3 Rencana Aksi
Petunjuk Pengisian/ Penjelasan LK 2.3
LK 2.3 Rencana Aksi berisi desain atau rancangan perangkat pembelajaran yang berfokus pada tiga
komponen utama yaitu tujuan, bukti penilaian, dan kegiatan belajar termasuk di dalamnya asesmen
formatif. Rancangan ini disusun berdasar backward design dalam konsep Understanding by Design (UbD)
dalam bahan bacaan MK ini.
Kolom (1) diisi dengan tujuan pembelajaran yang diturunkan dari CP atau KD (sesuai dengan kurikulum
yang digunakan di sekolah untuk jenjang tertentu). Perumusan tujuan sebaiknya mencakup dua
komponen yaitu kompetensi dan lingkup materi. Perumusannya dapat dilakukan dengan tiga
cara. Pertama, merumuskan langsung berdasar CP. Kedua, merumuskan dengan menganalisis
kompetensi dan lingkup materi. Ketiga, merumuskan lintas CP. Contoh alternatif perumusan dapat
dilihat pada lampiran Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Dasar, dan Menengah yang dapat diakses di tautan berikut https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-
content/uploads/2022/06/Panduan-Pembelajarn-dan-Asesmen.pdf .
Taksonomi Bloom, Bentuk Pemahaman Wiggins and McTighe, dan Taksonomi Marzano
Bloom (Anderson and Krathwol, 2001) McTighe and Wiggins (2005) Marzano (2000)
catatan: 6 bentuk pemahaman Tighe dan Wiggins bukan taksonomi yang hirarkis
Dalam kerangka UbD, pemahaman atau Understanding (dalam enam bentuknya) merupakan capaian
belajar yang diharapkan. Namun perlu dicatat, bentuk pemahaman yang diharapkan tidaklah sama untuk
setiap mata pelajaran atau jenjang. Pada pelajaran Matematika misalnya, kemampuan aplikasi,
interpretasi, dan menjelaskan menjadi bentuk pemahaman materi yang paling alami, sesuai bidang.
Sedangkan pada bidang keilmuan sosial, kemampuan menunjukkan empati, dan perspektif dapat juga
dimasukkan/ ditambahkan sebagai bukti pemahaman jika perlu. Pada konteks SMK yang
menitikberatkan pada praktik di bengkel atau laboratorium, tentunya bukti pemahaman yang
ditargetkan akan berbeda. Contohnya ketrampilan untuk menghaluskan sebuah produk/ alat/ benda
tentunya menekankan pada aspek penerapan. Sejumlah ketrampilan bahkan tidak hanya
Saat penyusunan tujuan atau hasil yang diinginkan dan alur pencapaiannya untuk suatu sesi
pembelajaran, mahasiswa juga perlu mempertimbangkan persoalan konkret yang telah ditemui selama
menjadi guru dan yang terkini, ketika mahasiswa melakukan observasi pembelajaran pada tahap
identifikasi masalah. Mahasiswa perlu menganalisis CP dengan melihat kondisi atau konteks
pembelajaran yang khas dari setiap kelas seperti alokasi waktu/ JP, luasan cakupan materi, kemampuan
siswa, serta keberagaman dalam kelas.
Misalnya cakupan materi dalam rumusan tujuan pembelajaran dapat disederhanakan atau dibagi ke
dalam beberapa sesi pembelajaran jika pada observasi ditemukan persoalan ketidaktuntasan aktivitas
yang berakar pada jumlah materi yang terlalu banyak. Atau, jika teridentifikasi bahwa siswa belum dapat
mengaplikasikan sebuah konsep, teori, atau ketrampilan (misal menghitung volume, menjelaskan gaya,
menulis, berenang) maka guru perlu merumuskan alur kegiatan pembelajaran dalam satu sesi dengan
lebih bertahap dari yang mudah ke yang sulit atau dengan sedikit demi sedikit mengurangi bantuan. Di
titik ini, kemampuan untuk menyusun alur pencapaian tujuan pembelajaran menjadi sangat penting.
Bagaimana caranya agar siswa mencapai hasil/ tujuan akhir yang diharapkan, langkah apa sajakah yang
diperlukan, bagaimana urutannya.
Yang dimaksud dengn kinerja di sini adalah kinerja otentik yang menunjukkan keterampilan atau
kemampuan yang diharapkan. Misalnya, membuat lemparan bernilai 3 angka pada permainan basket,
menulis sebuah cerita/ naratif yang realistik dari sudut pandang seorang karakter. Bukti lain dapat
berupa tes, kuis, portfolio dan semacamnya.
Kolom (3) berisi kegiatan atau aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa untuk
mencapai tujuan/ pemahaman/ hasil yang diinginkan. Kegiatan dan aktivitas ini bisa juga sekaligus
berfungsi digunakan guru untuk memantau proses belajar siswa, mengetahui hambatan, dan tingkat
penguasaan materi oleh siswa.
Dengan kata lain, saat kolom ini tidak hanya berisi aktivitas untuk mencapai bukti penilaian dan tujuan
tetapi juga aktivitas yang berfungsi sebagai formative assessment. Asesmen formatif dilakukan di dalam
proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan
balik yang cepat. Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah
pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran. Asemen formatif merupakan
satu kesatuan dengan kegiatan pembelajaran. Asesmen jenis lain, yaitu sumatif, tidak harus muncul pada
modul ajar sebuah sesi pembelajaran, tergantung pada cakupan dan tujuan pembelajaran pada sesi
tersebut.
Aktivitas atau langkah pembelajaran di kolom ini bisa jadi mengikuti sintaks metode yang dirasa perlu
baik secara keseluruhan maupun sebagian. Bisa juga merupakan penggabungan atau modifikasi langkah
satu atau beberapa metode. Ketika memilih dan mengorganisasikan metode/ aktivitas belajar, perlu
diperhatikan kembali persoalan-persoalan yang telah diidentifikasi di tahap 1 sebelumnya serta .evaluasi
dari alternatif solusi. Tidak ada pembatasan dan/atau keharusan untuk memilih sebuah metode atau
aktivitas tertentu karena pilihan aktivitas tentunya sangat tergantung pada tujuan, karakteristik mata
pelajaran, materi, dan karakteristik peserta didik yang beragam. Namun demikian, khusus untuk
pembelajaran di SMK, penyusunan desain dan pengembangan perangkat ajar disarankan menggunakan
antara lain PjBL, Teaching Factory (Tefa), Kelas Industri, dan Kelas Kewirausahaan. Materi terkait dapat
diakses di materi PPA II SMK Topik 2 dan Topik 3.
Secara umum, dalam mengerjakan LK 2.3 mahasiswa merujuk pada bahan bacaan berikut:
Bahan bacaan langkah 6 MK Pengembangan Perangkat
Prinsip Pembelajaran dan Asesmen
Bahan bacaan pada pendalaman materi PAUD, UMUM, SMK, DAN PLB
Selain itu, dengan penyusunan rancangan kegiatan/ langkah pembelajaran juga perlu memperhatikan
kesiapan dan keberagaman siswa. Oleh karena itu, mahasiswa PPG Daljab juga dapat
mengimplementasikan konsep pembelajaran berdiferensiasi untuk merespon hal tersebut.
Sedangkan untuk membuat pertanyaan pemantik, mahasiswa sebagai guru harus berpikir pertanyaan-
pertanyaan “provokatif’ apa yang akan menumbuhkan rasa ingin tahu atau pemahaman yang
diharapkan.
Dinukilkan dari McTighe dan Wiggins (2012) berikut contoh formulasi pemahaman dan pertanyaan
kunci/ pemantik
Sample pemahaman bermakna dan pertanyaan pemantik.
Seni dan budaya saling bergantung satu dengan yang lain; budaya Dengan cara apa seni mencerminkan serta
mempengaruhi membentuk budaya?
kesenian, dan kesenian merefleksikan dan
melestarikan budaya.
Dua sampel “pemahaman” di atas menjawab pertanyaan terkait ide besar atau detil penting apa yang
siswa harus kuasai dalam suatu unit pembelajaran dua mata pelajaran yang berbeda. Dalam sebuah unit,
bisa dimungkinkan ada lebih dari satu formulasi pemahaman bermakna. Formulasinya juga dapat
disesuaikan dengan karakteristik materi masing-masing mata pelajaran.
Demikian juga dengan pertanyaan pemantik, formulasinya tentunya harus memperhatikan kemampuan
dan jenjang peserta didik. Namun yang pasti, pertanyaan pemantik sifatnya benar-benar
Kegiatan belajar dan asesmen
Tujuan Bukti penilaian
formative
(1) (2) (3)
3. Langkah Akhir
Kegiatan Penutupan (10 menit)
15. Guru dan siswa menyimpulkan apa
yang sudah di pelajari.
16. Guru meminta salah satu siswa untuk
memimpin do’a
Bentuk Kunci
Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Skor Jawaban
Soal
Menganalisis Pencemaran 1. Menentukan pokok-pokok
Perubahan Tanah pencemaran tanah. PG 10
lingkungan dan 2. Menganalis fakta yang terjadi di
dampaknya bagi lingkungan sekitar tentang PG 10
Mahluk hidup. pencemaran tanah.
3. Menuliskan argumentasi tentang
kebiasaan pengolahan lahan Ur 30
dengan pencemaran tanah.
4. Menuliskan akibat pencemaran Ur 30
dari sudut pandang yang berbeda
5. Menuliskan kesimpulan dari Ur 20
masalah yang telah dipelajari.
Soal
Kerjakan soal-soal berikurt dengan benar !
1. Perhatikan pernyataan berikut!
(1) Sistem pembakaran lahan kebun akan menimbulkan kerusakan tanah.
(2) Membasmi rumput dengan cara menyemprotkan herbisida dapat merusak komposisi tanah
(3) Kebiasaan berkebun masyarakat papua dengan cara membakar lahan akan menimbulkan pengaruh
positip dan negatip bagi ekosistem.
(4) Pembasmian gulma tidak berdampak apapun bagi tanah.
(5) Tidak ada dampak apapun terkait dengan pembakaran lahan kebun.
Dari pernyataan di atas, manakah yang termasuk ke dalam ide pokok bacaan pencemaran tanah?
A. (1), (2) dan (5)
B. (3), (4)
C. (2), (3)
D. (1), (2), (3), (4), dan (5)
2. Faktor apa yang paling berkontribusi terhadap pencemaran tanah?
A. Vulkanik.
B. Papua dengan curah hujan yang tinggi.
C. Aktivitas manusia seperti pembuangan limbah rumah tangga, pembakaran lahan dan penggunaan
pupuk/bahan kimia bagi petani atau pekebun.
D. Proses alami seperti erosi dan pelapukan tanah.
3. Identifikasikan menurut kamu, apa dampak buruk yang akan timbul dengan adanya kebiasaan sebagian
besar masyarakat Papua yang mengolah lahan kebun dengan cara pembakaran lahan?
4. Menurut kamu, kelebihan dari kebiasaan masyarakat dimana pengolahan lahan kebun dengan cara
pembasmian rumput menggunakan herbisida/obat rumput?
5. Tulislah kesimpulan dari permsalahan di atas sesuai dengan obyek pencemaran yang kamu pelajari.
4. LKPD
Gambar 2. Sumber by
Slamet, S.Pd
PAPUA Berkebun adalah salah satu mata pencaharian masyarakat Papua pada
umumnya. Mereka akan membuat kebun-kebun dengan sistem yang masih sangat
tradisional. Dimana mereka selain sistem kebun atau ladang berpindah-pindah sebagian
besar masyarakat Papua juga pembersihan lahan dengan membakar sisa-sisa
penebangannya hingga betul-betul bersih. Tradisi ini sudah turun temurun mereka lakukan
untuk mengolah lahan kebun mereka demi menghasilkan tanaman yang bagus. Lahan yang
mereka kelola dengan cara tersebut sebenarnya tidaklah terlalu luas, tetapi jika dilakukan
pembakaran lahan sudah pasti akan berdampak terhadap tanah itu sendiri. Mereka tidak
pernah melakukan pembajakan lahan apalagi mencangkul untuk sekedar membalik tanah
yang akan di tanami seperti masyarakat luar papua pada umumnya mereka cukup membakar
bersih dan segera di tanami. Dengan cara tradisional tersebut, masyarakat bisa menanami
tanaman berupa tanaman-tanaman jangka pendek dan mereka akan segera menanami ulang
minimal 2 kali penanaman kemudian lahan tersebut akan ditinggalkan begitu saja hingga
kembali menjadi hutan lagi. Menurut masyarakat Papua membuka lahan kebun dengan cara
membakar dapat memberikan beberapa keuntungan, seperti membersihkan lahan dari
gulma dan sisa tanaman yang sudah tua, serta memperbaiki kesuburan tanah dengan cara
membakar bahan organik yang terdapat di permukaan tanah, dapat ditanami berulang serta
bisa memperluas lahan kebun dengan leluasa karena hanya mengandalkan modal tenaga.
1. MENENTUKAN POKOK - POKOK PERMASALAHAN
Berdasarkan gambar dan berita di atas dikusikan menurut kalian apa pokok permasalahan yang
akan timbul?
Jawaban Pendapat :
5. MENARIK KESIMPULAN
Dari hasil diskusi tentang permasalahan di atas, tariklah kesimpulan menurut pandangan
kalian!
NAMA-NAMA KELOMPOK KONTRA 1
1. …………………………………. TOPIK : Pencemaran Tanah
2. ………………………………….
KELAS : VII / Genap
3. ………………………………….
ALOKASI WAKTU : 20 menit
4. ………………………………….
5. ………………………………….
6. ………………………………….
7. ………………………………….
2. Siswa mampu berfikir kritis terhadap perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh
dampak pencemaran dengan benar.
Amati gambar dan bacaan di bawah ini kemudian diskusikan pendapat kamu pada kolom yang telah
disediakan!
Gambar 2. Sumber by
Slamet, S.Pd
PAPUA Berkebun adalah salah satu mata pencaharian masyarakat Papua pada umumnya.
Mereka akan membuat kebun-kebun dengan sistem yang masih sangat tradisional. Dimana mereka
selain sistem kebun atau ladang berpindah-pindah sebagian besar masyarakat Papua juga
pembersihan lahan dengan membakar sisa-sisa penebangannya hingga betul-betul bersih. Tradisi ini
sudah turun temurun mereka lakukan untuk mengolah lahan kebun mereka demi menghasilkan
tanaman yang bagus. Lahan yang mereka kelola dengan cara tersebut sebenarnya tidaklah terlalu
luas, tetapi jika dilakukan pembakaran lahan sudah pasti akan berdampak terhadap tanah itu sendiri.
Mereka tidak pernah melakukan pembajakan lahan apalagi mencangkul untuk sekedar membalik
tanah yang akan di tanami seperti masyarakat luar papua pada umumnya mereka cukup membakar
bersih dan segera di tanami. Dengan cara tradisional tersebut, masyarakat bisa menanami tanaman
berupa tanaman-tanaman jangka pendek dan mereka akan segera menanami ulang minimal 2 kali
penanaman kemudian lahan tersebut akan ditinggalkan begitu saja hingga kembali menjadi hutan
lagi. Dampak negatif membuka lahan kebun dengan cara membakar mencakup kerusakan
lingkungan, Flora dan Fauna, kebakaran hutan membunuh jasad renik dipermukaan dan lapisan atas
tanah, Vegetasi bawah pada umumnya juga terbakar sehingga banyak jenis flora hilang, beberapa
jenis mungkin lenyap untuk selamanya, Aspek ekologis, kebakaran hutan, kebun, lahan
mengakibatkan rusak dan terganggunya ekosistem hutan dan fungsi-fungsinya, berkurangnya
keanekaragaman hayati dan hilangnya keterwakilan ekosistem daerah tersebut, Flora dan Fauna,
kebakaran hutan membunuh jasad renik dipermukaan dan lapisan atas tanah, Vegetasi bawah pada
umumnya juga terbakar sehingga banyak jenis flora hilang, beberapa jenis mungkin lenyap untuk
selamanya serta Pelaku pembukaan lahan hutan/kebun dengan cara membakar akan dikenakan
sanksi pidana sebagai mana diamanatkan dalam UU RI NO 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup.
1. MENENTUKAN POKOK – POKOK PERMASALAHAN
Berdasarkan gambar dan berita di atas dikusikan menurut kalian apa pokok permasalahan yang
ada?
Dari gambar dan bacaan berita di atas, diskusikan menurut kalian apakah masalah tersebut
benar-benar terjadi di sekitarmu? Jika tidak, jelaskan apa alasanmu?
5. MENARIK KESIMPULAN
Dari hasil diskusi tentang permasalahan di atas, tariklah kesimpulan menurut pandangan
kalian!
3. RUBRIK REFLEKSI
Nama Siswa : …………………
Kelas : VII/B
Materi : Pencemaran Lingkungan
Sub Materi : Pencemaran Tanah
Hasil Repon Siswa Pengaruh Model Pembelajaran Debat Aktif (Debate Active Metode) Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Siswa Pada Kelas 7B semester Genap
Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
1. Saya merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
2. Saya merasa senang dengan materi yang diajarkan
3. Saya merasa senang dengan diskusi dan kerja kelompok
Saya merasa senang dengan model pembelajaran yang dipakai dalam
4.
kegiatan pembelajaran membantu saya dalam menemukan konsep.
5. Kebiasaan membuka lahan dengan cara membakar lahan akan membawa dampak negatif terhaap tanah,
kecuali?
a. Tanah akan menjadi tandus
b. Dapat menimbulkan polusi
c. Dapat membunuh microorganisme dalam tanah yang sangat penting
d. Dapat menghemat biaya.
hasil pree-test dan post-test
Kemampuan Berfikir Kritis
No Nama Siswa Pree-Test Post-Test
1 2 3 4 5 Nilai 1 2 3 4 5 Nilai
Skor 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
1 Afriadi Suhardin Taher
2 Dea Citra Fadila
3 Dinda Nofita Putri
4 Elvia Asha Pradina
5 Fahry Ibnu Salam
6 Fathan Abdul Syahputra
7 Gilang Zidni Maulana
8 Hanif Rafiq
9 Ilmira Anava Riyadi
10 Jamilah Maidodga
11 Kasmirus Jamos Asmorom
12 Kevin Aditiya Minggus
13 Khoiril Mirza Utomo
14 Lolita Gresziana Putri
15 Maychia Pricilia Sembor
16 Meylani Ruby Nur Azizah
17 Miftahul Husna Padang
18 Muh. Ibrahin Yunus
19 Muh. Rafi’I Rizqullah
20 Narty Towansiba
21 Novita Eka Rahmawati
22 Oktavia Decout Indow
23 Rehan Saputra
24 Shila Kinasih
25 Syairil Rahmad
26 Tsalis Dakwan Najib
27 Paskalis Tunyanan
28 Febiora
29 Aulia Cita