Anda di halaman 1dari 31

[1]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin ramainya minat masyarak akan olahraga bela diri pencak silat mendorong
penulis untuk menyusun makalah ini. Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela
diri tradisional yang berasal dari Nusantara. Seni bela diri ini secara luas dikenal
di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai
dengan penyebaran suku bangsa Melayu Nusantara. Berkat peranan para pelatih asal
Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.

Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat


Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara
adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia,
Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Ada ironi yang menghinggapi hati negeri ini. Ketika negeri jiran akan bangga dengan
budayanya sendiri, kini kita malah dihinggapi rasa rendah diri terhadap karya budayanya
sendiri, andaikan dulu Bangsa kita adalah Bangsa yang rendah hati namun sekarang bisa
dikatakan sebagai Bangsa rendah diri. Karena banyak anggapan bahwa Pencak Silat adalah
olahraga kampong, padahal Pencak Silat adalah peniggalan nenek moyang kita yang harus
dilestarikan karena Pencak Silat ini memeiliki segi magis yang tinggi yang mampu mengatur
pola prilaku hidup manusia ke arah yang lebih baik.

Oleh karena itu sebagai Bangsa yang menghargai budaya peninggalan nenek moyang,
kita harus melestarikan budaya tersebut. Dengan dimasukannya pencak silat di kurikulum
sekolah itu sangat membantu melestarikan budaya tersebut, karena dapat memperkenalkan
budaya kita sejak dini kepada anak-anak Bangsa kita.
[2]

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa definisi dari Pencak Silat ?


2. Apa tujuan dan manfaat dari Seni beladiri Pencak Silat ?
3. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Pencak Silat di Indonesia ?
4. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Pencak Silat di Asia dan Dunia ?
5. Apasajakah teknik-teknik Pencak Silat?
6. Bagaimanakah aspek dan Bentuk Pencak Silat ?
7. Sebutkan Organisasi Pencak Silat ?
8. Sebutkan Aliran dari Pencak Silat ?
9. Sebutkan dan Jelaskan Perguruan- perguruan Pencak Silat ?
10. Jelaskan tingkatan-tingkatan dalam Pencak Silat ?
11. Apa hubungan Pencak Silat dengan perilaku masyarakat Indonesia ?
12. Apa hubungan Pencak Silat dalam segi spiritual?
13. Jelasakan tingkat kemahiran pesilat ?
14. Jelasakan Peraturan dan Pertandingan Pencak Silat ?
15. Apa kaitan Pencak Silat sebagai Budaya Bangsa Indonesia ?

1.3 Pembatasan Masalah

Pembahasan karya ilmiah ini hanya lebih mendalami aspek-aspek Pencak Silat
Indonesia. Karena pembatasan waktu, dana dan biaya , dalam penulisan ini tidak
mendetailkan segala tentang lingkup Pencak Silat tersebut, namun dapat memberi gambaran
kepada pembaca tentang definisi, sejarah, perguruan, aspek dan bentuk Pencak Silat.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Pencak Silat ?


2. Apa tujuan dan manfaat dari Seni beladiri Pencak Silat ?
3. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Pencak Silat ?
4. Apasajakah teknik, tingkatan aspek dan bentuk Pencak Silat?
5. Sebutkan Organisasi, Aliran dan Perguruan dari Pencak Silat ?
[3]

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah, yaitu :

1. Apa definisi dari Pencak Silat ?


2. Apa tujuan dan manfaat dari Seni beladiri Pencak Silat ?
3. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Pencak Silat ?
4. Apasajakah teknik, tingkatan aspek dan bentuk Pencak Silat?
5. Sebutkan Organisasi, Aliran dan Perguruan dari Pencak Silat ?

1.6 Manfaat Penelitian

1. Sebagai kontribusi terhadap khasanah intelektual masyarakat Indonesia khusunya dan


sejarah budaya Bangsa Indonesia pada umunya.
2. Memberi sumbangan pengetahuan tentang Pencak Silat bagi masyarakat, pembaca,
pemerintah, penulis, dan instansi terkait.
3. Sebagai acuan atau pembandingdalam permasalahan penelitian yang sama.
4. Memberikan ruang lingkup lebih dalam tentang warisan nenek moyang Bangsa
Indonesia.
5. Agar masyarakat Indonesia dapat melestarikan budaya peninggalan leluhur, dengan
meneruskan perjuangannya melalui berbagai aspek.
[4]

Bab II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pencak Silat

Pencak Silat atau Silat (berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri) ialah


seni bela diri Asia yang berakar dari budaya Melayu. Seni bela diri ini secara luas dikenal di
Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura tapi bisa pula ditemukan dalam berbagai variasi
di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan
dan Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah
memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.

Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI(Ikatan Pencak Silat Indonesia).


Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa), adalah nama organisasi yang dibentuk
oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk mewadahi federasi-
federasi pencak silat di berbagai negara.

Suatu Seminar Pencak Silat diadakan oleh Pemerintah pada tahun 1973 di
Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pula dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri
bagsa Indonesia dengan nama "Pencak Silat" yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu
tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah di
jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat. Sedang
kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat.

Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada
peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan. Silat, mempunyai pengertian
gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna
keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau
bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri
dan kebatinan. Definisi Pencak Silat selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI adalah
sebagai berikut :
[5]

Pencak adalah gerak bela-serang, yang teratur menurut sistem, waktu, tempat, dan
iklim dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria tidak mau
melukai perasaan. Jadi pencak lebih menunjuk pada segi lahiriah. Silat adalah gerak
bela-serang yang erat hubungannya dengan rohani, sehingga menghidup suburkan
naluri, menggerakan hati nurani manusia, langsung menyerah kepada Tuhan Yang
Maha Esa1.

Sedangkan menurut RM. Imam Koesoepangat, “pencak adalah gerakan beladiri tanpa
lawan, sedangkan silat adalah gerakan bela diri yang tidak bias dipertandingkan, disini
pencak merupakan sebuah seni”.2

Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan
tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui
sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, (yaitu penduduk daerah pesisir
pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka), berbagai kelompok etnik lainnya yang
menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali,
Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional
mereka sendiri.

Ada yang berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina


dan India dalam silat. Ini ada benarnya, bahkan bisa jadi sesungguhnya tidak hanya itu. Hal
ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah
kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi
dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina,
Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi
dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan
dengan munculnya kebudayaan Melayu.

1
O’ong Maryono, Pencak Silat, Merentang Waktu, ( Yogyakarta : Yayasan Galang, 2000), hlm. 5
2
Murhananto, Menyelami Pencak Silat, ( Jakarta, Puspa Swara , Cet pertama, 1993, hlm. 2. Mengenai
beragam definisi pencak silat lihat juga O’ong Maryono, Ibid, hlm 4-9.
[6]

2.2 Sejarah Silat dan Peradaban

Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari
guru ke murid. Karena hal itulah catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan.
Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke
daerah lain. Seperti asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang
perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh
gerakan tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan
berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan
menggunakan parang, perisai, dan tombak. Seperti yang kini ditemui dalam tradisi
suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.

Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan


tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui
sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir
pulau Sumatera danSemenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang
menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah seperti berada di pulau-
pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk
silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan silek.

Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri


dari Cina dan India dalam silat3. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat
dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan
yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai
kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan
lainnya.

Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan


kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan
munculnya kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan
yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka
meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal
seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.

3
Sheikh Shamsuddin, “Sejarah Perkembangan Pencak Silat di Indonesia”, Makalah, 1987, hlm. 5
[7]

Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika


penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran
agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah
perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu
pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu
berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan
bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari
latihan spiritual.

Silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan


memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing. . Setelah
zaman kemerdekaan, silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi silat
nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan
Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS)
di Singapura, danPersekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh
pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara
resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya
dipertandingkan dalam SEA Games.

Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan


dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis
serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh
situasi dan kondisinya4. Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka
ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama.

Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari


hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan
mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat
dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur. Hanya
secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah
pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman
penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang
menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas. Sejarah perkembangan Pencak Silat
secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu.

4
Asikin, Pelajaran Pencak Silat, ( Bandung: Terate, 1975), hlm 2
[8]

A. Perkembangan Pada Zaman Sebelum Penjajahan Belanda

Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat
berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni
berkembnag menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata
pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang
tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan
hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.

Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat.
Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn ampuh seperti keris, tombak dan
senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan
lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri
individual yang tinggi.

Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai


keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan
syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa
perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian.
Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah,
bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri
yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia5.

B. Perkembangan Pada Zaman Penjajahan Belanda

Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi
perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belanda tidak
memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena
dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya.

Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan
berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa
Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan
sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan.

5
Saleh M, Pencak Silat: Sejarah Perkembangan, Empat Aspek, Pembentukan Sifat dan Gerak,
( Bandung: IKIP, 1991), hlm 7.
[9]

Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau


kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu
pertunjukan atau upacara saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya
dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak
mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.

C. Perkembangan Pada Zaman Kependudukan Jepang

Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda.
Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan
Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-
mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa
serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu
itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat,
yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-
sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang.
Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur
warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang
diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan
Nasional kita6.

Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai
insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula
didudukinya dalam masyarakat kita.

D. Perkembangan Pada Zaman Kemerdekaan

Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk
berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui
guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan
semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan
budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional7.

6
Ibid, hlm. 9
7
Ibid, hlm. 10
[10]

Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18


Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro8. Program
utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh
Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak
Silat di sekolah-sekolah.

E. Perkembangan Pencak Silat di Dunia

Pencak Silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olah raga
kompetisi di bawah penguasaan dan peraturan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara
Bangsa, atau The International Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan
oleh Persilat di beberapa negara di seluruh 5 benua, dengan tujuan membuat pencak silat
menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan Pencak Silat sebagai kompetisi olah
raga internasional. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diizinkan berpartisipasi pada
kompetisi internasional.

Kini, beberapa federasi pencak silat nasional Eropa bersama dengan Persilat telah


mendirikan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat pertama di
luar Asia, mengambil tempat di Wina, Austria.

Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan sebagai bagian program pertunjukan
di Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya. Kejuaraan Dunia terakhir
ialah pada 2002 mengambil tempat di Penang, Malaysia pada Desember 2002.

2.3 Teknik dan Gerakan dasar

Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang.
Praktisi biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan.
Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar,
menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.

Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) & gerak-gerik (pergerakan)9.


Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti
perubahan posisi lawan secara berkelanjutan.

8
Joko Subroto, dan Moh Rohadi, Kaidah-kaidah Pencak Silat Seni yang Tergabung dalam IPSI,
( Solo: CV Aneka, 1996), hlm. 2
9
Ali Marsaban, Kamus Bahasa Indonesia, ( Bandung: Perkasa, 1984), hlm. 221-223.
[11]

Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba
mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat. Bentuk-bentuk gerakan dasar antara
lain:

1). Belaan : Pembuangan-tangkisan-hindaran/elakan-pelepasan kuncian-tangkapan.


Belaan adalah suatu usaha mempertahanka diri yang dilakukan baik dengan tangan maupun
kaki sewaktu menerima serangan.

Macam-macam belaan antara lain:

a) Pembuangan:
Pembuangan adalah teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan memaksa dengan
jalan membuang tenaga serangan lawan.

b) Tangkisan
Tangkisan adalah teknik belaan dengan cara mengadakan kontak langsung (benturan)
terhadap serangan lawan, dengan jalan membendung atau mengalihkan serangan. Berbagai
posisi dalam menangkis dapat dilakukan, baik dengan melangkah maupun diam di tempat,
dengan memperhitungkan posisi terbaik atau menguntungkan untuk melakukan serangan
balasan yang cepat. Yang perlu diperhatika dalam tangkisan adalah koordinasi antara sikap
kuda-kuda, sikap tubuh dan sikap tangan.

Adapun tangkisan terdiri dari dua macam, yaitu:


 Tangkisan (benturan) dengan tangan
 Tangkisan (benturan) dengan kaki

c) Hindaran/Elakan
Hindaran/Elakan adalah teknik belaan dengan cara memindahkan sasaran dari lintasan
serangan.
Teknik elakan dapat dilakukan dengan cara:
 Melangkah dengan satu kaki
 Di tempat
 Memindahkan dua kaki
[12]

Elakan yang baik adalah dapat menghindarkan serangan dan dapat melakukan gerakan
lanjuta (pola sambut) dengan baik.

d) Pelepasan Kuncian
Pelepasan kuncian adalah usaha untuk melepaskan diri dari tangkapan lawan,
dilakukan dengan cara menggunakan satu tangan atau dua tangan.

2). Serangan

Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang.
Praktisi biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan.
Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar,
menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.

a). Dengan tangan : pukulan-colokan-tebasan-sodokan-sikutan-kuncian


b). Dengan kaki : tendangan-dengkulan-menjatuhkan (serampang, ungkit, sapu)

Macam-macam serangan yang dapat dilakukan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a). Serangan dengan tangan
Serangan dengan tangan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu mengepal,
terbuka dan terbuka sebagian dengan memperhatikan lintasan serangan.

Lintasan serangan:
 ke depan lurus
 dari samping
 dari bawah

Macam-macam serangan dengan tangan antara lain:


 pukulan  sikutan
 colokan  kuncian
 tebasan  tangkapan
[13]

 sodokan

b). Serangan dengan kaki


Seperti pada serangan tangan, serangan dengan kaki juga memperhatikan unsur-unsur
teknik tersebut di atas untuk mengembangkan teknik yang benar. Untuk memantapkan
serangan kaki perlu diperhatikan cara melatih kekuatan dan keseimbangan kaki tumpu pada
waktu melakukan tendangan dan sikap tubuh serta sikap tangan yang baik.
Sehingga teknik tendangan menjadi baik dan dapat melakukan sikap atau tindakan
berikutnya setelah melakukan tendangan.

Adapun macam-macam serangan kaki adalah:

 Tendangan
Sikap awal menendang perlu dilatih dari berbagai sikap dan posisi.
Macam tendangan adalah:
 tendangan ke arah depan (A, T)
 tendangan dari samping (C, Sirkel)
 tendangan belakang (B)

 Dengkulan
Dengkulan dilakukan apabila jarak/jangkauan lawan sudah terlalu dekat.

 Serkel
Sapuan guna menjatuhkan lawan dengan cara secepat mungkin.

 Menjatuhkan
Menjatuhkan dilakukan dengan cara: sapuan, ungkitan, kaitan dan guntingan.
Teknik jatuhan dapat dilakukan dengan cara:
[14]

1) Meniadakan keseimbangan kaki tumpu (sapuan, ungkitan, kaitan dan guntingan)


2) Meniadakan keseimbangan dengan didahului tangkapan.

Tujuan
Melatih dasar-dasar melakukan serangan dengan tangan dan kaki secara benar.
 Melatih dasar-dasar melakukan belaan dengan tangan dan kaki secara benar.
 Melatih pembentukan sikap yang benar.
Pelaksanaan
 Kesalahan harus segera dibetulkan
 Pemberian aba-aba dari lambat, teratur, meningkat menjadi cepat dan mendadak
 Merangkaikan beberapa gerakan serangan (colok-tendangan-menjatuhkan)
 Merangkaikan beberapa gerakan belaan (tangkis-hindar)
 Merangkaikan beberapa gerakan bela dan serang tangkis-pukul-tendang.

3. Jurus
adalah suatu rangkaian gerakan teknik pencat silat (pasang-serang-bela) sebanyak 36
(tiga puluh enam) yang dilaksankan sambil melangkah10.

Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh


bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan
tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau
berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan
pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.

Tujuan
 Melatih mengembangkan suatu pola permainan pencak silat
 Menumbuhkan pengertian permainan secara teratur
 Menguasai dan meyakini teknik yang dimiliki.

Pelaksanaan
 Sama dengan pembinaan senam
 Penjelasan unsur-unsur belaan dan serangan (teknik) pada masing-masing jurus.
 Penjelasan pola langkah sesuai dengan tingkatannya tentang cara berpindah dari satu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan kaidah pencak silat PSHT
10
Trisnowati Tamat, Pelajaran Dasar Teknik Pencak Silat, ( Jakarta: Mawar, 1986), hlm. 3.
[15]

 Pemberian aba-aba:
 Pelan dan teratur (untuk pemahaman dan pembentukan sikap dan teknik yang benar)
 ditingkatkan dengan cepat dan pendadakan untuk merangsang gerak cepat dan
bertenaga
 ditingkatkan dengan memberi aba-aba satu hitungan
 Kesalahan segera dibetulkan
 Melatih menggunakan jurus secara berpasangan (2A ><>
 Melatih menggunakan pasangan minimal dua gerakan untuk satu pasang dengan
peningkatan atau tambahan macam penggunaan pasang di tingkat atasnya

4. Pasang
adalah suatu sikap gerak lemah lembut gagah berwibawa dan terbuka yang
merupakan perangkap agar lawan mau menyerang, tetapi disertai kesiapan untuk melakukan
belaan dilanjutkan serangan masuk11.
Tujuan
 Melatih menyiapkan kondisi siap menyerang dan siap diserang
 Melatih meyakini jurus
Pelaksanaan
 Melatih perpindahan gerak dari satu gerak ke gerak lain dengan menggunakan pasang
berlainan
 Penggunaan pasamg masing-masing jurus

5. Pelepasan Kuncian
adalah suatu teknik untuk melepaskan kuncian lawan dilanjutkan dengan gerakan
mengunci lawan.
Tujuan
 Melatih mengambil bagian-bagian tubuh lawan yang lemah
 Melatih memanfaatkan bagiantubuh sendiri untuk menyerang lawan
Pelaksanaan
 Melatih ketepatan dan kecepatan gerak disertai tenaga

6. Belaan Belati
adalah suatu teknik untuk menerima serangan belati dengan tangan kosong.

11
Ibid, hlm. 5
[16]

Tujuan
 Melatih keberanian menghadapi lawan bersenjata
Pelaksanaan
 Melatih kecepatan dan ketepatan gerak disertai tenaga.

7. Senam Toya
adalah suatu gerakan serang bela menggunakan toya yang dilakukan di tempat.
Tujuan
 melatih dasar gerakan jurus toya
 melatih sikap koordinasi yang benar antara sikap tangan memegang toya dengan
tubuh dan kuda-kuda kaki serta melatih gerak memegang toya dengan benar
Pelaksanaan
 Pemberian aba-aba dari lambat, teratur, meningkat menjadi cepat dan mendadak
 Kesalahan segera dibetulkan

8. Jurus Toya
adalah suatu rangkaian gerakan teknik pencak silat dengan menggunakan toya yang
dilaksanakan sambil melangkah.
Tujuan dan Pelaksanaan
 sama dengan jurus

2.4 Aspek Utama Pencak Silat

Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:


[17]

1) Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian


dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman
dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain
untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.
2) Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek
yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni
tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
3) Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam
menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan
pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
4) Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting.
Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian
aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk
jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.

Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain,
sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari
pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah contoh dari
aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek bela diri dan olah raga, baik
fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat. Aspek olah raga dan aspek
bela diri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi terkenal di Eropa.

Bagaimanapun, banyak yang berpendapat bahwa pokok-pokok dari pencak silat


terhilangkan, atau dipermudah, saat pencak silat bergabung pada dunia olah raga. Oleh
karena itu, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau spiritual
dari pencak silat, dan tidak mengikuti keanggotaan dan peraturan yang ditempuh
oleh Persilat, sebagai organisasi pengatur pencak silat sedunia.

2.5 Aspek dan Manfaat Pencak Silat

a. Pencak Silat Sebagai Sarana Kerohanian


[18]

Umumnya Pencak Silat mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai insan atau
mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang lebih tinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Biasanya, Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian / kebatinan diberikan kepada siswa yang
telah lanjut dalam menuntut ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan
budi pekerti atau keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat mempunyai
tujuan untuk mewujudkan keselarasan / keseimbangan / keserasian / alam sekitar untuk
meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna mengisi Pembangunan
Nasional Indonesia dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasialis.

b. Pencak Silat Sebagai Seni

Ciri khusus pada Pencak Silat adalah bagian kesenian yang di daerah-daerah tertentu
terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak
dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus
menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa
dan wiraga.

Di beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat ditampilkan hampir semata-mata


sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip sebagai olahraga maupun bela diri. Misalnya
tari serampang dua belas di Sumatera Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu
di Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela diri yang
efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.

c. Pencak Silat Sebagai Olahraga Umum

Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak Silat tidak
dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur masing-masing dapat dilakukan. Di
tinjau dari segi olahraga kiranya Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu
sesuai dengan tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan
Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak maupun orang tua/dewasa,
secara perorangan/kelompok.

Usaha-usaha untuk mengembangkan unsur-unsur olahraga yang terdapat pada Pencak


Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam intensitasnya menjadi

 Olahraga rekreasi 
[19]

 Olahraga prestasi 
 Olahraga massal

Pada seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973, Pemerintah bersama para


pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan menyimpulkan makalah-makalah :

1) Penetapan istilah yang dipergunakan untuk Pencak Silat 


2) Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan 
3) Metode mengajar Pencak Silat di sekolah 
4) Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah 
5) Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan
sekolah.
6) Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di
kalangan pelajar/mahasiswa.

Sebagai tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran tersebut dan atas anjuran Presiden
Soeharto, program olahraga massal yang bersifat penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu,
yang telah menghasilkan program Senam Pagi Indonesia (SPI).

d. Pencak Silat Sebagai Olahraga Prestasi

Pengembangan Pencak Silat sebagai olahraga & pertandingan (Championships) telah


dirintis sejak tahun 1969, dengan melalui percobaan-percobaan pertandingan di daerah-
daerah dan di tingkat pusat. Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta telah dipertandingkan
untuk pertama kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama
pula. Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya unsur-unsur yang
bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan Pencak Silat. Dengan kesadaran
para pendekar dan pembina Pencak Silat serta usaha yang terus menerus maka sekarang ini
program pertandingan olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak
Silat pada umumnya. Sementara ini Pencak Silat telah disebarluaskan di negara-negara
Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Inggris, Denmark, Jerman Barat, Suriname, Amerika
Serikat, Australia, Selandia Baru.

e. Program Pembinaan Pencak Silat


[20]

Pencak Silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia mempunyai banyak ragam


khas maisng-masing daerah, jumlah perguruan / aliran di segenap penjuru tanah air ini
diperkirakan sebanyak 820 perguruan/aliran.

Oleh karena itu dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistimatis untuk melestarikan
warisan nenek moyang kita. Terlebih-lebih setelah Kungfu masuk IPSI, atas anjuran
Pemerintah berdasarkan pertimbangan lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga
lebih mudah dalam mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus
menasionalisasikan.

Standarisasi yang telah dirintis pembuatannya, hanyalah untuk jurus dasar bagi
keperluan khusus olahraga dan bela diri. Sedangkan pengembangannya telah diserahkan
kepad setiap perguruan yang ada. Sistem pembinaan yang dipakai oleh IPSI ialah setiap
aspek yang ada dijadikan jalur pembinaan, sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :

1) Jalur pembinaan seni 


2) Jalur pembinaan olahraga 
3) Jalur pembinaan bela diri 
4) Jalur pembinaan kebatinan

Keempat jalur ini diolah, dengan saringan dan mesin sosial budaya, yaitu Pancasila.
[21]

2.6 Tingkat Kemahiran

Secara ringkas, murid silat atau pesilat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkat
kemahiran, yaitu:

1. Pemula, diajari semua yang tahap dasar seperti kuda-kuda,teknik tendangan, pukulan,
tangkisan, elakan,tangkapan, bantingan, olah tubuh, maupun rangkaian jurus dasar
perguruan dan jurus standar IPSI
2. Menengah, ditahap ini, pesilat lebih difokuskan pada aplikasi semua gerakan dasar,
pemahaman, variasi, dan disini akan mulai terlihat minat dan bakat pesilat, dan akan
disalurkan kepada masing-masing cabang, misalnya Olahraga & Seni Budaya.

3. Pelatih, hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di tahap


pemula, dan menengah akan membuat pesilat melangkah ke tahap selanjutnya,
dimana mereka akan diberikan teknik - teknik beladiri perguruan, dimana teknik ini
hanya diberikan kepada orang yang memang dipercaya, dan mampu secara teknik
maupun moral, karena biasanya teknik beladiri merupakan teknik tempur yang sangat
efektif dalam melumpuhkan lawan / sangat mematikan .
4. Pendekar, merupakan pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka
akan mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi.

4.7 Macam-macam Padepokan Pencak Silat dan Induk Organisasinya

1) Padepokan Pencak Silat Indonesia

Padepokan adalah istilah Jawa yang berarti sebuah kompleks perumahan dengan areal
cukup luas yang disediakan untuk belajar dan mengajar pengetahuan dan keterampilan
tertentu. Padepokan yang disediakan untuk belajar dan mengajar Pencak Silat dinamakan
Padepokan Pencak Silat.

Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) adalah padepokan berskala nasional dan


internasional yang berlokasi di di tas lahan yang luasnya sekitar 5,2 hektar di kompleks
Taman Mini Indonesia Indah. Luas total bangunannya sekitar 8.700 m2 dan luas total selasar-
selasarnya sekitar 5.000 m2. Padepokan ini secara resmi dibuka oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 20 April 1997.
[22]

Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) mempunyai sekurang-kurangnya 5 fungsi,


yakni :

1. Sebagai pusat informasi, pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal yang
menyangkut Pencak Silat.
2. Sebagai pusat berbagai kegiatan yang berhubu-ngan dengan upaya pelestarian,
pengembangan, penyebaran dan pening-katan citra Pencak Silat dan nilai-nilainya.
3.  Sebagai sarana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat Pencak
Silat Indonesia.
4. Sebagai sarana untuk mempererat persahabatan diantara masyarakat Pencak Silat di
berbagai negara.
5. Sebagai sarana untuk memasyarakatkan 2 kode etik manusia Pencak Silat, yakni :
Prasetya Pesilat Indonesia dan Ikrar Pesilat.

2) Organisasi Pencak Silat

Istilah Pencak pada umumnya digunakan oleh masyarakat di Pulau jawa, madura
dan Bali.Contoh Aliran Pencak Silat yang berasal dari Jawa barat adalah Cimande, Cikalong,
sabandar dan sera. Dari aliran tersebut terangkum dalam suatu sistem yang utuh terdiri dari
sejarah landasan sosiologis, strategi, taktik dan teknik. benerapa perguruan pencak silat
diantaranya Tajimalela, Mande muda, Manderaga, Pager kencana dll. Aliran pencak silat di
tatar Sunda terdiri dari :

 Aliran Cimande: Pendiri / pencipta dari aliran ini biasa dipanggil Ayah Kahir sering
juga dipanggil embah Kaer / Eyang Khoer. Sekitar tahun 1760 beliau mulai
memperkenalkan kepada murid- muridnya oleh karna itu ia dianggap sebagai pendiri
penca silat aliran Cimande walaupun pada sejarahnya belum terungkap secara jelas
Embah Kaer yang menciptakan jurus- jurus tersebut. Menurut catatan sejarah dalam
naskah Kidung Sunda disebutkan bahwa pada jaman Kerjaan Padjajaran sudah
terdapat 7 Penca Silat.
 Aliran Cikalong : Sejarah perkembangan aliran Cikalong ( Raden Ateng ) dalah
salah satu seorang putra Bupati yang sangat tertarik dengan Pencak Silat yang juga
pernah menjadi murid Abah Kahir.Pembinaan fisik dan penggunaan rasa ekspresi
banyak persamaanya hanya penggunaanya yang berbeda pada pencak silat adalah olah
tubuh dari rasa yang digunakan berdiri sedangkan tari sebagai media ekspresi.
[23]

3) Ikatan Pencak Silat Indonesia 


Ikatan Pencak Silat Indonessia (IPSI) adalah organisasi nasional Indonesia yang
membawahi kegiatan  Pencak silat secara resmi, antara lain menyelenggarakan pertandingan,
membakukan peraturan dan lain-lain.

Makna Lambang IPSI

 Warna Dasar Putih : berarti suci dalam amal perbuatan


 Warna Merah : berarti berani dalam kebenaran
 Warna Hijau : berarti ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu yang menuju
kemantapan 
jiwa, karena selalu beriman dan bertauhid kepada Tuhan Yang Maha Esar 
secara hikmat dan syahdu
 Warna Kuning : berarti bahwa IPSI mengutamakan budi pekerti dan kesejahteraan
lahir dan batin 
dalam menuju kejayaan nusa dan bangsa
 Bentuk Perisai Segi Lima : berarti bahwa IPSI berasaskan landasan idiil Pancasila,
serta bertujuan 
membentuk manusia Pancasila sejati
 Sayap Garuda berwarna Kuning berototkan merah : berarti kekuatan bangsa Indonesia
yang bersendikan kemurnian, keluruhan dan 
dinamika, Sayap 18 lembar, bulu 5 lembar + 4 lembar + 8 lembar berarti tanggal 
berdirinya IPSI adalah 18 Mei 1948. Sayap 18 lembar, terdiri dari 17+1 berarti 
IPSI dengan semangat Proklamasi Kemerdekaan berssatu membangun Negara
 Untaian lima lingkaran : melambangkan bahwa IPSI melalui olahraga merupakan
ikatan peri 
kemanusiaan antara pelbagai aliran dengan memegang teguh asas kekeluargaan, 
persaudaraan dan kegotong royongan
 Ikatan pita berwarna merah
 Putih : bahwa IPSI merupakan suatu ikatan pemersatu dari pelbagai aliran Pencak 
Silat, yang menjadi hasil budaya yang kokoh karena dilandasi oleh rasa 
berbangsa, berbahasa dan bertanah air Indonesia.
[24]

4) Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

Jiwa patriotisme yang tinggi ditunjukkan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, salah
seorang Saudara Tertua Setia Hati, dengan bantuan teman-temannya dari Pilang Bango,
Madiun dengan berani menghadang kereta api yang lewat membawa tentara Belanda atau
mengangkut perbekalan militer. Penghadangan, pelemparan, dan perusakkan yang terjadi
berulang-ulang sampai akhirnya ia ditangkap PID Belanda dan mendapat hukuman kurungan
di penjara Cipinang dan dipindahkan kePadang, Sumatera Barat. Setelah dibebaskan, Ki
Hadjar Hardjo Oetomo yang telah mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club yang kemudian
mengaktifkan kembali perguruannya sampai akhirnya berkembang dengan nama
Persaudaraan Setia Hati Terate.

Persaudaraan Setia Hati Terate dalam perkembangannya dibesarkan oleh RM Imam


Koesoepangat murid dari Mohammad Irsyad kadhang (saudara) Setia Hati Pencak Sport Club
(SH PSC) yang merupakan murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo12.

Untuk menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati Terate ini, sebelumnya
seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat dasar yang dimulai dari sabuk
hitam, merah muda, hijau dan putih kecil. Pada tahap ini seseorang tersebut disebut sebagai
siswa atau calon saudara.

Selama dalam proses latihan pencak silat, seorang pelatih / warga (saudara SH) juga
memberikan pelajaran dasar ke-SH-an secara umum kepada para siswa.

Setelah menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang yang dianggap sebagai
warga atau saudara SH adalah apabila ia telah melakukan pengesahan yang dikecer oleh
Dewan Pengesahan. Dewan pengesahan ini termasuk saudara SH yang terbaik dari yang
terbaik yang dipilih melalui musyawarah saudara-saudara SH. Proses kecer tersebut
berlangsung pada bulan Syura. Adapun syarat yang harus disediakan dalam pengeceran
antara lain: Ayam jago, mori, pisang, sirih, dan lain sebagainya sarat-sarat yang telah
ditentukan.

12
Singgih Joyohusudo, dkk, Persaudaraan Setia Hati, (Madiun: PSHT Winogo, 1995), hlm. 21
[25]

Dalam proses pengeceran ini, kandidat diberi pengisian dan gemblengan jasmani dan
rohani dan ilmu ke-SH-an serta petuah-petuah, petunjuk-petunjuk secara mendalam dan luas.
Saudara SH yang baru disahkan tersebut, dalam tingkatan ilmu disebut sebagai saudara
tingkat I (erste trap). Pada Persaudaraan Setia Hati Terate juga dibagi dalam tiga jenis
tingkatan saudara yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap), tingkat III
(derde trap).

Pada Persaudaraan Setia Hati Terate diajarkan 36 jurus pencak silat yang merupakan
warisan dari Ki Ngabei Soerodiwirjo di erste trap serta pelajaran ilmu ke-SH-an yang dapat
diperoleh pada tingkatan twede trap dan derde trap. Jurus-jurus tersebut merupakan ramuan
dari beberapa aliran pencak silat yang berada di nusantara, di antaranya dari Jawa Barat,
Betawi (Jakarta), dan Minangkabau13.

Sekarang SH Terate tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan di beberapa negara


seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura,
Vietnam, Brunei Darussalam. Secara administratif mulai dirintis pencatatan jumlah saudara
pada tahun 1986. Sehingga jumlah saudara mulai tahun 1986 – 1999 sebanyak 108.267.

5) Merpati Putih

Merpati Putih (MP) merupakan salah satu perguruan pencak silat bela diri Tangan


Kosong( PPS Betako) dan merupakan salah satu aset budaya bangsa, mulai terbentuk aliran
jenis beladiri ini pada sekitar tahun 1550-an dan perlu dilestarikan serta dikembangkan
selaras dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi dewasa ini.
Saat ini MP merupakan salah satu anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI)
dan Martial Arts Federation For World Peace (MAFWP) serta Persekutuan Pencak Silat
Antar Bangsa atau PERSILAT (International Pencak Silat Federation)14.

13
Bambang Tunggul Wulung Judhayasmara, Sejarah Singkat dan Perkembangannya Persaudaraan
Setia Hati Terate, ( Semarang: Persaudaraan Setia Hati Terate Semarang,tt., 1992), hlm. 7-8
14
Murdiyanto, “Pemahaman Makna Merpati Putih: Telaan Secara Holistik, dalam Makalah, 1992
hlm. 1
[26]

Arti dari Merpati Putih itu sendiri adalah suatu singkatan dalam bahasa Jawa, yaitu:

Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening yang dalam bahasa Indonesia


berarti"Mencari sampai mendapat Kebenaran dengan Ketenangan" sehingga
diharapkan seorang Anggota Merpati Putih akan menyelaraskan hati dan pikiran
dalam segala tindakannya. Selain itu PPS Betako Merpati Putih mempunyai
motto: "Sumbangsihku tak berharga, namun Keikhlasanku nyata"15.

Merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang Indonesia yang pada awalnya


merupakan ilmu keluarga Keraton yang diwariskan secara turun menurun, yang pada
akhirnya atas wasiat Sang Guru ilmu Merpati Putih diperkenankan dan disebarluaskan
dengan maksud untuk ditumbuhkembangkan agar berguna bagi negara.

Awalnya aliran ini dimiliki oleh Sampeyan Dalem Inkang Sinuhun Kanjeng


Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro kemudian ke BPH
Adiwidjojo (Grat I). Lalu setelah Grat ke tiga, R. Ay. Djojoredjoso ilmu yang diturunkan
dipecah menurut spesialisasinya sendiri-sendiri, seni beladiri ini mempunyai dua saudara
lainnya. yaitu bergelar Gagak Samudro dan Gagak Seto. Gagak Samudro diwariskan ilmu
pengobatan, sedangkan Gagak Seto ilmu sastra. Dan untuk seni beladiri diturunkan
kepada Gagak Handoko (Grat IV). Dari Gagak Handoko inilah akhirnya turun temurun ke
Mas Saring lalu Mas Poeng dan Mas Budi menjadi PPS Betako Merpati Putih. Hingga kini,
kedua saudara seperguruan lainnya tersebut tidak pernah diketahui keberadaan ilmunya dan
masih tetap dicari hingga saat ini ditiap daerah di tanah air guna menyatukannya kembali.

Pada awalnya ilmu beladiri Pencak Silat ini hanya khusus diajarkan kepada Komando
Pasukan Khusus ditiap kestuan ABRI dan Polisi serta PasukanPengawalan Kepresidenan
(Paspampres). Didirikan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, mempunyai kurang lebih
35 cabang dengan kolat (kelompok latihan) sebanyak 415 buah (menurut data tahun 1993)
yang tersebar di seluruh Nusantara dan saat ini mempunyai anggota sebanyak satu juta orang
lulusan serta yang masih aktif sekitar 100 ribu orang dan tersebar di seluruh Indonesia.

15
Ibid, hlm. 2
[27]

Sang Guru Merpati Putih adalah Bapak Saring Hadi Poernomo, sedangkan pendiri
Perguruan dan Guru Besar sekaligus pewaris ilmu adalah Purwoto Hadi Purnomo (Mas
Poeng) danBudi Santoso Hadi Purnomo (Mas Budi) sebagai Guru Besar terakhir yaitu
generasi ke sebelas (Grat XI).

PPS Betako Merpati Putih berasal dari seni beladiri keraton. Termasuk diantaranya


adalah Pangeran Diponegoro.

Amanat Sang Guru, seorang Anggota Merpati putih haruslah mengemban amanat
Sang Guru yaitu :

 Memiliki rasa jujur dan belas kasih


 Percaya pada diri sendiri
 Keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari
 Menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan Ketaqwaan kepada Tuhan.

Pada tahun 1995, seorang anggota PPS Betako Merpati Putih cabang Jakarta Selatan,
Mas Eddie Pasar mendapat piagam penghargaan Rekor dari Musium Rekor Indonesia
(MURI) karena mendemonstasikan menyetir mobil terjauh dari Bogor ke Jakarta dengan
mata tertutup.

Hingga tahun 1998 PPS Betako Merpati Putih masih hanya untuk Warga Negara


Indonesia saja. Namun karena minat dari luar negeri sangat banyak dan antusias, MP mulai
membuka diri untuk menerima anggota dari luar negeri. Adalah Nate Zeleznick dan Mike
Zeleznick sebagai orang berkulit putih pertama yang diajarkan pencak silat ini pada
tahun 1999 dan menjadi Guru Merpati Putih Pertama di Amerika. Pada awal
bulan Oktober 2000 Mas Pung dan Mas Budi meresmikan American School of Merpati
Putih yang pertama berlokasi di Ogden City Mall, Utah. MP adalah satu-satunya Pencak Silat
yang diselidiki secara ilmiah mengenai masalah adanya tenaga dalam16.

16
Ibid
[28]

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

 Tempat : SMA Negeri 5 Tanggerang


Jalan Ciujung Raya no. 1-3 Perumnas 1 Kota Tangerang
Ekstrakulikuler Pencak Silat
 Waktu : 17 Desember 2012 – 7 Januari 2013

3.2 Teknik Penelitian

Untuk memahami kajian karya ilmiah ini, peneliti menggunakan pendekatan sosio-
historis. Dengan pendekatan ini diharapkan menghasilkan penjelasan yang mampu
mengungkap gejala-gejala suatu peristiwayang berkaitan erat dengan waktu dan tempat,
lingkungan dan kebudayaan, dimana kejadian berlangsung, kemudian dapat menjelaskan asal
– usul dari segi dinamikasosial serta struktur social didalam masyarakat bersangkutan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme yang
menitikberatkan pada segala aktifitas kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat
sebenarnya mempunyai maksud untuk memuasakan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan
naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.

Teori tersebut digunakan untukmenjelaskan nilai-nilai yang terdapat dan terkandung


dalam Pencak Silat Indonesia, untuk mengukuhkan keberadaan nilai-nilai kebudayaan
masyarakat Indonesia serta memahamidan memaknai symbol-simbol sebagai satu kesatuan
yang mutlak untuk disadari.
[29]

3.3 Analisa Data Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan desain studi


kasus. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Banten. Sumber data adalah atlet Pelatda, para
pelatih, Pengurus Daerah (Pengda), KONI Banten bidang pembinaan Prestasi dan
Kesejarahan Pencak Silat. Data penelitian berupa kata-kata tertulis atau lisan, artikel atau
tindakan yang diperoleh dari tiga sumber data, yaitu: orang, tulisan, dan tempat.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara: (1) pengamatan (observation), budaya sejarah
(sosio-historis) dan (3) dokumentasi (documentation). Analisis data yang dilakukan
menggunakan model dari Miles dan Huberman. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data
reduction, data display, dan conclusion

3.4 Populasi dan Sample

Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga. Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi
dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar
dari semua unsur sampling dalam populasi sampling. Didalam Karya Ilmiah ini populasi
yang diambil yaitu atlet Pelatda, mantan atlet, para pelatih, Pengurus Daerah (Pengda), KONI
Banten bidang pembinaan Prestasi dan Kesejarahan Pencak Silat dan melakukan penelitian
secara sampling dengan acak dari berbagai perguruan dan ranting di daerah Banten.

3.5 Hipotesis dan Kerangka Berfikir

Dalam Pembahasan Karya Ilmiah ini Pencak Silat adalah kebudayaan warisan nenek
moyang Bangsa Indonesia, oleh karena itu seharusnya kita teap melestarikan kebudayaan
tersebut. Karena Pencak Silat memiliki kekhasan didalamnya. Kekhasan ini timbul karena
dalam setiap daerah memiliki aliran yang berbeda-beda dan menjadikan pedoman dalam
prilaku masyarakat di daerah tersebut. Dan uniknya dalam melakukan Pencak Silat, para
pesilat diiringi dengan musik tradisional masing masing daerah. Maka dari itu kita harus tetap
bangga dan melestarikan kebudayaan Bangsa kita sendiri dan mengembangkan luas sampai
ke seluruh dunia.
[30]

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :


Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki
dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan
mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat
dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur.
Dari keseluruhan uraian yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan umum
sebagai berikut :
1. Pencak Silat berasal dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asteng
serta memiliki jatidiri tersendiri.
2. Berdasarkan pada nilai-nilai falsafahnya, Pencak Silat pada hakikatnya adalah substansi
dan sarana pendidikan rohani dan jasmani untuk membentuk manusia utuh yang
berkualitas tinggi baik mental maupun fisikal.
3.  Tantangan-tantangan yang dapat menjatuhkan citra Pencak Silat perlu diatasi dengan
penyebaran pengetahuan tentang jatidiri Pencak Silat, falsafah Pencak Silat dan kaidah
Pencak Silat serta meningkatkan jumlah pelatih Pencak Silat yang handal dan profesional.

4.2 Saran

Kekhasan Pencak Silat ini timbul karena dalam setiap daerah memiliki aliran yang
berbeda-beda dan menjadikan pedoman dalam prilaku masyarakat di daerah tersebut. Dan
uniknya dalam melakukan Pencak Silat, para pesilat diiringi dengan musik tradisional masing
masing daerah. Maka dari itu kita harus tetap bangga dan melestarikan kebudayaan Bangsa
kita sendiri dan terus mengembangkannya.
[31]

DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Karya Ilmiah
Asikin, Pelajaran Pencak Silat, Bandung, Terate, 1975
M, Saleh, Pencak Silat: Sejarah Perkembangan, Empat Aspek, Pembentukan Sifat dan
Gerak, Bandung, IKIP, 1991
Marsaban, Ali, Kamus Bahasa Indonesia, Bandung, Perkasa, 1984
Maryono, O’ong, Pencak Silat Merentang Waktu, Yogyakarta, Yayasan Galang, 2000
Murdiyanto, “Pemahaman Makna Merpati Putih: Telaan Secara Holistik, dalam Makalah,
1992
Murhananto, Menyelami Pencak Silat, Jakarta, Puspa Swara cet. 1, 1993
Shamsuddin, Sheikh, “Sejarah Perkembangan Pencak Silat di Indonesia”, Makalah, 1987
Singgih Joyohusudo, dkk, Persaudaraan Setia Hati, Madiun, PSHT Winogo, 1995
Subroto, Joko dan Rohadi, Moh, Kaidah-kaidah Pencak Silat Seni yang Tergabung dalam
IPSI, Solo, CV Aneka, 1996
Tamat, Trisnowati, Pelajaran Dasar Teknik Pencak Silat, Jakarta, Mawar, 1986
Tunggul Wulung Judhayasmara, Bambang, Sejarah Singkat dan Perkembangannya
Persaudaraan Setia Hati Terate, Semarang, Persaudaraan Setia Hati Terate
Semarang, 1992

Media Massa dan Internet


http://pencaksilat.wordpress.com
http://wikepedia.com
http://www.silatindonesia.com
http://kpsnusantara.com
Majalah Beladiri, edisi 5

Anda mungkin juga menyukai