Anda di halaman 1dari 13

Yunani Kuno adalah peradaban dalam sejarah Yunani yang dimulai dari periode Yunani

Arkais pada abad ke-8 sampai ke-6 SM, hingga berahirnya Zaman Kuno dan dimulainya Abad
Pertengahan Awal.[1] Peradaban ini mencapai puncaknya pada periode Yunani Klasik, yang
mulai berkembang pada abad ke-5 sampai ke-4 SM. Pada periode klasik ini Yunani dipimpin
oleh negara-kota Athena dan berhasil menghalau serangan Kekaisaran Persia. Masa keemasan
Athena berakhir dengan takluknya Athena kepada Sparta dalam Perang Peloponnesos pada tahun
404 SM. Seiring penaklukan oleh Aleksander Agung, kebudayaan Yunani, yang dikenal
sebagai peradaban Hellenistik, berkembang mulai dari Asia Tengah sampai ujung barat Laut
Tengah.
Istilah "Yunani Kuno" diterapkan pada wilayah yang menggunakan bahasa Yunani pada Zaman
Kuno. Wilayahnya tidak hanya terbatas pada semenanjung Yunani modern, tetapi juga termasuk
wilayah lain yang didiami orang-orang Yunani, di antaranya Siprus dan Kepulauan Aigea,
pesisir Anatolia (saat itu disebut Ionia), Sisilia dan bagian selatan Italia (dikenal sebagai Yunani
Besar), serta pemukiman Yunani lain yang tersebar sepanjang
pantai Kolkhis, Illyria, Thrakia, Mesir, Kyrenaika, Galia selatan, Semenanjung Iberia timur dan
timur laut, Iberia, dan Taurika.
Oleh sebagian besar sejarawan, peradaban ini dianggap merupakan peletak dasar bagi Peradaban
Barat.[2][3][4] Budaya Yunani memberi pengaruh kuat bagi Kekaisaran Romawi, yang selanjutnya
meneruskan versinya ke bagian lain Eropa. Peradaban Yunani Kuno juga sangat berpengaruh
pada bahasa, politik, sistem pendidikan, filsafat, ilmu, dan seni, mendorong Renaisans di Eropa
Barat, dan bangkit kembali pada masa kebangkitan Neo-Klasik pada abad ke-18 dan ke-19 di
Eropa dan Amerika.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Kronologi
 2Historiografi
 3Sejarah
o 3.1Yunani Arkais
o 3.2Yunani Klasik
 3.2.1Abad ke-5 SM
 3.2.2Abad ke-4 SM
o 3.3Yunani Hellenistik
 4Lihat pula
 5Referensi
 6Pranala luar

Kronologi[sunting | sunting sumber]


Informasi lebih lanjut: Garis waktu Yunani kuno
Tidak ada kesepakatan yang tetap dan universal mengenai waktu awal dan akhir masa Antikuitas
Klasik. Biasanya dimulai sejak abad ke-8 SM sampai abad ke-6 M, atau sekitar 1300 tahun.
Antikuitas Klasik di Yunani didahului oleh Zaman Kegelapan Yunani (1100 - 750 SM), yang
secara arkeologis dicirikan dengan gaya tembikar protogeometris dan geometris, yang
dilanjutkan oleh Periode Oriental, yaitu pengaruh yang kuat terhadap Yunani dari budaya Suriah-
Hittit, Asiria, Punisia dan Mesir.
Secara tradisional, periode Arkais di Yunani kuno dimulai dari kuatnya pengaruh Oriental pada
abad ke-8 SM, yang merupakan salah satu faktor yang menjadikan Yunani memiliki huruf
alfabet sendiri. Dengan alfabet, muncullah karya tulis Yunani kuno, yang paling terkenal adalah
buatan Homeros dan Hesiodos. Setelah periode Arkais, dimulailah periode Klasik sekitar 500
SM, yang pada gilirannya dilanjutkan oleh periode Hellenistik setelah kematian Aleksander
Agung pada 323 SM.
Sejarah Yunani pada Antikuitas Klasik dapat dibagi menjadi beberapa periode berikut:[5]

 Periode Arkais (750 - 500 SM) adalah ketika para seniman mmebuat patung berdiri dalam
pose yang kaku dan keramat dengan 'senyum arkais'. Periode Arkais biasanya disebut
bekahir dengan penggulingan kekuasaan tiran Athena yang terakhir pada 510 SM.
 Periode Klasik (500 - 323 SM) dicirikan dengan gaya yang oleh para pengamat berikutnya
disebut sebagai contoh, atau klasik, misalnya Parthenon. Dalam politik, periode Klasik
didominasi oleh Athena dan Liga Delos pada abad ke-5 SM, yang digantikan oleh Hegemoni
Sparta pada awal abad ke-4 SM, sebelum kekuasaan beralih pada Thebes dan Liga
Boiotia dan akhirnya pada Liga Korinthos yang dipimpin oleh Makedonia.
 Periode Hellenistik (323-146 SM) adalah ketika budaya dan kekuasaan Yunani menyebar
sampai ke Timur Dekat dan Timur Tengah. Periode ini dimulai setelah kematian Aleksander
Agung dan berakhir dengan penaklukan Yunani oleh Romawi.
 Yunani Romawi adalah periode yang berlangsung
sejak Romawi menaklukan Korinthos dalam Pertempuran Korinthos pada 146 SM sampai
didirikannya Bizantium oleh kaisar Konstantinus sebagai ibukota Kekaisaran Romawi pada
330 SM.
 Fase akhir Antikuitas adalah periode Kristenisasi dari akhir abad ke-4 M sampai abad ke-6
M, biasanya disebut berakhir setelah ditutupnya Akademi Neoplatonik oleh
kaisar Yustinianus I pada 529 M.

Historiografi[sunting | sunting sumber]


Periode bersejarah di Yunani kuno adalah unik dalam sejarah dunia karena merupakan periode
pertama yang dibuktikan dengan adanya historiografi yang layak,
sedangkan protosejarah dan sejarah kuno yang lebih awal lebih banyak diketahui melalui bukti
situasional, misalnya annal, atau daftar raja, dan epigrafu pragmatis.
Herodotos dikenal secara luas sebagai "bapak sejarah", judul karyanya, Historia, menjadi asal
kata untuk history. Karya Herodotos ditulis antara 450 SM sampai 420 SM dan cakupannya
mencapai satu abad ke belakang, membahas tokoh-tokoh bersejarah dari abad ke-6 seperti Darius
I dari Persia, Kambises II dan Psamtik III, serta menyinggung beberapa tokoh dari abad ke-8
semisal Kandaules.
Herodotos dilanjutkan oleh para penulis
semacam Thukydides, Xenophon, Demosthenes, Plato dan Aristoteles. Sebagian besar dari para
penulis ini adalah orang Athena atau pro-Athena, sehingga sejarah dan politik kota Athena lebih
banyak diketahui daripada kota-kota lainnya. Cakupan mereka terbatas pada sejarah diplomasi,
militer, dan politik, dan mengabaikan sejarah ekonomi dan sosial.[6]

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Informasi lebih lanjut: Sejarah Yunani
Yunani Arkais[sunting | sunting sumber]

Guci Dipylon dari periode Geometris akhir, permulaan periode Arkais, sekitar 750 SM.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Yunani Arkais


Periode Arkais dimulai pada abad ke-8 SM, ketika Yunani mulai bangkit dari Zaman Kegelapan
yang ditandai dengan keruntuhan peradaban Mykenai. Peradaban baca-tulis telah musnah
dan aksara Mykenai telah dilupakan, akan tetapi bangsa Yunani mengadopsi alfabet Punisia,
memodifikasinya dan menciptakan alfabet Yunani. Sekitar abad ke-9 SM catatan tertulis mulai
muncul.[7] Yunani saat itu terbagi-bagi menjadi banyak komunitas kecil yang berdaulat,
terbentuk sesuai pola geografis Yunani, dimana setiap pulau, lembah, dan dataran terpisah satu
sama lain oleh laut atau pengunungan.[8]
Perang Lelantin (710–650 SM) adalah konflik yang berlangsung pada masa ini dan merupakan
perang tertua yang berhasil terdokumentasikan dari masa Yunani kuno. Konflik ini adalah
pertikaian antara Polis (negara kota) Khalkis dan Eretria dalam memperebutkan tanah Lelantina
yang subur di Euboia. Kedua kota itu menderita kemunduran akibat lamanya perang, meskipun
Khalkis menjadi pemenangnya.
Kaum saudagar berkembang pada paruh pertama abad ke-7 SM, ditunjukkan dengan
diperkenalkannya mata uang koin sekitar 680 SM.[9] Hal ini nampaknya menimbulkan
ketegangan pada banyak negara kota. Rezim kaum aristokrat yang secara umum memerintah
polis kini terancam oleh para saudagar kaya, yang pada gilirannya menginginkan juga kekuasaan
politik. Sejak tahun 650 SM, para aristokrat harus berusaha supaya tidak digulingkan dan
digantikan oleh tiran populis. Kata ini berasal dari kata Yunani non-
peyoratif, τύραννος "("tyrannos"), bermakna 'penguasa tidak sah', meskipun gelar ini berlaku
baik untuk pemimpin yang bagus maupun yang buruk.[10][11]
Populasi yang bertambah dan kurangnya lahan nampaknya telah memicu perselisihan internal
antara kaum kaya dan kaum miskin di banyak negara kota. Di Sparta, Perang Messenia terjadi
dan akibatnya Messenia ditaklukan dan penduduknya dijadikan budak. Perang ini dimulai pada
paruh kedua abad ke-8 SM, dan merupakan suatu tindakan tanpa pendahulu di Yunani kuno.
Praktik ini memungkinkan terjadinya revolusi sosial.[12] Penduduk yang diperbudak, yang
kemudian disebut helot, dipaksa untuk bertani dan bekerja untuk rakyat Sparta, sementara semua
lelaki Sparta menjadi prajurit dan masuk ke dalam Pasukan Sparta. Ini telah menjadikan Sparta
sebagai negara yang termiliterisasi secara permanen. Bahkan orang kaya juga harus hidup dan
berlatih sebagai prajurit seperti halnya kaum miskin. Penyetaraan ini bertujuan mengurangi
potensi terjadinya konflik sosial antara kaum kaya dan kaum miskin. Reformasi ini disebut-sebut
dilakukan oleh Lykurgos dari Sparta dan kemungkinan selesai pada 650 SM.
Athena menderita krisis tanah dan pertanian pada akhir abad ke-7 SM dan lagi-lagi mengalami
perang saudara. arkhon (hakim kepala) Drako membuat beberapa perubahan terhadap kode
hukum pada 621 SM, tetapi tindakan ini gagal meredakan konflik. Pada akhirnya reformasi
terjadi berkat Solon (594 SM), yang memperbanyak tanah untuk orang miskin tetapi
menempatkan kaum aristokrat sebagai pemegang kekuasaan. Reformasi ini cukup membuat
Athena stabil.
Pada abad ke-6 SM beberapa negara kota telah tumbuh menjadi kekuatan dominan Yunani,
antara lain Athena, Sparta, Korinthos, dan Thebes. Masing-masing menaklukkan wilayah
pedesaan dan kota kecil sekitarnya. Sementara Athena dan Korinthos juga menjadi kekuatan
maritim dan perdagangan terkemuka.
Pertumbuhan penduduk yang pesat pada abad ke-8 dan ke-7 SM telah mengakibatkan
perpindahan penduduk Yunani ke koloni-koloninya di Yunani Besar (Italia selatan
dan Sisilia), Asia Minor dan wilayah lainnya. Emigrasi ini berakhir pada abad ke-6 yang pada
saat itu dunia Yunani, secara budaya dan bahasa, mencakup kawasan yang jauh lebih luas dari
negara Yunani sekarang. Koloni Yunani ini tidak diperintah oleh kota pembangunnya, meskipun
mereka tetap menjalin hubungan keagamaan dan perdagangan.
Pada periode ini, perkembangan yang pesat dalam bidang ekonomi terjadi di Yunani dan juga di
daerah-daerah koloninya, yang menikmati kemajuan dalam perdagangan dan manufaktur.
Periode ini juga ditandai dengan meningkatnya standar hidup di Yunani dan koloninya. Beberapa
studi memperkirakan bahwa rata-rata ukuran rumah tangga Yunani, pada periode 800 SM
sampai 300 SM, meningkat sampai lima kali lipat, yang mengindikasikan adanya peningkatan
tajam dalam hal pendapatan para penduduknya.
Pada paruh kedua abad ke-6 SM, Athena jatuh dalam cengkeraman tirani Peisistratos dan
putranya; Hippias dan Hipparkhos. Akan tetapi pada tahun 510 SM pada pelantikan aristokrat
Athena Keisthenes, raja Sparta Kleomenes I membantu rakyat Athena menggulingkan sang tiran.
Setelah itu Sparta dan Athena berulang kali saling serang, pada suatu saat Kleomenes I
mengangkat Isagoras yang pro-Sparta menjadi arkhon Athena. Untuk mencegah Athena menjadi
negara boneka Sparta, Kleisthenes meminta warga Athena untuk melakukan suatu revolusi
politik: bahwa semua warga Athena memiliki hak dan kewajiban politik yang sama tanpa
memandang status: dengan demikian Athena menjadi "demokrasi". Gagasan ini disambut oleh
warga Athena dengan bersemangat sehingga setelah berhasil menggulingkan Isagoras dan
menerapkan reformasi Kleisthenes, Athena dengan mudah berhasil menangkal tiga kali serangan
Sparta yang berusaha mengembalikan kekuasaan Isagoras.[13] Bangkitnya demokrasi
memulihkan kekuatan Athena dan memicu dimulainya 'masa keemasan' Athena.
Yunani Klasik[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Yunani Klasik
Koin Athena awal, menggambarkan kepala dewi Athena dan burung hantu Athena di sebaliknya - abad ke-5 SM.

Liga Delos ("Kekaisaran Athena"), sebelum Perang Peloponnesos pada 431 SM.

Abad ke-5 SM[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Yunani-Persia dan Perang Peloponnesos
Athena dan Sparta bersekutu untuk menghadapi ancaman asing yang sangat kuat dan
berbahaya, Kekaisaran Persia. Setelah menindas Pemberontakan Ionia, Kaisar Darius I dari
Persia, Maharaja Kekaisaran Akhemeniyah memutuskan untuk menaklukan Yunani. Serangan
Persia pada tahun 490 SM diakhiri dengan kemenangan Athena dalam Pertempuran Marathon di
bawah kepemimpina Miltiades Muda.
Xerxes I, putra dan pewaris Darius I, mencoba kembali menaklukan Yunani 10 tahun kemudian.
Akan tetapi pasukan Persia yang berjumlah besar menderita banyak korban dalam Pertempuran
Thermopylae, dan persekutuan Yunani menang dalam Pertempuran Slamis dan Pertempuran
Plataia. Perang Yunani-Persia berlangsung hingga 449 SM, dipimpin oleh Athena serta Liga
Delosnya, pada saat ini Makedonia, Thrakia, dan Kepulauan Aigea serta Ionia semua terbebas
dari pengaruh Persia.
Posisi dominan kemaharajaan maritim Athena mengancam posisi Sparta dengan Liga
Peloponnesos-nya, yang meliputi kota-kota di daratan Yunani. Konflik tak terhindarkan ini
berujung pada Perang Peloponnesos (431-404 SM). Meskipun berulang kali berhasil
menghambat perang, Athena berulang kali terpukul mundur. Wabah Wabah penyakit yang
menimpa Athena pada 430 SM disusul kegagalan ekspedisi militer ke Sisilia sangat melemahkan
Athena. Diduga sepertiga warga Athena tewas, termasuk Perikles, pemimpin mereka.[14]
Sparta berhasil memancing pemberontakan para sekutu Athena, dan akhirnya melumpuhkan
kekuatan militer Athena. Peristiwa penting terjadi pada 405 SM ketika Sparta berhasil memotong
jalur suplai pangan Athena dari Hellespont. Terpaksa menyerang, armada angkatan laut Athena
yang pincang dihancurkan oleh pasukan Sparta di bawah
pimpinan Lysandros dalam Pertempuran Aigospotami. Pada 404 SM Athena mengajukan
permohonan perdamaian, dan Sparta menentukan persyaratannya; Athena harus kehilangan
tembok kotanya (termasuk Tembok Panjang), armada lautnya, dan seluruh koloninya di seberang
laut.
Abad ke-4 SM[sunting | sunting sumber]
Yunani memasuki abad ke-4 SM di bawah hegemoni Sparta, akan tetapi jelas dari awal bahwa
Sparta memiliki kelemahan. Krisis demografi menyebabkan kekuasaan Sparta terlalu meluas
sedangkan kemampuannya terbatas untuk mengelolanya. Pada 395 SM Athena, Argos, Thebes,
dan Korinthos merasa mampu menantang dominasi Sparta, yang berujung pada Perang
Korinthios (395-387 SM). Perang ini berakhir dengan status quo, dengan diselingi intervensi
Persia atas nama Sparta.
Hegemoni Sparta berlangsung trus selama 16 tahun setelah peristiwa itu, hingga Sparta berusaha
memaksakan kehendanya kepada warga Thebes, Sparta kalah telak dalam Pertempuran
Leuktra pada tahun 371 SM. Jenderal Thebes Epaminondas memimpin pasukan Thebes
memasuki semenanjung Peloponesos, sehingga banyak negara-kota memutuskan hubungannya
dengan Sparta. Pasukan Thebes berhasil memasuki Messenia dan membebaskan rakyatnya.
Kehilangan tanah dan penduduk jajahan, Sparta jatuh menjadi kekuatan kelas dua. Hegemoni
Thebes kemudian berdiri meski berusia singkat. Dalam Pertempuran Mantinea pada tahun 362
SM melawan Sparta dan sekutunya, Thebes kehilangan pemimpin pentingnya, Epamonides,
meskipun mereka meraih kemenangan. Akibat kekalahan ini, baik Thebes maupun Sparta sama-
sama menderita kerugian besar sehingga tak satupun di antara mereka atau sekutunya yang dapat
meraih dominasi di Yunani.
Melemahnya berbagai negara-kota di jantung Yunani terjadi bersamaan dengan bangkitnya
Makedonia, yang dipimpin oleh Philippos II. Dalam waktu dua puluh tahun, Philipos berhasil
mempersatukan kerajaannya, memperluasnya ke utara dengan memojokkan suku-suku Illyria,
dan kemudian menaklukkan Thessalia dan Thrakia. Kesuksesannya terjadi berkat inovasinya,
yang mereformasi pasukan Makedonia. Berulang kali Philippos campur tangan dalam urusan
politik negara-kota di selatan, yang berujung pada invasinya pada tahun 338 SM.
Setelah mengalahkan gabungan tentara Athena dan Thebes secara telak dalam Pertempuran
Khaironeia pada tahun 338 SM, Philippos secara de facto menjadi hegemon seluruh Yunan,
kecuali Sparta. Ia memaksa mayoritas negara-kota Yunani untuk bergabung ke dalam Liga
Korinthos dan bersekutu dengannya, serta mencegah mereka saling menyerang. Philiposp
memulai serangan terhadap Kekaisaran Akhemeniyah, akan tetapi ia dibunuh oleh Pausanias dari
Orestis pada awal konflik.
Aleksander Agung, putra dan pewaris Philippos, melanjutkan perang. Aleksander
mengalahkan Darius III dari Persia dan menghancurkan Kekaisaran Akhemeniyah sepenuhnya,
serta memasukkannya ke dalam Kekaisaran Makedonia. Karena kehebatannya, ia memperoleh
gelar 'Agung'. Kerika Aleksander wafat pada 323 SM, kekuasaan dan pengaruh Yunani berada
pada puncaknya. Terjadi perubahan politik, sosial dan budaya yang mendasar; semakin menjauh
dari polis (negara-kota) dan lebih bekembang menjadi kebudayaan Hellenistik.
Yunani Hellenistik[sunting | sunting sumber]
Periode Hellenistik bermula pada 323 SM, ditandai dengan berakhirnya penaklukan Aleksander
Agung, dan diakhiri dengan penaklukan Yunani oleh Republik Romawi pada 146 SM. Meskipun
demikian berdirinya kekuasaan Romawi tidak memutuskan kesinambungan sistem sosial
kemasyarakatan dan budaya Yunani, yang tetap tidak berubah hingga bangkitnya agama Kristen,
yang menandai runtuhnya kemerdekaan politik Yunani.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


 Prostitusi di Yunani kuno

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ Carol G. Thomas (1988). Paths from ancient Greece. BRILL. pp. 27–50. ISBN 9789004088467. Diakses
tanggal 12-06-2011.
2. ^ Richard Tarnas, The Passion of the Western Mind (New York: Ballantine Books, 1991).
3. ^ Colin Hynson, Ancient Greece (Milwaukee: World Almanac Library, 2006), 4.
4. ^ Carol G. Thomas, Paths from Ancient Greece (Leiden, Netherlands: E. J. Brill, 1988).
5. ^ Pomeroy, Sarah B. (1999). Ancient Greece: a political, social, and cultural history. Oxford University
Press. ISBN 9780195097429.
6. ^ Grant, Michael (1995). Greek and Roman historians: information and misinformation. Routledge, 1995.
p. 74. ISBN 9780415117708.
7. ^ Hall Jonathan M. (2007). A history of the archaic Greek world, ca. 1200-479 BCE. Wiley-
Blackwell. ISBN 9780631226673.
8. ^ Sealey Raphael (1976). A history of the Greek city states, ca. 700-338 B.C. University of California Press.
pp. 10–11. ISBN 9780631226673.
9. ^ Slavoj Žižek (18 April 2011). Living in the End Times. Verso. p. 218. ISBN 9781844677023. Diakses
tanggal 12 June 2011.
10. ^ "Online Etymology Dictionary". Etymonline.com. Diakses tanggal 2009-01-06.
11. ^ "tyrant—Definitions from Dictionary.com". Dictionary.reference.com. Diakses tanggal 2009-01-06.
12. ^ Holland T. Persian Fire hlm. 69-70. ISBN 978-0-349-11717-1
13. ^ Holland T. Persian Fire p131-138. ISBN 978-0-349-11717-1
14. ^ Typhoid Fever Behind Fall of Athens. LiveScience. January 23, 2006.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


 (Inggris) Sejarah uang Yunani
 (Inggris) The Canadian Museum of Civilization—Greece Secrets of the Past
 (Inggris) Ancient Greece website from the British Museum
 (Inggris) Economic history of ancient Greece
 (Inggris) The Greek currency history
 (Inggris) Limenoscope, an ancient Greek ports database
 (Inggris) The Ancient Theatre Archive, Greek and Roman theatre architecture
Yunani Kuno/Sejarah/Zaman Kegelapan
Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

< Yunani Kuno | Sejarah

<< Zaman Perunggu Akhir Zaman Kegelapan - Yunani Kuno Zaman Arkaik >>

Setelah sebagian besar istana Mykenai hancur sekitar 1200 SM, tak terjadi pembangunan ulang.
Satu dari sedikit istana yang tidak ikut dihancurkan adalah istana di Athena. Meskipun demikian,
bahkan rakyat Athena pun mengalami masa-masa sulit selama beberapa ratus tahun berikutnya.
Pada masa ini, tidak ada raja, tidak ada penarikan pajak, tidak ada perbaikan jalan, sehingga
jalanan menjadi amat rusak dan tidak dapat dilalui gerobak.
Kemungkinan banyak orang yang meninggal karena sedikitnya populasi Yunani pada masa ini.
Dalam hal ekonomi, masyarakat Yunani menjadi amat miskin. Tampaknya tidak ada tukang
tembikar, tukang sepatu, atau perajin lainnya karena tidak ditemukan perhiasan emas di makam-
makam dari masa ini. Orang-orang mungkin harus membuat sendiri berbagai perlengkapan, seperti
guci, dan hasilnya pun tidak bagus. Tanpa emas, orang juga berhenti berlayar ke negeri-negeri lain.
Saking buruknya kondisi Yunani saat itu, suatu kaum di utara Yunani berhasil menyerbu Yunani dan
menguasai banyak kota Yunani. Kaum ini biasanya disebut sebagai bangsa Doria, sedangkan
bangsa Yunani Mykenai dari Zaman Perunggu disebut sebagai bangsa Ionia.
Banyak orang Ionia yang melarikan diri dari para penyerbu, atau dari masa-masa sulit di Yunani,
dan pergi ke tempat lainnya selama Zaman Kegelapan. Banyak di antaranya yang pindah ke pesisir
Turki, dan wilayah itu kemudian disebut Ionia karena banyak orang Ionia yang tinggal di sana. Yang
lainnya pindah ke pesisir Laut Hitam. Sejumlah orang Yunani, atau orang yang seperti mereka,
pindah ke Israel dan kemudian disebut bangsa Filistin.
Ada pula hal-hal bagus yang terjadi pada masa ini. Pengetahuan tentang cara membuat
perlengkapan dari besi menyebar dari Het ke seluruh Mediterania, sehingga kini bangsa Yunani
dapat menempa besi. Besi lebih kuat daripada perunggu. Selain itu besi juga lebih murah karena
dapat ditemukan di Yunani. Saking murahnya besi, orang miskin pun mampu memperolehnya.
Akibatnya kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin pada masa ini tidak terlalu kentara.
Meskipun tidak benar-benar akurat, peta yang digambar oleh H.G. Wells ini dapat menunjukkan pola migrasi
orang Yunani kuno beserta kaum-kaum lainnya.
Orang Yunani kuno terbagi menjadi tiga kaum, bangsa Doria, Aiolia, dan Ionia. Sekitar 1100 SM,
bangsa Doria yang tinggal di utara, mulai menyerang Mikenai. Seluruh kota Mikenai dihancurkan
dan dijarah. Peradaban Mikenai akhirnya runtuh dan Yunani mengalami suatu periode yang disebut
Zaman Kegelapan Yunani.
Banyak teori mengenai penyebab keruntuhan bangsa Mikenai. Bencana alam mungkin melemahkan
ekonomi Mikenai, yang bersandar pada pertanian, sehingga mereka digantikan oleh bangsa Doria.
Bangsa Doria mengembangkan perdagangan di penjuru Mediterania untuk menggantikan ekonomi
lama. Daerah Attika (termasuk Athena) mulai muncul sebagai daerah yang dominan sebagai pusat
perdagangan. Meskpin begitu, perubahan ini tidak terjadi dengan cepat karena seluruh Yunani
butuh pemulihan pasca keruntuhan Mikenai. Namun kontak Yunani dengan bangsa dari luar ini
membawa dampak yang sangat drastis bagi masa depan Yunani.

Penyebaran dialek Yunani Kuno sekitar 400 SM. Bangsa Doria berwarna coklat, Ionia ungu, dan Aiolia kuning.

Perubahan paling drastis di Yunani pada periode ini adalah menghilangnya tulisan. Tidak ada
catatan tertulis dari periode ini, dan tulisan dari peridoe setelah ini amatlah berbeda dibandingkan
periode sebelum ini. Bangsa Doria menuturkan dialek yang berbeda dibanding bangsa Mikenai, dan
hanya sedikit diketahui mengenai bahasa mereka. Semua dialek Yunani modern berakar dari Yunan
Attika (Yunani Klasik), dengan satu pengecualian: dialek Tsakonia, yang berasal dari dialek Doria.
Bangsa Doria melakukan kontak dengan bangsa Funikia, bangsa penjelajah laut dari Levant.
Bangsa Yunani lalu mengadaptasi konsep alfabet dari bangsa Funikia dan terciptalah alfabet
Yunani. Alfabet Yunai tersebar melalui perdagangan ke seluruh Mediterania. Alfabet Yunani ini
adalah yang pertama mempergunakan huruf vokal. Setelah sekian lama, akhirnya tulisan kembali
ada di Yunani.

Hoplite Yunani.

Bangsa Doria suka berperang. Seiring Yunani memasuki Zaman besi, maka besi pun secara luas
dipakai untuk membuat senjata, menggantikan penggunaan perunggu. Dengan besi, senjata
menajdi lebih murah, lebih kuat, dan lebih efektif dalam pertempuran. Pada periode ini, pasukan
infantri menjadi sangat populer, dan Hoplite adalah nama untuk prajurit infantri Yunani kuno.
Bangsa Doria tidak menaklukan setiap wilayah menjadi wilayah mereka, sehingga pada Zaman
Kegelapan, polis atau negara kota, mulai berkembang. Daerah Yunani yang berpegunungan
menjadikan sulit untuk meunculnya satu kekuasaaan tunggal yang meliputi seluruh Yunani.
Akibatnya kota-kota menguasai lanskap di sekelilingnya, dan menjadi unit politik mandiri. Setiap
negara kota secara alami dilindungi oleh gunung di dekatnya.
Setelah Invasi Doria, sistem pemerintahan kerajaan muncul hampir di semua negara kota.
Walaupun raja memegang posisi keagamaan yang tinggi, namun tidak dalam pemerintahan.
Sebagian besar pemerintahan di beberapa polis didominasi oleh aristokrasi. Tiran juga muncul pada
peridoe ini. Seorang Tiran adalah aristokrat yang memperoleh cukup kekuasaan untuk
mengendalikan polis. Mereka didukung oleh pasukan hoplite pribadi, dan membuat pemerintahan
otokrasi
Meskipun gunung-gunung menyebabkan Yunani sulit bersatu, namun polis-polis saling berbagi
budaya, agama, dan bahasa yang sana. Pada peridoe inilah, orang Yunani mulai mengidentifikasi
diri mereka sebagai bangsa Hellen. Meskipun berada pada polis yang berbeda, orang Hellen
menuturkan bahasa yang sama, berpakaian dengan gaya yang sama, dan membuat arsitektur
dengan gaya yang sama. Hal inilah yang menyatukan mereka sebagai bangsa Hellen.
Yunani Kuno/Sejarah/Sparta dan Athena
Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

< Yunani Kuno | Sejarah

Setelah Zaman Kegelapam Yunani, periode antara periode Mikenai dan periode Klasik disebut
periode Arkais. Pada periode Arkais (abad 9-6 SM), Yunani mengalami perkembangan dalam
bidang tulisan, filsafat, ilmu pasti, seni, ekonomi, politik, dan militer.
Secara tradisional, Olimpiade dimulai pada periode ini (776 SM).
Pada periode Arkais, banyak negara kota (polis) menerapkan sistem pemerintahan baru yang
berbeda dari sistem pemerintahan monarki. Sistem baru tersebut di antaranya adalah aristokrasi,
tirani, dan oligarki.
Ada dua negara kota yang berkembang pesat pada periode Arkais, yaitu Sparta dan Athena.
Bangsa Sparta adalah orang-orang yang gila perang dan suka menaklukan daerah-daerah di
sekitarnya. Pertama mereka mengaklukan Messenia, lalu Arkadia, lalu Argos, dan dengan demikian
menjadikan Sparta berkuasa di Peloponnesos. Sparta menerapkan sistem oligarki, dengan dua raja
yang saling berbagi kekuasaan, lima efor yang memegang kekuasaan cukup besar, dan gerousia,
yaitu dewan para tetua.
Pada akhir abad ke-6 SM, sebuah pemerintahan baru, bangkit. Para penduduk Athena
menggulingkan kekuasaan Hippias sang tiran. Seorang pria bernama Kleisthenines menciptakan
demokrasi, dan semua orang (kecuali wanita, non-wara negara, dan budak) berhak memilih sepuluh
hakim atau jenderal yang disebut strategos. Setiap warga Athena berhak menjabat posisi ini, seperti
misalnya sejarawan Thukidides dan dramawan Sofokles.tes

Namun, Athena ikut campur terhadap kekuasaan Persia di Asia Minor, akibatnya terjadilah perang
antara Kekaisaran Persia yang besar, dipimpin oleh Darius I, melawan negara kota Athena yang
kecil. Secara luar biasa, pasukan Athena berhasil memenangkan pertempuran yang menentukan di
Marathon pada 490 SM. Sepuluh tahun kemudian, Xerxes, putra Darius, berniat membalas
kekalahan ayahnya. Xerxes memimpin pasukan besar menuju Yunani. Pada 480 SM, raja Sparta
(Leonidas) bersama sekelompok prajurit menahan pasukan Persia di celah sempit Thermopilai, di
Thessalia, selama tiga hari, sebelum akhirnya pasukan Sparta pun dikalahkan. Ini memberi waktu
bagi Athena untuk mengevakuasi rakyatnya sehingga rakyat Athena bisa menyelamatkan diri ke
pulau Salamis dan Peloponnesos. Persia memaksa orang Thessalia dan Boiotia (termasuk Thebes)
untuk menjadi prajurit Persia. Kota Athena pada akhirnya dengan mudah ditaklukan namun kota itu
sudah kosong karena sebagian besar penduduknya sudah melarikan diri.
Di bawah pemimpinan jenderal Themistokles dari Athena, pasukan Athena beserta Sparta dan
sekutu mereka berusaha menghadapi armada Persia di Salmais. Pertempuran laut yang luar biasa,
terjadi di Teluk Saronik, di sana armada Yunani berhasil menghancurkan dan menenggelamkan
banyak sekali kapal Persia. Setelah kalah, Xerxes membawa sisa-sisa armada lautnya
meninggalkan Yunani. Sementara jenderalnya, bersama sepasukan prajurit, ditinggalkan di Yunani
untuk berhadapan dengan pasukan Yunani di darat. Pasukan Yunani sendiri dipimpin oleh jenderal
Pausanias dari Sparta. Pada 479 SM, sisa-sisa pasukan Persia diluluhlantakan di Plataia, dan
jenderal terbaik Xerxes, Mardonius, terbunuh dalam pertempuran.
Kemenangan di Plataia bisa terwujud berkat keberanian, kedisiplinan, dan kehebatan prajurit
Yunani, selain juga berkat hoplite (infantri berat) Yunani dan taktik falanga mereka.
Peta Kekaisaran Athena menjelang Perang Peloponnesos.

Rakyat Athena kembali ke kota Athena dan mulai membangun kembali kota mereka. Mereka
mengembangkan armada laut yang tangguuh, dan mendirikan Liga Delos. Dalam perkumpulan ini,
sebagian besar anggotanya, yang merupakan kota-kota di pulau-pulau Aigea, harus mengumpulkan
uang atau kapal perang. Pada awalnya, ini merupakan cara Athena untuk menyerang kekaisaran
Persia, namun strategi mereka berubah. Harta hasil sumbangan anggota-anggota Liga Delos
awalnya disimpan di pulau Delos. namun setelah Perikles, jenderal dan pemimpin Athena,
berkuasa, dia memindahkan semua harta itu ke kota Athena. Dengan semua kekayaan itu, Athena
menjadi kekuatan maritim terbesar di Yunani. Setelah itu, Athena membubarkan Liga Delos dan
mendirikan Kekaisaran Athena.
Dengan kekayaan itu pula, kota Athena menjadi semakin berkembang pada pertengahan abad
kelima SM. Arsitektur dan seni mencapai level yang lebih tinggi ketika Perikles membangun kuil
Parthenon di Akropolis untuk memuja dewi penjaga mereka, dewi Athena. Selain sebagai pusat
kekayaan dan kekuatan, Athena juga menjadi pusat ilmu pengetahuan. Berbagai bidang keilmuan
berkembang pesat, misalnya pengobatan, ilmu pasti, filsafat, dan sastra. Muncul banyak
cendekiawan di Athena: Fidias dalam bidang seni, Iktinos dan Kallikrates dalam bidang arsitektur,
Sofokles dan Euripides adalah penulis drama tragedi yang sangat terkenal, sedangkan Aristofanes
menulis drama komedi. Dalam filsafat, Sofokles mengajari orang-orang melalui pertanyaan-
pertanyaan yang membuat mereka berpikir.
Karena merasa sangat kuat, Athena pun menjadi arogan. Athena menyerang kota Korinthos dan
Thebes, yang merupakan sekutu Sparta. Akibatnya Sparta pun terlibat dalam konflik ini dan
terjadilah perang Athena-Sparta, yang disebut Perang Perloponnesos (431-404 SM). Athena
memperoleh beberapa kemenangan kecil, namun Athena kehilangan banyak orang penting,
termasuk Perikles, yang mati oleh wabah ketika kota Athena dikepung.
Patung hoplite Sparta.

Athena mulai lemah, terutama setelah mereka kalah dalam pertempuran di Trakia (423 SM), dan
dalam pengepungan Sirakos (414-413 BC). Athena kehilangan sebagian besar armada lautnya
pada pertempuran di Notion (406 SM) dan Aigospotami (405 SM), pada saat itu Sparta dipimpin
oleh jenderal Lisandros. Biasanya Sparta lemah dalam hal pertempuran laut, tapi kali ini Sparta
dibantu oleh Kekaisaran Persia. Athena akhirnya dikepung dan terpaksa menyerah pada 404 SM.
Pada abad keempat SM, Sparta menjadi kekuasaan terkuat di Yunani setelah Athena menyerah.
Pada awalnya, Sparta berniat menginvasi Kekaisaran Persia. Tetapi, Sparta kemudian mencoba
memasukkan orang-orang Sparta ke dalam tampuk kekuasaan di kota-kota sekutunya, Korinthos
dan Thebes. Akibatnya, Sparta melakukan kesalahan yang dulu dilakukan Athena. Sparta pun
akhirnya dikalahkan oleh Thebes pada pertempuran dI Liuktra (371 SM) dan Mantinia (362 SM),
melalui kepemimpinan jenderal Epaminondas, meskipun dia meninggal pada pertempuran Mantinia.
Tanpa Epaminondas, supremasi Thebes hanya berlangsung sebentar. Sementara itu, dengan
mengadapatsi taktik Epaminondas, Filippos II dari Makedonia berhasil menaklukan Yunani. Filippos
menguasai Yunani setelah menang dalam serangkaian pertempuran melawan daerah-daerah di
sekitarnya (kota-kota Trakia dan Thessali), kemudian Filippos mengalahkan daerah Yunani yang
lainnya, yang berujung pada Pertempuran Khaironia (338 SM).
Abad keempat SM ditandai dengan munculnya Plato dan Aristoteles, namun hanya sedikit tulisan
mengenai mitologi yang dibuat pada masa ini.

Anda mungkin juga menyukai