Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENALARAN DAN KOMUNIKASI

KELOMPOK 6

1. ARTIKA MUTIARA SAIMA (17029016)

2. TESSY MUHARNIDA (17029047)

3. FEIZZI FRATEISSIA (17029019)

DOSEN : Khairani,S.Pd,M.Pd.

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Evaluasi Pendidikan dengan
judul “ Penalaran dan Komunikasi“ ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

 Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang pengklasifikasian tujuan pembelajaran. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang telah harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga penelitian ini dapat dipahami dan
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Padang, 24 Oktober 2019

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Penalaran Matematis
2.2. Komunikasi Matematis
2.3. Indikator Penalaran Dan Komunikasi Kemampuan Matematis
2.4. Membuat Soal Kemampuan Matematis
2.5. Rubrik Penilaian Kemampuan Matematis
BAB II PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran

DAFTAR RUJUKAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi terhadap situasi dan lingkungan yang
berada di sekitar individu. Belajar sendiri dilakukan agar terjadi perubahan perilaku sebagai tujuan
dan proses berbuat melalui pengalaman. Perubahan yang dimaksud hendaknya terjadi sebagai akibat
interaksi dengan lingkungannya  Dari konsep belajar, mengajar dan pengajaran tercetus suatu konsep
yakni pembelajaran yang merupakan salah satu upaya interaksi antara pendidik dengan peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran matematika dapat didefinisikan
sebagai suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara sadar dan dilakukan
dengan tujuan peserta didik dapat memahami konteks metamatika yang diajarkan.

Dalam menghadapi era globalisasi yang semakin menantang tentunya dunia pendidikan harus
mempersiapkan lulusan pendidikan yang bermutu dan berdaya saing. Peserta didik dibentuk agar
memiliki kompetensi yang diharapkan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pembelajaran
matematika sendiri mempunyai tujuan agar peserta didik paham terhadap konteks matematika. Tujuan
pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif dan konsisten serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan
masalah.

Guru harus mampu menciptakan pembelajaran matematika yang efektif dan efisien serta tidak
memperlakukan matematika sebagai kumpulan konsep dan prosedur yang terisolasi melainkan
sebagai hubungan antar konsep, ide matematika dan aplikasinya. Dalam menyikapi beberapa hal
tersebut, selain diperlukan inovasi dan variasi pembelajaran dari guru juga memerlukan pengetahuan
serta pemahaman mengenai kompetensi yang ditargetkan dalam pembelajaran matematika sehingga
pembelajaran matematika dapat dilakukan secara sistematis dan terarah sesuai tujuan. Hal tersebut
dikarenakan kompetensi dasar matematika yang diklasifikasikan dalam beberapa aspek atau proses
matematik sebagai tujuan dari pembelajaran diketahui oleh guru dan dapat dicapai secara optimal
sehingga peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi yang memang seharusnya dimiliki
oleh setiap peserta didik setelah mengikuti pembelajaran matematik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Penalaran Matematis?
2. Apa Komunikasi Matematis?
3. Bagaimana Cara Membuat Indikator Penalaran Dan Komunikasi Kemampuan Matematis?
4. Bagaimana Membuat Soal Kemampuan Matematis?
5. Bagaimana Rubrik Penskoran Kemampuan Matematis?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Penalaran Matematis.
2. Mengetahui Komunikasi Matematis.
3. Mengetahui Cara Membuat Indikator Penalaran Dan Komunikasi Kemampuan Matematis.
4. Mengetahui Cara Membuat Soal Kemampuan Matematis.
5. Mengetahui Rubrik Penskoran Kemampuan Matematis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penalaran Matematis
Kemampuan bernalar merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai pada pembelajaran
matematika. Pada pembelajaran matematikanya kemampuan penalaran sangat dibutuhkan dalam
penarikan kesimpulan. Salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran matematika adalah
mengajarkan kepada siswa penalaran. Oleh karena itu keberhasilan belajar siswa kemungkinan besar
ditentukan oleh lama berpikirnya atau penalarannya, begitu pula keberhasilan belajar matematika
karena hasil belajar matematika menuntut kemampuan penalaran agar dapat menerjemahkan
persoalan-persoalan ke dalam kalimat matematika.
Permasalahan yang akan terjadi ketika kemampuan bernalar tidak dikembangkan pada siswa,
maka bagi siswa matematika hanya akan menjadi materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan
meniru contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya.
Penalaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002,722) merupakan suatu cara (perihal)
menggunakan nalar, pemikiran atau cara berpikir logis, jangkauan pemikiran. Hal mengembangkan
atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman. Proses mental
dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Kemampuan penalaran merupakan
proses berfikir dalam penarikan kesimpulan, penalaran ada dua yaitu penalaran induktif dan penalaran
deduktif.
Kemampuan penalaran matematika merupakan proses berfikir untuk menarik kesimpulan dari
suatu permasalahan matematika. Sementara itu, penalaran menurut Kamsiyati, dkk. (2009) diartikan
sebagai suatu kegiatan berpikir bersifat logis dan analitik. Kemampuan berpikir atau bernalar secara
logus dan analitik merupakan modal utama untuk menguasai ilmu pengetahuan. Sementara itu,
Suherman (dalam Yurianti dkk.) mengemukakan bahwa penalaran matematis adalah suatu kegiatan
menyimpulkan fakta, menganalisa data, memperkirakan, menjelaskan dan membuat suatu
kesimpulan.
Pentingnya kemampuan penalaran dalam pembelajaran matematika yaitu pada pembelajaran
yang lebih menekankan pada aktivitas penalaran dan pemecahan masalah sangat erat kaitannya
dengan pencapaian prestasi siswa yang tinggi.

A. Jenis jenis Penalaran Matematis


Secara garis besar, terdapat dua jenis penalaran matematis yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penjelasan dari jenis-jenis penalaran adalah sebagai berikut:
1. Penalaran Induktif
Menurut Sumartini (2015) penalaran induktif merupakan suatu proses berpikir dengan
mengambil suatu kesimpulan yang bersifat umum atau membuat suatu pernyataan baru dari
kasus-kasus yang khusus. Sumarmo (dalam Sumartini, 2015) mengemukakan beberapa
kegiatan yang tergolong penalaran induktif yaitu sebagai berikut:
a. Transduktif: Menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang satu diterapkan
pada kasus khusus lainnya.
b. Analogi: Penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau proses.
c. Generalisasi: Penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang teramati.
d. Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan: Interpolasi dan ekstrapolasi.
e. Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada.
f. Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi dan menyusun konjektur.
Pada proses pembelajarannya, penalaran induktif digunakan pada pendekatan induktif
sebagai siasat dalam pembelajaran agar konsep-konsep matematika yang abstrak dapat
dimengerti murid melalui benda-benda konkret.
Contoh soal yang menggunakan penalaran induktif salah satunya meliputi bekerja
dengan pola Jika terdapat alfabet seperti D, G, J, M, S, ..., ... Huruf apakah yang paling tepat
untuk menempati dua huruf terakhir pada deretan alfabet tersebut? Penyelesaian: Urutan
alfabet adalah A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N ,O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Dari
urutan tersebut, dengan mudah dapat diperoleh dua huruf terakhir yakni V dan Y.
2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang umum menuju hal
yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang ada. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme. Silogisme tersebut terdiri dari dua macam
pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi). Adapun contoh soal yang
menggunakan penalaran deduktif :
Contoh: Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) “Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari
beberapa bilangan adalah sebuah bilangan asli paling besar yang merupakan faktor
persekutuan dari semua bilangan itu” Cara menentukan FPB dari dua bilangan 24 dan 36
adalah sebagai berikut: Himpunan faktor dari 24 adalah: A = {1,2,3,4,6,8,12,24}, Himpunan
faktor dari 36 adalah: B = {1,2,3,4,6,9,12,18,36}, Himpunan faktor persekutuan dari 24 dan
36 adalah himpunan irisan A dan B, yaitu A ᴖ B = {1,2,3,4,6,12}. Anggota paling besar dari
A ᴖ B adalah 12. Jadi 12 merupakan pembagi persekutuan yang terbesar dari 24 dan 36. FPB
dari 24 dan 36 adalah 12 keterangan:
Pada contoh mencari FPB di atas terjadi silogisme. Premis mayor: Definisi FPB, dua
bilangan a dan b. Premis minor: a = 24 dan b = 36, Kesimpulan: FPB dari 24 dan 36 adalah
12.
B. Komponen Penalaran Matematis
Komponen-komponen dalam penalaran matematis di antaranya adalah konjektur, analisis,
evaluasi, generalisasi, koneksi, sintesis, pemecahan masalah tidak rutin, dan komunikasi matematis.
Penjelasan dari setiap komponen penalaran matematis tersebut adalah sebagai berikut.
1. Konjektur
Konjektur atau dugaan merupakan pernyataan yang dianggap benar dan masih perlu
dibuktikan kebenarannya, atau dengan kata lain kebenarannya belum diketahui secara
pasti. Melakukan konjektur dapat dilakukan pada saat meneliti pola atau pada saat menguji
data. Konjektur dapat diartikan pula sebagai salahsatu kemampuan dalam membuat
pernyataan matematika yang memiliki nilai kebenaran didasarkan atas investigasi, eksplorasi,
maupun eksperimen.
2. Analisis
Analisis dapat diartikan sebagai salahsatu kemampuan siswa dalam menggunakan
pengetahuannya untuk memecahkan berbagai masalah. Kegiatan yang dapat disebut analisis
misalnya membuat kesimpulan dari data yang ada atau diberikan, menganalisis berbagai
macam data, seperti data statistik, menguji data atau pemecahan suatu masalah.

3. Evaluasi
Dalam bidang pendidikan, evaluasi digunakan untuk mengukur sejauh mana
tercapainya tujuan pembelajaran dilihat dari keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar
yang diberikan guru terhadap siswanya. Evaluasi dalam penalaran matematis adalah
melakukan peninjauan kembali atau mendiskusikan dan menilai suatu ide matematik atau
metode pemecahan masalah. Dengan kata lain, evaluasi adalah mengkritisi sejauh mana
efektifitas strategi pemecahan masalah matematika.
4. Generalisasi
Generalisasi dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam menarik atau membuat
kesimpulan yang bersifat umum. Generalisasi dapat dilakukan melalui penalaran deduktif,
hasil dari generalisasi misalnya rumus yang diperoleh dari pernyataan khusus menjadi aturan
yang bersifat umum. Dengan kata lain, melalui generalisasi siswa dapat memperluas
pemecahan masalah yang dikaji, sehingga dapat diterapkan secara lebih luas pada
permasalahan yang lebih luas.
5. Koneksi
Koneksi berarti mencari hubungan atau keterkaitan. Misalnya, mencari hubungan
berbagai representasi konsep dan prosedur, memahami hubungan antartopik matematika,
ataupun menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ada atau yang
dimiliki siswa.
6. Sintesis
Sintesis merupakan kegiatan siswa dalam mengkombinasikan prosedur-prosedur
matematika sehingga diperoleh hasil yang diinginkan. Dengan kata lain, siswa mampu
mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang dimilikinya,
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh (umum).
7. Pemecahan Masalah Tidak Rutin
Dalam mengembangkan kemampuan tingkat tinggi siswa, guru haruslah memberikan
masalah-masalah matematika yang sifatnya tidak rutin. Artinya, cara atau metode
penyelesaiannya belum diketahui oleh siswa. “Atau dengan kata lain, pemecahan masalah
tidak rutin adalah menerapkan suatu prosedur matematis dalam konteks yang baru dihadapi”.
Dengan demikian, pemecahan masalah tidak rutin adalah proses menemukan cara atau metode
penyelesaian masalah matematika melalui kegiatan mengamati, memahami, menganalisis,
menduga, dan meninjau kembali.
8. Jastifikasi atau Pembuktian
Dalam penalaran matematis, pembuktian suatu pernyataan dilakukan dengan
berpedoman pada sifat-sifat matematika yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian,
kebenaran yang diperoleh bersifat deduktif.
9. Komunikasi Matematis
Penyajian ide matematika tidak hanya secara tertulis, tetapi juga secara lisan. Penulisan
tugas matematika tersebut dikerjakan tidak hanya dalam bentuk deskripsi, tetapi juga dalam
bentuk diagram dan tabel. Kegiatan dalam komunikasi matematis ini misalnya menyatakan
suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, atau kalimat
matematika.

2.2. Komunikasi Matematis


Matematika adalah bahasa yang dapat menjadi alat dalam menemukan pola dan alat
komunikasi antarsiswa dan komunikasi antara guru dan siswa. Komunikasi merupakan cara berbagi
gagasan dan mengklasifikasi permasalahan. Melalui komunikasi, suatu ide dapat dicerminkan,
diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan. Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu
peristiwa saling hubungan atau dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi
pengalihan pesan.
Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas, komunikasi di
lingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat secara tertulis
maupun lisan yang disampaikan guru kepada peserta didik untuk saling komunikasi, sehingga dapat
berjalan dengan lancar dan sebaliknya jika komunikasi antara siswa dengan guru tidak berjalan
dengan baik maka akan rendahnya kemampuan komunikasi matematik.
A. Aspek-aspek Kemampuan Komunikasi Matematis
Komunikasi dalam matematika mencakup komunikasi secara tertulis maupun lisan
atau verbal. Komunikasi secara tertulis dapat berupa kata-kata, gambar, tabel, dan sebagainya
yang menggambarkan proses berpikir peserta didik. Komunikasi tertulis dapat berupa uraian
pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan peserta
didik dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah. Proses
komunikasi dapat membantu peserta didik membangun pemahamannya terhadap ide-ide
matematika dan membuatnya mudah dipahami. Ketika peserta didik ditantang untuk berpikir
tentang matematika dan memngkomunikasikanya kepad orang atau peserta didik lain secara
lisan maupun tertulis, secara tidak langsung mereka dituntut untuk membuat ide-ide
matematika itu lebih terstruktur dan meyakinkan, sehingga ide-ide itu menjadi lebih mudah
dipahami, khusunya oleh diri mereka sendiri. Dengan demikian, proses komunikasi akan
bermanfaat bagi peserta didik terhadap pemahamannya akn konsep-konsep matematika.
Komunikasi matematika melibatkan tiga aspek, diantaranya sebagai berikut:
1. Menggunakan bahasa matematika secara akurat dan menggunakannya untuk
mengkomunikasikan aspek-aspek penyelesaian masalah.
2. Menggunakan representasi matematika secara akurat untuk mengkomunikasikan
penyelesaian masalah.
3. Mempresentasikan penyelesaian masalah yang terorganisasi dan terstruktur dengan baik.
Terdapat beberapa alasan penting mengapa pelajaran matematika terfokus pada
pengkomunikasian, menurut Wahyudin (Rizky, 2012), matematika pada dasarnya adalah suatu
bahasa. Bahasa disajikan merupakan alat yang tak terhingga adanya untuk
mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, cermat dan tepat.

B. Manfaat Komunikasi Matematis


Pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika dideskripsikan sebagai berikut :
1. Komunikasi dimana ide matematika dieksploitasi dalam berbagai perspektif, mermbantu
mempertajam cara berpikir siswa dan mempertajam  kemampuan siswa dalam melihat
berbagai keterkaitan materi matematika.
2. Komunikasi merupakan alat untuk “mengukur” pertumbuhan pemahaman, dan
merefleksikan pemahaman matematika para siswa.
3. Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran
matematika mereka.
Indikator komunikasi matematika ini untuk mencapai sasaran pada soal-soal
matematika yang nantinya diberikan pada tes kemampuan komunikasi peserta didik akan
mencapai target dalam berkomunikasi matematika sehingga siswa tidak terlepas dalam target
yang diinginkan dalam berkomunikasi matematika.
C. Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis
Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai pembimbing, pengarah, dan fasilitator.
Peran guru dalam mengembnagkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik di
antaranya sebagai berikut.
1. Menyelidiki pertanyaan dan tugas yang diberikan, menarik hati dan menantang masing-
masing peserta didik untuk berpikir.
2. Meminta peserta didik untuk mengklarifikasi dan menilai ide-ide mereka secara lisan dan
tulisan.
3. Menilai kedalaman pemahaman atau ide yang dikemukakan peserta didik dalam diskusi.
4. Memutuskan kapan dan bagaimana menyajikan notasi matematika dalam bahasa
matematika kepada peserta didik.
5. Memutuskan kapan untuk memberi informasi, kapan mengklarifikasi suatu permasalahan,
dan kapan untuk memberikan kesempatan pada peserta didik bergelut dengan pemikiran
dan penalarannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
6. Memonitor partisipasi peserta didik dalam diskusi, dan memutuskan kapan serta
bagaimana untuk memotivasi masing-masing peserta didik untuk berpartisipasi.

2.3. Indikator Penalaran Dan Komunikasi Kemampuan Matematis

A. Indikator Penalaran Kemampuan Matematis

Siswa dikatakan mampu melakukan penalaran matematika bila ia mampu menggunakan


penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Indikator dari kemampuan
penalaran sebagai hasil belajar matematika, yaitu siswa mampu: 

1. Mengajukan dugaan.

Kemampuan mengajukan dugaan merupakan kemampuan siswa dalam


merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.

2. Melakukan manipulasi matematika.


Kemampuan manipulasi matematika merupakan kemampuan siswa dalam
mengerjakan atau menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan cara sehingga
tercapai tujuan yang dikehendaki.
3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran
solusi.
Siswa mampu menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap kebenaran solusi apabila siswa mampu menunjukkan lewat penyelidikan.
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan.
Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan merupakan proses berpikir yang
memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran.
5. Memeriksa kesahihan suatu argumen.
Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen merupakan kemampuan yang
menghendaki siswa agar mampu menyelidiki tentang kebenaran dari suatu pernyataan
yang ada.
6. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi merupakan kemampuan siswa dalam menemukan pola atau cara dari suatu
pernyataan yang ada sehingga dapat mengembangkannya ke dalam kalimat matematika.
B. Indikator Komunikasi Kemampuan Matematika
Kemampuan komunikasi matematika bilamana siswa telah menguasai indicator–paradigma
sebagai berikut: (1) dapat menyatakan ide matematik dengan lisan, tulisan, mendemonstrasikan dan
menggambarkan dalam bentuk visual, (2) dapat memahami, menginterpretasikan dan menilai ide
matematik yang disajikan dalam bentuk tulisan atau visual, (3) dapat menggunakan bahasa,  notasi 
dan struktur matematik untuk menyajikan ide,  menggambarkan hubungan pembuatan model.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika
merupakan kemampuan menyatakan ide matematika melalui lisan dan tulisan. Kemampuan
komunikasi matematika lisan siswa dapat diukur saat siswa tersebut mengemukakan pengetahuan
matematika mereka. Kemampuan komunikasi matematika tulisan dapat diukur melalui tulisan siswa
mengenai matematika.
Indikator komunikasi matematika menurut john (2008:5) adalah sebagai berikut:
1. Mengatur dan mengembangkan pemikiran matematika melalui komunikasi.
2. Mengkomunikasikan pemikiran matematika secara koheren dan jelas.
3. Menganalisis dan menilai pemikiran dan strategi matematika orang lain.
4. Menggunakan bahasa matematika untuk menyampaikan ide dengan tepat.

Berkaitan dengan komunikasi matematik atau komunikasi dalam matematika ini, Rahman
(2008:684) menyatakan kemampuan yang tergolong pada komunikasi matematika di antaranya adalah
:
1. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, symbol,
idea, atau model matematik,
2. Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan.
3. Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika.
4. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis
5. Membuat konjetur,  menyusun argument, merumuskan definisi, dan generalisasi,
6. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraph matematika dalam bahasa sendiri.
Menurut Utari Sumarmo yang dikutip oleh Gusni Satriawati (2003: 110), kemampuan
komunikasi matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai
kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk:
1. Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.
2. Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit, dan
grafik.
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.
4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merurnuskan definisi, dan generalisasi.
7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
Berdasarkan indikator di atas maka penelitian ini menggunakan Indikator kemampuan
komunikasi matematika yang akan diamati antara lain :
1. Menggunakan kemampuan memberi gagasan (diketahui dan ditanyakan) suatu ide
matematika.
2. Menjelaskan ide dan relasi matematika dengan gambar.
3. Menggunakan notasi  dan struktur matematik untuk menyajikan ide  menggambarkan
hubungan pembuatan model.
4. Menyatakan gambar ke dalam model matematika.
5. Mengapresiasi nilai-nilai dari suatu notasi matematis termasuk aturan-aturannya dalam
mengembangkan ide matematika
Berikut ini akan disajikan indikator-indikator komunikasi untuk jenjang-jenjang pendidikan:
1. Indikator komunikasi untuk siswa setingkat Sekolah Dasar adalah:
a.   Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika
b.   Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda
nyata, gambar, grafik, dan aljabar
c.   Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa simbol matematika
d.   Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
2. Indikator komunikasi matematika untuk siswa setingkat SMP adalah:
a.   Membuat model dari suatu situasi melalui lisan, tulisan, benda-benda konkrit, gambar,
grafik, dan metode-metode aljabar
b.   Menyusun refleksi dan membuat klarifikasi tentang ide-ide matematika
c.   Mengembangkan pemahaman dasar matematika, termasuk aturan-aturan definisi
matematika
d.   Menggunakan kemampuan membaca, menyimak, dan mengamati untuk menginterpretasi
dan mengevaluasi suatu ide matematika
e.   Mengapresiasi nilai-nilai dari suatu notasi matematis termasuk aturan-aturannya dlam
mengembangkan ide matematika.
3. Indikator komunikasi matematika untuk siswa setingkat SMA adalah:
a.   menyusun refleksi dan membuat klarifikasi tentang ide-ide matematika
b.   menyusun formulasi dan definisi-definisi matematika dan membuat generalisasi dari
temuan-temuan yang ada melalui investigasi
c.    mengepresikan ide-ide matematika secara lisan dan tulisan
d.   membaca dengan pemahaman suatu presentasi tertulis
e.    menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.

2.4. Membuat Soal Kemampuam Matematis

A. Bentuk soal kemampuan komunikasi matematika


Soal untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika disusun dalam bentuk tes essay.
Penyusunan soal ini menuntut siswa memberikan jawaban berupa menggambar (drawing),
ekspresi matematika (mathematical expression), dan menuliskannya dengan bahasa sendiri
(written texts), dan pemberian skor jawaban siswa disusun berdasarkan tiga kemampuan di atas.
Penjabaran ketiga kemampuan komunikasi tersebut adalah: kemampuan menggambar
meliputi kemampuan siswa mengungkap ide-ide matematis ke dalam bentuk gambar, diagram,
atau grafik; ekspresi matematis adalah kemampuan membuat model matematika; sedangkan
menulis berupa kemampuan memberikan penjelasan dan alasan dengan bahasa yang benar.
Contoh soal:
1.   Siswa SMAN 10  terdiri dari beberapa suku. 30% berasal dari Suku Jawa, 10% Suku Sunda,
50% Suku Minang, dan sisanya Suku Batak. Gambarkan data di atas dalam bentuk
matematika yang mudah dibaca. Jelaskan bentuk matematika apa yang kamu pilih, dan
mengapa bentuk itu yang diplih?
2.   Seorang ibu akan membagikan kue bolu kepada dua orang anaknya, yaitu Tika  dan Tiwi.
Tika mendapatkan  bagian dan Tiwi mendapat  bagian dari kue bolu tersebut. Gambarkan
masing-masing bagian Tika dan Tiwi dan siapa yang mendapatkan kue yang paling besar ?
3.   Lima orang anak berlomba lari pada lapangan yang berbentuk persegi dengan panjang sisinya
20 m. Sudut-sudut lapangan dinamakan A, B, C, dan D, dan semua anak mulai lari dari titik A
dan berakhir di titik berbeda sebagai berikut: Rido di titik D, Liza di titik tengah sisi CD, Kiki
di titik C, Fahri titik tengah sisi BC, dan Gina di titik B. Andaikan kondisi jalan yang
ditempuh sama dan lintasan lari berbentuk garis lurus. Gambarlah rute lari kelima anak itu!
4.   Sebuah pesawat udara dari bandara A terbang ke bandara B sejauh 120 km. Kemudian terbang
lagi ke bandara C sejauh 150 km. Dari bandara C langsung terbang lagi ke bandara A. Jika
posisi bandara A, B, dan C adalah titik sudut sebuah segitiga siku-siku, tentukan jarak bandara
A dan C!  Jelaskan dan buat gambarnya.
5.   Dio dan Bima akan memasukkan daun meja yang berbentuk lingkaran ke kamarnya. Pintu
kamar itu berbentuk persegi panjang dengan tinggi dan lebarnya masing-masing 192 cm dan
80 cm.
a.   Gambarkan pada posisi mana meja dapat melewati pintu itu!
b.   Berapakah paling besar diameter daun meja yang dapat dimasukkan melalui pintu?
Jelaskan!
6.   Ali mempunyai 3 buah pensil, dengan panjang masing-masing: dm, dm, dan dm. Cobalah
kamu urutkan panjang ketiga pensil Ali tersebut dari yang terpendek ?
7.   Dila membeli pita sepanjang   m, kemudian pada hari berikutnya Dila dibelikan  ibunya  pita
sepanjang   m. Berapakah panjang pita Dila seluruhnya?
8.   Dodi mempunyai minuman sebanyak  gelas. Karena habis makan, ia meminumnya
sebanyak  gelas. Berapakan sisa minuman Dodi ?
9.   Harga baju di supermarket Jogya adalah Rp. 45.000,00 dengan diskon 20 %.
a.      Berapa rupiah besarnya diskon (potongan ) tersebut ?
b.      Berapa uang yang harus dibayarkan bila baju tersebut dibeli ?
10.  Diketahui segitiga ABC dengan ketiga sisi diketahui, yaitu AB = 14 cm, BC = 15 cm, dan AC
= 13 cm. Hitung luas segitiga ABC tersebut?

B. Berikut contoh soal kemampuan penalaran matematika


1.      Soal yang meminta siswa untuk melakukan manipulasi matematika.
Memanipulasi adalah mengatur (mengerjakan) dengan cara yang pandai sehingga tercapai
tujuan yang dikehendaki. Karakteristik soal ini memungkinkan siswa melakukan apapun
yang menurut siswa perlu yang dapat membantunya mengingat kembali konsep yang telah
dimengerti.
Contoh: Siswa diberi PLSV: n + 5 > −4, maka siswa mampu memanipulasi variabel n
untuk menunjukkan pernyataan yang benar dan pernyataan yang salah.
2.      Soal yang mengharuskan siswa menarik kesimpulan dari suatu pernyataan.
Karakteristik soal jenis ini adalah menekankan pada kejelian siswa dalam menentukan
kebenaran dari suatu pernyataan yang diberikan.
Contoh: Siswa diberi pernyataan: “Tepat dua tahun yang lalu umur Amir dua kali umur
Dewi. Sekarang umur Amir 8 tahun. Orang tua Dewi mempunyai kebiasaan menimbang
berat badan semua anak anaknya yang masih balita ke Posyandu. Apakah sekarang Dewi
masih ditimbang berat badannya di Posyandu?” Siswa mampu menjawab pertanyaan
dengan cara mencari umur Dewi sekarang dan membuat kesimpulan terkait dengan
kebiasaan orang tua Dewi.
3.      Soal yang mengharuskan siswa memberikan alasan atau bukti terhadap satu atau
beberapa solusi. Karakteristik soal ini setidaknya dapat menggugah siswa untuk
menyelesaikan permasalahan dengan model yang dikembangkan siswa sendiri.
Contoh : diketahui barisan 5, -2, -9, -16,...,
Tentukan Rumus suku ke-n, suku ke-25.
4.      Soal yang memungkinkan siswa untuk memeriksa kesahihan argumen. Karakteristik
dari soal ini biasanya dimulai dengan menyebutkan jawaban suatu masalah atau pernyataan
yang sengaja dibuat salah. Tujuannya hanyalah memancing ketelitian siswa dalam
mengecek kesahihan suatu argumen.
Contoh : Siswa mampu menyelidiki benar-tidaknya argumen. Contoh argumen: ‘Besar suatu
sudut lancip sama dengan selisih dari pelurusnya
dengan dua kali penyikunya.

2.5. Rubrik Penilaian Kemampuan Matematis

A. Kriteria Penilaian (Rubrik)

Secara singkat rubrik terdiri dari beberapa elemen, yaitu:

1. Dimensi, yang akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa;


2. Definisi dan contoh, yang merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi;
3. Skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi;
4. Standar untuk setiap kategori kinerja.

Rubrik adalah pedoman penskoran. Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai
berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa
kelemahan dan kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria yang mana.
Rubrik holistik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi
semua kriteria. Untuk rubrik seperti ini, salah satu contoh penyebutan yang digunakan adalah tingkat
1 (tidak memuaskan), tingkat 2 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan), tingkat 3
(memuaskan dengan sedikit kekurangan) dan tingkat 4 (superior) atau tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2,
dan tingkat 3 (masing-masing dengan sebutan yang sama).
Berikut ini adalah contoh rubrik holistik skala 4 secara umum :

Tingkat (Level) Kriteria Umum


Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap konsep-konsep 
Menggunakan strategi-strategi yang sesuai
Komputasinya (perhitungan) benar
4 (Superior)
Penjelasan patut dicontoh
Diagram/tabel/grafik tepat (sesuai dengan permintaan)
Melebihi pemecahan masalah yang diiginkan
Menunjukkan pemahaman terhadap konsep-konsep 
Menggunakan strategi yang sesuai
3 (Memuaskan
Komputasi sebagian besar benar
dengan sedikit
Penjelasan efektif
kekurangan)
Diagram/tabel/grafik sebagian besar tepat
Memenuhi semua pemecahan masalah yang diinginkan
Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian besar konsep-konsep 
2 (Cukup Tidak menggunakan strategi yang sesuai
memuaskan Komputasi sebagian besar benar
dengan banyak Diagram/tabel/grafik sebagian besar tepat
kekurangan) Memenuhi sebagian besar pemecahan masalah yang diinginkan
Penjelasan memuaskan
Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman terhadap konsep-konsep 
Tidak menggunakan strategi yang sesuai
1 (Tidak Komputasi tidak benar
memuaskan) Penjelasan tidak memuaskan
Diagram/tabel/grafik tidak tepat
Tidak memenuhi pemecahan masalah yang diinginkan

Contoh rubrik analitik untuk rubrik penilaian presentasi siswa :

Skala
No Kriteria/Sub Kriteria
1 2 3 4
Kejelasan presentasi: 
1        
a. Sistematika dan organisasi
         
b. Bahasa yang digunakan
c. Suara
Pengetahuan: 
a. Penguasaan materi presentasi
2 b. Memberi contoh-contoh yang relevan
c. Dapat menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan materi presentasi
Penampilan: 
a. Presentasi menarik,        
3 b. Menggunakan alat-alat bantu dan media yang        
sesuai
c. Kerapian, kesopanan dan rasa percaya diri
A. Rubrik Penskoran Pada Komunikasi Matematika
Pemberian Skor Komunikasi Matematika

Skr Menulis Menggambar Ekpresi Matematika


(Written texts) (Drawing) (Mathematical
Expression)
0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak  memahami
konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa
1 Hanya sedikit dari Hanya sedikit dari Hanya sedikit dari model
penjelasan yang gambar, diagram, atau matematika yang benar.
benar tabel yang benar.
2 Penjelasan secara Melukiskan, diagram, Membuat model
matematis masuk gambar, atau tabel matematika dengan benar,
akal namun hanya namun kurang namun salah dalam
sebagian lengkap lengkap dan benar mendapatkan solusi.
dan benar
3 Penjelasan secara Melukiskan, diagram, Membuat model mate-
matematis masuk gambar, atau tabel matika dengan benar,
akal dan benar, secara lengkap dan kemudian melakukan
meskipun tidak benar perhitungan atau men-
tersusun secara logis dapatkan solusi secara
atau terdapat sedikit benar dan lengkap
kesalahan bahasa.
4 Penjelasan secara
matematis masuk
akal dan jelas serta
tersusun secara logis
Skor Maksimal =  4 Skor Maksimal = 3 Skor Maksimal =    3

Diadaptasi dari Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996b) dan Ansari (2004)

Kriteria Penilaian Komunikasi Matematik

Skor Kriteria
4 Jawaban lengkap dan jelas sesuai dengan petunjuk soal
disertai argumen yang benar berdasarkan prinsip dan konsep
matematika
Jawaban hampir lengkap, sebagian petunjuk soal diikuti dan
disertai argumen yang benar
3 Jawaban hampir lengkap sebagian petunjuk soal diikuti tetapi
argumen kurang tepat
Jawaban kurang lengkap dan argumen kurang tepat
2 Tidak ada jawaban atau salah menginterpretasikan soal

1
0

Pemberian Skor dalam Penyelesaian Tes Komunikasi matematik


Skor Keterangan

0 Penjelasan tidak efektif, dapat membuat gambar secara baik, tetapi tidak
merepresentasikan situasi soal. Kata-kata tidak merefleksikan soal.
1 Hanya sedikit dari penjelasan dan gambar yang benar. Gambar tidak
sesuai dengan situasi soal, atau gambar tidak jelas dan sulit untuk
diinterpretasikan. Penjelasan alurnya tidak jelas.
2 Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak
tersusun secara logis atau terdapat sedikit kesalahan bahasa. Dapat
membuat gambar yang hampir sesuai dan lengkap.
3 Penjelasan secara matematik masuk akal dan jelas serta tersusun secara
logis. Dapat membuat gambar secara lengkap dan benar
Skor maksimal = 3

B. Rubrik Penskoran Soal Penalaran

SKOR INDIKATOR
4 Jawaban sempurna, respon (penyelesaian) diberikan secara lengkap dan benar

3 Jawaban benar, tapi respon (penyelesaian) diberikan memiliki satu kesalahan yang
signifikan

2 Jawaban benar secara parsial, namun respon (penyelesaian) yang diberikan


mengandung lebih dari satu kesalahan/kekurangan yang signifikan
1 Jawaban salah, respon (penyelesaian) tidak terselesaikan secara keseluruhan namun
mengandung sekurang-kurangnya satu argumen yang benar
(modifikasi Thomson, 2006)
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kemampuan penalaran matematis adalah salah satu proses berfikir yang dilakukan
dengan cara menarik suatu kesimpulan dimana kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang
sudah valid atau dapat dipertanggung jawabkan. Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai
suatu peristiwa saling hubungan atau dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana
terjadi pengalihan pesan.
Rubrik merupakan salah satu alat evaluasi yang dapat digunakan untuk melakukan
assessment, karena rubrik dapat menjamin ketepatan penilaian dan dapat meminimalisir
perbedaan persepsi dan subyektifitas guru dalam melakukan penilaian hasil pengerjaan soal
cerita yang dilakukan oleh siswa. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi dunia pendidikan, untuk menambah dan  memperkaya wawasan, pengetahuan
serta  pengembangan dunia pendidikan, khususnya dalam melakukan penilaian proses
pembelajaran.

3.2.Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penulis terima
dalam upaya evaluasi diri.
DAFTAR RUJUKAN

Hudoyo, Herman. 1990. Mengajar Matematika. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Ibrahim dan Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press.
Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai