Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orang yang pertama kali mempergunakan kata renaissance adalah Jules


Micchelet, sejarawan Perancis yang lahir pada akhir abad ke-18. Abad pertengahan,
(AP) bukan merupakan masa yang sama sekali tidak berguna bagi perkembangan
kebudayaan barat. Hal-hal yang membedakan masyarakat renaissance dengan
masyarakat abad pertengahan adalah terletak pada penafsiran pelaksanaan agama
dalam kehidupan masyarakat. Perbedaan tersebut terletak pada faktor dogma
(Winarni, 2013:12).

Perjalanan renaissance itu sendiri dapat dilihat dari abad pertengahan akhir.
Suatu gejala dimana manusia yang terbelenggu telah berusaha melepaskan diri dari
ikatan spiritual gereja, telah terlihat pada akhir abad pertengahan. Usaha ini
dipercepat prosesnya oleh berbagai perkembangan dalam kehidupan masyarakat
barat. Selanjutnya adalah masa aufklarung. Gerakan aufklarung pada mulanya
berkembang di Inggris. Hal ini berkaitan dengan suasana politik di inggris yang
memungkinkan adanya pemikiran bebas, karena sejak tahun 1693 UU menjamin
kebebasan mencetak. Tokoh-tokoh aufklarung adalah pemikir-pemikir empirisme
misalnya John Locke, George Bakerley, dan David Hum.

Pemikiran abad ke-17 sangat menitikberatkan pandangannya pada hal-hal yang


bersifat spekulatif dengan berdasarkan pada kekuatan akal budi, maka dengan
diilhami aufklarung filsafat abad ke-18 menitikberatkan pandangannya pada
pencarian metode-metode ilmiah, dengan maksud menyebabkan manfaat ilmu
pengetahuan dapat dirasaka secara langsung.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah diatas
adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah zaman Renaissance berlangsung?
2) Bagaimanakah Karakteristik Seni, Kesusastraan, dan Pemikiran
Renaissans?
3) Apa sajakah Konstribusi Renaissance dalam Dunia Modern?
4) Bagaimanakah Zaman Pencerahan (Aufklarung) berlangsung?
5) Apa sajakah Aliran-aliran Filsafat Zaman Modern?
6) Mengetahui Penyebab dilakukannya penjelajahan samudra?
7) Mengetahui Faktor pendorong penjelajahan samudra dan penemuan daerah
baru?
8) Mengetahui siapa saja Bangsa pelopor penjelajahan samudra?
9) Mengetahui siapa saja Tokoh-tokoh penjelajah samudra?
10) Mengetahui apa Dampak penjelajahan samudra?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah
sebagai berikut:
1) Mengetahui Bagaimana zaman Renaissance berlangsung;
2) Mengetahui Karakteristik Seni, Kesusastraan, dan Pemikiran Renaissans;
3) Mengetahui Konstribusi Renaisans dalam Dunia Modern;
4) Memahami Bagaimanakah Zaman Pencerahan (Aufklarung) berlangsung;
5) Mengetahui apa saja Aliran-aliran Filsafat Zaman Modern;
6) Mengetahui penjelajah samudra;
7) Mengetahui penyebab dilakukannya perjalanan samudra;
8) Mengetahui factor pendorong penjelajahan samudra dan penemun daerah
baru;
9) Mengetahui bangsa-bangsa yang mempelopori penjelajahan samudra;
10) Mengetahui tokoh-tokoh yang menjelajahi samudra;
Manfaat Penulisan makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik berupa


tambahan pengetahuan serta wawasan kepada pembaca tentang “Perkembangan
Renaisans, Aufklarung dan Eksplorasi Samudera”, dan semoga memberikan
manfaat bagi penulis sendiri.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Zaman Renaisans (14-16 M)

Peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern ditandai oleh suatu era
yang disebut dengan “renaisans”. Renaissans adalah suatu zaman yang sangat
menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra,
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu
untuk menentang pols pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga
melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan bentuk
suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaissans terkenal dengan era
kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berfikir. Renaissans adalah zaman
atau gerakan yang didukung oleh cita-cita lahirnya kembali manusia yang bebas.
Manusia bebas yang dimaksudkan dan didambakan adalah manusia bebas seperti
yang ada dalam zaman Yunani Kuno. Pada zaman renaissans ini manusia Barat
mulai berfikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepas diri dari otoritas
kekuasaan Gereja yang selama ini telah “mengungkung” kebebasan dalam
mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.

Pemikiran renaissans yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara lain:
Nicolaus Copernicus (1473-1543) dan francis Bacon (1561-1626). Copernicus
adalah seorang tokoh gerejani yang ortodoks, ia menemukan bahwa matahari
berada dipusat jagad raya. dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu: perpuaran
sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Teorinya ini
disebut “Heliosentrisme” dimana matahari adalah pusat jagad raya, dan bumi
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat oleh gereja. Teori
Ptolomeus ini disebut “Geosentrisme”, bumi adalah pusat jagad raya. Teori
Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama
astronomi. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari jamannya
dengan menjadi perintis filsafat ilmu pengetahuan. Ungkapan Bacon yang terkenal
adalah knowledge is power “pengetahuan adalah kekuasaan”. Ada tiga contoh yang
dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu: (1) mensiu menghasilkan kemenangan
dan perang modern; (2) kompas memungkinkan manusia mengurungi lautan; (3)
percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu pengetahuan (Bertens, 1991:44).

2.2 Faktor Pendorong Adanya Renaisans

Pada saat itu kehidupan masyarakat Eropa sangat terikat pada doktrin
gereja. Masyarakat kehilangan kebebasan untuk menentukan pribadinya, dan
kehilangan harga dirinya. Kehidupan manusia tidak tentram karena senantiasa
diintip oleh intelejen gereja, sehingga menimbulkan sikap saling mencurigai dalam
masyarakat. Terjadi adanya pembatasan kebebasan seni, seni hanya tentang tokoh-
tokoh Injil dan kehebatan gereja. Semua kereasi seni ditunjukan kepada kehidupan
akhirat sehingga budaya tidak berkembang. Demikian pula dalam bidang ilmu
pengetahuan, karena segala kebenaran hanya milik kebenaran gereja. Pada saat itu
juga berlaku sistem ekonomi tertutup, sehingga pada saat itu yang menguasai
perekonomian hanya golongan penguasa. Sehingga Eropa pada saat itu
terkungkung dan tidak memiliki harga diri yang layak. Oleh karena itu timbulnya
upaya-upaya untuk keluar dari keadaan tersebut.

2.3 Karakteristik Seni, Kesusastraan, dan Pemikiran Renaissans

Dalam masa renaisans, arsitektur menunjukkan sintesa nilai-nilai keagamaan


di samping mengandung unsur-unsur kebanggan, kedunawian dan juga
kemanusiaan. Demikian pula, apa yang terdapat dalam seni pahat dan lukis, banyak
dipengaruhi oleh peradaban klasik. Gaya seni gotik yang terdapat dalam bangunan
gereja diilhami oleh seni bangunan dari kuil klasik Roma, menekankan pada garis
simetris dan horizontal. Seni Renaisans tidaklah sepenuhnya menitikberatkan unsur
kekristenan seperti yang terjadi pada abad pertengahan. Para pelukis dan pemahat
tidak secara keseluruhan menyelesaikan hasil seninya dengan disertai tema-tema
keagamaan namun sering dihiasi dengan hasil-hasil seni gambar dan arca dalam
posisi tegak berdiri (Sundoro, 2007:16).

Para seniman Renaisans selain memilih objek lukisan atau pahatan dari
sejumlah tokoh suci, mereka juga tertarik untuk memilih beberapa objek seperti
para dewa dengan kehidupannya, kecintaan terhadap kenyataan alam, dan hal-hal
yang bersifat keduniawian. Para artis Renaisans telah memamerkan hasil-hasil
karyanya baik yang bernuansa sekuler maupun religi, mereka telah terilhami oleh
karya-karya model klasik yang kemudian disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Terdapat sejumla seniman kenamaan dalam seni lukis masa Renaisans,
disebut-sebut nama Leonardo, Michelangelo, Titian, dan Durer, sebagai High
Renaisans dalam abad XV dan awal abad XVI. Tapi, pelopor besar dalam seni
Renaisans adalah Dante dan Giotto.

1) Leonardo da Vinci (1452-1519)


Leonardo dikenal sebagai seorang seniman besar dilahirkan di
daerah Tuscaby, Florence, Italia pada tahun 1452. Ia telah menghasilkan
kreasi yang mengagumkan dalam seni Renaisans. Berbagai karya seninya
yang menakjubkan itu diperkenalkan dan dipamerkan di kota Florence. Ia
disebut-sebut sebagai seorang seniman besar yang telah mempelajarai
berbagai ilmu pengetahuan. Ia menguasai bahasa Yunani dan Latin,
mempelajari tradisi-tradisi yang terdapat dalam zaman klasik tersebut.
Demikian pula, ia menekuni ilmu anatomi manusia secara detail dan
menyelediki kehidupan tumbuh-tumbuhan; di samping itu ia juga menekuni
bidang arsitektur dan memiliki ide-ide orisinal dalam menciptakan dan
menyusun ruangan-ruangan rumah yang indah.
2) Michelangelo Buonorotti (1475-1564)
Michelangelo, adalah orang jenius kedua pada zaman Puncak
Renaisans, dilahirkan di daerah Tuscany, Florence, Italia tahun 1475. Ia
dikenal sebagai seorang tokoh pahat patung. Sebagai seorag pemahat
patung, ia banyak diilhami oleh nilai-nilai kepercayaan agam Kristen abad
pertengahan, jiwa Renaisans dan idealism seni patung Yunani-Romawi. Ia
telah menggambar gambar David, yang dalam cerita injil, David berjasa
telah mengalahkan dan membunuh Goliath. Di Roma, Michelangelo
mendekorasi karya seninya di beberapa bangunan suci di Gereja-Gereja.
Karya seninya terilhami oleh nilai-nilai kekristenan yang sangat Nampak
pada kreasinya pada masa nabi Noah. Demikian pula karya lain dapat
dijumpai pada pahatan makam Paus Julius II dan keluarga Medici di Gereja
San Lorenco di Florence. Karya terbesar Michelangelo terdapat dalam
lukisan “The Best Judgement” di sisi altar Chapel Sistine antara tahun 1508
dan 1512. Ia telah menceritakan berdasarkan sumber injil tentang peristiwa
penciptaan manusia sampai terjadinya air bah pada masa Nabi Noah.
3) Machiavelli (1469-1527)
Seorang pemikir sekaligus seorang penulis disebut-sebut nama
Machiavelli (1469-1527). Ia dilahirkan di kota Florence, seorang terdidik
pernah duduk sebagai sekretaris pemerintahan kota dan juga melayani
sebagai seorang diplomat. Karya politiknya yang terpenting adalah Prince
dan Discourses of First Ten Books of Titus Livius. Machiavelli merupakan
sosok yang jenius, sangat mendambakan kebebasan dan kemerdekaan Italia.
Rasa patriotismenya Nampak pada keinginan terbentuknya Negara kesatuan
nasional Italia. Machiavelli bertolak dari anggapan bahwa tentara Italia pada
zamannya bermutu rendah. Ia menjelaskan hal ini dengan menyebutkan
ketergantungan kota-kota Italia kepada serdadu sewaan, kepada orang yang
merupakan anggota serikat buruh tidak resmi, yang biasa bermain perang-
perangan menurut ketentuan-ketentuan dan yang tentu saja membunuh
pihak lainnya sesedikit mungkin.

2.4 Konstribusi Renaisans dalam Dunia Modern


1) Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Seorang tokoh Gerejani, menyelidiki tentang benda-benda langit
(matahari), ia menyatakan bahwa matahari berada di pusat jagad raya dan
bahwa bumi mempunyai dua macam gerak yakni, perputaran sehari-hari
pada porosnya dan perpuataran tahunan memutari matahari. Ia belajar di
universitas di Italia, khususnya di Universitas Padua dan Ferrara.
Pendapatnya tentang benda-benda langit itu pada hakekatnya mengganti
konsep heliosentris Aristotelian dan geosentris Ptolemaic. Copernicus,
bagaimanapun juga, memepercayai bahwa gerakan matahari dan planet-
planet terbit dari timur dan tenggelam ke barat. Jadi, bumi itu bergerak dari
timur ke barat. Copernicus, dalam konsep tata alam semestanya, ia
mengganti gamabran bumi yang tidak bergerak dengan gambaran matahari
yang tidak bergerak, dan dengan demikian ia pantas disebut sebagai bapak
astronomi modern. Masa itu ia merasa takut bahwa ia akan dikucilkan dari
lingkungan gereja karena pendapatnya yang dianggap oleh pejabat gereja
bertentangan dengan ajaran agama, makaia menangguhkan penerbitan
bukunya. Baru pada tahun kematiannya (1543) buku tersebut baru
diterbitkan oleh temannya, Johane Kepler. Sampai zaman Galileo buku ini
tidak dicurigai dan dibiarkan beredar ole pejabat-pejabat gereja masa itu.
2) Johanes Kepler (1571-1630)
Ia adalah seorang Jerman, orang ketiga setelah Copernicus. Ia
menerima warisan dari konsep teori astronomi Tycho Brahe (1546-1601),
astronom penting pertama setelah Copernicus. Tyco Brahe mempelajari
ilmu astronomi di universitas Copenhagen dan menjadi tertarik menyelidiki
berbagai gerakan benda-benda langit. Ia termasuk yang memperkuat
pendapat tentang teori geosentris. Kepler menerima teori, bahwa jagad raya
berpusat kepada matahari. Ia telah menemukan tiga macam hokum gerak
bagi planet-planet yakni: (1) bahwa planet-planet bergerak dengan mambuat
lingkaran bulat panjang dengan matahari sebagai salah satu titik apai, (2)
bahwa garis yang menghubungkan pusat planet dengan matahari dalam
waktu yang sama akan membentuk bidang yang sama luasnya, (3) bahwa
kuadrat planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga dari
rata-rata jaraknya terhdap matahari. Konsep tiga macam hokum gerak bagi
planet-planet itu selain menyanggah atau menolak konsep Ptolemaic,
konsep Kepler juga memodifikasi pendapat Copernicus.
3) Galileo Galilei (1564-1642)
Ia seorang ilmuwan yang dilahirkan di kota Pisa, Italia, tahun 1564.
Galileo sangat antusias mempelajarai bidang-bidang matematika dan
mekanik. Ia seorang tokoh pemuka yang menetapkan hokum benda yang
jatuh. Jika sesuatu jatuh dengan bebas, artinya dalam ruang kosong,
kecepatan kejatuhan itu tetap, akan tetapi dalam ruang yang tidak kosong
ada gerak hawa yang berlawanan dengan kejatuhan itu, sehingga
kecepatannya berubah, bagi segala macam benda.
Ia penemu teori bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat
sebuah gerak parabolis, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah
menjadi gerak vertical. Galileo membuat sebugh teleskop, yaitu setelah ia
berkenalan dengan Hans Lippershy dari belanda yang membuat teleskop
buatan. Melalui teleskopnya itu ia menamakan bahwa bintang Bimasakti
terdiri atas bintang-bintang yang banyak sekali bilangannya, yang masing-
masing berdiri sendiri-sendiri. Ia berhasil mengamati bentuk-bentuk Venus
serta menemukan beberapa satelit Yupiter.
Karya terkenal dari Galileo berjudul On The Magnit. Dalam karya
itu, ia berpendapat bahwa bumi itu memiliki kekuatan seperti magnit dan
bumi itu berotasi atau berputar disebabkan oleh kekuatan magnetism. Pada
zaman Galileo sebagian besar professor pengetahuan alam masih percaya
pada teori Aristoteles mengenai benda dan gerak, dan mengajarkan teori
yang telah berumur 2000 tahun itu. Galileo mengajak para professor
memandang dengan teleskopnya yang telah disempurnakannya dan melihat
sendiri bahwa alam semesta tidak dapat dimngerti melalui teori, melainkan
dengan mengamati benda-benda itu sendiri, maka terdapatlah fakta.
Menurut Galileo, kita janganlah hanya mempercayai kesan-kesan indera;
hokum alam semesta harus dicari melalui model matematis, atau lebih
jelasnya melalui rumus dan persamaan matematika.

4) Sir Francis Bacon (1561-1626)


Francis Bacon, seorang filsuf, karyanya terkenal dengan judul
Advancement of Learning dan Novum Organum. Ia merasa tidak puas
terhadap pendapat Aristoteles dan pengikutnya dari abad pertengahan kaum
penganut paham kesarjanaan. Ia memperkenalkan konsep falsafat alam baru
yang agung. Ia bukannya mencari kebenaran dengan jalan deduktif dengan
cara-cara bentuk sylogestik (dasar filsafat Aristoteles), melainkan member
rekomendasi untuk mempergunakan induksi, peninjauan yang sistematis
dan percobaan. Untuk meningkatkan ilmu, demikian kata Bacon,
penyelidikan ilmiah dijadikan usaha bersama. Dalam The New Atlatis,
rancangannya tentang suatu masyarakat utopia, ia memasukkan himpunan
para ilmuwan, yang dilengkapi dengan cendekiwan dan dana yang
melimpah. Ia dapat dipandang sebagai peletak dasar bagi metode induksi
modern dan menjadi pelopor dalam usaha untuk mensistematisasi secara
logis prosedur ilmiah. Ia berpendapat bahwa akal dapat mengenal adanya
Allah. Akan tetapi, mengenai hal-hal yang lain di dalam theology hal-hal
lain itu hanya dapat dikenal melalui wahyu. Lebi lanjut Bacon menyatakan
bahwa tugas ilmu pengetahuan adalah mengusahakan penemuan-penemuan
yang dapat meningkatkan kemakmuran dan hidup manusia yang enak.
Manusia dalam menyelidiki alam perlu mtode, orang harus
menghindari diri dari rasa prasangka, setelah itu menetapkan fakta-fakta
berdasar percobaan-percobaan yang berulangkali dengan cara yang
bermacam-macam. Setelah itu, fakta-fakta tersebut diikhtisarkan. Selain itu
pula, ia memperkenalkan metode empiris yang dapat menunjukkan caranya
menyusun data-data yang telah diamati, diperlukan sekali bagi ilmu
pengetahuan. Jadi, ilmu pengetahuan hanya dapat diusahakan melalui
pengamatan, percobaan-percobaan, dan penyusunan fakta-fakta.
Secara tidak langsung buah pemikiran Francis Bacon yang meninggal pada
1626 yang menekankan betapa pentingnya pengalaman, eksperimen, dan
akal budi, yang kemudian menjadi pengetahuan modern, dipengaruhi oleh
pemikir terdahulu, Leonardo da Vinci, yang menyatakan bahwa mekanika
merupakan surge ilmu pasti, sebagai pijakan manusia mempelajari alam
semesta. Eksperimen menjadi juru bicara antara alam dana manusia.
Pengalaman tidak pernah berdusta.
5) Erasmus (1466-1536)
Nama lengkap Erasmus adalah Desiderius Erasmus, seorang imam
dari Belanda. Ia dilahirkan di kota Rotterdam tahun 1466. Ayahnya seorang
pendeta, seorang yang tekun mempelajari pengetahuan Yunani klasik.
Orang tuanya meninggal sebelum ia menginjak umur dewasa. Ia dibesarkan
dalam lingkungan gereja, menjadi rahib di biara Steyr. Ia dikenal sebagai
penyebar ajaran humanism, ternyata di Jerman lah ia menemukan pengikut
paling banyak. Ia berkelana ke banyak negeri, mempunyai teman di mana-
mana, dan mengadakan hubungan surat-menyurat yang sangat luas di
berbagai Negara. Semua ini membantu penyebarluasan humanism ke
seluruh Eropa.
Tokoh Renaisans yang berasal dari Belanda sebagai seorang
humanis, Erasmus telah mengejek para pendeta yang dianggap terbelakang
pemikirannya itu karena mereka selalu mendasarkan diri pada kebenaran
ritual yang mereka lakukan dan berpegang teguh pada tradisi serta adat-
istiadat. Hal itu dikaitkan dengan seluk beluk kepercayaan tentang surge,
hari akhir manusia. Ia berupaya mengkritisi kemurnian teks-teks injil
sebagai dasar kembali kepada kesederhanaan agama nasrani semula.
Usaha Erasmus memurnikan kehidupan gereja dan alam pikiran
dalam gereja itu, pada beberapa pihak menimbulkan konfik dengan gereja.
Konflik yang berkepanjangan itu nantinya bias menyebabkan terjadinya
Protetanisme. Meski Eramus tetap berada dalam tubuh gereja Ktapi orang-
orang Protestan sering menganggapnya sebagai pelopor mereka.
Selain Renaisans memberikan konstribusi dalam bidang ilmu pengetahuan
alam, juga membuahkan pancaran jiwa Renaisans yang bermanfaat bagi
perkembangan dunia modern. Pancaran jiwa Renaisans dapat dipaparkan
sebagai berikut.
Pertama, bahwa bagi diri manusia selain kesejahteran akhirat
sebagai tujuan terpenting, manusia perlu memperhatikan pula nasib di
dunia, diri sendiri, sesame mahluk, dan memperbaiki nasib sesama manusia.
Memang, mementingkan individualisme dapat berakibat tidak baik bagi diri
manusia, mengejar kepentingan materi melebihi batas, dan timbul
keserakahan. Hal itu dapat dilihat dalam dunia modern ini pada kapitalisme
global. Merasakan kebahagiaan materi, bukan hanya pada diri sendiri
melainkan juga perlu memperhatikan sesame manusia, artinya timbul rasa
tanggung jawab bersama: timbul kesadaran, bahwa berbagai bencana yang
menimpa umat tidak dapat diterima sebagai hal-hal yang tidak dapat
dielakkan lagi sebagai takdir Tuhan, melainkan umat harus malihat hal-hal
itu sebagai tantangan terhadap akal budi manusia dan rasa persaudaraan
manusia. Timbullah kemudian yang dalma dunia modern disebut dengan
istilah social planning.
Kedua, pancaran jiwa Renaisans dapat pula dilihat dalam paham
mau menghargai pendapat-pendapat baru, berarti menolak kekuasaan yang
oleh masyarakat dianggap tidak benar. Bahwa cara-cara yang diikuti orang
dengan meneladani apa yang dikerjakan orang tua tidaklah selalu harus
diikuti. Munculnya para warga kota karena perkembangan indutri dan
perdagangan pada masa Renaisans, mereka berpendapat dan bertindak
berbeda terutama dengan para agamawan.
Ketiga, pancaran jiwa Renaisans juga tercermin manusia mau
menerima hal-hal yang baru dengan penuh keyakinan dan kegembiraan,
maka timbullah apa yang dinamakan paham kemajuan. Godaan manusia
terhadap perkembangan sekularisasi seperti egoism, terlalu mementingkan
kepentingan diri sendiri, perlu dicarikan pemecahannya. Memang,
dikesankan oleh masyarakat di luar Eropa, bahwa mereka mengenal sosok
orang-orang Eropa dengan sifat-sifat keras, tegas, dan egois.

2.5 Zaman Pencerahan (Aufklarung)


Abad 18 pemikiran filsafat diliputi oleh suatu masa yang dinamakan
“Aufklarung” berarti pencerahan (bahasa Inggris : “Enlightenment”). Nama
aufklarung diberikan pada zaman itu karena manusia mencari cahaya baru
dalam rasionya (Winarni dalam Abdulah & Mulyono, 1985).

Zaman ini tidak lepas dari pengaruh Renaissance sebagai gerakan


sebelumnya, dan merupakan buah pahit dari Empirisme dan Rasionalisme yang
muncul beberapa saat sebelumnya. Gerakan Aufklarung ini muncul melanda
hampir semua negara Eropa terutama di Inggris, Perancis dan Jerman.

Tokoh Aufklarung antara lain :

Inggris
1) David Hume ( 1711 – 1776 ) .
2) George Berkeley ( 1685 – 1753 ).

Perancis
1) Voltaire ( 1694 – 1778 ).

2) Jean Jacques Rousseau ( 1712 – 1778 ).

Jerman
1) Immanuel Kant ( 1724 – 1804 ).

2.6 Masa Pencerahan di Tiga Negara Eropa

a) Pencerahan di Jerman

Pada umumnya Pencerahan di Jerman tidak begitu


bermusuhan sikapnya terhadap agama Kristen seperti yang terjadi di
Perancis. Memang orang juga berusaha menyerang dasar-dasar iman
kepercayaan yang berdasarkan wahyu, serta menggantinya dengan
agama yang berdasarkan perasaan yang bersifat pantheistic, akan
tetapi semuanya itu berjalan tanpa “perang’ terbuka.

Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang


bercita-cita untuk mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan
wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum,
yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan. Sejak
semula pemikiran filsafat dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris
dan di Perancis. Hal itu mengakibatkan bahwa filsafat Jerman tidak
berdiri sendiri.

Para perintisnya di antaranya adalah Samuel Pufendorff(1632-


1694), Christian Thomasius (1655-1728). Akan tetapi pemimpin yang
sebenarnya di bidang filsafat adalah Christian Wolff (1679- 1754).5

la mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan


yang pasti dan berguna, dengan mengusahakan adanya pengertian-
pengertian yang jelas dengan bukti-bukti yang kuat. Penting sekali
baginya adalah susunan sistim filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-
gagasan yang jelas dan penguraian yang tegas. Dialah yang
menciptakan pengistilahan-pengistilahan filsafat dalam bahasa
Jerman dan menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi pemikiran
ilmiah. Karena pekerjaannya itu filsafat menarik perhatian umum.

Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir


pemikiran Leibniz dan menerapkan pemikiran itu pada segala bidang
ilmu pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang terdapat
penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz.

Hingga munculnya Kant yang filsafatnya merajai universitas-


universitas di Jerman. Orang yang seolah-olah dengan tiba-tiba
menyempurnakan Pencerahan adalah Immanuel Kant (1724-1804).
Yang merupakan Filsuf yang pengaruhnya terhadap filsafat pada dua
ratus tahun terakhir ini,baik di Barat maupun di Timur, hampir secara
universal diakui sebagai filsuf terbesar sejak masa Aristoteles. Ada
yang berpendapat bahwa filsafat pada dua ratus tahun terakhir ini
bagaikan catatan kaki terhadap tulisan-tulisannya. Ada juga yang
berpendapat sistem filsafatnya bagi dunia modern ini laksana
Aristoteles bagi dunia skolastik.
Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur,Jerman.Pikiran-pikiran
dan tulisan-tulisannya membawa revolusi yang jauh jangkauannya
dalam filsafat modern.iahidup dizaman Scepticism Sebagian besar
hidupnya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical process
of thought (proses penalaran logis),the external world (dunia
eksternal) dan reality of things (realitas segala yang wujud ).

Kehidupannya dalam dunia filsuf dibagi dalam dua periode:


zaman pra-kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut
pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolff dkk. Tetapi karena
terpengaruh oleh David Hume ( 1711-1776), berangsur-angsur Kant
meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume
itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman
kriitsnya , Kant merubah wajah filsafatnya secara radikal.

Dilingkungan masyarakatnya, Kant sering menjadi subjek


karikatur secara tidak wajar,semisal bahwa rutinitas hariannya amat
kaku sampai-sampai para tetangganya menyetel arloji mereka
menurut kedatangan dan kepergiannya setiap hari,namun cerita
semacam ini mungkin justru mencerminkan integritas kehidupannya
yang bersesuaian dengan ide-idenya sendiri jika kita ingin menilainya
secara positif.ketika meninggal,epitaf di batu nisannya hanya
bertuliskan“ Sang Filsuf “ sebuah sebutan yang dianggap tepat,dengan
mempertimbangkan bahwa periode filsafat yang bermula dengan
tampilnya Sokrates menjadi lengkap dalam banyak hal dengan
hadirnya Kant.7

Dengan munculnya Kant dimulailah zaman baru, sebab


filsafatnya mengantarkan suatu gagasan baru yang memberi arah
kepada segala pemikiran filsafat la sendiri memang merasa, bahwa is
meneruskan Pencerahan.

Karyanya yang terkenal dengan menampakkan kritisismenya


adalah Critique of Pure Reason ?. (kritik atas rasio murni) yang
membicarakan tentang reason dan knowing process yang ditulisnya
selama lima belas tahun. Bukunya yang kedua adalah Critique of
Practical Reason atau kritik atas rasio praktis yang menjelaskan
filsafat moralnya dan bukunya yang ketiga adalah Critique of
judgment atau kritik atas daya pertimbangan.

b) Pencerahan di Inggris

Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli


pikir yang bermacam-macam keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir
yang seorang lepas daripada yang lain, kecuali tentunya beberapa
aliran pokok.

Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut


Deisme, suatu aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-18, yang
menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert yang dapat
disebut pemberi alas ajaran agama alamiah.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang


agama. Juga agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar
pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang berdasarkan
wahyu. Terhadap segala skeptisisme di bidang agama ia bermaksud
sekuat mungkin meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari
agama.

Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa


pengertian umum yang pasti bagi semua orang dan secara langsung
tampak jelas karena naluri alamiah, yang mendahului segala
pengalaman dalam pemikiran akal. Ukuran kebenaran dan
kepastiannya adalah persetujuan umum segala manusia, karena
kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal agama dan
kesusilaan. Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal
manusia sehingga tersusunlah agama alamiah, yang berisi: a) bahwa
ada Tokoh yang Tertinggi; b) bahwamanusia harus berbakti kepada
Tokoh yang Tertinggi itu; c) bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah
kebajikan dan kesalehan; d) bahwa manusia karena tabiatnya benci
terhadap dosa dan yakin bahwa tiap pelanggaran kesusilaan harus
disesali; e) bahwa kebaikan dan keadilan Allah memberikan pahala
dan hukuman kepada manusia di dalam hidup ini dan di akhirat.
Menurut Herbert, di dalam segala agama yang positif terdapat
kebenaran-kebenaran pokok dari agama alamiah.9

Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 pandangan Herbert
ini dikembangkan lebih lanjut, baik yang mengenai unsur-unsurnya
yang negatif maupun unsur-unsurnya yang positif.

c) Pencerahan di Perancis

Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari


Inggris. Para pelopor filsafat di Perancis sendiri (Descartes, dll) telah
dilupakan dan tidak dihargai lagi. Sekarang yang menjadi guru
mereka adalah Locke dan Newton. Perbedaan antara filsafat Perancis
dan Inggris pada masa tersebut adalah:

Di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil


pemikiran mereka dikenal oleh umum, akan tetapi di Perancis
keyakinan baru ini sejak semula diberikan dalam bentuk populer.
Akibatnya filsafat di Perancis dapat ditangkap oleh golongan yang
lebih luas , yang tidak begitu terpelajar seperti para filsuf. Hal ini
menjadikan keyakinan baru itu memasuki pandaangan umum. Demi-
kianlah di Perancis filsafat lebih eras dihubungkan dengan hidup
politik, sosial dan kebudayaan pada waktu itu. Karena sifatnya yang
populer itu maka filsafat di Perancis pada waktu itu tidak begitu
mendalam. Agama Kristen diserang secara keras sekali dengan
memakai senjata yang diberikan oleh Deisme.

Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di Perancis


terdapat bermacam-macam aliran: ada golongan Ensiklopedi, yang
menyusun ilmu pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada
golongan materialis, yang meneruskan asas mekanisme menjadi
materialisme semata-mata.
Diantara tokoh yang menjadi sentral pembicaraan disini
adalah Voltaire (1694-1778), Pada tahun 1726 ia mengungsi ke
Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan Newton.
Apa yang telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah: a) sampai di
mana jangkauan akal manusia, dan b) di mana letak batas-batas akal
manusia. Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal agama
alamiah dan etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan
agar hidup kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.

Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai


gagasan tentang jiwa (pengaruh Locke).Yang kita amati hanyalah
gejala-gejala psikis. Pengetahuan kita tidak sampai kepada adanya
suatu substansi jiwa yang berdiri sendiri. Oleh karena agama
dipandang sebagai terbatas kepada beberapa perintah kesusilaan,
maka ia menentang segala dogma, dan menentang agama.

Di Perancis pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques


Rousseau(1712-1778), yang telah memberikan penutupan yang
sistematis bagi cita-cita pencerahan di Perancis. Sebenarnya ia
menentang Pencerahan, yang menurut dia, menyebarkan kesenian dan
ilmu pengetahuan yang umum, tanpa disertai penilaian yang baik,
dengan terlalu percaya kepada pembaharuan umat manusia melalui
pengetahuan dan keadaban. Sebenarnya Rousseau adalah seorang
filsuf yang bukan menekankan kepada akal, melainkan kepada
perasaan dan subjektivitas. Akan tetapi di dalam menghambakan diri
kepada perasaan itu akalnya yang tajam dipergunakan.

Mengenai agama Rousseau berpendapat, bahwa agama adalah


urusan pribad.. Agama tidak boleh mengasingkan orang dari hidup
bermasyarakat. Kesalahan agama Kristen ialah bahwa agama ini
mematahkan kesatuan masyarakat. Akan tetapi agama memang
diperlukan oleh masyarakat. Akibat keadaan ini ialah, bahwa
masyarakat membebankan kebenaran-kebenaran keagamaan, yang
pengakuannva secara lahir perlu bagi hidup kemasyarakatan, kepada
para anggotanya sebagai suatu undang-undang, yaitu tentang adanya
Allah serta penyelenggaraannya terhadap dunia, tentang
penghukuman di akhirat, dsb. Pengakuan secara lahiriah terhadap
agama memang perlu bagi masyarakat, tetapi pengakuan batiniah
tidak boleh dituntut oleh negara.

Pandangan Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat


dengan ajarannya tentang negara dan masyarakat. Menurut dia,
pendidikan bertugas untuk membebaskan anak dari pengaruh
kebudayaan dan untuk memberi kesempatan kepada anak
mengembangkan kebaikannya sendiri yang alamiah. Segala sesuatu
yang dapat merugikan perkembangan anak.

2.7 Aliran-aliran Filsafat Zaman Modern

Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada zaman modern, khususnya
dalam abad ke-17, adalah persoalan epistemologi. Pertanyaan pokok dalam bidang
epistemologi adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan apakah
sarana yang paling memadai untuk mencapai pengetahuan yang benar, serta apa
yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan yang
bercorak epistemologis ini, maka dalam filsafat yang memberikan jawaban berbeda
bahkan saling bertentangan. Aliran filsafat tersebut ialah rasionalisme dan
empirisme.

a) Rasionalisme

Usaha manusia untuk memberi kepada akal suatu kedudukan yang


berdiri sendiri, sebagaimana yang telah dirintis oleh para pemikir renaissans
berlanjut sampai abad ke-17. Abad ke-17 adalah abad dimulainya
pemikiran-pemikirankefilsafatan dalam artian yang sebenarnya. Semakin
lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap
kemampuan akal, sehingga tampaklah adanya keyakinan bahwa dengan
kemampuan akal itu pasti dapat diterangkan segala macam persoalan, dapat
dipahami segala macam permasalahan, dan dapat dipecahakannya segala
macam masalah kemanusiaan.
Akibat dari keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal
itu, dinyatakanlah perang terhadap mereka yang malas mempergunakan
akalnya, terhadap kepercayaan yang bersifat dogmatis seperti yang terjadi
pada abad pertengahan, terhadap tata-susila yang bersifat tradisi, terhadap
apa saja yang tidak masuk akal, terhadap keyakinan-keyakinan atau
anggapan-anggapan yang tidak masuk akal.

Dengan berkuasanya akal ini orang mengharapkan akan lahirnya


suatu dunia baru yang lebih sempurna, suatu dunia baru yang dipimpin oleh
akal manusia yang sehat. Kepercayaan terhadap akal ini terutama terlihat
dalam lapangan filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk
menyusun secara ‘a priori’ suatu sistem keputusan akal yang luas dan
bertingkat tinggi. Corak berfikir dengna melulu mengandalkan atau
berdasarkan atas kemampuan akal (rasio), dalam filsafat dikenal dengna
nama aliran “rasionalisme”

Aliran filsafat ini berpendapat, bahwa sumber pengetahuan yang


memandai dan dapat dipercaya adalah akal (rasio). Hanya pengetahuan
yang diperoleh melalui akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh
sifat umum dan harus mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh sifat umum
dan harus mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan
ilmiah. Sedangkan pengalaman hanya dapat dipakai untuk mengukuhkan
kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh melalui akal. Menurut aliran
ini akal tidak memerlukan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan
yang benar, karena akal dapat menurunkan kebenaran itu dari dirinya
sendiri. Metode yang diterapakn oleh para filsuf rasionalisme ialah metode
deduktif, seperti yang berlaku pada ilmu pasti.

Secara ringkasan dapatlah dikemukakan dua hal pokok yang


merupakan ciri dari setiap bentuk rasio nasionalisme, yaitu:

1) Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang hakiki itu secara


langsung dapat diproleh dengnan menggunakan akal sebagai sarananya.
2) Adanya suatu penjabaran secara logik atau deduktif yang dimaksudkan
untuk memberikan pembuktian seketat mungkin mengenai lain-lain segi
dari seluruh sisa bidang pengetahuan berdasarkan atas apa yang
dianggap sebagai kebenaran-kebenaran yang hakiki tersebut diatas.

Tokoh penting dibalik aliran filsafat rasionalisme adalah Rene


Descartes (1598-1650) yang juga adalah pendiri filsafat modern. Ia pantas
untuk mendapat kedudukan itu dengan alasan; pertama, karena usaha
mencari satu-satunya metode dalam seluruh cabang penyelidikan manusia;
kedua, karena dia memperkenalkan dalam filsafat, terutama tentang
penelitian dan konsep dalam filsafat yang menjadi prinsip dasar dalam
perkembangan filsafat modern. Metode Descrates dimaksudkan bukan saja
sebagai metode penelitian ilmiah, ataupun penelitan filsafat, melainkan
sebagai metode penelitian rasioanal mana saja, sebab akal budi manusia
selalu sama.

Descartes memulai metodenya dengan meragu-ragukan segala


macam pernyataan kecuali pada satu pernyataan saja, yaitu bahwa ia sedang
melakukan keragu-raguan sendiri menegaskan bahwa ia dapat saja
meragukan segala hal, namun satu hal yang tidak mungkin diragukan adalah
kegiatan meragu-ragukan itu sendiri. Maka ia sampai pada kebenaran yang
tak terbantahkan, yakni: saya berfikir, jadi saya ada (cogilo ergo sum).
Pernyataan ini begitu kokoh dan dan meyakinkan, sehingga anggapan kaum
skeptik yang paling ekstrim pun tidak akan mampu menggoyahkannya.
Cogito ergo sum ini oleh Descartes diterima sebagai prinsip pertama dari
filsafat.

Sistem filsafat yang dikembangkan Descartes tak dapat dipisahkan


dari sikap kritik yang berkembang dalam pergolakan renaissans,
kebangkitan budaya yang sekaligus membawa suatu skeptisisme terhadap
dogma-dogma agama dan praktek politik yang sampai saat itu menjamin
ketahanan status gereja dan negara. Skeptisisme ini meluas menjiwai
Descartes yang dengan konsekuen meragukan pengetahuan yangkita
peroleh secara inderawi. Tetapi kemudian metode keraguan ini akhirnya
dapat menumbangkan skeptisisme yang berkelanjutan (ekstrim), karena
menemukan suatu landasan kebenaran baru.
b) Empirisisme

Para penganut aliran empirisisme dalam berfisafat bertolak belakang


dengan para penganut aliran rasionalisme. Mereka menentang pendapat-
pendapat para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-
kepastian yang bersifat ‘apriori’. Menurut penganut empirisisme metode
ilmu pengetahuan itu bukan bersifat ‘apriori’ tetapi ‘a posterori’. Yang
dimaksud dengan metode a posteriori ialah metode yang berdasarkan atas
hal-hal yang datang atau terjadinya atau adanya kemudian.

Bagi penganut empirisisme sumber pengetahuan yang memadai itu


ialah pengalaman, yang dimaksud dengan pengalaman disini ialah
pengalaman lahir yang menyangkut dunia, dan pengalaman batin yang
menyangkut pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan
bertugas untuk mengatur dan mengelolah bahan-bahan atau data yang
diperoleh melalui pengalaman.

Aliran empirisisme pertama kali berkembang di di Inggris pada abad


ke-15 dengan Francis Bacon sebagai pelopornya. Bacon memperkenalkan
metode eksperimen dalam penyelidikan atau penelitian. Menurut Bacon,
manusia melalui pengalaman dapat mengetahui benda-benda dan hukum-
hukum relasi antara benda-benda.

Selanjutnya paham ini dikembangkan oleh David Hume (1661-


1776), ia menegaskan bahwa sumber satu-satunya untuk memperoleh
pengetahuan adalah pengalaman, dan ia sangat menentang kaum
rasionalisme yang berlandaskan pada prinsip ‘apriori’ yang bertitik tolak
pada dari ide-ide bawaan. Ia mengajarkan bahwa bahwa manusia tidak
membawa pengetahuan bawaan kedalam hidupnya. Sumber-sumber
pengetahuan adalah pengamatan, melalui pengamatan ini amnusia
memperoleh dua hal yaitu: Kesan-kesan (impresion) adalah pengamatan
langsung yang diterima dari pengalaman, baik lahir maupun batiniah.
Kemudian Pengertian (ideas) merupakan gambaran tentang pengamatan
yang redup, kabur atau samar-samar yang diperoleh dengan merenungkan
kembali atau merefleksikan dalam kesadaran kesan-kesan yang telah
diterima melalui pengamatan langsung.

Pada hakikatnya pemikiran Hume berisifat analitis, kritis, dan


skeptis. ia berpangkal pada suatu keyakian bahwa hanya kesan-kesanlah
yang pasti, jelas dan tidak dapat diragukan.

c) Kritisisme

Sebagaimana telah disebutkan paham empirisisme secara berat


sebelah memberikan titik berat pada pengalaman inderawi yang bersifat
langung sedangkan paham rasionalisme memberikan peranan yang terlalu
besar kepada pikiran manusia, artinya memberikan titik berat atau
pengutamaan pada pengelihatan yang bersifat akali dan penjabaran yang
berifat logik.

Seorang filsuf besar Jerman bernama Immanuel Kant (1724-1804)


yang disebut dengan aliran filsafat kritisisme. Kritisisme adalah sebuah teori
pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur
dalam filsafat rasionalisme dan empirisisme dalam suatu hubungan yang
seimbang, yang satu tidak terpisah dari yang lain. Menurut Kant
pengetahuan merupakan hasil terakhir yang diperoleh dengan adanya
kerjasama diantara 2 komponen. Kant mencoba untuk mempersatukan
rasionalisme dan empirisisme, mengatakan bahwa dengan hanya
mementingkan salah satu dari dua aspek sumber pengetahuan (rasio dan
empiri) tidak akan diperoleh pengetahuan yang kebenarannya bersifat
universal sekaligus dapat memberikan informasi baru.

Pengetahuan yang rasional adalah pengetahuan yang analitis


‘apriori’, disini prediakt sudah termuat dalam subyek. Sedangkan
pengetahuan yang empiris adalah pengetahuan yang sintesis a posteriori,
disini prediakat dihubngkan dengan subyek yang berdasarkan pengalaman
inderawi. Masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan.
Pengetahuan rasional (analitik a priori) adalah pengetahuan yang bersifat
universal, tapi tidak meberikan informasi baru. Sebaliknya pemgetahuan
empiris (sintesis a posteriori) daapt memberikan informasi baru, tetapi
kebenaranya tidak universal.

Untuk menyelesaikan perbedaan pandangan pandangan antara


rasionalisme dan empirisisme ini, Kant mengemukakan bahwa pengetahuan
itu seharusnya sistesis a priori. yang dimaksud dengan pengetahuan sistesis
a priori ini ialah, pengetahuan bersumber dari rasio dan empiri yang
sekaligus bersifat a priori dan a posteriori. Disini akal budidan pengalaman
inderawi dibutuhkan serentak. Selanjutnya Kant mengatakan pengetahuan
selalu bersifat sintesis. Pengetahuan iderawi misalnya merupakan sistesis
hal-hal dari luar dan dari bentuk-bentuk ruang dan waktu didalam saya.
Sedangkan pengetahuan dari akal merupakan sistesis dari data inderawi dan
sumbangan dari kategori-kategori.

d) Idealisme

Aliran filsafat idealisme dalam abad ke-19 merupakan kelanjutan


dari pemikiran filsafat rasionalisme pada abad ke-17. Para pengikut aliran
idealisme ini pada umumnya filsafatnya bersumber dari filsafat kritismenya
Immanuel Kant. Fichte (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut
idelalisme subyektif adalah merupakan murid dari filsuf Kant. Demikian
juga dengan Scelling yang fisafatnya disebut dengan idealisme obyektif.
Kemudian kedua idealisme ini disintesiskan dalam filsafat idealisme
mutlaknya Hegel (1770-1831).

Bagi Hegel pikiran adalah ensensi dari alam dan alam adalah
keseluruhan jiwa yang diobyektifkan. Alam adalah proses pemikiran yang
memudar, yang adalah juga akal yang mutlak (absolute reason) yang
mengekspresi dirninya dalam bentuk luar. Oleh karena itu menurut Hegel
hukum-hukum pikiran merupakan hukum-hukum realitas. Sejarah adalah
cara zat yang mutlak (absolute) itu menjelma dalam pengalaman manusia.
Oleh karena alam itu satu, bersifat mempunyai maksud serta berpikir, maka
alam itu berwatak pikiran. Jika kita memikirkan keseluruhan tata tertib yang
mencakup in-organik, organik, tahap-tahap keberadaan spritual dalam suatu
tata tertib yang mencakup segala-galanya, pada waktu itulah kita
membicarakan tetang yang mutlak, jiwa yang mutlak atau Tuhan.

Hegel secara sepintas tampaknya mengingkari adanya realitas luar


atau realitis obyektif. Akan tetapi sebenaranya ia tidak mengingkari adanya
relaitas luar atau realitas obyektif tersebut. Hegel hanya percaya pada bahwa
sikapnya adalah satu-satunya sikap yang bersifat adil kepada segi obyektif
pengalaman. Hal ini karena ia menemukan dalam alam prinsip-prinsip akal
dan maksud yang sama seperti yang ditemukan manusia dalam dirinya
sendiri.Dalam diri manusia terdapat suatu akal yang memiliki maksud
didalam alam. Hegel percaya bahwa hal ini ditemukan bukan sekedar
difahami dalam alam. Alam menurut Hegel sudah ada sebelum manusia,
tetapi ada artinya dalam dunia, mengandung arti bahwa ada sesuatu seperti
akal atau pikiran ditengah-tengah idealitas. Tata tertib realitas sangat berarti
itu diberikan kepada manusia agar ia memikirkan dan berpartisipasi di
dalamnya. Keyakinan terhadap arti dan pemikrian dalam struktur dunia
merupakan intuisi dasar yang menjadi asas idealisme.

e) Positivisme

Pendiri dan sekaligus tokoh terpenting dari aliran filsafat


positivisme Aguste Comte (1798-1857). Filsafat Comte anti-metafisis, ia
hanya menerima fakta-fakta yang ditemuakn secara positif-ilmiah, dan
menjauhkan diri dari semua pertanyaan yang mengatasi bidang ilmu-ilmu
positif. Semboyan Comte yang terkenal adalah “ savoir pour prevoir”
(mengetahui supaya siap untuk bertindak), arinya manusia harus
menyelidiki gelaja-gejala dan hubungan-hubungan anttar gejalagejal supaya
ia dapat meramalkan apa yang terjadi. Filsafat positivisme Comte disebut
juga faham empirisisme-kritis, bahwa pengamatan dengan teori berjalan
seiring. Bagi Comte pengamatan tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan
tanpa melakukan penafsiran atas dasar sebuah teori dan pengamatan juga
tidak mungkin dilakukan secara “terisolasi” dalam arti harus dikaitkan
dengan dengan suatu teori. Metode positivisme aguste Comte menekankan
pandangan pada hubungan antar fakta yang satu dengan yang lain. Bagi
persoalan filsafat yang penting bukan masalah hakikat atau asal mula
pertama dan tujuan akhir gelaja-gejala, melainkan bagaimana hubungan
antara gejala-gejala yang satu dengan yang lain.

f) Marxisme

Pendiri aliran filsafat ini adalah Karl Marx (1818-1883). Filsafat


Marx adalah perpaduan antara metode dialektika Hegel dan filsafat
materialisme Feuerbach. Marx mengkritik Hegel yang menurutnya berjalan
atas kepalanya. oleh karena itu filsafat ini harus diputarbalikan. Filsafat
abstrak harus ditinggalakan karena teori, interprestasi, spekulasi dan
sebagainya tidak mnghasilkan dalam perubahan masyarakat. Sama halnya
seperti Hegel, Marx mengajarkan bahwa sejarah dijalankan oleh suatu
logika sendiri, namun ia tidak sependapat dengan Hegel yang mengatakan
bahwa “motor” sejarah adalah “ide” atau “roh” yang sedang berkembang.
Bagi Marx motor sejarah teridiri dari hukum-hukum sosial ekonomis dan
ukum ini tidak merupakan suatu yang “transenden” yang mengataasi
manusia dan dunia, melainkan justru merupakan hasil kerja yang
perjuangan manusia sendiri.

2.8 Penyebab Dilakukan Penjelajahan Samudra


Ramainya perdagangan di Laut Tengah, terganggu selama dan
setelah berlangsungnya Perang Salib (1096 - 1291). Dengan jatuhnya kota
Konstantinopel (Byzantium) pada tahun 1453 ke tangan Turki Usmani,
aktivitas perdagangan antara orang Eropa dan Asia terputus. Sultan
Mahmud II, penguasa Turki menjalankan politik yang mempersulit
pedagang Eropa beroperasi di daerah kekuasannya. Bangsa Barat
menghadapi kendala krisis perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu
bangsa Barat berusaha keras mencari sumbernya dengan melakukan
penjelajahan samudra
Eropa pada tahun 1450 sampai 1650 menemui masa penemuan (Age
of Discovery) dan masa perluasan kekuasaan (Age of Expansion). Ketika
itu bangsa-bangsa Eropa sudah dapat mengembangka ilmu pengetahuan di
bidang geografi dan teknologi. Memang mereka tertinggal oleh bangsa
Romawi dan bangsa Islam selama berabad-abad lamanya. Namun
rupanya, bangsa-bangsa Eropa memiliki keinginan yang kuat untuk
mengejar ketertinggalan itu. Mereka berlomba-lomba mengarungi
samudra, padahal mereka belum yakin apakah dunia ini bulat seperti bola
atau datar seperti meja. Mereka pun ingin berekspansi, membangun
wilayah-wilayah pendudukan atau koloni-koloni. Inilah awal kolonialisme
Eropa Akhir abad ke-15, di Eropa timbul suatu peristiwa
gerakanRenaissance dan Humanisme yang bertujuan untuk mempelajari,
menyelidiki dan menggali ilmu pengetahuan. Semangat untuk dapat lebih
dari masa lampau menimbulkan gerakan kemajuan.

Dengan semangat kemajuan tersebut, maka pada abad ke-15 di Eropa


melahirkan temuan-temuan baru, misalnya temuan Nicolaus Copernicus
bahwa bumi itu bulat. danditemukanya teknologi kompas.Hal ini
mendorong pelaut-pelaut dari Spanyol, Portugis dan negara-negara Eropa
lainnya untuk berlayar menjelajahi samudera mencari daerah baru.

Selain itu, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani


mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal
ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini
mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah
yang banyak memiliki bahan rempah-rempah, Dalam perkembangannya,
mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber rempah-
rempah di negara penghasil. Adanya semboyan imperalisme kuno Yang
diirigi dengan semagat kekalahan perang salib juga menimbulkan
semboyan 3G : Gold (mencari kekayaan), Glory (mencari kejayaan),
Gospel (menyebarkan agama kristen). Semboyan tersebut menjadi tujuan
penjelajahan samudera. Selain dengan Keinginan Berpetualangyang di
ilhami dari kisah perjalanan Marcopolo pada 1254-1324.

Kekuatan kolonial utama bangsa eropa pada saat itu adalah Perancis,
Inggris, Belanda, Portugis, dan Spanyol. Bangsa-bangsa ini begitu
tertinggak, sehingga baru pada tahun 1350 mereka bisa melayari laut
Tengah dan ujung barat di Spanyol dan ujung timur di Turki. Padahal,
orang-orang Romawi telah melakukan hal yang sama lebih dari 1000 tahun
sebelumnya. Bahkan pada abad ke-15, orang-orang Eropa hanya tahu
sedikit tentang permukaan bumi. Peta dunia dibuat pada tahun 1511 oleh
Vessente Maggioli, masih berdasarkan pada teori bumi sebagai tanah yang
sambung menyambung. Teori yang sudah usang ini diciptakan pada abad
ke-2 oleh Ptolomeus, orang Yunani-Mesir. Akibat anggapan tentang bumi
yang salah. Maggioli menggambarkan Amerika sebagai kelanjutan dari
Asia. Dia tidak tahu bahwa beberapa benua dipisahkan oleh laut.

Untunglah para pelaut eropa tidak menunggu peta yang tepat untuk
pergi berlayar. Mereka melakukan pelayaran dengan peta seadanya.
Mengapa mereka begitu nekad Berlayar dengan peta yang buruk? Rupaya
mereka cukup percaya diri karena menguasai teknologi peayaran dan
persenjataan. Selain itu, mereka sangat bernafsu untuk mendapatkan
kekayaan, seperti emas dan rempah-rempah yang mahal.

Teknologilah yang memungkinkan bangsa-bangsa Eropa melakukan


penjelajahan dunia. Selai kapal laut, Eropa Barat telah menyempurnakan
meriam. Senjata ini mengeluarkan dentuman yang menakutkan. Pelurunya
bisa merusah benteng kayu bahkan kota. Kisah keberhasilan Sultan
Muhammad II menaklukkan Konstantinopelpada tahun 1453 adalah bukti
kedahsyatan meriam. Sang sultan sangat beruntung, karena para insinyur
Eropa mau diupah untuk membuat 56 peluru meriam kecil dan 1 pucuk
meriam raksasa yang mampu melontarkan peluru seberat 800 pon (363,2
Kg).
Teknologi meriam sangat membantu para pelaut karena mereka
kekurangan prajurit untuk melindungi kapal. Kala itu, Eropa baru saja
dilanda wabah kematian yang disebut "Black Death". Selain kekurangan
prajurit, mereka juga kekurangan pendayung yang biasanya menggunakan
para budak atau orang-orang terpidana.

Keberhasilan menempatkan meriam di kapal akan percuma apabila


para pembuat kapal tidak menemukan cara memanfaatkan tenaga angin
untuk menggantikan tenaga pendayung. Semula, kendaraan perang di laut
hanyalah perahu besar terbuka berawak puluhan pendayung dan tenara.
Kapal-kapal berlambung tertutup dan digerakan angin yang ditangkap
layar pada tiang, berhasil mengatasi masalah kekurangan pendayung dan
keseimbangan akibat tambahan bobot meriam dan hempasan ombak besar.
Walau lebih lamban daripada kapal dayung, kapal layar ini memuat lebih
banyak barang dan lebih lincah.

Pada abad ke-15, para pelaut Eropa mulai mengenal kompas yang
dibawa para pedagang muslim dari Cina. Kompas sangat membantu untuk
menentukan arah pelayaran. Orang-orang Islam telah menemukan
astrolobe pada abad ke-12, juga berjasa bagi para pelaut Eropa. Alat itu
dapat mengukur ketinggian matahari dan benda langit lainnya. Dengan
demikian, para pelaut dapat mengetahui letak kapal dari gais khatulistiwa.
Peralatan navigasi ini lambat laun membantu menyempurnakan peta.
Jika teknologi membantu pelayaran para penjelajah Eropa, apakah
yang mendorong mereka menempuh bahaya mengarungi lautan yang
ganas, berkumpul dengan saingan penduduk pribumi yang primitif? Pada
dasarnya mereka mencari keuntungan material. Para penjelajah itu terus
terang mengakui motif itu. Bartholomeus Diaz berkata motif utamanya
adalah untuk menjadi kaya. Pelaut lainnya, Vasco da Gama, motif
utamanya adalah untuk menyebarka agama dan mencari rempah-rempah.
Para pelaut dan penjelajah itu religius sebagaimana orang zaman
pertengahan, nyatanya perilaku mereka tergolong modern dan
materialistik.

2.9 Faktor Pendorong Penjelajahan Samudra dan Penemuan Daerah baru


Ada beberapa faktor yang mendorong bangsa Eropa melakukan
pelayaran dan penjelajahan samudra. Di bawah ini akan dijelaskan
perkembangan ilmu pengetahuan, eknomi, politik, dan idealisme
masyarakat Eropa pada abad pertengahan.
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan pada akhir abad pertengahan,
menimbulkan perubahan besar dan cepat (revolusi). Hal itu diperlihatkan
dengan munculnya penemuan Nicolaus Copernicus dengan teori
Heliosentris (helios=matahari, centrum=pusat), artinya tata surya ini
berpusat pada matahari. Teori heliosentris ini membantah teori lama yang
bersifat geosentris (geos=bumi, centrum=pusat). Ajaran geosentris ini
pada perkembangannya melahirkan suatu pandagan bahwa bumi ini datar
seperti meja. Ajaran geosentris didukung dan disahkan oleh gereja sebagai
salah satu ajaran resmi para penganut gereja khatolik.
Kemudian, teori heliosentris dipertegas dan diperjelas oleh ilmuwan
dari Italia,Galileo Galilei. Karya ciptanya berupa teleskop, yang dapat
mempelajari gugusan bintang. Akan tetapi, gagasan Galileo dianggap
bertentangan dengan ajaran gereja dan dinyatakan sebagai ajaran sesat.
Perkembangan pemikiran baru dari Copernicus dan Galileo di Eropa
mengubah pandangan masyarakat Eropa tentang keberadaan bumi.
Pemikiran Copernicus dan Galileo menyatakan bahwa bumi ini bula dan
matahari sebagai pusat tata surya. Pernyataan itu mendorong orang-orang
Eropa untuk mengarungi lautan mencari daerah baru.

Keinginan untuk mengarungi samudra semakin besar, ketika muncul


buku karangan Marco Polo yang berjudul "Imago Mundi" (Citra Dunia)
dan"Il Milline" (Sejuta Keajaiban). Pada kedua buku ini dijelaskan tentang
kekayaan yang melimpah di negeri timur (Cina dan Jepang). Kekayaan itu
berupa emas, perak, dan sutra. Kisah dalam buku Marcopolo itu
memberikan dorongan bagi para pelaut Eropa untuk mengarungi samudra.

2. Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor paling kuat yang mendorong
bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra. Sebelum menemukan
daerah pusat rempah-rempah, bangsa Eropa hanya mendapatkan hasil
dagangan di pusat-pusat perdagangan Asia Barat. Barang dagangan yang
diperoleh berasal dari India, Cina, Jepang, dan Asia Tenggara.
Keuntungan yang diperoleh oleh bangsa Eropa dengan membeli barang
dagangan dari pelabuhan Asia Barat sangat sedikit. Apalagi para pedagang
Asia Barat menjual barang dagangan dengan harga yang mahal. Karena itu
orang-orang Eropa berkeinginan mencari barang dagangan dari pusatnya.
Dengan begitu, mereka berharap memiliki keuntungan yang berlipat ganda.

3. Politik
Faktor berikutnya yang mendorong bangsa Eropa melakukan
penjelajahan samudra adalah peristiwa jatuhnya Konstantinopel ke tangan
penguasa Turki Usmania tahun1453. Peristiwa ini menyebabkan orang-
orang Eropa tidak mau berdagang di wilayah perdagangan Asia Barat.
Akibatnya, perdagangan antara dunia timur dan barat terputus.
Perkembangan beikutnya, bangsa Eropa mencari arah lain untuk menuju
dunia timur. Keadaan ini menimbulkan gerakan pelayaran dan penjelajahan
samudra secara besar-besaran.

4. Idealisme

Keberhasilan para pelaut Portugis dan Spanyol merintis jalan laut


menuju Nusantara, mendorong gelombang pelayaran berikutnya. Tidak
hanya ekspedisi dari Portugis dan Spanyol, meliainkan juga dari Inggris dan
Belanda. Bangsa Eropa yang datang ke dunia timur pun pada dasarnya
dilatarbelakangi oleh beberapa 30deali 30dealism, dan merupakan tujuan
utama mereka. Tujuan mereka sama yaitu Gold, Glory, danGospel.
Gold secara harfiah berarti emas. Namun selain emas, orang-orang
Eropa secara khusus mencari rempah-rempah, yang merupakan sumber
kekayaan yang sangat penting dan laku dipasaran Eropa. Hasil pertanian ini
mereka perlukan untuk obat-obatan dan penyedap serta pengawet makanan.
Terlebih setelah terjadi Perang Salib, orang-orang Eropa lebih terdorong
untuk mendapatkan sumber kekayaan itu langsung dari tempat asalnya.
Selain bermotifkan Gold, para penjelajah Eropa pun mengharapkan
Glory, otau kejayaan. Hampir setiap orang ingin berjaya. Hanya anak kecil,
orang tua yang pikun dan orang gila yang tidak memikirkan kejayaan.
Bukan orang Eropa saja yang mengejar kejayaan di Nusantara. Bahkan kata
"Nusantara" merupakan lambang kejayaan Majapahit yang berhasil
menundukan kerajaan-kerajaan yang lemah. Setelahmendapatkan daerah
rempah-rempah, bangsa-bangsa Eropa mempunyai idealisme penguasaan
daerah tersebut guna mencapai kejayaan.
Idealisme terakhir dari para penjelajah Eropa adalah menyebarkan
agama Nasrani (gospel). Salah seorang tokoh penyebar agama Nasrani di
Indonesia bagian timur, seperti di Makassar, Ambon, Ternate, dan Morotai
adalah Franciscus Xaverius atau Santo Francis Xavier (1506-1552).
Xaverius bersama Santo Ingatius de Loyola mendirikanOrdo Yesuit.

3.0 Bangsa Pelopor Penjelajahan Samudra


Negara-negara yang memelopori penjelajahan samudra adalah
Portugis dan Spanyol, menyusul Inggris, Belanda, Prancis, Denmark, dan
lainnya. Untuk menghindari persaingan antara Portugis dan Spanyol, maka
pada tanggal 7 Juni 1494 lahirlah Perjanjian Tordesillas. Paus membagi
daerah kekuasaan di dunia non-Kristiani menjadi dua bagian dengan batas
garis demarkasi/khayal yang membentang dari kutub Utara ke kutub
Selatan. Daerah sebelah Timur garis khayal adalah jalur/kekuasaan
Portugis, sedangkan daerah sebelah Barat garis khayal adalah jalur Spanyol.

A. Penjelajahan Portugis
Bartholomeus Diaz menyusuri pantai barat Afrika, kemudian
mengitari Tanjung Harapan pada tahun 1487. Dia harus kembali ke Portugis
karena dihadang topan dan sebagian awaknya memberontak. 10 tahun
kemudian rintisan Diaz dilanjutkan oleh Vasco da Gama. 2 tahun pelayaran
cukup memuaskan, Vasco da Gama kembali ke Lisbon dengan membawa
contoh barang dari India. Raja Manuel (1495-1521) mengirim 13 kapal
untuk menyiapkan pos perdagangan di India. Armada itu dipimpin oleh
Pedro Alvares Cabral dan dibantu oleh Bartholomeus Diaz.

Telah berabad-abad pelau muslim menguasai jalur perdagangan di


samudra Hindia. Mereka tidak mau melepaskan kepada pelaut Portugis
dengan sukarela. Pertempuran pun tidak bisa dihindari. Armada Portugis
merebut pelabuhan-pelabuhan muslim yang strategis. Atas kemenangan
tersebut,Portugis menunjuk Alfonso de Albuquerque sebagai Gubernur
India tahun 1509-1515. Dominasi Arab di Asia Selatan berakhir setelah
meriam-meriam Albuquerque menaklukkan pelabuhan Kalikut, Ormuz,
Goa dan Malaka.

B. Penjelajahan Spanyol
Bangsa Spanyol mampu membiayai penjelajahan samudranya
setelah Ratu Isabella dan Raja Ferdinand berhasil menyatukan kerajaan-
kerajaan kecil. Para penguasa Khatolik mengurangi kekuatan para
bangsawan, merampingkan birokrasi pemerintahan, dan menyisihkan
orang-orang yang merongrong kekuasaan, yaitu kaum muslim dan yahudi.
Kerajaan Spanyol menjadi sangat kuat.

Ratu Isabella mempercayakan 3 kapalnya dibawah pimpinan Christoper


Columbus. Kapal Santa Maria, Pinta, dan Nina berlabuh pada bulan Oktober
1492 di sebuah pulau di Karibia. Columbus menamainya San Salvador. Dia
mengira pulau itu adalah bagian dari India. Selama 10 tahun Columbus
melakukan 4 kali pelayaran. Selama itu ia menemukan Haiti yang
disebutnya Dominika, lalu San Salvador, Puerto Rico, Jamaika, Kuba,
Trinidad, dan Honduras di Amerika Tengah.
Pelayaran Columbus sangat berguna bagi pelayaran selanjutnya. Columbus
dan teman-temannya juga berhasil meng-Kristenkan orang-orang Indian.
Walaupun sedikit harta yang dibawa pulang Columbus, armadanya telah
membuka jalan untuk penjelajahan lebih jauh. Tahun 1519, Raja Charles V
mengutus Ferdinand Magellan untuk menemukan jalan langsung ke
kepulauan Maluku. Magellan menyebrangi Atlantik menuju Brazil.
Pelayaran berlanjut ke selatan untuk mengitari ujung benua Amerika.
Kemudian, armadanya mengarungi Pasifik sampai Fillipina. Nama Filipina
dipakai untuk menandai keberhasilan Raja Phillip II, setelah kepulauan itu
dikuasai tahun1560.
Magellan terbunuh, namun pelayaran dilanjutkan oleh Juan
Sebastian del Cano.Armada itu berlayar dari Maluku, lalu ke Timor,
menyebrangi samudra Hindia hingga ke Tanjung Harapan. Akhirnya
mereka kembali ke Spanyol setelah melayari Pantai barat Afrika. Pelayaran
ini membuktikan teori Copernicus dan Galileo bahwa bumi itu bulat, bahkan
setelah itu mereka tahu bahwa bumi lebih luas daripada yang mereka
bayangkan. Beberapa
penjelajahan terkenal telah berhasil menemukan pengganti jalur darat yang
dikuasai Sultan Turki. Mereka adalah Bartholomeus Diaz, Vasco da Gama,
dan Alfonsode Albuquerque dari Portugis. Sedangkan Spanyol Mengutus
Christopher Columbus, pelau Genoa (Italia), dan Ferdinand Magellan.

3.1 Tokoh-Tokoh Penjelajah Samudra


A. Pelayaran Orang-orang Portugis
Orang-orang Portugis menjadi pelopor berlayar mencari tempat asal
rempah-rempah. Hal ini tidak lepas dari kiat Pangeran Henry Mualim
(Henry Navigator) yang memberi hak-hak istimewa kepada keluarga-
keluarga saudagar sukses dari Italia, Spanyol, dan Prancis. Tujuannya
supaya mereka bersedia tinggal dan berdagang di ibukota Portugis.

Berikut ini penjelajah-penjelajah yang berasal dari Portugis.


1) Bartholomeu Dias
Bartholomeu Dias berangkat dari Lisabon (Portugis) pada bulan
Agustus 1487. Ketika sampai di ujung Selatan benua Afrika, kapal Dias
terkena badai topan. Setelah badai reda, Dias kembali ke Portugis. Oleh
Dias dan rombongannya, ujung Selatan Benua Afrika dinamai Tanjung
Badai. Namun, Raja Portugal Joao II mengganti namanya menjadi Tanjung
Harapan (Cape of Good Hope) karena untuk menghilangkan kesan
menakutkan dan tempat tersebut dianggap memberikan harapan bagi bangsa
Portugis untuk menemukan Hindia.
2) Vasco da Gama

Pada tanggal 8 Juli 1497, Raja Portugis Manuel I memerintahkan


Vasco da Gama mengikuti jejak Dias. Ekspedisinya dilakukan melalui laut
sepanjang pantai Afrika Barat. Dalam pelayarannya, Vasco da Gama sempat
singgah di pantai Afrika Timur. Atas petunjuk mualim Moor, da Gama
melanjutkan ekspedisinya memasuki Samudra Hindia dan Laut Arab.
Perjalanan Vasco da Gama tiba di Calcuta pada tanggal 22 Mei 1498. Di
Calcuta, Vasco da Gama berupaya mendirikan pos perdagangan.

3) Alfonso d’ Albuquerque

Setelah beberapa lama menduduki Calcuta, orang Portugis sadar


bahwa penghasil rempah-rempah bukan India. Ada tempat lain yang
menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Asia, yaitu Malaka. Oleh
karena itu ekspedisi ke Timur dilanjutkan kembali.
Bagi Portugis, cara termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka
adalah dengan merebut atau menguasai Malaka. Oleh karena itu, dari
Calcuta, Portugis mengirimkan ekspedisi ke Malaka di bawah pimpinan
Alfonso d’ Albuquerque. Ekspedisi d’ Albuquerque tersebut berhasil
menaklukkan Malaka pada tahun 1511.

b. Pelayaran Orang-orang Spanyol


Berikut ini para penjelajah Spanyol yang melakukan pelayaran ke
dunia Timur:
1) Christopher Columbus
Pada tanggal 3 Agustus 1492, dengan menggunakan tiga buah kapal
yaitu Santa Maria, Nina, dan Pinta, Columbus mulai berlayar mencari
sumber rempah-rempah di dunia Timur. Setelah berlayar lebih dari 2 bulan
mengarungi Samudra Atlantik, sampailah Columbus di Pulau Guanahani
yang terletak di Kepulauan Bahama, Karibia. Ia merasa telah sampai di
Kepulauan Hindia Timur yang merupakan sumber rempah-rempah. Ia
menamai penduduk asli di kawasan itu sebagai Indian. Selanjutnya
Kepulauan Bahama dikenal sebagai Hindia Barat. Columbus bersama
seorang penyelidik bernama Amerigo Vespucci antara tahun 1492 – 1504,
berlayar terhitung 4 kali. Mereka menemukan benua baru yang diberi nama
Amerika. Jadi penemu Benua Amerika adalah Christopher Columbus. Sejak
Columbus menemukan benua Amerika, menyusul pelaut-pelaut Spanyol
seperti Cortez dan Pizzaro. Cortez menduduki Mexico pada tahun 1519
dengan menaklukkan suku Indian yaitu Kerajaan Aztec dan suku Maya di
Yucatan. Pizzaro, pada tahun 1530 menaklukkan kerajaan Indian di Peru
yaitu suku Inca.
2) Ferdinand Magelhaens (Magellan)
Pada tanggal 10 Agustus 1519, Magelhaens berlayar ke Barat
didampingi oleh Kapten Juan Sebastian del Cano (Sebastian del Cano) dan
seorang penulis dari Italia yang bernama Pigafetta. Penulis inilah yang
mengisahkan perjalanan Magelhaens-del Cano mengelilingi dunia yang
membuktikan bahwa bumi itu bulat seperti bola. Pada tahun 1520, setelah
menyeberangi Samudra Pasifik, sampailah rombongan Magelhaens di
Kepulauan Massava. Kepulauan ini kemudian diberi nama Filipina,
mengambil nama Raja Spanyol, Philips II. Dalam suatu pertempuran
melawan orang Mactan, Magelhaens gugur (27 April 1521). Akibat
peristiwa itu rombongan bergegas meninggalkan Filipina dipimpin oleh
Sebastian del Cano, menuju Kepulauan Maluku. Magelhaens dianggap
sebagai orang besar dalam dunia pelayaran karena menjadi orang yang
pertama kali berhasil mengelilingi dunia. Raja Spanyol memberi hadiah
sebuah tiruan bola bumi. Pada tiruan bola bumi itu dililitkan pita bertuliskan
‘Engkaulah yang pertama kali mengitari diriku’.

C. Pelayaran orang-orang Inggris


1) Sir Francis Drake
Pada tahun 1577 Drake berangkat berlayar dari Inggris ke arah
Barat. Dalam pelayarannya, rombongan ini memborong rempah-rempah di
Ternate. Setelah mendapatkan banyak rempah-rempah Drake pulang ke
negerinya dan sampai di Inggris
pada tahun 1580. Pelayaran Drake ini belum memiliki arti penting secara
ekonomis dan politis.

2) Pilgrim Fathers

Pada tahun 1607 rombongan yang menamakan diri Pilgrim Fathers


melakukan pelayaran ke arah Barat. Kapal yang bernama May Flower
berhasil membawa rombongan ini mendarat di Amerika Utara.

3) Sir James Lancester dan George Raymond


Pada pelayaran tahun 1591, Lancester berhasil mengadakan
pelayaran sampai ke Aceh dan Penang, sampai di Inggris pada tahun 1594.
Pada bulan Juni 1602, Lancester dan maskapai perdagangan Inggris (EIC)
berhasil tiba di Aceh dan terus menuju Banten. Di Banten, dia mendapatkan
izin dan mendirikan kantor dagang.

4) Sir Henry Middleton

Pada tahun 1604 pelayaran kedua EIC yang dipimpin Sir Henry
Middleton berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda. Terjadi
persaingan dengan VOC. Selama tahun 1611 - 1617, orang-orang Inggris
mendirikan kantor dagang di Sukadana (Kalimantan Barat Daya),
Makassar, Jayakarta, Jepara, Aceh, Pariaman, dan Jambi.

5) William Dampier dan James Cook


Pada tahun 1688, Dampier melakukan pelayaran dan berhasil
mendarat di Australia. Ia terus melanjutkan pelayaran dengan menelusuri
pantai ke arah Utara. Sedangkan Pada tahun 1770 Cook berhasil mendarat
di pantai Timur Australia dan menjelajahi pantai Australia secara
menyeluruh pada tahun 1771. Oleh karena itu, James Cook sering dikatakan
sebagai penemu Benua Australia.

D. Pelayaran Orang-orang Belanda


Biasanya para pedagang Belanda membeli dagangan rempah-
rempah dari Portugis di pusat pasar Lisabon. Namun setelah Lisabon
dikuasai Spanyol, Belanda mencari jalan menuju daerah penghasil rempah-
rempah. Walaupun Portugis berusaha merahasiakan jalan ke pusat
penghasil rempah-rempah, tetapi Belanda berhasil menyusul Portugis dan
Spanyol.

Berikut ini beberapa pelaut Belanda yang melakukan penjelajahan ke dunia:


1) Barentz
Pada tahun 1594, Barentz mencari daerah Timur (Asia) melalui jalur
lain yaitu ke Utara. Perjalanan Barentz terhambat karena air laut membeku
sesampainya di Kutub Utara. Ia berhenti di sebuah pulau yang dikenal
dengan nama Pulau Novaya Zemlya, kemudian memutuskan untuk kembali
tetapi meninggal dalam perjalanan.

2) Cornelis de Houtman

Pada tahun 1595, de Houtman dengan empat buah kapal yang


memuat 249 orang awak beserta 64 meriam, memimpin pelayaran mencari
daerah asal rempah-rempah ke arah Timur mengambil jalur seperti yang
ditempuh Portugis. Pada tahun 1596 Cornelis de Houtman bersama
rombongan sampai di Indonesia dan mendarat di Banten.

3) Abel Tasman
Abel Tasman berlayar mencapai perairan di sebelah Tenggara
Australia. Pada tahun 1642 ia menemukan sebuah pulau yang kemudian
dikenal dengan nama Pulau Tasmania.

3.2 Dampak Pejelajahan Samudra


Dampak penjelajahan samudra dan penemuan daerah baru yakni
berupa sisi positif dan negatif, sisi postifnya antara lain yakni adanya uji
coba terhadap kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Seperti pembuktian
terhadap kebenaran bumi bulat serta penerapan ilmu-ilmu Navigasi dan
maritim yang berguna bagi dunia pelayaran hingga saat ini, berkembangnya
agama katolik dan protestan. Di berbagai belahan dunia. Yang di bawa dan
disebarkan oleh para penjelajah dan penemu daerah baru ( Gospel ). Serta
berubanya pola perdagangan yang semula bersumber langsung dari daerah
asal menjadi sistem perdagangab transito yang mengakibatkan berbaurnya
kebudayaan lokal dengan kebudayaan yang baru atau asing yang dibawa
oleh para pejelajah samudra terserbut.
Namun semua sisi baik atau positif tersebut tidak terbayar mahal
dengan sisi negatif yang ditimbulkan oleh penjelajahan samudra dan
penemuan daerah baru tersebut segi negatifnya yakni kebencian terhadap
kaum muslim. Dilandasi Semangat reconguesta, yaitu semangat
pembalasan terhadap kekuasaan Islam di mana pun yang dijumpainya
sebagai tindak lanjut dari Perang Salib. Selain itu dampak atau sisi negatif
lain dari penjelajahan dan penemuan daerah baru yakni adanya suatu faham
yang berkembang dan cenderung menyimpang yaknia Kolonialisme dan
Imperialisme dimana pengertiannya bahwa Kolonialisme adalah suatu
usaha untuk melakukan system permukiman warga dari suatu Negara diluar
wilayah Negara induknya atau Negara asalnya.sedangakan Imperialisme
sendiri adalah usaha memperluas wilayah kekuasaan atau jajahan untuk
mendirikan imperium atau kekaisaran. Atau secara implisit dapat diartiakan
sebagai sebuah penjajahan yang dilakukan oleh bangsa barat terhadap

bangsa atau daerah baru yang telah ditemukan bahkan dikuasainya


baik secara moril ataupun materil atau kekayaan dan eksploitasi terhadap
kekayaan alamnya. Dengan semboyan Glory dan Goldnya. Disamping
monopoli perdagangan yang diterapkanya.

Hal-hal tersebut diatas adalah contoh dan dampak serta akibat yang
ditimbulkan oleh penjelajahan samudra dan penemuan daerah baru yang
dilakukan oleh bangsa-bangsan barat baik Portugis, Spanyolm ,Belanda
maupun Inggris.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern ditandai oleh suatu era
yang disebut dengan “renaisans”. Renaissans adalah suatu zaman yang sangat
menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra,
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu
untuk menentang pols pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga
melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan bentuk
suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaissans terkenal dengan era
kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berfikir.

Zaman aufklarung tidak lepas dari pengaruh Renaissance sebagai gerakan


sebelumnya, dan merupakan buah pahit dari Empirisme dan Rasionalisme yang
muncul beberapa saat sebelumnya. Gerakan Aufklarung ini muncul melanda
hampir semua negara Eropa terutama di Inggris, Perancis dan Jerman. Serta pada
zaman modern terdapat berbagai aliran filsafat diantaranya rasionalisme,
empirisme, kritisme, idealisme, positivisme dan marxisme.

Penjelajahan Samudera yang dilakukan oleh bangsa Eropa tidak dapat


dilepaskan dari berbagai peristiwa dan berbagai faktor yang mendorongnya. Antara
lain Gerakan Renaisans dan Humanisme yang terjadi di Eropa pada abad-15 yang
memicu tumbuhnya berbagai kemajuan dalam pengetahuan dan teknologi. Selain
itu faktor politis dan ekonomi yang mempengaruhi situasi perdagangan di Laut
Tengah juga mendorong terjadinya perubahan jalur perdagangan dari barat ke timur
Dimana di Eropa sendiri pada tahun 1450 sampai 1650 menemui masa
penemuan (Age of Discovery) dan masa perluasan kekuasaan (Age of Expansion).
Ketika itu bangsa-bangsa Eropa sudah dapat mengembangka ilmu pengetahuan di
bidang geografi dan teknologi. Memang mereka tertinggal oleh bangsa Romawi
dan bangsa Islam selama berabad-abad lamanya. Namun rupanya, bangsa-bangsa
Eropa memiliki keinginan yang kuat untuk mengejar ketertinggalan itu. Mereka
berlomba-lomba mengarungi samudra, padahal mereka belum yakin apakah dunia
ini bulat seperti bola atau datar seperti meja. Mereka pun ingin berekspansi,
membangun wilayah-wilayah pendudukan atau koloni-koloni. Inilah awal
kolonialisme Eropa Akhir abad ke-15, atau sebagai penanda awal pejelajahan
samudra yang dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol.
Untuk menghindari persaingan antara Portugis dan Spanyol, maka pada
tanggal 7 Juni 1494 lahirlah Perjanjian Tordesillas. Paus membagi daerah
kekuasaan di dunia non-Kristiani menjadi dua bagian dengan batas garis
demarkasi/khayal yang membentang dari kutub Utara ke kutub Selatan. Daerah
sebelah Timur garis khayal adalah jalur/kekuasaan Portugis, sedangkan daerah
sebelah Barat garis khayal adalah jalur Spanyol.
Dimana Faktor Pendorong Penjelajahan Samudra dan Penemuan Derah
baru Yakni adanya Perkembangan Ilmu Pengetahuan, faktor Ekonomi, Politik,
dan Idealisme walaupun pada tahap perkembanganya memberikan dampak
positif dan negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Winarni, Retno. 2013. Sejarah Pemikiran Modern. Yogyakarta: LaksBang


Pressindo.
Sundoro, M.Hadi. 2007. Dari Renaissance sampai Imperialisme Modern.
Jember University Press.

Bertens, K. 1991. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: KANISIUS

Mustansyir, Rizal & Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

https://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/filsafat-abad-ke-18-era-
aufklarung/

Anda mungkin juga menyukai