Anda di halaman 1dari 2

Nama : Amilu Sholihati Putri

NIM. : 17407141046
Prodi. : Ilmu Sejarah B 2017

Maritim Masa Awal Kemerdekaan- Orde Lama

Dalam arti luas, laut merupakan sumber kehidupan manusia. Pada kenyataannya, laut
tidak hanya sebagai sumber namun sebagai penghubung suatu wilayah atau negara. Setelah
mengalami sejarah yang panjang terkait kemaritiman, pasca kemerdekaan tahun 1945,
pemerintah Indonesia mulai membangun kembali budaya maritim yang pernah ada di Indonesia.
Pemerintah Indonesia berkewajiban untuk melindungi/menjaga setiap kekayaan alam laut yang
ada di Indonesia.

Perjuangan Djuanda dalam mengatur ulang kebijakan maritim yang disusun oleh
pemerintah Belanda yaitu Ordonantie 1939 menetapkan batas laut teritorial Indonesia hanya
selebar 3mil telah membuahkan hasil menjadi 12 mil. Saat itu Indonesia menggunakan “asas
archipelago state” sebagai dasar hukum laut. Mengutip (Kemenpar, 2009) Sejak 1 Agustus 1957,
Ir. Djuanda mengangkat Mr. Mochtar Kusumaatmadja untuk mencari dasar hukum guna
mengamankan keutuhan wilayah RI.

Akhirnya, ia memberikan gambaran ’asas archipelago’ yang telah ditetapkan oleh Mahkamah
Internasional pada 1951 seperti yang telah dipertimbangkan oleh RUU sebelumnya namun tidak
berani untuk menerapkannya dalam hukum laut Indonesia. Sebagai alternatif terhadap RUU itu,
disusun konsep ’asas negara kepulauan. Sepak terjang pembangunan Indonesia di bidang
maritim tidak bisa dilepaskan dari peran Sang Proklamator Indonesia Ir, Soekarno walaupun
Soekarno tidak mempunyai dasar pendidikan maritim tetapi dia dikenal sebagai pemimpin yang
memiliki ocean leadership dalam jiwanya . Hal itu dibuktikan ketika Soekarno menuangkan
pemikirannya ini ke dalam Pancasila dan UUD 1945 yang pada saat itu diikuti oleh berdirinya
Jakarta Lloyd inisiatif dari beberapa TNI AL dimana perusahaan ini bergelut di ranah pelayaran
di tahun 1950.

Dalam masa pemerintahannya tidak bisa dipungkiri bahwa Soekarno sangat mempengaruhi
TNI AL dalam menjalankan tugasnya. Konsepsinya tentang penguatan Angkatan Laut sebagai
military power yang tangguh merupakan landasan dan konsep pertahanan-keamaman agar
Angkatan Laut benar-benar menjadi fighting power dalam menjaga laut Indonesia . Keseriusan
Soekarno tidak tanggung-tanggung untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim. Setelah
peresmian dari perusahaan pelayaraan Jakarta Lioyd ditahun 1950, Soekarno kembali melakukan
suatu gerakan untuk mendukung doktrin maritim yang telah dikembangkannya dengan cara
membangun dan meresmikan Institut Angkatan Laut pada tahun 1953. Tepat tahun 1957
Soekarno kembali melakukan terobosan dengan membuat dan meresmikan Akademi Pelayaran
Indonesia (AIP) guna untuk keperluan kemaritiman Indonesia kedepan yang dilakukan oleh
pemuda-pemuda Indonesia dengan motto Nauyan am Avasyabhavi Jivanam Anavasyabhavi (di
darat kita berkarya di laut kita berjaya). Ini merupakan beberapa langkah awal dari Soekarno
yang dinilai sangat tepat dalam persiapan mewujudkan Indonesia menuju negara maritim dunia.

Setelah penguatan kelembagaan terkait denga maritim, Soekarno dibenturkan dengan


permasalahan batas laut yang menjadi kendala besar Indonesia baik secara nasional maupun
secara internasional. Oleh sebab itu Soekarno bersama perdana menteri Djuanda pada saat itu
bersama memikirakan jalan keluar untuk mengatasi terkait dengan perbatasan laut yang pada
waktu itu masih menggunakan peraturan kolonial Teritoriale Zee en Kringen Ordonantie.
Peraturan bawaan penjajah ini sudah dinilai sebagai hal yang tidak menguntungkan bagi
Indonesia sehingga mau tidak mau harus ada upaya pembaharuan dalam peraturan tentang laut
Indonesia.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka Mochtar Kusumaatmadja yang merupakan seorang
ahli hukum laut waktu itu, menyusun peraturan yang terkait dengan celah-celah dan batas-batas
laut negara kepulauan yang sekiranya bisa merubah dan menguntungkan Indonesia di bidang
kelautan. Oleh sebab itu, Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno melalui Perdana Menteri
Djuanda mencetuskan “Deklarasi Djuanda” tepat pada tanggal 13 Desember 1957 yang seiring
dengan berjalannya waktu dikenal deklarasi ini dikenal dengan istilah wawasan nusantara di
tahun 1967

Sumber :

Sudharmono, Sejarah Asia Tenggara Modern: Dari Penjajahan ke Kemerdekaan. Yogyakarta: Ombak,
2015.

Anda mungkin juga menyukai