BAB I
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Helenisasi adalah sebuah kata yang diturunkan dari kata Hellas (nama kuno untuk Yunani.
Helenisasi sendiri adalah istilah teknis untuk menggambarkan proses perubahan kultural yang
terjadi sekitar Abad ke-2 sM hingga parohan Abad Pertama Masehi di mana pengaruh
kebudayaan Yunani (termasuk dalam hal cara hidup) sangat dominan. Dominasi kebudayaan
Yunani ini tidak dapat dilepaskan dari perluasan kekuasaan Yunani di bawah pimpinan
Aleksander Agung pada Abad ke-3 sM. Jauh sebelum ekspansi yang dilakukan oleh Aleksander
Agung (332-323) kerajaan Makedonia (Yunani) telah melakukan kontak dengan bangsa-bangsa
lain seperti: Mesir, Siria, dan Asia Kecil. Mereka telah membangun kota-kota di pantai-pantai
Asia Kecil, membangun pos-pos dagang di pantai Siria, dan melakukan hubungan dagang
dengan Mesir.
BAB II
PEMBAHASAN DAN ISI
2.1 HELENISASI
Rentang waktu 420 tahun antara penghancuran Yerusalem oleh Nebukadnezar (587) dan
pecahnya pemberontakan kaum Makabe(587) dan pecahnya pemberontakan kaum Makabe(167)
memperhatikan suatu perubahan kebudayaan yang sangat besar, bukan hanya di Palestina,
melainkan juga di seluruh Timur Dekat. Perubahan ini biasanya dijelaskan sebagai
“helenisasi”.Istilah tersebut tidak menguntungkan sebab mengandaikan bahwa perubahan itu
seluruhnya dikaitkan dengan peniruan cara cara Yunani. Padahal bukan itu masalahnya.
Perubahan itu memang disebabkan oleh pengaruh Yunani dan unsur unsur dominan dalam
beberapa aspek kebudayaan yang dihasilkannya adalah Yunani, terutama dalam bahasa, rancang
bangun dan dekorasi, bisnis, dunia kesarjanaan dan teknologi. Oleh karena itu, kita akan
memulai penelitian tentang helenisasi Palestina dengan memperhatikan dalam cara-cara apa saja
pengaruh Yunani berlangsung di negeri itu.
Perdagangan antara Palestina dan Kepulauan Yunani sudah terjadi sejak lama dan makin
berkembang pada zaman Perunggu(4000-3000SM). Invasi-invasi yang terjadi pada akhir
milenium kedua dipastikan telah bercampur dengan perdagangan tersebut, tetapi tak sepenuhnya
menghentikan kegiatan itu. Diantara para penyerbu, terdapat orang Filistin yang terkenal sebagai
bangsa pelaut. Mereka banyak melakukan hubungan-hubungan dengan orang Yunani. Melalui
legenda, Gaza selalu dikaitkan dengan Kreta dan ada bulan linguistik dan arkeologis yang
mendukung legenda itu.
Sepanjang milenium pertama sebelum Masehi,perdagangan selalu disertai dengan
gelombang emigrasi orang-orang Yunani dan orang-orang Aegae lainnya(pantai Laut Tengah
sebelah Timur Yunani). Mereka bekerja sebagai tentara bayaran yang akan dipakai oleh
penguasa penguasa Timur dekat. Tentara tentara bayaran Daud, yakni “orang-orang Kreti dan
Pleti, “diduga sebagai “orang Kreta dan Filistin, “dan dugaan itu cukup masuk akal. Tentara-
tentara Kari (atau Kreta) dari Atalya menempatkan Yoas di singgasana kira kira tahun 840.Dua
abad kemudian para petualang Yunani kemungkinan telah memainkan peran cukup penting
dalam membantu orang Mesir melawan Assyria. Suatu legenda dalam laporan laporan Herodotus
menyebutkan bahwa raja Mesir, Psammetikhus I, dalam paro kedua abad ke 7 SM, mengakui
bahwa penaklukannya atas Assyria adalah berkat aliansinya dengan orang-orang Yunani. Jadi
dapat dipastikan banyak orang Yunani yang menjadi anggota pasukan ketika Nekho, putra
Psammetikhus, mengalahkan dan membunuh Raja Yosia dari Yehuda pada tahun 609.Kematian
Yosia telah mengakhiri Reformasi Deuteronomis. Yosia sendiri mempunyai beberapa pasukan
Yunani. Ada “Kitim”yang menjaga benteng Yehuda di Arab pada zaman Yosia, dan ditemukan
keramik Yunani abad ke-7 SM di Negeb tengah. Nekho merayakan kemenangannya dengan
mengirim persembahan ke kuil Apollo di wilayah Miletus. Cucu Nekho, Apries, yang mencoba
membebaskan Yerusalem dari pengepungan dengan mengirim satu pasukan ke Palestina pada
tahun 588, memiliki sekitar 30.000 orang Yunani dalam masa pemerintahannya. Jadi orang
orang Yahudi yang melarikan diri dari Palestina ke Mesir pasca kejatuhan Yerusalem,
sebenarnya lari ke suatu negeri yang telah menerima pengaruh Yunani sejak lama da sangat
penting. Lebih lanjut, di suatu kota tertentu tempat mereka melarikan diri, Firaun Psammetikhus
mendirikan suatu wilayah permukiman bagi tentara-tentara bayaran Yunani. Nebukadnezar juga
memiliki tentara-tentara bayaran Yunani dalam pasukannya. Salah seorang diantaranya adalah
saudara laki laki penyair Alcaeus, yang pulang kembali untuk menceritakan kejatuhan Askelon,
suatu peristiwa penaklukan oleh Nebukadnezar tahun 604 yang juga disambut gembira oleh
Yeremia. Suatu teks Babilonia yang mencatat tentang pembayaran minyak kepada Yoyakhin,
“putra Raja Yehuda”, juga mencatat pembayaran pembayaran yang serupa kepada tujuh orang
tukang kayu Yunani.
Dengan penaklukan oleh Persia, Palestina menjadi bagian dari suatu Kekaisaran yang
meliputi wilayah wilayah Yunani di Asia Kecil dan membangun tentaranya degan
memberlakukan wajib militer bagi penduduk di wilayah wilayah itu. Orang orang Yunani yang
menjalani wajib militer sudah pasti memainkan peran yang besar dalam pasukan Persia.
Sebagian mungkinn ditempatkan di Palestina yang merupakan wilayah penting dalam sejarah
militer Persia Negeri itu menjadi jalur komunikasi orang orang Persia ketika mereka
menaklukkan Mesir(525-521) dan kemudian ketika mereka harus menumpas berbagai
pemberontakan disana. Meskipun terjadi penaklukan oleh Persia, pengaruh Yunani masih tetap
kuat di Mesir dan para pedagang, tentara bayaran serta pelancong Yunani sudah biasa disana.
Pemberontakan tahun 460-449 di dukung oleh orang orang Athena yang selama beberapa waktu
menguasai negeri itu dan bertahan selama enam tahun.Gambaran minimal kekuatan ekspedisi
mereka di Mesir adalah 8.000 orang dan maksimal 50.000 orang. Mereka juga bertempur di
pesisir Palestina Syria. Bahkan telah dikemukakan, meskipun dengan bukti yang kabur, bahwa
mereka menaklukkan Dora, kira kira 60 mil barat daya Yerusalem, sebagai basis operasi mereka.
Walaupun akhirnya kalah, orang orang Athena tetap mempunyai hubungan yang penting dengan
Mesir dan kemungkinan mendukung para pemberontak Mesir lagi pada tahun 440an.Persja
akhirnya kehilangan Mesir pada tahun 404-401.Setelah itu, Palestina menjadi wilayah perbatasan
dan dijaga oleh garnisun tentara. Sisa sisa benteng Persia membentang kira kira sejauh 15 mil
melintasi wilayah selatan Gaza.Garnisun Persia di Gaza cukup tangguh dan gigih untuk
menghadang Alexander dalam pertempuran mati matian selama tiga bulan.
Sekitar tahun 420 orang-orang Persia mulai mempekerjakan tentara tentara bayaran Yunani
sambil menerapkan wajib militer untuk orang Yunani. Kekuatan tentara bayaran ini dengan cepat
membesar. Selama tahun 379-374, sekitar 12.000 tentara bayaran dikumpulkan di Galilea dalam
persiapan kampanye perang melawan Mesir. Selain dengan penetrasi militer oleh pasukan
pasukan Yunani, berlangsung pula penetrasi ekonomi dan kebudayaan oleh pedagang pedagang
Yunani. Palestina dilintasi oleh rute rute oerdagangan, bukan hanya bagi mereka yang dari Mesir
ke Fenisia, Syria dan Babilonia, melainkan juga mereka yang dari Damaskus, Gereja di Teluk
Persia dan Arabia Selatan, ke pelabuhan pelabuhan pesisir Mediterania. Perjalanan berlangsung
lambat dan setiap kota atau desa di sepanjang jalan dapat berfungsj sebagai tempat perhentian
selama semalam. Suatu wilayah yang dilalui oleh rute rute ini sulit untuk menjaga agar
penduduknya tidak terkontaminasi oleh kebudayaan lain atau mempertahankan suatu tradisi
kebudayaan yang terisolasi.
Bukti bukti arkeologis penetrasi unsur unsur asing ke dalam negeri itu memperlihatkan
bahwa ada permukiman Yunani di sepanjang pesisir itu pada akhir abad ke 7 dan bahkan kota
kota kecil di bagian pusat negeri itu memiliki hubungan dagang dengan Yunani pada abad ke 7.
Kemana barang dagangan Yunani mengalir, kesana lah para saudagar Yunani mengikutinya.
Beberapa hari mereka adalah penduduk Akko pada masa pemerintahan Demosthenes (384-322)
dan Yoel (agaknya sezaman dengan Demosthenes) yang mengeluhkan berapa orang orang asing
sering melintasi Yerusalem. Mungkin untuk kepentingan dagang mereka tetapi juga untuk
kebutuhan domestik. Bukan hanya keramik dan uang logam yang menjadi sarana sarana yang
dengannya ikonografi Yunani diperkenalkan ke negeri itu. Bersama dengan uang logam, berlaku
pula materai. Suatu kelompok yang representatif dari periode Persia, di Museum Arkeologis
Palestina, Yerusalem, memasukkan tiga tampilan Herkules, satu sayur(dewa hutan dalam
legenda Yunani, berbentuk setengah manusia, setengah kambing) yang sedang menari, dua pria
“setengah lari”dalam gaya kuni Yunani(seorang diantaranya bersayap) dan seorang Persia yang
memegang Phallus. Sebagai komentar yang mengenai materai(bullaea) dan stempel (signet)dan
Wadi Daliyeh, Cross menulis, “Orang sangat terkesan dengan semangat Yunani Attic yang
berpengaruh dalam seni ukir Samaria pada zaman sebelum kedatangan Alexander.Disamping
menampilkan ukuran ukuran seperti itu, patung patung kecil dewa dewa Yunani pun populer.
Sejak abad ke 6 dan awal abad ke 5,museum yang sama juga memamerkan seoarang dewi yang
duduk dengan gaya Yunani, kepala Athena, seorang pria yang sedang berbaring dengan
memegang sebuah rhyton(seperti lukisan orang yang mati sebagai pahlawan pada relief kuburan
Yunani) dua kepala Herkules, satu topeng Korea(aRhodian) dua patung perempuan Astarte(dewi
kesuburan Fenisia) yang memperlihatkan pengaruh Yunani, dua “ibu para dewi”(perempuan
yang sedang hamil), ISIS dan Horus yang memegang setangkai gandum, yang mengingatkan kita
akan simbolisme Eleusinian. Patung patung itu banyak memperlihatkan pengaruh Yunani baik
secara tak langsung maupun yang dikombinasikan dengan ciri ciri wilayah wilayah Timur Dekat.
Rusaknya dasar dasar kehidupan yang telah dibangun bersamaan dengan pendudukan
militer oleh orang orang asing itu hampir tak perlu disebutkan. Namun, tampaknya perlu
ditekankan bahwa pasukan pasukan itu melakukan perjalanan di darat hampir seluruhnya dengan
berjalan kaki. Akibatnya mereka tersebar di seluruh negeri itu dan melakukan kontak intim
dengan oenduduk. Hal ini tak dapat dihindari karena tentara tentara yang ramah dan harus
meninggalkan negeri itu, bagai sekawanan belalang yang ramah. Lainnya memperhatikan
kekerapan yang menyebabkan para tentara itu memperoleh hak gak kemasyarakatan di daerah
mereka ditempatkan, kebiasaan berkemah dan bahkan kebiasaan melewati musim dingin di
pinggiran kota, yang menyebabkan pasukan pasukan itu berhubungan erat dengan penduduk
desa, serta kebiasaan pasukan pasukan pelintas dan garnisun garnisun permanen menginap kan
serdadu serdadunya di keluarga keluarga sipil.
Tangan Helenistik bukanlah suatu kelompok militer yang eksklusif. Namun, khususnya
dalam Kekaisaran Seleukid, mereka lebih merupakan suatu organisasi internasional, yang terdiri
atas pasukan pasukan dari segala bangsa yang berintikan orang Yunani-Makedonia dan di bawah
perintah Yunani. Pasukan pasukan ini membentuk pusat ekonomi dan sosial, yang diikuti oleh
para pembeli(barang barang rampasan, budak budak dan lain lain), para pedagang, penukar uang,
perempuan dan anak anak mereka, para pelayan dan budak serta bermacam macam pengikutnya.
Kelompok tentara ini merupakan sebuah “kota nomadis”yang secara konstan saling berrtukar
penduduk dengan orang orang dari berbagai wilayah yang mereka lewati, yang menerima
individu-individu ataupun kelompok kelompok sebagai tambahan, dan memberi kembali para
desertir ataupun seluruh koloni, yang dilepaskan untuk membentuk atau mereformasi bagian
bagian strategis dari kota kota. Dalam 260 tahun sejak kematian Aleksander hingga penaklukan
Yerusalem oleh jenderal Romawi, Pompey, terdapat sekitar 200 operasi perag di Palestina atau
yang melintasi Palestina. Sejarah militer ini sendiri memperlihatka bahwa tidak ada bagian dari
negeri itu yang dapat melepaskan diri dari pengaruh Yunani.
Namun sejarah militer ini sekarang dilengkapi oleh kebijaka-kebijakan Yunani tentang
kolonisasi militer dan fondasi kota-kota itu. Makna penting dari hal-hal itu tidak selalu
dimengerti secara benar."Fondasi" sering tak lebih dari pada sekedar transaksi hukum dan
finasial: Dalam rangka membiayai diri, suatu kota berhak mengundang bebarapa anggota
keluarga kerajaan untuk merevisi konstitusinya agar sejalan dengan garis kebijaksanaan Yunani,
dan memerintah dirinya sendiri melalui perwakilan-perwakilannya sendiri, yang dipilih sesuai
dengan sistem yang direvisi itu. Dengan demikian, kota itu dapat mendepak gubernur sipil
kerajaan dan stafnya. Ini merupakan sebuah upaya penghematan yang luar biasa dalam hal
keuangan maupun kinerja, meskipun komandan militer kerajaan, pejabat-pejabat keuangan dan
sejenisnya tetap dipertahankan. Kesempatan untuk merevisi konstitusi pun membuka peluang
suara dan haka tau menghapus hak hal dalam mengambil sikap oposisi. Karena perselisihan-
perselisihan faksional sudah mewabah di kota-kota helenistis, kesempatan ini tidak diabaikan.
Raja-raja yang membutuhkan uang dapat membujuk beberapa kota untuk menerima "fondasi"
seperti itu. Antiokhus Epifanes mendirikan setengah lusin kota di Palestina dan Trans-Yordan
seorang diri. Sebagian besar kota-kota itu sudah otonom sebelum diberlakukan "fondasi
Epifanes". Usaha-usahanya tidak selalu diterima dengan baik. Dalam 2 Makabe 4:7-5:26 dan 1
Makabe 1:11-64 kita mempunyai catatan (dari pihak oposisi) tentang peristiwa-peristiwa yang
mempunyai fondasinya atas Antiokhua-di- Yudea (Sebelum Yerusalem).
Pada pihaklain, fondasi bisa berarti penciptaan secara menyeluruh suatu kota baru pada
satu tempat yang sebelumnya kosong atau hanya ditempati satu desa.Contoh contoh utamanya
adalah Aleksandria dan antiokhia. Rupanya tidak ada kota falestina yang dianggap penting untuk
dibangun menurut cara seperti ini sebelum periode herodes, kecuali di beberapa tempat misalnya
di kota besar Trans Yordan, gaza, dan samaria. Diantara ekstrem-ektrem ini, beberapa prosedur
dimungkinkan. Namun, melalui "fondasi", umumnya suatu kota berharap mendapatkan bukan
hanya nama yunani (biasanya dikaitkan dengan suatu dinasti), tetapi juga suatu konstitusi
bercocok Yunani yang diajukan kepada pemerintahan melalui perwakilan yang dipilih, dan
otonomi dalam negeri, urusan-urusan sipil; juga bantuan dengan mendirikan balai kota
(khususnya pembentangan) dan mungkin juga pemberian wilayah di sekitar kota itu. Namun ada
banyak kota tanpa Yunani ataupun nama dinasti yang tampaknya menikmati keistimewaaan-
keistimewaan ini( Askalon, Yope, dan lain-lain). Secara khusus hampir semua kota rupanya telah
memiliki wilayah yang cukup luas di bawah kewenangannya sendiri dan karena itu tunduk pada
pengaruh warga kotanya. Selain itu, dengan tersedianya cukup catatan, kita menemukan banyak
keistimewaan serupa yang meluas bahkan sampai ke desa-desa; desa-desa itu sering dibentengi,
menguasai tanah-tanah publik yang memungkinkan mereka menerima pendapatan, menguasai
bangunan-bangunan penting (tempat mandi,pasar,dan lain-lain), dan memiliki hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi untuk berbagai urusan mereka sendiri. Prasasti-prasasti mereka
juga menunjuk kepada dewan local dan akan ditemukan pada awal pertama Masehi. Dari periode
lebih awal itu kita menemukan sejumlah nama Yunani untuk tempat-tempat yang tidak lebih
daripada desa-desa, tetapi yang terbukti oleh penduduk-penduduk Yunani dan karena itu
mempunyai bentuk- bentuk kebudayaan Yunani. Ini menunjukkan perbedaan kota dan desa tidak
terlalu tajam. Para rabiibrani tidak pernah mengembangkan suatu kata khusus untuk kota dalam
pengertian Yunani, tetapi menggunakan kata Ir baik kota maupun desa.
Jadi kota-kota yang didirikan oleh dinasti-dinasyi Helenistis sendiri tidak membentuk
kelas yang berbeda. Tidak ada yang seperti koloni Romawi di masa lebih kemudian, kecuali satu
aspek dari kebijakan yang bermaksud di masa lebih kemudian, kecuali satu aspek dari kebijakan
yang bermaksud menyediakan orang-orang Yunani sebagai pengikut raja-raja dan mendirikan
pusat-pusat dari penduduk yang loyal di seluruh wilayah itu. Jadi, perbedaan yang umumnya
digambarkan antara kota-kota Yunani dan pendalaman semitis terlalu dibesar-besarkan. Wilayah
pendalaman telah ditembus oleh unsur-unsur dan pengaruh-pengaruh Yunani. Kepentingan
administratif dan ekonomis itu direpresentasikan misalnya oleh Zeni, seorang agen Apollonius,
materi keuangan Ptolemeus II. Pada tahun 259-258 SM, Zeno mengunjungi Gaza, Marisa,
Yamnia, Menara strato, Yerusalem, Yerikho, birta, Avila, beberapa kota di hauran, kadesy, bet
anat dan ptolematis. Korespondensinya memperlihatkan bahwa ia membangun hubungan dengan
Askalon, Yope, Petai, Tirus, Sidon, Baritos, Tripolis, Adira dan Filadelfia. Staf khusus
dapaterken keuangan kerajaan dan dengan demikian terpisah dari administrasi reguler yang
terdiri atas tigas bagian yaitu: 1). Negara, yang rupanya telah dibagi ke dalam sejumlah distik
besar, masing-masing memiliki seorang administrator sipil dan bawahan-bawahannya. 2).
Seorang komandan militer yang bertanggung jawab atas pasukan yang ditempatkan disana, dan
3). Seorang penjabat yang mengurus pendapatan pemerintahan dan bertanggung jawab mengatur
para pemungut pajak. Di samping ketiga cabang utama ini terdapat pula: 1). Pejabat-pejabat
khusus dari raja atau menteri-menteri utama. 2). Sistem peradilan tertentu 3). Pejabat-pejabat
dari lembaga-lembaga kerajaan yang khusus, seperti bank kerajaan. 4). Agen rahasia, suatu
badan pemberi informasi yang oleh Tarn dihubungkan dengan pengkhotbah 10:20. 5). Pejabat -
pejabat dari unit-unit administrafik lokal. Di Yamnia tahun 259 SM. Kita menemukan seseorang
perwakilan khusus kerajaan, dua pejabat garnisun, juru bayar kepala, seorang perwakilan khusus
dan seorang juru tulis. Surat-surat Zeni tak hanya memberikan bukti tentang sistem administratif
yang ada dimana-mana, tetapi juga soal hubungan-hubungan bisnis dan perbankan yang sama
luasnya. Secara mengagumkan, Bickerman meringkaskan intisari bukti-bukti linguistik dalam
pernyataannya bahwa
Bahkan di desa-desa harus ada orang-orang yang mampu membuat naskah perjanjian
dalam bahasa Yunani, atau menulis suatu permohonan dalam gaya yang diisyaratkan untuk suatu
petisi Yunani. Pada zaman Zeno, kita mengetahui tentang tanah milik Apollonius di Bet Anat,
Galilea. Bukti tentang tanah- tanah milik seperti itu, sejak Makabe dan periode-periode
sesudahnya, dikumpulkan oleh Herz, Grossgrundbesitz. Dalam semuanya ini kita telah
mendiskusikan hanya cara cara langsung yang memungkinkan pengaruh Yunani memasuki
Palestina. Namun, khususnya dalam periode Persia, pengaruh tak langsung kebudayaan Yunani,
yang terjadi melalui bangsa-bangsa sekitarnya, ternyata lebih besar daripada yang dilakukan
secara langsung oelh orang-orang Yunani. Bagian Utara Palestina, yakni tirus dan sidon, telah
disusupi secara mendalam oleh pengaruh Yunani jauh sebelum abad ke 5 (misalnya, ketika
mereka mulai membeli tiruan-tiruan peti jenazah mesti dari pabrik-pabrik Yunani). Ada koloni
orang tirus di Yerusalem pada masa Nehemia13:16. Di Marisa terdapat koloni orang sidon Sohi
di sanet, yang darinya sisa-sisa yang terpelihara berasal dari abad ke 3-2 SM, yang penuh dengan
tiruan-tiruan barang Yunani. Yosefus menggambarkan orang-orang samaria dari sikhem sebagai
orang-orang yang menyebut diri mereka orang-orang sidon, khususnya ketika mereka meminta
izin untuk mempersembahkan kuil dibukit gerizim kepada jehusellenous. Kebenaran apapun
yang terkandung di dalam cerita itu memberi kesaksian adanya suatu tradisi tentang pengaruh
sidon dikota itu. Mata uang koin tirus lebih menonjol dalam penemuan-penemuan terakhir dari
samaria abad ke 4 dan menjadi mata uang yang biasa digunakan di Palestina dan ditransyordan
selama periode otolemeus (300-200 SM). Hingga ke selatan Palestina, pengaruh Yunani bahkan
jauh lebih besar dimesir dari pada fanesia yang terletak di Utara. Orang orang fanesia pernah di
dukung oleh orang Yunani dalam pemberontakan mereka melawan Persia tahun 385-381 dan
351-350. Namun, sebagaimana kita lihat diatas, Mesir sudah bersandar pada dukungan Yunani
berskla
besar dalam perjuangannya melawan assieria pada abad ke 7 SM. Namun sepanjang yang
menjadi perhatian adalah orang orang Yunani Palestina, kelompok luar yang paling berpengaruh
mungkin sekali adalah orang orang Yahudi di aspora adalah yang telah mulai disyriaa Utara
sejak abad ke 8, Dimesir paling lambat sejak abad ke 7. Selama abad ke 4 dan ke 3, khususnya
sejumlah besar orang mengalami perbudakan (bukan hanya dalam kampanye militer; budak
adalah komunitas ekspor utama negeri itu sepanjang periode ptolemeus dan semakin
berkembang pada zaman Persia) wajib militer (Yang sering disebut baik) dan lebih kurang
emigrasi sukarela (Palestina merupakan negeri yang terus menerus ditindas oleh berbagai
gerakan tentara dan pada umumnya miskin).
Pemberian-pemberian orang Yahudi diaspora kepada Yerusalem ber-awal dari
kembalinya orang-orang buangan pada akhir abad ke-6, kalau bukan sebelumnya. Beberapa
waktu setelah kanonisasi Hukum, muncul pembayaran pajak-pajak reguler yang ditetapkan oleh
penafsir-penafsirnya. Pada abad pertama, upeti ini biasanya dikirim setiap tahun dari setiap
provinsi Republik Roma dan Mesopotamia. Bersama pemberian-pemberian ini mengalirlah
puluhan ribu peziarah yang pengeluaran-pengeluarannya di Yerusalem menjadi bagian
substansial dari pendapatan kota itu. Tacitus mempertimbangkan arti penting negara Yahudi
berkaitan dengan kontribusi kontribusi dari luar negeri ini, dan Yosefus mengaitkan Kaisar Titus
dengan suatu pendapat bahwa hak untuk mengumpulkan pajak merupakan hal terbesar dari
keistimewaan-keistimewaan utama yang telah diberikan Romawi kepada orang-orang Yahudi.
Dukungan eksternal ini sajalah yang dapat memulihkan kota itu setelah beberapa kali terjadi
penjarahan.
Palestina memilik suatu sistem ekonomi moneter, perdagangan luar negeri menjadi perhatian
utama, suatu kerangka berpikir yang menghapus ciri khas Palestina dan menjadikannya sebuah
dunia beradab. Seperti yang terjadi di seluruh dunia saat itu, bahasa Yunani menjadi bahasa yang
lazim dalam dunia bisnis dan politik.
Meskipun demikian, adalah suatu kesalahan serius jika hanya mengaitkan peniruan gaya Yunani
sebagai perubahan budaya utama yang terjadi di seluruh Timur Dekat antara abad ke-6 sampai
abad ke-2 SM. Untuk memahami perubahan ini, kita harus menyadari bahwa dunia Yunani dan
Persia, Yahudi dan Filistin, adalah dunia kaum penyerbu. Penyerbuan-penyerbuan terutama
terjadi sejak tahun 1250-950 SM. Sebelumnya, kira-kira selama 2.000 tahun. Sudah ada suatu
dunia yang lebih kuno, yaitu Babilonia dan Mesir. Keduanya adalah kekaisaran berbahasa Semit
di lembah-lembah sungai besar yang lebih memperhatikan pemeliharaan sistem-sistem irigasi,
memberlakukan hukum kepemilikan yang konservatif dan distabilkan oleh dukungan-dukungan
kepemilikan tanah dan perseorangan secara turun-temurun dari kuil-kuil besar. Dunia kuno ini
telah diperlemah dan ditransformasi, tetapi tidak seluruhnya dihancurkan, oleh berbagai
penyerbuan.
Dalam urusan urusan politik, dia mengizinkan banyak kemerdekaan lokal Reorganisasi politik
terjadi hanya pada masa Darius dan kekuatan kelompok imam Babilonia belum terpatahkan
hingga pemerintahan Xerxes (486-465). Bahkan, setelah Darius dan Xerxes, Persia membiarkan
lembaga-lembaga lokal itu umumnya tak terganggu dan sebagian besar diperintah oleh pejabat-
pejabat lokal yang bukan orang Persia. Bahkan, untuk menghias istana-istana, mereka
mempekerjakan para seniman dari bangsa taklukan yang paling sering mengulang dan
menyempurnakan pola-pola tradisi Timur Dekat. Bagaimanapun juga, fakta penaklukan mereka
menghasilkan hal-hal yang berbeda dari tatanan lama dan membuat kisah-kisah kepahlawanan
menjadi penting. Pertama, kekaisaran baru yang mereka ciptakan jauh lebih luas dibandingkan
dengan yang pernah ada. Sebelumnya yang terbesar, yaitu Mesir dan Assyria, adalah kekaisaran-
kekaisaran di lembah sungai yang terdorong untuk melewati lembah-lembah itu dan
menaklukkan wilayah-wilayah sekitarnya. Namun, secara praktis dan psikologis mereka masih
tetap berpusat di lembah-lembah dengan sistem transportasi sungai dan irigasi. Setelah
penaklukan Persia, lembah-lembah ini hanya menjadi bagian dari suatu kekaisaran yang lebih
besar, yang merentang dari Danube melintasi Thrace, Anatolia, Armenia, Media, Persia timur,
dan Afganistan sampai ke dataran tinggi Indus. Jalur-jalur kehidupan kekaisaran baru ini adalah
militer dan rute-rute per dagangan di seluruh daratan. Pusat psikologis dan geografisnya bukan di
lembah-lembah sungai, melainkan di dataran tinggi sepanjang Zagros dan jajaran pegunungan
lain yang membentuk kerangkanya. Penduduknya jauh lebih banyak dan lebih beragam daripada
kekaisaran sebelumnya. Bangsa yang berkuasa, yang ternyata bukan kelompok terbesar di
wilayah-wilayah mereka sendiri, adalah suatu bangsa yang minoritas secara militer dan tersebar
di berbagai wilayah taklukan mereka. Kedua, sejak penaklukan Persia berlangsung, selama
ribuan tahun berikutnya, kekuatan-kekuatan besar Timur Dekat adalah orang Indo-Eropa (Per
sia, Yunani, Partia, dan Roma) yang bahasa-bahasanya tidak pernah secara sempurna
menggantikan bahasa Semitik dari rakyat taklukan mereka Perbedaan bahasa ini memperburuk
konflik-konflik kepentingan alamiah itu. Bahkan, seperti dalam kekaisaran Persia, ketika para
ahli tulis yang dikaryakan oleh para penguasa menggunakan bahasa Semitik (Aram) untuk
korespondensi resmi mereka, ini bukanlah bahasa ibu sebagian besar kalangan pemerintah.
Akibatnya, terjadi ketegangan antara penguasa dan berbagai penduduk lokal (sampai suatu waktu
setelah ditaklukkan Arab pada abad ke-7 M) yang menjadi karakteristik wilayah ini dan menjadi
salah satu faktor utama yang membentuk sejarahnya.
Jadi, fondasi-fondasi politik dan institusional dari tatanan lama diruntuh kan oleh penaklukan
Persia. Sama dengan perkembangan perdagangan yang didorong oleh kekaisaran Persia –
melalui pembangunan jalan, penetapan peredaran universal mata uang emas, dan sebagainya
yang menghapus makna penting budaya pertanian di negeri itu, memiskinkan banyak petani
kecil, menciptakan kaum proletar tak bertanah di kota-kota yang didanainya, serta menghasilkan
suatu pola sosial dan penyesuaian keagamaan yang sera gam1¹7 Walaupun proses ini telah
dimulai di dalam Kekaisaran Assyria, hal itu dipercepat oleh perluasan yang sangat besar
terhadap pengendalian politik yang disatukan dan konsekuensi fasilitas perjalanan di bawah
kekuasaan Persia. Orang-orang Yunani memang berperan besar dalam perkembangan
perdagangan dan peredaran universal mata uang perak Yunani sangat sesuai, bahkan melengkapi
mata uang emas Persia. Namun, perubahan-perubahan sosial dan keagamaan terjadi sebagai
akibat dari perdagangan, bukan karena peranan orang-orang Yunani di dalamnya. Apalagi karena
pengaruh pribadi mereka sebagai orang-orang Yunani.
Ada beberapa reaksi yang berbeda beda dari masyarakat Yahudi terhadap proses
Hellenisasi itu. Ada kelompok Yahudi yang secara positip menyambut proses Hellenisasi
itu.Mereka benar benar setuju dan mendukung proses itu. Di antara mereka itu ada juga para
imam Yahudi yang mendukung ketegasan kebijaksanaan Antiokhus IV. Iman iman besar
Yason,menelaus, dan Alkimus adalah tokoh tokoh besar waktu itu yang dengan senang hati
bersedia menerima dan memberlakukan Hellenisasi. Namun ada kelompok orang Yahudi lain
yang memberikan reaksi yang sangat menentang Hellenisasi. Kelompok ini disebut kelompok
Hasidim,artinya kelompok "saleh" yang dengan gigih menentang ke-Yunani-an yang mereka
anggap bertentangan dengan iman dan agama Yahudi. Mereka lebih suka mati ketimbangan
menodai perjanjian yang suci antara bangsa Israel dan Tuhan Allah. Mula mula ada kelompok
kelompok kecil dalam Hasidim itu yang bersikap pasip dan tidak suka memakai kekerasan dalam
menentang Hellenisasi itu. Tapi ada juga kelompok Hasidim lain yang menggabungkan diri
dengan kelompok Makkebus yang militant. Dari kelompok Hasidim itu kemudian muncul dan
berkembang kelompok parisi yang berusaha menggalakkan spriritulitas kaum awam secara
nasional. Dengan Usahanya ini maka kelompok parisi itu hendak melestarikan kesinambungan
bangsa/umat Israel.
Reaksi dan perlawanan yang paling keras terhadap kebijaksanaan Antiokhus datang dari
kelompok yang dipimpin oleh Matatias orang dari Modein. Matatias mempunyai anak yang
bernama Yudas Makkabeus.Nama Makkabeus itu kemudian dipakai untuk menyebut nama
kelompok yang sangat militan ini. Nama Makkabeus dalam bahasa Ibrani berarti palu.
Pada tahun 166 S.M. Penduduk Modein,kurang lebih 30 KM disebelah barat laut
Yerusalem,dipaksa oleh utusan raja untuk mempersembahkan korban kepada dewa dewa
Yunani. Matatias meninggal dan pimpinan dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Yudas
Makkebeus
Pada tahun 163 S.M.Yudas Makkebeus melancarkan usaha usaha untuk membantu orang orang
Yahudi yang tinggal ditengah tengah masyarakat Yunani/non-Yahudi.
Sejak tahun 157 S.M sampai tahun 63 S.M.Tanah Yudea mengalami bebas dari
penjajah.Kekaisaran Seleuka makin melemah oleh adanya perebutan kekuasaan didalam
negeri,dan wilayah sebelah timur memisahkan diri. Pada tahun 142 S.M. Kekuasaan asing
tersingkirkan dari Israel dan peristiwa itu selalu diperingati dalam sejarah Israel selanjutnya.
Tahun 142 S.M dipandang sebagai tahun permulaan era yang baru dalam sejarah orang orang
Yahudi. Pada tahun 142 S.M itu orang orang Yahudi dipimpin oleh Simon Makkebeus.Simon
menjabat imam besar,panglima perang dan pemimpin orang Yahudi. Pada Tahun 104-103 S.M
tampak pimpinan orang Yahudi dipegang oleh Aristobulus. Pada Tahun 76 S.M Janda
Alexander,yaitu Alexandra salome mewariskan takhta.
DAFTAR ISI
Smith, Morton. Demi Nama Tuhan. Jakarta:Gunung Mulia, 2010.
Wahono, Wismoady. S. Disini Kutemukan. Jakarta: Gunung Mulia, 2000.
Vriezen, Th. C. Agama Israel Kuno. Jakarta: Gunung Mulia, 2006.