Anda di halaman 1dari 5

NAMA : LINTAN PUTRI AGUSTINA

NIM : 23041020005
PRODI : PERBANDINGAN MAZHAB
MATA KULIAH : STUDI KEISLAMAN

RINGKASAN BAB 7
STUDI SEJARAH ISLAM

A. MAKNA SEJARAH
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah. Dari segi bahasa,
al-tarikh berarti ketentuan masa atau waktu, sedang 'Ilmu Tarikh ilmu yang
membahas penyebutan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian, masa atau
tempat terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.
Sedangkan menurut istilah, al-tarikh berarti; "sejumlah keadaan dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan benar- benar terjadi pada diri individu
atau masyarakat, sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam
dan manusia".
Dalam bahasa Indonesia sejarah berarti: silsilah; asal-usul (keturunan);
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan
Ilmu Sejarah adalah "pengetahuan atau uraian tentang peristiwa- peristiwa dan
kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dan Dalam bahasa
Inggris sejarah disebut history, yang berarti orderly desription of past events (uraian
secara berurutan tentang kejadian-kejadian masa lampau).
Sejarah memang berbeda dengan hikayat, kisah, legenda, dan sebagai nya.
Sejarah harus dapat dibuktikan kebenarannya dan harus logis, karena itu semua
cerita yang tidak masuk akal apalagi tidak bisa dibuktikan kebe- narannya tidak bisa
dikatakan sejarah. Dalam sejarah berlaku hukum sebab akibat, walaupun tidak
semua sebab yang sama melahirkan akibat yang sama, demikian pula tidak
selamanya akibat yang sama itu mesti dilahirkan oleh sebab yang sama.
Pada saat sejarah hanya berupa catatan peristiwa atau kejadian, mung- kin
orang tidak berselisih pendapat. Tetapi ketika menyangkut interpretasi- nya, maka
timbullah perbedaan pendapat. Karena yang membuat sejarah adalah manusia dan
yang mencatat atau menulisnya adalah manusia, sehing ga keragaman dalam
menginterpretasikan suatu peristiwa atau kejadian adalah suatu yang tidak bisa
dielakkan selaras dengan pembawaan manusia itu sendiri.

B. PERIODISASI SEJARAH ISLAM


Di kalangan ahli sejarah terdapat perbedaan pandangan tentang kapan
dimulainya sejarah Islam yang telah berusia lebih dari empat belas abad ini. Di satu
pihak menyatakan bahwa sejarah Islam (muslim) dimulai sejak Nabi Muhammad
SAW diangkat sebagai Rasul, dan berada di Mekkah atau tiga belas tahun sebelum
hijrah ke Madinah. Di lain pihak menyatakan, bahwa sejarah Islam itu dimulai sejak
lahirnya negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi SAW atau tepatnya setelah Nabi
SAW berhijrah ke Madinah yang sebelumnya bernama Yatsrib.
Perbedaan pendapat tersebut akan tercermin pada pembagian periodisasi
sejarah (kebudayaan) Islam yang dikemukakan oleh para ahli, terutama dalam hal
tahun permulaan sejarah Islam pada periode pertama atau biasa disebut periode
klasik, dan bahkan ada yang menyebutkan sebagai periode praklasik guna mengisi
babakan sejarah Islam belum yang disebutkan secara tegas dalam periode klasik
tersebut.
Hasjmy menyatakan bahwa para ahli sejarah kebudayaan telah membagi
sejarah kebudayaan Islam kepada sembilan periode, sesuai dengan perubahan-
perubahan politik, ekonomi, dan sosial dalam masyarakat Islam selama masa-masa
itu, yakni:
1. Masa permulaan Islam, yang dimulai sejak lahirnya Islam pada tanggal 17
Ramadhan 12 tahun sebelum hijrah sampai tahun 41 Hijriyah, atau 6 Agustus
601 sampai 661 M;
2. Masa Daulah Amawiyah: dari tahun 41-132 Hadits (661-750M);
3. Masa Daulah Abbasiyah Islam: dari tahun 132-232 H (750-847 M);
4. Masa Daulah Abbasiyah II: dari tahun 232-334 Hadits (847-946 M);
5. Masa Daulah Abbasiyah III: dari tahun 334-467 H (946-1075 M);
6. Masa Daulah IV: dari tahun 467-656 Hadits (1075-1261):
7. Masa Daulah Mangolilah: dari tahun 656-925 H (1261-1520 M);
8. Masa Daulah Usmaniyah: dari tahun 925-1213 Hadits (1520-1801 M);
9. Masa Kebangkitan Baru: dari tahun 1213 H (1801 M)
Disisi lain Harun Nasution juga telah membagi sejarah Islam secara garis
besar ke dalam tiga (3) periode besar, yaitu periode klasik (650-1250 M); periode
pertengahan (1250-1800 M): dan periode modern (1800 M-dan seterusnya).

C. BEBERAPA PERISTIWA PENTING YANG TERJADI PADA MASING3-


MASING PERIODE SEJARAH ISLAM
periodisasi sejarah Islam secara garis besarnya dibagi ke dalam 4 (empat) periode
besar, yaitu :
1. Periode Praklasik (610-650 M)
a. Fase Pembentukan Agama (610-650 M)
Pada fase ini Nabi SAW. melakukan kegiatan pembentukan akidah dan
pemantapannya serta pengalaman ibadah di kalangan umat Islam. Setelah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dan wahyu-wahyu
berikutnya, kemudian Nabi SAW memperkenalkan Islam kepada
masyarakatnya di Mekkah berdasarkan wahyu tersebut. Dakwah yang beliau
lakukan melalui tiga tahapan, yaitu: Pertama, memperkenalkan Islam secara
rahasia, dalam arti terbatas pada keluarga terdekat dan teman-teman
akrabnya, pelalui pendekatan pribadi. Kedua, dilakukan secara semi rahasia,
dalam arti mengajak keluarga-nya yang lebih luas dibandingkan pada tahap
pertama, terutama keluarga yang bergabung dalam rumpun Bani Abdul
Muthalib (Baca QS. as-Syu'ara: 214). Namun demikian di kalangan mereka
banyak yang tidak tertarik ter-hadap Islam, bahkan berusaha meninggalkan
Nabi SAW. serta mengejeknya. Ketiga, dilakukan secara terbuka dan terang-
terangan di hadapan masyarakat umum dan luas(Baca QS. al-Hijr: 94) pada
tahap ini Nabi SAW beserta para pengikutnya menghadapi oposisi dari
berbagai pihak, bahkan mendapatkan siksaan berat sebagiannya
mengakibatkan kematian.

b. Fase Pembentukan Negara (622-632 M)


c. Fase Pra-Ekspansi (640-650 M). Yang Merupakan Fase Ekspansi Pertama
(Pendahuluan), Yang Pada Dasarnya Dapat Dibagi Ke Dalam 4 Fase, Yaitu:
1) Fase konsolidasi
2) Fase pembuka jalan
3) Fase pemerataan jalan
4) Fase jalan buntu

2. Periode Klasik (650-1250 M)


Pada periode klasik ini merupakan zaman kemajuan umat Islam. Harun Nasution
telah membagi periode klasik ini ke dalam dua (2) fase, yaitu:
a. Fase Ekspansi, Integritas, Dan Puncak Kemajuan (650-1000 M)
b. Fase Disintegrasi (1000-1250 M)

3. Periode Pertengahan (1250-1800 M)


Periode pertengahan ini juga dibagi kedalam (2) fase, yaitu
a. Fase Kemunduran (1250-1500 M)
b. Fase Tiga Kerajaan Besar (1500-1700 M) Yang Dimulai Dengan Zaman
Kemajuan (1500-1700 M). Tiga Kerajaan Besar Tersebut Ialah Kerajaan
Usmani (Ottoman Empire) Di Turki, Kerajaan Safawi Di Persia, Dan Kerajaan
Mughal Di India.

4. Periode Modern (1800 M-Dan Seterusnya)


Periode ini merupakan zaman kebangkitan umat Islam, ekspedisi Napoleon di Mesir
yang berakhir pada tahun 1801 M yang berakibat jatuh- nya Mesir ke tangan Barat,
membuka mata dunia Islam terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan
kelemahan umat Islam dibanding dengan kemajuan dan kekuatan Barat yang baru
bangun dari tidurnya tahun 1000 M. Atas dasar itulah, maka raja-raja dan para
pemuka Islam mulai berpikir bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat
Islam kembali, serta mencari jalan untuk mengembalikan balance of power yang
telah pincang dan membahayakan kehidupan umat Islam.

D. MASALAH KEPEMIMPINAN UMAT SETELAH NABI MUHAMMAD SAW


WAFAT
Sebelum Nabi Muhammad SAW. wafat, ternyata beliau tidak memberi
petunjuk/wasiat tentang siapa hendak menggantikannya atau memimpim umat
setelah beliau wafat. Sehingga masalah kepemimpinan umat menjadi perhatian
yang serius di kalangan sahabat setelah beliau wafat. Pemilihan seorang pengganti
Nabi untuk memimpin umat ini amat diperlukan guna melanjutkan cita-cita
perjuangan Nabi dalam rangka pengembangan (dakwah) agama Islam.

1. Model-model Pemilihan Pemimpin Umat (Khalifah)


a. Pemilihan Abu Bakar sebagai Khalifah (632-634 M/11-13 H)
1) Proses pemilihannya
2) Masalah keterlambatan baiat Ali terhadap Abu Bakar
b. Pemilihan Umar bin Khathab sebagai Khalifah (623-644 M/13-23 H)
c. Pemilihan Usman bin Affan sebagai khalifah (644-656 M/23-25 H)
d. Pemilihan Ali bin Abi Thalib sebgai Khalifah (656-661 M/35-40 H)

2. Strategi Kepemimpinan Abu Bakar


Ditinjau dari segi politis, situasi kepemimpinan Abu Bakar lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan masa-masa berikutnya, sehingga para sahabat banyak
berkumpul di Madinah. Sedangkan kekuatan yang sangat menentukan keberhasilan
ini adalah dukungan mutlak dari Umar bin Khatbah, sahabat yang paling disegani
oleh kaum muslimin saat itu, bahkan karena alasan ini pula Abu Bakar menunjuk
Umar sebagai penggantinya. Kepemimpinan Abu Bakar dapat disimpulkan dari sisi
pidatonya pada hari pembaiatan, kebijakan-kebijakan yang disampaikan secara
terbuka kepada umat Islam di Masjid Nabawi, sehingga menimbulkan “sense of
belonging” pada kalbu umat terhadap misi2 kepemimpinannya.

3. Kepemimpinan Umar Bin Khatab


Umar bin Khathab menjadi khalifah atau memimpin umat Islam selama 10 (sepuluh)
tahun (13-23 H/634-644 M). Kepemimpinan Umar bin Khathab ditandai dengan
perluasan wilayah (ekspansi), menembus batas budaya regional sampai Irak dan
Persia di Timur, Suriah di Utara dan Mesir di Barat, keberhasilannya menjaga stabili-
tas negara menunjukkan kenegarawanannya. Selama kepemimpinannya Umar Bin
Khathab mengemukakan beberapa inovasi baik di bidang pemerintahan, moneter,
hukum, kemiliteran, infrastruktur sosial ekonomi, maupun bidang pendidikan, dan
agama.

4. Kepemimpinan Usman Bin Affan


Pemerintah yang dipegang oleh Usman berarti penggantian sistem pemerintahan
radikal, keras dan disiplin dengan sistem lemah lembut, yang hal ini mungkin ada
kaitannya dengan sikap pribadi Usman sendiri sebagai seorang kaya tetapi
dermawan dan pemurah. Pada masa pemerintahan Usman juga terlihat beberapa
pembangunan yang menonjol seperti pembangunan armada laut, pembangunan
Masjid Nabi di Madinah, dan membentuk satu panitia untuk menghimpun
membukukan Al-Qur’an.
Usman menduduki jabatan khalifah selama 12 (dua belas) tahun. Para pengamat
sejarah menilai kepemimpinan Usman pada enam tahun pertama sebagai
kepemimpinan yang baik, tetapi pada enam tahun berikutnya dinilai kurang baik.
Malahan dia dituduh sebagai seorang nepotis oleh lawan-lawan politiknya. Namun
dalam kenyataannya Usman mengangkat saudara-saudara sepupunya pada posisi-
posisi strategis, baik di pusat maupun di daerah-daerah. Dilihat dari segi itu memang
cukup beralasan untuk menuduh Usman sebagai nepotis.

5. Tragedi Kematian Usman Bin Affan Dan Dampaknya Dalam Perjalanan


Sejarah Umat Islam
Tragedi kematian Usman tersebut mempunyai dampak yang panjang terhadap
sejarah Islam. Yang paling dekat adalah dirasakan oleh Ali bin Abi Thalib sewaktu
dia menjadi khalifah, semenjak kematian Usman, pemerintahan Ali tidak pernah
dalam suasana tenang dan tenteram. Inilah buah akibat (dampak) langsung yang
dirasakan oleh Ali dan tidak berhasilnya Ali dalam menahan lajunya kekuasaan
Umaiyah menjadi pembatas berakhirnya sistem khalifah dan diganti dengan sistem
kerajaan.

6. Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib


Tampilnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dianggap kemenangan bagi pihak yang
menganut ide hak legitimasi. hal ini tidak dikehendaki oleh Ali sendiri, namun yang
jelas keadaan ini telah menempatkan posisi Ali menjadi sulit dan tidak
menguntungkan. Selama 5 (lima) tahun Ali bin Abi Thalib memangku jabatan
khalifah, sejak semula dia harus menghadapi bermacam-macam reaksi yang keras.
Aisyah binti Abu Bakar, Thalhah dan Zubair, mereka beroposisi dengan Ali dengan
cara meninggalkan Madinah. Ali terlebih dahulu melakukan menindas gerakan
oposisi yang dilakukan oleh Aisyah, Thalhah dan Zubair, sehingga terjadilah perang
jamal (unta).
Dalam perang Jamal tersebut kemenangan berada dipihak Ali. Sedangkan dalam
perang antara Ali dan Mu'awiyah di Shiffin di tebing sungai Tigris, posisi Ali menjadi
makin terpojok. Bukan saja perang itu berakhir dengan Tahkim Shiffin yang tidak
menguntungkan pihak Ali, bahkan sebagai akibat dari kasus tahkim tersebut kubu Ali
sendiri menjadi terpecah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Syi'ah di satu pihak
tetap setia kepada Ali; dan kelompok Khawarij di lain pihak yang beroposisi baik
terhadap Mu'awiyah maupun terhadap Ali sendiri.

Anda mungkin juga menyukai