Anda di halaman 1dari 24

Alexandria merupakan salah satu 

contoh pembangunan kota berbudaya di dunia yang berhasil,


sehingga termasuk dalam kategori kota budaya dunia. Alexandria ternyata memiliki  latar
sejarah kejayaan yang sampai sekarang masi bertahan.  Meskipun mengalami masa masa turun
naik dalam sejarah penentuan identitas  kota tersebut.  Setelah ditaklukkan oleh Alexander yang
Agung atau Iskandar Zulkarnain tahun 331 SM,  kota ini dijadikan Ibukota Mesir Kuno pada
zaman hellenistik yang disimbolkan melalui monumen Pharaos.

Salah satu sisa peradaban Alexandria

Kota ini menjadi kota pusat pendidikan dunia pada masa itu. Alexander berusaha memadukan
unsur-unsur budaya Timur dengan budaya Yunani dan Romawi yang menjadi inspirasi nantinya
untuk kebudayaan Barat. Kota ini dibagun atas kemauan Alexander the Great dengan bantuan
Denokrates yang mampu mengubah Alexandria dari perkampungan nelayan sebagai kota yang
terkenal sebagai kota jawa dalam sejarah peradaban manusia.  Selama hampir 1000 tahun
Alexandria menjadi ibukota Mesir hingga  pada tahun 21 H (621 M),  ibukota Mesir dipindahkan
dari Alexandria ke Kairo.

Dahulunya kota ini dilengkapi dengan sebuah perpustakaan. Ptolemi I membangun Mouseion dan
tempat tempat belajar serta perpustakaan karena kecintaanya pada ilmu pengetahuan.
Perpustakaan tersebut di idi dengan buku buku berbahasa Yunani dan juga kita kitab dari India
serta beberapa peninggalan Mesir Kuno.

Namun peradaban klasik  tersebut harus hanccur karena beberapa serangan dari luar datang. Yang
pertama adalah karena serbuan Julius Caesar dalam perang menguasai Alexandria tahun 48 SM.
Seneca, seorang ahli filsafat Romawi memperkirakan ada 40.000 koleksi buku yang terbakar.
Kehancuran kedua adalah oleh serbuan Kaisar Marcus Aurelius di abad ketiga Masehi sewaktu
memadamkan pemberontakan oleh Ratu Zenobia dari Palmyra.  Kemudian peristiwa yang paling
parah adalah perintah pembakaran semua bangunan(termasuk perpustakaan) oleh Patriakh
Theophilus dari Alexandria.

Dari peristiwa peristiwa tersebut maka telah banyak hilang beberapa karya besar dan bukti
sejarah. Namun di saat sekarang ini masih bisa beberapa bukti bangunan sisa sejarah tersebut
disaksikan dalm bentuk reruntuhan.
Ini Adalah Blog yang(semoga) bermanfaat.. !!
Senin, 19 November 2012

“Alexandria: Kota Kuno Bukti Perkembangan Ilmu


Pengetahuan, Perdagangan serta Agama”

A.    Sejarah Kota Alexandria


Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Alexandria terlebih dahulu akan dijelaskan
mengenai Negara Mesir secara singkat. Di kalangan negeri kuno pun Mesir adalah kuno.
Mesir merupakan bangsa yang besar 1000 tahun sebelum orang Minos membangun istananya
di Kreta, kira-kira 900 tahun sebelum orang Israel mengikuti Musa keluar dari perbudakan.
[1] Kebangkitan Mesir ini disertai dengan mulai dikenalnya tulis-menulis, suatu prasyarat
yang paling penting bagi pemerintahan terpusat yang sukses. Dengan demikian laporannya
dapat dicatat, perintah dikeluarkan serta sejarah dituliskan. Pencipta saja, cerita, essay, dan
kisah dapat memperkayakan karyanya pada papyrus dan bukan semata-mata pada ikatan saja.
Kasusastraan Mesir lahirlah. Metode penghitungan pun mengikuti kemajuan tulisan.Dengan
segala kekuasaan yang berpangkal pada satu sumber maka dapatlah tenaga manusia dihimpun
untukmenjinakkan sungai Nil.[2] Oleh karena itu Mesir juga terkenal dengan teknologi
pertaniannya yang sangat unggul. Hal ini juga karena adanya tekanan dari lingkungan
geografisnya. Setelah 1100 SM peranan Mesir sebagai kekuatan politik yang besar mendekati
akhirnya. Akibat perselisihan dalam negeri, Mesir terpecah belah dalam perbatasan wilayah
yang tradisional.
Pada wangsa ke-26, terjadi perkembangan perdagangan di Negeri Mesir. Mesir telah
menjadi negera pengekspor gandum terbesar di dunia.setelah itu berabad-abad tanaman
pangan di sepanjang Nil menjadi unsure vital dalam persediaan makanan yang menghidupi
daerah Laut Tengah. Penguasa lumbung ini secara politik menjadi kunci menguasai
dunia,dan akibatnya serentetan Negara kuat saat itu berusaha menguasai Mesir.
Bangsa Mesir anehnya tak menjelajahi lautan tengah dimana bermuara sungai Nil.
Pelayaran dan perdagangan diserahkan pada bangsa Funisia.[3] Selain bangsa Mesir tak
tertarik oleh lautan, berbagai penemuan yang dilakukannya pun tak diberitahukan pada
keturunannya. Lalu pada tahun sekitar 1700 SM lembah Nil tersebut diserbu oleh suku-suku
gembala peradabnnya lebih rendah dari bangsa Mesir.[4]
Dengan harapan untuk memperbesar peranan Mesir sebagai perantara perdagangan
antara Laut Tengah dan Timur Jauh, Firaun wangsa ke 26 mulai menggali terusan di dari
Laut Merah ke Sungai Nil dengan tujuan menyediakan sumber air yang berkesinambungan
bagi lalu lintas yang menguntungkan ini. Ia terpaksa mengurungkan proyek tersebut. Teknik
yang tersedia padanya tidaklah memadai idenya yang cemerlang. Ia mencari proyek yang lain
sehingga muncullah gagasan membuat jalur pelayaran mengitari Afrika. Ia memperlengkapi
sebuah ekspedisi untuk mengetahui kelayakan jalur tersebut. Pelayaran ini sangat baik, tapi
waktu yang diperlukan yakni 3 tahun, tentulah tidak membesarkan hati, dunia harus
menunggu Vasco da Gama membuka jalur yang sepenuhnya lewat laut menuju perairan
Timur Tengah pada abad ke 15.
Penggunaan pelaut Fenensia merupakan kekhasan wangsa ke 26 yang mengandalkan
banyak orang-orang asing untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan penting. Bahkan orang
Fenensia melakukan penjelajahan Mesir. Selama pemerintah wangsa ke 26 Mesir mengalami
masa-masa kemerdekaan yang merupakan masa terakhir. [5]
Pada tahun 525 SM Mesir menjadi bagian dari Kerajaan Parsi.[6] Dalam penjelajahan
ini dibuktikan semangat kemerdekaannya yang kuat. Ini dibuktikan dengan berbagai
pemberontakan yang lebih mengekspresikan tentang cinta kebebasan daripada kebencian
terhadap musuh yang meremehkan agamanya. Kemudian sekali, raja Yunani Alexander
Agung setelah mengalahkan raja Parsi yang menguasai lembah sungai Nil,menegakkan
kembali kedaulatan di Negeri Mesir. Di samping itu, tata kerjanya juga menghormati
kepercayaan orang Mesir. Sesudah itu baru datang dinasti Ptolomeus yang memajukan
kesejahteraan Mesir tersebut.[7]
Alexander merupakan tokoh penting dalam sejarah kota Alexandria itu sendiri.
Alexander merupakan penguasa Yunani yang sangat terkenal karena ekspansi wilayahnya
yang hampir dapat mempersatukan seluruh dunia dalam satu kekuasaan Yunani
Kuno.  Alexander merupakan putra Filipus dari Makodonia. Filipus merupakan penguasa
yang bijaksana dan lebih mantap dibandingkan dengan penguasa sebelumnya.
Pada tahun 336 SM Filipus mangkat dan digantikan oleh putranya Alexander. Ketika
Alexander naik takta pada umur 20 tahun, kekuasaan Makedonia sudah begitu mantap dan
ekspansi Filipus sudah cukup berkembang sehingga sang raja muda mencita-citakan
persatuan dunia tersebut tinggal meneruskan saja apa yang sudah dicapai oleh ayahnya. Ia
berbuat demikian tetapi dengan caranya sendiri. Meskipun Alexander menguasai dan
mewarisi kemampuan ayahnya untuk berorganisasi ia mempunyai hubungan yang sama
sekali berbeda. Filipus selalu berhati-hati, sabar dan kerap kali berbelit-belit, ia tidak pernah
bertindak tanpa perencanaan. Alexander, seorang yang keras kepala, sering membereskan
masalah dengan langsung bertindak. Dengan keputusan yang dijatuhkan dengan cepat, ia
mengambil resiko yang luar biasa. Hanya kemauan dan kekuatannya mengatasi resiko-resiko
tersebut. Dalam waktu satu tahun setelah naik takhta, Alexander memperluas wilayahnya ke
Utara sampai dengan Sungai Donou dan sampai ke Barat yakni Laut Adiartik. Lalu ia
mengarahkan perhatiannya ke Tanah Yunani, di Thebes dan Athena sampai keluar Liga.
Alexander sampai memadamkan pemberontakan di Thebes pada tahun 335 SM.[8] Alexander
dengan teguh membangun Makodonia atas Negara-negara kota Yunani, memasuki Mesir
pada tahun 332 SM dengan pertempuran yang berakhir dengan hancurnya imperium Persia.
Dengan mengikuti siasat damai yang digunakan Yunani sebelumnya,ia tetap
mempertahankan system pemerintahan Mesir, tetapi kekuasaan tertinggi dipegangnya sendiri
dengan ketat dalam bidang militer dan keuangan.
Agar urusan kerajaan besar itu jalan terus, Alexander membiarkan banyak kebiasaan
adat dan agama setempat. Sampai batas tertentu Alexander bahkan membiarkan setiap
Negara mempertahankan lembaga kebangsaannya. Dalam pada itu, ia juga memasukkan
sejumlah gagasan Yunani. Yang paling penting adalah gagasan Negara Kota Yunani. Ia
murah memebrikan namanya dan diantara kota-kota yang terdiri terdapat tidak kurang dari 16
Alexanderia. Kebanyakan kota-kota ini dibangu dari dasar-dasarnya. Yang pertama dan
paling mahsyur diantaranya adalah kota Mesir, yang selang seabad kemudian, berkembang
menjadi pusat dunia Yunani.[9]
Sungguhpun penakluk yang masih muda ini hanya tinggal sementara di Mesir ia
mengumumkan pendirian kota baru di ujung Barat Mesir, Alexanderia. Alexanderia akan
menjadi sangat menonjol sebagai pusat dagang dan pusat intelektual daerah laut Tengah
bagian Timur. Kelak kota ini akan menjadi tempat pertemuan agama Kristen dengan agama
penyembah Dewa dan dengan demikian memberikan sumbangan mendalam bagi teologi
Kristen
Ketika Alexander mangkat pada tahun 323 SM,  Dengan kematian Alexander susunan
politik negaranya hampir seketika runtuh. Daerah-daerah yang sudah direbutnya di India
kembali pada pemerintahan mereka masing-masing dan panglima-panglima Alexander yang
segera membagi sisa-sisa kekuasaan Negara. Ptomoleus sendiri kemudian memdirikan
wangsa Ptomoleus si Mesir. Alexander sebagai komandan lapangan yang terpercaya. Ia
mendirikan wangsa yang akan bertahan selama hampir 300 tahun sampai tahun 30 SM. Inilah
tahun termahsyur ketika Cleopatra, penguasa terakhir dalam wangsa Ptolemous, melekatkan
seekor kobra ke dadanya.[10]
 Ketika Alexander sendiri sudah mangkat, ia sudah menjadi tokoh legenda yang
penuh khayalan. Kisah hidupnya diceritakan diseluruh dunia kediaman manusia. Luas
lingkup keanekaragaman kekuasaan raja hampir tidak ada bandingannya. Kini ada 80 lebih
macam cerita yang ditulis dalam 24 bahasa mulai Inggris sampai Indonesia. Sebagai Iskandar
“yang bertanduk dua” ia merupakan salah seorang pahlawan Islam yang terkenal dan masih
menjadi bagian cerita masyarakat Isla. Ketika Napoleon menyerbu Mesir, suku-suku Badui
menyangka bahwa Napoleon adalah Iskandar/Alexander yang kedua.[11] Dari paparan di
atas dapat dikatakan bahwa Alexander memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembentukan kota kuno Alexandria. Untuk perkembangan kota kuno Alexandria akan
dijelaskan lebih lanjut pada sub bab berikutnya.

B.     Perkembangan Kota Alexandria


Alexandria terletak di Laut Tengah dan merupakan salah satu kota di Negara Mesir.
Kota ini dulunya merupakan ibukota Negara Mesir sebelum kota Kairo dikuasai oleh
Islam.  Untuk membahas Alexandria lebih mendalam disini akan dipaparkan mengenai lokasi
kota ini yakni sebagai pantai Laut Tengah.
Laut tengah dalam sejarah kuno merupakan laut dunia dimana bertemu tiga benua
yakni Asia, Afrika dan Eropa.Kontak antar bangsa berlangsungnya melalui perniagaan sejak
zaman kuno sehingga bersama itu terjadi penukaran peradaban pula.[12]
Berdasarkan tulisan kuno baik Yunani maupun Romawi, hutan di zaman dulu lebih
banyak dari sekarang. Adanya proses pengeringan yang berlangsung dari abad ke abad dan
merajelalanya erosi dijelaskan oleh ahli-ahli sekarang, karena pengembalaan yang salah.
Wilayah di sekitar Laut Tengah merupakan gudang pangan bagi dirinya sendiri. Juga lautnya
penuh ikan memperkaya protein dalam pangan penduduknya. Dari utara ke Selatan
berderetlah beberapa bukit kapur sehingga terbentuk lembah-lembah sempit. Hanya di situlah
terdapat vegetasi yang cukup lebat sedang di punggung-pungung bukit itu alamnya serba
miskin. Pantai-pantai negeri Yunani begitu berkelok-kelok sehingga melahirkan banyak teluk
dengan pelabuhan-pelabuhan alam yang baik untuk pelayaran dan perniagaan, Sangat
mungkin bahwa sikap optimis dan watak perianag pada orang Yunani kunoadalah pengaruh
iklim Laut Tengah yang segar. Juga terdapat tambang emas dan besi yang menawarkan cukup
pekerjaan bagi penduduk sebagai imbangan terhadap ketandusan tanah disana yang
menghambat setiap usaha pertanian kecil-kecilan dan perkebunan buah-buahan. Kepincangan
agraris yang mendapatkan kompensasinya berupa perdagangan laut dengan luar negeri.
Kesulitan dalam bidang transportasi dan komunikasi antara bagian-bagian dalam negeri
Yunani telah meniadakan kemungkinan  berdirinya suatu negera serikat. Ketandusan tanah
telah mendorong semangat orang Yunani untuk menjadi pedagang dan kolonis di dunia kuno
di sekitar Laut Tengah.[13]
Sementara itu kota pelabuhan Alexandria dijadikan pusat perniagaan, ilmu
pengetahuan dan filsafat. Berbagai jenis bangsa bertemu disitu dan bertukar aneka unsure
kebudayaan. Keadaan diatas berlangsung terus sampai tahun 31 masehi. ketikaMesir
ditaklukkan oleh kerajaan Romawi yang wilayahnya meliputi seluruh negeri yang beradab di
sekeliling Laut Tengah yang merupakan lautan dunia pada masa itu.

a)       Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Alexandria


Suatu kebudayaan Helenis berkembang subur di Alexandria, sebuah kota yang
perpusatakaannya terkenal di deluruh negeri kuno. Di Alexanderia berkumpullah para
ilmuwan, penyair, seniman dan sarjana terkemuka di dunia dan meskipun tujuan pokok
mereka meningkatakan pamor istana raja, namun berkat mereka muncul kesarjanaan
sebagaimana dikenal di Barat. Di kota itulah Euklidas menulis karyanya unsure-unsur
disanalah Erastostenes menghitung lingkar bumi dan dokter Herofilus mempelopori telaah
anatomi.[14]
Alexandria sangat dikenal dengan perpustakaannya yang sangat megah di zamannya,
bahkan jika dibandingkan dengan saat ini perpustakaan Alexandria kuno tidak ada
bandingannya. Untuk itu akan dibahas lebih lanjut mengenai perpustakaan yang terkenal
tersebut.
Gambar 1. Library Of Alexandria[15]
Keberadaan perpustakaan besar ini diketahui pertama kali dari inskripsi yang ditulis
Tiberius Claudius Balbilus dari Roma (56 SM). Ia menyebutkan sebuah perpustakaan yang
sangat besar telah dibangun di Alexandria. Perpustakaan kerajaan itu diperkirakan dibangun
pada awal abad ke-3 SM oleh Ptolemy II (ada juga yang menyebut dibangun tahun 283SM
oleh Ptolomeus I Soter). Perpustakaan ini dibangun untuk menarik orang-orang bijak dari
berbagai belahan dunia agar datang ke Mesir. Sang raja konon sangat ingin membawa Mesir
menuju peradaban yang tinggi. Untuk itu ia memerintahkan agar menyalin seluruh buku di
dunia untuk menjadi koleksi perpustakaan ini, agar seluruh masyarakat bisa belajar berbagai
pengetahuan dan hikmah.
Pada masa itu, pelabuhan Alexandria sangat ramai dikunjungi berbagai kapal.
Umumnya awak-awak kapal itu selalu membawa buku untuk menemani perjalanan. Ketika
kapal berlabuh, para pemuka kota mengunjungi awak kapal, meminjam buku mereka dan
menyalin isinya. Salinan ini ditulis di atas gulungan kertas papirus, lalu diletakkan di
perpustakaan. Sebelum menjadi koleksi umumnya salinan ini diperiksa lebih dulu oleh para
editor perpustakaan. Beberapa editor terkenal adalah Zenodotus dari Ephesus (akhir abad 3
SM), Aristophanes dari Byzantium (awal abad 2 SM), Aristarchus dari Samothrace
(pertengahan abad 2 SM), dan Didymus Chalcenterus (abad 1 SM), ahli tata bahasa.
Bila dilihat dari asal daerah para editor ini bisa kita simpulkan bahwa perpustakaan
Alexandria memiliki reputasi sangat tinggi karena mampu menarik banyak orang pandai dari
berbagai belahan dunia. Terbukti banyak orang non Mesir yang bersedia menjadi editor alias
kepala perpustakaan. Hal ini dimungkinkan karena penguasa memang memosisikan
Alexandria sebagai kota intelektual. Di sini banyak diselenggarakan berbagai pertemuan
intelektual, tempat orang-orang bertukar pikiran mengenai sejarah, filsafat, sastra, ilmu
eksakta, dll.
Sejarah awal didirikan pustaka ini yakni atas usulan Alexander kepada Ptolemi I (323-
284 SM.) dibangunlah sebuah pusat pengembangan ilmu pengetahuan, plus pustaka yang
mengoleksi berbagai buku dan diberi nama Mouseion, berasal dari bahasa Yunani yang
brrarti tempat ibadah seluruh Tuhan ilmu pengetahuan dan seni. Ditunjuklah Demitrius
Phalereus sebagai pengawas merangkap direktur Mouseion. Selain mengolesi buku-buku
berbahasa Yunani, maktabah ini dulunya juga menimpan berbagai manuskrip mesir kuno dan
Venekia, juga sebagian kitab Hindu dan Budha. Bukti lain keseriusanmereka dalam
penerjamahan . Ini terlihat dari upaya menglih bahasakan jitab Taurat yang dikenal
terjemahannya menjadi Septuagint (Sab’iniyyat). Dalam salah satu manuskripAristhopanes
yang terdapat di pustakanya, Colligio Romano di kota Roma, dikisahkan awal berdirinya dua
pustaka Alexandria ini; satu di dalam Istana (Pustaka Mouseion) dan satunya di luar Istana
(pustaka Sarabeum). Kalimakhus, yang paling berjasa dalam memperkenalkan system
katalogisasi perpustakaan. Merupakan seorang pujangga abad 3 SM. Jasanya terbesar dalam
sejarah menyusun bukunya yang terkenal, Pinakes, berupa daftar isi (fihris/sijill) nama-nama
buku yang terdapat di perpustakaan AlexandriaBibliotheca Alexandrina adalah maktabah
terbesar dan terluas di Timur Tengah dan Africa pasca keruntuhan Pusat hazanah islam di
Bagdad Iraq. Sekarang sebuah organisasi yang menangani perkembangan maktabah ini
meluncurkan lima progam atau proyek besarnya sebagai promosi pendukung kegiatan
maktabah. Salah satunya menyediakan fasilitas informasi dan komunikasi di bidang
tehnologi.
Perpustakaan ini memiliki 700.000 koleksi buku. Semua buku ini disusun menurut
temanya. Beberapa koleksinya yang berharga adalah: Homer, Hesiod, Sappho, Apollonius,
Theocritus, dan Aratos, untuk kategori syair. Sophocles, Euripides, dan Aristophanes untuk
kategori drama. Buku-buku filsafat Plato, Aristoteles, Philon. Buku-buku Hecataeus,
Herodotus, Hecataeus dari Abdera untuk kategori sejarah. Juga ada buku-buku fisika seperti
bukunya Archimedes, Hipparchus dan Hypatia. Buku-buku kedokteran juga ada, di antaranya
Medicine Corpus of Hippocrates, dan Herophilus (anatomi). Disebutkan, satu-satunya salinan
Undang-undang Roma Purba yang ditulis 700 tahun sebelum kelahiran Isa, juga dikoleksi di
sini. Selain mengoleksi buku-buku, perpustakaan ini juga berkerja keras untuk membuat
sejarah Mesir lengkap. Bahkan usaha ini melibatkan banyak sejarahwan dari berbagai negara.
Diodorus, sejarahwan terkenal masa silam merekam usaha itu dalam laporannya yang
berbunyi, "Bukan hanya pemuka Mesir saja yang bekerja keras menyusun sejarah Mesir, tapi
juga orang-orang Yunani yang berasal dari tempat-tempat jauh seperti Thebes. Di bawah
pengarahan Ptolemy dari Lagos mereka bekerja sangat cermat."  Diketahui beberapa di antara
sejarahwan Yunani yang dimaksud itu adalah Manethon dan Hecataeus dari Abdera.
Hal yang disayangkan adalah kemegahan perpustakaan besar ini berkali-kali dihantam
nasib buruk. Diketahui ada tiga kejadian yang merusak perpustakaan ini. Pertama, menurut
dokumen berjudul Kronik Perang Alexandria karya Titus Livius, kaisar Roma, Julius Caesar
memerintahkan untuk membakar gedung itu dalam perang melawan Ptolomeus. Kebakaran
itu memusnahkan sebagian naskah berharga. Saat kebakaran, hampir seluruh warga kota
turun tangan memadamkan api. Kedua, penyerangan yang dilakukan oleh bangsa Aurelian
sekitar abad 3 SM. Ketiga, kerusuhan yang terjadi akibat jatuhnya Theophilus. Pada 300 M,
perpustakaan ini akhirnya berhenti berdenyut. Tak ada lagi perpustakaan yang sebanding
dengannya hingga tongkat ilmu pengetahuan beralih ke tangan muslim pada abad ke-7 M.
Kaum muslim kemudian membangun perpustakaan besar pula, bernama Dar al 'ilm.
Karena reputasinya yang luar biasa di masa lalu, pemerintah Mesir kemudian
membangun kembali perpustakaan Alexandria. Pembangunan ini memakan biaya 230 juta
dolar Amerika. Dananya diperoleh secara patungan. Diantara donatur adalah Arab Saudi
yang menyumbang 65 juta dolar, dan Norwegia 3,44 juta dolar .
Perpustakan baru ini dibangun di dekat lokasi perpustakaan lama, kota Alexandria.
Diresmikan oleh Presiden Mesir Husni Mubarak tahun 2002. Perpustakaan besar ini mampu
menampung delapan juta buku. Direktur Perpustakaan Alexandria Ismail Serageldin, pada
peresmian perpustakan bertekad akan mengembangkan perpustakaan ini sebagai pusat belajar
untuk sains dan teknologi, ilmu humaniora, seni dan kebudayaan serta pembangunan.
Editor alias Kepala Perpustakaan Alexandria merupakan jabatan sangat bergengsi di
masa dulu. Tak sembarang orang bisa menduduki jabatan ini. Fit and proper tesnya sangat
ketat. Karena itulah, meski perpustakaan ini ada di Mesir, namun kepala perpustakaannya tak
mesti orang Mesir pula. Orang non Mesir boleh menduduki jabatan ini asal lolos seleksi.
Pmailis, salah satu editor terkenal itu adalah Erasthostenes (270-190 SM). Ia merupakan
filosof, ahli matematika dan astronom dari Yunani. Hidup di zaman Kaisar Ptolemeus III, 236
SM. Ia dikenal sebagai orang yang suka belajar. Selama menjabat sebagai kepala
perpustakaan, ia berhasil mengembangkan metode mencari bilangan prima dan metode
pengukuran keliling bumi. Ia banyak mengamati berbagai kejadian sederhana di bumi,
berdasarkan pengamatannya ia tahu bumi itu bulat. Beberapa bentuk pengamatannya adalah:
setiap tanggal 21 Juni, semua dasar sumur di Shina (Aswan) pinggiran sungai Nil terkena
cahaya matahari, artinya matahari benar-benar tegak lurus. Pada tanggal yang sama di
Alexandria, ia melihat tugu-tugu membentuk bayangan karena sinar matahari. Dari kejadian
tersebut Erathostenes percaya bumi berbentuk bulat dan beranggapan kota Alexandria dan
dan Shina berada pada meridian yang sama. Lelaki cerdas yang lahir di Syrene pada 275 SM
ini merupakan murid yang banyak mencuri perhatian guru selama belajar di Alexandria dan
Athena, Yunani. Meskipun ia dilanda kebutaan sekitar tahun 195 SM, ia tetap gigih
mempelajari ilmu dan menyebarkannya pada khalayak luas.
Pembangunan kembali Perpustakaan Alexandria yang runtuh ibarat pepatah 'cinta
lama bersemi kembali.' Banyak pihak yang bersuka cita menyambut rencana pemerintah
Mesir membangun kembali kejayaan perpustakaan megah itu. Bahkan Suzanne Mubarak,
istri Presiden Husni Mubarak sampai melakukan presentasi di Museum British London untuk
meminta bantuan. Usahanya itu mendapat sambutan hangat. Banyak pihak mengulurkan
bantuannya. Donatur datang dari Arab Saudi yang menyumbang 65 juta dolar hingga
Norwegia 3,44 juta dolar (dalam bentuk mebel).
Perpustakaan berbiaya 230 juta dolar Amerika itu berbentuk unik. Bangunannya menyerupai
silinder, dengan banyak jendela. Dinding bagian Selatan dihias potongan batu granit.
Permukaan bebatuan yang tidak rata, ditulisi simbol huruf seluruh dunia. karena letaknya di
tepi laut Mediterania, bila malam tiba, kesan dramatis muncul dari permukaan air yang
memantulkan cahaya lampu jalan yang berwarna keemasan. Konon, bangunan yang
dirancang oleh kantor arsitek Snohetta, Norwegia ini mendekati bentuk aslinya.
Ruang utama perpustakaan sangat luas. Berbentuk setengah lingkaran dengan
diameter 160 m, mampu menampung hingga 2.500 orang (aslinya, Perpustakaan Alexandria
lama bisa menampung hingga 5.000 orang).Gedung ini memiliki tujuh lantai, 37 m di atas
tanah dan 15,8 m di bawah tanah. Rak-rak buku berjajar dalam ruangan besar, seukuran
empat kali lapangan bola. Disebutkan, perpustakaan ini mampu menampung 8 juta buku.
Perpustakaan Alexandria memiliki banyak koleksi berharga. Di antaranya 5.000 koleksi
penting berupa manuskrip klasik tentang aneka pengetahuan dari abad 10 M-18 M. Juga ada
catatan penting Napoleon berjudul Description de'lEgypte, yang menceritakan peristiwa
Prancis menyerbu kota Alexandria.
Gedung ini diresmikan Presiden Mesir Husni Mubarak tahun 2002. Direktur
Perpustakaan Alexandria Ismail Serageldin, pada peresmian perpustakaan bertekad akan
mengembangkan perpustakaan ini sebagai pusat belajar untuk sains dan teknologi, ilmu
humaniora, seni dan kebudayaan serta pembangunan
Meskipun perpustakaan Alexandria di bangun pada masa Ptolemy I Soter, namun
pada masa Ptolemy III Eurgetes lah perpustakaan ini berkembang pesat. Ia merupakan
generasi ketiga Dinasti Ptolemaic yang memerintah Mesir. Ptolemy III Eurgetes merupakan
putra Ptolemy II Philadelphus, naik tahta setelah ayahnya meninggal tahun 246 SM.
Di bawah pemerintahannya, koleksi perpustakaan Alexandria meningkat pesat.
Seluruh pendatang baru Alexandria diwajibkan memberikan beberapa buah buku pada
perpustakaan untuk diperbanyak. Ptolemy III Eurgetes juga memerintahkan untuk mencari
perangkat yang bisa mendukung segenap aktivitas perpustakaan. Demi mendapat yang
terbaik, ia bahkan memerintahkan untuk mencarinya ke seluruh wilayah Mediterania, dari
Rhodes hingga Athena.[16]
Dalam kaitannya dengan Bizantium, yakni kekuasaan Roma, Aleksandria telah
meberikan sejumlah sumbangan-sumbangan pengetahuan sehingga melahirkan orang-orang
hebat yang berasal dari kekuasaan Romawi.
Roma menyerap dan memelihara kebudayaan serta pendidikan Yunani dalam struktur
politik yang menyebar dari York di Britania sampai Alexandria di Mesir, dari Atlantik
sampai daerah-daerah Eufrat. Neoplatonisme yang menyatakan diri berasal dari beberapa segi
spiritual dalam ajaran Plato ini asal mulanya di Alexandria pada masa pemrintahan Romawi.
Para pemikir dan cendikiawannya yang terkemuka seperti Irenaeus, Origen dan Clemens dari
Alexandria, mengambil alih bahasa dan banyak gagasan filsafat Yunani.[17]Pusat-pusat besar
tempat orang menuntut ilmu tersebar dimana-mana di seluruh kekaisaran. Banyak diantara
sekolah kenamaan di zaman penyembahan para Dewa, termasuk sekolah Alexandria,
Antiokhia, Beirut dan Athena.
Di Alexandria yang juga merupakan kota perdagangan secara tidak langsung
perdagangan juga menimbulkan terjadinya pertukaran kebudayaan dan sastra. Seperti dalam
cerita percintaan antara Cleopatra, ratu Mesir yang kira-kira masih berusia 18 tahun ketika ia
naik takhta. Tatkala itu Roma memang sering turut campur dalam urusan pemerintahan
Mesir. Maka terjadilah perebutan kekuasaan di tepi Sungai Tibet. Akhirnya kemenangan ada
di tangan Julius Caeser, dan tak lama kemudian Cleopatra telah menjadi selir Ceaser sampai
Ceaser dibunuh pada tahun 44 SM.  Akhirnya, Cleopatra menanti pertarungan kembali antara
pewaris tahta selanjutnya, yakni anatara Antonius dan Augustus. Cleopatra lebih memilih
Antonius yang dianggap lebih tak terkalahkan dibandingkan yang lainnya. Akan tetapi
ternyata Antonius kalah. Menurut legenda romantic, dalam keadaan hamper mati ia dibawa
ke Cleopatra yang kemudian juga bunuh diri dengan menekankan ular kobra pada dadanya.
Begitulah menurut legenda yang kemudian dijadikan dalam bentuk karya astra yang bagus.
[18]
Pada abad ke-7 dan ke-9 pengajaran di Bizantium mengalami masa suram Universitas
di Athena ditutup oleh Justinianus pada tahun 529 dan pada ketika itu sekolah-sekolah di
Alexandria, Antiokhia dan Beirut jatuh ke tangan orang Islam.
Untuk meningkatkan kualitas, perpustakaan ini juga menjalin hubungan dengan
perpustakaan lainnya. Salah satu yang paling erat hubungannya adalah perpustakaan
Pergamun di Yunani yang dibangun oleh raja Eumenes II. Ilmuwan kedua perpustakaan
saling bertukar ilmu dan pemikiran. Banyak ilmuwan masyhur lahir dari Perpustakaan
Alexandria, sebut saja Archimedes, Euclidus atau Heron.
b)       Perkembangan Perdagangan di Alexandria
Gambar 2. Peta Lokasi Aleksandria di pantai Laut Tengah[19]
Secara geografis, Kota Alexandria terletak pada posisi yang sangat unik di salah satu
tepi Laut Mediterania. Panjang pantainya sekitar 20 km. Demikian pula Iskandaria
merupakan pelabuhan pertama di Mesir juga salah satu dari tiga pelabuhan terpenting di
perairan Laut Mediterania dan juga  merupakan pelabuhan terbesar di kawasan Timur
Tengah. Berdasarkan hal tersebut Kota Alexandria pantas mendapat julukan sebagai Puteri
Laut Mediterania,Sejarah mencatat bahwa Alexandria yang diambil dari nama Panglima
Romawi “Alexander The Great” yang membangun kota ini- telah menjadi ibukota Mesir
sepanjang satu milenium.  Gerbang  memasuki Istana Montazah, Alexandria, yang kini
menjadi salah satu obyek wisata yang paling digemari. Kalau yang ini namanya Istana
Salamlik salah satu Istana yang berada dikawasan Montazah yang dibangun pada thn 1895
oleh Khedevi Abbas Hilmy Pasha.

Seperti tadi yang telah dikatakan di sub-sub bab sebelumnya bahwa perdagangan juga
membantu mobilitas keluar masuknya buku (dalam lembar papyrus) untuk terjadi saling
tukar-menukar hasil pemikiran. Dan disitu dapat terlihat bahwa Alexsandria merupakan kota
yang memang memiliki multifungsi dalam berbagai segi peradaban manusia.

Dalam keterkaitannya dengan kekuasaan Romawi adalah merupakan salah satu rute
perdagangan yang dilewati berbagai pedagangjuga termasuk pedagang dari Bizantium. Rute
Niaga Bizantium adalah menghubungkan tiga benua dengan jaringan jalan kafilah, sungai,
laut serta jalan lapis ala Roma. Kekaisaran hanya menguasai sebagaian rute ini, namun para
pedagang mengimpor barang produksi dari negeri jauh, misalnya dari Eslandia, Ethiopia,
Rusia Utara, Sri Lanka dan Cina. Bahkan pada masa damai pun barang berpindah tangan
sepanjang jalan. Rempah-rempah dari Indonesia, misalnya, memerlukan perahu layar Persia,
dan Abisinia untuk mengangkutnya ke samudera Hindia, saudagar Bizantium ke laut Merah
menuju Jotabe serta Suez, kafilah ke Alexandria dan kapal untuk meyebrangi Laut
Tengah. [20]

Sedangkan secara umum, rute perdagangan orang-orang Afrika juga melewati


Alexsandria. Setelah sampai di pantai pesisir Afrika Utara, barang-barang dagang dari Eropa
diangkut dengan keledai melewati tanah pesisir yang hija. Barisan keledai ini berkumpul lagi
di pelabuhan pedalaman-disepenjang batas Utara Sahara, mereka kembali  ke pantai dengan
membawa barang-barang yang telah diangkut daris elatan melintasi gurun.Hasil daerah
pedalaman selatan yakni emas, gading serta batu mulia, dikumpulkan di banteng-benteng
pedagang.[21]  Alexandria merupakan kota pelabuhan jalur ekspor-impor barang dan dikenal
juga sebagai kota pantai yang berjarak sekitar 224 Km dari Kairo.

c)       Perkembangan Agama di Alexandria


Agama Kristen mula-mula masuk Mesir lewat kelompok-kelompok masyarakat
Yahudi di negeri itu selama abad pertama. Pada mulanya sasaran utma agama ini terutama
golongan yang tak terpelajara. Tetapi di Alexanderia, kota pusat intelektual di Mesir,
berkembanglah suatu kelompok pemikir Kristen yang membantu agama ini dengan
memberikan teologi sistematik. Dianataranya termasuk Klemens, yang kelahiran Yunani
serta Origenes dan Atanasius, keduanya kelahiran Mesir. Ketiga orang tersebut termasuk
Bapak Gereja yang paling berpengaruh di masa awal tersebut.
Agama Kristen di Alexandria adalah agama yang penuh pertentangan. Perdebatan
Teologi yang muncul pada abad ke-4 dan ke-5 menimbulkan kekerasan hebat. Dalam salah
satu perdebatan yang mempersoalkan Keilahian Kristus, rahib-rahib Mesir yang kebanyakan
berpikiran ekstrim dan buta huruf, berbondong-bondong dari kota mepersoalakan ini dengan
pentung dan tinju. Pada tahun 415 suatu gerombolan orang-orang Kristen fanatic di
Alexanderia menyerang Hypatia, seorang ahli filsafata Neoplatonisme, dan menyempalkaki
dan tangannya hingga terkelupas. Hypatia terkenal karena kecantikan dan ilmunya.
Pada rahib Mesir adalah pemula agama Kristen, para musafir kemudian menyebarkan
bibiit kehidupan membiara ini ke seluruh Eropa, mula-mula ke Konstantinopel, lalu
Romakemudian ke bagian lain Eropa.
Hubungan yang sangat lama antara Mesir dengan alam pikiran Kristen berhenti
mendadak pada tahun 642, ketika pada Gurbernur yang mewakili kekuasaan Romawi Timur
diusir oleh orang Arab Muslim. Pada waktu itu, orang Arab Muslim sedang berada dalam
puncak penaklukkan besar-besaran yang menempatkan agama Islam menjadi salah satu
sainagan terpenting bagi agama Kristen.[22]
Di dalam kawasan Mesir paling Utara tersebut telah menjadi saksi sejarah masuknya
peradaban Islam dan Romawi ribuan tahun silam.Pantainya menghadap ke Laut Mediterania
yang benar-benar memesona. Pasirnya putih kekuningan, khas padang pasir Timur Tengah,
berbaur dengan bebatuan yang menonjol di sana-sini.
Di ujung paling barat terdapat Benteng Qait Bey, sultan Dinasti Mamluk yang
berkuasa di Mesir dan Syria 1468-1496 M, dan di ujung paling timur ada Taman Muntazah
seluas 155 hektare, tempat istana Raja Farouq. Raja Farouq adalah keturunan terakhir Dinasti
Muhammad Ali yang menjadi penguasa Mesir sejak abad ke-19. Raja Farouq digulingkan
lewat kudeta militer oleh Gamal Abdul Nasser yang kemudian menggantikannya, sekaligus
mengubah sistem kerajaan menjadi sistem republik sejak 1953.Kudeta militer itu dilakukan
karena Raja Farouq dikenal sebagai raja yang suka ber-foya-foya dalam kemewahan dan
dianggap menghabiskan kekayaan negara untuk berbagai aktivitas pribadinya. Karena itu, dia
pun diasingkan ke Monako sampai meninggal. Karena kebiasaan makannya yang buruk,
tubuhnya sangat gemuk dengan bobot 140 kg. Dia meninggal di atas meja makan, saat
jamuan makan di Roma, Italia, pada usia 45 tahun.Asetnya yang sangat banyak dilelang
negara setelah dia meninggal. Istananya yang di Alexandria pun dialihkan menjadi milik
negara. Kini istana Raja Farouq digunakan sebagai tempat menerima tamu-tamu kenegaraan
Mesir. Arsitek bangunannya sangat menawan dan posisinya strategis. Dari sini kita bisa
melihat hamparan Laut Mediterania yang memesona. Apalagi di sana terdapat jembatan
peninggalan Raja Farouq, yang khusus dibangun sebagai tempat untuk menikmatikawasan
indah itu, lengkap dengan taman dan gazebonya.Benteng Qait Bey adalah bangunan
pertahanan yang didirikan Sultan Qait Bey untuk menghadang gempuran pasukan Turki,
Dinasti Usmani. Bangunannya persis di pinggir laut, di bagian daratan yang menjorok.
Benteng itu memang sangat strategis untuk menghadang pasukan yang datang dari
bagian utara lewat laut.Di dalamnya terdapat ruang-ruang perlindungan yang berlubang-
lubang untuk menyorongkan senjata laras panjang ataupun meriam, menembaki musuh yang
datang ketika mereka sudah berada dalam jarak jangkau tembakan. Itu sangat khas
peperangan abad pertengahan. Tentu benteng tersebut sekarang sudah tidak berguna lagi
karena bisa diserang dengan menggunakan pesawat terbang dengan bom-bom yang
dijatuhkan dari atasnya. Atau, lebih gawat lagi dengan menggunakan peluru balistik yang
memiliki daya jangkau ratusan sampai ribuan kilometer. Karena itu, benteng tersebut menjadi
kenangan masa lalu, dan kini menjadi museum yang menyimpan sejarah. Serta tidak jauh dari
tempat tersebut terdapat bangunan seperti yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya
yakni Perpustakaan Alexsandria.
 Itulah ibu kotaMesir pada zaman itu. Sekitar seribu tahun Mesir berpusat di sana dan
baru dipindahkan ke Kairo oleh Amru bin Ash ketika Islam masuk ke Mesir pada 621 M.
Iskandar Zulkarnaen-lah yang mula-mula membangun kota tersebut dengan mendatangkan
sejumlah arsitek dari Yunani. Karena itu, selera Romawi kawasan tersebut sangat terasa dan
masih tampak pada berbagai bangunan peninggalannya. Termasuk gedung teater tempat adu
gladiator yang sempat saya kunjungi. Gedung itu merupakan tiruan Gedung Collo-seum di
Italia yang berbentuk setengah lingkaran dan kini sudah ambruk.
Menyusuri kawasan wisata di Alexandria lebih lengkap dengan berziarah ke makam
Luqman el Hakim yang namanya diabadi-kan dalam Alquran sebagai nama surat ke-31. Dia
adalah "orang biasa" yang dipuji-puji oleh Alquran karena nasihatnya yang bijak kepada
anak-anaknya. Antara lain, harus berbakti dan memuliakan orang tua serta hanya bertuhan
kepada Allah.Juga ada Masjid Al Abbas Al Mursyi. masjid berarsitektur unik dengan bentuk
segi enam dan empat kubah yang menjulang megah ke angkasa. Inilah masjid utama di
Alexandria yang mengisi langit kawasan wisata itu dengan seruan ibadah. Al Mursyi adalah
guru tasawuf Ibnu Athoillah, pengarang kitab Al Hikam yang banyak dibahas dan dipelajari
kalangan salaf di Indonesia.[23]
Oleh karena itu, perkembangan agama di Alexandria merupakan proses kompleks,
karena juga diiringi pengaruh-pengaruh filsafat yang berkembang di kota yang
mengutamakan ilmu pengetahuan, sehingga usaha-usaha perkembangannya lebih pada tahap
spekulatif yakni menjurus pada Teologi masing-masing agama.

[1] Lionel Casson. Abad Besar Manusia: Mesir Kuno (Tira Pustaka, 1965) hlm.11
[2] Ibid. hlm.12
[3] Dalam sumber lain disebut Fenensia.
[4] Daldjoeni. Geografi Kesejarahan (Alumni, 1982) hlm 52
[5] Op.cit
[6] Dalam sumber lain disamakan dengan Persia.
[7] Op.cit
[8] Bowra. Abad Besar Manusia: Yunani Klasik (Tira Pustaka, 1965) hlm.152-153
[9] Ibid. hlm 160
[10] Lionel Casson. Abad Besar Manusia: Mesir Kuno (Tira Pustaka, 1965) hlm.161
[11] Ibid. hlm.164
[12] Daldjoeni. Geografi Kesejarahan (Alumni, 1982) hlm 54
[13] Ibid. hlm.87-91
[14] Ibid. hlm. 161
[15] Gambar diambil dari Microsoft Encarta 2005
[16] Di posting dalam www.mayalestarigf.com pada tanggal 25 November 2010 pukul 19.55
[17] Philip Sherrad. Abad Besar Manusia: Bizantium. (Tira Pustaka, 1965) hlm. 11-16
[18] Lionel Casson. Abad Besar Manusia: Mesir Kuno (Tira Pustaka, 1965) hlm.161-162
[19]  Gambar diposting dari Microsoft Encarta 2005.
[20] Ibid. hlm.32
[21] Basil Davidson. Abad Besar Manusia: Kerajaan-kerajaan Afrika. (Tira Pustaka, 1965) hlm. 90-91
[22] Lionel Casson. Abad Besar Manusia: Mesir Kuno (Tira Pustaka, 1965) hlm.164
[23]  Diposting melalui e-mail agusmustofa63@yahoo.com merupakan seorang Ekspedisi Nil pada bulan
Ramadhan yang lalu.
Diposting oleh Nanik Prasasti di 04.11   
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:
1.

antonius saptono11 Oktober 2016 20.29

saran saja, bahwa ada tulisan-tulisan yang salah ketik dan apakah
keistimewaan dari sekolah alexandria hanya perpustakaannya saja tidak ada
yang lain?
Balas
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Halaman

 Beranda
Cari Blog Ini

Telusuri

Mengenai Saya

Nanik Prasasti
Blogger ini sebenarnya sudah pernah saya penuhi dengan curhatan perasaanku pada
lelakiku, tapi.. karena saya rasa blog ini bisa dialihfungsikan menjadi blog yang
lebih bermanfaat, yang diisi tugas-tugas kuliah saya selama 4 tahun lebih di kampus
saya. Selain berisi tugas-tugas, pegetahuan unik tentang psikologi juga kayaknya
asikkk.. kalau nanti saya punya produk yang perlu diperjualbelikan atau
dipromosikan, boleh juga blog ini menjadi medianya, apapun aja, yang penting
bermanfaat dan bermakna, sudah itu saja.. kita lihat aja deh, blog ini bakal diisi
sesuatu yang seperti apa :)
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog

 ►  2013 (6)
 ▼  2012 (8)
o ▼  November (1)
 “Alexandria: Kota Kuno Bukti Perkembangan Ilmu Pen...
o ►  Oktober (7)
Pengikut Translate

Esperanto

  Diberdayakan oleh 
Terjemahan
Say "Hello" :)

Selamat datang, katakan "Hello, How Are You?" (~^_^)~


Hak cipta oleh Nan_Schatzi. Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Matematika itu Indah


Senin, 20 Mei 2013

Euclid of Alexandria

BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah

Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di antara tahun 600 SM sampai 300
SM. Matematikawan Yunani tinggal di kota-kota yang tersebar di sekitaran Laut Tengah bagian
Timur, mulai dari Italia hingga ke Afrika Utara, namun dibersatukan oleh budaya dan bahasa
Yunani. Matematika Yunani pada periode setelah Iskandar Agung kadang-kadang disebut
matematika helenistik. Kata "matematika" sendiri diturunkan dari kata Yunani
kuno μάθημα (mathema), yang artinya "pelajaran tentang instruksi". Matematika Yunani lebih
berbobot daripada matematika yang dikembangkan oleh kebudayaan-kebudayaan pendahulunya.
Semua naskah matematika pra-Yunani yang masih terpelihara menunjukkan penggunaan
penalaran induktif, yakni pengamatan yang berulang-ulang yang digunakan untuk mendirikan
aturan praktis. Sebaliknya, matematikawan Yunani menggunakan penalaran deduktif. Bangsa
Yunani menggunakan logika untuk menurunkan simpulan dari definisi dan aksioma, dan
menggunakan untuk. Dalam perkembangannya matematika Yunani melahirkan banyak sekali
matematikawan yang sangat berjasa dalam dunia matematika hingga saat ini. Salah satunya
adalah Euclid, ahli ilmu ukur Yunani yang besar. kedudukannya dalam sejarah terutama terletak
pada textbooknya yang hebat mengenai ilmu ukur yang bernama The Elements. Arti penting
buku The Elements tidaklah terletak pada pernyataan rumus-rumus pribadi yang dilontarkannya.
Sumbangan Euclid terletak pada cara pengaturan dari bahan-bahan dan permasalahan serta
formulasinya secara menyeluruh dalam perencanaan penyusunan buku. Untuk mengetahui secara
terperinci tentang matematikawan Euclid, akan dijelaskan dan dipaparkan dalam uraian makalah
ini.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1.    Siapakah Euclid sebenarnya ?

2.    Apa saja karya – karya yang diciptakan Euclid ?

3.    Apa sumbangsih pemikiran Euclid terhadap matematika ?

C.  Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :

1.    Menyampaikan informasi mengenai tokoh matematika Euclid

2.    Menyampaikan informasi mengenai karya-karya ciptaan Euclid

3.    Memberikan informasi mengenai sumbangsih pemikiran Euclid terhadap matematika

BAB II

EUCLID DARI ALEXANDRIA

A.       Biografi Euclid

Euclide adalah nama dari Arabisasi dari kata Εὐκλείδης Yunani, yang berarti "kemuliaan
baik." Euclide adalah tokoh ilmu ukur dari Yunani. Dia juga penyusun buku pelajaran yang terbesar
sepanjang abad.  Euclide  dikenal juga sebagai Euclid atau Euclid of Alexandria. Euclid ini adalah
salah satu murid dari akademi Plato di Athena. Selain kemasyhurannya, hampir tidak ada
keterangan terperinci mengenai kehidupan Euclid yang bisa diketahui. Dia pernah aktif sebagai
guru di Iskandaria, Mesir, pada sekitar 300 SM, tetapi kapan dia lahir dan meinggal benar-benar
tidak jelas. Bahkan, sulit diketahui di benua dan di kota mana dia dilahirkan. Yang jelas ia hidup
pada zaman Ptolemaeus l (305-285 SM.), raja Mesir bekas jenderal kesayangan Alexander Agung.
Ptolemaeus l membuat kota Alexandria jadi ibu kota. Jadi pusat perdagangan dan pusat ilmu
pengetahuan. Ptolemaeus l juga  membuat perpustakaan yang terbesar di dunia pada zaman itu.
Perpustakaan itu menyimpan 700.000 gulung naskah kuno. Euclide adalah orang pertama di dunia
yang mendirikan sekolah matematika  di Alexandria. Menurut  Proclus pada suatu hari
Ptolemaeus l ingin sekali belajar geometri dari Euclide. Ia mengundang Euclide ke istananya dan
mulai mendengarkan pelajaran geometri dari Euclide. Tapi kemudian Ptolemaeus merasa bahwa
geometri terlalu sulit dan terlalu lama untuk dimengerti. Maka ia minta agar pelajaran dipercepat.
Euclide menjawab, “Bagi raja pun tak ada jalan pintas ke geometri!”. Mekipun demikian, di bidang
geometri Euclid memberikan warisan penting bagi dunia. Maka tak mengherankan jika Euclid
disebut “ bapak” geometri. Namun dalam tulisan-tulisan orang-orang Arab bahwa  Euclid bin
Naqrat bin Znarjos, lahir  di Btabrh, kebangsaan Yunani. Begitu hebatnya Euclid menyusun
bukunya sehingga dari bentuknya saja sudah mampu menyisihkan semua buku teks yang pernah
dibuat orang sebelumnya. Buku ini aslinya ditulis dalam bahasa Yunani, kemudian diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa. Terbitan pertama muncul pada 1482, sekitar 30 tahun sebelum
penemuan mesin cetak oleh Johann Gutenberg. Sejak penemuan mesin cetak, buku itu diterbitkan
dalam ribuan edisi dengan beragam corak.
Buku The Elements jauh lebih berpengaruh ketimbang semua risalah Aristoteles tentang logika.
Buku ini adalah contoh komplit perihal struktur dedukatif dan buah pikir yang menakjubkan dari
semua hasil kreasi otak manusia.

Pada umumnya orang-orang Eropa tidak beranggapan bahwa geometri ala Euclid hanyalah sebuah
sistem abstrak. Mereka justru sangat yakin bahwa gagasan Euclid benar-benar merupakan
kenyataan yang sesungguhnya. Pengaruh Euclid terhadap Isaac Newtown juga sangat kentara. The
Principia karya Newton mirip dengan The Elements. Selain itu, berbagai ilmuwan juga mencoba
menyamakan diri dengan Euclid. Caranya dengan memperlihatkan bagaimana semua kesimpulan
mereka secara logis berasal dari asumsi asli. Itulah yang antara lain dilakukan oleh ahli-ahli
matematika seperti Bertrand Russel, Alfred North Whitehead, dan filosof Spinoza. Kini para ahli
matematika telah mamaklumi bahwa geometri Euclid bukan satu-satunya sistem geometri yang
menjadi pegangan pokok. Mereka maklum bahwa selama 150 tahun terakhir banyak orang yang
merumuskan geometri bukan ala Euclid.

B.       Karya –Karya Euclid

Euclid banyak menulis buku sebagai hasil karyanya. Salah satu karya Euclid yang terkenal adalah
bukunya yang berjudul "Stoicheia" atau The Element (unsur) tentang geometri (ilmu
ukur) yang jadi buku pelajaran yang di pakai di sekolah menengah di seluruh dunia selama 20 abad
lebih. Buku itu terdiri dari 13 jilid, sebagai berikut:

1.      Buku I

Isinya mulai dari aksioma, defenisi dan dalil-dail geometri. Terdapat 48 dalil geometri dalam buku
ini. 26 dalil pertama berisi tentang segitiga, antara lain tentang dalil dua segitiga yang kongruen.
Dalil 27-32 mengenai kesejajaran dan jumlah sudut segiitga adalah . Dalil 33-48 mengenai jajaran
genjang, segitiga siku-siku, dan bujursangkar dan luasnya. Dalil 47 adalah mengenai teorema
phitagoras dan dalil 48 mengenai kebalikan torema itu.

2.      Buku II

Terdapat mengenai transformasi aljabar, seperti perhitungan a(b+c) atau (a+b)2 dan hal tersebut


memberikan penyelesaian pada pers. Kuadrat secara umum yang dimisalkan dengan  x2 = a(a-
x) dan beberapa dalil mengenai aljabar geometri dan identitas aljabar.

3.      Buku III

Dalam buku ini terdapat dalil-dalil mengenai lingkaran, tali busur, garis singgung dan pengukur
sudut.

4.      Buku IV

Di dalam buku ini dibahas mengenai lukisan geometri menggunakan alat Euclide. Dengan alat
Euclide melukis segitiga, segilima, segiempat, segi enam, dan segi limabelas beraturan dengan
membagi-bagi busur lingkaran, melukis segi (n) beraturan. Sehingga sampai abad delapan belas
dianggap bahwa semua segi banyak dapat dilukis dengan alat Euclide. tetapi pada tahun 1796,
Carl Frederich Gauss membuktikan suatu segi banyak beraturan yang banyak sisinya bilangan
prima dapat dilukis  bila bilangan prima itu

f(n)= n+ 1. Untuk n = 0, 1, 2, 3, 4 berturut-turut didapat segi 3, 5, 17, 257, 65.537.

5.      Buku V

Buku ini berisi landasan tentang perbandingan teori Eudoxian mengenai perbandingan diperjalas
sehingga kehebohan penemuan bilangan irrasional oleh sekolah Pythagoras dapat dipecahkan.
Perbandingan dua besaran A dan B yang sejenis (sama-sama ruas garis, luas dan sebagainya) sama
dengan perbandingan dari besar C dan D yang sejenis. Jika terdapat bilangan positif m dan n yang
bulat sehingga untuk m A  n B sesuai dengan mC     n D atau A:B = C:D = m:n. teori Eudox ini
kemudian dikembangkan oleh Dedekind dan Weierstass.

6.      Buku VI

Buku ini berisi tentang bentuk kesamaan yang disajikan dengan sempurna dan homogen.
Penggunaan fakta/keterangan penting seperti pada persamaan kuadrat yang diaplikasikan untuk
menghitung luas. Dan metode ini digunakan untuk menentukan luas dari jajaran genjang sehingga
diketahui bahwa sudut yang salilng berhadapan memiliki besar yang sama.  Serta dibahas juga
mengenai teori-teori tentang  proporsi-proporsi dalam geometri.

7.      Buku VII -  IX

Buku ini membahas tentang teori bilangan yang berisi tentang landasan fakta sederhana dari teori
bilangan phytagoras yang sekarang disebut Algoritma Euclid. Yang dapat diketahui dengan
pembagian silang untuk menentukan FPB ( faktor persekutuan terbesar) dan KPK (kelipatan
persekutuan terkecil). Dalam hal ini juga ditambahkan bukti mengenai keunikan faktorisasi prima
menjadi faktor prima, perhitungan pangkat dan akar, penjumlahan deret geometri terhingga dan
bukti teori eksistensi pada bilangan prima yang tak terhingga. Selanjutnya telah dijelaskan pada
teorema phytagoras mengenai bilangan ganjil dan bilangan genap. Dalam buku ke IX  ditemukan
dalil mengenai pembentukan bilangan genap sempurna, seperti 6 = 1+2+3 = jumlah faktor-
faktornya. Jika Sn = 2n-1 adalah bilangan prima maka 2n-1.Sn adalah bilangan sempurna.

8.      Buku X

Buku ini berdasarkan pada studi sebelumnya pada Theaetetus, studi nya dimulai dengan
penelitian yang lama, Sulit sekali untuk dapat melihat secara keseluruhan karena bentuk yang
tidak praktis dan tujuan akhir yang berupa jenis bilangan irrasional.

9.      Buku XI

Buku ini berisi tentang beberapa data yang melibatkan prinsip dualitas yang mengacu pada garis
lurus dan bidang. Selanjutnya teorema yang paling penting pada trigonometri dan yang terakhir
teorema permukaan yang sejajar

10.  Buku XII

Buku ini berisi tentang perhitungan volume, dilanjutkan dengan membandingkan lingkaran


dengan kuadrat diameternya sedangkan bola dengan pangkat tiga dengan diameternya.Kemudian
hubungan antara tabung dengan garis tegak pada kerucut, yang semuanya dibuktikan dalam  teori
Eudoxian. Namun yang terpenting adalah keberhasilan Euclid dalam menentukan volume piramid.

11.  Buku XIII

Buku ini berdasarkan studi dari Eudoxus yang mengupas fakta mengenai penyelesaian bentuk-
bentuk umum pada bangun ruang.

Apa yang penting tentang Euclid 's Elemen adalah paradigma yang ditetapkannya untuk cara
bahwa matematika harus dipelajari dan dicatat. Dia mulai dengan beberapa definisi dari
terminologi dan ide untuk geometri, dan kemudian ia mencatat lima postulat penting (atau
aksioma) dari geometri. Sebuah versi dari postulat ini adalah sebagai berikut:

a.    P1 Melalui setiap pasangan titik berbeda di sana melewati garis.

b.    P2 Untuk setiap segmen ada titik E unik (pada baris yang ditentukan oleh A dan B)
sehingga E adalah antara A dan B dan segmen AE dengan segmen EB  adalah kongruen

c.    P3 Untuk setiap titik C dan masing-masing titik A berbeda dari C, terdapat lingkaran dengan pusat
C dan CA radius.

d.    P4 Semua sudut kanan adalah kongruen.

Ini adalah empat standar aksioma yang memberikan konsepsi kita tentang Euclidean geometri.
Aksioma kelima, topik studi intensif selama dua ribu tahun, adalah paralel yang disebut postulat
(dalam formulasi Playfair 's):
e.    P5 Untuk setiap l line dan setiap titik P yang tidak terletak pada l ada m garis melalui P yang unik
sehingga m sejajar dengan l.

Semua postulat membawa apa yang disebut dengan pembuktian diri (self-evidence). Postulat
kelima dibuktikan oleh Euclid tanpa memberikan cara pembuktian. Upaya pertama untuk
membuktikan postulat kesejajaran ini dilakukan oleh Girolamo Saccheri, pendeta Jesuit
berkebangsaan Italia, yang mendukung Euclid dengan menerbitkan buku berjudul Euclides ab
omni naevo vindicatus (“Euclid bebas dari semua kesalahan”) pada tahun 1733. Buku tersebut
tidak dapat menuntaskan kesalahan Euclid. Matematikawan terkemuka Jerman, Gauss, pertama
kali menemukan kesalahan postulat kelima tapi malu untuk mempublikasikannya sehingga
kehormatan diberikan kepada dua matematikawan lain yang mengungkapkannya dengan cara
penemuan Gauss. Janos Bolyai dari Hongaria dan Nicolai Lobachevsky secara terpisah mampu
membuktikan cacat postulat kelima Euclid dengan cara berbeda pula.

Penemuan kesalahan ini membuat berkembangnya geometri model baru. Dirintis oleh
Beltrami dari Italia, disusul Cayley dari Inggris, Poincare dari Perancis dan Felix Klein dari Jerman.
Terakhir, dirombak, diubah dan dilakukan penyesesuai kecil terhadap postulat-postulat Euclid
oleh [Bernhard] Riemann dari Jerman sehingga muncul bentuk-bentuk baru: hiperbola, parabola,
ellips yang merupakan jawaban bahwa alam semesta bukanlah pengikut aliran Euclid. Setelah
banyak ditemukan cacat pada doktrin Euclid, banyak pengikutnya mulai “menyerang” Euclid
dengan menyebut dia terlalu arogan dan memaksakan suatu pembuktian yang dibuatnya selalu
benar, misalnya: salah satu sisi segitiga tidak akan lebih panjang daripada jumlah kedua sisi
lainnya. Matematikawan modern mengkritik Euclid dari sudut pandang lain, yaitu: Euclid tidak
cermat dalam melakukan pembuktian. Terdapat beberapa kesalahan dan ide-ide yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Yang paling mencolok adalah postulat kelima yang juga lazim disebut
dengan postulat kesejajaran.

Para matematikawan berikutnya tidak dapat menerima pernyataan-pernyataan (postulat) yang


tidak dapat dibuktikan itu. Kemudian, muncul geometri non-Euclidian yang menggantikan
postulat-postulat itu dengan pernyataan yang dapat diterima umum.

Setelah 700 tahun, Theon dari Alexandria membuat perbaikan dari karya Euclide itu. Karya
Theon inilah yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pada tahun 1220, sarjana inggris yaitu
Adelard membuat terjemahan dalam bahasa latin dari terjemahan bahasa arab buku itu. Cetakan
pertama dari buku Elemen Euclide itu dalam bahasa latin dibuat di Venesia pada tahun 1482 oleh
Campanus. Terjemahan pertama dari bahasa Yunani ke dalam bahasa  latin dibuat oleh
Commadino    pada tahun 1572. Terjemahan lengkap ke dalam bahasa Inggris  dilakukan oleh
Bringsley pada tahun 1570.

  Ia juga mengarang buku-buku lain sebagai berikut:

a.        The Data, berhubungan dengan sifat dan implikasi dalam masalah geometris; dan terkait dengan
jilid ke-4 buku The Elements

b.    On Divisions of Figures, menyangkut pembagian bidang geometris menjadi dua atau lebih bagian
yang sama atau dengan rasio tertentu.

c.     Catoptrics, menyangkut teori matematika cermin, yaitu bentuk gambar pada cermin cekung.

d.    Phaenomena, sebuah risalah astronomi bola.


e.     Optik adalah perspektif awal yang masih bertahan Yunani. Yaitu Euclid mengikuti tradisi Platonis
dimana Vision atau pandangan tersebut disebabkan oleh sinar diskrit yang berasal dari mata. Hal-
hal yang dilihat di bawah sudut yang lebih besar tampak lebih besar, di bawah sudut yang lebih
rendah tampak lebih kecil, sementara yang di bawah sudut yang sama adalah sama.

    Karya – karya lain yang dipercaya merupakan karya dari Euclid tetapi telah hilang adalah sebagai
berikut :

1.    Conics adalah sebuah karya tentang kerucut yang kemudian diperluas oleh Apollonius dari Perga.
Kemungkinan bahwa empat buku pertama karya Apollonius berasal dari Euclid.

2.    Porisms membahas mengenai kerucut,

3.    Pseudaria, atau Kitab Fallacies, adalah teks dasar tentang kesalahan dalam penalaran.

Kita tahu dari laporan orang lain, misalnya laporan Proclus, ahli filsafat Yunani, yang menulis
tentang Euclide kira-kira 700 tahun sesudah Euclide meninggal.

Selain mencetuskan pemikiran-pemikiran mengenai permasalahan geometri, Euclid juga


mempelajari bilangan prima, mencari untuk menentukan bilangan mana yang masuk kategori
prima atau bukan. Euclid tidak pernah dapat menentukan bilangan prima, tetapi dia mampu
memberikan jawaban tentang bilangan prima: bilangan prima itu tidak terhingga.

Anak SD sekarang sudah terbiasa dengan bilangan prima. Dari angka 2 sampai dengan 50
terdapat 15 bilangan prima (2, 3, 5, 7, 11, 13, `7, `9, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47) ; dari 50 sampai
dengan 100 hanya 10 bilangan prima. Euclid membuat pernyataan: jika bilangan prima terbesar
adalah n, maka pasti ada bilangan > n, di mana dapat dicari dengan menggunakan 1 x 2 x 3 dan
seterusnya sampai n, kemudian ditambah 1 untuk mendapatkan hasilnya. Simbol matematika
untuk mengekspresikan adalah n! + 1 (n faktorial ditambah 1).

C.            Sumbangsih  Euclid Terhadap Matematika

Tidak banyak orang yang beruntung memperoleh kemasyhuran yang abadi seperti Euclid, ahli ilmu
ukur Yunani yang besar. Meskipun semasa hidupnya tokoh-tokoh seperti Napoleon, Martin
Luther, Alexander yang Agung, jauh lebih terkenal ketimbang Euclid tetapi dalam jangka panjang
ketenarannya mungkin mengungguli semua mereka yang disebut itu. Format yang dibuat Euclid
membantu terjadi standarisasi matematika Yunani. Subyek-subyek yang dibahas oleh Euclid
mencakup bentuk-bentuk, theorema Pythagoras, persamaan dalam aljabar, lingkaran, tangen,
geometri ruang, teori proporsi, bilangan prima, bilangan sempurna, integer positif, bilangan
irrasional, gambar tri-matra (tiga dimensi). Euclid meninggalkan warisan yang berguna bagi
pengembangan matematika. Kompilasi hasil-hasil karya matematikawan sebelumnya lewat
buku Elements, menunjukkan “benang merah” bahwa pengembangan matematika tidak lepas dari
peran pemikir Yunani. Kritik terhadap Euclid justru memicu munculnya non-Euclidian yang
melengkapi bahasan Euclid. Bentuk parabola, hiperbola dan elips mulai mendapatkan perhatian
dari para matematikawan. Arti penting buku The Elements tidaklah terletak pada pernyataan
rumus-rumus pribadi yang dilontarkannya. Hampir semua teori yang terdapat dalam buku itu
sudah pernah ditulis orang sebelumnya, dan juga sudah dapat dibuktikan kebenarannya.
Sumbangan Euclid terletak pada cara pengaturan dari bahan-bahan dan permasalahan serta
formulasinya secara menyeluruh dalam perencanaan penyusunan buku. Di sini tersangkut, yang
paling utama, pemilihan dalil-dalil serta perhitungan-perhitungannya, misalnya tentang
kemungkinan menarik garis lurus diantara dua titik. Sesudah itu dengan cermat dan hati-hati dia
mengatur dalil sehingga mudah difahami oleh orang-orang sesudahnya. Bilamana perlu, dia
menyediakan petunjuk cara pemecahan hal-hal yang belum terpecahkan dan mengembangkan
percobaan-percobaan terhadap permasalahan yang terlewatkan. Perlu dicatat bahwa buku The
Elements selain terutama merupakan pengembangan dari bidang geometri yang ketat, juga di
samping itu mengandung bagian-bagian soal aljabar yang luas berikut teori penjumlahan.

Adalah adil jika kita mengatakan bahwa buku Euclid merupakan faktor penting bagi pertumbuhan
ilmu pengetahuan modern. Ilmu pengetahuan bukanlah sekedar kumpulan dari pengamatan-
pengamatan yang cermat dan bukan pula sekedar generalisasi yang tajam serta bijak. Hasil besar
yang direnggut ilmu pengetahuan modern berasal dari kombinasi antara kerja penyelidikan
empiris dan percobaan-percobaan di satu pihak, dengan analisa hati-hati dan kesimpulan yang
punya dasar kuat di lain pihak.

Kita masih bertanya-tanya apa sebab ilmu pengetahuan muncul di Eropa dan bukan di Cina, tetapi
rasanya aman jika kita menganggap bahwa hal itu bukanlah semata-mata lantaran soal kebetulan.
Memanglah, peranan yang digerakkan oleh orang-orang brilian seperti Newton, Galileo dan
Copernicus mempunyai makna yang teramat penting. Tetapi, tentu ada sebab-musababnya
mengapa orang-orang ini muncul di Eropa. Mungkin sekali faktor historis yang paling menonjol
apa sebab mempengaruhi Eropa dalam segi ilmu pengetahuan adalah rasionalisme Yunani,
bersamaan dengan pengetahuan matematika yang diwariskan oleh Yunani kepada Eropa. Patut
kiranya dicatat bahwa Cina --meskipun berabad-abad lamanya teknologinya jauh lebih maju
ketimbang Eropa-- tak pernah memiliki struktur matematika teoritis seperti halnya yang dipunyai
Eropa. Tak ada seorang matematikus Cina pun yang punya hubungan dengan Euclid. Orang-orang
Cina menguasai pengetahuan yang bagus tentang ilmu geometri praktis, tetapi pengetahuan
geometri mereka tak pernah dirumuskan dalam suatu skema yang mengandung kesimpulan.

Bagi orang-orang Eropa, anggapan bahwa ada beberapa dasar prinsip-prinsip fisika yang dari
padanya semuanya berasal, tampaknya hal yang wajar karena mereka punya contoh Euclid yang
berada di belakang mereka. Pada umumnya orang Eropa tidak beranggapan geometrinya Euclid
hanyalah sebuah sistem abstrak, melainkan mereka yakin benar bahwa gagasan Euclid --dan
dengan sendirinya teorinya-- memang benar-benar merupakan kenyataan yang sesungguhnya.

Pengaruh Euclid terhadap Sir Isaac Newton sangat kentara sekali, sejak Newton menulis buku
kesohornya The Principia dalam bentuk kegeometrian, mirip dengan The Elements. Berbagai
ilmuwan mencoba menyamakan diri dengan Euclid dengan jalan memperlihatkan bagaimana
semua kesimpulan mereka secara logis berasal mula dari asumsi asli. Tak kecuali apa yang
diperbuat oleh ahli matematika seperti Russel, Whitehead dan filosof Spinoza. Sebenarnya, sejak
teori relativitas Einstein diterima orang, para ilmuwan menyadari bahwa geometri Euclid tidaklah
selamanya benar dalam penerapan masalah cakrawala yang sesungguhnya. Pada kedekatan
sekitar "Lubang hitam" dan bintang neutron --misalnya-- dimana gaya berat berada dalam derajat
tinggi, geometri Euclid tidak memberi gambaran yang teliti tentang dunia, ataupun tidak
menunjukkan penjabaran yang tepat mengenai ruang angkasa secara keseluruhan. Tetapi, contoh-
contoh ini langka, karena dalam banyak hal pekerjaan Euclid menyediakan kemungkinan perkiraan
yang mendekati kenyataan. Kemajuan ilmu pengetahuan manusia belakangan ini tidak
mengurangi baik hasil upaya intelektual Euclid maupun dari arti penting kedudukannya dalam
sejarah.

BAB III

SIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1.    Euclid adalah tokoh ilmu ukur dari Yunani. Dia juga merupakan guru di Iskandaria, Mesir, pada
sekitar 300 SM. Seorang matematikawan yang sangat berpengaruh bagi perkembangan
matematika dan pemikiran matematikawan lainnya seperti Isaac Newtown.

2.    Karya Euclid yang dikenal antara lain adalah:

The Data, The Elements,  On Divisions of Figures, Catoptrics, Phaenomena, Optik

Karya – karya lain yang dipercaya merupakan karya dari Euclid tetapi telah hilang adalah sebagai
berikut : Conics  ,Porisms membahas mengenai kerucut, Pseudaria, atau Kitab Fallacies, adalah
teks dasar tentang kesalahan dalam penalaran

3.    Adapun kontribusi atau sumbangsih Euclid terhadap matematika diantaranya terletak pada cara
pengaturan dari bahan-bahan dan permasalahan serta formulasinya secara menyeluruh dalam
perencanaan penyusunan buku yang mencakup bentuk-bentuk, theorema Pythagoras, persamaan
dalam aljabar, lingkaran, tangen, geometri ruang, teori proporsi, bilangan prima, bilangan
sempurna, bilangan bulat positif, bilangan irrasional, gambar tri-matra (tiga dimensi), petunjuk
pemecahan masalah,  pemilihan dalil-dalil serta perhitungan-perhitungannya,

DAFTAR PUSTAKA

http://aleph0.clarku.edu/ ~ djoyce / java / elemen / elements.html.

http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk

http://www-history.mcs.st-andrews.ac.uk/history/Mathematicians/Euclid.html

http://jwilson.coe.uga.edu/emt725/Heron/HeronProofGeom.html.

http://id.hicow.com/articles/Euclid
http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika_murni

http://personal.fmipa.itb.ac.id/novriana/files/2010/09/5-Ruang-Hasil-Kali-Dalam-v2011.pdf

http://p4mristkippgrisda.wordpress.com/2011/03/03/the-ancient-greeks-part-2/

http://www.apprendre-math.info/indonesien/historyDetail.htm?id=Euclid

http://www.mate-mati-kaku.com

http://www.math.bme.hu/mathhist/BigPictures/EuclidTheorem.gif.

Diposting oleh Unknown di 16.43 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼  2013 (30)
o ▼  Mei (30)
 Cara Mengajar Matematika, Bagaimana?
 CALCULUS FOR MY LIFE
 Selayang perkembangan angka nol
 Matematika adalah pilihanku
 CARA MUDAH BELAJAR MENCINTAI MATEMATIKA
 Magical 10001
 Media pembelajaran Matematika
 MATEMATIKA EROPA
 “Menguak” 1/0
 DARI BENCI JADI CINTA MATEMATIKA
 SIFAT KONTIGENSI
 DUMMETT DAN FULL BLOODED CONVENTIONALISM
 KEMAMPUAN PERMAINAN BAHASA YANG TIDAK DAPAT DITIN...
 “KONSEPSI PERMAINAN BAHASA”
 KALKULUS SAMPAI KONSEP PERMAINAN BAHASA
 FILOSOFI MATEMATIKA DI ANTARA DUA GOLONGAN
 THE CAMBRIDGE COMPANION TO WITTGENSTEIN
 A philosophy of mathematics
 Perkembangan Matematika dan Sains Periode Helenism...
 Sekilas Tentang Plato
 Sekilas Tentang Neo Pythagorean dan Neo Platonist
 Permulaan Ide Matematika pada Masa Yunani Kuno
 Set (Mathematic)
 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE KE-2
 Sejarah Angka Nol
 Euclid of Alexandria
 About The Irrational
 Hipotesis
 Macam-Macam Korelasi
 Prinsip Induksi matematis
Mengenai Saya
Unknown

Lihat profil lengkapku

Total Tayangan Halaman


37191
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.

ARHIMEDES MEMULAI BANGKU SEKOLAHNYA DI KOTA ALEXANDRIA DISANALAH IA BERTEMU


DENGAN ERASTHOTENES DAN CONON YANG MERUPAKAN ILMUWAN MATEMATIKA

Anda mungkin juga menyukai