Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan hidayah-Nya lah
tugas membuat makalah mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dengan tema “Pengukuran
Ranah Kognitif” dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi agung Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni
agama islam.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak
sempurnaan dari makalah ini. Dengan demikian penulis mengundang para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih
baik lagi. Terimakasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kesehatan bagi kita semua. Amin ya
robbal’alamin.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Penilaian 3
B. Aspek Ranah Kognitif 4
A. Penilaian Kognitif 6
C. Teknik Penilaian Kognitif 7
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan pendidikan di Indonesia kita tentunya mengenal
istilah evaluasi di dalam dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa setiap jenjang dan jenis
pendidikan dalam setiap periode pendidikan tertentu selalu mengadakan evaluasi. Kegiatan
ini di lakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik di dalam memahami
materi pembelajaran, perkembangan hasil belajar, bakat khusus, minat, hubungan sosial sikap
dan kepribadian siswa atau peserta didik dan juga apakah sudah tepat metode dan materinya
sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.
Akan tetapi dalam realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan saat ini seorang
guru yang terkait langsung dengan pembelajaran tak sedikit yang mengalami kesulitan dalam
memahami sasaran dan obyek penilaian hasil belajar peserta didik, selain itu evaluasi yang di
lakukan seorang evaluator tersebut hanya sebatas penilaian semata. Guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik yang mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia
melaksanakan proses belajar.
Oleh sebab itu salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya
pamahaman mengenai sasaran dan obyek penilaian dalam pembelajaran sehingga jika terjadi
kekurangan ataupun kelemahan didalamnya dapat segera di perbaiki untuk kedepannya agar
tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan pada kurikulum dapat tercapai sesuai yang di
harapkan, kemudian pemakalah akan menguraikan beberapa bagian dari sasaran dan objek
pembelajaran di antaranya mengenai unsur- unsur sasaran penilaian meliputi input,
transformasi, dan output. Kemudian yang menjadi obyek penilaian di antaranya yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dibuat rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa hakikat dari kegiatan penilaian?
2. Apa saja aspek ranah kognitif?
3. Apa pengertian penilaian kognitif?
4. Apa saja teknik penilaian kognitif?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang hakikat penilaian
2. Mengetahui tentang aspek ranah kognitif
3. Mengetahui tentang penilaian kognitif
4. Mengetahui tentang teknik penilaian kognitif
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Penilaian
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan
pembelajaran secara umum. Semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus selalu
diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Kiranya merupakan suatu hal yang tidak lazim
jika terjadi adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tanpa pernah
diikuti oleh adanya suatu penilaian. Tanpa mengadakan suatu penilaian, guru tidak mungkin
dapat menilai dan melaporkan hasil pembelajaran peserta didik secara objektif.
Pada hakikatnya kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk meraih
hasil belajar peserta didik saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan
pembelajaran yang dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari
penilaian terhadap hasil belajar peserta didik itu dapat pula dipergunakan sebagai salah satu
sarana untuk menilai kualitas pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, penilaian juga dapat
dimanfaatkan sebagai umpan balik kegiatan pembelajaran yang selanjutnya.
Pelaksanaan penilaian yang dilakukan secara benar seseuai dengan rambu-rambu
dalam banyak hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Data hasil penilaian
amat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
Penilaian hasil pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses belajar
mengajar. Semua komponen sistem pembelajaran saling memengaruhi dan menentukan satu
dengan yang lain sehingga jika semua komponen berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil
kegiatan penilaian sebelumnya kita akan mengetahui kompetensi apa yang sudah, belum, atau
kurang dikuasai peserta didik dan karenanya dapat dilakukan tindakan selanjutnya yang
sesuai.
Penilaian hasil belajar peserta didik memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai
berikut:
1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
3
7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
9. Dan akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
.
B. Aspek Ranah Kognitif
Ranah Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Indikator
kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah
melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain ranah
afektif dan psikomotorik, hasil belajar yang perlu diperhatikan adalah dalam ranah
kognitif. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya apabila telah terjadi
perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi.
Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai
produk dari proses belajar. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi
yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator
kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan
menggunakan kata kerja operasional aspek kognitif.
Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory
into Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yang diurutkan seperti pada
gambar berikut ini.
Penjabaran keenam tingkat tersebut yaitu:
1. Mengingat (Remembering), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat
(recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus,
dan lain sebagainya. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam
proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah
(problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks.Mengingat meliputi mengenali (recognition)
dan memanggil kembali (recalling) Mengenali berkaitan dengan mengetahui
pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya
tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling)
adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan
tepat.
4
informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau
lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan
dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang
diperbandingkan.
5
6. Menciptakan (Creating), menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan
unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari
sebelumnya. Menciptakansangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada
pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir
kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk
menciptakan. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan
memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang
diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang
merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan
untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat
dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan
masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada
umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan,
pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang
sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus
maka hasil pendidikan lebih baik.
C. Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir
tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian Kompetensi Dasar
pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian kognif dilakukan dengan
berbagai teknik penilaian. Pendidik menetapkan teknik penilaian sesuai dengan
karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan pada
saat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus.
Penilaian kognitif, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan
belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan pengetahuan
peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic). Oleh karena itu, pemberian umpan
balik (feedback) kepada peserta didik oleh pendidik merupakan hal yang sangat penting,
sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran.
Ketuntasan belajar untuk pengetahuan ditentukan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan batas standar minimal nilai Ujian Nasional yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
6
Secara bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan
mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai
bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan
pembelajaran secara umum. Pelaksanaan penilaian yang dilakukan secara benar sesuai
dengan rambu-rambu dalam banyak hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran.
Data hasil penilaian amat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program
pembelajaran selanjutnya. Ranah Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir.
Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory into
Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yaitu mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Penilaian kognitif merupakan
penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai
tinggi. Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-jawab dan
percakapan serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun 2014).
8
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kampus-digital.com/2017/04/makalah-kapsel-pendidikan-kimia.html?m=1