DISUSUN OLEH :
1. Zalzabila Tiananda (18521194)
2. Yuhamisa (18521198)
3. Nasha Salvadila (18521199)
4. Meylina Tri Setyaningsih (18521206)
5. Annisa Luthfiah Zulfa (18521217)
6. Septiani Putri (18521219)
Sosok manusia terpopuler sepanjang masa telah lahir di padang pasir tandus
menjelang akhir abad ke enam Masehi. Namanya paling banyak disebut, dan tak
tertandingi oleh tokoh dunia mana pun di muka bumi. Keluhuran budi pekertinya
menjadi suri tauladan bagi siapapun yang mendambakan kedamaian dan kebahagiaan.
Ajaran yang dibawanya adalah obat penerang bagi setiap pecinta kebenaran. Beliau
adalah Nabi terakhir yang diutus Tuhan sebagai penyempurna dari ajaran-ajaran yang
dibawa oleh nabi-nabi terdahulu. Beliau lahir di tengah hiruk-pikuk kejahiliyahan,
yang penuh akan kegelapan pekat, maka beliau lah yang menyalakan pelita kebenaran.
Bagi setiap muslim, mempelajari dan memahami kehidupan dan perjuangan
Muhammad merupakan keniscayaan, dan mengikuti ajarannya adalah kewajiban.
Tulisan ini memang tidak menyajikan uraian yang rinci dan detail, namun telah
diupayakan untuk memberikan gambaran yang utuh sekalipun hanya dalam garis besar.
Rujukan yang digunakan untuk tulisan ini diharapkan bisa sedikit membantu untuk
memperluas wawasan dan mengetahui lebih jauh kehidupan dan perjuangan beliau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peradaban Islam
Peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan
teknologi yang sudah lebih tinggi. Pengertian lain menyebutkan bahwa peradaban
adalah kumpulan seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia, baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-
nilai, tatanan, seni budaya, maupun iptek).( The Disintegrations of Civilization, 1965)
Dengan merujuk pada narasi di atas, maka dapat dikonsepsikan bahwa
peradaban Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan umat islam pada masa
lampau yang benar- benar terjadi dalam aspek politik, ekonomi, dan teknologi yang
bersumberkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Peradaban Islam merupakan identiitas ummat Islam sejak masa lampau.
B. Masa Pra kenabian
Masa pra kenabian adalah masa dimana Manusia pada abad ke-6 dan ke-7
masehi, hidup dalam kegelapan dan kebodohan, ketika telah tersebar merata
paganisme, khurafat, fanatisme kebangsaan, rasialisme dan kesenjangan antara
tingkatan kehidupan manusia dalam tatanan sosial kemasyarakatan dan politik serta
penyimpangan-penyimpangan yang sangat jauh dari fitrahnya mereka.
Kemudian semua pemikiran dan ajaran yang membawa kepada perbaikan
manusia baik yang datang dari para Nabi dan Rasul yang diturunkan kepada mereka
ataupun dari para tokoh cendikiawan dan ahli hikmah yang masih berada diatas
fithrohnya yang benar telah tersimpangkan dan dibuang jauh-jauh dari kehudupan
mereka, sehingga benar-benar mereka menjadi masyarakat yang rusak dan jauh dari
kebenaran. Keadaan ini merata kecuali pada sekelompok ahli kitab yang masih
berpegang teguh dengan agama mereka yang benar dan belum tersimpangkan, namun
mereka inipun telah habis seluruhnya atau sebagian besarnya menjelang kenabian
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Manusia ketika itu, adalah satu dari dua keadaan :
1) antara ahli kitab yang berpegang teguh kepada kitab, ada kalanya sudah
dirubah dan dihapus hukumnya dan ada kalanya agama yang telah lenyap, yang
sebagiannya tidak diketahui dan yang lainnya ditinggalkan,
2) ummi (buta huruf) dari orang arab dan a’jam yang senang beribadah kepada
apa saja yang ia anggap baik dan bermanfaat, berupa bintang, berhala, kuburan, patung
atau yang lainnya. Manusia dalam keadaan jahiliah yang sangat bodoh, menyakini
pernyataan dan pendapatnya sebagai ilmu ternyata itu adalah kebodohan dan menyakini
amalan-amalannya sebagai amalan sholeh ternyata rusak. Paling baiknya mereka dalam
ilmu dan amal adalah memiliki sedikit ilmu warisan para Nabi ‘alahis shalatu
wassalaam terdahulu yang telah bercampur antara kebenaran dan kebatilannya atau
melakukan sedikit amalan yang disyari’atkan dan kebanyakan amalannya bid’ah yang
hampir tidak memberikan pengaruh dalam kebaikannya walaupun sedikit atau
bersungguh-sungguh meneliti seperti kesungguhan para filosof lalu seluruh pikirannya
lebur dalam perkara materi dan hitungan serta perbaikan akhlak, setelah susah payah
yang tidak dapat disifatkan kepada sedikit kata yang membingungkan, tidak
mendapatkan ilmu ilahi, kebatilannya lebih banyak berlipat-lipat dari kebenarannya
jika berhasil.
C. Masa Kenabian.
Kenabian (bahasa Arab: )النبوةberarti membawa pesan wahyu dari Allah swt untuk
membimbing umat manusia. Untuk memenuhi tujuan penciptaan dan pencapaian manusia pada
kesempurnaan yang di kehendaki, pengutusan para nabi adalah hal yang darurat dan
diperlukan. Ciri-ciri paling penting para nabi adalah berikut: penerimaan wahyu, keajaiban
(mukjizat) dan keterjagaan dari dosa (ismah).
Ajaran kenabian termasuk dari prinsip-prinsip agama, yang mana percaya kepadanya
adalah suatu keharusan dan syarat menjadi seorang Muslim. Ajaran ini dalam Islam berarti
meyakini kenabian Nabi Muhammad saw dan para nabi yang disebutkan dalam Alquran atau
hadis. Kenabian dimulai dari Nabi Adam as dan sesuai dengan ayat eksplisit dari Alquran,
berakhir dengan kenabian Muhammad saw. Syiah dan Sunni dalam hal ini satu sama lain
sependapat.
Berdasarkan ayat-ayat Alquran dan hadis, Syiah percaya bahwa setelah kenabian
berakhir, Allah akan menempatkan Para Imam untuk menjaga, melestarikan dan menjelaskan
agama.
Dengan demikian masa kenabian adalah masa dimana telah di turunkan seorang nabi
mulai dari nabi Adam A.S sampai nabi terakhir yaitu nabi Muhammad SAW yang membawa
pesan dari Allah SWT untuk membimbing umat manusia sehingga keluar dari zaman
kebodohan ke zaman terang benderang.
BAB III
PEMBAHASAN
Ketika Nabi tiba di makkah seusai berdagang, beliau membawa banyak sekali
keuntungan dari hasil dagangannya di syam. Maisarah pun mengabarkan kepada khadijah
tentang kecerdikan dan kejujuran nabi dalam berdagang. Mengetahui semua itu maka
khadijah tertarik untuk menikahi nabi. Khadijah meminta seorang rekannya untuk
membuka jalan agar nabi mau menikah dengannya. Dan ternyata nabi bersedia menikah
dengan khadijah. Mas kawin nya adalah 20 ekor unta muda. Pada waktu menikah, usia
khadijah 40 tahun. Nabi tidak pernah menikah dengan wanita lain sampai khadijah meninggal
dunia.
Saat nabi berusia 35 tahun, orang-orang quraisy sepakat untuk merenovasi ka’bah. Hal
ini dikarenakan ka’bah hanya berupa susunan batu yang tidak ada atapnya sehingga
mudah bagi pencuri untuk mencuri barang- barang yang ada di dalamnya. Ditambah lagi
makkah pernah dilanda banjir besar, yang semakin menambah kekhawatiran akan robohnya
ka’bah. Namun demikian, mereka masih bimbang apakah akan membangun lagi atau
membiarkannya seperti itu.Namun akhirnya mereka sepakat untuk merobohkannya,dan
membangunnya kembali dengan menggunakan bahan-bahan yang baik saja.
Ketika pembangunan ka’bah sampai pada tahap meletakkan hajar aswad, terjadi
perselisiihan tentang siapa yang berhak untuk meletakkannya. Perselisihan ini terus
berlangsung hingga seorang bernama abu umayyah mengusulkan jalan keluar yaitu
menyerahkan perkara ini kepada siapa yang pertama kali masuk masjid. Dan nabi shallallahu
Alaihi wa Sallam lah yang pertama kali masuk masjid, sehingga beliau menangani masalah ini.
Cara beliau adalah dengan meletakkan hajar aswad di tengah selendang yang
telah dibentangkan sebelumnya, lalu menyuruh masing-masing pemuka-pemuka kabilah
untuk memegang ujung-ujung selendang tersebut dan bersama-sama mengangkat dan
kemudian nabi shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan hajar aswad. Ini merupakan cara
pemecahan yang sangat cerdas dan jitu dan diridhai oleh semua orang.
Nasab
Dari pihak ayah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdu
Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik
bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma’ad bin Adnan. Adnan adalah keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim.
Dari pihak ibu: Muhammad bin Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin
Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah
bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar binMa’ad bin Adnan. Bertemu
nasab dengan pihak ayah pada kakeknya yang kelima dari pihak ayah, yaitu Kilab bin Murrah.
Sesungguhnya, masa fatrah (masa tidak adanya rasul) terus berlangsung di tengah bangsa
Arab dalam jangka waktu yang begitu panjang, tanpa turunnya wahyu ilahi dan tidak pula
ada pengemban hidayah (hidayah al-irsyad).Kurun waktu itu terjadi antara masa kenabian
Ismail ‘alaihissalam dan masa kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sang
penutup para nabi. Oleh sebab itu, beragam adat kebiasaan buruk pun mulai bermunculan di
tengah masyarakat Arab jahiliah.
Jika istri dari salah seorang lelaki di antara mereka selesai haid kemudian telah bersuci
maka lelaki termulia serta paling bagus nasab dan tata kramanya di antara mereka boleh
meminta wanita tersebut. Tujuannya, agar sang wanita bisa disetubuhi dalam kurun waktu yang
memungkinkannya melahirkan anak yang mewarisi sifat-sifat kesempurnaan si lelaki yang
menyetubuhinya tadi.
Kekejian ini mereka lakukan karena takut miskin dan takut lapar, atau mereka sudah
putus harapan atas bencana kemiskinan parah yang melanda, bersamaan dengan lahirnya si
anak di wilayah yang merasakan dampak kemiskinan tersebut. Kondisi ini terjadi karena tanah
sedang begitu tandus dan hujan tak kunjung turun. Setelah Islam datang, Islam mengharamkan
adat keji nan buruk seperti ini
pada saat dia lewat di depan lelaki ajnabi (lelaki yang bukan mahramnya). Jalannya
genit, berlemah gemulai, seakan-akan dia memamerkan dirinya dan ingin memikat orang lain.
Mereka menjalin hubungan gelap dan saling berbalas cinta secara sembunyi-bunyi.
Padahal si lelaki bukanlah mahram si wanita.
7) Menjajakan para budak perempuan sebagai pelacur.
Di depan pintu rumah si budak perempuan akan dipasang bendera merah, supaya
orang-orang tahu bahwa dia adalah pelacur dan para lelaki akan mendatanginya. Dengan
begitu, budak perempuan tersebut akan menerima upah berupa harta yang sebanding dengan
pelacuran yang telah dilakukannya.
Mereka tidaklah bekerja sebagai pandai besi, penenun, tukang bekam, dan petani.
Pekerjaan-pekerjaan semacam itu hanya diperuntukkan bagi budak perempuan dan budak laki-
laki mereka. Adapun bagi orang-orang merdeka, profesi mereka terbatas sebagai pedagang,
penunggang kuda, pasukan perang, dan pelantun syair. Selain itu, di tengah bangsa Arab
jahiliah tumbuh kebiasaan berbangga-bangga dengan kemuliaan leluhur dan jalur keturunan.
9) Fanatisme golongan.
10) Saling menyerang dan memerangi satu sama lain, untuk merebut dan merampas
harta.
Suku yang kuat memerangi suku yang lemah untuk merampas hartanya. Yang
demikian ini terjadi karena tidak ada hukum maupun peraturan yang menjadi acuan pada
mayoritas waktu di sebagian besar negeri. Di antara perperangan mereka yang paling terkenal
adalah:- Perang Dahis dan Perang Ghabara’ yang berlangsung antara Suku ‘Abs melawan Suku
Dzibyan dan Fizarah;- Perang Basus, sampai-sampai dikatakan, “Perang yang paling membuat
sial adalah Perang Basus yang berlangsung sepanjang tahun. Perang ini terjadi antara Suku
Bakr dan Taghlub;”- Perang Bu’ats yang terjadi antara Suku Aus dan Khazraj di kota Al-
Madinah An-Nabawiyyah;- Perang Fijar yang berlangsung antara Qays ‘Ilan melawan Kinanah
dan Quraisy. Disebut “Perang Fijar” karena terjadi saat bulan-bulan haram. Fijar ( ) فِجارadalah
bentukan wazan فَ َّعالdari kata fujur ( ;) فجورMereka telah sangat mendurhakai Allah (sangat
fujur) karena berani berperang pada bulan-bulan yang diharamkan untuk berperang.
11) Enggan mengerjakan profesi tertentu, karena kesombongan dan keangkuhan
Mereka tidaklah bekerja sebagai pandai besi, penenun, tukang bekam, dan petani.
Pekerjaan-pekerjaan semacam itu hanya diperuntukkan bagi budak perempuan dan budak laki-
laki mereka. Adapun bagi orang-orang merdeka, profesi mereka terbatas sebagai pedagang,
penunggang kuda, pasukan perang, dan pelantun syair. Selain itu, di tengah bangsa Arab
jahiliah tumbuh kebiasaan berbangga-bangga dengan kemuliaan leluhur dan jalur keturunan.
Salah satu aspek penting perekonomian arab pra-Islam adalah pertanian. Dua ratus
tahun sebelum kenabian muhammad (610 M), masyarakat arab sudah mengenal peralatan
pertanian semi modern seperti alat bajak, cangkul, garu, dan tongkat kayu untuk menanam.
Penggunaan hewan ternak seperti, unta,keledai, dan sapi jantan sebagai penarik bajak dan garu
serta pembawa tempat air juga sudah dikenal. Mereka telah mampu membuat bendungan
raksasa yang dinamakan al-ma’arib. Yaman adalah negeri yang subur, khususnya di sekitar
bendungan Ma’rib, di mana pertanian maju secara pesat dan menakjubkan. Di masa itu juga
telah berkembang industri, seperti industri kain katun dan persenjataan berupa pedang, tombak,
dan baju besi. Tanah pertanian yang utama terdapat di daerah Thaif. Hasil pertanian mereka
antara lain sayur dan buah-buahan. Hasi pertanian itu kemudian dijual ke kota-kota seperti
makah dan madinah. Demikian pula sistem irigasi, mereka telah mempraktikkanya pada saat
itu. Untuk menyuburkan tanah, masyarakat arab pra-Islam telah menggunakan apa yang
sekarang disebut pupuk alami, seperti pupuk kandang, kotoran manusia, dan binatang tanah
tertentu, misalnya cacing dan rayap. Mereka juga telah meneneal teknik penyilangan pohon
tertentu untuk mendapat bibit unggul.
Kerusakan moral, kemiskinan, kelaparan dan perpecahan adalah satu hal yang
dianggap lumrah dan tidak lagi dianggap sebagai sebuah problem.Secara singkat dapat
dipahami bahwa Makkah ketika itu berada dalam suatu kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kemerosotan merembet ke hampir seluruh aspek kehidupan mulai dari moral, sosial, ekonomi,
politik dan bahkan agama. Contoh populer yang telah banyak diketahui oleh umat Islam adalah
tradisi membunuh bayi perempuan yang lahir, dimana untuk hal itu mereka tidak segan-segan
membunuh atau menguburnya hidup-hidup.
Perubahan yang sangat besar terlihat dari perubahan para pengikut Nabi yang
kebanyakan dari kalangan miskin dan kaum budak. Segi langsung, bahwa ajaran-ajara Islam,
baik aqidah ataupun syari’ah langsung mempengaruhi dan merubah kepercayaan dan tata hidup
orang Arab. Segi tak langsung, bahwa Islam telah memberi kemungkinan kepada orang-orang
Arab Muslim untuk menaklukkan kerajaan Romawi dan Persia, dua bangsa besar yang telah
bertamadun tinggi. Akibat dari penaklukan ini orang-orang Arab Muslim telah dapat
menyelami buah tamadun dari kedua bangsa itu, yang kemudian dikembangkan ke tengah-
tengah Muslim Arab, sehingga menyebabkan terjadi perubahan dalam alam pikiran mereka.
“Hellenisme” pertama kali diperkenalkan oleh ahli sejarah dari Jerman, J.G. Droysen.
Ia menggunakan perkataan “hellenismus” sebagai sebutan untuk masa yang dianggapnya
sebagai periode peralihan antara Yunani kuna dan dunia Kristen. Droysen sepertinya lupa akan
peranan Roma dalam agama Kristen (dan membatasi seolah-olah hanya Yunani saja yang
berperan). Namun, ia diakui telah berhasil mengidentifikasi suatu kenyataan sejarah yang amat
penting. Biasanya zaman Hellenik yang disebut-sebut sebagai peralihan itu adalah masa sejak
tahun 323 sampai 30 S.M. atau dari kematian Iskandar Agung sampai penggabungan Mesir
(setelah ditakluknya Kaleopatra) ke dalam kekaisaran Romawi. Sebab dalam periode itu
muncul banyak kerajaan di sekitar Laut Tengah, khususnya di pasisir timur dan selatan, seperti
Syiria dan Mesir yang diperintah oleh bangsa Mecedonia dari Yunani. Akibatnya, mereka ini
membawa berbagai perubahan besar dalam banyak bidang di kawasan itu, antara lain bahasa
(daerah-daerah itu didominasi oleh bahasa Yunani) dan pemikirannya (ilmu pengetahuan,
terutama filsafat), diserap oleh daerah-daerah itu melalui berbagai cara.
D. Masa Kenabian
1) Strategi Dakwah
a. Totalitas dalam Dakwah (Dakwah adalah jalan Hidup)
Diantara faktor utama keberhasilan dakwah Rasulullah adalah totalitas beliau
dalam berdakwah. Rasulullah gunakan hidup beliau secara total untuk berdakwah,
dakwah adalah jalan hidup beliau. Jadi dakwah bukan sekedar sambilan atau pengisi
waktu luang! Beliau juga berdakwah secara total hanya untuk menyeru di jalan
Allah (fi sabilillah) dan untuk menegakkan agama Allah. Bukan untuk mengejar
kekuasaan atau ambisi duniawi lainnya.
Allah berfirman,
Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108)
“Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya.
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min).”
(QS Al Fath: 48)
2) Kendala Dakwah
Berdakwah bukanlah sesuatu yang mudah. Rintangan dan hambatan senatiasa
datang untuk mengendurkan semangat berdakwah. Rasulullah SAW, manusia
pilihan Allah SWT pun tak lupun dari hambatan yang jauh lebih berat daripada
umatNya. Hal itu selaras dengan pepatah, semakin tinggi seseorang, semakin besar
pula rintangan yang dihadapi.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang sangat dicintai kaum Quraisy karena
kejujuran dan budi pekertinya. terbukti dengan gelar "Al-Amin" yang disematkan
kaum Quraisy kepada Rasulullah SAW. Akan tetapi, Rasulullah SAW menjadi
orang yang paling dibenci dan dimusuhi kaum Quraisy setelah diangkat menjadi
Rasul.
Kebencian kaum Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW membuat mereka
melakukan tindakan-tindakan yang menghambat dan menghalangi dakwah Rasul.
Tindakan-tindakan yang dilakukan kaum Quraisy antara lain:
1. Penghinaan dan siksaan terhadap Rasulullah SAW seperti hinaan sebagai orang
gila, tukang sihir, anak celaka dan lain-lain. Selain itu, Rasulullah SAW
dilempari kotoran domba, rumahnya dilempari sampah dan kotoran, dan
didepan pintu rumahnya diletakkan duri yang tajam.
2. Ancaman dan siksaan kepada pengikut Rasulullah SAW, seperti dijemur
dipanas terik matahari sambi dilempari batu, dibunuh dan ditusuk jantungnya,
dicungkil matanya hingga buta dan diseret dua ekor unta dengan berlawanan
arah hingga terbelah dua.
3. Bujukan harta, kedudukan dan wanita, seperti yang membujuk Rasulullah SAW
dengan harta yang melimpah, menjadikan Rasulullah SAW sebagai Raja, serta
menyediakan wanita tercantik di seluruh Arab dengan syarat menghentikan
kegiatan dakwah atau mensyiarkan Islam.
4. Pengasingan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib, seperti larangan
menikah, berjual beli, membantu dan menolong Bani Hasyim dan Bani
Muthalib akibatnya banyak pengikut Rasulullah yang kelaparan.
5. Usaha-usaha lain berupa permintaan berganti-ganti menyembah Tuhan dan
berhala, mengancam paman Nabi Muhammad SAW, Abu Thalib, meminta
Nabi Muhammad SAW digantikan dengan pemuda lain serta melarang orang
Quraisy mendengar Al-Quran.
3) Dakwah di Mekkah
a. Dakwah Sembunyi-Sembunyi (sirriyah)
Pada awal dakwahnya, nabi Muhammad menggunakan dakwah sirriyah
dalam menyebarkan Islam. Nabi Muhammad melakukan dakwah sirri bukan
karena takut melainkan strategi dakwah. Dimana Nabi mengantisipasi pengikut
Nabi yang masih sedikit dan belum kuat. Sedangkan ancaman dan siksaan
masyarakat kafir Quraisy masih kuat dan status kota Mekkah sebagai pusat
agama bangsa Arab. Disana terdapat para pengabdi ka’bah dan tiang sandaran
bagi berhala dan patung-patung yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab
Nabi Muhammad Saw melakukan dakwah sirri dengan pendekatan personal.
Hal ini disebabakan pendekatan personal memiliki keterkaitan batin serta
interaksi emosional antara pengajak dan yang diajak. Pendekatan personal ini
Nabi Saw telah menggabungkan antara ikhtiar dan tawakal. Artinya nabi dalam
berdakwah memperhatikan situasi dan kondisi yang ada.
الكَافِ ُرونَ يَاأَيُّ َها قُل. ُ َمات َعبُدُونَ آلَأَعبُد. َّما َعبَدتُّم َعا ِبدُُُ َوآلَأَنَا َمآأَعبُد ُ َعا ِبدُونَ َوآلَأَنتُم.
َمآأَعبُد ُ َعا ِبدُونَ َوآلَأَنتُم. ي دِينُ ُكم لَ ُكم
َ ِين َو ِل
ِ د
c. Baitul Aqobah
Bai’at ‘Aqabah yang Pertama.
Pada tahun kedua belas kenabian, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
bertemu dengan dua belas orang dari Yatsrib. Mereka pun masuk Islam.
Kemudian mereka berbaiat (bersumpah setia) kepada beliau. Isi baiat itu
ada tiga perkara:
1. Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.
2. Melaksanakan apa yang Allah perintahkan.
3. Berhenti dari apa yang Allah larang (meninggalkannya)
Waktu itu, orang pertama yang berhijrah adalah Abu Salamah bin
‘Abdil Asad dan Mush’ab bin ‘Umair, serta ‘Amr bin Ummi Maktum.
Kemudian Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash, ‘Ammar bin Yasir,
dan ‘Umar bin Al Khaththab berhijrah. Mereka berhijrah di dalam
rombongan dua puluh orang sahabat. Tersisa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasalam, Abu Bakr, ‘Ali bin Abi Thalib dan sebagian sahabat.
2) Dakwah di Madinah
Strategi Dakwah
1. Mendirikan Masjid
Hal pertama yang dilakukan oleh Rasulullah sesampainya di Madinah adalah
membangun masjid. Rasulullah saw. dan umat Islam Madinah bahu-membahu
membangun masjid. Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah saw dan umat
Islam di Madinah adalah masjid Nabawi. Sebelum membangun masjid Nabawi
Rasulullah saw dalam perjalanan hijrahnya juga membangun masjid, yaitu masjid
Quba. Rasulullah saw mempergunakan masjid untuk mempersatukan kaum muslimin.
Masjid tidak hanya digunakan untuk mendirikan salat, tetapi untuk melakukan
aktivitas-aktivitas lain yang diperlukan oleh umat. Di masjid Rasulullah saw
mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang diterima dari Allah Swt. Di masjid pula
Rasulullah saw mengadili umat yang bersalah. Melalui masjid pula Rasulullah saw
dapat mengetahui kondisi umatnya. Masjid Quba merupakan masjid yang pertama kali
dibangun Rasulullah dalam perjalanan hijrah ke Madinah.
ََّار ت َبَ َّو ُءوا َوالَّذِين ِ ُورهِم فِي يَ ِجدُونَ َو َل إِلَي ِهم هَا َج َر َمن ي ُِحبُّونَ َقب ِل ِهم ِمن َو
َ اْلي َمانَ الد ِ صدُ أُوتُوا ِم َّما َحا َجة
َصة ِب ِهم َكانَ َولَو أَنفُ ِس ِهم َع َلى َويُؤثِ ُرون
َ صا َ َخ
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshâr)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah
kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka
memerlukan (apa yang mereka berikan itu).
Berkaitan dengan ayat di atas, terdapat sebuah kisah sangat masyhur yang
melatarbelakangi turunnya ayat 9 surat al-Hasyr. Abu Hurairah Radhiyallahu
anhumenceritakan:
Peristiwa ini, sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat terjadi pada tahun
pertama hijriyah. Tempat deklarasi persudaraan ini -sebagian ulama mengatakan- di
rumah Anas bin Mâlik,[2] dan sebagian yang lain mengatakan di masjid.[3]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan mereka dua dua, satu
dari Anshâr dan satu lagi dari Muhajirin.
Lalu Sa’ad Radhiyallahu anhu menunjukkan pasar Qainuqa’. Mulai saat itu,
‘Abdurrahmân Radhiyallahu anhu sering pergi ke pasar untuk berniaga, sampai
akhirnya ia berkecukupan dan tidak memerlukan lagi bantuan dari saudaranya.[4]
َض ُهم اْلَر َح ِام َوأُولُو ۚ ِمن ُكم فَأُولَئِكَ َم َع ُكم َو َجا َهد ُوا َوهَا َج ُروا بَعد ُ ِمن آ َمنُوا َوالَّذِين
ُ ب فِي ِببَعض أَولَى بَع ِ َّ
ِ للا ِكتَا
Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemudian berhijrah dan berjihad
bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang
mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya
(daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. [al-Anfâl/8 : 75]
Dan firman-Nya :
Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak
(waris mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-
orang Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu
(seagama). Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah). [al-Ahzâb/33: 6]
Peristiwa penghapusan saling mewarisi ini terjadi pada saat perang Badr. Ada
juga riwayat yang menjelaskan terjadi pada saat perang Uhud.
Di antara bukti yang menunjukkan persaudaraan ini terus berlanjut namun tidak
saling mewarisi, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan
antara Salmân al-Fârisi Radhiyallahu anhu dengan Abu Darda’ Radhiyallahu anhu .
Padahal Salmân Radhiyallahu anhu masuk Islam pada masa antara perang Uhud dan
perang Khandaq. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempersaudarakan
antara Muawiyah bin Abi Sufyân Radhiyallahu anhu dengan al-Hattât at-Tamîmi
Radhiyallahu anhu . Juga antara Ja’far bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu dengan
Mu’adz bin Jabar Radhiyallahu anhu . Semua peristiwa ini terjadi setelah perang
Uhud. Ini menunjukkan persaudaraan itu masih disyariatkan namun tidak saling
mewarisi.
Membangun Pusat Pemerintahan
Di Madinah, Nabi disambut oleh penduduk Madinah yang sejak beberapa hari
telah menunggu kedatangannya sebagaimana yang sering kita dengar dalam setiap
selawatan yang bunyinya demikian: Talaal Badru Alaina min tsaniatul wadai,
wajab sykri alain ma da lillahi dai ayuhal mabusu fina ji’ta bil amri muthai. Sebuah
ungkapan tulus dan jujur dan pernyataan kesiapan untuk menjadi pengikut Nabi
yang baik dan iklhas. Warga Madinah pun tidak saja menyambut dengan senang
hati akan tetapi juga menyediakan segala hal yang dibutuhkan oleh Rasulullah
termasuk tanah untuk membangun masjid, rumah dan perkebunan. Semua
diserahkan kepada kaum Muhajirin untuk dimanfaatkannya. Allah menceritakan
tentang bagaimana orang-orang Madinah menyambut Rasulullah Saw dan sahabat-
sahabat antara lain sebagaimana yang diceritakan dalam surah Alhasyar ayat 5
bahwa mereka rela menahan untuk dirinya dan memberikan apa yang mereka
miliki kepada kaum Muhajirin dan mereka itulah orang orang yang beruntung.
Madinah adalah salah satu kota yang dibangun oleh seseorang yang bernama
Yasrib, salah seorang warga Yahudi yang pindah dari Yaman dan membangun kota
itu kemudian menamakannya Yasrib. Madinah telah dihuni oleh sejumlah suku dan
sebagian diantara mereka telah beriman kepada Rasulullah dan mereka inilah yang
mengajak agar Rasulullah hijrah ke Yasrib.
Stabilitas politik dan keamanan dan kehidupan yang aman dan damai menjadi
stating point tumbuhnya masyarakat sipil yang maju dan berpengetahuan.
Penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh para sahabat ke wilayah-wilayah
Jazirah Arab menjadi salah faktor utama terjadinya transformasi pengetahuan ke
dalam Islam yang telah dicapai oleh bangsa-bangsa lain seperti tata kelola
keuangan, administrasi dan lain-lain. Ilmu-ilmu agama dan etika keislaman yang
diajarkan oleh Rasulullah kepada kaumnya dipadu dengan pengetahuan umum
membuat masyarakat muslim semakin disegani karena bukan saja mereka berhasil
menciptakan sebuah komunitas yang bermartabat dan berprikemanusian juga
mereka berhasil memperluas wilayah-wilayahnya dan menambah jumlah pengikut-
pengikutnya. Keberhasilan dan kesuksesan yang cemerlang terus dicapai oleh umat
Islam saat itu membuat peradaban lain semakin melemah.
Pasca Madinah, Islam tidak lagi semata-mata sebagai agama yang mengajarkan
keesaan Tuhan dan prinsip-prinsip kesetaraan manusia akan tetapi Islam mulai
masuk ke ranah-ranah ilmu pengetahuan, teknik peperangan, ekonomi dan seluruh
aspek kehidupan manusia. Seluruh masalah sosial yang muncul di tengah-tengah
masyarakat diselesaikan oleh Rasulullah Saw. Demikian pula masalah yang
muncul di kalangan bangsa-bangsa lain yang masuk Islam dapat diselesaikan oleh
Rasulullah dengan baik termasuk ketika menawan musuh, semua diatur sesuai
wahyu yang diterima.
Madinah menjadi kota metropolitan dan menjadi pusat ilmu dan pengetahuan
dan kiblat orang-orang Islam untuk datang menemui Rasulullah dan belajar
langsung serta menyampaikan berbagai keluh kesah yang dihadapi di daerahnya
termasuk orang-orang yang datang untuk menyatakan keislamannya. Masjid yang
dibangun yang luasnya hanya sekitar 1000 meter persegi hampir setiap hari
disesaki oleh orang-orang yang mendengarkan petuah-petuah Rasulullah Saw dan
menjadi tempat penampungan para pendatang. Orang-orang inilah yang dikenal
Ahlussuffa dimana Rasulullah sering berdiskusi dengan mereka setiap habis sholat
dan mengajaknya makan bersama bahkan sering juga mengajak mereka ikut
berperang bagi yang dianggap mampu untuk mendampingi para panglima-
panglima perang turun ke medan perang. Diantara Ahlussufah yang sering kita
dengar namanya adalah Abu Huraira (perawi hadis yang sangat terkenal karena dia
termasuk banyak mendengar langsung dari Rasulullah saw).
Sebuah komunitas yang tangguh, kuat, disiplin dan berintegrasi tinggi terhadap
Islam telah lahir di Madinah yang dikemudian hari manjadi pahlawan-pahlawan
Islam yang menggetarkan kekuatan peradaban lainnya di muka bumi. Umat Islam
yang sebelumnya ketika di kota Mekkah menjadi bahan olok-olokan oleh kaum
Quraish, kini tampil sebagai sebuah kekuatan baru yang sangat disegani oleh
semua kekuatan pada saat itu. Dari Madinah-lah, Islam terpancar ke mana-mana
di seluruh pelosok dunia ini bukan saja di wilayah Jazirah Arab tetapi juga hingga
ke Eropa, Asia dan sekitarnya. Oleh karena itulah, Rasulullah Saw menetapkan
Madinah sebagai tanah suci sebagaimana dalam hadisnya yang mengatakan “
Bahwa Setiap Nabi memiliki tanah suci, Mekkah Adalah Tanah Suci Nabi Ibrahim
dan Madinah Adalah Tanah Suciku”.
Pendirian Masjid
a. PERAN DAN FUNGSI MASJID DI ZAMAN RASULULLAH SAW
Sebagaimana tertulis dalam sejarah bahwa setelah Nabi Muhammad Saw. hijrah
dari Mekah ke Madinah, yang pertama dilakukan Nabi adalah membangun masjid
Quba. Lalu tidak lama setelah itu dibangun pula masjid Nabawi. Bangunan fisik
masjid di zaman itu masih sangat sederhana, lantainya tanah, dinding dan atapnya
pelepah kurma. Namun demikian, masjid tersebut memainkan peranan yang sangat
siknifikan dan menjalankan multi fungsi dalam pembinaan umat.
Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadat magdhah, seperti shalat
dan zikir, tetapi masjid juga sebagai tempat pendidikan, tempat pemberian
santunan sosial, tempat latihan militer dan persiapan perang, tempat pengobatan
para korban perang, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, tempat
menerima utusan delegasi/tamu, sebagai pusat penerangan dan pembelaan agama.
Dari pembinaan yang dilakukan Rasulullah di masjid itu lahirlah tokoh-tokoh yang
berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero dunia, seperti Abu Bakar shiddiq,
Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Masjid di zaman Nabi merupakan pusat pembinaan ruhiyah (tarbiyah ruhiyah)
umat Islam. Di masjid ini ditegakan shalat lima waktu secara berjama’ah. Masjid
berperan untuk membina dan meningkatkan kekuatan ruhiyah (keimanan)
umatnya. Dalam konteks ini sebaiknya dihayati firman Allah dalam surat An-
Nur;36-37: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut namaNYA di waktu pagi dan petang, orang-orang
yang tidak dilalaikan oleh urusan bisnis dan perdagangan atau aktivitas apapun dari
mengingat Allah, mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut akan suatu
hari, di mana pada hari itu hati dan penglihatan menjadi guncang”
Perjanjian Hudaibiyah
Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian antara kaum Muslimin Madinah
dengan kaum musyrikin Mekah. Perjanjian yang ditandatangani di lembah
Hudaibiyah, pinggiran Mekah, ini terjadi pada tahun ke-6 setelah Rasulullah hijrah
dari Mekah ke Madinah. Pada saat itu rombongan kaum Muslimin yang dipimpin
langsung oleh Nabi Muhammad SAW hendak melakukan ibadah haji. Namun
mereka dihalang- halangi masuk ke Mekah oleh kaum musyrik Quraisy warga
Mekah. Rasulullah pun mengajak mereka bernegosiasi sampai akhirnya kedua
belah pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian damai.
Inti isi Perjanjian Hudaibiyah adalah sebagai berikut: 1.Gencatan senjata antara
Mekah dengan Madinah selama 10 tahun. 2.Warga Mekah yang menyeberang ke
Madinah tanpa izin walinya harus dikembalikan ke Mekah. 3.Warga Madinah yang
menyeberang ke Mekah tidak boleh kembali ke Madinah. 4.Warga selain Mekah
dan Madinah, dibebaskan memilih untuk berpihak ke Mekah atau Madinah. 5.Pada
saat itu, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya harus meninggalkan Mekah,
namun diperbolehkan kembali lagi ke Mekah setahun setelah perjanjian itu, dan
akan dipersilahkan tinggal selama 3 hari dengan syarat hanya membawa pedang
dalam sarungnya (maksudnya membawa pedang hanya untuk berjaga- jaga, bukan
digunakan untuk menyerang). Dalam masa 3 hari itu kaum Quraisy (Mekah) akan
menyingkir keluar dari Mekah.
Sekilas isi perjanjian tersebut sama sekali tidak menguntungkan bagi kaum
Muslimin, dan hanya menguntungkan kaum Quraisy Mekah. Ini bisa kita cermati
satu persatu isinya: 1.Gencatan senjata sudah tidak diperlukan oleh kaum
Muslimin, karena kaum musyrikin sebenarnya dalam posisi lemah karena
sebelumnya kalah telak dalam Perang Ahzab/ Khandaq. Kemauan mereka
bernegosiasi juga menunjukkan kelemahan posisi mereka. Kalau kuat, mereka
pastilah langsung menyerang kaum Muslimin yang hendak datang ke Mekah.
2.Jika penduduk Mekah tidak boleh menyeberang ke Madinah, jelas jumlah
kaum Muslimin tidak akan bertambah, sedangkan kaum Quraisy tidak akan
berkurang.
3.Jika penduduk Madinah yang pergi ke Mekah tidak diperbolehkan untuk
kembali ke Madinah, tentu warga Madinah akan berkurang.
4.Poin ke-4 ini bisa disebut imbang.
5.Kaum Muslimin yang sudah menempuh perjalanan jauh ke Mekah, namun
kini harus pulang tanpa bisa menunaikan haji. Tahun berikutnya pun, mereka hanya
boleh tiga hari di Mekah, tentu tak cukup untuk berhaji.
Konstitusi Madinah
Pada dasarnya, alur perjalanan Sejarah Islam yang panjang itu bermula dari
turunnya wahyu di Gua Hira’. Sejak itulah nilai-nilai kemanusiaan yang di bawah
bimbingan Wahyu Ilahi menerobos arogansi kultur jahiliyah, merombak dan
membenahi adat istiadat budaya jahiliyah yang tidak sesuai dengan fitrah manusia.
Dengan seruan Agama Tauhid (monotheisme) yang gaungnya menggetarkan
seluruh jazirah Arabia, maka fitrah dan nilai kemanusiaan didudukkan ke dalam
hakekat yang sebenarnya. Seruan agama tauhid inilah yang merubah wajah Piagam
Madinah dan ke-autentik-annya masyarakat jahiliyah menuju ke tatanan
masyarakat yang harmonis, dinamis, di bawah bimbingan wahyu.
Kemudian, hijrah Rasulullah ke Madinah adalah suatu momentum bagi
kecemerlangan Islam di saat-saat selanjutnya. Dalam waktu yang relatif singkat
Rasulullah telah berhasil membina jalinan persaudaraan antara kaum Muhajirin
sebagai imigran-imigran Makkah dengan kaum Anshar, penduduk asli Madinah.
Beliau mendirikan Masjid, membuat perjanjian kerjasama dengan non-muslim,
serta meletakkan dasar-dasar politik, sosial dan ekonomi bagi masyarakat baru
tersebut; suatu fenomena yang menakjubkan ahli-ahli sejarah dahulu dan masa
kini. Adalah suatu kenyataan bahwa misi kerasulan Nabi Muhammad yang
semakin nampak nyata menggoyahkan kedudukan Makkah dan menjadikan orang-
orang Quraisy Makkah semakin bergetar.
Masyarakat muslim Madinah yang berhasil dibentuk Rasulullah oleh sebagian
intelektual muslim masa kini disebut dengan negara kota (city state). Lalu, dengan
dukungan kabilah-kabilah dari seluruh penjuru jazirah Arab yang masuk Islam,
maka muncullah kemudian sosok negara bangsa (nation state). Walaupun sejak
awal Islam tidak memberikan ketentuan yang pasti tentang bagaimana bentuk dan
konsep negara yang dikehendaki, namun suatu kenyataan bahwa Islam adalah
agama yang mengandung prinsip-prinsip dasar kehidupan termasuk politik dan
negara.
Fathul Makkah
Penaklukan kota Makkah atau dikenal Fathu Makkah menjadi momen paling
bersejarah dalam perkembangan Islam. Terjadi pada 10 Ramadhan tahun ke 8
Hijriah, 12 ribu pasukan Muslimin dari Madinah dan suku-suku yang telah masuk
Islam, menyerbu kota Makkah untuk ditaklukkan. Penaklukkan Makkah ini
dilakukan tanpa peperangan dan pertumpahan darah. Namun terjadinya Fathu
Makkah bukan tanpa sebab.
Setelah disepakatinya perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah dengan Quraisy
Makkah, suku-suku Arab diminta memilih bergabung dengan dua kekuatan ini.
Apakah memilih bersama Rasulullah atau Quraisy Makkah. Bani Bakar memilih
bergabung ke Quraisy dan Bani Khuza'ah bergabung bersama Rasulullah. Kedua
suku Arab ini memang selalu saling berperang. Perjanjian Hudaibiyah membuat
kedua suku ini berdamai sementara.
Namun tak berapa lama, Bani Bakar memulai pengkhianatan dengan membuat
kekacauan. Seorang pemuda dari Bani Bakar sengaja bersyair menyanyikan
ejekkan kepada Rasulullah. Mendengar ejekan tersebut, seorang pemuda dari Bani
Khuza'ah memukul pemuda itu. Terjadilah pertengkaran dan berujung kerusuhan
antar dua kabilah ini. Kerusuhan ini seperti menghidupkan permusuhan lama
keduanya.
Pada suatu malam pemuda Bani Bakar membalas dendam, dengan mendatangi
kediaman Bani Khuza'ah. Mereka membunuh 20an orang pemuda Bani Khuza'ah.
Penyerbuan Bani Bakar inipun didukung sejumlah kaum Quraisy. Penyerbuan
kaum Quraisy ini dianggap pelanggaran perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah
dan Abu Sufyan dari pihak Quraisy.
Kabar ini pun sampai di telinga Abu Sufyan. Mendapat kabar pelanggaran
Hudaibiyah ini Abu Sufyan ke Madinah. Ia merasa perlu bertemu Rasulullah
meminta gencatan senjata, dan persoalan ini tak membatalkan perjanjian
Hudaibiyah. Abu Sufyan dan penduduk Makkah saat itu sadar bahwa kekuatan
kaum Muslimin di bawah kepemimpinan Rasulullah semakin kuat dan jumlahnya
semakin besar.
Karena itu Abu Sufyan paham menjaga hubungan dengan Madinah amat sangat
penting agar Makkah tidak diserang. Namun di sisi lain pemimpin Bani Khuza'ah,
Amr bin Salim al Khuza'i telah menemui terlebih Rasulullah di Madinah. Ia
mengadukan penyerangan Bani Bakar yang dibantu orang Quraisy membunuh
20an anggota Bani Khuza'ah.
Mendengar laporan itu, Rasulullah marah dan berjanji akan bersikap tegas
kepada Bani Bakar dan kaum Quraisy di Makkah. Ketika Abu Sufyan datang ke
Madinah untuk bernegosiasi dengan Rasulullah, perihal gencatan senjata.
Rasulullah menolak tawaran gencatan senjata Abu Sufyan itu.
Abu Sufyan pun meminta para sahabat, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman
bin Affan dan Ali bin Abi Thalib meminta adanya gencatan senjata. Namun para
sahabat menolak tawaran Abu Sufyan ini. Hingga akhirnya ia pulang kembali ke
Makkah dengan penuh kekhawatiran akan keselamatan kaum Quraisy di Makkah.
Rasulullah kemudian berunding dengan Abu Bakar, dan Umar untuk mengirim
pasukan ke Makkah. Sikap Rasulullah ini kemudian disetujui Umar bin Khattab.
Umar berkata kepada Rasululah, "Demi Allah ya Rasulullah, engkau takkan bisa
menundukanseluruh Arab sebelum engkau menundukkan penduduk Makkah."
Rasulullah pun menyetujui perlunya mengirim pasukan skala besar ke Makkah
sebagai peringatan.
Rasulullah berangkat bersama pasukan Muslimin Madinah berjumlah 10 ribu
orang. Sebelumnya Rasulullah telah mengirimkan surat kepada beberapa suku
badui yang telah memeluk Islam untuk ikut menyertakan pasukan bersama ke
Makkah. Dalam perjalanan, 2000 pasukan dari beberapa suku ikut bergabung
menuju Makkah. Di antaranya Bani Sulaim, Bani Ghifar, Bani Aslam, Bani Ka'ab,
Bani Muzainah, Bani Juhainah dan Bani Asyja'.
Abu Sufyan yang mendapat kabar datangnya 10 ribu pasukan Muslimin ke
Makkah terlihat sangat takut sehingga berusaha bertemu Rasulullah dan para
sahabat sebelum pasukan memasuki Makkah. Rasulullah memintanya masuk Islam
sebelum pasukan Muslimin mendatangi Makkah dan menghukum orang-orang
Quraisy yang memerangi kaum Muslimin. Tawaran itupun diterima Abu Sufyan,
dan akhirnya Abu Sufyan masuk Islam sebelum pasukan Muslimin memasuki
Makkah.
Rasulullah kemudian menjanjikan kepada Abu Sufyan, siapapun yang
memasuki rumah Abu Sufyan saat Fathu Makkah ia akan aman. Janji Rasulullah
ini kemudian dipegang Abu Sufyan. Ia pun kembali ke Makkah dan menyampaikan
pesan penaklukkan Makkah oleh kaum Muslimin dengan 10 ribu pasukan.
Mendengar ucapan Abu Sufyan, kaum Musyrikin sangat ketakutan.
Para tokoh Quraisy pun berbondong-bondong berusaha melarikan diri. Namun
usaha mereka itupun sia-sia. Pasukan Muslimin memasuki kota Makkah dari
berbagai penjuru. Rasulullah bersama sahabat memasuki dari arah atas Makkah,
sedangkan pasukan lain dibawah kepemimpinan Khalid bin Walid masuk dari arah
Makkah bawah. Beberapa tokoh Quraisy yang berusaha melarikan diri dikejar oleh
pasukan Khalid bin Walid dan ditangkap.
Rasulullah memasuki Makkah dengan menaiki unta beliau bernama al Qashwa
dan menundukkan wajahnya ketika di depan Ka'bah. Tatkala Rasulullah sampai di
Ka'bah bersama kaum Muslimin, Nabi mengusap Hajar Aswad seraya bertakbir.
Kemudian Rasulullah bertawaf tujuh kali putaran. Setelah itu Rasulullah turun dari
untanya dan mendekati Maqam Ibrahim, lalu shalat dua rakaat dan menuju sumur
Zam-zam meminum air Zam-zam dan berwudhu darinya.
Kemudian Rasulullah berpesan kepada penduduk Makkah, "Barang siapa yang
berada di rumah Abu Sufyan, dia akan aman. Barang siapa yang masuk masjid, dia
aman. Barang siapa masuk rumah dan menutup pintunya, dia aman." Pasukan
Muslimin membersihkan Ka'bah dari semua berhala di dalam dan disekitarnya.
Rasulullah pun lalu masuk ke dalam Ka'bah dan melakukan shalat dua rakaat
diantra dua tiang Yamani. Ketika masuk waktu dhuhur, Rasulullah kemudian
menyuruh Bilal naik ke atas Ka'bah dan mengumandangkan azan.
Setelah itu Rasulullah berpesan, "Hai sekalian orang-orang Quraisy,
sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian keangkuhan Jahiliyah dan
berbangga dengan nenek moyang. Manusia itu berasal dari Adam, dan Adam itu
diciptakan dari tanah." Penaklukkan Makkah menjadi sangat monumental, sejak
saat itu penyebaran Islam ke sentero Jazirah Arab semakin pesat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan sebelumnya, maka kita bias mengambil kesimpulan.
1. Jazirah Al Arab dibatasi oleh laut Qalzuum (laut merah) disebelah
bara t, laut Arab atau laut Yaman disebelah selatan dan teluk Bashroh
atau telauk Arab disebelah timur. Inilah batasan yang telah disepakti
para muhaditsin, Fuqaha, Ahli sejarah dan Geografie serta yang
lainnya. Sedangkan sebelah utaranya dibatasi oleh pinggiran laut
merah sebelah timur laut dari pinggiran negeri Syam dan sekitarnya
yang sekarang dikenal dengan Yordania.
2. Periodesasi Sejarah Peradaban Islam, di bagi menjadi 3 periode yaitu,
periode klasik, periode pertengahan dan periode modern.
3. Perbedaan masa antara sebelum datangnya Nabi Muhammad dan
sesudah datangnya Nabi membawa perubahan yang baik.
4. Masa dimana semua aspek kehidupan berlandaskan syariat dan ajaran
Nabi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/ainun78/5be6e46b6ddcae63a9275a15/periodesasi-sejarah-
peradaban-islam
https://ustadzkholid.wordpress.com/2007/09/25/masa-sebelum-kenabian/
https://www.academia.edu/32996681/PERADABAN_EKONOMI_PADA_MASA_PRA-
ISLAM_MAKALAH
https://abuilmia.wordpress.com/2008/09/05/nabi-muhammad-dan-perubahan-sosial/
https://jalandamai.org/hijrah-rasulullah-saw-madina-catatan-sejarah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bai%27at_%27Aqabah_Pertama
http://web.archive.org/web/20100202041941/qalbusalim.wordpress.com/2007/01/18/baiat-
aqabah/
https://rifkyingintahu.blogspot.com/2016/12/hambatan-dakwah-rasulullah-saw.html
https://ukhuwahislamiah.com/strategi-dakwah-rasulullah/
https://almanhaj.or.id/3746-terjalinnya-persaudaraan-antara-kaum-muhajirin-dengan-kaum-
anshar.html
https://itsthemessage.wordpress.com/2013/12/08/sirah-nabawi-part-12-mempersaudarakan-
muhajirin-dan-anshar
https://www.academia.edu/35338363/ARAB_PRA-
ISLAM_SISTEM_KEPERCAYAAN_DAN_KEBUDAYAAN
https://aslibumiayu.net/9300-inilah-budaya-bangsa-arab-sebelum-datangnya-islam-sungguh-
aneh-jika-ada-yang-mengatakan-jangan-mendakwahkah-islam-yang-kearab-araban.html