Anda di halaman 1dari 10

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

MUHAMMAD NATSIR P

KELOMPOK 5
KELOMPOK 5
Nama Anggota Kelompok:
Andika Mulia Desky: 18101030100
Dinda Aprillia Ulfa: 1810103010099
M.Fachrul Razi:18101030100
Shynta: 18101030100
Baihaqi: 18101030100
PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MENURUT
MUHAMMAD NATSIR

Natsir menegaskan bahwa Islam dan negara itu


berhubungan secara integral. Ia berpandangan
bahwa Islam bukan hanya mengatur hal-hal yang
bersifat ritual peribadatan, melainkan lebih luas
daripada itu. Agama dapat hidup, berkembang
dan terinternalisasi dalam kehidupan sosial dan
kenegaraan apabila dilindungi oleh negara. Begitu
pula dengan negara. Negara membutuhkan agama
dalam perkara membangun landasan norma,
moral, dan etika pada setiap aturan.

Muhammad Natsir
Sambungan...

Untuk menjalankan dan memastikan bahwa semua kaidah,


batasan, dan norma-norma islam yang komprehensif
tersebut dapat terwujud dalam kehidupan, maka dibutuhkan
peran negara sebagai pengatur di dalamnya. Pelaksanaan
dan penerapan ajaran agama tidak mungkin terwujud kecuali
adanya kepemimpinan yang didukung dengan aturan-aturan
negara yang terwarnai oleh falsafah dasar agama.
Menurut Natsir, terkandungnya hukum-hukum kenegaraan
dalam ajaran Islam adalah suatu bukti bahwa islam tidak
mengenal pemisahan antara agama dan negara.
LATAR BELAKANG SOSIAL
MUHAMMAD NATSIR

Mohammad Natsir lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera


Barat, 17 Juli 1908, dengan gelar Datuk Sinaro Panjang. Ia adalah perdana
menteri kelima Republik Indonesia. Ia juga pendiri sekaligus pemimpin partai
politik Masyumi dan salah seorang tokoh Islam terkemuka di Indonesia.
Karir politik Natsir dimulai ketika pada tanggal 5 April 1950. Natsir
mengajukan mosi intergral dalam sidang pleno parlemen, di mana mosi ini
berhasil memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan RI
(NKRI). Karena prestasi inilah Natsir diangkat menjadi perdana menteri oleh
Bung Karno. Presiden RI ini menganggap Natsir mempunyai konsep untuk
menyelamatkan Republik melalui konstitusi. Namun posisinya sebagai Perdana
menteri tidak berlangsung lama. Ia mendapat penolakan dan perlawanan dari
Partai Nasional Indonesia. Terhitung dua kali anggota Partai Nasional
Indonesia di parlemen memboikot sidang sehingga tak memenuhi kuorum.
Akhirnya Natsir mengembalikan mandat sebagai perdana menteri.
ANTARA NATSIR DAN NEGARA

Menurut Natsir, Islam merupakan agama yang


mengutamakan nalar alias akal sehat dalam pengamalan
setiap ajarannya. Baginya, bukan hal yang salah jika islam
turut berperan dalam membangun bangsa melalui
pemerintahan. Bahkan, Natsir punya alasan kuat untuk
mendudukkan Islam sebagai dasar Negara Republik
Indonesia. Nasir sangat yakin islam justru mendorong
manusia untuk berpikir kritis demi menemukan kebenaran
sejati.
ANTARA NATSIR DAN SOEKARNO

Natsir dan Soekarno pernah bertentangan


gagasan. Soekarno berdasarkan analisis
perkembangan sejarah, berkesimpulan
bahwa agama dan negara tidak dapat
disatukan, keduanya harus dipisahkan.
Sementara Natsir, ia menilai bahwa agama
Soekarno dan negara dapat disatukan. Sebab, islam
tidak seperti agama-agama lainnya. Islam
merupakan agama yang serba mencakup
(komprehensif)

Natsir
Sambungan...

Perdebatan muncul ketika Soekarno menulis artikel “Apa


Sebab Turki Memisahkan Antara Agama dan Negara”. Dalam
tulisannya Soekarno menyebut sekularisasi yang dijalankan
Kemal Attaturk di Turki yakni pemisaha agama dari negara
sebagai langkah paling modern dan paling radikal. Bung Karno
mengatakan bahwa, agama dijadikan urusan perorangan.
Bukan islam dihapuskan oleh Turki, tetapi islam itu diserahkan
kepada manusia-manusia Turki sendiri, dan tidak kepada
negara. Menurutnya apa yang dilakukan Turki sama dengan
yang dilakukan negara-negara Barat.

Natsir mengkritik keras pandangan


Soekarno tentang pemisahan agama dan
negara. Natsir meyakini perlunya
membangun negara yang diinspirasikan
oleh nilai-nilai islam.
DARI POLITIK KE DAKWAH

Dalam bidang politik, gagasan politik Natsir


memperlihatkan ciri-ciri pemikiran modernisasi
islam. Gagasannya terlihat sejak pertama kali
dilontarkan pada awal 1930. Pemikirannya pada
masa muda memperlihatkan corak
mempertahankan islam dari berbagai serangan
yang menyudutkannya.

Istilah modernisasi politik islam digunakannya untuk


mewakili sikap dan pandangan yang berusaha untuk
menerapkan ajaran dan nilai-nilai kerohanian, sosial dan
politik islam yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dengan
istilah politik itu, ia mewajibkan setiap umat untuk
berpolitik sebagai sarana dakwah islam.
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai