kriteria berikut.
(a) Tugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang akan diukur.
(b) Hasil karya peserta didik yang dijadikan portofolio
berupa pekerjaan hasil tes, perilaku peserta didik sehari-
hari, hasil tugas terstruktur, dokumentasi aktivitas
peserta didik di luar sekolah yang menunjang kegiatan
belajar.
(c) Tugas portofolio memuat aspek judul, tujuan
pembelajaran, ruang lingkup belajar, uraian tugas,
kriteria penilaian.
(d) Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta
didik mengembangkan kompetensi dalam semua aspek
(sikap, pengetahuan, keterampilan).
(e) Uraian tugas bersifat terbuka, dalam arti
mengakomodasi dihasilkannya portofolio yang beragam
isinya.

23
(f) Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas
menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah
dilaksanakan.
(g) Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian
tugas portofolio tersedia di lingkungan peserta didik dan
mudah diperoleh.
(2) Acuan Rubrik Penilaian Portofolio
Rubrik penilaian portofolio harus memenuhi kriteria berikut.
(a) Rubrik memuat indikator kunci dari kompetensi dasar
yang akan dinilai penacapaiannya dengan portofolio.
(b) Rubrik memuat aspek-aspek penilaian yang macamnya
relevan dengan isi tugas portofolio.
(c) Rubrik memuat kriteria kesempurnaan (tingkat, level)
hasil tugas.
(d) Rubrik mudah untuk digunakan oleh guru dan peserta
didik.
(e) Rubrik menggunakan bahasa yang lugas dan mudah
dipahami.7

5. Contoh Penilaian Psikomotor

Instrumen Penilaian Keterampilan


Penilaian Proyek (Penugasan)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Lampung Tengah


Mata Pelajaran : Matematika
Topik : Persamaan Linear Dua Variabel
Kelas/Semester : X / 1 (satu)
Waktu Penilaian : 1 Minggu Setelah Tugas Proyek Diberikan

Kompetensi Dasar
4.5.Membuat model matematika berupa SPLDV, SPLTV, dan
SPtLDV dari situasi nyata dan matematika, serta menentukan jawab
dan menganalisis model sekaligus jawabnya.
Indikator

1. Mampu membuat model matematika berupa SPLDV dari situasi


nyata dan matematika.
7
Youuww, 2014, “Penilian Psikomotor”, diakses dari
https://id.scribd.com/document/238388214/Penilaian-Psikomotor , pada tanggal 22 November
2021 , pikul 12.25

24
2. Mampu menyelesaikan model matematika untuk memperoleh
solusi permasalahan yang diberikan.

Tugas:

Mencari permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan materi


sistem persamaan linear dua variabel, dengan aturan:

1. Bersama kelompok yang telah ditentukan, siswa mencari di


internet atau buku sumber lain yang relevan tentang permasalahan-
permasalah yang berkaitan dengan materi sistem persamaan linear
dua variabel kemudian menentukan penyelesaiannya.
2. Siswa harus dapat mengumpulkan minimal 5 permasalahan yang
berbeda untuk setiap kelompok dan maksimal tidak terbatas,
hanya semakin banyak permasalahan dan penyelesaiannya
dikumpulkan oleh siswa, maka semakin besar skor nilai yang
diperoleh kelompok tersebut.
3. Hasil pencarian tersebut disusun menjadi sebuah kliping/makalah
singkat dan dijilid dengan rapih, dan setiap kelompok harus
membuat 1 buah soal dan penyelesaiannya di kertas karton sebagai
bahan presentasi.
4. Batas waktu pengerjaan tugas ± 1 minggu, dan bagi siswa yang
tidak mengumpulkan tepat waktu, maka ada sanksi yang akan
diberikan.
5. Setelah tugas selesai dikerjakan, maka siswa diwajibkan untuk
presentasi di depan kelas, menyampaikan hasil tugas proyeknya.

Validitas Instrumen dan Butir Item Penilaian

Petunjuk:

1. Berilah tanda cek (√) pada kolom KK apabila menurut Anda soal
sesuai dengan indikator.
2. Berilah tanda (√) pada kolom BHS apabila menurut Anda bahasa
yang digunakan dapat dimengerti/dipahami siswa kelas X SMA.

No Soal KK BHS

1. Mencari permasalahan-permasalahan yang √ √


berkaitan dengan materi sistem persamaan linear
dua variabel, dengan aturan:

25
1. Bersama kelompok yang telah ditentukan,
siswa mencari di internet atau buku sumber
lain yang relevan tentang permasalahan-
permasalah yang berkaitan dengan materi
sistem persamaan linear dua variabel
kemudian menentukan penyelesaiannya.
2. Siswa harus dapat mengumpulkan minimal 5
permasalahan yang berbeda untuk setiap
kelompok dan maksimal tidak terbatas, hanya
semakin banyak permasalahan dan
penyelesaiannya dikumpulkan oleh siswa,
maka semakin besar skor nilai yang diperoleh
kelompok tersebut.
3. Hasil pencarian tersebut disusun menjadi
sebuah kliping/makalah singkat dan dijilid
dengan rapih, dan setiap kelompok harus
membuat 1 buah soal dan penyelesaiannya di
kertas karton sebagai bahan presentasi.
4. Batas waktu pengerjaan tugas ± 1 minggu, dan
bagi siswa yang tidak mengumpulkan tepat
waktu, maka ada sanksi yang akan diberikan.
5. Setelah tugas selesai dikerjakan, maka siswa
diwajibkan untuk presentasi di depan kelas,
menyampaikan hasil tugas proyeknya.

Rubrik Penilaian Proyek

Kriteria Skor

 Materi sesuai dengan yang ditugaskan (sistem persamaan 4


linear dua variabel)
 Laporan memuat permasalahan dan jawaban yang benar
serta terinci
 Permasalahan dan jawaban yang diajukan bervariasi (ragam
soal lebih banyak)
 Permasalahan dan jawaban yang dibuat sendiri sama
banyaknya dengan mengambil dari sumber lain (aspek

26
Kriteria Skor

kreatif lebih menonjol)


 Laporan memuat sumber perolehan data (sistem persamaan
linear dua variabel diambil dari internet atau sumber lain)
 Laporan dikumpulkan tepat waktu sesuai dengan
kesepakatan
 Kerjasama kelompok sangat baik
 Materi sesuai dengan yang ditugaskan (sistem persamaan 3
linear dua variabel)
 Laporan memuat permasalahan dan jawaban yang benar
namun belum terinci
 Permasalahan dan jawaban yang diajukan kurang bervariasi
(soal kurang beragam)
 Memuat beberapa permasalahan dan jawaban yang dibuat
sendiri namun tidak sebanyak mengambil dari sumber data
(aspek kreatif kurang menonjol)
 Laporan memuat sumber perolehan data(sistem persamaan
linear dua variabel diambil dari internet atau sumber lain)
 Laporan dikumpulkan tepat waktu sesuai dengan
kesepakatan
 Kerjasama kelompok baik
 Materi kurang sesuai dengan yang ditugaskan (sistem 2
persamaan linear dua variabel)
 Laporan memuat permasalahan dan jawaban yang kurang
benar dan tidak terinci
 Permasalahan dan jawaban yang diajukan kurang bervariasi
(ragam soal tidak banyak)
 Permasalahan dan jawaban ada yang dibuat sendiri namun
tidak sebanyak dengan mengambil dari sumber data (aspek
kreatif kurang menonjol)

27
Kriteria Skor

 Laporan memuat sumber perolehan data (sistem persamaan


linear dua variabel diambil dari internet saja)
 Laporan dikumpulkan tepat waktu sesuai dengan
kesepakatan
 Kerjasama kelompok baik
 Materi tidak sesuai dengan yang ditugaskan (sistem 1
persamaan linear dua variabel)
 Laporan memuat permasalahan dan jawaban yang kurang
benar
 Permasalahan dan jawaban yang diajukan tidak bervariasi
 Tidak ada permasalahan dan jawaban yang dibuat sendiri
 Laporan tidak memuat sumber perolehan data
 Laporan dikumpulkan tidak tepat waktu
 Kerjasama kelompok kurang baik
Tidak melakukan tugas proyek 0

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ranah Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Ranah kognitif ini dibagi menjadi enam : pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Bentuk tes
kognitif, diantaranya: tes/pertanyaan lisan di kelas, pilihan ganda,
uraian obyektif, uraian non obyektif, isian singkat, menjodohkan,
portopolio dan performans.
Penilaian afektif berarti berkenaan dengan menilai sikap dan
perubahan yang terjadi pada tingkah laku peserta didik selama
pembelajaran. Untuk mengetahui hasil dari dimensi afektif dapat
menggunakan instrumen non-tes. Menurut Kochhar (2008:56-63)
untuk menialai sikap atau afektif bisa menggunakan teknik non-tes.

28
Menurut Arifin (2012 : 180) teknik non-tes ini bisa dilakukan
dengan beberapa kegiatan diantaranya yaitu observasi, wawancara,
skala sikap, daftar cek, skala penilaian, angket, studi kasus,
catatan insidental, sosiometri, inventori kepribadian, dan teknik
pemberian penghargaan kepada peserta.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul,
dan sebagainya. Berdasarkan Permendikbud nomor 66 tahun 2013
tentang Standar Penilaian, pendidik menilai kompetensi keterampilan
melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan
tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

B. Saran
Dari beberapa penjelasan di atas tentang teori-teori belajar
behaviorisme dan penyusun makalah ini, Pemakalah menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang di harapkan. Oleh
karena itu Pemakalah mengharap kepada para pembaca saran dan kritikan
yang sifatnya membangun.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm


180
Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah Teaching of History. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia. Hlm 56-63.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. hlm 30.

Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogjakarta: Insan Madani.


Hlm67-69

Suwandi, Sarwiji. 2010. Model Assesmen Dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma


Pustaka, hlm 80
https://id.scribd.com/document/238388214/Penilaian-Psikomotor

http://eprints.umsida.ac.id/6578/1/ASPEK-ASPEK%20EVALUASI
%20PEMBELAJARAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai