Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KETAMANSISWAAN

“RESUME”
DOSEN :
Enggar Kartikasari, M. Pd

DISUSUN OLEH:

NAMA : ASRI MAULIDI

NIM : 2018006010

KELAS : 1A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2018
1. Intisari dari pemutaran film dokumenter perjuangan ki Hajar
dewantara

Bagaikan sang rama dan dewi cinta didalam taman pustawan. Ki dan Nyi Dewantara
mengambil kesempatan melepas lelah dengan kegiatan sehari-hari. Mengenangkan Ki Hadjar,
mau tak mau harus menyelami kesibukan perguruan Tamansiswa. Dan memang Ki Hadjar dan
Tamansiswa merupakan suatu kebutuhan, bagaikan bunga dan tangkai yang tak dapat
terpisahkan. Menyebut nama dan mengenangkan Ki Hadjar Dewantara, tak patut kita melupakan
tokoh-tokoh tersebut, yang telah dengan gigih dan dengan segala pengorbanannya, telah
membangun dan menjiwai Tamansiswa bersama dengan Ki Hadjar.
Ki Hadjar Dewantara terlahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat lahir di
Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden
Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka,
berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak itu, ia tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan didepan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan
rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Suatu ketika saat sedang berada di halaman rumah, datanglah Ki Cokro Terjo, Nyi Hajar,
Ki Prana Wirejo, Ki Hajar dan Sutapono Poyo berkumpul dan bercanda tawa bersama
menceritakan masa juang mereka. Tetapi ini merupakan pertemuan terakhir pada Kongres
Tamansiswa 1956.
Pada Kongres terakhir pada tahun 1956 Ki Hajar Dewantara masih sempat
menyampaikan petuahnya yang isinya harus menghilangkan Title kebangsawanan seperti Raden
Mas dan Raden Ayu menjadi Ki bagi laki – laki, Nyi pada perempuan yang sudah menikah dan
Ni kepada perempuan yang belum menikah. Maka dengan itu dapat menyamakan dengan yang
lainya tanpa ada perbedaan. Kita semua kumpul disini merupakan Tradisi keluarga Tamansiswa
yang adanya dekskriminasi tapi mengakui dalam suatu hal yang menjadikan bijaksana. Tidak ada
hukum tertulis maka kebijaksanaan disebut keluarga.
Setelah itu diperlihatkan foto “ 3 SERANGKAI “ yang beranggotakan :
1. Dr. ernes doue dekter berganti menjadi Dr. Danudirdja Setyabudhi.
2. Dr. Cipto Mangoenkoesoemo ( Alm ).
3. Ki Hajar Dewantara dulu Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.
3 SERANGKAT ikut serta dalam Indische Partij merupakan partai pertama kali menuju ke
arah partai politik. Dulu sempat ada himpunan – himpunan partai politik di Sumatra, Jawa,
Sulawesi dan di seluruh Indonesia. Syariat islam belum berani menjadi partai politik.
Risalah yang di ucapkan Ki Hajar Dewantara pada orang – orang Belanda tertera pada
bukunya yaitu “ Als Ik Eens Nederlander Was “ ( Seandainya Aku Seorang Belanda ) yang isinya
menghina Belanda yang berpesta kemerdekaannya di negara Indonesia karna itu tidak sopan.
Pada tahun 22 Ki Hajar Dewantara meninggalkan Andi Karmo dengan maksud mendirikan
Perguruan Nasional. Andi Karmo memiliki maksud dibelakangnya. Pada 3 juli 22 mendapat
bantuan dari tokoh – tokoh nasional seperti Alm. Sutatmo Surosumo dan Alm. Suryoputro dan
lain – lain ikut menentang kolonel Belanda. Masalah perpajakan menjadikan bangku - bangku
dan barang – barang harus di lelang, namun musuh mulai garuk – garuk kepala karena
Tamansiswa masih berjalan.
Ki Hajar Dewantara menjadi Mentri P.Pek pertama dan menjadi anggota Dewan
Pertimbangan Agung dan Anggota Parlemen. Ki Hajar sangat dibutuhkan dalam segala hal akan
perjuangan, walau badan sudah terasa tidak kuat lagi.
Pada tanggal 19 Desember 1956 merupakan hari penting Ki Hajar dimana ia diberikan
gelar kehormatan Doktor Honoris Causa Kebudayaan oleh UGM, yang pelantikannya di hadiri
oleh Presiden RI Ir. Soekarno. Ujar Prof. Dr. Sarjito pada setengah abad lampu bahwanya Ki
Hajar seperti NARAYANG “ Pemuda yang gembira hati dan tidak sedikit humor “. Pendidikan
Nasional berdasarkan kehidupan bangsanya yang dapat mengangkat derajatnya yang dapat
mengikut sertakan semua bangsa.
Ki Hajar Dewantara meninggal, beribu – ribu telegram bela sungkawa disegenap
golongan dan lapisan masyarakat membanjiri keagugannya. Dibawah udara yang sejuk jenazah
Ki Hajar Dewantara di antar dengan upacara kebesaran menuju kemakam Tamansiswa di
Celeban dekat Makam Pahlawan. Rakyat yang kenal akan sosok beliau ikut serta mengantarkan
dan berbaris di sepanjang jalan sekaligus memberi penghormatan terakhir.
2. RENSUMEN “ANDAIKAN AKU SEORANG BELANDA”
Perayaan 100 tahun kemerdekaan Nederland di hindia pada bulan November
.kejadian itu patut di rayakan untuk menandakan kecintaan pada tanah air karna 100
tahun yang lalu mampu melempar penjajah dan mampu merdeka

Alangkah gembiranya merayakan hari nasionaal yang begitu besar artinya Dan
berharap bisa sebentar menjadi seorang Nederlander ,saya akan memohon kelangit yang
tinggi supaya Nederland kekal kekuasaan nya dan sanggup berbuat apa saja.

Tapi tidak ,,saya tidak akan memberi putra negeri ini ikut merayakan bahkan saya
ingin memagar rapat -rapat.jika saya seorang Belanda saya merasa tidak pantas
merayakan kemerderdekaan dinegri yang kita tahan kemerdekaan nya .
Jika saya seorang Belanda saya akan menasehati sesame orang belanda suapaya
janagan menyakiti perasaan orang hindia yang mulai bagun dan sadar supaya tidak
naik darah. Tapi saya bukan orang Belanda ,kalo saya protes orang marah pada saya
,dan saya bisa dituduh kurang ajar ke sri ratu ,raja kita yang terhormat
Apa yang akan kita akan proleh dari mengikuti perayaan itu .tidak ada sedikit pun kecali
peringatan bagi kita bahwa kita bangsa yang belum merdeka dan Nederland tidak akan
memberi kita kemerdekaan.
Tidak, sekali-kali tidak, kalau saya seorang Belanda, saya tidak akan merayakan
jubileum seperti itu disini dalam suatu negeri yang kita jajah. Beri dahulu bangsa yang
terjajah itu kemerdekaannya, barulah merayakan kemerdekaan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai