Dosen Pengampu:
Abdul Kadir, S.HI., M.H.
Oleh:
1. Angga Fajar Maulana : 19230029
2. Muhamad Rizki Ilhamsah : 19230012
Assalamualaikum Wr Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa bantuan petunjuk-Nya tentunya kami tidak sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa'atnya kelak di
akhirat nanti.
Kami tentu menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna dan tentunya masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan
serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini kedepannya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Penyusun
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan...................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................8
Kesimpulan............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................24
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan dan perbincangan tentang modernisme dan
pembaharuan dalam Islam, atau lebih tepatnya pembaharuan pemikiran
Islam, hampir selalu dilatarbelakangi setidaknya oleh dua hal yakni;
Pertama, adanya kesenjangan antara Islam sebagai doktrin dengan Islam
sebagai peradaban atau dengan bahasa lain antara normativitas ajaran dan
historisitas pemahaman dan pengamalannya.1 Sehingga antara ultimate
values dalam Islam dengan kondisi-kondisi sekarang memerlukan adanya
penerjemahan-penerjemahan. Apabila dilhat dalam sudut pandang
sosiologi pengetahuan, dapat diketahui bahwa dalam Islam yang teoritis
maupun yang praktis, pada hakikatnya termuat berbagai bentuk
hubungan teori dan praktik politik. Sebab, Islam yang pada dirinya
sendiri (numena) tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT sendiri,
sehingga Islam yang dirumuskan adalah Islam yang ditafsirkan. Istilah
lain adalah Islam fenomena.2 Sehingga bagaimana seseorang
menafsirkannya tergantung dari berbagai kepentingan politis, baik
disadari maupun tidak.
Ide dan gagasan pembaharuan juga sering dikaitkan dengan
hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Daud dan lain-lainnya.
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah (selalu) mengutus (membangkitkan) bagi umat ini
1
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1994), 47. Lihat juga
M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), 52.
2
Immanuel Kant, Critique of Pure Reason, trans. Norman Kemp Smith, (New York: St. Martin’s
Press, 1965), 165. Immanuel Kant dalam menengahi pertentangan antra Rasionalisme dan
Empirisme menjelaskan hubungan langsung antara pengetahuan dan objek yang disebut
dengan “pengamatan”. Apa yang diamati itu bukan bendanya sendiri (das ding an sich)
melainkan salinan atau copy yang disebut dengan “penampakan” atau “gejala-gejala” nya
(fenomen). Hanya gejalalah yang dikenal, sedangkan “benda dalam dirinya sendiri” tinggal
suatu yang tetap tak dikenal (numena).
3
M. Amien Rais, Kata Pengantar dalam John J. Esposito, Islam dan Pembaharuan, terjemah
Machnun Husein, (Jakarta: Rajawali Press, 1984), 7-9. Lebih lanjut Amien menjelaskan bahwa
gerakan pembaharuan sebelum periode modern tersebut hampir memiliki kesamaan dasar,
yaitu: (1) Gerakan-gerakan kebangkitan datang dari masyarakat sendiri dan terutama didorong
oleh ajaran Islam sendiri bukan karena sentuhan dan desakan Barat; (2) Gerakan-gerakan itu
pada dasarnya melakukan kritik terhadap sufisme yang cenderung menjauhi tugas-tugas
manusia Muslim dalam pergumulan sosial dan dunia konkrit. Sufisme dipandang sebagai sebab
terbesar yang menjadikan masyarakat Islam berhenti, statis, beku dan kehilangan peran vital
kreativitasnya; (3) hampir semua gerakan pembaharuan di atas menekankan mutlak perlunya
rekonstruksi sosio-moral dan sosio-etnik masyarakat Islam agar sesuai atau paling tidak lebih
mendekati Islam ideal; (4) semua gerakan pembaharuan Islam pada fase ini mengobarkan
semangat ijtihad , yaitu menggunakn akal fikiran dalam memecahkan masalah-masalah yang
timbul dalam masyarakat Islam dengan referensi utama al-Qur’an dan Sunnah. Penutupan pintu
ijtihad hanya akan membuat umat Islam akan mengalami kejumudan dalam berfikir dan hal ini
bertentangan dengan spirit al-Qur’an itu sendiri; (5) Pada umumnya gerakan-gerakan ini
menekankan pentingnya jihad untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Jihad atau badzlul Juhud
adalah melakukan pengerahan total dari segenap dana dan daya umat untuk merealisasikan
cita-cita pembaharuan.
4
Fazlur Rahman, Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam, Penyunting: Taufik Adnan Amal,
(Bandung: Mizan, 1987), 18.
BAB II
PEMBAHASAN
7
BAB III: Biografi, Pendidikan, Pengalaman dan Pemikiran Pembaharuan Islam Muhammad
Rasyid Ridha, http://digilib.uinsby.ac.id/368/8/Bab%203.pdf, diakses pada tanggal 3 Maret
2020.
9
Muhammad Rasyid Ridho, al-Khilāfah, (Kairo: Madinah Nasr, 1922), 66.
10
Miss Luce Claude Maitre, Pengantar ke Pemikiran Iqbal, terjemahan: Djohan Effendi,
(Bandung: Mizan, 1989), 13
11
Wilfred Cantwell Smith, Modern Islam in India: A Social Analysis, (London: Victor Gollancz,
1946), 101. Lihat juga Lini S. May, Iqbal His Life and Times, (Lahore: SH. Muhammad Ashraf,
1974), 60.
12
Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik: Dari Nalar Puitis Iqbal hinga Nalar Kritis Arkoun,
terjemahan: Ahmad Baiquni, (Mizan: Bandung, 2000), 70.
13
Abdul Wahhab ‘Azzam, Filsafat dan Puisi Iqbal, terjemahan: Ahmad Rofi’ Usman, (Bandung:
Pustaka, 1985), 23. Lihat juga Khalifah Abdul Hakim, Renaissnce in Indo-Pakistan (continued)
dalam M.M. Sharif (ed), A. History of Muslim Philosophy, (German: Otto Harrasowitz, 1966),
1615.
14
Oesman Raliby, Sedikit tentang Iqbal, dalam Mohammad Iqbal, Pembangunan Kembali Alam
Pikiran Islam, terjemahan: Oesman raliby, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), 15.
15
A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan, 1993), 30.
21
Iqbal, Political Thuoght in Islam dalam S.A. Vahid (ed.), Thought and Reflection of Iqbal,
(Lahore: S.M. Ashraf, 1964), 60.
PENUTUP
Negara yang dianjurkan oleh Rasyid Ridho ialah negara dalam bentuk
kekhalifahan. Kepala negara ialah khalifah, kerena memiliki kekuasaan legislatif
sehingga harus mempunyai sifat mujtahid. Tetapi dalam pada itu khalifah tidak
boleh bersifat absolut. Ulama merupakan pembantu yang utama dalam soal
memerintah umat.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. Mukti. 1993. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan.
Bandung: Mizan.
Azzam, Abdul Wahhab. 1985. Filsafat dan Puisi Iqbal, terjemahan: Ahmad
Rofi’ Usman. Bandung: Pustaka.
Fauzi, Ali Ihsan Nurul Agustina, dkk. 1992. Sisi Manusiawi Iqbal. Bandung:
Mizan.
Iqbal. 1964. Political Thuoght in Islam dalam S.A. Vahid (ed.), Thought and
Reflection of Iqbal. Lahore: S.M. Ashraf.
Iqbal, Muhammad dan Amin Husein Nasution. 2013. Pemikiran Politik Islam:
Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana.
Iqbal, S.A. Vahid. 1948. His Art and Thought. Lahore: S.H. Ashraf.
Kant, Immanuel. 1965. Critique of Pure Reason, trans. Norman Kemp Smith.
New York: St. Martin’s Press.
May, Lini S. 1974. Iqbal His Life and Times. Lahore: SH. Muhammad Ashraf.
Rais, M. Amien. 1984. Kata Pengantar dalam John J. Esposito, Islam dan
Pembaharuan, terjemah Machnun Husein. Jakarta: Rajawali Press.