Anda di halaman 1dari 42

Modul Materi Sejarah Ummat Manusia - Pergerakan Mahasiswa Indonesia

1. Sejarah
sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (‫شجرة‬, šajaratun) yang artinya pohon.
Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (‫)تاريخ‬. Adapun kata tarikh dalam bahasa
Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada
bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris
menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut
adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.

Sejarah adalah penelitian dan penyelidikan secara bersistem keseluruhan peristiwa dan
perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau.

Moh. Yamin
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa
yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.
Patrick Gardiner
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.
 ERA ABAD PRASEJARAH
1. Zaman batu eropa
2. Zaman muda batu eropa
3. Zaman perunggu eropa
4. Zaman besi eropa

 ERA ABAD KLASIK


1. Yunani klasik
yunani Klasik adalah periode yang berlangsung sekitar 200 tahun (abad ke-5
dan ke-4 SM) dalam sejarah Yunani.[1] Selama periode ini, banyak wilayah Yunani
yang jatuh ke tangan Persia,[2] tetapi kemudian wilayah-wilayah Yunani ini
kembali merdeka. Yunani Klasik sangat berpengaruh terhadap Romawi dan juga
menjadi landasan peradaban Barat. Sebagian besar pemikiran politik, seni,
arsitektur, pahatan, filsafat, teater, dan sastra berakar dari zaman ini. Periode
Klasik kemudian digantikan oleh Periode Helenistik..

2. Romawi Kuno
Kebudayaan Romawi kuno yang ditandai dengan bentuk pemerintahan republik.
Periode Republik Romawi dimulai dari penggulingan Kerajaan Roma (ca. 509
SM), dan diikuti oleh berbagai perang saudara. Pada masa Republik Romawi
pula terjadi perang terkenal yang bernama Perang Punic antara Republik
Romawi dengan Kekaisaran Kartago. Kapan tepatnya Republik Romawi berakhir
masih belum disetujui oleh para sejarawan, tergantung definisi yang digunakan.
Sebagian sejarawan mengusulkan penunjukan Julius
Caesar sebagai diktator seumur hidup pada 44 SM, dan sebagian lainnya
mengusulkan Pertempuran Actium (2 September 31 SM), dan sebagian lainnya
mengusulkan pemberian kekuasaan penuh bagi Octavianus pada 16 Januari 27
SM sebagai tanggal berakhirnya Republik Romawi dan berdirinya Kekaisaran
Romawi.
3. Kekaisairan Romawi
Kekaisaran Romawi (bahasa Latin: Imperium Romanum) adalah periode pasca-
Republik dari peradaban Romawi kuno, dicirikan dengan pemerintahan yang
dipimpin oleh kaisar, dan kepemilikan wilayah kekuasaan yang luas di
sekitar Laut Tengah di Eropa, Afrika, dan Asia. Republik berusia 500 tahun yang
mendahuluinya telah melemah dan tidak stabil akibat serangkaian perang
saudara dan konflik politik, ketika Julius Caesar dinobatkan
sebagai diktator seumur hidup dan kemudian dibunuh pada tahun 44 SM. Perang
saudara dan pengeksekusian terus berlangsung, yang berpuncak pada
kemenangan Oktavianus, putra angkat Caesar, atas Mark
Antony dan Kleopatra dalam Pertempuran Actium serta ditaklukkannya Mesir.
Setelah peristiwa-peristiwa di atas, kekuasaan Oktavianus menjadi tak
tergoyahkan dan pada tahun 27 SM, Senat Romawi secara resmi
memberinya kekuasaan penuh dan gelar baru Augustus, yang secara efektif
menandai berakhirnya Republik Romawi.
4. Periode Helenistik
Periode Helenistik atau era Helenistik adalah masa yang berlangsung setelah
penaklukan Aleksander Agung. Istilah ini dikemukakan oleh sejarawan J. G.
Droysen. Pada masa ini, pengaruh budaya dan kekuasaan Yunani mencapai
pada puncaknya di Eropa dan Asia. Masa ini kadang disebut masa transisi, atau
bahkan disebut masa kemunduran,[1] antara Zaman Klasik yang brilian dan
kebangkitan Kekaisaran Romawi. Periode ini dimulai setelah kematian
Aleksander pada tahun 323 SM dan berakhir ketika Republik
Romawi menaklukan daratan Yunani pada tahun 146 SM; atau ketika negara
penerus Aleksander yang terakhir mengalami kejatuhan, yaitu Kerajaan
Ptolemaik di Mesir pada tahun 31/30 SM, dalam Pertempuran Actium.[2] Periode
Helenistik dicirikan dengan adanya gelombang baru koloni-koloni yang didirikan
oleh kota-kota dan kerajaan-kerajaan Yunani di Asia dan Afrika.[3]
5. Gereja Pertama
Gereja perdana, jemaat perdana, Kekristenan mula-mula, atau Kekristenan
perdana merujuk pada Kekristenan pada masa antara penyaliban Yesus (sekitar
tahun 30 Masehi) dan Dewan Nicaea Pertama (325 Masehi) pada abad ke-4 M.
Sumber sejarah utama mengenai Kekristenan pada abad pertama (Era
Apostolik) adalah kitab Kisah Para Rasul. Pada mulanya, Gereja Kristen terpusat
di Yerusalem, dan salah satu pemimpinnya adalah Yakobus dari Yerusalem,
yang adalah adik Yesus, dan mati sebagai martir pada sekitar tahun 62 Masehi.
Setelah Amanat Agung diberikan, Para Rasul (termasuk Rasul Paulus) kemudian
melaksanakan aktivitas misionaris menyebarkan Kekristenan ke kota-kota di
seluruh wilayah dunia Helenistik, seperti Aleksandria, Antiokhia, Roma, serta ke
luar Kerajaan Roma.
6. Kekristenan_pada_Abad_Kuno_Akhir
Kekristenan pada zaman Kekaisaran Romawi Kristen, sebuah periode dari
kebangkitan Kekristenan di bawah Kaisar Konstantinus (sekitar 313),
sampai Kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat (sekitar 476). Akhir periode tersebut
beragam karena transisi menuju periode sub-Romawi terjadi bertahap dan pada
masa yang berbeda di wilayah yang berbeda. Tangga yang paling umum
diterima sebagai akhir Kekristenan Abad Kuno Akhir adalah akhir abad ke-6 dan
penaklukan kembali di bawah Yustinianus (berkuasa 527-565) dari Kekaisaran
Bizantium, meskipun tanggal yang paling tradisional adalah tahun 476, tahun
dimana Odoacer menggulingkan Romulus Augustus, yang secara tradisional
dianggap sebagai kaisar barat yang terakhir.Kekristenan awalnya mulai
menyebar dari Yudea Romawi tanpa dukungan atau dorongan negara. Agama
tersebut menjadi agama negara Armenia pada 301 atau 314, Ethiopia pada 325,
dan Georgia pada 337. Dengan Edik Tesalonika
7. Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat
Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat (juga disebut Keruntuhan Kekaisaran
Romawi atau Keruntuhan Roma) adalah masa ketika Kekaisaran Romawi
Barat terpecah menjadi beberapa negara. Pada tahun 117, Kekaisaran Romawi
masih berada pada puncak kejayaannya. Namun, semenjak tahun 376, Romawi
Barat mulai melemah akibat meletusnya Perang Goth (376–382) dan serangan
suku-suku barbar lainnya. Pada tahun 395, setelah berhasil memenangkan dua
perang saudara yang memporakporandakan kekaisaran, Kaisar Theodosius
I meninggal dunia. Penerusnya membagi kekaisaran menjadi dua, dan keduanya
merupakan pemimpin yang tidak cakap. Pada tahun 476, ketika Odoacer berhasil
menjatuhkan Kaisar Romawi Barat terakhir Romulus Augustulus, sang kaisar
tidak lagi memiliki kekuatan politik, militer ataupun finansial, dan juga tidak dapat
mengendalikan wilayah-wilayah Romawi Barat karena sudah direbut oleh suku-
suku Barbar. Walaupun pengaruh budaya Kekaisaran Romawi Barat masih dapat
dirasakan hingga saat ini, kekaisaran ini tidak pernah dapat bangkit lagi.
8. Islam
Muhammad[7] (bahasa Arab: ‫ ;محمد‬lahir di Mekkah, 570 – meninggal di Madinah, 8
Juni 632)[8] adalah seorang nabi dan rasul terakhir bagi umat Muslim.
[9]
 Muhammad memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia
dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Muhammad sama-sama
menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah sebagaimana yang
dibawa nabi dan rasul sebelumnya.[10]
Lahir pada tahun 570 M di Mekkah, ayahnya bernama Abdullah dan Ibunya
bernama Aminah. Ayah Muhammad meninggal dunia ketika Muhammad berusia
2 bulan dalam perut ibunya, dan ibunya meninggal dunia ketika Muhammad
berusia 6 tahun. Setelah yatim piatu, Muhammad dibesarkan di bawah asuhan
kakeknya Abdul Muthalib sampai berusia 8 tahun, kemudian Muhammad diasuh
oleh pamannya Abu Thalib selama hampir 40 tahun.
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan
perlintasan perdagangan dalam Jalur sutra yang menghubungkan antara Indo
Eropa dengan kawasan Asia di timur.[84] Kebanyakan orang Arab merupakan
penyembah berhala dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-
agama Kristen dan Yahudi.[85] Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab
ketika itu,[86] karena di sana terdapat berhala-berhala agama mereka,
telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah Ka'bah.[87] Masyarakat ini disebut
pula jahiliyah, artinya bodoh, bukan dalam hal intelegensia namun dalam
pemikiran moral.[88] Warga Quraisy adalah masyarakat yang suka berpuisi, dan
menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan di saat berkumpul di tempat-tempat
ramai.[89]

609-632: masa kenabian


Islam bermula pada tahun 609 ketika wahyu pertama diturunkan kepada
Muhammad di Gua Hira', 2 mil dari Mekah.[90]
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun
Gajah (571). Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu
yang disampaikan Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai
mengajarkan ajaran Islam secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga
tahun menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, ia akhirnya
menyampaikan ajaran Islam secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah,
yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya menentangnya.
Pada tahun 622, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah. Peristiwa
ini disebut hijrah dan menjadi dasar acuan permulaan perhitungan kalender
Islam, yaitu Kalender Hijriah. Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-
orang anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari
Mekkah), sehingga umat Islam semakin menguat. Dalam setiap peperangan
yang dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan
kemenangan. Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara
Mekkah dan Madinah.
Keunggulan diplomasi nabi Muhammad pada saat perjanjian Hudaibiyah,
menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan. Banyak
penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk
Islam, sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi
pertumpahan darah. Ketika Muhammad wafat di usia yang ke-61, hampir
seluruh Jazirah Arab telah memeluk Islam.
632-661: Khalifah Rasyidin
Artikel utama: Khulafaur Rasyidin

Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang diberi


petunjuk, diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh
kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib. Pada
masa ini umat Islam mencapai kestabilan politik dan ekonomi. Abu Bakar
memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat Islam dan mengatasi pemberontakan
beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah meninggalnya Muhammad. Umar
bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin
balatentara dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan Islam,
terutama ke Syam, Mesir, dan Irak. Dengan takluknya negeri-negeri tersebut,
banyak harta rampasan perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh
umat Islam.
632-Abad ke-20: Masa kekhalifahan selanjutnya
Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari
tangan ke tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut "khalifah", atau
kadang-kadang disebut "amirul mukminin", "sultan", dan sebagainya. Pada
periode ini khalifah tidak lagi ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di
kalangan umat Islam, melainkan secara turun-temurun dalam satu dinasti
(bahasa Arab: bani) sehingga banyak yang menyamakannya dengan kerajaan;
misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, hingga Bani
Utsmaniyyah yang kesemuanya diwariskan berdasarkan keturunan.
Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu
kekuatan politik yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu. Timbulnya
tempat-tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa
Arab di berbagai wilayah dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas
kebudayaan Islam yang agung. Banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan
dari berbagai negeri-negeri Islam, terutamanya pada zaman keemasan
Islam sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi.
Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan
kekhalifahan yang sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya
berbagai otoritas-otoritas kekuasaan terpisah yang berbentuk "kesultanan";
misalnya Kesultanan Safawi, Kesultanan Turki Seljuk, Kesultanan
Mughal, Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka, yang telah menjadi
kesultanan-kesultanan yang memiliki kekuasaan yang kuat dan terkenal di dunia.
Meskipun memiliki kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut secara
nominal masih menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari
kekhalifahan Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke
tangan penjajah Eropa. Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang
secara nominal dianggap sebagai kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang
selepas Perang Dunia I. Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan
Muhammad V. Karena dianggap kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang di
pimpin oleh Mustafa Kemal Pasya atau Kemal Atatürk,

 ERA ABAD PERTENGAHAN


1. Abad Pertengahan Awal
Abad Pertengahan Awal adalah periode dalam sejarah Eropa yang berlangsung
dari abad ke-5 hingga abad ke-10. Periode ini dimulai setelah
kemunduran Kekaisaran Romawi dan digantikan oleh Puncak Abad
Pertengahan (1001–1300). Pada periode ini, tren-tren yang dimulai pada masa
klasik berlanjut, seperti berkurangnya jumlah penduduk (terutama di wilayah
perkotaan), penurunan perdagangan, dan meningkatnya imigrasi. Periode ini
diberi label "zaman kegelapan" karena sedikitnya karya sastra dan budaya yang
dihasilkan di Eropa Barat pada masa itu. Namun, Kekaisaran Romawi
Timur berhasil bertahan, walaupun pada abad ke-
7 kekhalifahan Islam menaklukkan banyak wilayah Romawi. Istilah "zaman
kegelapan" tidak tepat bila diaplikasikan di Semenanjung Iberia karena pada
masa itu seni, budaya, dan ilmu pengetahan berkembang pesat di Kekhalifahan
Kordoba.[1]
Tren-tren tersebut berubah pada periode berikutnya. Pada tahun 800, gelar
"Kaisar Romawi" dipulihkan kembali di Eropa Barat oleh Karel yang Agung.
Agrikultur sistematis Eropa kembali muncul dalam bentuk sistem feudal, yang
menghasilkan inovasi seperti sistem tiga ladang dan alat pembajak sawah yang
berat. Migrasi suku-suku mulai stabil, walaupun wilayah utara masih terkena
dampak perluasan wilayah Viking.
Kekristenan pada Abad Pertengahan meliputi sejarah
Kekristenan dari Kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat (ca. 476)
sampai Kejatuhan Konstantinopel (1453), yang biasanya dijadikan akhir Abad
Pertengahan dalam Sejarah Eropa.
Dalam Pentarki kuno Kekristenan, lima patriark memegang keunggulan
istimewa: tahta-tahta Roma, Konstantinopel, Yerusalem, Antiokia,
dan Aleksandria. Nilai dari sebagian besar tahta tersebut tergantung pada para
pendiri apostolik mereka, atau dalam kasus Bizantium/Konstantinopel, bahwa
tahta tersebut adalah tahta baru ("Roma Baru" dari kelanjutan Romawi Timur,
atau Kekaisaran Bizantium. Uskup-uskup tersebut menganggap diri mereka
sendiri sebagai para penerus dari rasul-rasul mereka.[1] Selain itu, seluruh lima
kota tersebut adalah pusat awal Kekristenan.
2. Kekaisaran Romawi Timur
Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium (ejaan
lain: Bizantin, Byzantin, Byzantinum, Byzantium) adalah wilayah
timur Kekaisaran Romawi yang terutama berbahasa Yunani[1] pada Abad
Kuno dan Pertengahan. Penduduk dan tetangga-tetangga Kekaisaran Romawi
Timur menjuluki negeri ini Kekaisaran Romawi atau Romania
(Yunani: Ῥωμανία, Rōmanía). Kekaisaran ini berpusat di Konstantinopel, dan
dikuasai oleh kaisar-kaisar yang merupakan pengganti kaisar Romawi kuno
setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat. Tidak ada konsensus mengenai
tanggal pasti dimulainya periode Romawi Timur. Beberapa orang menyebut
masa kekuasaan Diokletianus (284-305) dikarenakan reformasi-reformasi
pemerintahan yang ia perkenalkan, yang membagi kerajaan tersebut
menjadi pars Orientis dan pars Occidentis.[2] Pihak lainnya menyebut masa
kekuasaan Theodosius I (379-395), atau setelah kematiannya pada tahun 395,
saat kekaisaran terpecah menjadi bagian Timur dan Barat. Ada juga yang
menyebut tahun 476, ketika Roma dijajah untuk ketiga kalinya dalam seabad
yang menandakan jatuhnya Barat (Latin), dan mengakibatkan kaisar di Timur
(Yunani) mendapatkan kekuasaan tunggal.[3] Bagaimanapun juga, titik penting
dalam sejarah Romawi Timur adalah ketika Konstantinus yang
Agung memindahkan ibukota dari Nikomedia (di Anatolia) ke Byzantium (yang
akan menjadi Konstantinopel) pada tahun 330.
Negeri ini berdiri selama lebih dari ribuan tahun. Selama keberadaannya,
Romawi Timur merupakan kekuatan ekonomi, budaya, dan militer yang kuat di
Eropa, meskipun terus mengalami kemunduran, terutama pada
masa Peperangan Romawi-Persia dan Romawi Timur-Arab. Kekaisaran ini
direstorasi pada masa Dinasti Makedonia, bangkit sebagai kekuatan besar
di Mediterania Timur pada akhir abad ke-10, dan mampu menyaingi Kekhalifahan
Fatimiyah. Setelah tahun 1071, sebagian besar Asia Kecil direbut oleh Turki
Seljuk. Restorasi Komnenos berhasil memperkuat dominasi pada abad ke-12,
tetapi setelah kematian Andronikos I Komnenos dan berakhirnya Dinasti
Komnenos pada akhir abad ke-12, kekaisaran kembali mengalami kemunduran.
Romawi Timur semakin terguncang pada masa Perang Salib Keempat tahun
1204, ketika kekaisaran ini dibubarkan secara paksa dan dipisah menjadi
kerajaan-kerajaan Yunani dan Latin yang saling berseteru. Kekaisaran berhasil
didirikan kembali pada tahun 1261 di bawah pimpinan kaisar-kaisar Palaiologos,
tetapi perang saudara pada abad ke-14 terus melemahkan kekuatan kekaisaran.
Sisa wilayahnya dicaplok oleh Kesultanan Utsmaniyah dalam Peperangan
Romawi Timur-Utsmaniyah. Akhirnya, Konstantinopel berhasil direbut oleh
Utsmaniyah pada tanggal 29 Mei 1453, menandai berakhirnya Kekaisaran
Romawi Timur.
3. Feodalisme
feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik (sosial politik)
yang dijalankan di kalangan bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai
wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal
sebagai mitra. Dalam pengertian yang asli, struktur ini disematkan oleh
sejarawan pada sistem politik di Eropa pada Abad Pertengahan, yang
menempatkan kalangan kesatria dan kelas bangsawan lainnya (vassal) sebagai
penguasa kawasan atau hak tertentu (disebut fief atau, dalam bahasa
Latin, feodum) yang ditunjuk oleh monarki (biasanya raja atau lord).
Istilah feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan oleh pelakunya sendiri
tidak pernah dipakai. Semenjak tahun 1960-an, para sejarawan memperluas
penggunaan istilah ini dengan memasukkan pula aspek kehidupan sosial para
pekerja lahan di lahan yang dikuasai oleh tuan tanah, sehingga muncul istilah
"masyarakat feodal". Karena penggunaan istilah feodalisme semakin lama
semakin berkonotasi negatif, oleh para pengkritiknya istilah ini sekarang
dianggap tidak membantu memperjelas keadaan dan dianjurkan untuk tidak
dipakai tanpa kualifikasi yang jelas.
Dalam penggunaan bahasa sehari-hari di Indonesia, sering kali kata ini
digunakan untuk merujuk pada perilaku-perilaku yang mirip dengan perilaku para
penguasa yang lalim, seperti 'kolot', 'selalu ingin dihormati', atau 'bertahan pada
nilai-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan'.
4. Perang Salib
Perang Salib adalah sebutan bagi perang-perang agama di Asia
Barat dan Eropa antara abad ke-11 sampai abad ke-17, yang disokong dan
adakalanya diarahkan oleh Gereja Katolik. Perang Salib berbeda dari konflik-
konflik keagamaan lainnya karena orang-orang yang ikut serta dalam perang ini
meyakini perjuangan mereka sebagai laku silih demi beroleh ampunan
atas dosa-dosa yang sudah mereka akui. Ruang lingkup istilah Perang Salib pun
masih menjadi pokok perdebatan. Ada sejarawan yang berpendapat bahwa
hanya ziarah-ziarah bersenjata ke Yerusalem sajalah yang dapat disebut Perang
Salib, tetapi ada pula sejarawan yang berpandangan bahwa Perang Salib adalah
semua kampanye militer Katolik dengan iming-iming pahala rohani bagi orang-
orang yang ikut berjuang, atau segala macam "perang suci" Katolik, atau setiap
perang yang dicetuskan pihak Katolik dengan iming-iming pahala rohani sebagai
ciri utama. Perang Salib yang paling terkenal adalah perang-perang
perebutan Tanah Suci melawan kaum Muslim di kawasan timur
Mediterania antara tahun 1096 sampai tahun 1271. Sejak abad ke-12, ada pula
Perang Salib melawan orang Moro Iberia, Perang Salib melawan Kekaisaran
Turki Utsmaniyah, dan Perang Salib untuk maksud-maksud lain, termasuk untuk
memerangi kaum pagan, memberantas kaum bidah, dan menuntaskan silang
sengketa di antara pihak-pihak yang sama-sama beragama Kristen Katolik.
Perang Salib pertama kali dicetuskan oleh Paus Urbanus II pada tahun 1095
dalam sidang Konsili Clermont. Ia mengimbau hadirin untuk angkat senjata
membantu Kaisar Romawi Timur melawan orang Turki Seljuk, dan untuk
melakukan ziarah bersenjata ke Yerusalem. Imbauannya ditanggapi dengan
penuh semangat oleh seluruh lapisan masyarakat Eropa Barat. Para
sukarelawan dikukuhkan menjadi anggota Laskar Salib melalui pengikraran kaul
di muka umum. Orang mengajukan diri lantaran didorong oleh niat yang berbeda-
beda. Ada yang sekadar ingin pergi ke Yerusalem agar ikut terangkat beramai-
ramai ke surga, ada yang melakukannya demi bakti kepada majikan, ada yang
hendak mencari ketenaran dan nama baik, dan ada pula yang bernafsu meraup
keuntungan ekonomi maupun politik melalui keikutsertaannya. Laskar Salib
mengasaskan empat negara baru, yang lazim disebut Outremer (Tanah
Sabrang), yakni Negara Kabupaten Edessa, Negara Kepangeranan
Antiokhia, Negara Kerajaan Yerusalem, dan Negara Kabupaten Tripoli. Laskar
Salib pada akhirnya terdesak mundur sesudah hampir dua abad bercokol di
Tanah Suci. Akko, kota terakhir Laskar Salib di Tanah Suci, direbut kaum Muslim
pada tahun 1291.
Reconquista (Penaklukan Balik), perang Kristen-Muslim di Semenanjung Iberia,
dinyatakan sebagai Perang Salib pada tahun 1123, dan berakhir dengan
tumbangnya Emirat Granada pada tahun 1492. Perang Salib Utara yang
menundukkan suku-suku pagan di kawasan timur laut Eropa ke bawah
kekuasaan Jerman, Denmark, dan Swedia, dianggap sebagai Perang Salib sejak
tahun 1147. Pada tahun 1199, Paus Inosensius III menjadi paus pertama yang
memaklumkan Perang Salib politik untuk menundukkan penguasa-penguasa
Kristen yang membandel. Perang Salib dijadikan sarana memerangi kaum bidah
di Lengadok sejak tahun 1208. Perang Salib melawan kaum bidah berlanjut
di Savoia serta Bohemia pada abad ke-15, dan dilancarkan terhadap kaum
Protestan pada abad ke-16. Perang Salib juga dilancarkan untuk membendung
laju ekspansi Kekaisaran Turki Utsmaniyah pada pertengahan abad ke-14, dan
baru berakhir dengan Perang Liga Suci pada tahun 1699.
5. Abad Pertengahan Akhir
Abad Pertengahan Akhir atau Zaman Pertengahan Akhir adalah
sebuah zaman dari sejarah Eropa yang utamanya meliputi abad ke-14 sampai
ke-15 (sekitar 1301–1500). Abad Pertengahan Akhir menggantikan Puncak Abad
Pertengahan dan digantikan oleh zaman modern awal (dan, di kebanyakan
wilayah Eropa, Renaisans).
Serangkaian bencana kelaparan dan wabah penyakit, seperti Bencana
Kelaparan Besar 1315–1317 dan Wabah Hitam, membuat jumlah penduduk
berkurang menjadi setengah.[1] Selain berkurangnya populasi, terjadi pula
ketegangan sosial dan peperangan endemik. Prancis dan Inggris mengalami
kebangkitan-kebangkitan yang serius dari kalangan
petani: Jacquerie, Pemberontakan Petani, serta konflik selama lebih dari seabad
dalam Perang Seratus Tahun. Selain beberapa masalah tersebut,
persatuan Gereja Katolik digoncangkan dengan Skisma Barat. Secara kolektif,
peristiwa-peristiwa tersebut terkadang disebut sebagai Krisis Abad Pertengahan
Akhir.[2]
Selain krisis tersebut, abad ke-14 juga merupakan zaman perkembangan besar
dalam bidang ilmu pengetahuan dan seni rupa. Setelah pemahaman yang
diperbaharukan dalam teks-teks Romawi dan Yunani kuno mulai berakar pada
Puncak Abad Pertengahan, Renaisans Italia dimulai. Pemakaian teks-teks Latin
dimulai sebelum Renaisans pada abad ke-12 melalui kontak dengan
bangsa Arab pada masa Perang Salib, namun ketersediaan teks-teks Yunani
berpengaruh dipakai saat penaklukan Konstantinopel oleh Turki Ottoman, ketika
beberapa sarjana Bizantium mengungsi ke wilayah Barat, utamanya Italia.[3]
6. Renaisans
Renaisans atau Abad Pembaharuan[a] adalah kurun waktu abad ke-14 sampai
abad ke-17 di dalam sejarah Eropa. Kurun waktu ini merupakan masa peralihan
dari Abad Pertengahan ke Zaman Modern yang ditandai dengan
kekacauan manusia di bidang pemikiran.[2] Renaisans bermula seusai Krisis Akhir
Abad Pertengahan, dan berkaitan dengan perubahan sosial besar-besaran.
Menurut para pendukung "Renaisans panjang", Renaisans adalah kurun waktu
dari abad ke-14 sampai abad ke-17.[3] Pandangan tradisional lebih menyoroti
aspek-aspek permulaan Zaman Modern dari Renaisans, sehingga berpendapat
bahwa Renaisans adalah keterlepasan dari masa lampau, tetapi banyak
sejarawan dewasa ini lebih menyoroti aspek-aspek Abad Pertengahannya,
sehingga berpendapat bahwa Renaisans adalah kelanjutan dari Abad
Pertengahan.[4][5]
Landasan intelektual dari Renaisans adalah paham humanismenya, yang digali
dari konsep humanitas Romawi dan ajaran filsafat Yunani Klasik yang kembali
diminati orang, misalnya ajaran filsafat Protagoras bahwa "manusia adalah tolok
ukur dari segala sesuatu". Pemikiran baru ini mengejawantah di bidang seni
rupa, arsitektur, politik, ilmu pengetahuan, dan kesusastraan. Contoh-contoh
awalnya adalah perkembangan perspective dalam pembuatan lukisan cat
minyak dan dihidupkannya kembali kepandaian membuat beton. Sekalipun
penemuan huruf lepas logam mempercepat penyebarluasan ide-ide sejak akhir
abad ke-15, perubahan-perubahan Renaisans tidaklah seragam di seluruh
Eropa. Jejak-jejak pertama perubahan Renaisans tampak di Italia seawal-
awalnya pada akhir abad ke-13, teristimewa dengan munculnya karya-karya
tulis Dante dan karya-karya lukis Giotto.
Sebagai gerakan budaya, Renaisans mencakup pengembangan inovatif di
bidang kesusastraan Latin maupun bahasa sehari-hari yang diawali dengan
dihidupkannya kembali kegiatan belajar-mengajar yang berasaskan sumber-
sumber pustaka klasik pada abad ke-14, pengembangan perspektif linier maupun
teknik-teknik lain di bidang seni lukis dengan tujuan menghadirkan realitas yang
lebih alami pada lukisan, serta reformasi pendidikan yang dilakukan berangsur-
angsur tetapi menyebar luas ke mana-mana. Kontribusi Renaisans di bidang
politik adalah pengembangan kebiasaan-kebiasaan dan konvensi diplomasi,
sementara kontribusinya di bidang ilmu pengetahuan adalah tumbuhnya sikap
mengandalkan observasi dan penalaran induktif. Meskipun pada masa
Renaisans terjadi revolusi dalam berbagai usaha peningkatan intelektual serta
ilmu sosial, dan kegiatan perbankan serta akuntansi modern mulai dikenal orang,
[6]
 sepertinya Renaisans lebih dikenal karena pengembangan-pengembangan dan
kontribusi-kontribusi artistik dari tokoh-tokoh serba bisa seperti Leonardo da
Vinci dan Michelangelo, yang mengilhami pencetusan istilah "manusia
Renaisans".[7][8]

 AWAL ERA MODERN


1. Kekristenan pada zaman modern
Sejarah Kekristenan modern meliputi agama Kristen dari akhir zaman Modern
awal sampai masa sekarang. Sejarah Modern awal dari Kekristenan biasanya
dimulai dengan Reformasi Protestan ca. 1517–1525 (biasanya sekitar 1500) dan
berakhir pada akhir abad ke-18 dengan kemunculan Revolusi Industri dan peristiwa
menjelang Revolusi Prancis tahun 1789.
Menjadi hal umum di seluruh Eropa pada Abad Pertengahan, Kekristenan menyebar
ke seluruh dunia pada Abad Penjelajahan. Kekristenan menjadi agama terbesar di
dunia.[1] Kekristenan sangat berbeda secara signifikan dari agama lain dalam klaim
bahwa Yesus Kristus adalah Allah Putera, tetapi sepanjang sejarahnya, agama
tersebut telah diwarnai skisma dan persengketaan teologi yang menghasilkan
banyak aliran gereja. Cabang-cabang Kristen terbesar adalah Fereja Katolik
Roma dan Gereja Ortodoka Timur, dan gereja-gereja Protestan. Setelah Kejatuhan
Konstantinopel, Kekristenan terbagi menjadi dua wadah berbeda: Gereja
Barat dan Gereja Timur.
2. Reformasi Protestan
Reformasi protestan adalah suatu skisma dari Gereja Katolik yang diprakarsai
oleh Martin Luther dan dilanjutkan oleh Yohanes Calvin, Ulrich Zwingli, serta
para Reformis Protestan awal lainnya di Eropa pada abad ke-16. Gerakan ini
umumnya dianggap telah dimulai dengan publikasi 95 Tesis oleh Luther pada 1517,
dan berlangsung sampai berakhirnya Perang Tiga Puluh Tahun melalui Perdamaian
Westfalen pada 1648.
Meskipun sebelum Luther telah ada upaya-upaya awal yang signifikan untuk
melakukan reformasi Gereja Katolik – seperti yang dilakukan oleh Jan Hus, Peter
Waldo (Pierre Vaudès), dan John Wycliffe – Martin Luther secara luas diakui telah
memulai Reformasi Protestan dengan 95 Tesis. Luther mengawali dengan mengkritik
penjualan indulgensi, bersikeras bahwa Sri Paus tidak memiliki otoritas
atas purgatorium dan bahwa ajaran Katolik mengenai jasa orang-orang kudus tidak
memiliki landasan di dalam Alkitab. Bagaimanapun, posisi Protestan kelak
memadukan perubahan-perubahan doktrin seperti ketergantungan sepenuhnya pada
Alkitab sebagai satu sumber keyakinan yang benar (sola scriptura) serta keyakinan
bahwa iman dalam Yesus, dan bukan perbuatan-perbuatan baik, adalah satu-
satunya jalan untuk memperoleh pengampunan Allah atas dosa (sola fide). Motivasi
utama di balik perubahan-perubahan tersebut bersifat teologis, kendati banyak faktor
lain yang berperan, termasuk bangkitnya nasionalisme, Skisma Barat yang mengikis
kepercayaan pada Kepausan, dugaan korupsi Kuria Roma, dampak dari humanisme,
dan pembelajaran baru Renaisans yang mempertanyakan banyak pemikiran dalam
tradisi.
Gerakan awal di dalam wilayah Jerman beragam rupa, dan impuls-impuls reformasi
lainnya timbul secara tersendiri di luar kepemimpinan Luther. Tersebarluasnya mesin
cetak Gutenberg menjadi sarana penyebaran materi-materi keagamaan secara cepat
dalam bahasa vernakular (lingua franca). Kelompok-kelompok terbesar gerakan ini
yaitu Lutheran dan Calvinis. Gereja-gereja Lutheran kebanyakan didirikan di Jerman,
Baltik, dan Skandinavia, sedangan gereja-gereja Reformed didirikan di Swiss,
Hongaria, Prancis, Belanda, dan Skotlandia. Gerakan baru ini memberikan pengaruh
definitif pada Gereja Inggris setelah tahun 1547 di bawah pemerintahan Edward
VI and Elizabeth I, kendati Gereja Inggris telah berdiri sendiri di bawah
pemerintahan Henry VIII pada tahun 1530-an awal.
Terdapat juga gerakan-gerakan reformasi di seluruh Eropa daratan yang dikenal
sebagai Reformasi Radikal, yang menimbulkan gerakan-
gerakan Anabaptis, Moravia, dan Pietistik lainnya. Selain membentuk komunitas-
komunitas di luar otorisasi negara, para Reformis Radikal sering kali menerapkan
perubahan doktrin yang lebih ekstrem, misalnya penolakan terhadap prinsip-
prinsip hasil Konsili Nicea dan Konsili Kalsedon yang berlangsung pada Abad Kuno
Akhir.
Gereja Katolik menanggapi dengan suatu gerakan yang disebut Kontra-Reformasi,
diprakarsai oleh Konsili Trente. Banyak upaya dalam menghadapi Protestanisme
dilakukan oleh kalangan Yesuit, suatu tarekat baru kala itu yang terorganisasi
dengan baik. Secara umum, Eropa Utara, dengan pengecualian sebagian besar
wilayah Irlandia, berada di bawah pengaruh Protestanisme. Eropa Selatan tetap
Katolik, sedangkan Eropa Tengah merupakan lokasi konflik yang sengit, imbas
dari serangkaian perang agama di Eropa yang berpuncak pada Perang Tiga Puluh
Tahun, sehingga mengakibatkan daerah ini hancur.
3. Zaman Penjelajahan Bangsa Eropa
Zaman Penjelajahan atau Abad Penjelajahan mengacu pada periode sejarah sejak
awal abad ke-15 hingga akhir abad ke-17 yang ditandai dengan berlayarnya para
pionir penjelajah Eropa untuk menemukan sumber-sumber komoditi dagang dari
"Timur". Dilihat dari kronologi sejarah, zaman ini menjadi titik balik penting dalam
sejarah Eropa menuju Zaman Renaisans dan Zaman Pencerahan, tetapi menjadi
pemicu penjajahan di Amerika dan Asia. Penemuan kembali benua Amerika
oleh Christophorus Columbus yang didanai Raja Spanyol, ekspedisi Vasco da
Gama ke "Asia" (India), penaklukan orang Indian di Meksiko dan Inca (Peru) oleh
kaum penakluk Spanyol (conquistadores), takluknya Malaka dan "ditemukannya"
kepulauan rempah (Maluku) oleh penjelajah Portugis,
perjalanan Magelhaens mengitari bumi, penemuan Australia dan Selandia Baru oleh
orang Belanda dan Inggris, serta penguasaan Siberia oleh Kekaisaran Rusia menjadi
beberapa peristiwa penting yang terjadi pada zaman ini.
4. Kerajaan mutlak
Kerajaan mutlak atau monarki absolut merupakan bentuk monarki yang berprinsip
seorang raja mempunyai kuasa penuh untuk memerintah negaranya. Berbeda
dengan sistem monarki konstitusional, perdana menteri dalam kerajaan monarki
mutlak hanya memainkan peranan simbolis.
5. Kesultanan Utsmaniyah
Kesultanan Utsmaniyah, nama resmi Daulat/Negara Agung Utsmaniyah (Turki
Utsmaniyah: ‫دولت عليه عثمانیه‬ Devlet-i ʿAliyye-yi ʿOsmâniyye)[6] sering disebut dalam
bahasa Turki modern sebagai Osmanlı İmparatorluğu (Kekaisaran Utsmaniyah)
atau Osmanlı Devleti (Negara Utsmaniyah); kadang disebut Kesultanan
Turki, Kekaisaran Utsmaniyah atau Turki Utsmani adalah kekaisaran lintas benua
yang didirikan oleh suku-suku Turki di bawah pimpinan Osman Bey di barat
laut Anatolia pada tahun 1299.[7] Setelah 1354, Utsmaniyah melintasi Eropa dan
memulai penaklukkan Balkan, mengubah negara Utsmaniyah yang hanya berupa
kadipaten kecil menjadi negara lintas benua. Utsmani mengakhiri riwayat Kekaisaran
Romawi Timur seiring penaklukan Konstantinopel oleh Mehmed II tahun 1453.[8][9][10]

Peta bersejarah yang memperlihatkan eyalet (wilayah administratif) Kesultanan Utsmaniyah di


Eropa dan Asia tahun 1890.

Sepanjang abad ke-16 dan 17, tepatnya pada puncak kekuasaannya di bawah
pemerintahan Suleiman Al-Qanuni, Kesultanan Utsmaniyah adalah salah satu
negara terkuat di dunia, imperium multinasional dan multibahasa yang
mengendalikan sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat/Kaukasus, Afrika Utara,
dan Tanduk Afrika.[11]
Pada awal abad ke-17, kesultanan ini terdiri dari 32 provinsi dan sejumlah negara
vasal, beberapa di antaranya dianeksasi ke dalam teritori kesultanan, sedangkan
sisanya diberikan beragam tingkat otonomi dalam kurun beberapa abad.[dn 5]
Dengan Konstantinopel sebagai ibu kotanya dan kekuasaannya atas wilayah yang
luas di sekitar cekungan Mediterania, Kesultanan Utsmaniyah menjadi pusat
interaksi antara dunia Timur dan Barat selama lebih dari enam abad. Kesultanan ini
bubar pasca Perang Dunia I, tepatnya pada 1 November 1922. Pembubarannya
berujung pada kemunculan rezim politik baru di Turki, serta
pembentukan Balkan dan Timur Tengah yang baru.[12]
Setelah penaklukkan Mesir oleh Utsmaniyah pada 1517, Khalifah Al-Mutawakkil III
menyerahkan kedudukan khalifah kepada Sultan Selim I. Hal ini menjadikan
penguasa Utsmaniyah tidak hanya berperan sebagai sultan (kepala negara
Utsmaniyah), tetapi juga sebagai pemimpin dunia Islam secara simbolis. Setelah
Kesultanan Utsmaniyah dibubarkan, Wangsa Utsmaniyah sempat mempertahankan
status mereka sebagai khalifah selama beberapa saat sampai kekhalifahan juga
dibubarkan pada 3 Maret 1924.
6. Imperium Portugal
Imperium Portugal (nama lain : Ultramar Português) adalah
imperium kolonial Eropa modern yang berdiri paling awal dan terlama, hampir enam
abad, dari penguasaan Ceuta tahun 1415 hingga penyerahan Makau tahun 1999.
Penjelajahan Portugis dimulai dengan menjelajahi pantai Afrika tahun 1419, yang
meliputi perkembangan terakhir dalam navigasi, kartografi dan teknologi maritim
seperti karavel, dan mereka menemukan jalur laut untuk mencari keuntungan dari
sumber perdagangan rempah-rempah. Tahun 1488, Bartolomeu
Dias mengelilingi Tanjung Harapan, dan tahun 1498, Vasco da Gama mencapai
India. Tahun 1500, dengan penemuan kebetulan di pantai Amerika Selatan untuk
beberapa, dengan desain mahkota rahasia untuk lainnya, Pedro Álvares
Cabral menemukan dan memimpin untuk penetapan koloni Brasil. Lebih dari satu
dasawarsa berikutnya, pelaut Portugis melanjutkan penjelajahan pantai-pantai dan
pulau Asia Timur, mendirikan benteng dan pos perdagangan ketika mereka pergi.
Tahun 1571, hubungan surat menghubungkan Lisboa hingga Nagasaki: imperium
telah menjadi sangat mendunia, dan membawa proses kekayaan melimpah
terhadap Portugal.
Akhir dari Imperium Portugal ditandai dengan Dekolonisasi Afrika dan Revolusi
Anyelir tahun 1974. Menyebabkan wilayah koloni yang tersisa memerdekakan diri.
7. Imperium Spanyol
imperium Spanyol ialah salah satu imperium terbesar dalam sejarah dan salah satu
imperium global pertama.
Pada abad ke-15 dan 16, Spanyol adalah pusat eksplorasi global, ekspansi kolonial,
dan pembukaan jalur perdagangan seberang lautan di Eropa, dengan perdagangan
melintasi Samudera Atlantik antara Spanyol dan Amerika dan sepanjang Samudera
Pasifik antara Asia-Pasifik dan Meksiko melalui Filipina.
Para conquistador menghancurkan peradaban Aztek, Maya, dan Inka, dan banyak
mengambil tanah di Amerika Utara dan Selatan. Dalam suatu waktu, Imperium
Spanyol mendominasi samudera dengan Angkatan Lautnya yang berpengalaman
dan menguasai Eropa dengan pasukan terlatihnya. Spanyol menikmati abad
keemasan pada abad ke-16 dan 17.
8. Imperium Britania
Imperium Britania (bahasa Inggris: British Empire) adalah
suatu imperium kekuasaan yang terdiri dari wilayah-
wilayah koloni, protektorat, mandat, dominion dan wilayah lain yang pernah
diperintah atau dikuasai oleh Britania Raya. Imperium Britania dimulai pada akhir
abad ke-16 sejalan dengan berkembangnya kekuatan Angkatan Laut Britania
Raya dan merupakan imperium yang paling luas dalam sejarah dunia serta pada
suatu periode tertentu pernah menjadi kekuatan utama di dunia.[1] Pada tahun 1922,
Imperium Britania mencakup populasi sekitar 458 juta orang, kurang lebih seperlima
populasi dunia pada waktu itu,[2] yang membentang seluas lebih dari
33700000 km2 (13012000 sq mi), atau sekitar seperempat luas total bumi.[3][4]
Akibatnya, pengaruh Britania Raya, terutama Inggris, melekat kuat di seantero dunia:
dalam praktik ekonomi, hukum dan sistem
pemerintahan, masyarakat, olahraga (seperti kriket dan sepak bola), serta
penggunaan bahasa Inggris. Imperium Britania pada suatu masa pernah dijuluki
sebagai "kerajaan tempat Matahari tak pernah tenggelam" karena wilayahnya
membentang sepanjang bola dunia dan dengan demikian Matahari selalu bersinar,
paling tidak di salah satu dari begitu banyak koloninya.
Selama Zaman Penjelajahan pada abad ke-15 dan
16, Portugal dan Spanyol memelopori penjelajahan maritim Eropa ke berbagai
belahan dunia sekaligus mendirikan wilayah koloni. Iri melihat keberhasilan dan
kejayaan yang mereka peroleh, Inggris, Prancis dan Belanda mulai membentuk
koloni dan jaringan perdagangan mereka sendiri di Amerika dan Asia.[5] Serangkaian
kemenangan dalam peperangan pada abad ke-17 dan 18 dengan Prancis dan
Belanda membuat Inggris (kemudian bernama Britania Raya setelah bersatu
dengan Skotlandia pada tahun 1707) memperoleh wilayah-wilayah koloni yang
dominan di India dan Amerika Utara. Lepasnya Tiga Belas Koloni Britania di Amerika
Utara pada tahun 1787 setelah perang kemerdekaan membuat Britania kehilangan
wilayah koloninya yang paling tua dan paling padat penduduknya.
Lepasnya Amerika Utara membuat perhatian Britania beralih ke wilayah-wilayah
koloni di Afrika, Asia dan Pasifik. Setelah kekalahan Napoleon Prancis pada tahun
1815, Britania berkesempatan untuk memperluas imperiumnya ke seantero dunia
dan menjadi negara imperialis paling berjaya dan tak tertandingi pada waktu itu.
Beberapa wilayah koloninya dijadikan sebagai koloni imigran kulit putih dan
beberapa di antaranya dijadikan sebagai wilayah dominion.
Kebangkitan Jerman dan Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 turut menyebabkan
pudarnya kejayaan Britania. Ketegangan militer dan ekonomi antara Britania Raya
dan Jerman adalah penyebab utama Perang Dunia I, ketika Britania sangat
bergantung pada imperiumnya.
Perang tersebut telah menyebabkan hancurnya sistem keuangan Britania dan
walaupun Britania masih merupakan negara dengan wilayah jajahan terluas setelah
Perang Dunia I, Britania tidak lagi menjadi pemimpin perekonomian dan militer di
dunia. Perang Dunia II menyebabkan sebagian besar koloni Britania di Asia
Tenggara diduduki oleh Jepang. Meskipun pada akhirnya Britania
dan Sekutu berhasil memenangkan Perang Dunia II, perang ini turut berdampak
pada semakin sempitnya wilayah imperium Britania. Dua tahun setelah perang
berakhir, India—koloni Britania yang paling berharga—memperoleh
kemerdekaannya.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, sebagai akibat dari
gerakan dekolonisasi negara-negara terjajah, Britania memberi kemerdekaan pada
sebagian besar koloninya. Proses dekolonisasi ini berakhir dengan
diserahkannya Hong Kong ke tangan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1997.
Empat belas koloni Britania yang masih tersisa (disebut dengan Wilayah Seberang
Laut Britania) tetap berada di bawah kedaulatan Britania Raya. Setelah
kemerdekaan, banyak bekas koloni Britania yang bergabung dengan Negara-Negara
Persemakmuran, yaitu suatu persatuan secara sukarela yang melibatkan negara-
negara berdaulat yang didirikan atau pernah dijajah oleh Britania Raya.
9. Abad Pencerahan
Abad Pencerahan atau Zaman Pencerahan atau Masa Pencerahan (bahasa
Inggris: Age of Enlightenment ; bahasa Jerman: Aufklärung) adalah gerakan
intelektual dan filosofis yang mendominasi Eropa pada abad ke-17 dan ke-
18. [1] Abad Pencerahan ditandai dengan kemunculan serangkaian gagasan yang
berfokus pada nilai kebahagiaan manusia, pencarian pengetahuan yang diperoleh
melalui penalaran akal dan observasi dengan panca indra, dan cita-cita ideal
seperti kebebasan, kemajuan, toleransi, persaudaraan, pemerintahan konstitusional,
dan pemisahan gereja dengan negara. [2] [3]
Masa Pencerahan berakar pada gerakan intelektual dan ilmiah Eropa yang dikenal
sebagai humanisme renaisans yang didahului oleh Revolusi Ilmiah dan karya-karya
ilmiah seperti dihasilkan oleh Francis Bacon. Dimulainya Abad Pencerahan juga
dikaitkan dengan waktu penerbitan karya René Descartes yang berjudul Discourse
on the Method pada tahun 1637, yang di dalamnya menampilkan diktumnya yang
terkenal, Cogito, ergo sum ("Saya berpikir, maka saya ada"). Sebagian juga
mengutip publikasi Isaac Newton Principia Mathematica (1687) sebagai puncak dari
Revolusi Ilmiah dan awal Abad Pencerahan. Sejarawan Eropa secara tradisional
mencatat permulaannya dengan kematian Louis XIV dari Perancis pada tahun 1715
dan berakhir dengan pecahnya Revolusi Perancis pada tahun 1789. Banyak juga
sejarawan yang menetapkan akhir Abad Pencerahan pada awal abad ke-19, dengan
tahun terakhir yang diusulkan adalah kematian Immanuel Kant pada tahun 1804.
Para filsuf dan ilmuwan pada masa itu menyebarkan gagasan mereka secara luas
melalui pertemuan di akademi-akademi ilmiah, pondok-pondok Masonik, salon-salon
sastra, kedai kopi dan juga dalam bentuk buku cetak, jurnal, dan pamflet. Ide-ide
Pencerahan mengikis otoritas absolut monarki dan Gereja Katolik dan membuka
jalan bagi revolusi politik yang terjadi di abad ke-18 dan ke-19. Berbagai gerakan
abad ke-19, termasuk liberalisme, komunisme, dan neoklasikisme, mempunyai
warisan intelektual mereka hingga Masa Pencerahan. [4]
Di Prancis, doktrin utama para filsuf Abad Pencerahan adalah kebebasan
individu dan toleransi beragama, konsep-konsep yang bertentangan dengan monarki
absolut dan dogma-dogma Gereja. Abad Pencerahan ditandai dengan pengakuan
pada metode ilmiah dan reduksionisme, seiring dengan meningkatnya skeptisisme
terhadap ortodoksi agama—suatu fenomena yang dibahas dalam esai Immanuel
Kant Menjawab Pertanyaan: Apa Itu Pencerahan, esai yang memuat frasa Sapere
aude (Beranilah untuk tahu atau beranilah untuk menjadi bijaksana).

 ABAD MODERN
1. Revolusi Industri
Revolusi Industri terjadi pada periode antara tahun 1760-1850 di mana terjadinya
perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.[1] Revolusi ini menyebabkan terjadinya
perkembangan besar-besaran yang terjadi pada semua aspek kehidupan manusia.
Singkatnya, revolusi industri adalah masa dimana pekerjaan manusia di berbagai
bidang mulai digantikan oleh mesin.[2] Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan
kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan menyebar
ke seluruh dunia.[3]
Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia, hampir
setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri, khususnya
dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-rata yang
berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya. Selama dua abad setelah
Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat
lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh pemenang Hadiah
Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya dalam sejarah,
standar hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Perilaku
ekonomi yang seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya".[4]
Inggris memberikan landasan hukum dan budaya yang memungkinkan para
pengusaha untuk merintis terjadinya Revolusi Industri.[5] Faktor kunci yang turut
mendukung terjadinya Revolusi Industri antara lain: (1) Masa perdamaian dan
stabilitas yang diikuti dengan penyatuan Inggris dan Skotlandia, (2) tidak ada
hambatan dalam perdagangan antara Inggris dan Skotlandia, (3) aturan hukum
(menghormati kesucian kontrak), (4) sistem hukum yang sederhana yang
memungkinkan pembentukan saham gabungan perusahaan (korporasi), dan (5)
adanya pasar bebas (kapitalisme).[6]
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadinya peralihan dalam
penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan
dan manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis
menufaktur.[7] Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap
industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan
batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan,
perbaikan jalan raya dan rel kereta api.[8] Adanya peralihan dari perekonomian yang
berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan
terjadinya perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada
akhirnya menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris.[9]
Awal mula Revolusi Industri masih diperdebatkan. T.S. Ashton menulisnya kira-kira
1760-1830.[10] Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada sekitar tahun
1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan
perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut
perkembangan mesin pembakaran dalam dan perkembangan pembangkit tenaga
listrik.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah terjadinya revolusi
ilmu pengetahuan pada abad ke-16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis
Bacon, René Descartes, Galileo Galilei.[11] Disamping itu, disertai adanya
pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The
Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French
Academy of Science. Adapula faktor dari dalam seperti ketahanan politik dalam
negeri, perkembangan kegiatan wiraswasta, jajahan Inggris yang luas dan kaya akan
sumber daya alam.
Istilah "Revolusi Industri" sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-
Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Beberapa sejarawan abad ke-20
seperti John Clapham dan Nicholas Crafts berpendapat bahwa proses perubahan
ekonomi dan sosial yang terjadi secara bertahap dan revolusi jangka panjang adalah
sebuah ironi.[12][13] Produk domestik bruto (PDB) per kapita negara-negara di dunia
meningkat setelah Revolusi Industri dan memunculkan sistem
ekonomi kapitalis modern.[14] Revolusi Industri menandai dimulainya era pertumbuhan
pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi kapitalis.[15] Revolusi Industri
dianggap sebagai peristiwa paling penting yang pernah terjadi dalam sejarah
kemanusiaan sejak domestikasi hewan dan tumbuhan pada masa Neolitikum.
2. Revolusi Prancis
 (bahasa Prancis: Révolution française; 1789–1799), adalah suatu periode
sosial radikal dan pergolakan politik di Prancis yang memiliki dampak abadi
terhadap sejarah Prancis, dan lebih luas lagi, terhadap Eropa secara keseluruhan.
Revolusi ini merupakan salah satu dari revolusi besar dunia yang mampu mengubah
tatanan kehidupan masyarakat.[1] Monarki absolut yang telah memerintah Prancis
selama berabad-abad runtuh dalam waktu tiga tahun. Rakyat Prancis mengalami
transformasi sosial politik yang epik; feodalisme, aristokrasi, dan monarki
mutlak diruntuhkan oleh kelompok politik radikal sayap kiri, oleh massa di jalan-jalan,
dan oleh masyarakat petani di perdesaan.[2] Ide-ide lama yang berhubungan dengan
tradisi dan hierarki monarki, aristokrat, dan Gereja Katolik digulingkan secara tiba-
tiba dan digantikan oleh prinsip-prinsip baru; Liberté, égalité, fraternité (kebebasan,
persamaan, dan persaudaraan). Ketakutan terhadap penggulingan menyebar pada
monarki lainnya di seluruh Eropa, yang berupaya mengembalikan tradisi-tradisi
monarki lama untuk mencegah pemberontakan rakyat. Pertentangan antara
pendukung dan penentang Revolusi terus terjadi selama dua abad berikutnya.
Di tengah-tengah krisis keuangan yang melanda Prancis, Louis XVI naik takhta pada
tahun 1774. Pemerintahan Louis XVI yang tidak kompeten semakin menambah
kebencian rakyat terhadap monarki. Didorong oleh sedang berkembangnya
ide Pencerahan dan sentimen radikal, Revolusi Prancis pun dimulai pada tahun 1789
dengan diadakannya pertemuan Etats-Généraux pada bulan Mei. Tahun-tahun
pertama Revolusi Prancis diawali dengan diproklamirkannya Sumpah Lapangan
Tenis pada bulan Juni oleh Etats Ketiga, diikuti dengan serangan terhadap
Bastille pada bulan Juli, Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara pada bulan
Agustus, dan mars kaum wanita di Versailles yang memaksa istana kerajaan pindah
kembali ke Paris pada bulan Oktober. Beberapa tahun kedepannya, Revolusi Prancis
didominasi oleh perjuangan kaum liberal dan sayap kiri pendukung monarki yang
berupaya menggagalkan reformasi.
Sebuah negara republik didirikan pada bulan Desember 1792 dan Raja Louis XVI
dieksekusi setahun kemudian. Perang Revolusi Prancis dimulai pada tahun 1792 dan
berakhir dengan kemenangan Prancis secara spektakuler. Prancis berhasil
menaklukkan Semenanjung Italia, Negara-Negara Rendah, dan sebagian besar
wilayah di sebelah barat Rhine – prestasi terbesar Prancis selama berabad-abad.
Secara internal, sentimen radikal Revolusi berpuncak pada naiknya
kekuasaan Maximilien Robespierre, Jacobin, dan kediktatoran virtual oleh Komite
Keamanan Publik selama Pemerintahan Teror dari tahun 1793 hingga 1794. Selama
periode ini, antara 16.000 hingga 40.000 rakyat Prancis tewas.[3] Setelah jatuhnya
Jacobin dan pengeksekusian Robespierre, Direktori mengambilalih kendali negara
pada 1795 hingga 1799, lalu ia digantikan oleh Konsulat di bawah
pimpinan Napoleon Bonaparte pada tahun 1799.
Revolusi Prancis telah menimbulkan dampak yang mendalam terhadap
perkembangan sejarah Modern. Pertumbuhan republik dan demokrasi liberal,
menyebarnya sekularisme, perkembangan ideologi modern, dan penemuan
gagasan perang total adalah beberapa warisan Revolusi Prancis.[4] Peristiwa
berikutnya yang juga terkait dengan Revolusi ini adalah Perang Napoleon, dua
peristiwa restorasi monarki terpisah; Restorasi Bourbon dan Monarki Juli, serta dua
revolusi lainnya pada tahun 1834 dan 1848 yang melahirkan Prancis modern.

3. Peperangan era Napoleon


Perang Napoleon (1803–1815) adalah serangkaian konflik besar yang
mengadu Kekaisaran Prancis dan sekutunya, yang dipimpin oleh Napoleon I,
melawan kekuatan yang berfluktuasi susunan Kekuatan Eropa dibentuk menjadi
berbagai koalisi. Ini menghasilkan periode dominasi Prancis atas sebagian besar
benua Eropa. Perang berasal dari perselisihan yang belum terselesaikan terkait
dengan Revolusi Prancis dan konflik yang dihasilkan. Perang sering dikategorikan ke
dalam lima konflik, masing-masing disebut setelah koalisi yang melawan
Napoleon: Koalisi Ketiga (1805), Keempat (1806–
07), Kelima (1809), Keenam (1813–14), dan Ketujuh (1815).
Napoleon, setelah naik ke Konsul Pertama Prancis pada tahun 1799, telah
mewarisi republik dalam kekacauan; dia kemudian menciptakan negara dengan
keuangan yang stabil, birokrasi yang kuat, dan tentara yang terlatih. Pada tahun
1805, Austria dan Rusia membentuk Koalisi Ketiga dan mengobarkan perang
melawan Prancis. Sebagai tanggapan, Napoleon mengalahkan tentara sekutu Rusia-
Austria di Austerlitz pada bulan Desember 1805, yang dianggap sebagai
kemenangan terbesarnya. Di laut, Inggris mengalahkan angkatan laut gabungan
Prancis-Spanyol dalam Pertempuran Trafalgar pada 21 Oktober 1805. Kemenangan
ini mengamankan laut Inggris dan mencegah invasi Inggris sendiri. Prihatin tentang
peningkatan kekuatan Prancis, Prussia memimpin pembentukan Koalisi Keempat
dengan Rusia, Saxony, dan Swedia, dan dimulainya kembali perang pada Oktober
1806 Napoleon dengan cepat mengalahkan Prusia di Jena dan Rusia di Friedland,
membawa perdamaian yang tidak menyenangkan ke benua itu. Namun, perdamaian
gagal, ketika perang pecah pada tahun 1809, dengan Koalisi Kelima yang tidak
dipersiapkan dengan baik, dipimpin oleh Austria. Pada awalnya, Austria
memenangkan kemenangan yang menakjubkan di Aspern-Essling, tetapi dengan
cepat dikalahkan di Wagram.
Berharap untuk mengisolasi dan melemahkan Inggris secara ekonomi melalui Sistem
Kontinental, Napoleon meluncurkan invasi Portugal, satu-satunya sekutu Inggris
yang tersisa di benua Eropa. Setelah menduduki Lisbon pada November 1807, dan
dengan sebagian besar pasukan Prancis hadir di Spanyol, Napoleon memanfaatkan
kesempatan untuk berbalik melawan mantan sekutunya, menggulingkan keluarga
kerajaan Spanyol yang berkuasa dan menyatakan saudaranya Raja Spanyol pada
tahun 1808 sebagai José I. Spanyol dan Portugis memberontak dengan dukungan
Inggris dan mengusir Prancis dari Iberia pada tahun 1814 setelah pertempuran enam
tahun.
Bersamaan dengan itu, Rusia, yang tidak mau menanggung konsekuensi ekonomi
dari pengurangan perdagangan, secara rutin melanggar Sistem Kontinental,
mendorong Napoleon untuk meluncurkan invasi besar-besaran ke Rusia pada tahun
1812. Kampanye yang dihasilkan berakhir dengan bencana dan hampir
penghancuran Grande Armée Napoleon.
Didorong oleh kekalahan, Austria, Prusia, Swedia, dan Rusia membentuk Koalisi
Keenam dan memulai kampanye baru melawan Prancis, mengalahkan Napoleon
secara meyakinkan di Leipzig pada Oktober 1813 setelah beberapa pertempuran
yang tidak meyakinkan. Sekutu kemudian menyerbu Prancis dari timur, sementara
Perang Semenanjung meluas ke Prancis barat daya. Pasukan koalisi merebut Paris
pada akhir Maret 1814 dan memaksa Napoleon untuk turun tahta pada bulan April.
Dia diasingkan ke pulau Elba, dan Bourbon dipulihkan ke kekuasaan. Tapi Napoleon
melarikan diri pada Februari 1815, dan menguasai kembali Prancis selama
sekitar seratus hari. Setelah membentuk Koalisi Ketujuh, Sekutu mengalahkannya
secara permanen di Waterloo pada bulan Juni 1815 dan mengasingkannya ke Saint
Helena, di mana dia meninggal enam tahun kemudian.[2]
Kongres Wina menggambar ulang perbatasan Eropa dan membawa periode yang
relatif damai. Perang memiliki konsekuensi mendalam pada sejarah global, termasuk
penyebaran nasionalisme dan liberalisme, kebangkitan Inggris sebagai kekuatan
angkatan laut dan ekonomi terkemuka dunia, munculnya gerakan kemerdekaan di
Amerika Latin dan penurunan berikutnya dari Kekaisaran Spanyol dan Kekaisaran
Portugis, reorganisasi mendasar wilayah Jerman dan Italia menjadi negara bagian
yang lebih besar, dan pengenalan metode baru yang radikal melakukan peperangan,
serta hukum sipil. Akhir Perang Napoleon akan memulai periode perdamaian relatif
di benua Eropa, yang berlangsung hingga Perang Krimea.
4. Revolusi 1848
Revolusi Eropa 1848 adalah rentetan pergolakan politik di seluruh benua Eropa.
Periode kekacauan dimulai di Prancis, dan lalu menyebar ke seluruh Eropa. Revolusi
terjadi di Prancis, negara-negara di Jerman, Kekaisaran Austria, negara-negara di
Italia, Denmark, Wallachia, Polandia dan lainnya.
Meskipun kebanyakan revolusi berhasil dipadamkan, terdapat jumlah kekerasan
yang signifikan di banyak wilayah, dengan 10.000 orang disiksa dan dibunuh.
5. Perang Dunia I
Perang Dunia I (PD1) adalah sebuah perang global terpusat di Eropa yang dimulai
pada tanggal 28 Juli 1914 sampai 11 November 1918. Perang ini sering
disebut Perang Dunia atau Perang Besar sejak terjadi sampai dimulainya Perang
Dunia II pada tahun 1939, dan Perang Dunia Pertama atau Perang Dunia I setelah
itu. Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia,[5] yang terbagi menjadi dua
aliansi bertentangan, yaitu Sekutu (berdasarkan Entente Tiga yang terdiri
dari Britania Raya, Prancis, dan Rusia) dan Blok Sentral (terpusat pada Aliansi
Tiga yang terdiri dari Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia; namun saat Austria-
Hongaria melakukan serangan sementara persekutuan ini bersifat defensif, Italia
tidak ikut berperang).[6] Kedua aliansi ini melakukan reorganisasi (Italia berada di
pihak Sekutu) dan memperluas diri saat banyak negara ikut serta dalam perang.
Lebih dari 70 juta tentara militer, termasuk 60 juta orang Eropa, dimobilisasi dalam
salah satu perang terbesar dalam sejarah.[7][8] Lebih dari 9 juta prajurit gugur,
terutama akibat kemajuan teknologi yang meningkatkan tingkat mematikannya suatu
senjata tanpa mempertimbangkan perbaikan perlindungan atau mobilitas. Perang
Dunia I adalah konflik paling mematikan keenam dalam sejarah dunia, sehingga
membuka jalan untuk berbagai perubahan politik seperti revolusi di beberapa negara
yang terlibat.[9]
Penyebab jangka panjang perang ini mencakup kebijakan luar
negeri imperialis kekuatan besar Eropa, termasuk Kekaisaran Jerman, Kekaisaran
Austria-Hongaria, Kesultanan Utsmaniyah, Kekaisaran Rusia, Imperium
Britania, Republik Prancis, dan Italia. Pembunuhan tanggal 28 Juni
1914 terhadap Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria, pewaris takhta Austria-
Hongaria, oleh seorang nasionalis Yugoslavia di Sarajevo, Bosnia dan
Herzegovina adalah pencetus perang ini. Pembunuhan tersebut berujung
pada ultimatum Habsburg terhadap Kerajaan Serbia.[10][11] Sejumlah aliansi yang
dibentuk selama beberapa dasawarsa sebelumnya terguncang, sehingga dalam
hitungan minggu semua kekuatan besar terlibat dalam perang; melalui koloni
mereka, konflik ini segera menyebar ke seluruh dunia.
Pada tanggal 28 Juli, konflik ini dibuka dengan invasi ke Serbia oleh Austria-
Hongaria,[12][13] diikuti invasi Jerman ke Belgia, Luksemburg, dan Prancis; dan
serangan Rusia ke Jerman. Setelah pawai Jerman di Paris tersendat, Front
Barat melakukan pertempuran atrisi statis dengan jalur parit yang mengubah sedikit
suasana sampai tahun 1917. Di Timur, angkatan darat Rusia berhasil mengalahkan
pasukan Kesultanan Utsmaniyah, namun dipaksa mundur dari Prusia
Timur dan Polandia oleh angkatan darat Jerman. Front lainnya dibuka setelah
Kesultanan Utsmaniyah ikut serta dalam perang tahun 1914, Italia
dan Bulgaria tahun 1915, dan Rumania tahun 1916. Kekaisaran Rusia runtuh bulan
Maret 1917, dan Rusia menarik diri dari perang setelah Revolusi Oktober pada akhir
tahun itu. Setelah serangan Jerman di sepanjang front barat tahun 1918, Sekutu
memaksa pasukan Jerman mundur dalam serangkaian serangan yang sukses dan
pasukan Amerika Serikat mulai memasuki parit. Jerman, yang bermasalah dengan
revolusi pada saat itu, setuju melakukan gencatan senjata pada tanggal 11
November 1918 yang kelak dikenal sebagai Hari Gencatan Senjata. Perang ini
berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu.
Peristiwa di front Britania sama rusuhnya seperti front depan, karena para pihak
terlibat berusaha memobilisasi tenaga manusia dan sumber daya ekonomi mereka
untuk melakukan perang total. Pada akhir perang, empat kekuatan imperial besar—
Kekaisaran Jerman, Rusia, Austria-Hongaria, dan Utsmaniyah—bubar. Negara
pengganti dua kekaisaran yang disebutkan pertama tadi kehilangan banyak sekali
wilayah, sementara dua terakhir bubar sepenuhnya. Eropa Tengah terpecah menjadi
beberapa negara kecil.[14] Liga Bangsa-Bangsa dibentuk dengan harapan mencegah
konflik seperti ini selanjutnya. Nasionalisme Eropa yang muncul akibat perang dan
pembubaran kekaisaran, dampak kekalahan Jerman dan masalah dengan Traktat
Versailles diyakini menjadi faktor penyebab pecahnya Perang Dunia II.[15]
6. Periode antarperang
Periode sejarah ini ditandai dengan gejolak ketika Eropa berjuang untuk pulih dari
kehancuran Perang Dunia Pertama dan efek dari hilangnya sejumlah monarki,
termasuk Jerman, Austria-Hongaria, Rusia dan kerajaan Ottoman. Kemudian periode
kemakmuran besar (the Roaring Twenties ) mengikuti, tetapi ini berubah secara
dramatis dengan terjadinya Depresi Besar pada 1929. Pada waktu ini, Republik
Weimar di Jerman memberi jalan untuk dua kisah kekacauan politik dan ekonomi,
pertama memuncak dalam hiperinflasi Jerman 1923 dan juga kegagalan ''Bierkeller
Putsch'' pada tahun yang sama. Goncangan kedua, disebabkan oleh depresi di
seluruh dunia, mengakibatkan munculnya Nazisme. Di Asia, Jepang menjadi
penguasa yang makin berpengaruh, khususnya yang berkaitan dengan Cina.
Satu lembaga utama dimaksudkan untuk membawa stabilitas adalah Liga Bangsa-
Bangsa, yang dibuat setelah Perang Dunia Pertama dengan tujuan menjaga
keamanan dan perdamaian dunia serta mendorong pertumbuhan ekonomi antara
negara-negara anggota. Namun, LBB mengalami kekacauan dari awal dengan tidak
berpartisipasinya Amerika Serikat dan Uni Soviet, dan kemudian oleh pertengkaran
dari Fasisme Italia, Nazi Jerman, dan Kekaisaran Jepang - menyebabkan banyak
pertanyaan legitimasi dan efektivitas. Serangkaian krisis internasional membuat
ketegangan di LBB sampai ke batas-batasnya, yang terawal yakni Invasi Jepang ke
Manchuria dan Krisis Abyssinia 1935-1936, di mana Italia menginvasi Abyssinia,
salah satu dari beberapa negara Afrika yang merdeka pada waktu itu. LBB mencoba
untuk menegakkan sanksi ekonomi atas Italia, tetapi tidak berhasil. Insiden itu
menyorot kelemahan Prancis dan Inggris, menyontohkan keengganan mereka untuk
mengasingkan Italia dan kehilangan dia sebagai sekutu mereka. Tindakan lemah
yang diambil oleh negara-negara Barat mendorong Mussolini Italia membentuk
aliansi dengan Hitler Jerman pula.
7. Perang dunia II
Awal terjadinya perang umumnya disetujui pada tanggal 1 September 1939, dimulai
dengan invasi Jerman ke Polandia; Britania dan Prancis menyatakan perang
terhadap Jerman dua hari kemudian. Tanggal lain mengenai awal perang ini adalah
dimulainya Perang Tiongkok-Jepang Kedua pada 7 Juli 1937.[4][5]
Lainnya mengikuti sejarawan Britania Raya A. J. P. Taylor, yang percaya bahwa
Perang Tiongkok-Jepang dan perang di Eropa beserta koloninya terjadi bersamaan
dan dua perang ini bergabung pada tahun 1941. Artikel ini memakai penanggalan
konvesional. Tanggal-tanggal awal lainnya yang sering dipakai untuk Perang Dunia II
juga meliputi invasi Italia ke Abisinia pada tanggal 3 Oktober 1935.[6] Sejarawan
Britania Raya Antony Beevor memandang awal Perang Dunia Kedua terjadi saat
Jepang menyerbu Manchuria bulan Agustus 1939.[7]
Tanggal pasti akhir perang juga tidak disetujui secara universal. Dari dulu disebutkan
bahwa perang berakhir saat gencatan senjata 14 Agustus 1945 (V-J Day), alih-alih
penyerahan diri resmi Jepang (2 September 1945); di sejumlah teks sejarah Eropa,
perang ini berakhir pada V-E Day (8 Mei 1945). Meski begitu, Perjanjian Damai
dengan Jepang baru ditandatangani pada tahun 1951,[8] dan dengan Jerman pada
tahun 1990.[9]
Perang Dunia II atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat menjadi PDII atau PD2)
adalah sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945.
Perang ini melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan
besar—yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling
bertentangan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terluas dalam
sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer. Dalam
keadaan "perang total", negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan
ekonomi, industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus
perbedaan antara sumber daya sipil dan militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa
penting yang melibatkan kematian massal warga sipil,
termasuk Holocaust dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini
memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini
menjadikan Perang Dunia II konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat
manusia.[1]
Kekaisaran Jepang berusaha mendominasi Asia Timur dan sudah
memulai perang dengan Republik Tiongkok pada tahun 1937,[2] tetapi perang dunia
secara umum pecah pada tanggal 1 September 1939
dengan invasi ke Polandia oleh Jerman yang diikuti serangkaian pernyataan perang
terhadap Jerman oleh Prancis dan Britania. Sejak akhir 1939 hingga awal 1941,
dalam serangkaian kampanye dan perjanjian, Jerman membentuk aliansi Poros
bersama Italia, menguasai atau menaklukkan sebagian besar benua Eropa.
Setelah Pakta Molotov–Ribbentrop, Jerman dan Uni Soviet berpisah dan
menganeksasi wilayah negara-negara tetangganya sendiri di Eropa, termasuk
Polandia. Britania Raya, dengan imperium dan Persemakmurannya, menjadi satu-
satunya kekuatan besar Sekutu yang terus berperang melawan blok Poros, dengan
mengadakan pertempuran di Afrika Utara dan Pertempuran Atlantik. Bulan Juni
1941, Poros Eropa melancarkan invasi terhadap Uni Soviet yang menandakan
terbukanya teater perang darat terbesar sepanjang sejarah, yang melibatkan
sebagian besar pasukan militer Poros sampai akhir perang. Pada bulan Desember
1941, Jepang bergabung dengan blok Poros, menyerang Amerika Serikat dan teritori
Eropa di Samudra Pasifik, dan dengan cepat menguasai sebagian besar Pasifik
Barat.
Serbuan Poros berhenti pada tahun 1942, setelah Jepang kalah dalam berbagai
pertempuran laut dan tentara Poros Eropa dikalahkan di Afrika Utara dan Stalingrad.
Pada tahun 1943, melalui serangkaian kekalahan Jerman di Eropa Timur, invasi
Sekutu ke Italia, dan kemenangan Amerika Serikat di Pasifik, Poros kehilangan
inisiatif mereka dan mundur secara strategis di semua front. Tahun 1944, Sekutu
Barat menyerbu Prancis, sementara Uni Soviet merebut kembali semua teritori yang
pernah dicaplok dan menyerbu Jerman beserta sekutunya. Perang di Eropa berakhir
dengan pendudukan Berlin oleh tentara Soviet dan Polandia dan penyerahan tanpa
syarat Jerman pada tanggal 8 Mei 1945. Sepanjang 1944 dan 1945, Amerika Serikat
mengalahkan Angkatan Laut Jepang dan menduduki beberapa pulau di Pasifik
Barat, menjatuhkan bom atom di negara itu menjelang invasi ke Kepulauan Jepang.
Uni Soviet kemudian mengikuti melalui negosiasi dengan menyatakan perang
terhadap Jepang dan menyerbu Manchuria. Kekaisaran Jepang menyerah pada
tanggal 15 Agustus 1945, sehingga mengakhiri perang di Asia dan memperkuat
kemenangan total Sekutu atas Poros.
Perang Dunia II mengubah haluan politik dan struktur sosial dunia. Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan untuk memperkuat kerja sama internasional dan
mencegah konflik-konflik yang akan datang. Para kekuatan besar yang merupakan
pemenang perang—Amerika Serikat, Uni Soviet, Tiongkok, Britania Raya, dan
Prancis—menjadi anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
[3]
 Uni Soviet dan Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan super yang saling
bersaing dan mendirikan panggung Perang Dunia yang kelak bertahan selama 46
tahun selanjutnya. Sementara itu, pengaruh kekuatan-kekuatan besar Eropa mulai
melemah, dan dekolonisasi Asia dan Afrika dimulai. Kebanyakan negara yang
industrinya terkena dampak buruk mulai menjalani pemulihan ekonomi. Integrasi
politik, khususnya di Eropa, muncul sebagai upaya untuk menstabilkan hubungan
pascaperang.
8. Perang Dingin
Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War, bahasa Rusia: холо́дная война́,
kholodnaya voyna, 1947–1991) adalah sebutan bagi suatu periode terjadinya
ketegangan politik dan militer antara Dunia Barat, yang dipimpin oleh Amerika
Serikat dan sekutu NATO-nya, dengan Dunia Komunis, yang dipimpin oleh Uni
Soviet beserta sekutu negara-negara satelitnya. Perang dingin merupakan sebuah
persaingan ideologi yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam
memperebutkan pengaruh negara-negara lain. Peristiwa ini dimulai setelah
keberhasilan Sekutu dalam mengalahkan Jerman Nazi di Perang Dunia II, yang
kemudian menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai dua negara
adidaya di dunia dengan perbedaan ideologi, ekonomi, dan militer yang besar. Uni
Soviet, bersama dengan negara-negara di Eropa Timur yang didudukinya,
membentuk Blok Timur. Proses pemulihan pascaperang di Eropa Barat difasilitasi
oleh program Rencana Marshall Amerika Serikat, dan untuk menandinginya, Uni
Soviet kemudian juga membentuk COMECON bersama sekutu Timurnya. Amerika
Serikat membentuk aliansi militer NATO pada tahun 1949, sedangkan Uni Soviet
juga membentuk Pakta Warsawa pada tahun 1955. Beberapa negara memilih untuk
memihak salah satu dari dua negara adidaya ini, sedangkan yang lainnya memilih
untuk tetap netral dengan mendirikan Gerakan Non-Blok.
Peristiwa ini dinamakan Perang Dingin karena kedua belah pihak tidak pernah
terlibat dalam aksi militer secara langsung, namun masing-masing pihak
memiliki senjata nuklir yang dapat menyebabkan kehancuran besar. Perang Dingin
juga mengakibatkan ketegangan tinggi yang pada akhirnya memicu konflik militer
regional seperti Blokade Berlin (1948–1949), Perang Korea (1950–1953), Krisis
Suez (1956), Krisis Berlin 1961, Krisis Rudal Kuba (1962), Perang Vietnam (1959–
1975), Perang Yom Kippur (1973), Perang Afganistan (1979–1989), dan
penembakan Korean Air Penerbangan 007 oleh Soviet (1983). Alih-alih terlibat dalam
konflik secara langsung, kedua belah pihak berkompetisi melalui persaingan militer,
penyebaran ideologi dan pengaruh, memberikan bantuan kepada negara
klien, spionase, kampanye propaganda secara besar-besaran, perlombaan nuklir,
menarik negara-negara netral, bersaing di ajang olahraga internasional, dan
persaingan teknologi seperti Perlombaan Angkasa. Amerika Serikat dan Uni Soviet
juga bersaing dalam berbagai perang proksi; di Amerika Latin dan Asia Tenggara,
Uni Soviet membantu revolusi komunis yang ditentang oleh beberapa negara-negara
Barat, Amerika Serikat berusaha untuk mencegahnya melalui pengiriman tentara dan
peperangan. Dalam rangka meminimalkan risiko perang nuklir, kedua belah pihak
sepakat melakukan pendekatan détente pada tahun 1970-an untuk meredakan
ketegangan politik.
Pada tahun 1980-an, Amerika Serikat kembali meningkatkan tekanan diplomatik,
militer, dan ekonomi terhadap Uni Soviet di saat negara komunis itu sedang
menderita stagnasi perekonomian. Pada pertengahan 1980-an, Presiden Soviet yang
baru, Mikhail Gorbachev, memperkenalkan kebijakan reformasi
liberalisasi perestroika ("rekonstruksi, reorganisasi", 1987)
dan glasnost ("keterbukaan", ca. 1985). Kebijakan ini menyebabkan Soviet dan
negara-negara satelitnya dilanda oleh gelombang revolusi damai yang berakhir
dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan pada akhirnya menyisakan
Amerika Serikat sebagai satu-satunya negara adidaya dunia. Perang Dingin dan
berbagai peristiwa yang menyertainya telah menimbulkan dampak besar terhadap
dunia dan sering disebutkan dalam budaya populer, khususnya dalam media yang
menampilkan tema spionase dan ancaman perang nuklir.
9. Integrasi Eropa
Setelah Perang Dunia II, iklim politik Eropa mendukung integrasi negara-negara
Eropa yang demokratis, yang dipandang sebagai upaya untuk
menghindari nasionalisme ekstrem yang telah memicu peperangan di Eropa
sebelumnya.[1] Langkah pertama dimulai pada tahun 1947 dengan
digulirkannya Rencana Marshall oleh Amerika Serikat. Amerika tidak ingin Eropa
menjadi komunis dan mencoba melawannya dengan memperbaiki ekonomi Eropa.
Maka didirikanlah Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi pada tahun
1948. Setelah Kongres Den Haag pada tahun 1948, Dewan Eropa didirikan pada
tahun 1949 di bawah kepemimpinan Paul-Henri Spaak. Pada tahun 1951, Komunitas
Batubara dan Baja Eropa (yang merupakan cikal bakal Uni Eropa) didirikan
oleh Prancis, Jerman Barat, Belgia, Luksemburg, Belanda, dan Italia. Industri batu
bara dan baja disasar karena kedua komoditas tersebut sangat diperlukan dalam
peperangan, sehingga integrasi dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan
negara-negara anggota saling berperang. Organisasi ini merupakan organisasi
supranasional yang memiliki mahkamah yang dapat menegakkan aturan traktat (kini
menjadi Mahkamah Eropa).
Pada tahun 1957, Traktat Roma ditandatangani. Traktat tersebut
mendirikan Euratom dan Komunitas Ekonomi Eropa, yang juga menetapkan zona
perdagangan bebas. Pada tahun 1962, dalam kasus Van Gend en Loos v
Nederlandse Administratie der Belastingen, Mahkamah Eropa memastikan bahwa
"Komunitas [Eropa] mendirikan tatanan hukum internasional yang baru dan untuk itu
negara-negara (anggota) telah membatasi kedaulatannya, walaupun hanya dalam
beberapa bidang dan subjek yang tidak hanya meliputi negara anggota tetapi juga
warga negaranya."[2] Dalam kasus Costa v ENEL, diputuskan pula bila hukum
nasional bertentangan dengan hukum Eropa, maka hukum Eropa lebih unggul.
Akibatnya, hukum nasional yang tidak sesuai dengan hukum Eropa harus dicabut.
Selain itu, Komunitas Ekonomi Eropa (dan kini Uni Eropa) dapat
mengeluarkan regulasi dan direktif yang harus diikuti oleh negara anggota, sehingga
mendorong proses integrasi dan harmonisasi.
Proses integrasi politik Uni Eropa mulai ditingkatkan setelah terjadinya Perang
Dingin. Uni Eropa menetapkan dua kriteria yang masing-masing merupakan
landasan kebijakan ekonomi dan kebijakan politik Uni Eropa. Kriteria ekonomi Uni
Eropa ini dikenal dengan nama Kriteria Maastricht, sementara kriteria politik Uni
Eropa dikenal dengan nama Kriteria Kopenhagen. Kriteria Maastricht ditetapkan
pada tahun 1992, sementara Kriteria Kopenhagen ditetapkan pada tahun 1993. Tiap
negara anggota Uni Eropa diwajibkan mematuhi melaksanakan dan memenuhi
kedua kriteria tersebut. Penyusunan kedua kirteria ini meningkatkan
permintaan negara-negara bekas Uni Soviet untuk bergabung ke dalam Uni Eropa.
Penguatan integrasi politik Uni Eropa juga diikuti dengan penguatan ekonomi pasar.
Negara-negara yang ingin bergabung dengan Uni Eropa kemudian mulai diseleksi
secara ketat dengan dua kriteria Uni Eropa.[3]
Integrasi politik Uni Eropa juga dapat terbentuk sebagai akibat adanya kesamaan
dalam sejarah, tradisi, budaya dan politik di negara-negara anggotanya. Politik Uni
Eropa khususnya mampu mengalami integrasi akibat
adanya hegemoni kekristenan dan hegemoni gereja. Selain itu, integrasi ini juga
terbentuk melalui pahak sekularisme dan sentimen keagamaan.[4]
 INDONESIA
o Bangsa Eropa Sampai ke Nusantara

Putusnya jalur perdagangan Asia-Eropa mendorong kerajaan-kerajaan


di Eropa untuk mencari jalur perdagangan baru. Kali ini tak lewat darat
yang sudah dikuasai Turki Usmani tertutup, sedang mencari jalur lain
lebih sulit dan berbahaya. Maka, dicobalah menelusuri surga rempah-
rempah lewat pelayaran. Laut menjadi jalan yang ditempuh bangsa
Barat untuk menemukan rempah. Portugis dan Spanyol menjadi yang
pertama melakukan penjelajahan. Mereka akhirnya berhasil mencapai
kepulauan rempah-rempah di timur jauh alias Asia Tenggara. Tahun
1512, armada laut Portugis sampai ke Malaka. Portugis tiba di
Kepulauan Nusantara dengan membawa serta 1.200 orang dan 17
atau 18 buah kapal. Ini merupakan awal mula kedatangan bangsa
Eropa ke Indonesia.
o Perang Salib

Perang Salib merupakan perang yang melibatkan masyarakat dari


Eropa melawan Turki Seljuk dan orang Arab. Perang ini berlangsung
selama 200 tahun dan terbagi menjadi 7 periode. Perang ini disebut
Perang Salib oleh orang Kristen, dan Perang Suci oleh kaum Muslim.
Perang Salib disebabkan karena perebutan Kota Yerusalem. Perang
yang berlarut-larut ini membuat jalur perdagangan Asia-Eropa menjadi
terputus. Perang ini juga berdampak pada habisnya kekayaan bangsa
Eropa karena dialokasikan untuk peperangan.
o Jatuhnya Konstantinopel

Tahun 1453, Khalifah Utsmaniyah yang berpusat di Turki berhasil


menguasai Konstantinopel. Kota ini sebelumnya termasuk wilayah
kekuasan Kerajaan Romawi-Byzantium. Perebutan Konstantinopel ini
dipimpin oleh Raja Turki, Sultan Muhammad II. Konstantinopel, sejak
lama merupakan kota yang diperebutkan, bukan hanya karena sejarah
kejayaannya, namun juga karena kota ini merupakan salah satu titik
penting dalam jalur perdagangan darat yang menyambungkan Eropa
dengan Asia. Setelah Konstantinopel diduduki Turki Usmani, jalur
perdagangan darat Asia-Eropa terputus. Hal tersebut dikarenakan
Turki Usmani melarang orang-orang Eropa melewati Konstantinopel.
Di sisi lain, permintaan barang, terutama rempah-rempah yang
merupakan komoditas mahal di Eropa, meningkat. Hal ini memaksa
bangsa-bangsa Eropa mencari jalur-jalur pedagangan lain selain
Konstantinopel.

o Sains
Setelah kekalahan di Perang Salib, perkembangan teknologi dan sains
di Eropa justru berkembang pesat seiring berakhirnya fase Abad Gelap
dan digantikan dengan Renaisans alias Abad Pencerahan sejak abad
ke-15 M. Selain itu, kekalahan Perang Salib membuat bangsa-bangsa
Eropa menyadari kekurangan mereka dalam hal teknologi dan ilmu
pengetahuan. Pada masa-masa itu, muncul teori heliosentrisme yang
diperkenalkan oleh Nicolas Copernicus dan Galileo Galilei.
Pembuktian-pembuktian bahwa bumi berbentuk bulat, dan mempunyai
orbit yang mengelilingi matahari dapat dilakukan setelah ilmu
astronomi ditemukan dan berkembang.
o Semangat 3G
Pada akhirnya, penjelajahan samudera yang dilakukan bangsa-bangsa
Eropa disertai semangat 3G, yakni gold (kekayaan), glory (kejayaan),
dan gospel (menyebarkan agama Nasrani). Gold berarti keinginan
memperoleh kekayaan di wilayah-wilayah baru yang ditemukan.
Kekayaan yang dieksploitasi dari daerah baru itu kemudian digunakan
untuk kepentingan kerajaan/negara imperialis Glory diartikan sebagai
kejayaan atau untuk menguasai wilayah yang didatangi dan dijadikan
sebagai koloni. Indonesia, misalnya, pernah cukup lama menjadi
jajahan Belanda. Gospel merupakan misi menyebarkan ajaran Nasrani
(Kristen Katolik dan Kristen Protestan). Misionaris bangsa-bangsa
Eropa menyebarkan agamanya di wilayah-wilayah baru yang mereka
datangi.

1. Portugis
Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang berlayar hingga ke
Kepulauan Nusantara. Alfonso de Albuqueque memimpin sekitar 18
kapal yang mengangkut 1.200 orang. Rombongan Portugis ini
menaklukkan Malaka pada 1511, lalu menyasar Maluku pada 1512.
Dari sini, sejarah kolonialisasi di Indonesia bermula.
2. Kolonialisasi Spanyol – inggris – prancis
3. Belanda
Mulai tahun 1602 Kongsi dagang VOC yang didirikan di Republik
Persekutuan Tujuh Provinsi bersaing dengan kerajaan Portugal dan
Kerajaan Spanyol dalam dominasi perdagangan rempah di Hindia Timur
(Nusantara), secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini
adalah Indonesia, dengan memanfaatkan Perselisihan dan perpecahan di
antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. VOC
berhasil mengeliminasi Kongsi dagang EIC yang didirikan oleh
kerajaan Inggris yang bertahan di bengkulu hingga 1824, satu-satunya koloni
Portugal yang masih bertahan hingga abad 20 adalah Timor Portugis, yang
tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi
Indonesia bernama Timor Timur.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh
pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan
Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische
Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap
perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen
Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini
bernama Jakarta.
Kongsi Dagang VOC dan dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda
mendominasi Indonesia selama hampir 350 tahun (antara 1602 dan 1945),
kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia
dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda (perpanjangan
dari perang Napoleonik di Eropa) dan masa penjajahan Jepang pada
masa Perang Dunia II. Pada masa penguaasaan VOC terhadap nusantara
banyak penduduk di nusantara menderita akibat monopoli, peperangan dan
pajak dari VOC, salah satu perusahaan terbuka yang terbesar dalam sejarah,
Setelah VOC bangkrut pada 1799 dan aset-asetnya di nusantara diambil alih
oleh kerajaan Belanda dalam bentuk pemerintahan kolonial, Belanda mulai
mengembangkan Hindia Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial
terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah
berlebihan karena banyak wilayah di Indonesia seperti Aceh dan Papua baru
ditaklukkan secara penuh oleh Belanda mendekati abad ke 20.
Tujuan utama VOC adalah
mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di
Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan
terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan
terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para
penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus
menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh
atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan
pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang
bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan
bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan
pemimpin Mataram dan Banten.
4. Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk
dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya,
Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan
langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari
kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa
di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara
karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama,
Soekarno.
5. Pendudukan Jepang
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan
kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat
memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer
Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai memperoleh
penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari
penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana
seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di
daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka
mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan
hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran
Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan
Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme
perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara
baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis
Timur, dan seluruh wilayah Hindia Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman
Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran
tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
6. KEMERDEKAAN

Proklamasi kemerdekaan
Artikel utama: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk


membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan
"Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar
melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa
perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya
langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil
Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari
sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok
ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki
Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak
termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa
Tenggara.

Perang kemerdekaan
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1945–1949) dan Revolusi Nasional
Indonesia

Teks Proklamasi

Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati


dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang
konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai
yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat.
Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibu kota
kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai
ibu kota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang Pengakuan
tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda), setelah 4 tahun peperangan
dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada
pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-
60 PBB.

Demokrasi parlementer
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1950–1959)

Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang


terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan
bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-
partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955,
sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih
negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok
Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi
sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum
Islam.Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan
kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif. Kepala
pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan
menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen.
Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.

Demokrasi terpimpin
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1959–1965)

Pemberontakan yang gagal di Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-


pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk
mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia.
Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral
membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang
memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak
hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang
otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser
kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung
para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi
resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut
berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-
Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat
kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis
Indonesia (PKI) di dalam negeri. PKI merupakan partai komunis terbesar
setelah Uni Soviet dan Tiongkok.

Era Orde Baru


Artikel utama: Orde Baru

Lihat pula: Sejarah Indonesia (1965–1966)

Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya


adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada
tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud
untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi
dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada
tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima
pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5
tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-
turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan
secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan
yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih
perbaikan dan perkembangan ekonomi (Pelita) sebagai tujuan utamanya dan
menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi
militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa
pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber
daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang
yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.
DEMOKRASI

 PERGERAKAN MAHASISWA
1908
Budi Utomo (dalam ejaan van Ophuijsen: Boedi Oetomo)
adalah organisasi pemuda yang didirikan oleh Soetomo dan para mahasiswa School
tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), yaitu Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini digagas
oleh Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi,
dan budaya yang tidak bersifat Politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal
pergerakan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, walaupun
pada awalnya organisasi ini hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa.
Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan
Nasional.[1]
Pada tahun 1907, Wahidin Sudirohusodo melakukan kunjungan ke STOVIA dan
bertemu dengan para mahasiswa yang masih bersekolah di sana. Lalu, ia
menyerukan gagasan pada mereka untuk membentuk organisasi yang dapat
mengangkat derajat bangsa.[3] Selain itu, Sudirohusodo juga ingin mendirikan
sebuah organisasi di bidang pendidikan yang bisa membantu biaya orang-orang
pribumi yang berprestasi dan mempunyai keinginan untuk bersekolah, tetapi
terhambat biaya. Gagasan ini menarik bagi para mahasiswa di sana,
terutama Soetomo, Gunawan Mangunkusumo, dan Soeradji Tirtonegoro.
[4]
 Selanjutnya, Soetomo bersama dengan M. Soeradji mengadakan pertemuan
dengan mahasiswa STOVIA yang lain untuk membicarakan gagasan organisasi
yang disampaikan oleh Sudirohusodo. Acara itu berlangsung tidak resmi di Ruang
Anatomi milik STOVIA saat tidak ada jam pelajaran. Pertemuan tersebut membentuk
sebuah organisasi yang diberi nama "Perkumpulan Budi Utomo" sehingga Budi
Utomo pun berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta.[5]
Budi utomo pun menjadi awal sebuah era nasionalisme indonesia yang dikenal
dengan nama pergerakan nasional. Tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pendiri Budi
Utomo terdiri dari sembilan orang, yaitu Mohammad Soelaiman, Gondo
Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, Raden Angka
Prodjosoedirdjo, Mochammad Saleh, Raden Mas Goembrek dan M. Soewarno.
[4]
 Saat masih didirikan di STOVIA, organisasi tersebut telah memiliki susunan
pengurus organisasi yang tertulis di dalam anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga organisasi tersebut. Pada masa itu, Sutomo menjadi Ketua dengan wakilnya,
yaitu Soelaiman. Pengurus lainnya terdiri dari Gondo Soewarno sebagai sekretaris I
dan Goenawan sebagai sekretaris II serta Bendahara yang dijabat oleh Angka. Sisa
pendiri lainnya menjabat sebagai komisaris. [6]
Seiring perkembangan waktu, Budi Utomo terus menambah anggota dan tokoh-
tokoh penting pergerakan Indonesia mulai bergabung, seperti Ki hadjar
dewantara, Tjipto Mangoenkoesomo, Tirto Adhi Soerjo, Pangeran Ario Noto
Dirodjo dan Raden Adipati Tirtokoesoemo.[4]
Berita berdirinya perkumpulan ini tersebar di surat kabar dan menimbulkan gerakan
untuk mendirikan kota cabang di kota para pendengar. Kantor-kantor cabang pun
didirikan di kota Magelang, Probolinggo dan Yogyakarta. Akan tetapi fenomena ini
mengancam status para pendiri perkumpulan tersebut, terutama Soetomo karena
Soetomo dianggap sebagai pemimpin kelompok pemberontakan terhadap Hindia
Belanda bersama dengan teman-teman pelajarnya. Atas dasar ini, Soetomo
terancam dikeluarkan dari STOVIA. Sebagai bentuk solidaritas, teman-temannya
ikut berjanji untuk keluar dari sekolah tersebut, jika Soetomo dikeluarkan. Akan
tetapi, Soetomo tidak jadi dikeluarkan karena mendapatkan pembelaan
dari Hermanus Frederik Roll yang menyampaikan pembelaan bahwa umur Soetomo
yang muda menjadi alasan sifat berapi-apinya sama seperti orang yang menuduh
Soetomo ketika mereka saat muda.[7] Pada bulan Juli 1908, Budi Utomo telah
mencapai anggota yang berjumlah 650 orang yang terdiri dari priayi berpangkat

Pelaksanaan kongres pertama[sunting | sunting sumber]


Rencana pelaksanaan kongres melewati beragam persiapan. Sebagai biaya
penyelenggaraan kongres , para anggota menggunakan uang tunjangan hari raya
dari STOVIA serta menjual barang-barang kepemilikian tiap anggota, seperti jam
tangan, kain panjang dan kain pengikat kepala. Selain dana tersebut, Soetomo
juga mendapatkan bantuan pinjaman uang dari Roll. Tiap anggota pun
diperintahkan untuk menghubungi para tokoh-tokoh dengan surat undangan atau
kunjungan. Saleh mengunjungi para saudari dari Raden Ajeng Kartini di Jepara,
Gunawan mengunjungi Raden Adipati Tirtokoesoemo yang saat itu menjabat
Bupati Karanganyar dan Sutomo mengunjungi Douwes Dekker di Jakarta. Tokoh-
tokoh lain yang turut dihubungi seperti Koesoemo oetoyo selaku Bupati
Jepara, Achmad Djajadiningrat selaku Bupati Serang, Pangeran Ario Kusumo Judo
di Jatinegara, Raden Mas Sutomo yang bersekolah di Sekolah Pamong Praja di
Magelang serta Raden Mas Adipati Tjokro Adikoesoemo yang menjabat sebagai
Bupati Temanggung.[9]
Pada tanggal 3-5 Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongresnya yang
pertama di Kota Yogyakarta.[10] Salah satu agenda yang dibahas merupakan usulan
dari Sudirohusodo untuk mendirikan Badan Bantuan Pendidikan
atau studiefonds, tapi usulan itu ditolak dengan tiga poin penolakan:[11]

1. Keterbatasan gerakan Badan Bantuan Pelajar


2. Kesulitan saat pelaksanaan
3. Aktivitas membantu pelajar merupakan sebagian program pekerjaan Budi Utomo
Meskipun para pelajar STOVIA merupakan pendiri awal dari Budi Utomo, mereka
menyerahkan kepemimpinan kepada orang-orang yang lebih tua dan
berpengalaman sebagai bentuk penghormatan dan beban studi di STOVIA yang
masih harus diselesaikan, terutama Sutomo yang masih harus menjalani
pendidikan selama tiga tahun.[12] Akhirnya, kongres tersebut menunjuk
Tirtokoesoemo sebagai ketua umum dan Soedirohoesodo sebagai wakil ketua.
Kongres tersebut juga mencetuskan tujuan Budi Utomo, yaitu menjamin kehidupan
sebagai bangsa yang terhormat serta arah organisasi sebagai organisasi yang
berfokus pada pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.[4] Para pelajar Stovia
ditunjuk sebagai Pengurus cabang Betawi dan Kantor Pusat ditetapkan berada di
Yogyakarta.[6] Hingga diadakannya kongres yang pertama ini, Budi Utomo telah
memiliki tujuh cabang di beberapa kota, yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang,
Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo.[13] Sampai tahun 1909, anggota Budi Utomo
mencapai 10.000 anggota. [14]

1908[sunting | sunting sumber]
Boedi Oetomo, adalah suatu wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur
pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa
dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan
intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Pada kongres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan
perkumpulan: Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan
pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.
Dalam 5 tahun permulaan Budi Oetomo sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan
bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai
kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah
mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.
Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah
satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool
di Rotterdam mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi
Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan
diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih
mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama
baru menjadi Perhimpunan Indonesia, tahun 1925.
Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang
melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang
beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische
Vereeninging (ISDV) yang berhaluan Marxisme, menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama
ke arah politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain
sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh
karena hanya menuju "kemajuan yang selaras" dan terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk
daerah yang berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU. Oleh karena cita-cita dan pemandangan
umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.
Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode
sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan
mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia: generasi 1908,
dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan
dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat
melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang
membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.

1928[sunting | sunting sumber]
Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische
Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa
dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik
yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena
keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi
Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924
oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para
nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada
tanggal 11 Juli 1925.
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul
kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun
seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St.
Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV)
bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada
tahun 1930-an.
Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya
generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Kongres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta
pada 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.

1945[sunting | sunting sumber]
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan
kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang
menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan
memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa
Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional
Indonesia (PNI).
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang
jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan
pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan
membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden
kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan
dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih
untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda
lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar
dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama
Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang
menentukan kehidupan bangsa.
Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah
tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa
menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan,
peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.

1966[sunting | sunting sumber]
Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa, di
antaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk melalui
Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.
Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem
kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan
merupakan organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, GMKI Gerakan Mahasiswa kristen
Indonesia, PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia dengan Partai
Katholik,Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI, Consentrasi
Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis
Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi
dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi mahasiswa
independen secara organisatoris, dan lain-lain.
Di antara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai
salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi
dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan jauh lebih berusaha memengaruhi PPMI,
kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI dan, terutama dipicu
karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh CGMI dan
juga GMNI-khususnya setelah Kongres V tahun 1961.
Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966
yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh
Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni PMKRI,
HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-
organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa
(IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan
perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI),
dan lain-lain.
Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam
perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66,
yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya
gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu
adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas
Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari
PMKRI,Akbar Tanjung dari HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten
negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung
mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).
Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak
yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet pemerintahan Orde Baru.

1974[sunting | sunting sumber]
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika
generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang
dialami adalah konfrontasi dengan militer.
Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an,
sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktik
kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:

 Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama pada masa Orde Baru


pada 1972 karena Golkar dinilai curang.
 Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang
menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya
yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi.
Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori Arif
Budiman yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan
korupsi.
Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan mahasiswa
kemudian mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai
oleh Wilopo. Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa
terhadap tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi
(TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.
Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus
mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam
bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan
mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-
undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan
MPR/DPR/DPRD.
Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun
mahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi
rakyat. Sebagai bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi
Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan
Buyung Nasution, Asmara Nababan.
Dalam tahun 1972, mahasiswa jtyang bernama aji uga telah melancarkan berbagai protes
terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang
dinilai tidak mendesak dalam pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman
Mini Indonesia Indah (TMII) pada saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.
Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu
diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM
Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974.
Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan
"Tritura Baru" disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga;
sebuah versi terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung
sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.

1977-1978[sunting | sunting sumber]
Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa
nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah
sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies
Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi
protes kecil tetap ada.
Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul
kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik
diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai
penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di
daerah-daerah, strategi dan hakikat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya
yang bersifat lokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan
nasional.
Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada
tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai
perguruan tinggi. Namun, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Pada periode ini terjadinya
pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan
pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak
berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak
terpancing keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka
diserbu militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan
Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.
Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil.
Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah,
yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat
bahkan menolak kepemimpinan nasional.
Gerakan bersifat nasional namun tertutup dalam kampus, Oktober 1977 [sunting | sunting
sumber]
Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 ini tidak hanya berporos di Jakarta dan Bandung saja
namun meluas secara nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor,
Ujungpandang (sekarang Makassar), dan Palembang. [1] 28 Oktober 1977, delapan ribu anak
muda menyemut di depan kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!".
Besoknya, semua yang berteriak, raib ditelan terali besi. Kampus segera berstatus darurat
perang. Namun, sekejap kembali tenteram.[2]
Peringatan Hari Pahlawan 10 November 1977, berkumpulnya mahasiswa
kembali[sunting | sunting sumber]
10 November 1977, di Surabaya dipenuhi tiga ribu jiwa muda. Setelah peristiwa di ITB pada
Oktober 1977, giliran Kampus ITS Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan, berbagai
pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari Pahlawan 1977. Seribu mahasiswa
berkumpul, kemudian berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu Pahlawan.
Sejak pertemuan 28 Oktober di Bandung, ITS didaulat menjadi pusat konsentrasi gerakan di
front timur. Hari pahlawan dianggap cocok membangkitkan nurani yang hilang. Kemudian
disepakati pusat pertemuan nasional pimpinan mahasiswa di Surabaya.
Sementara di kota-kota lain, peringatan hari Pahlawan juga semarak. Di Jakarta, 6000
mahasiswa berjalan kaki lima kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba
(kampus UI), membentangkan spanduk,"Padamu Pahlawan Kami Mengadu". Juga dengan
pengawalan ketat tentara.
Acara hari itu, berwarna sajak puisi serta hentak orasi. Suasana haru-biru, mulai membuat
gerah. Beberapa batalyon tempur sudah ditempatkan mengitari kampus-kampus Surabaya.
Sepanjang jalan ditutup, mahasiswa tak boleh merapat pada rakyat. Aksi mereka dibungkam
dengan cerdik.
Konsolidasi berlangsung terus. Tuntutan agar Soeharto turun masih menggema jelas,
menggegerkan semua pihak. Banyak korban akhirnya jatuh. Termasuk media-media nasional
yang ikut mengabarkan, dibubarkan paksa.
Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS rutin berkontribusi pada tiap pernyataan sikap secara
nasional. Senat mahasiswa fakultas tak henti mendorong dinamisasi ini. Mereka bergerak satu
suara. Termasuk mendukung Ikrar Mahasiswa 1977. Isinya hanya tiga poin namun berarti.
"Kembali pada Pancasila dan UUD 45, meminta pertanggungjawaban presiden, dan bersumpah
setia bersama rakyat menegakan kebenaran dan keadilan".[2]
Peringatan Tritura 10 Januari 1978, dihentikannya gerakan oleh penguasa [sunting | sunting
sumber]
Peringatan 12 tahun Tritura, 10 Januari 1978, peringatan 12 tahun Tritura itu jadi awal sekaligus
akhir. Penguasa menganggap mahasiswa sudah di luar toleransi. Dimulailah penyebaran benih-
benih teror dan pengekangan.
Sejak awal 1978, 200 aktivis mahasiswa ditahan tanpa sebab. Bukan hanya dikurung, sebagian
mereka diintimidasi lewat interogasi. Banyak yang dipaksa mengaku pemberontak negara.
Tentara pun tidak sungkan lagi masuk kampus. Berikutnya, ITB kedatangan pria loreng
bersenjata. Rumah rektornya secara misterius ditembaki orang tak dikenal.
Di UI, panser juga masuk kampus. Wajah mereka garang, lembaga pendidikan sudah menjadi
medan perang. Kemudian hari, dua rektor kampus besar itu secara semena-mena dicopot dari
jabatannya. Alasannya, terlalu melindungi anak didiknya yang keras kepala.
Di ITS, delapan fungsionaris DM masuk "daftar dicari" Detasemen Polisi Militer. Sepulang aksi
dari Jakarta, di depan kos mereka sudah ditunggui sekompi tentara. Rektor ITS waktu itu, Prof
Mahmud Zaki, ditekan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera
membubarkan aksi dan men-drop out para pelakunya. Sikap rektor seragam, sebisa mungkin ia
melindungi anak-anaknya.
Beberapa berhasil tertangkap, sisanya bergerilya dari satu rumah ke rumah lain. Dalam proses
tersebut, mahasiswa tetap "bergerak". Selama masih ada wajah yang aman dari daftar, mereka
tetap konsolidasi, sembunyi-sembunyi. Pergolakan kampus masih panas, walau Para Rektor
berusaha menutupi, intelejen masih bisa membaca jelas.[2]

1990[sunting | sunting sumber]
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut
Setelah ada aksi mahasiswa di Yogyakarta yang bernama FKMY (Forum Komunikasi
Mahasiswa yogyakarya). Aksi tersebut adalah menuntut pencabutan NKK/BKk di depan
mendikbud Fuad Hasan saat membuka pameran purna tugas mengajar seniman Widayat di ISI
Yogyakarta. Adapaun FKMY sendiri adalah perwakilan mahasiswa dari ISI, Janabadra, UMY,
UGM, UII dan IAIN Sunan Kalijaga. Seperti aksi mahasiswa sebelumnya, aksi ini menjadi
pelopor gerakan mahasiswa paska 77/78 yang dimatikan dengan NKK/BKK oleh Mendikbud
Daoed Joesoef dan aksi tersebut dikavulkan NKK/BKK dibubarkan sebagai gantinya keluar
Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa
organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi
(SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM).
Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK
tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun
dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa
yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda untuk
menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan
kekuatan di luar kampus.
Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi
karena kegagalan konsep ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari
pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan
bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai
perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan
alternatif yang independen.
Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis
serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan
mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali
mahasiswa pada tahun 1990-an.
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan
kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya
demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi
di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap
terlarang.
Pada tahun 1993 ditangkapnya 21 mahasiswa dari berbagai daerah karena melakukan aksi di
DPR/MPR dengan spanduk ungu "Seret Soeharto ke Sidang Istimewa" dan 21 Mahasiswa yang
mengatasnamaka FAMI (Front Aksi Mahasiswa Indonesia) mendapatkan pidana penjara dari 9
bulan samapai 3 tahun. Disitulah awal gerakan mahasiswa terkonsolidasi dengan baik dan
dalam persidanganpun dilalui dengan berbagai aksi mahasiswa secata berturut-turut, sampai
aksi penuntutan mahasiswa di gelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah ditangkap
beberapa mahasiswa di pagi hari karena melakukan aksi alegorisnya. Mereka di tangkap oleh
polres Jakarta Pusat, waktu itu Kasat sersenya Tito Karnavian karena dianggap mengganggu
ketertiban. Walaupun akhirnua dilepas setelah mengalami BAP.

1998[sunting | sunting sumber]
Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme)
pada 1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, meski pada
kenyataanya gerakan yang di bangun itu ada juga keterlibatan kelompok buruh, sehingga
kekuatan pemberontakan menjadi kuat sehingga pada akhirnya mereka menuntut
Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan
aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa
Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II, Tragedi Lampung.
Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999. Dan itu adalah sekema yang coba di bangun
oleh sekelompok orang yang berada di kekuasaan, sehingga memanfaatkan peluang tersebut
(Tan Muda)
Edisi UMI

Senin, 8 April 1996

FPIM menggelar mimbar bebas di kampus UMI, diikuti sekitar 200 mahasiswa.
Dilanjutkan dengan aksi ke DPRD Tingkat I Sulsel, mengajukan MoU mengenai
pencabutan SK Gubernur No.93/1996 dan SK Walikota No.900/1996 tentang
Kenaikan Tarif Angkutan Umum.

Senin, 22 April 1996

FPIM kembali menggelar mimbar bebas di kampus UMI, diikuti sekitar 500
mahasiswa. Kemudian dilanjutkan ke Kantor Gubernur untuk mengadakan dialog
agar dicabutnya dua SK tersebut. Sebelum mahasiswa diterima oleh Wagub, terjadi
insiden kecil antara dan pegawai gubernuran. FPIM diwakili 8 orang, akan tetapi
kembali belum menemui hasil karena tak ada keputusan dan kejelasan dari pihak
Pemda dan unsur terkait.

Sementara dialog berlangsung di kantor Gubernur, mahasiswa UMI melakukan aksi


demonstrasi dengan membakar ban di depan kampus, Jl.Urip Sumoharjo. Macet tak
terhindarkan, berlangsung selama 3 jam. Aparat keamanan datang untuk
menormalkan arus lalu lintas tanpa terjadi insiden.

Kronologis AMARAH 1996

Selasa 23 April 1996

Tengah hari mahasiswa UMI menggelar aksi di depan kampus dengan menahan
DAMRI yang dipalang melintang di Jl.Urip Sumoharjo sehingga terjadi kemacetan
lalu lintas. Hal ini diakibatkan mahasiswa tidak menerima sewa angkot yang tidak
wajar. Misalnya dari depan kantor DPRD Tk I ke kampus UMI yang berjarak sekitar
500 meter harus membayar Rp 500. Kedua aki DAMRI dikeluarkan dan keempat
bannya dikempeskan. Situasi ini memacetkan total arus lalu lintas di Jl.Urip
Sumoharjo.

Kemacetan lalu lintas, mengundang aparat keamanan dari kepolisian datang untuk
menangani. Dalam situasi memanas, 1 truk mobil anti huru-hara muncul, tapi
suasana dapat diatasi. Dandim, Letkol Art. Sabar Yudo dan Kapoltabes, Kolonel Andi
Hasanuddin coba bangun dialog dengan beberapa tokoh mahasiswa. Sementara
dialog,datang 1 truk aparat keamanan dari Garnisum yang membuat pagar betis di
belakang pagar betis kepolisian. Sehingga mahasiswa mundur, lalu melempari mobil
DAMRI. Ada mahasiswa berusaha meredam dan akhirnya suasana terkendali. Dialog
kembali dilangsungkan, tapi keadaan semakin memanas. Dandim bersedia
mengantar mahasiwa ke DPRD, tetapi mahasiswa merasa bosan dan tidak lagi
mempercayai DPR. Dialog antra mahasiswa dan Dandim tidak menghasilkan
kesepakatan. Sehingga kondisi ini dimanfaatkan pihak luar dengan melempari
DAMRI.

Menjelang sore hari, buntunya dialog tersebut menyebabkan aparat keamanan


menyerbu masuk ke dalam kampus mengejar mahasiswa. Pengejaran dilakukan
dengan pemukulan dan penembakan gas air mata. Tragisnya aparat memukuli dan
menampari mahasiswi yang sedang duduk di depan Fakultas Ekonomi. Ternyata
bukan hanya itu, aparat juga merusak 100 kendaraan roda dua, 1 mobil, dan
memecahkan kaca gedung Fakultas Ekonomi, Pertanian, dan memasuki laboratorium
Mekanika Teknik. Lalu memukuli mahasiswa dengan pentungan dan rotan. Bentrokan
fisik ini terus berkembang secara sporadis selama satu jam, menyebabkan mahasiswa
terdesak ke belakang. Tidak kurang dari 20 mahasiswa ditangkap, digiring keluar dari
lingkungan kampus. Sebelum diangkut, mereka terlebih dahulu dipukuli dan
ditendang sehingga seorang mahasiswa pingsan dan lainnya luka-luka.

Melihat kejadian yang tak terkendali, Kasdam VII Wirabuana Brigjen, Fachrul Rozi
coba menghentikan bentrokan fisik melalui mikropon dengan menenangkan
mahasiswa dan menginstruksikan aparat keamanan untuk mundur dari lingkungan
kampus, kemudian mengajak mahasiswa dialog.

Kasdam VII Wirabuana dan Dandim lewat pengeras suara mobil pemadam kebakaran
memberi nasihat kepada mahasiswa dan mendengarkan tuntutan mahasiswa, yakni
antara lain menuntut aparat mengganti kerusakan materil dan fisik, membebaskan
mahasiwa tanpa syarat sampai pukul 19.00 Wita.
Kronologis AMARAH 1996

Rabu, 24 April 1996

Mahasiswa UMI kembali aksi di depan kampus di Jl. Urip Sumoharjo depan kampus
sejak 10.00 Wita. Sebuah mobil pengangkut sampah menjadi sasaran mahasiswa.
Truk itu dijadikan palang dan membalikkannya. Aksi ini dipicu rasa kekecewaan
mahasiswa atas ulah aparat keamanan yang masuk ke kampus, menganiaya dan
menangkap mahasiswa, merusak gedung perkuliahan, dan sejumlah kendaraan.
Kemacetan lalu lintas masih dapat dilalui oleh beberapa kendaraan roda dua dan
becak. Tiga Anggota ABRI yang kebetulan lewat, dilempari dan dipukuli oleh
mahasiswa. Ketiganya akhirnya dapat meloloskan diri dari amukan massa.

Kemudian menjelang zuhur, aparat keamanan dari Kesatuan Kavaleri tiba di pintu
kampus, lengkap dengan persenjataan dan tiga panser. Kedatangan aparat membuat
suasana memanas. Untuk dapat mengangkat truk yang sudah dibalikkan
mahasiswa,aparat menyerang mahasiswa masuk ke dalam kampus dengan panser.
Mahasiswa mencoba menahan agar aparat keamanan tidak masuk lebih ke dalam
dan terjadi ketegangan. Dalam suasana memanas, seseorang melempar bambu ke
arah aparat. Hal tersebut menyebabkan aparat keamanan menyerang mahasiswa
lebih ke dalam lagi dengan menembakkan gas air mata. Beberapa saat kemudian
mereka mundur karena truk yang terpalang di depan kampus UMI sudah berhasil
diangkat.

Melihat kondisi yang tak terkendali, ba’da zuhur seluruh Lembaga Fakultas se-UMI
mengadakan rapat di Auditorium. Setelah selesai, beberapa wakil dari pengurus
lembaga dan Pembantu Rektor III berdialog dengan aparat keamanan yang diwakili
Komandan pasukan. Hasil dialog itu, aparat kemudian mundur ke depan kampus
UMI dan memperbolehkan mahasiswa untuk pulang.
Ternyata aparat keamanan mundur, tetapi masih berada sekitar radius 3 meter dari
pintu dua (keluar). Beberapa mahasiswa yang hendak pulang melewati pintu gerbang
dihadang dan dipukuli oleh aparat keamanan lalu dipukuli, sehingga mahasiswa
kembali masuk kampus. Aksi aparat tidak hanya sampai situ saja, tetapi kemudian
kembali mengejar mahasiswa dengan dua panser melalui pintu dua, bahkan
menembakan gas air mata hingga halaman masjid. Jama’ah salat ashar lari dan
berhamburan karena tidak tahan efek pedis dari gas air mata tersebut. Mahasiswa
yang berada di pintu satu mencoba menghadang dengan lemparan batu hingga
aparat keamanan mundur. Mereka memang mundur, tapi tidak meninggalkan
lingkungan kampus. Kemudian bantuan anti huru-hara dan satu panser datang,
masuk lewat pintu satu membakup satuan kavaleri. Datangnya bala bantuan itu,
membuat aparat keamanan semakin beringas.

Aparat keamanan maju dengan letusan senjata dan tembakan gas air mata.
Mahasiswa terdesak dan menyelamatkan diri masing-masing. Puluhan mahasiswa
menyelamatkan diri masuk ke gedung Fakultas Teknik, Ekonomi, Pertanian, dan
Perikanan. Ratusan mahasiswa juga menuju ke tepi Sungai Pampang. Aparat terus
mengejari mereka, mahasiswa yang didapati di tepi sungai dipukuli dan ditendang,
lalu didorong ke sungai. Beberapa mahasiswa menyelamatkan diri dengan terpaksa
terjun ke sungai. Ternyata kondisi sungai tidak menguntungkan mahasiswa, karena
pada tepi sungai terdapat lumpur sedalam 1 meter, sedangkan kedalaman air 4
meter, dan arus cukup deras.

Mahasiswa yang berlindung di gedung-gedung Fakultas ditangkapi, ditelanjangi,


dipukuli dan ditendang sebelum diangkut. Masyarakat yang menyaksikan kejadian
nahas itu tidak tega, lalu masyrakat mencoba menghentikan tindakan aparat, tapi
mereka malah ikut dipukuli dan ditangkapi.

Menjelang magrib, aparat keamanan meninggalkan lingkungan kampus UMI dan


berjaga-jaga di depan. Kemudian
masyarakat datang memberitahu mahasiswa bahwa ada beberapa yang terjun ke
sungai dan belum muncul. Masyarakat dan mahasiswa berusaha mencari. Seorang
mahasiswa ditemukan sekarat pada pukul 18.15 Wita, lalu segera dilarikan ke Rumah
Sakit (RS) 45, identitasnya tidak diketahui karena tanda pengenal hilang. Seorang lagi
ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dengan posisi kepala sampai pinggul
terbenam di lumpur. Korban bernama Syaiful Bya (21), mahasiswa Fak.Teknik
Arsitektur UMI angkatan 94. Kemudian korban langsung dibawa ke rumah duka.
Kronologis AMARAH 1996

Hari sudah gelap, aparat keamanan mengumumkan deadline kepada mahasiswa agar


mengosongkan kampus sampai 19.00 Wita. Setelah itu mahasiswa bergerak
meninggalkan kampus UMI melalui pintu dua. Saat mereka keluar, aparat keamanan
yang ada di gerbang meneror dengan kata-kata kasar bahkan melempari mahasiswa
batu. Praktis kampus telah dikuasai 100% oleh aparat keamanan dan mereka
bermalam di kampus.

Kronologis AMARAH 1996

Kamis, 25 April 1996

Masih pagi, jalan Urip Sumoharjo depan kampus UMI telah diblokir oleh aparat
keamanan. Mahasiswa yang ingin masuk kampus dilarang. Walau demikian,
mahasiswa tetap berusaha masuk dengan segala cara karena diyakini masih ada
beberapa mayat yang tenggelam.
Sekitar 100-an mahasiswa bersama masyarakat yang bermukim di belakang kampus
UMI (Pampang) mengadakan pencarian korban dengan menyelam sejak pagi 08.00
Wita. Tak berselang lama, berhasil ditemukan mayat. Korban itu bernama Andi Sultan
Iskandar (22), mahasiswa Fakultas Ekonomi/Akuntansi UMI angkatan 94. Sekujur
tubuhnya penuh luka.

Mayat tersebut disemayamkan di RS. 45, kemudian diantar dengan ambulans dengan
kecepatan lambat diikuti ratusan mahasiswa yang berjalan kaki. Sebelum tiba di
rumah duka, korban tersebut diantar ke kantor Harian Fajar, dengan maksud
mengkanter berita bahwa korban dianggap tidak ada hubungannya dengan aksi
demonstrasi. Mahasiswa memperlihatkan luka pada sekujur korban. Mahasiswa yang
berjalan kaki tidak mampu lagi membendung emosi, sehingga pada saat melintasi
kantor Gubernur melakukan pembakaran tiga kendaraan bermotor dari aparat
keamanan dan menggulingkan tiga tiang listrik.

Memasuki tengah hari, masyarakat kembali menemukan korban lagi, atas nama
Muh.Tasrief (21) dengan luka pada bagian muka dan badannya, mahasiswa Fak.
Ekonomi/Studi Pembangunan UMI angakatan 94. Korban disemayamkan di RS. 45
dan kemudian diantar ke rumah duka.

Kronologis AMARAH 1996

Jumat, 26 April 1996

Militer tetap menguasai kampus UMI, praktis mahasiswa tidak bisa masuk kampus
dan tidak ada aktivitas perkuliahan.
Identifikasi Korban

Para syuhada yang gugur akibat kebiadaban militer dalam membungkam perjuangan
mahasiswa menentang tarif angkutan yang mencekik rakyat.

Meninggal dunia ada 3 orang, yakni:


1. Syaiful Bya, umur 21 thn, mahasiswa Fakultas Teknik Arsitektur UMI, angkatan 94.
Alamat BTN Paropo Blok D 10/9 Makassar. Korban ditenggelamkan di Sungai
Pampang setelah sebelumnya dianiaya oleh militer. Ditemukan pada hari Rabu, 24
April 1996, pukul 18.15 Wita dengan luka memar di bagian dada dan belakang
seperti bekas pukulan benda tumpul. Jenazah almarhum dibawa ke Gorontalo,
Sulawesi Utara pada Kamis, 25 April 1996 dan dikebumikan;
2. Andi Sultan Iskandar, umur 22 thn, mahasiswa Fakultas Ekonomi/Akuntansi,
angkatan 94. Alamat Jl.Sukaria I No.77 Makassar. Jenazahnya ditemukan tenggelam
di Sungai Pampang pada hari Kamis 25 April 1996, pukul 09.00 Wita, dengan luka
pada bagian dada kiri, bekas tusukan benda tajam, wajah, jidad, dan kepala.
Punggung memar dan bengkak bekas pukulan benda keras. Dikuburkan di
pekuburan Dadi Makassar, Jumat, 26 April;
3.Tasrief, umur 21 thn, mahasiswa Fakultas Ekonomi/Studi Pembangunan UMI
angkatan 94. Alamat Jl. Tidung VIII/Stp dan VII/No. 55 (Perumnas Makassar). Dianiaya
oleh militer dengan benda keras dan dibunuh kemudian ditenggelamkan di Sungai
Pampang. Mayatnya ditemukan pada Kamis, 25 April 1996, pukul 14.00 Wita, dengan
luka bekas tusukan benda tajam di leher, wajah dan tubuhnya terdapat memar dan
bengkak bekas pukulan. Hidung, mulut, dan telinga mengeluarkan darah. Jenazah
beliau dikebumikan di pekuburan Panaikang Makassar pada Jumat 26 April 1996.

Aksi brutal aparat kepolisian kembali terjadi. Kali ini terjadi di Makassar, Sulawesi
Selatan. Sedikitnya 60 orang mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
menderita luka-luka akibat dipukuli polisi, Sabtu (1/5) ini. Sebanyak 26 mahasiswa yang
tergabung dalam Front Perlawanan Militer (FMP) masih ditahan di Kepolisian Resor
Kota Makassar Timur.

Peristiwa tadi berawal dari unjuk rasa aktivis FMP yang menolak calon presiden dari
kalangan militer pada Pemilihan Umum 2004 di depan Kantor Komisi Pemilu Provinsi
Sulsel. Polisi membubarkan mahasiswa secara paksa dengan alasan waktu berunjuk
rasa sudah habis. Mahasiswa bergeming. Bahkan mereka justru melakukan aksi
pembakaran pakaian seragam militer.

Tindakan ini memicu kemarahan polisi yang segera merangsek ke tengah kerumunan
demonstran. Seorang pengunjuk rasa roboh setelah dikeroyok lima anggota polisi.
Sekitar 26 mahasiswa akhirnya diangkut dengan sebuah truk ke Mapolresta Makassar
Timut. Aksi polisi menahan 26 mahasiswa inilah yang menjadi awal keributan
selanjutnya. Puluhan mahasiswa lantas mendatangi Mapolresta Makassar Timur
meminta pembebasan rekan-rekannya. Karena tak digubris, mahasiswa akhirnya
membubarkan diri menuju Kampus UMI.
Seakan kebetulan, saat itu Brigadir Polisi Satu Sudirman melintas di depan Kampus
UMI. Parahnya lagi, mahasiswa UMI yang sedang kesal justru sedang
melakukan sweeping terhadap anggota polisi yang melintas di depan kampus mereka.
Alhasil, mahasiswa menyandera Sudirman dengan harapan polisi mau membebaskan
rekan mereka.

Mahasiwa boleh berharap. Tapi kenyataan berbicara lain. Polisi yang mendengar
temannya disandera langsung mendatangi Kampus UMI dan meminta mahasiswa
melepaskan Sudirman. Sebaliknya, mahasiswa menolak melepaskan Sudirman
sebelum rekan mereka dibebaskan. Upaya negosiasi mahasiswa ini dianggap sebagai
bentuk perlawanan, apalagi sebagian di antara mahasiswa ada yang mulai melempari
polisi dengan batu. Polisi langsung menyerbu ke dalam kampus dan menyerang
mahasiswa.

Penyerbuan polisi ke dalam kampus membuat mahasiswa kocar-kacir, termasuk yang


menyandera Sudirman. Polisi berpangkat Briptu itu akhirnya ditemukan di sebuah rumah
kayu di belakang Fakultas Teknologi Industri. Namun keributan tak lantas berhenti.
Polisi yang terlihat marah tetap mencari para mahasiwa yang dianggap melawan.
Bahkan beberapa polisi sempat melepaskan tembakan. Mahasiswa pun berhamburan
sambil melempari polisi dengan batu.

Kemarahan polisi memuncak. Awalnya seorang anggota polisi yang emosional terlihat
berlari dengan membawa tongkat menghampiri kampus. Beberapa saat kemudian
datang polisi Perintis dengan bersenjata lengkap merangsek masuk ke dalam gedung
melalui tembok dinding kampus. Rentetan tembakan mulai terdengar di dalam ruang
belajar mahasiswa. Seorang anak yang ketakutan mencoba bersembunyi di dalam
selokan kering.

Polisi kemudian merazia kelas-kelas di dalam gedung. Di salah satu ruangan, polisi
menemukan belasan mahasiswa. Di sinilah terlihat kesewenang-wenangan polisi. Polisi
menyuruh mereka berjongkok dan melepaskan baju. Pukulan demi pukulan diarahkan
ke arah kepala dan tubuh mahasiswa yang disuruh berjalan jongkok. Tak hanya dengan
tangan, polisi juga memukuli mahasiswa dengan popor pistol. Puluhan mahasiswa
berjalan ke luar gedung dengan kucuran darah di sekitar kepala. Para mahasiswa yang
terluka dibawa ke Rumah Sakit Ibnu Sina yang berada di seberang kampus.

Peristiwa kekerasan yang dilakukan polisi itu mengingatkan pada peristiwa pembubaran
massa Majelis Mujahiddin Indonesia saat membela Abu bakar Ba`asyir
kemarin [baca: Bentrokan Mengiringi Pemindahan Ba`asyir]. Dalam bentrokan yang
berlangsung sekitar satu jam ini, lebih dari 50 orang, baik dari personel kepolisian
maupun pendukung Ba`asyir terluka. Bentrokan baru berhenti setelah pengacara
Ba`asyir dan sejumlah ustad menenangkan para santri.(YAN/Muhamad Takbir dan Iwan
Taruna)

Anda mungkin juga menyukai