Anda di halaman 1dari 18

TES HASIL BELAJAR KOGNITIF

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika

Dosen Pengampu : Nurimani, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Muhammad Ismail Dzikri (20218310028)

2. Raden Mohammad Luluk Herdiawan (20208300012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis akhirnya dapat


menyusun makalah ini, kami berusaha semaksimal mungkin supaya makalah ini
dapat tersusun dengan sebaik-baiknya dan mudah-mudahan kami membuat
makalah ini dapat bermanfaat bagi si pembaca. Kami membuat makalah dengan
judul “TES HASIL BELAJAR KOGNITIF” memiliki arti yang sangat penting
bagi kita semua khususnya para calon guru, dan dapat mengambil manfaatnya.

Dengan kami menyusun makalah ini diharapkan tercipta calon guru yang
tegas, cepat, tanggap dan bertanggung jawab. Pada kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
si pembaca.

Akhirnya kami mohon maaf apabila secara administrasi dan penyusunan


maupun penyajian materi ini ada kekurangan. Kritik dan saran yang sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Bekasi, 10 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

1. Pengertian Tes Hasil Belajar Kognitif 3

2. Aspek Cakupan Tes Hasil Belajar Kognitif 3

3. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar Kognitif dan Teknik Penskorannya 7

4. Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Kognitif 13

BAB III PENUTUP 14

A. Kesimpulan 14

B. Saran 14

Daftar Pustaka 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku
siswa. Peran evaluasi dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting.
Evaluasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk
mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai bagian yang sangat penting dari
sebuah proses pembelajaran, evaluasi dalam proses pembelajaran hendaknya
dirancang dan dilaksanakan oleh guru.
Tes hasil belajar kognitif merupakan tes/ujian yang dilakukan oleh guru
untuk mengukur tingkat pencapaian dan penguasaan siswa dalam aspek
pengetahuan. Kompetensi pengetahuan merefleksikan konsep-konsep keilmuan
yang harus dikuasai oleh siswa melalui proses pembelajaran. Untuk itu, dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai pengertian tes hasil belajar kognitif,
tingkat berpikir kognitif, teknik dan instrumen dalam tes hasil belajar kognitif
serta contoh operasional tes hasil belajar kognitif dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tes hasil belajar kognitif?
2. Apa saja cakupan yang diukur dalam tes hasil belajar kognitif?
3. Bagaimana bentuk-bentuk tes hasil belajar kognitif dan teknik
penskorannya?
4. Bagaimana pelaksanaan tes hasil belajar kognitif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tes hasil belajar kognitif.
2. Untuk mengetahui cakupan yang diukur dalam tes hasil belajar kognitif.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk tes hasil belajar kognitif dan teknik
penskorannya.
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tes hasil belajar kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Tes Hasil Belajar Kognitif


Tes hasil belajar kognitif adalah tes/ujian yang mencakup kegiatan mental
(otak) untuk mengukur tingkat pencapaian dan penguasaan siswa dalam aspek
pengetahuan. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam kognitif. Kognitif berhubungan dengan kemampuan
berpikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi, pengukuran dalam
sekolah berkaitan hanya dengan pecandraan (deskripsi) kuantitatif mengenai
tingkah laku siswa. Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan mengenai baiknya
atau nilai tingkah laku yang diukur. Seperti halnya tes, pengukuran pun tidak
menentukan siapa yang lulus dan siapa yang tidak lulus. Pengukuran hanya
membuahkan data kuantitatif mengenai hal yang diukur.

2. Aspek Cakupan Tes Hasil Belajar Kognitif


Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian
aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif
tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan.
Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila
semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil
pendidikan akan lebih baik. Pengukuran tes hasil belajar kognitif dilakukan
dengan tes tertulis.
Dalam kognitif terdapat enam aspek cakupan yang diukur dalam tes hasil
belajar kognitif, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling
tinggi. Aspek cakupan yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) (C1) adalah kemampuan
seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali
tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau
ingatan ini adalah merupakan proses berpikir yang paling rendah, ini
ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta,
aturan, urutan, metode. Salah satu contoh tes hasil belajar kognitif pada
jenjang pengetahuan adalah: peserta didik dapat menghafal surat al-Ashr,
menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah
satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru pendidikan
agama Islam di sekolah.
2) Pemahaman (Comprehension) (C2) adalah kemampuan seseorang untuk
memahami setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi, ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan. Pemahaman
merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari
ingatan atau hafalan. Salah satu contohnya: peserta didik atas pertanyaan
Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-Ashr secara lancar dan jelas.
3) Penerapan atau aplikasi (application) (C3) adalah kesanggupan seseorang
untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya,
dalam situasi yang baru dan kongkret, ditandai dengan kemampuan
menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun,
menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat
lebih tinggi ketimbang pemahaman. Salah satu contoh tes hasil belajar
kognitif jenjang penerapan misalnya adalah peserta didik mampu
memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam
tersebut di atas, dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
4) Analisis (analysis)(C4) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor lainnya. Ditandai dengan kemampuan membandingkan,
menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan,
mengkategorikan. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang
jenjang aplikasi. Contoh: peserta didik dapat merenung dan memikirkan
dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di
rumah, di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
5) Sintesis (synthesis) (C5) adalah kemampuan berpikir yang merupakan
kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses
yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan,
menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan. Salah
satu contoh tes hasil belajar kognitif pada jenjang sintesis ini adalah:
peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan
sebagaimana telah diajarkan oleh islam.
6) Penilaian/penghargaan/evaluasi (Evaluation) (C6) adalah merupakan
jenjang berpikir paling tinggi dalam kognitif menurut Taksonomi Bloom.
Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan
dan menentukan. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu, nilai atau ide,
misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan
mampu memilih satu pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan
yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Salah
satu contoh tes hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik
mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh
seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau
akibat-akibat negatif seseorang yang bersifat malas atau tidak berdisiplin,
sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa
kedisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Instrumen Tes Hasil Belajar Kognitif

Standar Kompetensi Indikator Aspek Jumlah


Kompetensi Dasar C1 C2 C3 C4 C5 Soal

Penskoran

Aspek Skor Uraian


Pemahaman soal 0 Tidak ada usaha memahami soal
1 Salah interpretasi soal keseluruhan
2 Salah interpretasi sebagian soal
3 Interpretasi soal benar seluruhnya
Penyelesaian soal 0 Tidak ada usaha
1 Penyelesaian soal tidak sesuai prosedur
2 Penyelesaian soal sebagian prosedurnya benar,
namun masih terdapat kesalahan
3 Prosedur sudah tepat
Menjawab soal 0 Tidak ada jawaban
1 Terdapat jawaban namun salah total/tidak ada
label/satuan
2 Ada jawaban, namun sebagian salah/tidak ada
label/satuan
3 Jawaban benar/penyelesaian benar seluruhnya
3. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar Kognitif dan Teknik Penskorannya
1) Tes Lisan di kelas
Pertanyaan yang ditujukan untuk mengetahui daya serap siswa-i secara
merata. Prinsip pertanyaan adalah: mengajukan pertanyaan, memberi
waktu untuk berpikir dan menunjuk siswa untuk menjawab.
2) Bentuk pilihan ganda
Pedoman utama pembuatan butir soalnya menurut Ebel adalah :
a. Pokok soal harus jelas.
b. Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.
c. Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.
d. Tidak ada petunjuk jawaban benar.
e. Hindari pilihan jawaban : semua benar atau semua salah.
f. Pilihan jawaban angka diurutkan.
g. Semua pilihan jawaban logis.
h. Jangan menggunakan negatif ganda.
i. Kalimat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa-i.
j. Bahasa Indonesia yang digunakan baku.
k. Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
3) Bentuk uraian objektif
Bentuk uraian objektif tepat untuk mata pelajaran eksak seperti IPA dan
matematika, karena kunci jawaban hanya satu dan ada skor pada setiap
pengerjaan rumus. Bentuk pertanyaannya adalah : hitunglah, tafsirkan atau
buatlah kesimpulan.
4) Bentuk uraian non objektif
Penilaian tes ini cenderung dipengaruhi oleh subjektifitas dari penilai. Tes
ini menuntut siswa-i untuk mampu menyampaikan, memilih, menyusun
dan memadukan gagasan atau ide yang telah dimiliki dengan kata-katanya
sendiri.
Kelemahan tes ini adalah :
a. Penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas.
b. Memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa lembar jawaban.
c. Cakupan materi yang diujikan sangat terbatas.
d. Adanya effect bluffing (rekayasa).
Dan cara untuk menghindari kelemahan tersebut adalah :
a. Jawaban tiap skor tidak panjang, supaya cakupan materi banyak.
b. Tidak melihat nama siswa-i.
c. Memeriksa setiap jawaban dengan seksama.
d. Menyiapkan pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal bentuk uraian non objektif adalah :
a. Gunakan kata : mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,
hitunglah dan buktikan.
b. Hindari penggunaan pertanyaan : siapa, apa dan bila.
c. Menggunakan bahasa indonesia yang baku.
d. Hindari menggunakan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda.
e. Buat petunjuk mengerjakan soal.
f. Buat kunci jawaban.
g. Buat pedoman penskoran.
5) Bentuk jawaban singkat
Bentuk tes ini ditandai dengan adanya tempat kosong untuk menuliskan
jawaban sesuai petunjuk. Bentuk tes ini meliputi : jenis pertanyaan, jenis
melengkapi atau isian dan jenis identifikasi atau asosiasi. Kaidah utama
penyusunannya adalah :
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Jawaban yang benar hanya satu.
c. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
d. Bentuk soal menggunakan bahasa indonesia baku.
6) Bentuk menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis,
daftar kemungkinan jawaban dan suatu petunjuk untuk menjodohkan
masing-masing premis dengan kemungkinan jawaban. Kaidah pokok
penulisannya adalah :
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari premis.
c. Alternatif jawaban harus “nyambung” atau berhubungan secara logis
dengan premisnya.
d. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
e. Butir soal menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
7) Unjuk kerja atau performance
Penilaian ini disebut juga penilaian autentik atau alternatif, yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa-i dalam menyelesaikan
masalah dalam kehidupan nyata. Penilaiannya menggunakan tes unjuk
kerja. Hasil tesnya digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran,
sehingga kemampuan siswa-i dapat mencapai tingkat yang diinginkan. Tes
ini lebih banyak digunakan untuk mata pelajaran yang ada prakteknya.
8) Portofolio
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa-i, ini adalah salah satu bentuk
penilaian autentik atau yang menilai keadaan sesungguhnya. Hal yang
terpenting adalah mempunyai kemampuan membaca dan menulis yang
lebih luas. Bentuk ujiannya cenderung bentuk uraian dan tugas-tugas
rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang atau
mengerjakan soal. Acuan penilaian portofolio adalah:
a. Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya sendiri.
b. Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.
c. Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.
d. Menentukan kriteria untuk menilai portofolio.
e. Meminta siswa-i untuk menilai secara terus menerus hasil
portofolionya.
f. Merencanakan pertemuan dengan siswa-i yang dinilai.
g. Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio.
Teknik Penskoran Dalam Tes Hasil Belajar Kognitif
Pedoman penskoran tes hasil belajar kognitif adalah :
a. Contoh pedoman penskoran soal bentuk pilihan ganda
1) Penskoran tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan adalah satu untuk tiap
butir yang dijawab benar. Sehingga jumlah skor sesuai dengan banyak
butir yang dijawab dengan benar.
2) Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah :
S
B−
P−1
Skor= ×100
N
B = Banyaknya butir soal yang dijawab benar
S = Banyaknya butir soal yang dijawab salah
P = Banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N = Banyaknya butir soal
b. Contoh pedoman penskoran soal uraian objektif
Indikator : Peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan
mengubah satuan ukurannya.
Soal : Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar
80 cm dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut?

Langka Kunci Jawaban Skor


h
1 Isi balok = panjang x lebar x tinggi 1
2 = 150 cm x 80 cm x 75 cm 1
3 = 900.000 cm3 1
4 Isi bak mandi dalam liter 1
= 900.000/1.000 liter
5 = 900 liter 1
Skor Maksimum 5

c. Contoh pedoman penskoran soal uraian non objektif


Indikator : Siswa-i dapat mendeskripsikan alasan warga negara Indonesia
bangga menjadi bangsa Indonesia.
Soal: Tulislah alasan-alasan yang membuat anda berbangga sebagai
bangsa Indonesia!
Pedoman penskoran adalah : Jawaban boleh bermacam-macam, namun
pokok jawaban tidak keluar dari tema sebagai berikut :

Kriteria Jawaban Rentang Skor


Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam 0–2
Indonesia.
Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan 0–2
tanah air Indonesia. (pemandangan alamnya,
geografisnya, dll)
Kebanggaan yang berkaitan dengan 0–2
keanekaragaman budaya, suku, adat istiadat tetapi
tetap bersatu.
Kebanggaan yang berkaitan dengan 0–2
keramahtamahan masyarakat Indonesia.
Skor maksimum 8

d. Pembobotan soal uraian


Pembobotan soal adalah pemberian bobot pada soal dengan cara
membandingkannya dengan soal lain dalam suatu perangkat tes yang
sama. Bobot setiap soal ada dalam suatu perangkat tes, yang ditentukan
dengan karakteristik tertentu. Rumus untuk menghitung SBS (Skor Butir
a×c
Soal) adalah : SBS=
b
a = Skor mentah yang diperoleh siswa-i untuk butir soal
b = Skor mentah maksimum soal
c = Bobot soal
Setelah memperoleh SBS, selanjutnya dapat menghitung total STP (Skor
Total Peserta Didik), dengan rumus sebagai berikut :
STP = Σ SBS
Contoh 1 = Bobot soal sama dengan skala 0 sampai dengan 100

No. Soal Skor Skor Bobot Soal Skor Bobot


Mentah Mentah Soal
Perolehan Maksimum
(a) (b) (c) (SBS)
01 30 60 20 10,00
02 20 40 30 15,00
03 10 20 30 15,00
04 20 20 20 20,00
Jumlah 80 140 100 60,00 (STP)

Contoh 2 = Bila STP ≠ Total Bobot Soal dan Skala 100

No. Soal Skor Skor Bobot Soal Skor Bobot


Mentah Mentah Soal
Perolehan Maksimum
(a) (b) (c) (SBS)
01 30 60 20 10,00
02 40 40 30 30,00
03 20 20 30 30,00
04 10 20 20 10,00
Jumlah 100 140 100 10,00 (STP)

e. Pembobotan soal bentuk campuran


Soal bentuk campuran terdiri dari bentuk pilihan dan uraian. Pembobotan
soal ditentukan oleh cakupan materi dan kompleksitas jawaban, pada
umumnya soal pilihan ganda berjumlah lebih banyak dan soal uraian lebih
sedikit namun nilainya lebih besar. Cara penilaiannya adalah :
a) Skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban dugaan = (X/20) x 100 =
80.
b) Skor bentuk uraian adalah = (X/40) x 100 = 50.
c) Skor akhir = 0,4 x (80) + 0,6 (50) = 62.

4. Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Kognitif


Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut kegiatan otak termasuk
dalam kognitif. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian
aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi.
Pelaksanaan tes hasil belajar kognitif dilakukan untuk menilai proses dan
hasil belajar peserta didik. Tes oleh pendidik dilakukan dalam bentuk tes harian
dan dapat juga dilakukan tes tengah semester melalui tes tertulis, tes lisan maupun
penugasan. Cakupan tes harian meliputi seluruh indikator dari satu kompetensi
dasar atau lebih, sedangkan cakupan penugasan disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dasar. Nilai pengetahuan diperoleh dari hasil tes harian dan tes akhir
selama satu semester untuk mengetahui pencapaian kompetensi pada setiap KD.
Pelaksanaan tes harian dapat dilakukan setelah pembelajaran satu
kompetensi dasar (KD) atau lebih. Tes harian dapat dilakukan lebih dari satu kali
untuk KD dengan cakupan materi luas, sehingga tes harian tidak perlu menunggu
pembelajaran KD tersebut selesai. Tes akhir pencapaian pengetahuan mata
pelajaran tersebut diperoleh dengan cara merata-ratakan hasil pencapaian
kompetensi setiap KD selama satu semester.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan
dari kegiatan pembelajaran secara umum. Pelaksanaan tes hasil belajar yang
dilakukan secara benar sesuai dengan aturan dalam banyak hal akan menjamin
peningkatan kualitas pembelajaran. Data tes hasil belajar sangat dibutuhkan untuk
menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya. Kognitif
berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
kognitif. Kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi
pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah.

B. Saran
Bagi guru wajib untuk melaksanakan tes hasil belajar kognitif di sekolah-
sekolah karena dapat meningkatkan prestasi peserta didik serta menyusun dan
mengembangkan program pembelajaran selanjutnya. Tes hasil belajar kognitif
juga dapat menumbuhkan sikap yang tegas, cepat, tanggap dan bertanggung jawab
pada guru yang melaksanakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). EVALUASI PEMBELAJARAN. Bandung: Remaja


Rosdakarnya.
Arikunto, S. (1989). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Prof. Drs. Anas Sudjono. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pres.
Sudijon, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
persada.

Anda mungkin juga menyukai