Dinamika
Pergerakan Al Washliyah
dari Zaman ke Zaman
2 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 3
DINAMIKA
PERGERAKAN
AL WASHLIYAH
DARI ZAMAN KE ZAMAN
Perdana Publishing
& Majelis Pendidikan Pengurus Besar
Al Jam’iyatul Washliyah
4 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
Diterbitkan oleh:
PERDANA PUBLISHING
Kelompok Penerbit Perdana Mulya Sarana
(ANGGOTA IKAPI No. 022/SUT/11)
Jl. Sosro No. 16-A Medan 20224
Telp. 061-77151020, 7347756 Faks. 061-7347756
E-mail: perdanapublishing@gmail.com
Contact person: 08126516306
Bekerjasama dengan
Majelis P Pendidik
endidikan
endidik an
Pengurus Besar Al Jam’iyatul W ashliyah
Washliyah
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 41, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
ISBN 978-602-8935-71-5
PENGANTAR PENULIS
A
llahlah yang Mahakuasa, Maha segala-galanya, yang
menganugerahkan kita potensi berupa akal sehingga
dengannya manusia dapat mengenal peradaban
dengan karya tulis sampai dapat dibaca dan diapresiasi kini,
esok, dan nanti. Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw.,
the most influence people in the world, dengan ayat iqrâ’ yang
sangat masyhur dengan perintah bacanya. Lantas apa yang
mau dibaca!, yang pasti adalah yang tersurat, tersirat, dan
yang terakhir (meminjam istilah mantan Gubernur Sumatera
Utara: H. Syamsul Arifin, SE.) yang tersuruk.
Buku adalah yang paling mudah dibaca setelah kita mengenal
tradisi baca tulis, dan dengan berkembangnya dunia cyber, kini
sudah ada e-book . Lahirnya buku di hadapan sidang pembaca
ini memang sengaja dihadirkan untuk mengambil momentum
hajatan lima tahun Al Washliyah, yaitu Muktamar. Naskah yang
telah menjadi buku ini telah lama terpendam dalam file Centre
for Al Washliyah Studies (CAS) di kampus Universitas Al Washliyah
(UNIVA) Medan, dan sangat sayang sekali kalau tidak di-
publikasikan seperti “fatwa Hegel,” publish or perish, terbitkan
atau musnahkan.
Memang diskursus tentang Al Washliyah terkadang ter-
fokus pada dinamika sejarah dan bagi sebagian kalangan mem-
bosankan. Tetapi bagi saya, seperti Hasan al-Banna yang pernah
5
6 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
Asari, MA., Prof. Dr. Ramli Abdul Wahid, MA., Prof. Dr. Al Rasyidin,
M.Ag., Gunawan, Ja‘far, dan saya sendiri telah menulis buku
Al Jam’iyatul Washliyah: Potret Histori, Edukasi, dan Filosofi,
fokus kajiannya adalah perkembangan Al Washliyah di Aceh
dan Bali, perkembangan madrasah dan perguruan tinggi,
dan sejarah singkat organisasi bagian Al Washliyah, dan
kedua literatur klasik Al Washliyah di atas tetap menjadi
rujukan utama. Terkadang, saya berkelakar kepada mahasiswa
dan kader bahwa “siapa yang menguasai buku itu, maka sudah
dapat berdebat dengan Profesor yang paling botak sekalipun.”
Seandainya buku ini masuk dalam kategori kitab kuning, maka
inilah kitab kuning sejarah organisasi Al Washliyah.
Buku bertajuk Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari
Zaman ke Zaman ini mencoba mengutip dokumentasi yang
tercecer yang sangat sayang dibuang. Misalnya, berita dalam
koran Jayakarta terbitan Jakarta tentang upaya Ustaz H. Muhammad
Ridwan Ibrahim Lubis dan (alm.) H. Aziddin, SE., yang menerobos
Istana Yogyakarta untuk bersilaturrahmi dan berdakwah. Termasuk
majalah Obor Ummat yang sudah “almarhum” masih layak
dijadikan referensi untuk memotret Al Washliyah yang meya-
kinkan pemerintahan Orde Baru bahwa “Al Washliyah tidak
ke mana-mana, tapi ada di mana-mana”. Yang tidak kalah
penting adalah buku Zein Hasan tentang Diplomasi Indonesia
di Luar Negeri yang juga memotret kiprah Ismail Banda dengan
misi haji dan Ja’far Zainuddin yang bergerak di bawah tanah
untuk mempropagandakan Indonesia Merdeka. Sayang, Ismail
Banda meninggal di usia muda dan sampai saat ini belum dikenal
dan diingat jasa-jasanya.
Saya sangat menyadari buku ini jauh dari sempurna,
8 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
MAJELIS PENDIDIKAN
PENGURUS BESAR
AL JAM’IYATUL WASHLIYAH
SAMBUTAN
Bismillahirahmanirrahim
Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabaraktuh
P
uji syukur ke hadirat Allah Swt., yang telah memberikan
rahmat, kurnia, dan hidayah sehingga kita tetap
dalam iman dan Islam, mampu lebih kuat beribadah
kepada-Nya. Shalawat dan salam kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Saw yang telah membawa syariat Islam
bagi umat manusia, dan semoga kita tergolong orang-orang
yang mendapat syafaatnya. Aamiin.
Saat ini pendidikan tinggi Al Washliyah semakin berkembang
baik secara kualitas pembelajaran maupun kuantitas fisik
dan sarana pendidikannya. Komunikasi dan kerjasama sesama
perguruan tinggi Al Washliyah terus terbina, pengelolaan
jurnal sesuai dengan akreditasi yang ingin dicapai semakin
menampakkan kemajuan. Pembinaan terhadap dosen-dosen,
aktif dilakukan. Demikian pada tahun 2020 ini Majelis Pendidikan
PB. Al Washliyah telah berhasil menetapkan Kurikulum Mata
9
10 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
MAJELIS PENDIDIKAN
PB AL JAM’IYATUL WASHLIYAH
Dr. Ir. H. Amran Arifin, MM., MBA. Ridwan Tanjung, S.H., M.Si.
Ketua Sekretaris
12 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
MENGENAL VISI
AL JAM’IYATUL WASHLIYAH
(Catatan Pengantar)
K
arel A. Steenbrink, seorang ilmuwan Belanda, pernah
menyebut bahwa Al Washliyah adalah organisasi
terbesar ketiga setelah Nahdlatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah. Hampir menjelang satu abad (1930-2015),
Al Washliyah telah memberikan kontribusi nyata tidak saja
bagi kemajuan Indonesia, tetapi juga kontinuitas tradisi Islam
Sunni di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk membuktikan
bahwa Al Washliyah berpartisipasi dalam melestarikan mazhab
Sunni, bahkan para ulamanya adalah para pewaris mazhab
Sunni yang sah, karena sanad keilmuan mereka menyambung
sampai kepada para pemuka mazhab tersebut.
12
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 13
DAFTAR ISI
Pengantar Penulis 5
Akar Historis 25
Identitas, Tujuan dan Amal Ittifaq 35
· Identitas 36
· Tujuan dan Amal Ittifaq 42
22
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 23
AKAR HISTORIS
25
26 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
AKAR HISTORIS
M
engutip pendapat cendikiawan Barat seperti
Karel A. Steenbrink, ada empat faktor terpenting
bagi perubahan Islam di Indonesia pada permulaan
abad ke XX. Pertama, munculnya keinginan kembali kepada
Alquran dan hadis yang dijadikan sebagai titik tolak untuk
kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada. Kedua, perlawanan
nasional terhadap penguasa kolonial Belanda. Ketiga, usaha
kuat dari orang-orang Islam untuk memperkuat organisasinya
dalam bidang sosial ekonomi, baik demi kepentingan umum
maupun individu. Keempat, adanya pembaruan dalam pendidikan
Islam.1
Sumatera Utara (dulu Sumatera Timur) dalam konteks
seperti yang dikatakan Karel, muncul organisasi pembaharu
seperti Al Jam’iyatul Washliyah.2 Ia mengatakan sembari memuji
Al Washliyah:
Dalam sejarah Islam modern ini memang kegiatan dan
organisasi sosial politik di Jawa dan Sumatera Barat, khususnya
telah mendapat perhatian dari pengamat baik dalam maupun
luar negeri. Organisasi yang tidak begitu spektakuler (tetapi
sangat efisien dan tanpa putus asa, “seperti api dalam sekam,”
tidak menunjukkan diri secara lahiriyah), yaitu Al Jam’iyatul
1
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan
Islam dalam Kurun Modern (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 26-28.
2
Ibid., h. 77.
26
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 27
3
Karel A. Steenbrink, “Kata Pengantar,” dalam Chalidjah Hasanuddin,
Al Jam’iyatul Washliyah 1930-1942: Api dalam Sekam di Sumatera
Timur (Bandung: Pustaka, 1988), h. vii-viii.
4
Tengku Lukman Sinar, “Peranan Ulama dalam Perjuangan Kemerdekaan
Sebelum Proklamasi,” disampaikan pada Seminar Ulama, Koperasi
dan Pengusaha Muslim oleh Panitia Pekan Budaya Islam Masjid Agung
di Gedung Serba Guna Kanwil Depdikbud Sumatera, Sabtu, 2 Sep-
tember 1995, h. 2-4.
28 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
5
Nukman Sulaiman (ed.), Peringatan ¼ Abad Al Djamijatul
Washlijah (Medan: Pengurus Besar Al Washliyah, 1956), h. 36-37.
6
Pada permulaan tahun 1918, para perantau Mandailing di
Medan mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Maktab Islamiyah
Tapanuli (MIT). Yayasan sekolah itu diketuai oleh H.M. Jacob, Ketua
Persatuan Perantau Mandailing di Medan. Sekolah ini dipimpin oleh
tiga ulama Mandailing terkemuka di Sumatera Timur, yaitu Syaikh
Haji Ja’far Hasan, Syaikh Haji Mohammad Joenoes dan Syaikh Haji
Jahja. Ketiga ulama ini adalah alumni-alumni lembaga pendidikan
dari Makkah. Pendirian MIT dengan relasi simbiosis mutualisme Mandailing
dan Melayu menjadi awal “bulan madu” suku Melayu dan Mandailing.
Para pelajar Mandailing di Maktab Islamiyah merasa bertanggung jawab
terhadap misi ini. Untuk itu, mereka membentuk Debating Club (1928)
yang dipimpin oleh Abdurrahman Syihab (putra seorang perantau
Mandailing, Haji Syihabuddin, Qadhi Sultan Serdang), untuk membahas
strategi dan masalah--masalah yang sedang berlangsung. Dalam klub
perdebatan ini, generasi muda sampai kepada kesimpulan bahwa perjuangan
mereka akan berhasil hanya bila mereka memiliki sebuah organisasi
yang kuat dan memperoleh dukungan para anggotanya. Setelah beberapa
pertemuan dengan para ulama, akhir dalam sebuah pertemuan di rumah
Haji Muhammad Joenoes Lubis pada 26 Oktober 1930, para pelajar
dan ulama mengeluarkan keputusan untuk mendirikan sebuah organisasi
yang bernama Al-Djam’iatoel Washlijah. Mereka mengeluarkan pengumuman
resmi dalam surat-surat kabar, termasuk Pewarta Deli, pada 30 Nopember
1930. Lihat, Muaz Tanjung, “Pendidikan Islam di Medan Pada Awal
Abad ke-20: Studi Historis tentang Maktab Islamiyah Tapanuli (1918-
1942)” (Medan: IAIN Press, 2012).
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 29
7
Lihat uraian Sulaiman (ed.), Peringatan ¼ Abad, h. 36-37.
8
Lihat uraian Chalidjah Hasanuddin, Al Jam’iyatul Washliyah
1930-1943: Api dalam Sekam di Sumatera Timur (Bandung: Pustaka,
1988), h. 60.
9
Lihat Crawford.anu/edu/events//191//green.local.political diunduh
terakhir 27 November 2014.
30 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
10
Usman Pelly, Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya
Minangkabau dan Mandailing (Jakarta: LP3ES, 1994), h. 185.
11
Ibid., h. 284.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 31
Ismail Banda
34 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
IDENTITAS,
TUJUAN DAN
AMAL ITTIFAQ
35
36 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
IDENTITAS, TUJUAN
DAN AMAL ITTIFAQ
Identitas
S
yaikh Muhammad Yunus pernah menegur Abdur-
rahman Syihab karena aktif mengurus Al Washliyah
sehingga profesinya sebagai guru di Maktab Islamiyah
Tapanuli (MIT) terbengkalai, tetapi hubungan kedua tokoh
ini tidak renggang karena Muhammad Yunus tetap menjadi
Penasehat Al Washliyah.1
Karena kedekatan guru dan murid inilah, Syaikh Muhammad
Yunus2 berkenan memberikan nama organisasi ini, menjadi
Al Jam’iyatul Washliyah, dan sesuai dengan namanya, Al Washliyah
1
Chalidjah Hasanuddin, Al Jam’iyatul Washliyah 1930-1942:
Api dalam Sekam di Sumatera timur (Bandung: Pustaka, 1988), h. 46.
2
Syaikh Muhammad Yunus adalah seorang guru besar yang mening-
galkan jasa bagi murid-muridnya. Ia dilahirkan di Binjai pada tahun
1889 dan orangtuanya H. Muhammad Arsyad berasal dari Penyabungan,
Tapanuli Selatan. Sejak kecil ia sangat rajin menuntut ilmu, pendidikan
yang pernah diikutinya di Binjai adalah di Kampung Percukaian dan
di Titi Gantung dengan Syaikh Abdul Muthalib. Kemudian di Besilam
Langkat untuk mempelajari ilmu fikih dan ilmu mantiq. Dari Besilam
ia melanjutkan pendidikannya ke Dorga Kedah dengan Syaikh Muhammad
Idris Petani. Selanjutnya ia hijrah ke Makkah, belajar dengan Syaikh
‘Abd ar-Rahman, Syaikh ‘Abd Al-Qadir al-Mandily, Syaikh ‘Abd. al-Hamid
dan Syaikh Abd. Majid di Kwala Penang. Di Makkah beliau sempat
mengajar di Maktab Saulatiyah. Nukman Sulaiman (ed.), Peringatan ¼
Abad Al Djamijatul Washliyah (Medan: PB Al Washlijah, 1956), h. 404.
36
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 37
3
Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Ra‘d/21, “merekalah yang
memperhubungkan segala sesuatu yang diperintahkan Allah harus
diperhubungkan”.
38 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
awan serta angin badai yang keras, cahaya itu tidak akan
lenyap. Ia akan tetap bersinar hingga sampai saat yang
penghabisan.
4. Dasar yang berwarna hijau. Artinya, setiap orang Mukmin
itu wajib suci hati, ruhani, jasmani serta budi pekertinya.
Lemah lembut dalam mencapai kemuliaan dan perdamaian
yang kekal di muka bumi ini. “Adakah tidak engkau lihat
sesungguhnya Allah telah menurunkan dari langit akan
air, maka jadilah bumi hijau.” “Sesungguhnya Allah amat
pengasih lagi amat mengetahui (mengkabarkan).” (al-Hajj:
63).
5. Cahaya bulan dan bintang. Artinya, agama Islam dan kaum
Muslim sebagai pedoman petunjuk keselamatan di daerah
dan di lautan dengan jalan lemah lembut. Cahaya di mana
pun tidak dapat dilindungi dan ditutupi apa pun juga. Ibarat
air, ia akan berjalan meratai bumi, lambat laun ia akan
meratai bumi seluruhnya. “Dan Dialah Allah yang telah
menjadikan bagi kamu akan beberapa bintang supaya kamu
dapat petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesung-
guhnya Kami nyatakan beberapa tanda bagi kaum yang
mengerti.” (Alquran).
4
Lihat “Tafsir AD Al Washlijah 1956,” dalam Nukman Sulaiman,
Peringatan ¼ Abad.
5
Abdurrahman Sjihab, “Memperingati Al Djami’ijatul Waslijah
21 Tahun 30 Nopember 1930-30 November 1951,” dalam H.M. Husein
40 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
Tujuan
Pada awal berdirinya, tujuan organisasi ini adalah “untuk
memajukan, mementingkan, dan menambah tersiarnya agama
Islam.” Kemudian, pada tanggal 29 Juli 1934, Al Washliyah
mempertegas tujuannya sebagaimana terkandung dalam
rumusan yang diputuskan pada waktu itu, yakni “Tujuan per-
kumpulan ialah berusaha menunaikan tuntutan agama Islam.”
Ketika itu, para tokoh Al Washliyah berkeinginan atau
bertekad untuk melaksanakan tuntutan agama Islam sekuat
tenaga. Tekad ini selalu dicapkan dalam bai’ah6 yang diikrarkan
seseorang ketika ia dilantik menjadi pengurus dalam Al Washliyah.
Abdurrahman Syihab menegaskan tentang pentingnya
baiah ini:
Sebagai mesin penggerak untuk menumpahkan pikiran,
tenaga dan pengorbanan memenuhi cita-cita Al Waslijah,
maka pemimpin-pemimpin, pengurus-pengurus, anggota-
anggota dan seluruh keluarga Al Washlijah laki-laki, perempuan,
pemuda, angkatan putri dan pandu-pandu haruslah meng-
ucapkan bai’ah dan selalu mengingat bai’ah.7
8
PB Al Washliyah, Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Al Jam’iyatul
Washliyah (Jakarta: PB Al-Washliyah, 2010).
42 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
9
Sjihab, “Memperingati Al Djamijatul Washlijah, h. 7.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 43
DINAMIKA
PERJUANGAN
AL WASHLIYAH
43
44 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
DINAMIKA PERJUANGAN
AL WASHLIYAH
P
embagian periode tahun perjuangan bangsa menurut
ilmu civic adalah (1) Tahun 1908-1927 disebut zaman
perintis, (2) Tahun 1927-1938 disebut zaman penegas,
(3) Tahun 1938-1942 disebut zaman pencoba, (4) Tahun 1942-
1945 disebut zaman pendobrak, dan (4) Tahun 1945-seterusnya
disebut zaman pelaksana. Berdasarkan periodesasi perjuangan
di atas, dapat digarisbawahi bahwa kelahiran Al Washliyah
adalah pada zaman penegas, terus berjuang di zaman pencoba,
dan berkelanjutan sampai zaman pendobrak dan zaman pelaksana.1
Muhammad Hasballah Thaib menyimpulkan periodesasi
Al Washliyah ke dalam tujuh periode.2 Pertama, fase berdiri
sampai menjelang kemerdekaan (1930-1942). Kedua, fase
fakum yakni mulai masuknya tentara Jepang sampai upaya-
upaya mempertahankan kemerdekaan (1942-1947). Ketiga,
fase perjuangan politik (1947-1955). Keempat, fase pembinaan
(1955-1965) yakni Al Wasliyah mulai berkembang di pulau
luar Sumatera, khususnya Jawa dan Kalimantan. Kelima, fase
1
Bahari Emde, “Wijhah Al Washliyah,” dalam Ismed Batubara
dan Ja’far (ed.), Bunga Rampai Al Jam’iyatul Washliyah (Banda Aceh:
Al Washliyah Universitas Press, 2010), h. 25.
2
Muhammad Hasballah Thaib, Universitas Al Washliyah Medan
Lembaga Pengkaderan Ulama (Medan: UNIVA, 1993), h. 72-73.
44
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 45
Fase 1930-1942
Dua tahun berjalan (30 Juni 1932), Al Washliyah mengadakan
reorganisasi kepengurusan. Untuk memperkuat eksistensinya,
para tokoh organisasi ini melibatkan langsung ulama-ulama
puncak dan para bangsawan Melayu ke dalam struktur Al
Washliyah.3 Struktur kepengurusan pun secara otomatis dirombak
menjadi:
3
Menurut Chalijah, Al Washliyah melakukan orientasi kerajaan.
Proses memasukkan nilai-nilai keorganisasian ke rumah kerajaan
mempunyai nilai mazhabistis. Keluarga kerajaan yang menganut
Syâfi‘i dicatat sebagai suatu kesamaan bagi organisasi ini. Berintegrasi
dengan sistem kerajaan yang menjadikan suatu prestise organisasi
Al Washliyah setidak-tidaknya memberi legitimasi formal untuk mudah
bergerak beraktiftas di wilayah Sumatera Timur. Chalijah Hasan,
“Al Jam’iyatul Washliyah Mengembalikan Semangat 1930,” dalam
Ismed Batubara dan Ja’far (ed.), Bunga Rampai Al Jam’iyatul Washliyah
(Banda Aceh: Washliyah University Press, 2010), h. 16.
46 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
4
Nukman Sulaiman (ed.), Peringatan ¼ Abad Al Djamijatul
Washlijah (Medan: PB Al Washlijah, 1956), h. 40.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 47
6
MUI Sumatera Utara, Sejarah Ulama-Ulama Terkemuka Sumatera
Utara (Medan: MUI Sumatera Utara, 1988), h. 18.
7
Sulaiman (ed.), Peringatan ¼ Abad, h. 41.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 49
8
Abdurrahman Sjihab, “Memperingati Al Djami’ijatul Waslijah
21 Tahun 30 Nopember 1930-30 November 1951,” dalam H.M. Husein
Abd. Karim, 21 Tahun Al Dj Washlijah (Medan: Pustaka Al Washlijah,
1951), h. 12.
50 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
9
Usman Pelly, Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya
Minangkabau dan Mandailing (Jakarta: LP3ES, 1994), h. 194-195.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 53
10
Muhammad Junus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
(Jakarta: Bulan Bintang, 1957), h. 171.
11
Sulaiman (ed.), Peringatan ¼ Abad, h. 44.
54 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
12
Ibid., h. 50-51.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 55
13
Ibid., h. 41, 44.
14
Ibid.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 57
Ibid., h. 56.
15
17
Hasanuddin, Al Jam’iyatul Washliyah, h. 85-89.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 59
18
Sulaiman (ed.), Peringatan ¼ Abad, h. 42.
19
Ibid., h. 55.
20
Ansari, “Politik Kolonialisme Terhadap Kristenisasi: Sikap Al
Washliyah dalam Menghadapi Arus Kristenisasi,” dalam Jurnal Penelitian
Medan Agama, Edisi No.1/Thn.1/2002, h. 157-163.
60 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
21
T.W. Arnold, The Preaching of Islam: a History of the Propogation
of the Muslim Faith (London: Constable & Company, 1913), h.1,
sebagaimana dikutip oleh Ansari, “Politik Kolonialisme terhadap Kristenisasi:
Sikap Al Washliyah dalam Menghadapi Arus Kristenisasi,” dalam Jurnal
Penelitian Medan Agama, Edisi No.1/Thn.1/2002, h. 164.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 61
Fase 1942-1947
Konges Al Washliyah yang keempat (15-7 Juli 1944)
dilaksanakan di Binjai, Langkat, juga mengalami penundaan
setahun lebih, karena situasi politik Indonesia yang tidak
menguntungkan di bawah pemerintahan Jepang. Kongres
22
Ibid., h. 92.
23
Ibid., h. 131.
24
Ismed Batubara, “Gerakan Pemuda Al Washliyah dalam Bingkai
Historis (1941-2008),” dalam Ismed Batubara dan Ja’far (ed.), Bunga
Rampai Al Jam’iyatul Washliyah (Banda Aceh: Al Washliyah University
Press, 2010), h. 104.
62 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
yang sudah siap dimulai itu pun hampir gagal, karena utusan
pemerintah Jepang pada tiga jam sebelum pembukaan datang
untuk menggagalkan Kongres, yang sebenarnya telah memperoleh
izin dari pemerintah Jepang beberapa minggu sebelumnya.
Namun setelah ada penjelasan dan jaminan dari PB Al Washliyah,
Abdurrahman Syihab, untuk tidak membicarakan politik
dan tata pemerintahan, maka menjelang Maghrib, barulah
Kongres diizinkan untuk dibuka. Ketika itu, keputusan-keputusan
Kongres pun sebagian besar mengarah kepada konsolidasi
internal organisasi.25
Setelah Indonesia diproklamirkan oleh Bung Karno dan
Hatta sebagai negara merdeka tahun 1945, Al Washliyah terlambat
mendapat informasi yang fundamental ini. Keterlambatan
itu disebabkan situasi dan kondisi masyarakat Indonesia yang
masih sangat memprihatinkan, di samping keberadaan Jepang
yang menghalangi penyebarluasan berita tersebut. Setelah
mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka, upaya penyebar
luasan pun terus dilakukan, khususnya oleh T.M. Hasan,26
dengan melakukan kontak ke berbagai wilayah di Sumatera,
seperti Palembang, Jambi, Bukit Tinggi, Tarutung, Pematang
Siantar dan Medan. Berita yang menggembirakan tersebut
tersebar luas secara resmi di kota Medan pada tanggal 30
September 1945, pada saat peresmian Barisan Pemuda Indo-
nesia (BPI) yang bertempat di sekolah Taman Siswa jalan Ampelas
Medan. Ketika itu, T.M. Hasan menyampaikan berita yang
Ibid., h. 123.
25
Bintang, 1990), h. 3.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 63
27
H.R. Syahnan, dari Medan Area ke Pedalaman dan Kembali
ke Kota Medan (Medan: Dinas Sejarah Kodam 11/BB, 1982), h. 9-11.
28
Syamsuddin Ali Nasution, “Al-Jamiyah Al Washliyah dan Peranannya
dalam Dakwah Islamiyah di Indonesia” (Disertasi: Universiti Ma-
laya, 2000), h. 190-196.
29
M. Zein Hasan, Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri
(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 32.
30
Ibid., h. 34.
64 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
31
Ibid., h. 47-48.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 65
36
Ibid., h. 200.
68 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
37
Ibid., h. 200.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 69
38
Ibid.
70 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
39
Wara Sinuhaji, “Patologi Sebuah Revolusi: Catatan Anthony Reid
tentang Revolusi Sosial di Sumatera Timur, Maret 1946,” dalam Historisme,
Edisi No.23/Tahun XI/Januari 2007, h. 58.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 71
40
Sulaiman (ed.), Peringatan ¼ Abad, h. 201; T. Lukman Sinar,
“Peristiwa-peristiwa di Awal Proklamasi Kemerdekaan yang Terjadi di
Medan,” dalam Analisa, 15 Agustus 2006.
72 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
41
Erwan Efendi, “69 Tahun Revolusi Sosial Revolusi Sosial di Simalungun,”
dalam Waspada, 2 April 2014, h. B8.
42
Usman Pelly, “Pasang Surut Tokoh-tokoh Al Washliyah,” dalam
Waspada, 27 Desember 2010.
43
Ismed Batubara, “Al Washliyah: Republiken Sejati (Sepercik
Catatan tentang Nasionalisme),” makalah disampaikan dalam seminar
sehari menyongsong HUT Al Washliyah ke-81 tanggal 21 November
2011 di Aula UNIVA Medan.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 73
Fase 1947-1955
Fase ini adalah fase revolusi fisik di mana pada tanggal
21 Mei, 1947, sebulan sebelum tentara Belanda melancarkan
kampanye pertama untuk menguasai seluruh kota-kota besar
di Sumatera Timur, para ulama Al Washliyah dan Muhammadiyah,
bersama dengan faksi-faksi Islam lainnya, menyelenggarakan
Konferensi Ulama di Tebing Tinggi. Konferensi ini berfokus
pada posisi Sultan-Sultan Melayu sebagai Ulil Amri (pelindung
umat Islam) di Sumatera Timur dan juga kemungkinan kesultanan-
kesultan Melayu akan mendirikan negara terpisah dengan
perlindungan Belanda.
Konferensi memutuskan untuk mengeluarkan pengumuman
dan fatwa (menurut hukum Islam) kepada semua orang di
Sumatera Timur. Sebagai ulama, mereka mengaku bahwa
Republik Indonesia adalah satu-satunya pemerintah yang disahkan
oleh rakyat. Karena itu, Kesultanan Melayu telah makzul (tamat).
Dengan perkataan lain, para ulama tidak lagi mengakui sultan-
44
Pelly, Urbanisasi dan Adaptasi, h. 202.
74 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
45
Sulaiman (ed.), Peringatan ¼ Abad Al Washlijah, h. 176.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 75
46
Ibid.
47
Ibid., h. 126.
76 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
48
Ibid., h. 239.
49
Berpusat di Madrasah Washlijah yang baru dibangun di Tebing
Tinggi (di samping rumah Residen Wadena sekarang). Tempat mengadakan
latihan ialah di Gunung Ketaran, suatu tempat seluas 14 ha., kilo-
meter 11 dari Tebing Tinggi menuju Siantar. Tempat tersebut merupakan
tanah yang telah diberikan pemerintah kepada Al Washliyah untuk
pembangunan panti anak yatim piatu pindahan dari Medan. Jawatan
Kereta Api pun telah meresmikan sebuah halte yang disebut “halte
Washliyah.” Ibid.
50
Ibid.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 77
51
Yang dimaksud dengan daerah pendudukan adalah daerah
yang diduduki Belanda, yang umumnya berada di kota-kota, khususnya
di kota Medan. Sedangkan daerah pedalaman adalah tempat di mana
pengurus Al Washliyah ada di daerah perjuangan atau pengungsian,
yakni di Rantau Prapat dan Tapanuli Selatan.
52
Ibid.
78 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
Lihat http://nbasis.wordpress.com/2012/11/27/perintis-pemerintahan-
53
Memutuskan:
1. Kongres Al Washliyah ke VII menuntut supaya NST dibubarkan
dan seluruh Sumatera Timur dikembalikan kepada Republik
Indonesia.
2. Seluruh kaum Muslimin dan Muslimat tidak boleh turut
menghalang-halangi pengembalian Sumatera Timur kepada
RI, karena yang demikian berarti turut menghalang-halangi
berdirinya kebenaran dan keadilan menurut hukum Islam.
3. Sampai hari ini hak-hak keagamaan yang telah dikuasai
kepada Jawatan Agama RI masih tetap berlaku di seluruh
Sumatera Timur.
Tuntutan:
Menurut Pasal 18 dari Undang-Undang Dasar Sementara
RIS bahwa setiap orang merdeka dan bebas menganut, meng-
amalkan, mentaati dan mengajarkan peraturan-peraturan
agama menurut paham yang diyakininya. Sebab itu pemerintah
NST tidak berhak memaksa orang mematuhi peraturan-peraturan
Jabatan Agama yang bertentangan dengan keyakinan orang
lain.54
Di samping itu, Kongres juga berhasil memutuskan kepengu-
rusan baru walaupun komposisi personalianya tidak terlalu
54
Sulaiman (ed.), Peringatan ¼ Abad Al Washlijah, h. 165.
80 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
55
Ibid., h. 163.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 81
Kongres Al Washliyah
Ke VIII di Porsea57
56
Agus Mulyana, et al., Pendidikan Ahlussunnah Waljamaah dan
Ke-NU-an (Tangerang: Jelajah Bangsa, 2011), h. 57.
57
Ibid., h. 184.
82 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
58
Ibid., h. 186-189.
84 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
Fase 1955-1965
Fase ini fase peralihan dari demokrasi liberal ke demokrasi
terpimpin. Hasil Pemilu 1955 tidaklah memuaskan golongan
Islam, karena tak mendapatkan suara mayoritas. Pada Pemilu
1955, Partai Komunis Indonesia (PKI) memperoleh suara ter-
banyak keempat setelah PNI, Masyumi, dan NU. Basisnya di
daerah-daerah pusat kemiskinan.
Skor hasil Pemilu 1955 menampilkan kejutan. Partai Sosialis
Indonesia (PSI), yang diduga mendapatkan suara banyak,
justru turun kelas. Nasib serupa dialami Partai Indonesia Raya
(PIR), akibat pecah sebelum pemilihan. Sebaliknya Nahdlatul
Ulama (NU), setelah keluar dari Masyumi, langsung menyeruak
ke atas. Namun, boleh dikata, yang memperoleh suara di luar
dugaan adalah Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 85
61
Ahmad Fuad Said, Peranan Ulama dalam Merebut & Mengisi
Kemeredekaan RI (Medan: Pustaka Babussalam, 1998), h. 40; Muhammad
Hasballah Thaib (ed.), Syeikh H. M. Arsyad Thalib Lubis Pemikiran dan
Karya Mounumental (Medan: Perdana Publisihing, 2012), h. 22.
62
Muhammad Hasballah Thaib dan Zamakhsyari Hasballah (ed.),
Mengenal Almarhum Al-Fadhil Adnan Lubis Kader Nadwatul Ulama
India (Medan: Perdana Publisihing, 2012), h. xvi.
63
Konstituante Republik Indonesia, Risalah Perundingan Tahun
1958 Djilid III Sidang ke II Rapat ke 12 sampai ke 25 (Bandung: Masa
Baru, 1958), h.1176.
64
Bahrum Jamil, Batu Demi Batu di Bawah Panas yang Terik UISU
Kami Dirikan (Medan: Ma’had Muallimin Al Washliyah UISU, 1992),
h. 42.
65
Sulaiman (ed.), Peringatan ¼ Abad, h. 391; M. Amin, “H. Abdul
Majid Siradj, MA: Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kelima Tahun 1977-
1980,” dalam Team Penyusun PTA Medan, Ulama di Mata Ummat, Hakim
di Mata Hukum (Sebuah Kenangan Ketika Ulama Memimpin Pengadilan)
(Medan: Bank Sumut, 2011), h. 140.
88 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
66
Biografi H. Lukman Yahya yang diserahkan beliau selepas mem-
berikan kata sambutan pada peluncuran buku Mengenang Al Fadhil
H. Adnan Lubis Kader Nadwatul Ulama India di UNIVA tanggal 12
Mei 2012.
67
Panitia Penyusunan Buku, Lustrum VI UNIVA 1958-1988 (Medan:
UNIVA, 1988), h. 27.
68
Muhammad Hasballah Thaib, Universitas Al Washliyah Medan
Lembaga Pengkaderan Ulama di Sumatera Utara (Medan: UNIVA, 1993),
h. 79.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 89
69
Usman Pasaribu, “Kenangan dari Bandung,” dalam Bahrum
Jamil, Batu Demi Batu di Bawah Panas yang Terik UISU Kami Dirikan
(Medan: Ma’had Muallimin Al Washliyah UISU, 1992), h. i.
70
Ismed Batubara, “Histori Awal HIMMAH dan Dinamikanya,”
dalam Ja’far dan Ahmad Mushlih (ed.), Potret HIMMAH: Menyibak
Sejarah, Gerakan dan Identitas (Banda Aceh: PeNA, 2007), h. 68.
71
Tentang Al Ittihadiyah, lihat Al Rasyidin, “Dinamika Historis
Al Ittihadiyah,” dalam Anzizhan & Syafaruddin (ed.), Al Ittihadiyah
Menjalin Kebersamaan Membangun Bangsa (Jakarta: Hijri Pustaka
Utama, 2006), h. 179.
72
Pengurus Besar Al-Waslijah, Buku Kumpulan Muktamar XI-XII
Al-Washlijah di Langsa Atjeh Timur 30 November-4 Desember 1962
(Medan: Budi Luhur, 1962).
90 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
73
Al Rasyidin, “Kondisi Sosio Politik Indonesia Menjelang Kelahiran
HIMMAH,” dalam Ja’far dan Ahmad Mushlih (ed.), Potret HIMMAH:
Menyibak Sejarah, Gerakan dan Identitas (Banda Aceh: PeNA, 2007),
h. 55.
74
Ismed Batubara, “Histori Awal HIMMAH dan Dinamikanya,”
h. 72.
75
Syamsul Bahri, Penumpasan G. 30 September/PKI di Sumatera
Utara (Medan: Yayasan Pembaharuan Pemuda Indonesia, 1992), h.
79.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 91
dalam KAMI antara lain Yahya Tanjung, Husni Ar, Arief Fadillah,
Usman Mulyadi, Rifa’i Nasir, A Latif Manurung, Daenuri, A
Latif Husein, Syamsul Lubis, A. Wahab Lubis, dan Sulaiman
Harsjid. Salah seorang kader HIMMAH Sumatera Utara, Arman
Bey Siregar76 dan Umar Lubis pernah menjabat sebagai Ketua
Presidium KAMI Sumatera Utara. Sedangkan A. Muis AY menjadi
pengurus KAMI kota Medan.
Fase 1965-1972
Jauh sebelum meletusnya Gerakan G.30.S/PKI, Ulama
Al Washliyah H.M. Arsyad Thalib Lubis telah menyampaikan
prasaran terhadap komunis pada Muktamar Ulama di Palembang
1956 yang isinya:
Harus kita sadari dan kita insyafkan bahwa komunisme
sebagai suatu ideologi adalah dicita-citakan untuk seluruh
dunia untuk pelaksanaannya akan dilakukan dengan
segenap kekerasan dan paksaan. Baik juga kita mengulangi
membaca sejarah yang penuh berlumuran darah para
kiai dan pemuka Islam dari komunisme di Madiun bulan
September 1948. Oleh karena itu haruslah kita waspada,
karena komunisme adalah imperialisme yang sekejam-
kejamnya. Maka perlu diadakan undang-undang yang
melarang mendirikan partai yang berpaham anti Tuhan
(Komunisme) di Indonesia. Hal ini terutama mengingat
bahwa negara Republik Indonesia adalah berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.77
76
Ibid.
77
Makalah yang dibacakan dalam Muktamar Ulama se-Indo-
nesia di Palembang tanggal 8-11 September 1957.
92 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
78
Pasaribu, “Kenangan dari Bandung,” h. i.
79
Muhammad Ridwan Ibrahim Lubis, HIMMAH Sadar Ilmiyah
Sadar Amaliyah (Jakarta: PP HIMMAH, 1990), h. 1-3.
80
Fajar Hasan Mursyid, “Syeikh Muhammad Arsyad Thalib Lubis
dan Peranannya dalam Menghadapi Gerakan Kristenisasi di Sumatera
Utara” (Bangi: Universitas Kebangsaan Malaysia, 2008), h. 60.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 93
81
Ibid., h. 104.
82
Muhammad Nizar Syarif, “Melirik HIMMAH Tahun 1970-an
Ditinjau Dari Sudut Dakwah Islam,” dalam Ja’far dan Ahmad Muslih
(ed.), Potret HIMMAH: Sejarah, Gerakan dan Identitas (Banda Aceh:
PeNA, 2005), h. 99.
94 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
Fase 1972-1983
Fase ini Al Washliyah kehilangan ulama dan organisatoris
andalnya, yaitu H.M. Arsyad Thalib Lubis pada tanggal 6 Juli
83
Ibid.
84
Ibid.
85
M. Idris, “Al Washliyah Memberantas Keterbelangan Ummat,”
dalam Obor Ummat, Edisi 30 Nopember 1988, h. 7.
96 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
88
A. Basit Adnan, Ada Apa di PPP Disertai Rekaman Hasil Tiga
Kali Pemilu Dan Masalah Politik yang Meliputnya (Solo: Mayasari,
1982), h. 42-43; lihat juga Muhammad Hasballah Thaib dan Zamakhsyari
(ed.), Syeikh H. M. Arsyad Thalib Lubis Pemikiran dan Karya Mounumental
(Medan: Perdana Publisihing, 2012).
98 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
89
Menurut intelektual Al Washliyah, Dr. Abd. Rahman Dahlan,
MA, asbâbun nuzûl lahirnya ketentuan pasal tersebut karena adanya
beberapa oknum Al Washliyah mulai membawa simbol-simbol Al Washliyah
ke dalam partai politik pada saat Pemilu 1977. Lihat Abd. Rahman
Dahlan, “Independensi Al Washliyah,” dalam Ismed Batubara dan Ja’far
(ed.), Bunga Rampai Al Jam’iyatul Washliyah (Banda Aceh: Al Washliyah
University Press, 2010), h. 56.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 99
Fase 1983-2015
Menurut PB Al Washliyah, asset pendidikan Al Washliyah
pada tahun 1984 adalah sebagai berikut:
Pendidikan Agama:
Ibtidaiyah : 1034 unit
Tsanawiyah : 97 unit
Aliyah : 38 unit
Muallimin/at : 1 unit
Universitas : 1 unit
Pendidikan Umum:
Taman Kanak-kanak : 2 unit
Sekolah Dasar : 9 unit
SMP : 26 unit
90
Ahmad Perdana, et al., Mereka Berkata tentang Abdullah Syah
(Medan: Duta Azhar, 2009), h. 20.
100 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
SMA : 6 buah
SPG : 4 buah
SMEA : 1 unit
IKIP : 1 unit
91
Resiprokal, yakni sikap orde baru yang saling memberi angin
dan tidak bersebelahan dengan Islam, sementara Akomodatif, sikap
Orde Baru yang semakin baik dan mesra dengan umat Islam. Lihat
Kuntowijoyo, Identitas Politik Ummat Islam (Bandung: Mizan, 1997),
h. 198. Misalnya diakomodasinya kepentingan umat Islam dengan
disahkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama. Lihat Darmansyah Hasibuan, “Pengaruh Teori Resepsi dalam
Penerapan Hukum Islam di Indonesia,” dalam Jurnal Mimbar Hukum,
No. 64 Thn. XV 2004, h. 89.
92
Bahrum Jamil, “Menyongsong Muktamar Al Washliyah Ke-XVI
di Ibu Kota Indonesia,” dalam Harian Mimbar Umum, 14 Agustus 1985.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 101
93
”Ulama Punya Tugas Rangkap: Mendidik Masyarakat dan
Mengajak Membangun Negara,” dalam Harian Mercu Suar, 13 Desember
1976, h. 4.
102 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
94
Muhammad Ridwan Ibrahim Lubis, Kepribadian Anggota dan
Pengurus Al Washliyah (Jakarta: PP HIMMAH, 1994), h. 9-10.
95
Burhanuddin Al Butary, Ruh Pengembangan Al Washliyah (Kisaran:
t.p, 1995), h. 23.
96
"Harapan Setelah Asas itu Diterima,” dalam Obor Ummat, Edisi
30 Nopember 1988, h. 5.
97
Ibid.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 103
98
Lihat Laporan Pertanggungjawaban PB Al Washliyah Periode
1986-1992.
99
"Malam di Kraton Yogya: Sri Sultan Hamengkubuwono X
Sujud Tilawah Bersama Ribuan Jamaah,” dalam Harian Jayakarta,
5 Mei 1989.
100
"Membuka Lahan Baru Al Washliyah Kulonuwon Masuk Yogya,”
dalam Harian Jayakarta, 5 Mei 1989.
104 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
101
Ibid.
102
Lihat Laporan Pertanggungjawaban PB Al Washliyah Masa
Bakti 1992-1997, h. 15.
103
Ibid, h. 29.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 105
104
Lihat Laporan Pertanggungjawaban PB Al Washliyah Periode
Muktamar XIX tanggal 23-25 April 2010, h. 5.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 107
ASET
AL WASHLIYAH
109
110 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
ASSET AL WASHLIYAH
Lembaga Pendidikan
A
ntara tahun 1950-1980, jumlah sekolah-sekolah
Al Washliyah meningkat dari 15 menjadi 68. Peningkatan
kuantitas itu juga dilatari fakta bahwa setelah tahun
1952, wilayah Medan diperluas dengan memasukkan sebagian
wilayah kecamatan yang ada di wilayah Deli Serdang. Sekolah-
sekolah Al Washliyah di sana dialihkan kepada Al Washliyah
kecamatan Medan. Sekolah-sekolah Al Washliyah lebih banyak
tersebar dan Al Washliyah memiliki 16.149 pelajar. Al Washliyah
memiliki 87 sekolah di sejumlah kecamatan kota Medan.
Lembaga pendidikan Al Washliyah untuk tingkat Ibtidaiyah/
SD, MTs/SMP dan MAS/SMA mayoritas ada di Sumatera Utara,
hanya sedikit yang ada di luar Sumatera Utara, baik itu di Aceh,
Pekanbaru, Jakarta, Jawa Barat dan Kalimantan. Belum ada
data yang valid tentang keberadaan sekolah-sekolah tersebut.
Sampai 2003, Al Washliyah Sumatera Utara memiliki
9 unit TK umum:1
1
Dja’far Siddik, Rosnita dan Ja’far, Lembaga-lembaga Pendidikan
Al Washliyah di Sumatera Utara 2000-2010 (Medan: Lembaga Penelitian
IAIN-SU, 2011), h. 102.
110
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 111
No Kabupaten/kota Jumlah
1. Medan 2 unit
2. Tebing Tinggi 1 unit
3. Tanjung Balai 1 unit
4. Pematang Siantar 1 unit
5. Langkat 1 unit
6. Karo 1 unit
7. Asahan 1 unit
8. Labuhan Batu 1 unit
Jumlah 9 unit
No Kabupaten/kota Jumlah
1. Medan 1 unit
2. Labuhan Batu 2 unit
Jumlah 3 unit
2
Ja’far, “Geliat Al Washliyah di Negeri Syariat,” dalam Ja’far (ed.),
Al Jam’iyatul Washliyah: Potret Histori, Edukasi dan Filosofi (Medan:
Perdana Publishing dan Centre for Al Washliyah Studies, 2011), h. 63.
112 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
Qismul
No Daerah SMU SMK MA MAM Jlh
Aly
1. Medan 3 4 12 1 2 22
2. Binjai - 2 - 4 4
Tebing
3. 2 - - 3
Tinggi
4. Sibolga - - - - -
Tanjung
5. - - 1 1 2
Balai
Pematang
6. - - 1 1 2
Siantar
7. Langkat - - 3 8
8. Karo - - - - -
Deli
9. - 35 1 2 52
Serdang
10. Asahan 1 1 1 1 1 37
Labuhan
11. - 2 25 - 39
Batu
12. Simalungun 1 2 6 - - 14
Tapanuli
13. 1 - - 1
Selatan
Padang
14. - - - -
Sidempuan
Tapanuli
15. - - 1
Tengah
16. Nias - - 1 - 1
17. Tobasa - - - -
18. Madina - - - -
Jumlah
6 9 85 6 15 143
Total
114 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
3
Fakultas tersebut adalah Fakultas Syariah (18 Mei 1958), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (18 Mei 1959), dan Fakultas Ushuluddin
(18 Mei 1960) di Medan. Kemudian Fakultas Dakwah di Jakarta (11
Mei 1959), Fakultas Tarbiyah (15 Mei 1961), Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Hukum di Sibolga. Selain itu, Fakultas
Syariah, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Rantau Prapat,
Fakultas Dakwah Muhammad Arsyad al-Banjari di Barabai (Kalimantan
Selatan), Fakultas Ekonomi Marga Silima di Kabanjahe Tanah Karo.
dan Fakultas Tarbiyah di Langsa Aceh Timur. Ibid., h. 59.
4
Nukman Sulaiman (ed.), Lustrum VI UNIVA 1958-1988 (Medan:
UNIVA, 1988), h. 111.
116 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
5
Pengurus Besar Al Washliyah, Sekilas Catatan Muktamar Al
Washliyah ke XVIII yang Penuh Kasih Sayang (Jakarta: PB Al Washliyah,
1997), h. 38-39.
6
Lihat Profil UNIVA (Medan: UNIVA, 2010).
7
Pengurus Besar Al Washliyah, Sekilas Catatan Muktamar, h. 39.
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 117
8
Ibid.
9
Ibid.
10
Lihat http://univalabuhanbatu.wordpress.com/.
118 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
11
http://diktipropsu.com/profil/sekolah_sekolah_Tinggi_Ilmu_
Ekonomi_Al_Washliyah_ Sibolga.pdf
12
http://kopertais9.000space.com
120 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
Panti Asuhan
Sejarah Panti Asuhan Al Washliyah dengan pembukaaan
Madrasah Anak Yatim Piatu pada tanggal 1 April 1934 bertempat
di salah satu madrasah Al Washliyah di samping Masjid Raya
Medan, di bawah pimpinan M. Nurdin.13 Setahun kemudian
barulah berdiri Panti Asuhan Al Washliyah.14
Adapun Panti Asuhan Al Washliyah yang masih berdiri
adalah sebagai berikut:
13
Nukman Sulaiman, Peringatan ¼ Abad Al Djamijatul Washlijah
(Medan: PB Al Washlijah, 1956), h. 44.
14
Ibid., h. 45; Muhammad Budi Nasution, “Kewenangan Bertindak
Pengurus dan PertanggunganJawaban Yayasan Amal Dan Sosial Al
Washliyah Jl. Ismailiyah No. 82 Medan” (Skripsi: Fakultas Hukum
UNIVA, 2005, h. 30.
122 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
15
Muhammad Hasballah Thaib dan Hamdani Khalifah, Autobiografi
Ir. H.M. Arifin Kamdi, MS (Medan: t.p., 2004), h. 78.
16
Ibid., h. 79.
17
Wawancara dengan Masykur, ST., Divisi Perkreditan Bank Al
Washliyah tanggal 27 Maret 2015.
124 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 125
REFLEKSI
85 TAHUN
125
126 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
REFLEKSI 85 TAHUN
S
ebagai generasi penerus Al Washliyah dapatlah
dipetik hikmah dari peristiwa demi peristiwa yang
telah dilalui Al Washliyah dari zaman ke zaman.
Al Washliyah adalah potensi nasional yang masih dipandang
sebelah mata oleh pemerintah, dan bahkan terkadang dianak
tirikan dibanding ormas Islam yang lahir di Jawa seperti NU
dan Muhammadiyah.
Ibarat sebuah Perseroan Terbatas, bahwa Indonesia dilahirkan
oleh andil dan saham ormas-ormas Islam yang lahir jauh
sebelum Indonesia merdeka, maka logikanya Al Washliyah
adalah salah satu pemegang saham republik ini yang tidak
boleh dinafikan keberadaannya oleh pemerintah. Pemerintah
menjadi a-historis dan mengidap amnesia.
Tetapi walaupun demikian, Al Washliyah tidaklah perlu
merengek, sebaliknya harus terus bergerak sampai bulan sabit
menjadi purnama dengan ‘amal ittifaq-nya. Semua potensi
harus digerakkan dan friksi harus diminimalkan, berjalan
seiring, bergandeng bahu menuju pantai cita-cita yang telah
disepakati.
126
Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman 127
Oh, Al Washliyah
Bergerak jiwaku mendengar namamu
85 tahun usia yang cukup sepuh
Al Washliyah,
Warna hijaumu buatkan hati teduh
Berjihad dengan ‘amal ittifaq berpeluh, tanpa mengeluh
Karena berharap balasan Ilahi Robbi
Yang telah dipatri melalui syahadat dan bai’ah
DAFTAR
PUSTAKA
129
130 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
137
138 Dinamika Pergerakan Al Washliyah dari Zaman ke Zaman