Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PRESPEKTIF KURIKULUM 2013


(PENILAIAN AUTENTIK)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Pendidikan IPA yang Diampu

Oleh Bapak Habidin dan Ibu Yayuk Mulyati

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Farikhatul Mutma'innah (190351620433)


2. Lutfi suhad ariantana (190351620447)
3. Wulidah Ainur Rokhmah (190351620453)
4. Zulfahma Noor Azizah (190351620487)

Offering B Angkatan 2019

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Maret 2021
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………………...i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..ii

PENDAHULUAN.................................................................................................................iii

PEMBAHASAN.....……………………………………………………………………...…4

A. Konsep Penilaian Autentik...........................………………………………………..4


1. Pengertian Penilaian Otentik................................................................................4
2. Definisi dan Makna Asesmen Otentik.................................................................4
3. Pentingnya Asesmen Otentik...............................................................................7
B. Karakteristik, Tujuan, dan Prinsip Penilaian Auntentik.........………………………8
C. Karakteristik Penilaian Menurut Kurikulum 201……………...................................12
D. Pelaksanaan Penilaian Autentik untuk Meningkatkan Presentasi Siswa....................13

PENUTUP.........…………………………………………………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA………..……………………………………………………………...16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan seperangkat perencanaan dan pengaturan tentang
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang dipakai menjadi panduan
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk
mengukur kadar ketercapaian kurikulum pada jenjang sekolah, khususnya yang
meliputi tujuan dan isi, penilaian terhadap capaian hasil pembelajaran wajib
dilakukan.
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur
apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi
kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga
penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan
aktivitas autentik yang dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh
kemampuan siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka dapat di ranah yang lebih luas.
Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara
keseluruhan hasil belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar
bukan melulu hasil tetapi juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain
sistem penilaian seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar,
karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan lebih dihargai. Berdasarkan uraian
pada latar belakang, penyusun tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul
”Penilaian Autentik (Authentic Assessment)”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari Penilaian Otentik?
2. Bagaimana Karakteristik, tujuan dan prinsip dari penilaian otentik?
3. Bagaimana karakteristik penilaian menurut kurikulum 2013?
4. Bagaimana pelaksanaan penilaian aotentik untuk meningkatkan prestasi siswa?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui konsep dari penilaian Otentik
2. Mahasiswa mengetahui karakteristik, tujuan dan prinsip dari penilaian otentik
3. Mahasiswa mengetahui karakteristik penilaian menurut kurikulum 2013
4. Mahasiswa mengetahui pelaksanaan penilaian autentik untuk meningkatkan
prestasi siswa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Penilaian Otentik

1. Pengertian Penilaian Otentik


Sesuai dengan karakteristiknya penerapan kurikulum 2004 diiringi oleh sistem
penilaian sebenarnya, yaitu penilaian berbasis kelas. Pendekatan penilaian itu disebut
penilaian yang sebenarnya atau penilaian otentik (authentic assesment). Penilaian otentik
adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: 172).
Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar
siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data
yang dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam
belajar, guru segara bisa mengambil tindakan yang tepat.
Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses
pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran
seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti EBTA/Ebtanas/UAN), tetapi
dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran
(Nurhadi, 2004: 168).
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assesment) bukanlah untuk
mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan
pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan
ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran
(Nurhadi, 2004: 168).
2. Definisi dan Makna Asesmen Otentik
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen
merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik
merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian
autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik,
tidak lazim digunakan. Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara
signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika
menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik,
guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas
mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen
autentik, berikut ini dikemukakan beberapa definisi.

 Dalam American Librabry (1996), Association asesmen autentik didefinisikan sebagai


proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta
didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran.
 Dalam Newton Public School, (1998), asesmen autentik diartikan sebagai penilaian
atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata
peserta didik.
 Wiggins (1993), mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas
kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan
dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan
membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan
antarsesama melalui debat, dan sebagainya.

a. Asesmen Otentik dan Tuntutan Kurikulum 2013


Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka
dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan
dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah
dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Kata lain dari asesmen autentik adalah
penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Asesmen autentik adakalanya
disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses
dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang
mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.
Asesmen autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau
ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil
pembelajaran.
Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan
standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat
jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses
pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara
akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau
guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan
siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar
lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka
sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan
pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen
autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan,
kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. Asesmen autentik
mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi
dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu
merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi
pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan
berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka
lakukan.
Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh
peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka
sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar
itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk
materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

b. Asesmen Autentik dan Belajar Autentik


Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut
Ormiston (1995), belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang
dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan
pada umumnya.
Asesmen semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan mereka secara nyata
menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Contoh asesmen
autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan mengaplikasikan atau
menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran, portofolio,
memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.
Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut
Ormiston (1998), belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang
diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.
Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.
1) Pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan
hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja.
2) Penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja
yang kompleks.
3) Analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas
perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk
menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski
dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif
dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna
bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi
dengan pendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya
satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia
nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas
apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki
parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi,
mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan
mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi
“guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga
pada penilaian.
Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi
kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini.
1) Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta
desain pembelajaran.
2) Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan
pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk
melakukan akuisisi pengetahuan.
3) Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan
mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4) Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas
dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

3. Pentingnya Asesmen Otentik


Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun
1990an. Wiggins (1993), menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk
mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain
telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya.
a. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata
mereka di luar sekolah atau masyarakat.
b. Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna
kurikulum, karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta
didik.
c. Ketika asesmen tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu
menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat
sikap, keterampilan, dan kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak
mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula asesmen autentik memperoleh traksi
yang cukup kuat.
Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti:
1) Menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum
2) Pembelajaran di kelas tertentu.
Data asesmen autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun
kuantitatif.
1) Analisis kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian
hasil belajar peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan,
motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya.
2) Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar
cek (checklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap
kriteria dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya:
sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir).
3) Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan
skor keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains
Nasional.

B. Karakteristik, Tujuan, dan Prinsip Penilaian Otentik


1. Karakteristik Penilaian Otentik
Dalam Penilaian Autentik tidak hanya memperhatikan beberapa aspek yang sudah tetera,
namun juga harus memperhatikan beberapa variasi instrument serta alat tes yang harus tetap
memperhatikan beberapa langkah dari input, proses dan output peserta didik.
Adapun ciri-ciri penilaian autentik (Kunandar, 2013) adalah:
a. Harus mengkur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.
Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek
kinerja (performance) serta karya yang dihasilkan.
b. Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Artinya, dalam penilaian guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap
kemampuan dan atau kompetensi proses peseta didik setelah melakukan kegiatan
pembelajaran.
c. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan penilaian
terhadap peserta didik menggunakan berbagai teknik sesuai tuntutan kompetensi,
serta menggunakan berbagai sumber ataupun data yang bisa digunakan sebagai
sumber penilaian.
d. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam melakukan
penilaian terhadap pencapain kompetensi tertentu harus secara komprehensif yang
tidak mengandalkan tes semata.
e. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian
kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan
pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.
f. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik,
bukan keluasannya (kuantitas). Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap
pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi
tertentu secara objektif.
Untuk lebih lanjut karakteristik penilaian autentik diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bisa digunakan untuk penilaian formatif dan sumatif
b. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
c. Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
d. Penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran.
Sedangkan Nurhadi (2004), mengemukakan bahwa karakteristik authentic assesment adalah
sebagai berikut:
a. Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience)
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
c. Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi
d. Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
e. Berkesinambungan
f. Terintegrasi
g. Dapat digunakan sebagai umpan balik
h. Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas
2. Tujuan Penilaian Otentik Tujuan penilaian otentik itu sendiri,
Tujuan dari penilaian autentik menurut Kunandar diantaranya sebagai berikut:
a. Melacak kemajuan siswa Guru dapat melacak kemjuan siswa dengan melakukan
penilaian. Untuk melihat hasil belajar siswa meningkat ataukah menurun. Selain itu
guru jga dapat menyusun profil siswa terkait hasil yang dicapai secara periodic.
b. Mengecek ketercapaian kompetensi siswa Guru dapat melakukannya dengan
menggunakan penilaian bagi siswanya apakah sudah mencapai kompetensi sesuai
yang diharapkan atau belum. Sehingga dengan mengetahui itu nanti guru mampu
mengambil tindakan bagi siswa yang tertinggal yang belum mampu mencapai
kompetensi siswa sesuai taget.
c. Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai siswa Guru dapat mendeteksi apa yang
belum dikuasai siswa sehingga guru dapat mengambil tindakan tertentu yang sesuai
dengan kondisi untuk mencapai kompetensi yang bisa dicapai siswa, baik
memperbaiki teknik, taktik, gaya, metode maupun strategi pembelajaran untuk
meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar yang menarik dan mudah dipahami
siswa.
d. Menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi siswa Hasil penilaian dapat digunakan
sebagai dasar bagi guru dalam memberikan umpan balik kepada siswa untuk
perbaikan siswa yaitu sebagai bahan acuan untuk memperbaiki hasil belajar siswa
yang masih rendah.
Menurut Daryanto dan Herry Sudjendro menyatakan bahwa penilaian autentik memiliki
beberapa tujuan diantaranya:
a. Menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu,
b. Menentukan kebutuhan pembelajaran,
c. Membantu dan mendorong siswa,
d. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik,
e. Menentukan strategi pembelajaran,
f. Akuntabilitas lembaga, dan
g. Meningkatkan kualitas pendidikan.
Terkait pendapat dari beberapa ahli diatas, maka tujuan dari penilaian autentik dapat
dinyatakan bahwa tujuan penilaian autentik pada dasarnya adalah untuk mengetahui daya
serap siswa dalam pembelajaran dan keberhasilan guru dalam pembelajaran. Tujuan tersebut
dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian tentang
pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran tematik.
3. Prinsip-prinsip Penilaian Otentik
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan berhasil dengan baik apabila dalam pelaksanaannya
berpegang pada prinsip. Adapun prinsip-prinsip Penilaian Autentik diantaranya ada
tiga,yaitu: prinsip keseluruhan, prinsip keseimbangan,dan prinsip objektivitas. Dalam
penilaian autentik, gambaran perkembangan belajar siswa harus diketahui oleh guru agar
guru mengetahui proses belajar yang telah terlaksana. Sebab apabila data yang dikumpulkan
guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan belajar, maka guru bisa
mengambil tindakan yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip yang berlaku diantaranya:
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Adapun prinsip lainnya yaitu:
a. Penilaian harus mengukur semua aspek pembelajaran, mulai dari proses, kinerja dan
produk.
b. Penilaian dilaksanakan selama dan sudah proses pembelajaran berlangsung.
c. Menganut berbagai cara dan sumber.
d. Tes merupakan salah satu alat pengumpulan data penilaian .
e. Tugas harus sesuai kehidupan nyata siswa yang dialami.
f. Mengacu pada kemampuan.
g. Proses berkelanjutan.
h. Didaktis (tes dan non tes).
i. Menggali informasi (keputusan dan umpan balik).
Menurut Kokom Komalasari, menjelaskan bahwa prinsip-prinsip penilaian autentik antara
lain:
a. Validitas, yaitu penilaian autentik dapat menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi siswa.
b. Reliabilitas, yaitu penilaian autentik memiliki konsistensi (keajegan) hasil penilaian.
Suatu misal, guru melakukan penilaian secara unjuk kerja penilaian akan sama jika
dilakukan berulang kali dengan keadaan yang relatif sama.
c. Menyeluruh, yaitu penilaian autentik dilakukan secara menyeluruh yang mencakup
semua kompetensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
d. Berkesinambungan, yaitu penilaian autentik dilakukan secara terencana, bertahap, dan
terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi siswa dalam
kurun waktu tertentu.
e. Objektif, yaitu penilaian autentik harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang
jelas dalam pemberian skor. f. Mendidik, yaitu proses dan hasil dalam penilaian
autentik dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran
bagi guru, meningkatkan kualitas belajar, dan membina siswa agar tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Menurut Santoso Prinsip-prinsip penilaian autentik adapun sebagai berikut:
a. Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
c. Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta mendeteksi
kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses
pembelajaran.
d. Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik telah
mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.
Adapun prinsip lain diantaraya yaitu:
a. Evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran.
b. Evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif.
c. Evaluasi harus dilaksanakan secara komprehensif.
d. Evaluasi harus dilaksanakan secara terus menerus .

C. Karakteristik Penilaian menurut Kurikulum 2013


Sistem penilaian pada kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik, yaitu belajar tuntas,
otentik, berkesinambungan, penggunaan teknik yang bervariasi, serta berdasarkan acuan
kriteria yang telah ditetapkan.
1. Belajar tuntas
Pada kompetensi dasar kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), siswa
dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya hingga benar-benar tuntas sesuai prosedur
dan hasil yang baik sehingga siswa tidak diperkenankan untuk mengerjakan pekerjaan
selanjutnya. Kesimpulan dari belajar tuntas ialah siswa dapat belajar apapun,
meskipun waktu yang dibutuhkan untuk memahami materi yang sama itu berbeda
durasinya
2. Otentik
Penilaian secara otentik berdasarkan pendekatan saintifik, diharapkan peserta didik
dapat menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari dengan apa yang
terjadi di dunia nyata. Penilaian ini tidak hanya mengukur apa saja yang diketahui
oleh siswa namun apa yang dapat dilakukan oleh siswa
3. Berkesinambungan
Maksud tujuan dari berkesinambungan adalah untuk mendapatkan gambaran yang
utuh dan sesuai tentang perkembangan hasil belajar siswa, kemajuan, proses yang
dilakukan, perbaikan hasil, dan beberapa ulangan atau ujian
4. Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan siswa dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditentukan, misalnya
KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang dientukan oleh satuan Pendidikan terkait.
Jadi kemampuan siswa tidak dibandingkan langsung dengan kelompoknya yang bila
mana dapat terjadi kerancuan dalam penilaian.
5. Menggunakan Teknik penilaian yang bervariasi
Penilaian tidak melulu melalui tes tulis, namun bisa juga dengan tes lisan, proyek
belajar, pengamatan, penilaian diri sendiri atau refleksi, dan produk atau yang lainnya.
Guru perlu menyesuaikan karakteristik dari masing-masing pencapaian kompetensi
yang akan dicapai.

Berdasarkan karakteristik yang telah disebutkan, maka dapat diperhatikan pada


pelaksanaan penilaian dalam kegiatan pembelajaran mengenai instrument penilaian
yang bervariasi sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Selain itu, aspek
kemampuan belajar dinilai secara baik dan lengkap yang meliputi beberapa aspek
penilaian kemudian penilaian juga dilakukan terhadap kondisi mula-mula, proses
hingga akhir terkait sikap dan keterampilan.

D. Pelaksanaan penilaian Otentik unutuk meningkatkan Prestasi Siswa


1. Pelaksanaan penilaian Otentik
Pada pelaksanaan penilaian otentik ini dapat dilakukan dengan berbagai jenis
penilaian, diantaranya adalah:
Tes standar prestasi,Tes buatan guru, Catatan kegiatan, Catatan anekdot, Skal,
sikap, Catatan Tindakan, Konsep pekerjaan, Tugas individu, Tugas kelompok
atau kelas, Diskusi, Wawancara, Catatan pengamatan, Peta perilaku, Portofolio,
Kuesioner, Pengukuran sosiometri (santoso, 2004)
2. Dasar dasar penilaian prestasi siswa
Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar penilaian prestasi siswa menurut
Nurhadi (2004: 174), adalah sebagai berikut:
Proyek/kegiatan dan laporannya , Hasil tes tulis, Portofolio, Pekerjaan rumah,
Kuis, Karya siswa, Presentasi atau penampilan siswa, Demonstrasi, Laporan,
Jurnal, Karya tulis, Kelompok diskusi , dan Wawancara
3. Bentuk jenis-jenis unutk Operasional Asesmen Otentik
a. Penilaian performance
Penilaian ini bertujuan untuk membangun respon siswa, misalnya dalam
hal berbicara dan menulis . terdapat beberapa kareakteristik penilaian
pesformansi yaitu sebagai berikut:
1) Respon yang dibangun
2) Pemikiran tingkat tinggi
3) Keontentika
4) Terpadu
5) Proses dan produk
6) Kedalaman dan keluasan
b. Penilaian kinerja
Penilian ini mengacu pada proses dan aspek-aspek yang akan dinilai.
Penilian kinerja ini memerlukan pertimbangan pertimbangan khusus
diantaranya adalah
1) Langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis
kompetensi tertentu.
2) Ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai.
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta
didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
4) Fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator
esensial yang akan diamati.
5) Urutan dari kemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan
diamati
Dalam penilaian ini terdapat bentuk bentuk atau cara unutuk merekan
hasil penilian berbasis kinerja
1) Daftar cek (ceklist)
Unutk mengtahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu
dari indicator atau sub indicator yang harus muncul dari sebuah
peristiwa atau Tindakan.
2) Catatan anekdot/narasi
Menulis narasi tentang apa yang telah peserta didik lakukan
dalam sebuah Tindakan. Dalam narasi ini guru dapat
menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standarat
yang diterapkan.
3) Skala penilian
Biasanya menggunakan skala numerik unutk memeberikan
penilaian contohnya adalah 5= baik sekali, 4= baik, 3 = cukup
dan lain lain
4) Memori atau ingatan
Menggunakan inofrmasi dari memerinya unutk menentnukan
apakah peseta didik berhasil atau belum sesuai memoori dari
pendidik tersebut.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam
berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian
kemampuan tertentu, antara lain:
1) Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari
aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat
mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato,
berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh
keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud.
2) Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan
alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku,
pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
3) Penilaian-diri (self assessment), termasuk dalam rumpun
penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik
penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Dalam penilaian diri ini dapat berupa penilaian sikap, penilaian
ketrampilan, dan penilaian pengetahuan.

c. Penilaian proyek
Kegiatan penilaian terhadap tugas tang harus diselesaikan oleh siswa pada
periode tertentu. Tugas yang dapat diberikan pada unutk penilaian peserta
didik ini dapat berupa investigasi peserta didik, muulai dari perencanaan
m pengumpulan data, pengirganisasian,pengolahan, analisism dan
penyajian data.
Tiga hal yang harus diperhatikan oleh pendidik pada penilian proyek ini
1) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna
atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
2) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik.
3) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang
dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
d. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak
yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia
nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik
secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan
refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
seperti berikut ini.
1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2) Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio
yang akan dibuat.
3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah
bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
e. Penilaian tertulis
Tes tertulis ini terdiri kegiatan memilih atau menyuplai jawaban dan
uraian
1) Memilih jawaban memiliki beberapa kenis yaitu pi;ihan
ganda,mpilihan benar salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-
akibat
2) Mensuplai jawaba terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban
singkat atau penden dan uraian atau esai.
Pada tes tertulis uraian atu esai ini menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan sebagainya atas
materi yang telah di peroleh. Pada tes tertulis berbentuk uraian
ini memungkinkan jawaban para peserta didik berbeda namun
tetap memiliki kesempatan memperoleh nilai sama.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat
bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen
merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik
merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Untuk lebih lanjut karakteristik penilaian autentik diantaranya adalah sebagai berikut:
Bisa digunakan untuk penilaian formatif dan sumatif, mengukur keterampilan dan
performansi, bukan mengingat fakta, menggunakan bermacam-macam instrumen,
pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran.
Tujuan dari penilaian autentik menurut Kunandar diantaranya sebagai berikut:
Melacak kemajuan siswa Guru dapat melacak kemjuan siswa dengan melakukan penilaian.
Untuk melihat hasil belajar siswa meningkat ataukah menurun. Selain itu guru jga dapat
menyusun profil siswa terkait hasil yang dicapai secara periodic, mengecek ketercapaian
kompetensi siswa Guru dapat melakukannya dengan menggunakan penilaian bagi siswanya
apakah sudah mencapai kompetensi sesuai yang diharapkan atau belum. Sehingga dengan
mengetahui itu nanti guru mampu mengambil tindakan bagi siswa yang tertinggal yang
belum mampu mencapai kompetensi siswa sesuai taget, dll.
Adapun prinsip-prinsip Penilaian Autentik diantaranya ada tiga,yaitu: prinsip
keseluruhan, prinsip keseimbangan,dan prinsip objektivitas. Dalam penilaian autentik,
gambaran perkembangan belajar siswa harus diketahui oleh guru agar guru mengetahui
proses belajar yang telah terlaksana
Sistem penilaian pada kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik, yaitu belajar
tuntas, otentik, berkesinambungan, penggunaan teknik yang bervariasi, serta berdasarkan
acuan kriteria yang telah ditetapkan. Diantaranya adalah belajar tuntas, autentik,
berkesinambungan, berdasarkan acuan kriteria, menggunakan Teknik penilaian yang
bervariasi.
Pada pelaksanaan penilaian otentik ini dapat dilakukan dengan berbagai jenis
penilaian, diantaranya adalah: Tes standar prestasi,Tes buatan guru, Catatan kegiatan, Catatan
anekdot, Skal, sikap, Catatan Tindakan, Konsep pekerjaan, Tugas individu, Tugas kelompok
atau kelas, Diskusi, Wawancara, Catatan pengamatan, Peta perilaku, Portofolio, Kuesioner,
Pengukuran sosiometri.
DAFTAR ISI
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2016. Revisi Kurikulum 2013: Implementasi Konsep &
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Kurniasih, Imas dan Sani Berlin. 2016. Revisi Kurikulum 2013: Implementasi Konsep dan
Penerapan. Jakarta: Kata Pena.
Kokom Komalasari. 2013. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT
Refika Aditama.
Asrul, Ananda, R., & Rosinta. (2014). Evaluasi Pembajalaran. In Ciptapustaka Media.
Ratnawulan, Elis. 2014. EVALUASI PEMBELAJARAN Dengan Pendekatan Kurikulum 2013.
Bandung : Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai