Anda di halaman 1dari 29

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orang yang pertama kali mempergunakan kata renaissance adalah Jules


Micchelet, sejarawan Perancis yang lahir pada akhir abad ke-18. Abad
pertengahan (AP) bukan merupakan masa yang sama sekali tidak berguna bagi
perkembangan kebudayaan barat. Hal-hal yang membedakan masyarakat
renaissance dengan masyarakat abad pertengahan adalah terletak pada penafsiran
pelaksanaan agama dalam kehidupan masyarakat. Perbedaan tersebut terletak
pada faktor dogma (Winarni, 2013:12).

Perjalanan renaissance itu sendiri dapat dilihat dari abad pertengahan


akhir. Suatu gejala dimana manusia yang terbelenggu telah berusaha melepaskan
diri dari ikatan spiritual gereja telah terlihat pada akhir abad pertengahan. Usaha
ini dipercepat prosesnya oleh berbagai perkembangan dalam kehidupan
masyarakat barat.

Selanjutnya adalah masa aufklarung. Gerakan aufklarung pada mulanya


berkembang di Inggris. Hal ini berkaitan dengan suasana politik di inggris yang
memungkinkan adanya pemikiran bebas, karena sejak tahun 1693 UU menjamin
kebebasan mencetak. Tokoh-tokoh aufklarung adalah pemikir-pemikir empirisme
misalnya John Locke, George Bakerley, dan David Hum.

Pemikiran abad ke-17 sangat menitikberatkan pandangannya pada hal-hal


yang bersifat spekulatif dengan berdasarkan pada kekuatan akal budi, maka
dengan diilhami aufklarung filsafat abad ke-18 menitikberatkan pandangannya
pada pencarian metode-metode ilmiah, dengan maksud menyebabkan manfaat
ilmu pengetahuan dapat dirasaka secara langsung.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah diatas
adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah zaman Renaissance berlangsung?
2) Bagaimanakah Karakteristik Seni, Kesusastraan, dan Pemikiran Renaissans?
3) Apa sajakah Konstribusi Renaisans dalam Dunia Modern?
4) Bagaimanakah Zaman Pencerahan (Aufklarung) berlangsung?
5) Apa sajakah Aliran-aliran Filsafat Zaman Modern?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui Bagaimana zaman Renaissance berlangsung;
2) Untuk mengetahui Karakteristik Seni, Kesusastraan, dan Pemikiran
Renaissans;
3) Untuk mengetahui Konstribusi Renaisans dalam Dunia Modern;
4) Untuk memahami Bagaimanakah Zaman Pencerahan (Aufklarung)
berlangsung;
5) Untuk mengetahui apa saja Aliran-aliran Filsafat Zaman Modern.

1.4 Manfaat Penulisan makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik berupa


tambahan pengetahuan serta wawasan kepada pembaca tentang “Perkembangan
Renaisans dan Aufklarung”, dan semoga memberikan manfaat bagi penulis
sendiri.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Zaman Renaisans (14-16 M)

2
Peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern ditandai oleh suatu
era yang disebut dengan “renaisans”. Renaissans adalah suatu zaman yang sangat
menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra,
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada zaman ini berbagai gerakan
bersatu untuk menentang pols pemikiran abad pertengahan yang dogmatis,
sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan
bentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaissans terkenal
dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berfikir. Renaissans
adalah zaman atau gerakan yang didukung oleh cita-cita lahirnya kembali
manusia yang bebas. Manusia bebas yang dimaksudkan dan didambakan adalah
manusia bebas sepeerti yang ada dalam zaman Yunani Kuno. Pada zaman
renaissans ini manusia Barat mulai berfikir secara baru, dan secara berangsur-
angsur melepas diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah
“mengungkung” kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu
pengetahuan.

Pemikiran renaissans yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara


lain: Nicolaus Copernicus (1473-1543) dan francis Bacon (1561-1626).
Copernicus adalah seorang tokoh gerejani yang ortodoks, ia menemukan bahwa
matahari berada dipusat jagad raya. dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu:
perpuaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari.
Teorinya ini disebut “Heliosentrisme” dimana matahari adalah pusat jagad raya,
dan bumi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat oleh
gereja. Teori Ptolomeus ini disebut “Geosentrisme”, bumi adalah pusat jagad
raya. Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta,
terutama astronomi. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari
jamannya dengan menjadi perintis filsafat ilmu pengetahuan. Ungkapan Bacon
yang terkenal adalah knowledge is power “pengetahuan adalah kekuasaan”. Ada
tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu: (1) mensiu

3
menghasilkan kemenangan dan perang modern; (2) kompas memungkinkan
manusia mengurungi lautan; (3) percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu
pengetahuan (Bertens, 1991:44).

2.2 Karakteristik Seni, Kesusastraan, dan Pemikiran Renaissans

Dalam masa renaisans, arsitektur menunjukkan sintesa nilai-nilai


keagamaan di samping mengandung unsure-unsur kebanggan, kedunawian dan
juga kemanusiaan. Demikian pula, apa yang terdapat dalam seni pahat dan lukis,
banyak dipengaruhi oleh peradaban klasik. Gaya seni gotik yang terdapat dalam
bangunan gereja diilhami oleh seni bangunan dari kuil klasik Roma, menekankan
pada garis simetris dan horizontal. Seni Renaisans tidaklah sepenuhnya
menitikberatkan unsure kekristenan seperti yang terjadi pada abad pertengahan.
Para pelukis dan pemahat tidak secara keseluruhan menyelesaikan hasil seninya
dengan disertai tema-tema keagamaan namun sering dihiasi dengan hasil-hasil
seni gambar dan arca dalam posisi tegak berdiri (Sundoro, 2007:16).

Para seniman Renaisans selain memilih objek lukisan atau pahatan dari
sejumlah tokoh suci, mereka juga tertarik untuk memilih beberapa objek seperti
para dewa dengan kehidupannya, kecintaan terhadap kenyataan alam, dan hal-hal
yang bersifat keduniawian. Para artis Renaisans telah memamerkan hasil-hasil
karyanya baik yang bernuansa sekuler maupun religi, mereka telah terilhami oleh
karya-karya model klasik yang kemudian disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Terdapat sejumla seniman kenamaan dalam seni lukis masa Renaisans,
disebut-sebut nama Leonardo, Michelangelo, Titian, dan Durer, sebagai High
Renaisans dalam abad XV dan awal abad XVI. Tapi, pelopor besar dalam seni
Renaisans adalah Dante dan Giotto.

1) Leonardo da Vinci (1452-1519)


Leonardo dikenal sebagai seorang seniman besar dilahirkan di daerah
Tuscaby, Florence, Italia pada tahun 1452. Ia telah menghasilkan kreasi yang

4
mengagumkan dalam seni Renaisans. Berbagai karya seninya yang
menakjubkan itu diperkenalkan dan dipamerkan di kota Florence. Ia disebut-
sebut sebagai seorang seniman besar yang telah mempelajarai berbagai ilmu
pengetahuan. Ia menguasai bahasa Yunani dan Latin, mempelajari tradisi-
tradisi yang terdapat dalam zaman klasik tersebut. Demikian pula, ia
menekuni ilmu anatomi manusia secara detail dan menyelediki kehidupan
tumbuh-tumbuhan; di samping itu ia juga menekuni bidang arsitektur dan
memiliki ide-ide orisinal dalam menciptakan dan menyusun ruangan-ruangan
rumah yang indah.
2) Michelangelo Buonorotti (1475-1564)
Michelangelo, adalah orang jenius kedua pada zaman Puncak
Renaisans, dilahirkan di daerah Tuscany, Florence, Italia tahun 1475. Ia
dikenal sebagai seorang tokoh pahat patung. Sebagai seorag pemahat patung,
ia banyak diilhami oleh nilai-nilai kepercayaan agam Kristen abad
pertengahan, jiwa Renaisans dan idealism seni patung Yunani-Romawi. Ia
telah menggambar gambar David, yang dalam cerita injil, David berjasa telah
mengalahkan dan membunuh Goliath. Di Roma, Michelangelo mendekorasi
karya seninya di beberapa bangunan suci di Gereja-Gereja. Karya seninya
terilhami oleh nilai-nilai kekristenan yang sangat Nampak pada kreasinya
pada masa nabi Noah. Demikian pula karya lain dapat dijumpai pada pahatan
makam Paus Julius II dan keluarga Medici di Gereja San Lorenco di Florence.
Karya terbesar Michelangelo terdapat dalam lukisan “The Best Judgement” di
sisi altar Chapel Sistine antara tahun 1508 dan 1512. Ia telah menceritakan
berdasarkan sumber injil tentang peristiwa penciptaan manusia sampai
terjadinya air bah pada masa Nabi Noah.
3) Machiavelli (1469-1527)
Seorang pemikir sekaligus seorang penulis disebut-sebut nama
Machiavelli (1469-1527). Ia dilahirkan di kota Florence, seorang terdidik
pernah duduk sebagai sekretaris pemerintahan kota dan juga melayani sebagai
seorang diplomat. Karya politiknya yang terpenting adalah Prince dan

5
Discourses of First Ten Books of Titus Livius. Machiavelli merupakan sosok
yang jenius, sangat mendambakan kebebasan dan kemerdekaan Italia. Rasa
patriotismenya Nampak pada keinginan terbentuknya Negara kesatuan
nasional Italia. Machiavelli bertolak dari anggapan bahwa tentara Italia pada
zamannya bermutu rendah. Ia menjelaskan hal ini dengan menyebutkan
ketergantungan kota-kota Italia kepada serdadu sewaan, kepada orang yang
merupakan anggota serikat buruh tidak resmi, yang biasa bermain perang-
perangan menurut ketentuan-ketentuan dan yang tentu saja membunuh pihak
lainnya sesedikit mungkin.

2.3 Konstribusi Renaisans dalam Dunia Modern

1) Nicolaus Copernicus (1473-1543)


Seorang tokoh Gerejani, menyelidiki tentang benda-benda langit
(matahari), ia menyatakan bahwa matahari berada di pusat jagad raya dan
bahwa bumi mempunyai dua macam gerak yakni, perputaran sehari-hari pada
porosnya dan perpuataran tahunan memutari matahari. Ia belajar di universitas
di Italia, khususnya di Universitas Padua dan Ferrara. Pendapatnya tentang
benda-benda langit itu pada hakekatnya mengganti konsep heliosentris
Aristotelian dan geosentris Ptolemaic. Copernicus, bagaimanapun juga,
memepercayai bahwa gerakan matahari dan planet-planet terbit dari timur dan
tenggelam ke barat. Jadi, bumi itu bergerak dari timur ke barat. Copernicus,
dalam konsep tata alam semestanya, ia mengganti gamabran bumi yang tidak
bergerak dengan gambaran matahari yang tidak bergerak, dan dengan
demikian ia pantas disebut sebagai bapak astronomi modern. Masa itu ia
merasa takut bahwa ia akan dikucilkan dari lingkungan gereja karena
pendapatnya yang dianggap oleh pejabat gereja bertentangan dengan ajaran
agama, makaia menangguhkan penerbitan bukunya. Baru pada tahun
kematiannya (1543) buku tersebut baru diterbitkan oleh temannya, Johane

6
Kepler. Sampai zaman Galileo buku ini tidak dicurigai dan dibiarkan beredar
ole pejabat-pejabat gereja masa itu.

2) Johanes Kepler (1571-1630)


Ia adalah seorang Jerman, orang ketiga setelah Copernicus. Ia
menerima warisan dari konsep teori astronomi Tycho Brahe (1546-1601),
astronom penting pertama setelah Copernicus. Tyco Brahe mempelajari ilmu
astronomi di universitas Copenhagen dan menjadi tertarik menyelidiki
berbagai gerakan benda-benda langit. Ia termasuk yang memperkuat pendapat
tentang teori geosentris. Kepler menerima teori, bahwa jagad raya berpusat
kepada matahari. Ia telah menemukan tiga macam hokum gerak bagi planet-
planet yakni: (1) bahwa planet-planet bergerak dengan mambuat lingkaran
bulat panjang dengan matahari sebagai salah satu titik apai, (2) bahwa garis
yang menghubungkan pusat planet dengan matahari dalam waktu yang sama
akan membentuk bidang yang sama luasnya, (3) bahwa kuadrat planet
mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga dari rata-rata jaraknya
terhdap matahari. Konsep tiga macam hokum gerak bagi planet-planet itu
selain menyanggah atau menolak konsep Ptolemaic, konsep Kepler juga
memodifikasi pendapat Copernicus.

3) Galileo Galilei (1564-1642)


Ia seorang ilmuwan yang dilahirkan di kota Pisa, Italia, tahun 1564.
Galileo sangat antusias mempelajarai bidang-bidang matematika dan
mekanik. Ia seorang tokoh pemuka yang menetapkan hokum benda yang
jatuh. Jika sesuatu jatuh dengan bebas, artinya dalam ruang kosong, kecepatan
kejatuhan itu tetap, akan tetapi dalam ruang yang tidak kosong ada gerak
hawa yang berlawanan dengan kejatuhan itu, sehingga kecepatannya berubah,
bagi segala macam benda.
Ia penemu teori bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat
sebuah gerak parabolis, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah

7
menjadi gerak vertical. Galileo membuat sebugh teleskop, yaitu setelah ia
berkenalan dengan Hans Lippershy dari belanda yang membuat teleskop
buatan. Melalui teleskopnya itu ia menamakan bahwa bintang Bimasakti
terdiri atas bintang-bintang yang banyak sekali bilangannya, yang masing-
masing berdiri sendiri-sendiri. Ia berhasil mengamati bentuk-bentuk Venus
serta menemukan beberapa satelit Yupiter.
Karya terkenal dari Galileo berjudul On The Magnit. Dalam karya itu,
ia berpendapat bahwa bumi itu memiliki kekuatan seperti magnit dan bumi itu
berotasi atau berputar disebabkan oleh kekuatan magnetism. Pada zaman
Galileo sebagian besar professor pengetahuan alam masih percaya pada teori
Aristoteles mengenai benda dan gerak, dan mengajarkan teori yang telah
berumur 2000 tahun itu. Galileo mengajak para professor memandang dengan
teleskopnya yang telah disempurnakannya dan melihat sendiri bahwa alam
semesta tidak dapat dimngerti melalui teori, melainkan dengan mengamati
benda-benda itu sendiri, maka terdapatlah fakta. Menurut Galileo, kita
janganlah hanya mempercayai kesan-kesan indera; hokum alam semesta harus
dicari melalui model matematis, atau lebih jelasnya melalui rumus dan
persamaan matematika.

4) Sir Francis Bacon (1561-1626)


Francis Bacon, seorang filsuf, karyanya terkenal dengan judul
Advancement of Learning dan Novum Organum. Ia merasa tidak puas
terhadap pendapat Aristoteles dan pengikutnya dari abad pertengahan kaum
penganut paham kesarjanaan. Ia memperkenalkan konsep falsafat alam baru
yang agung. Ia bukannya mencari kebenaran dengan jalan deduktif dengan
cara-cara bentuk sylogestik (dasar filsafat Aristoteles), melainkan member
rekomendasi untuk mempergunakan induksi, peninjauan yang sistematis dan
percobaan. Untuk meningkatkan ilmu, demikian kata Bacon, penyelidikan
ilmiah dijadikan usaha bersama. Dalam The New Atlatis, rancangannya
tentang suatu masyarakat utopia, ia memasukkan himpunan para ilmuwan,

8
yang dilengkapi dengan cendekiwandan dana yang melimpah. Ia dapat
dipandang sebagai peletak dasar bagi metode induksi modern dan menjadi
pelopor dalam usaha untuk mensistematisasi secara logis prosedur ilmiah. Ia
berpendapat bahwa akal dapat mengenal adanya Allah. Akan tetapi, mengenai
hal-hal yang lain di dalam theology hal-hal lain itu hanya dapat dikenal
melalui wahyu. Lebi lanjut Bacon menyatakan bahwa tugas ilmu pengetahuan
adalah mengusahakan penemuan-penemuan yang dapat meningkatkan
kemakmuran dan hidup manusia yang enak.
Manusia dalam menyelidiki alam perlu mtode, orang harus
menghindari diri dari rasa prasangka, setelah itu menetapkan fakta-fakta
berdasar percobaan-percobaan yang berulangkali dengan cara yang
bermacam-macam. Setelah itu, fakta-fakta tersebut diikhtisarkan. Selain itu
pula, ia memperkenalkan metode empiris yang dapat menunjukkan caranya
menyusun data-data yang telah diamati, diperlukan sekali bagi ilmu
pengetahuan. Jadi, ilmu pengetahuan hanya dapat diusahakan melalui
pengamatan, percobaan-percobaan, dan penyusunan fakta-fakta.
Secara tidak langsung buah pemikiran Francis Bacon yang meninggal pada
1626 yang menekankan betapa pentingnya pengalaman, eksperimen, dan akal
budi, yang kemudian menjadi pengetahuan modern, dipengaruhi oleh pemikir
terdahulu, Leonardo da Vinci, yang menyatakan bahwa mekanika merupakan
surge ilmu pasti, sebagai pijakan manusia mempelajari alam semesta.
Eksperimen menjadi juru bicara antara alam dana manusia. Pengalaman tidak
pernah berdusta.
5) Erasmus (1466-1536)
Nama lengkap Erasmus adalah Desiderius Erasmus, seorang imam
dari Belanda. Ia dilahirkan di kota Rotterdam tahun 1466. Ayahnya seorang
pendeta, seorang yang tekun mempelajari pengetahuan Yunani klasik. Orang
tuanya meninggal sebelum ia menginjak umur dewasa. Ia dibesarkan dalam
lingkungan gereja, menjadi rahib di biara Steyr. Ia dikenal sebagai penyebar
ajaran humanism, ternyata di Jerman lah ia menemukan pengikut paling

9
banyak. Ia berkelana ke banyak negeri, mempunyai teman di mana-mana, dan
mengadakan hubungan surat-menyurat yang sangat luas di berbagai Negara.
Semua ini membantu penyebarluasan humanism ke seluruh Eropa.
Tokoh Renaisans yang berasal dari Belanda sebagai seorang humanis,
Erasmus telah mengejek para pendeta yang dianggap terbelakang
pemikirannya itu karena mereka selalu mendasarkan diri pada kebenaran
ritual yang mereka lakukan dan berpegang teguh pada tradisi serta adat-
istiadat. Hal itu dikaitkan dengan seluk beluk kepercayaan tentang surge, hari
akhir manusia. Ia berupaya mengkritisi kemurnian teks-teks injil sebagai dasar
kembali kepada kesederhanaan agama nasrani semula.
Usaha Erasmus memurnikan kehidupan gereja dan alam pikiran dalam
gereja itu, pada beberapa pihak menimbulkan konfik dengan gereja. Konflik
yang berkepanjangan itu nantinya bias menyebabkan terjadinya Protetanisme.
Meski Eramus tetap berada dalam tubuh gereja Ktapi orang-orang Protestan
sering menganggapnya sebagai pelopor mereka.
Selain Renaisans memberikan konstribusi dalam bidang ilmu pengetahuan
alam, juga membuahkan pancaran jiwa Renaisans yang bermanfaat bagi
perkembangan dunia modern. Pancaran jiwa Renaisans dapat dipaparkan
sebagai berikut.
Pertama, bahwa bagi diri manusia selain kesejahteran akhirat sebagai
tujuan terpenting, manusia perlu memperhatikan pula nasib di dunia, diri
sendiri, sesame mahluk, dan memperbaiki nasib sesama manusia. Memang,
mementingkan individualisme dapat berakibat tidak baik bagi diri manusia,
mengejar kepentingan materi melebihi batas, dan timbul keserakahan. Hal itu
dapat dilihat dalam dunia modern ini pada kapitalisme global. Merasakan
kebahagiaan materi, bukan hanya pada diri sendiri melainkan juga perlu
memperhatikan sesame manusia, artinya timbul rasa tanggung jawab bersama:
timbul kesadaran, bahwa berbagai bencana yang menimpa umat tidak dapat
diterima sebagai hal-hal yang tidak dapat dielakkan lagi sebagai takdir Tuhan,
melainkan umat harus malihat hal-hal itu sebagai tantangan terhadap akal budi

10
manusia dan rasa persaudaraan manusia. Timbullah kemudian yang dalma
dunia modern disebut dengan istilah social planning.
Kedua, pancaran jiwa Renaisans dapat pula dilihat dalam paham mau
menghargai pendapat-pendapat baru, berarti menolak kekuasaan yang oleh
masyarakat dianggap tidak benar. Bahwa cara-cara yang diikuti orang dengan
meneladani apa yang dikerjakan orang tua tidaklah selalu harus diikuti.
Munculnya para warga kota karena perkembangan indutri dan perdagangan
pada masa Renaisans, mereka berpendapat dan bertindak berbeda terutama
dengan para agamawan.
Ketiga, pancaran jiwa Renaisans juga tercermin manusia mau
menerima hal-hal yang baru dengan penuh keyakinan dan kegembiraan, maka
timbullah apa yang dinamakan paham kemajuan. Godaan manusia terhadap
perkembangan sekularisasi seperti egoism, terlalu mementingkan kepentingan
diri sendiri, perlu dicarikan pemecahannya. Memang, dikesankan oleh
masyarakat di luar Eropa, bahwa mereka mengenal sosok orang-orang Eropa
dengan sifat-sifat keras, tegas, dan egois.

2.4 Zaman Pencerahan (Aufklarung)

Abad 18 pemikiran filsafat diliputi oleh suatu masa yang dinamakan


“Aufklarung” berarti pencerahan (bahasa Inggris : “Enlightenment”). Nama
aufklarung diberikan pada zaman itu karena manusia mencari cahaya baru dalam
rasionya (Winarni dalam Abdulah & Mulyono, 1985).

Zaman ini tidak lepas dari pengaruh Renaissance sebagai gerakan


sebelumnya, dan merupakan buah pahit dari Empirisme dan Rasionalisme yang
muncul beberapa saat sebelumnya. Gerakan Aufklarung ini muncul melanda
hampir semua negara Eropa terutama di Inggris, Perancis dan Jerman.

Tokoh Aufklarung antara lain :

11
Inggris
1) David Hume ( 1711 – 1776 ) .
2) George Berkeley ( 1685 – 1753 ).

Perancis
1) Voltaire ( 1694 – 1778 ).

2) Jean Jacques Rousseau ( 1712 – 1778 ).

Jerman
1) Immanuel Kant ( 1724 – 1804 ).

2.4.1 Masa Pencerahan di Tiga Negara Eropa

a) Pencerahan di Jerman

Pada umumnya Pencerahan di Jerman tidak begitu bermusuhan


sikapnya terhadap agama Kristen seperti yang terjadi di Perancis.
Memang orang juga berusaha menyerang dasar-dasar iman kepercayaan
yang berdasarkan wahyu, serta menggantinya dengan agama yang
berdasarkan perasaan yang bersifat pantheistic, akan tetapi semuanya itu
berjalan tanpa “perang’ terbuka.

Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang


bercita-cita untuk mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan wahyu
menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum, yang
dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan. Sejak semula
pemikiran filsafat dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris dan di
Perancis. Hal itu mengakibatkan bahwa filsafat Jerman tidak berdiri
sendiri.

12
Para perintisnya di antaranya adalah Samuel Pufendorff(1632-
1694), Christian Thomasius (1655-1728). Akan tetapi pemimpin yang
sebenarnya di bidang filsafat adalah Christian Wolff (1679- 1754).5

la mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan


yang pasti dan berguna, dengan mengusahakan adanya pengertian-
pengertian yang jelas dengan bukti-bukti yang kuat. Penting sekali
baginya adalah susunan sistim filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-
gagasan yang jelas dan penguraian yang tegas. Dialah yang menciptakan
pengistilahan-pengistilahan filsafat dalam bahasa Jerman dan
menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah. Karena
pekerjaannya itu filsafat menarik perhatian umum.

Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir


pemikiran Leibniz dan menerapkan pemikiran itu pada segala bidang
ilmu pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang terdapat
penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz.

Hingga munculnya Kant yang filsafatnya merajai universitas-


universitas di Jerman. Orang yang seolah-olah dengan tiba-tiba
menyempurnakan Pencerahan adalah Immanuel Kant (1724-1804).
Yang merupakan Filsuf yang pengaruhnya terhadap filsafat pada dua
ratus tahun terakhir ini,baik di Barat maupun di Timur, hampir secara
universal diakui sebagai filsuf terbesar sejak masa Aristoteles. Ada yang
berpendapat bahwa filsafat pada dua ratus tahun terakhir ini bagaikan
catatan kaki terhadap tulisan-tulisannya. Ada juga yang berpendapat
sistem filsafatnya bagi dunia modern ini laksana Aristoteles bagi dunia
skolastik.

Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur,Jerman.Pikiran-pikiran


dan tulisan-tulisannya membawa revolusi yang jauh jangkauannya

13
dalam filsafat modern.iahidup dizaman Scepticism Sebagian besar
hidupnya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical process of
thought (proses penalaran logis),the external world (dunia eksternal) dan
reality of things (realitas segala yang wujud ).

Kehidupannya dalam dunia filsuf dibagi dalam dua periode:


zaman pra-kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut
pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolff dkk. Tetapi karena
terpengaruh oleh David Hume ( 1711-1776), berangsur-angsur Kant
meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume itulah
yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kriitsnya ,
Kant merubah wajah filsafatnya secara radikal.

Dilingkungan masyarakatnya, Kant sering menjadi subjek


karikatur secara tidak wajar,semisal bahwa rutinitas hariannya amat
kaku sampai-sampai para tetangganya menyetel arloji mereka menurut
kedatangan dan kepergiannya setiap hari,namun cerita semacam ini
mungkin justru mencerminkan integritas kehidupannya yang
bersesuaian dengan ide-idenya sendiri jika kita ingin menilainya secara
positif.ketika meninggal,epitaf di batu nisannya hanya bertuliskan“ Sang
Filsuf “ sebuah sebutan yang dianggap tepat,dengan mempertimbangkan
bahwa periode filsafat yang bermula dengan tampilnya Sokrates
menjadi lengkap dalam banyak hal dengan hadirnya Kant.7

Dengan munculnya Kant dimulailah zaman baru, sebab


filsafatnya mengantarkan suatu gagasan baru yang memberi arah kepada
segala pemikiran filsafat la sendiri memang merasa, bahwa is
meneruskan Pencerahan.

Karyanya yang terkenal dengan menampakkan kritisismenya


adalah Critique of Pure Reason ?. (kritik atas rasio murni) yang

14
membicarakan tentang reason dan knowing process yang ditulisnya
selama lima belas tahun. Bukunya yang kedua adalah Critique of
Practical Reason atau kritik atas rasio praktis yang menjelaskan filsafat
moralnya dan bukunya yang ketiga adalah Critique of judgment atau
kritik atas daya pertimbangan.

b) Pencerahan di Inggris

Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir


yang bermacam-macam keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir yang
seorang lepas daripada yang lain, kecuali tentunya beberapa aliran
pokok.

Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut


Deisme, suatu aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-18, yang
menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert yang dapat disebut
pemberi alas ajaran agama alamiah.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang


agama. Juga agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar
pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu.
Terhadap segala skeptisisme di bidang agama ia bermaksud sekuat
mungkin meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari agama.

Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian


umum yang pasti bagi semua orang dan secara langsung tampak jelas
karena naluri alamiah, yang mendahului segala pengalaman dalam
pemikiran akal. Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan
umum segala manusia, karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu
mengenai soal agama dan kesusilaan. Inilah asas-asas pertama yang
harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga tersusunlah agama

15
alamiah, yang berisi: a) bahwa ada Tokoh yang Tertinggi; b)
bahwamanusia harus berbakti kepada Tokoh yang Tertinggi itu; c)
bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan; d)
bahwa manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin bahwa
tiap pelanggaran kesusilaan harus disesali; e) bahwa kebaikan dan
keadilan Allah memberikan pahala dan hukuman kepada manusia di
dalam hidup ini dan di akhirat. Menurut Herbert, di dalam segala agama
yang positif terdapat kebenaran-kebenaran pokok dari agama alamiah.9

Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 pandangan Herbert
ini dikembangkan lebih lanjut, baik yang mengenai unsur-unsurnya
yang negatif maupun unsur-unsurnya yang positif.

c) Pencerahan di Perancis

Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari


Inggris. Para pelopor filsafat di Perancis sendiri (Descartes, dll) telah
dilupakan dan tidak dihargai lagi. Sekarang yang menjadi guru mereka
adalah Locke dan Newton. Perbedaan antara filsafat Perancis dan
Inggris pada masa tersebut adalah:

Di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil


pemikiran mereka dikenal oleh umum, akan tetapi di Perancis keyakinan
baru ini sejak semula diberikan dalam bentuk populer. Akibatnya filsafat
di Perancis dapat ditangkap oleh golongan yang lebih luas , yang tidak
begitu terpelajar seperti para filsuf. Hal ini menjadikan keyakinan baru
itu memasuki pandaangan umum. Demikianlah di Perancis filsafat lebih
eras dihubungkan dengan hidup politik, sosial dan kebudayaan pada
waktu itu. Karena sifatnya yang populer itu maka filsafat di Perancis
pada waktu itu tidak begitu mendalam. Agama Kristen diserang secara
keras sekali dengan memakai senjata yang diberikan oleh Deisme.

16
Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di Perancis
terdapat bermacam-macam aliran: ada golongan Ensiklopedi, yang
menyusun ilmu pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada
golongan materialis, yang meneruskan asas mekanisme menjadi
materialisme semata-mata.

Diantara tokoh yang menjadi sentral pembicaraan disini adalah


Voltaire (1694-1778), Pada tahun 1726 ia mengungsi ke Inggris. Di situ
ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan Newton. Apa yang telah
diterimanya dari kedua tokoh ini ialah: a) sampai di mana jangkauan
akal manusia, dan b) di mana letak batas-batas akal manusia.
Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal agama alamiah
dan etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup
kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.

Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai gagasan


tentang jiwa (pengaruh Locke).Yang kita amati hanyalah gejala-gejala
psikis. Pengetahuan kita tidak sampai kepada adanya suatu substansi
jiwa yang berdiri sendiri. Oleh karena agama dipandang sebagai terbatas
kepada beberapa perintah kesusilaan, maka ia menentang segala dogma,
dan menentang agama.

Di Perancis pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques


Rousseau(1712-1778), yang telah memberikan penutupan yang
sistematis bagi cita-cita pencerahan di Perancis. Sebenarnya ia
menentang Pencerahan, yang menurut dia, menyebarkan kesenian dan
ilmu pengetahuan yang umum, tanpa disertai penilaian yang baik,
dengan terlalu percaya kepada pembaharuan umat manusia melalui
pengetahuan dan keadaban. Sebenarnya Rousseau adalah seorang filsuf
yang bukan menekankan kepada akal, melainkan kepada perasaan dan

17
subjektivitas. Akan tetapi di dalam menghambakan diri kepada perasaan
itu akalnya yang tajam dipergunakan.

Mengenai agama Rousseau berpendapat, bahwa agama adalah


urusan pribad.. Agama tidak boleh mengasingkan orang dari hidup
bermasyarakat. Kesalahan agama Kristen ialah bahwa agama ini
mematahkan kesatuan masyarakat. Akan tetapi agama memang
diperlukan oleh masyarakat. Akibat keadaan ini ialah, bahwa
masyarakat membebankan kebenaran-kebenaran keagamaan, yang
pengakuannva secara lahir perlu bagi hidup kemasyarakatan, kepada
para anggotanya sebagai suatu undang-undang, yaitu tentang adanya
Allah serta penyelenggaraannya terhadap dunia, tentang penghukuman
di akhirat, dsb. Pengakuan secara lahiriah terhadap agama memang
perlu bagi masyarakat, tetapi pengakuan batiniah tidak boleh dituntut
oleh negara.

Pandangan Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat


dengan ajarannya tentang negara dan masyarakat. Menurut dia,
pendidikan bertugas untuk membebaskan anak dari pengaruh
kebudayaan dan untuk memberi kesempatan kepada anak
mengembangkan kebaikannya sendiri yang alamiah. Segala sesuatu
yang dapat merugikan perkembangan anak.

2.5 Aliran-aliran Filsafat Zaman Modern

Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada zaman modern,


khususnya dalam abad ke-17, adalah persoalan epistemologi. Pertanyaan pokok
dalam bidang epistemologi adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan
dan apakah sarana yang paling memadai untuk mencapai pengetahuan yang
benar, serta apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri. Untuk menjawab
pertanyaan yang bercorak epistemologis ini, maka dalam filsafat yang

18
memberikan jawaban berbeda bahkan saling bertentangan. Aliran filsafat tersebut
ialah rasionalisme dan empirisme.

a) Rasionalisme

Usaha manusia untuk memberi kepada akal suatu kedudukan yang


berdiri sendiri, sebagaimana yang telah dirintis oleh para pemikir renaissans
berlanjut sampai abad ke-17. Abad ke-17 adalah abad dimulainya pemikiran-
pemikirankefilsafatan dalam artian yang sebenarnya. Semakin lama manusia
semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal,
sehingga tampaklah adanya keyakinan bahwa dengan kemampuan akal itu
pasti dapat diterangkan segala macam persoalan, dapat dipahami segala
macam permasalahan, dan dapat dipecahakannya segala macam masalah
kemanusiaan.

Akibat dari keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal itu,


dinyatakanlah perang terhadap mereka yang malas mempergunakan akalnya,
terhadap kepercayaan yang bersifat dogmatis seperti yang terjadi pada abad
pertengahan, terhadap tata-susila yang bersifat tradisi, terhadap apa saja yang
tidak masuk akal, terhadap keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan
yang tidak masuk akal.

Dengan berkuasanya akal ini orang mengharapkan akan lahirnya suatu


dunia baru yang lebih sempurna, suatu dunia baru yang dipimpin oleh akal
manusia yang sehat. Kepercayaan terhadap akal ini terutama terlihat dalam
lapangan filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk menyusun secara
‘a priori’ suatu sistem keputusan akal yang luas dan bertingkat tinggi. Corak
berfikir dengna melulu mengandalkan atau berdasarkan atas kemampuan akal
(rasio), dalam filsafat dikenal dengna nama aliran “rasionalisme”

19
Aliran filsafat ini berpendapat, bahwa sumber pengetahuan yang
memandai dan dapat dipercaya adalah akal (rasio). Hanya pengetahuan yang
diperoleh melalui akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat
umum dan harus mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh sifat umum dan harus
mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Sedangkan
pengalaman hanya dapat dipakai untuk mengukuhkan kebenaran pengetahuan
yang telah diperoleh melalui akal. Menurut aliran ini akal tidak memerlukan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan yang benar, karena akal dapat
menurunkan kebenaran itu dari dirinya sendiri. Metode yang diterapakn oleh
para filsuf rasionalisme ialah metode deduktif, seperti yang berlaku pada ilmu
pasti.

Secara ringkasan dapatlah dikemukakan dua hal pokok yang


merupakan ciri dari setiap bentuk rasio nasionalisme, yaitu:

1) Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang hakiki itu secara


langsung dapat diproleh dengnan menggunakan akal sebagai sarananya.
2) Adanya suatu penjabaran secara logik atau deduktif yang dimaksudkan
untuk memberikan pembuktian seketat mungkin mengenai lain-lain segi
dari seluruh sisa bidang pengetahuan berdasarkan atas apa yang dianggap
sebagai kebenaran-kebenaran yang hakiki tersebut diatas.

Tokoh penting dibalik aliran filsafat rasionalisme adalah Rene


Descartes (1598-1650) yang juga adalah pendiri filsafat modern. Ia pantas
untuk mendapat kedudukan itu dengan alasan; pertama, karena usaha mencari
satu-satunya metode dalam seluruh cabang penyelidikan manusia; kedua,
karena dia memperkenalkan dalam filsafat, terutama tentang penelitian dan
konsep dalam filsafat yang menjadi prinsip dasar dalam perkembangan filsafat
modern. Metode Descrates dimaksudkan bukan saja sebagai metode penelitian

20
ilmiah, ataupun penelitan filsafat, melainkan sebagai metode penelitian
rasioanal mana saja, sebab akal budi manusia selalu sama.

Descartes memulai metodenya dengan meragu-ragukan segala macam


pernyataan kecuali pada satu pernyataan saja, yaitu bahwa ia sedang
melakukan keragu-raguan sendiri menegaskan bahwa ia dapat saja meragukan
segala hal, namun satu hal yang tidak mungkin diragukan adalah kegiatan
meragu-ragukan itu sendiri. Maka ia sampai pada kebenaran yang tak
terbantahkan, yakni: saya berfikir, jadi saya ada (cogilo ergo sum). Pernyataan
ini begitu kokoh dan dan meyakinkan, sehingga anggapan kaum skeptik yang
paling ekstrim pun tidak akan mampu menggoyahkannya. Cogito ergo sum ini
oleh Descartes diterima sebagai prinsip pertama dari filsafat.

Sistem filsafat yang dikembangkan Descartes tak dapat dipisahkan


dari sikap kritik yang berkembang dalam pergolakan renaissans, kebangkitan
budaya yang sekaligus membawa suatu skeptisisme terhadap dogma-dogma
agama dan praktek politik yang sampai saat itu menjamin ketahanan status
gereja dan negara. Skeptisisme ini meluas menjiwai Descartes yang dengan
konsekuen meragukan pengetahuan yangkita peroleh secara inderawi. Tetapi
kemudian metode keraguan ini akhirnya dapat menumbangkan skeptisisme
yang berkelanjutan (ekstrim), karena menemukan suatu landasan kebenaran
baru.

b) Empirisisme

Para penganut aliran empirisisme dalam berfisafat bertolak belakang


dengan para penganut aliran rasionalisme. Mereka menentang pendapat-
pendapat para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-
kepastian yang bersifat ‘apriori’. Menurut penganut empirisisme metode ilmu
pengetahuan itu bukan bersifat ‘apriori’ tetapi ‘a posterori’. Yang dimaksud

21
dengan metode a posteriori ialah metode yang berdasarkan atas hal-hal yang
datang atau terjadinya atau adanya kemudian.

Bagi penganut empirisisme sumber pengetahuan yang memadai itu


ialah pengalaman, yang dimaksud dengan pengalaman disini ialah
pengalaman lahir yang menyangkut dunia, dan pengalaman batin yang
menyangkut pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan
bertugas untuk mengatur dan mengelolah bahan-bahan atau data yang
diperoleh melalui pengalaman.

Aliran empirisisme pertama kali berkembang di di Inggris pada abad


ke-15 dengan Francis Bacon sebagai pelopornya. Bacon memperkenalkan
metode eksperimen dalam penyelidikan atau penelitian. Menurut Bacon,
manusia melalui pengalaman dapat mengetahui benda-benda dan hukum-
hukum relasi antara benda-benda.

Selanjutnya paham ini dikembangkan oleh David Hume (1661-1776),


ia menegaskan bahwa sumber satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan
adalah pengalaman, dan ia sangat menentang kaum rasionalisme yang
berlandaskan pada prinsip ‘apriori’ yang bertitik tolak pada dari ide-ide
bawaan. Ia mengajarkan bahwa bahwa manusia tidak membawa pengetahuan
bawaan kedalam hidupnya. Sumber-sumber pengetahuan adalah pengamatan,
melalui pengamatan ini amnusia memperoleh dua hal yaitu: Kesan-kesan
(impresion) adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman,
baik lahir maupun batiniah. Kemudian Pengertian (ideas) merupakan
gambaran tentang pengamatan yang redup, kabur atau samar-samar yang
diperoleh dengan merenungkan kembali atau merefleksikan dalam kesadaran
kesan-kesan yang telah diterima melalui pengamatan langsung.

22
Pada hakikatnya pemikiran Hume berisifat analitis, kritis, dan skeptis.
ia berpangkal pada suatu keyakian bahwa hanya kesan-kesanlah yang pasti,
jelas dan tidak dapat diragukan.

c) Kritisisme

Sebagaimana telah disebutkan paham empirisisme secara berat sebelah


memberikan titik berat pada pengalaman inderawi yang bersifat langung
sedangkan paham rasionalisme memberikan peranan yang terlalu besar
kepada pikiran manusia, artinya memberikan titik berat atau pengutamaan
pada pengelihatan yang bersifat akali dan penjabaran yang berifat logik.

Seorang filsuf besar Jerman bernama Immanuel Kant (1724-1804)


yang disebut dengan aliran filsafat kritisisme. Kritisisme adalah sebuah teori
pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dalam
filsafat rasionalisme dan empirisisme dalam suatu hubungan yang seimbang,
yang satu tidak terpisah dari yang lain. Menurut Kant pengetahuan merupakan
hasil terakhir yang diperoleh dengan adanya kerjasama diantara 2 komponen.
Kant mencoba untuk mempersatukan rasionalisme dan empirisisme,
mengatakan bahwa dengan hanya mementingkan salah satu dari dua aspek
sumber pengetahuan (rasio dan empiri) tidak akan diperoleh pengetahuan
yang kebenarannya bersifat universal sekaligus dapat memberikan informasi
baru.

Pengetahuan yang rasional adalah pengetahuan yang analitis ‘apriori’,


disini prediakt sudah termuat dalam subyek. Sedangkan pengetahuan yang
empiris adalah pengetahuan yang sintesis a posteriori, disini prediakat
dihubngkan dengan subyek yang berdasarkan pengalaman inderawi. Masing-
masing mempunyai kekuatan dan kelemahan. Pengetahuan rasional (analitik a
priori) adalah pengetahuan yang bersifat universal, tapi tidak meberikan

23
informasi baru. Sebaliknya pemgetahuan empiris (sintesis a posteriori) daapt
memberikan informasi baru, tetapi kebenaranya tidak universal.

Untuk menyelesaikan perbedaan pandangan pandangan antara


rasionalisme dan empirisisme ini, Kant mengemukakan bahwa pengetahuan
itu seharusnya sistesis a priori. yang dimaksud dengan pengetahuan sistesis a
priori ini ialah, pengetahuan bersumber dari rasio dan empiri yang sekaligus
bersifat a priori dan a posteriori. Disini akal budidan pengalaman inderawi
dibutuhkan serentak. Selanjutnya Kant mengatakan pengetahuan selalu
bersifat sintesis. Pengetahuan iderawi misalnya merupakan sistesis hal-hal
dari luar dan dari bentuk-bentuk ruang dan waktu didalam saya. Sedangkan
pengetahuan dari akal merupakan sistesis dari data inderawi dan sumbangan
dari kategori-kategori.

d) Idealisme

Aliran filsafat idealisme dalam abad ke-19 merupakan kelanjutan dari


pemikiran filsafat rasionalisme pada abad ke-17. Para pengikut aliran
idealisme ini pada umumnya filsafatnya bersumber dari filsafat kritismenya
Immanuel Kant. Fichte (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut
idelalisme subyektif adalah merupakan murid dari filsuf Kant. Demikian juga
dengan Scelling yang fisafatnya disebut dengan idealisme obyektif. Kemudian
kedua idealisme ini disintesiskan dalam filsafat idealisme mutlaknya Hegel
(1770-1831).

Bagi Hegel pikiran adalah ensensi dari alam dan alam adalah
keseluruhan jiwa yang diobyektifkan. Alam adalah proses pemikiran yang
memudar, yang adalah juga akal yang mutlak (absolute reason) yang
mengekspresi dirninya dalam bentuk luar. Oleh karena itu menurut Hegel
hukum-hukum pikiran merupakan hukum-hukum realitas. Sejarah adalah cara
zat yang mutlak (absolute) itu menjelma dalam pengalaman manusia. Oleh

24
karena alam itu satu, bersifat mempunyai maksud serta berpikir, maka alam
itu berwatak pikiran. Jika kita memikirkan keseluruhan tata tertib yang
mencakup in-organik, organik, tahap-tahap keberadaan spritual dalam suatu
tata tertib yang mencakup segala-galanya, pada waktu itulah kita
membicarakan tetang yang mutlak, jiwa yang mutlak atau Tuhan.

Hegel secara sepintas tampaknya mengingkari adanya realitas luar


atau realitis obyektif. Akan tetapi sebenaranya ia tidak mengingkari adanya
relaitas luar atau realitas obyektif tersebut. Hegel hanya percaya pada bahwa
sikapnya adalah satu-satunya sikap yang bersifat adil kepada segi obyektif
pengalaman. Hal ini karena ia menemukan dalam alam prinsip-prinsip akal
dan maksud yang sama seperti yang ditemukan manusia dalam dirinya
sendiri.Dalam diri manusia terdapat suatu akal yang memiliki maksud
didalam alam. Hegel percaya bahwa hal ini ditemukan bukan sekedar
difahami dalam alam. Alam menurut Hegel sudah ada sebelum manusia, tetapi
ada artinya dalam dunia, mengandung arti bahwa ada sesuatu seperti akal atau
pikiran ditengah-tengah idealitas. Tata tertib realitas sangat berarti itu
diberikan kepada manusia agar ia memikirkan dan berpartisipasi di dalamnya.
Keyakinan terhadap arti dan pemikrian dalam struktur dunia merupakan
intuisi dasar yang menjadi asas idealisme.

e) Positivisme

Pendiri dan sekaligus tokoh terpenting dari aliran filsafat positivisme


Aguste Comte (1798-1857). Filsafat Comte anti-metafisis, ia hanya menerima
fakta-fakta yang ditemuakn secara positif-ilmiah, dan menjauhkan diri dari
semua pertanyaan yang mengatasi bidang ilmu-ilmu positif. Semboyan Comte

25
yang terkenal adalah “ savoir pour prevoir” (mengetahui supaya siap untuk
bertindak), arinya manusia harus menyelidiki gelaja-gejala dan hubungan-
hubungan anttar gejalagejal supaya ia dapat meramalkan apa yang terjadi.
Filsafat positivisme Comte disebut juga faham empirisisme-kritis, bahwa
pengamatan dengan teori berjalan seiring. Bagi Comte pengamatan tidak
mungkin dilakukan tanpa melakukan tanpa melakukan penafsiran atas dasar
sebuah teori dan pengamatan juga tidak mungkin dilakukan secara “terisolasi”
dalam arti harus dikaitkan dengan dengan suatu teori. Metode positivisme
aguste Comte menekankan pandangan pada hubungan antar fakta yang satu
dengan yang lain. Bagi persoalan filsafat yang penting bukan masalah hakikat
atau asal mula pertama dan tujuan akhir gelaja-gejala, melainkan bagaimana
hubungan antara gejala-gejala yang satu dengan yang lain.

f) Marxisme

Pendiri aliran filsafat ini adalah Karl Marx (1818-1883). Filsafat Marx
adalah perpaduan antara metode dialektika Hegel dan filsafat materialisme
Feuerbach. Marx mengkritik Hegel yang menurutnya berjalan atas kepalanya.
oleh karena itu filsafat ini harus diputarbalikan. Filsafat abstrak harus
ditinggalakan karena teori, interprestasi, spekulasi dan sebagainya tidak
mnghasilkan dalam perubahan masyarakat. Sama halnya seperti Hegel, Marx
mengajarkan bahwa sejarah dijalankan oleh suatu logika sendiri, namun ia
tidak sependapat dengan Hegel yang mengatakan bahwa “motor” sejarah
adalah “ide” atau “roh” yang sedang berkembang. Bagi Marx motor sejarah
teridiri dari hukum-hukum sosial ekonomis dan ukum ini tidak merupakan
suatu yang “transenden” yang mengataasi manusia dan dunia, melainkan
justru merupakan hasil kerja yang perjuangan manusia sendiri.

26
BAB 3.PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern ditandai oleh suatu era
yang disebut dengan “renaisans”. Renaissans adalah suatu zaman yang sangat
menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk

27
menentang pols pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan
suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan bentuk suatu pola
pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaissans terkenal dengan era kelahiran
kembali kebebasan manusia dalam berfikir.

Zaman aufklarung tidak lepas dari pengaruh Renaissance sebagai gerakan


sebelumnya, dan merupakan buah pahit dari Empirisme dan Rasionalisme yang
muncul beberapa saat sebelumnya. Gerakan Aufklarung ini muncul melanda hampir
semua negara Eropa terutama di Inggris, Perancis dan Jerman. Serta pada zaman
modern terdapat berbagai aliran filsafat diantaranya rasionalisme, empirisme,
kritisme, idealisme, positivisme dan marxisme.

DAFTAR PUSTAKA

Winarni, Retno. 2013. Sejarah Pemikiran Modern. Yogyakarta: LaksBang


Pressindo.

Sundoro, M.Hadi. 2007. Dari Renaissance sampai Imperialisme Modern.


Jember University Press.

Bertens, K. 1991. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: KANISIUS

28
Mustansyir, Rizal & Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

https://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/filsafat-abad-ke-18-era-
aufklarung/

29

Anda mungkin juga menyukai