II. RENAISANS
Renaisans adalah suatu periode sejarah yang mencapai titik puncaknya kurang
lebih pada tahun 1500. Perkataan "renaisans" berasal dari bahasa Perancis renaissance
yang artinya adalah "Lahir Kembali" atau "Kelahiran Kembali". Yang dimaksudkan
biasanya adalah kelahiran kembali budaya klasik terutama budaya Yunani kuno dan
budaya Romawi kuno. Namun zaman sekarang hal ini bisa menyangkut segala hal.
Masa ini ditandai oleh kehidupan yang cemerlang di bidang seni, pemikiran
maupun kesusastraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad
pertengahan. Masa Renaissance bukan suatu perpanjangan yang berkembang secara
alami dari abad pertengahan, melainkan sebuah revolusi budaya, suatu reaksi terhadap
kakunya pemikiran serta tradisi Abad pertengahan.
Dilihat dari definisinya, kata "renaissance" menyiratkan sebuah pembangunan
kembali atau kebangkitan. Periode yang dikenal sebagai renaissance dipandang
sebagai sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban Yunani dan Romawi (yang
dianggap sebagai "klasik") ketika keduanya mengalami masa keemasan. Faktanya,
sekalipun semasa Renaissance banyak orang membaca kesusasteraan klasik dan
mempertimbangkan kembali pemikiran klasik, esensi yang sebenarnya dari
renaissance adalah lahirnya banyak pembaharuan maupun penciptaan. Universitas
tumbuh menjamur di seantro Eropa, dan penyebaran gagasan tiba-tiba muncul
serempak.
Abad Renaisans (Bahasa Perancis/Bahasa Inggris: Renaissance; Bahasa Italia:
Rinascimento; arti harafiah: kelahiran kembali) adalah sebuah gerakan kebudayaan
antara abad ke-14 hingga abad ke-17, bermula di Italia pada akhir Abad Pertengahan
dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Gerakan ini mencakup kebangkitan
pengetahuan berdasarkan sumber-sumber klasik, tumbuhnya panutan pada Sri Paus
dan segala sesuatu yang anggun, perkembangan gaya perspektif dalam seni lukis, dan
kemajuan ilmu pengetahuan. Gerakan Masa Pencerahan memberikan efek yang luar
biasa pada semua usaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, tapi mungkin yang
paling terkenal adalah kemajuan dari segi kesenian dan kontribusi dari para polymath
(orang yang memiliki ilmu yang tinggi dalam berbagai macam hal) seperti Leonardo
da Vinci dan Michelangelo, yang menyebabkan munculnya sebutan Renaissance
Men.
Renaisans pertama kali diperkenalkan di Eropa Barat, di kawasan Italia. Hal ini
dipicu kekalahan tentara salib dalam perang suci. Kekalahan tersebut membuat para
pemikir dan seniman menyingkir dari Romawi Timur menuju Eropa Barat. Mereka
menyadari telah dimulainya masa mesiu peledak dan untuk menguasai teknologi
tersebut mereka harus melepaskan diri dari pengaruh mistisme zaman pertengahan
dengan kembali kepada sains zaman klasik yang sebelumnya dilarang karena
dianggap pelanggaran terhadap misi ketuhanan.
Potret keluarga Medici oleh GhirlandaioPerkembangan pertama renaisans terjadi
di kota Firenze. Keluarga Medici yang memiliki masalah dengan sistem pemerintahan
kepausan menjadi penyokong keuangan dengan usaha perdagangan di wilayah
Mediterania. Hal ini membuat para intelektual dan seniman memiliki kebebasan besar
karena tidak lagi perlu memikirkan masalah keuangan dan mendapatkan perlindungan
dari kutukan pihak gereja. Keleluasaan ini didukung oleh tidak adanya kekuasaan
dominan di Firenze. Kota ini dipengaruhi secara bersama oleh bangsawan dan
pedagang.
Dengan kebebasan besar itu, seniman bisa berkumpul dan mendirikan gilda-gilda
seni yang mengangkat nama banyak seniman terkenal. Melalui gilda ini seniman
mendelegasikan pekerjaan, bekerja sama, hingga mendidik bakat-bakat baru.
Ada suatu konsensus, walau bukan disetujui oleh semua pihak, bahwa Masa
Pencerahan dimulai di Firenze di abad ke-14. Berbagai macam teori telah diajukan
untuk menjelaskan asal-usul dan karakteristiknya, berfokus pada beragam faktor,
antara lain sifat khusus dari segi sosial dan kemasyarakatan Firenze pada saat itu
termasuk struktur politiknya dan pengaruh gaya hidup keluarga terpandang kota
tersebut, Keluarga Medici.
Abad Renaisans memiliki sebuah sejarah yang panjang dan rumit, dan selalu muncul
perdebatan diantara para sejarawan mengenai kegunaan kata Masa Pencerahan
sebagai sebuah kata rujukan dan sebagai sebuah masa sejarah. Beberapa diantara
mereka mempertanyakan apakah Masa Pencerahan benar-benar sebuah kemajuan
kebudayaan dari Abad Pertengahan, atau hanya melihatnya sebagai suatu periode
pesimisme dan nostalgia atas era klasik.
Walau sejarawan abad ke-19 lebih suka untuk menekankan bahwa Abad Renaisans
merupakan perubahan yang jelas dari pola pemikiran dan kelakukan Abad
Pertengahan, beberapa sejarawan modern belakangan lebih memperhatikan nilai
kesinambungan antara kedua era tersebut. Saat ini sudah lumrah untuk menganggap
bahwa penilaian akan satu era lebih baik atau lebih buruk dari era yang lain
merupakan hal yang salah. Hal ini menyebabkan beberapa sejarawan untuk
menyerukan agar mengakhiri penggunaan kata Masa Pencerahan tersebut yang
dianggap sebagai sebuah hasil pemikiran presentisme.
III. MERKANTILISME
Merkantilisme muncul pertama kali pada abad tujuh belas dan pertengahan
pertama abad delapan belas saat terbit bukunya Adam Smith pada tahun 1776 yaitu
Wealth of Nation, yang mendiskusikan mengenai System of Political
Economy. Buku tersebut mereview apa yang disebut Smith dengan the
commercial or mercantile system. Pemikiran Smith tersebut banyak dikritik pada
saat itu.
Ia menghambat kelemahan dari sistem merkantilisme dan mengarahkannya ke
dalam sistem yang kuat miliknya tentang kebebasan ekonomi. Menurutnya sistem
merkantilis adalah suatu penipuan yang dilakukan oleh kelas bisnis kepada publik.
Apa yang disebut Smith dengan sistem merkantilis selanjutnya disebut dengan
merkantilisme.
Merkantilisme saat ini dipahami sebagai bundel gagasan dan sebagai suatu latihan
di dalam keahlian sebagai negarawan. Perkembangan ini melawan latar belakang
persaingan dan peperangan antara kekuatan-kekuatan hebat di Eropa, dimana pada
saat itu kedamaian hanya terjadi pada satu periode antara tahun 1600-1667.
Munculnya ajaran merkantilisme berhubungan dengan munculnya England dan
British Empire sebagai kekuatan dunia.
Persaingan Ekonomi
Hubungan komersial yang terjadi antar Belanda dan Inggris pada saat itu
karena konflik, menyebabkan lahirnya literatur mengenai pola perdagangan
internasional dan keuangan yang sama seperti hukum Negara modern, literatur ini
mengambil titik awal dari kerja Hugo Grotius, seorang ahli hukum Belanda, yang
dalam bukunya Mare Liberum pada tahun 1609 mengatakan bahwa laut bebas untuk
semua, kata-kata tersebut memprovokasi Inggris yang diulangi oleh John Selden
dalam Mare Clausum-nya pada tahun 1635.
Hal ini tidak hanya persaingan internasional saja yang membentuk latar
belakang pertentangan mengenai merkantilis, tetapi juga konflik domestik tentang
bunga. Sistem dan pamflet digunakan sebagai senjata oleh pembicara-pembicara dari
perusahaan-perusahaan besar yang aktif dalam perdagangan internasional dan
kolonialisasi.
Mereka sering terjebak dalam permusuhan yang sengit dan kecemburuan di
antara mereka sendiri. Peraturan perusahaan, perusahaan kerja sama, dan interlopers
adalah suatu kesatuan dalam protes mereka tentang perdagangan banker dan
keuangan. Pertentangan mengenai usury (riba) tidak pernah mati tetapi
ditransformasikan dari moral ke isu-isu ekonomi.
Keseimbangan Perdagangan
Pusat doktrin dari ajaran merkantilis adalah balance of trade, sebuah
kalimat yang mungkin diturunkan dari accounting precedents. Seperti yang
dikabarkan oleh Francis Bacon pada tahun 1616, doktrin Negara : mari membangun
keuntungan perdagangan yang diletakkan melalui ekspor komoditi dalam negeri lebih
bernilai dari pada mengimpor dari asing, sehingga kita dapat yakin kalau persediaan
kerajaan akan meningkat untuk keseimbangan perdagangan haris dikembalikan dalam
bentuk uang atau emas.
Misselden
Edward Misselden (fl. 1608-54), seoarang bisnismen, seorang pedagang yang
pada saat itu juga sedang bekerja di East India Company, mencoba untuk
menerangkan penyebab depresi bisnis yang diderita Inggris di awal 1620an yang
ditulis dalam bukunya Free Trade or the Means to Make Trade Flourish, diterbitkan
pada 1622.
Keseimbangan Kekuatan
Bagian terpenting dari ajaran merkantilis adalah bahwa dugaan kekuatan,
perdagangan, dan harta benda adalah kuantitas tetap yang alami. Menurut Mun,
keuntungan seseorang adalah kerugian bagi orang lain. Jika dalam hubungan
internasional keuntungan satu negara adalah kerugian bagi negara lain, dan jika ini
dapat diasumsikan bahwa negara akan bekerja keras untuk mendapat keuntungan dan
menghindari kerugian., kemudian secara spesifik kebijakan komersial dan kebijakan
ekonomi luar negeri menjadi instrumen bagi kemakmuran ekonomi.
Dalam hal ini merkantilis dapat dikatakan harus mempertimbangakan
pengejaran keuntungan nasional solusi dari masalah ekonomi seperti yang mereka
lihat. Dalam sistem merkantilis, keuntungan yang diperoleh konsumen hampir
seluruhnya tetap mengorbankan produsen, dan ini sama untuk mempertimbangkan
produksi, dan tidak konsumsi, sebagai tujuan akhir dan objek dari semua industri dan
perdagangan.
V. ABAD PENCERAHAN
Sekilas Tentang Gerakan Pencerahan di Eropa Abad XVIII
Abad Pencerahan merupakan masa transisi akhir abad pertengahan menuju
awal zaman modern, selama abad ke XVIII di Eropa terjadi peristiwa penting, yakni
tercipntanya suatu kosmologi baru. Kosmologi pada zaman pencerahan diartikan
sebagai suatu paham dari orang-orang intelektual Eropa yang mempercayai bahwa
penggunaan akal pikir akan membimbing menusia untuk menemukan hukum-hukum
alam (Human Culture) yang semuanya bisa memberi pencerahan. Zaman pencerahan
atau abad pemikiran sering disebut dengan istilah Aufklarung.
Adapun ciri-ciri abad pencerahan adalah sebagai berikut.
a) Hukum Alam sebagai prinsip dasar, adanya revolusi Sains dan filsafat
Descartes memunculkan pandangan bahwa berbagai pemikiran (etika, sosial
dan politik) harus didasarkan pada hukum alam daripada atas dasar
agama/wahyu.
b) Teori mengenai perjanjian (kontrak) sosial ialah penjelasan ideal mengenai
bagaimana suatu institusi sosial-politik harus dibangun untuk melayani
kepentingan suatu kolektifitas manusia tertentu. Berbagai teori kontrak sosial
telah dibahas dalam karya Thomas Hobbes, John Locke dan Jacques Rousseau
c) Gagasan mengenai kamajuan (progress) sebagai hukum alamiah dari
kehidupan manusia. Teori ini dianut oleh sebagain besar filosof beraliran
liberal akan tetapi yang paling utama dipelopori oleh Voltaire. Ia menolak
filsafat sejarah kristen seperti digagas St. Augustinus bahwa sejarah
digerakkan oleh pertentangan antara kekuatan ilahiah dan kegelapan,
melainkan oleh perjuagan antara akal budi dan takhayul.