Anda di halaman 1dari 16

PENGUKURAN RANAH KOGNITIF,

AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Assesmen Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu
Dr. Ummu Sholikah, S.Pd., M.Si.

Oleh

1. Anggun Agzistasari 12851221005


2. Eva Riyantika 12851221008

PROGRAM STUDI MAGISTER TADRIS MATEMATIKA


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI
RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
DESEMBER 2021

i
PRAKATA

Segala puji syukur bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan taufiq-Nya kepada seluruh umat manusia, sehingga kita tetap iman
dan Islam, serta komitmen sebagai insan yang haus akan ilmu pengetahuan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi


Penelitian yang diampu oleh Dr. Muniri, M.Pd, dan juga merupakan sebagian dari
syarat yang harus dipenuhi oleh penulis guna lulus mata kuliah Metodologi
Penelitian.
Selesainya penyusunan makalah ini berkat bimbingan dari dosen pengampu,
dan juga berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
a. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
b. Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
c. Dr. Muniri, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian
yang selalu memberikan dorongan semangat dalam mengemban ilmu
pengetahuan selama perkuliahan.
d. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah berjasa mengantarkan penulis untuk mengetahui arti
pentingnya ilmu pengetahuan.
e. Kedua orang tua yang tercinta yang telah memberikan bimbingan, dukungan
moral dan spiritual selama studi, serta senantiasa memberikan kasih
sayangnya yang tidak ternilai harganya.
f. Teman-teman angkatan 2021 program studi Tadris Matematika yang selalu
ada dalam kebersamaan dan bantuannya, baik suka maupun duka selama ini,
serta memberikan motivasi.

ii
Dengan penuh harapan, semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah swt.
dan tercatat sebagai amal shalih. Jazakumullah khoirul jaza’. Akhirnya, makalah
ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca dengan harapan adanya saran dan
kritik yang bersifat konstruktif demi pengembangan dan perbaikan. Semoga karya
ini bermanfaat dan mendapat Ridha Allah SWT. Amin.

Tulungagung, 01 Desember 2021

Penulis

ii
i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


PRAKATA ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengukuran Ranah Kognitif ......................................................................... 1
B. Pengukuran Ranah Afektif ........................................................................... 5
C. Pengukuran Ranah Psikomotorik .................................................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 1
B. Penutup ........................................................................................................ 5
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................ 8

i
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran.
Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran diperlukan evaluasi dan
proses analisis dari evaluasi. Manfaat dari analisis evaluasi untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan pembelajaran dalam rangka meningkatkan proses
pembelajaran.
Tujuan pembelajaran meliputi tiga domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Aspek kognitif dan psikomotor sudah dilaksanakan oleh para
pendidik, sedang aspek afektif belum memperoleh perhatian seperti pada kedua
aspek lainnya. Masalah afektif merupakan hal yang penting, namun
implementasinya masih kurang, karena merancang pencapaian tujuan
pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif. Ranah
afektif harus nampak dalam proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik
oleh karena itu harus dinilai hasil-hasilnya. Hasil belajar kognitif dan
psikomotorik akan optimal jika peserta didik mempunyai kemampuan afektif
tinggi.

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan di atas, makalah ini


akan membahas tentang bagaimana pelaksanaan pengukuran ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pengukuran Ranah Kognitif ?
2. Apa pengertian Pengukuran Ranah Afektif ?
3. Apa pengertian Pengukuran Ranah Psikomotorik ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami Pengukuran Ranah Kognitif.
2. Untuk memahami Pengukuran Ranah Afektif.
3. Untuk memahami Pengukuran Ranah Psikomotorik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengukuran Ranah Kognitif


Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah
dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 1

Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah


termasuk dalam ranah kognitif. 2 Ranah kognitif ini menekankan pada
pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Dalam paradigma
lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan
cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang
direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian
dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan. Secara detail
aspek-aspek pada ranah kognitif adalah sebagai berikut: 3

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat


kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,
rumus-rumus, konsep, fakta dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunakannya. 4 Kata-kata kerja operasional yang
digunakan, yaitu: mendefinisikan, mendiskripsikan, mengidentifikasikan,
mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan
memproduksi. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang
paling rendah.

Contoh kasusnya seperti pernyataan bahwa cara siswa membentuk


pengetahuan siswa bisa dengan melihat cara siswa untuk menghafalkan
surat pendek, seperti cara yang di ulang-ulang sampai membentuk pola
bayangan hafalan dalam diri peserta didik. 5

1
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Megajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya:2011), 22
2
Ibid. 22
3
Ibid. 22
4
Isa Anshori, Evaluasi Pendidikan, (Sidoarjo: Muhammadiyah University Press, Cet pertama 2004), 35
5
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. (Yogyakarta: Pustaka Bealar.2010)hlm.145
6
b. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau


memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahuidan diingat. Dengan kata
lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya
dari berbagai segi. Kemampuan ini menuntut siswa memahami atau
mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus meng-
hubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi
tiga, yakni: (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, (c)
mengeekstrapolasi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih
rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata- katanya sendiri.

Kata-kata operasional yang digunakan, yaitu: memperkirakan,


menduga, menyimpulkan, membeda- kan, menentukan, mengisi,
memperhitungkan dan menarik kesimpulan.Pemahaman merupakan
jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau
hafalan.

c. Penerapan (application)

Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau


menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-
prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru
dan kongkret.6

Kata-kata operasional yang digunakan: mengubah, menghitung,


mendemostrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan dan menggunakan. Penerapan ini adalah
merupakanproses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau


menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Analisis
6
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:Remaja Rosdakarnya, 2009), 21
7
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: (a) analisis unsur, (b)
analisis hubungan, (c) analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi.

Kata-kata operasional yang digunakan: memperinci,


mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubung- kan, memilih dan
memisahkan.Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang
jenjang aplikasi. Contoh kegiatan belajar: merumuskan masalah,
membuat grafik, mengkaji ulang, mengidentifikasi faktor penyebab.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakankebalikan dari


proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian- bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk
pola baru.

Kata operasional yang digunakan: menkatagorikan,


memodifikasikan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun,
membuat design, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan. Jenjang
sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.

f. Penilaian (evaluation)

Penilaian adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam


ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini
merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan
pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif ini tidak


sama dengan mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif.
Mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif menyangkut masalah
“benar/salah” yang didasarkan atas dalil, hukum, prinsip pengetahuan,
sedangkan mengevaluasi dalam aspek afektif menyangkut masalah
“baik/buruk” berdasarkan nilai atau norma yang diakui oleh subjek yang
bersangkutan. Kata-kata operasional yang digunakan: menafsirkan,
menentukan, menduga, mempertimbangkan, membenarkan dan
8
mengkritik.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang


mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut.

Melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang


diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek
kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit
penerapan. Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi
dalam kawasan kognisi, hasil belajar kognitif tidak merupakan
kemampuan tunggal melainkan kemampuan yang menimbulkan
perubahan perilaku dalam domain kognitif yang meliputi beberapa
jenjang atau tingkat.7 Ranah kognitif dapat diukur melalui dua cara yaitu
dengan tes subjektif dan objektif.

B. Pengukuran Ranah Afektif

Penilaian ranah afektif belum mendapat porsi yang seimbang


dibandingkan dengan penilaian ranah kognitif dan psikomotor. Kenyataan
di lapangan sebagian pendidik dalam menilai ranah ini kurang
memperhatikan rambu-rambu serta pedoman yang telah diterbitkan oleh
pemerintah. Oleh karena itu penilaian ranah afektif harus dilakukan secara
objektif dan proporsional yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahan-perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif
tingkat tinggi. 8 Ada beberapa jenis karakteristik tipe afektif yaitu, sikap,
minat, konsep diri, dan moral. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka

7
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:Remaja Rosdakarnya, 2009), 21
8
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. (Yogyakarta: Pustaka Bealar.2010),144
9
atau tidak suka terhadap objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara
mengamati dan meniru sesuatu yang positif. Penilaian sikap adalah
penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran, pendidik dan sebagainya.

b. Minat

Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman


yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian
(getzel, 1966)

c. Konsep diri

Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap


kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas
konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini
penting untuk menentukan jenjangkarir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri dapat dipilih alternatif
karir yang tepat bagi peserta didik.

d. Nilai

Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh
individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan (Tyler, 1973:7).
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu
seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.

e. Moral

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap


kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan
diri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan
seseorang.

Pengukuran ranah afektif dilakukan melalui metode observasi dan


metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada
asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau
perbuatan yang ditampilkan dan atau reaksi psikologi. Metode laporan
diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah

1
0
dirinya sendiri.

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,


karena dalam ranah afektif ada lima tingkatan kemampuan yang diukur
yaitu:receiving, responding, valuing, organization, dan characterization.9

a. Receiving (menerima)
Receiving adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah,
situasi, gejala dan lain sebagainya. Termasuk dalam jenjang ini misalnya
adalah kesadaran unutk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi
gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,
kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian. Contohnya mengarahkan
pada kegiatan gemar membaca buku.

b. Responding (jawaban)
Responding yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar. Pada tingkat ini peserta didik tidak hanya
memperhatikan fenomena, tetapi ikut bereaksi. Satu tingkat lebih
tinggi dari sekedar mau menerima yaitu mau menanggapi, berarti ada
aktivitas yang dilakukan. Aktivitas tersebut menunjukkan sikapnya yang
ada dalam hati sanubari-nya. Contohnya mau mengikuti peraturan, mau
memberikan pendapat, berdialog menunjukkan rasa senang.

c. Valuing (menilai)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga
apabila apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa
kerugian atau penyesalan. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan
dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal dengan jelas.
Sikap menghargai ditunjukkan dengan adanya perhatian yang mendalam,
memprakarsai suatu kegiatan, menunjukkan sikap yakin dan mau bekerja
sama.

d.Organization (organisai)

9
Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, (Sidoarjo: Muhammadiyah University Press, Cet kedua,
2009), 39
1
1
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan, yang dinyatakan
dalam pengembangan suatu perangkat nilai. Sikap mau melibatkan diri
pada taraf ini diperlihatkan dengan mau melibatkan diri secara aktif,
bertanggung jawab dari tenaga pikiran untuk sesuatu yang telah diyakini.
Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses
belajar mengajar berlangsung.

e. Characterization (karakterisasi)

Karakteristik nilai atau Pembentukan pola hidup Mencakup


kemampuan untuk menghayati nilai-nilaikehidupan sehari-hari sehingga
pada dirinya dijadikan pedoman yang nyata dan jelas dalam berbagai
bidang kehidupan. Tanda- tanda seseorang telah mencapai jenjang ini
adalah mau melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diyakini secara
mandiri, dengan menunjukkan ketekunan, ketelitian dan disiplin yang
tinggi dimana saja dan kapan saja.Suatu nilai/sistem nilai telah menjadi
karakter, Nilai-nilai tertentu telah mendapat tempat dalam hirarki nilai
individu, diorganisasi secara konsisten, dan telah mampu mengontrol
tingkah laku individu

Di bawah ini akan disampaikan tabel yang memuat masing-masing


domain yang disertai dengan kata kerja operasional sebagai tuntunan dalam
merumuskan tujuan pembelajaran dan indikator.
Tabel 2.1 Domain Afektif
Tingkat Domain Kata Kerja Operasional
Afektif
Kemauan mengikuti, memperhatikan, menayakan,
menerima menjawab, memilih dan menunjukkan
Kemauan merespon menyambut, mengemukakan, meyesuaikan,
menuliskan, menyetujui, memperbincangkan
Penghargaan mengusulkan, memprakarsai, menghendaki,
mengakui dengan tulus
Pengorganisasian mengintegrasikan, mempertahankan,
menyelaraskan dan menimbang-nimbang
Karakterisasi teguh dalam pendirian, konsisten dalam
bertindakdan mempunyai keyakinan diri
Salah satu bentuk keterampilan afektif adalah apabila peserta didik

1
2
menulis atau memberikan suatu pujian sebagai respon terhadap siswa lain yang
telahmelakukan kegiatan yang positip atau memperoleh prestasi tertentu.

Dalam melaksanakan penilaian pada ranah afektif hendaknya juga


mengacu pada kompetensi dasar yang tercantum pada silabus pada masing-
masing mata pelajaran. Berikut langkah-langkah dalam menyusun instrumen
penilaian afektif: 10

a. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai guru, misalnya sikap dan minat
terhadap suatu materi pelajaran.

b. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui


bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran.

c. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk


mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi
pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau ketidakhadiran di kelas;
(2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, misalnya apakah
suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan guru,
dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu
mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan
bahan belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut.

d. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala


Likert, berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang
berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5) sangat berminat.

e. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk


kuisioner) berdasarkanindikator dan skala yang telah ditentukan.

f. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft
instrumen penilaian ranahafektif yang telah dibuat.

g. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan


rekan sejawat, bila memang diperlukan.

h. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori


laporan diri yang diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket)
tersebut.

10
Jenny Indrastoeti S, Asesmen dan evaluasi pembelajaran sekolah dasar, (Surabaya: Universitas sebelas
maret, 2017), 27
1
3
i. Pemberian skor inventori kepada siswa.

j. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran.

Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian


afektif adalah skala Thurstone, skala Likert, dan skala Semantik.

a. Contoh skala Thurstone: Minat terhadap pelajaranmatematika

Pernyataan 6 5 4 3 2 1
Saya senang belajar matematika
Pelajaran matematika bermanfaat
Pelajaran matematika
Membosankan
b. Contoh skala Likert: Minat terhadap pelajaran matematika

No Pernyataan SS S TS STS
1 Pelajaran matematika
Bermanfaat
2 Pelajaran matematika sulit

3 Tidak semua harus belajar


matematika
4 Sekolah saya
menyenangkan
Keterangan:
SS : sangat setuju
S : setuju
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju

c. Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa Minat membaca


Nama Pembelajar: ......................................
No Deskripsi Ya/Tidak
1 Saya lebih suka membaca dibandingkan
dengan melakukan hal lain
2 Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari
buku yang saya baca
3 Saya lebih banyak membaca untuk mengisi
waktu luang saya

1
4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah
dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Secara detail
aspek-aspek pada ranah kognitif adalah sebagai berikut: (a) Pengetahuan
(knowledge), (b) Pemahaman (comprehension), (c) Penerapan (application),
(d) Analisis (analysis), (e) Sintesis (syntesis), (f) evaluasi (evaluation).
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahan-perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif
tingkat tinggi. Ranahafektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif ada lima tingkatan kemampuan yang diukur
yaitu: receiving, responding, valuing, organization, dan characterization.

1
5
DAFTAR RUJUKAN

Isa Anshori, Evaluasi Pendidikan, Sidoarjo: Muhammadiyah University Press,


Cet pertama 2004.
Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, Sidoarjo: Muhammadiyah
University Press, Cet kedua, 2009
Jenny Indrastoeti S, Asesmen dan evaluasi pembelajaran sekolah dasar,
Surabaya: Universitas sebelas maret, 2017.
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Megajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya:2011.

Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Bealar.2010.

Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Bealar, 2010.


Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarnya, 2009.

1
6

Anda mungkin juga menyukai