Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM


“PERADABAN ISLAM MASA PRA DAN MASA KENABIAN”

DISUSUN OLEH :
1. Zalzabila Tiananda (18521194)
2. Yuhamisa (18521198)
3. Nasha Salvadila (18521199)
4. Meylina Tri Setyaningsih (18521206)
5. Annisa Luthfiah Zulfa (18521217)
6. Septiani Putri (18521219)

PRODI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Sosok manusia terpopuler sepanjang masa telah lahir di padang pasir tandus
menjelang akhir abad ke enam Masehi. Namanya paling banyak disebut, dan tak
tertandingi oleh tokoh dunia mana pun di muka bumi. Keluhuran budi pekertinya
menjadi suri tauladan bagi siapapun yang mendambakan kedamaian dan kebahagiaan.
Ajaran yang dibawanya adalah obat penerang bagi setiap pecinta kebenaran. Beliau
adalah Nabi terakhir yang diutus Tuhan sebagai penyempurna dari ajaran-ajaran yang
dibawa oleh nabi-nabi terdahulu. Beliau lahir di tengah hiruk-pikuk kejahiliyahan,
yang penuh akan kegelapan pekat, maka beliau lah yang menyalakan pelita kebenaran.
Bagi setiap muslim, mempelajari dan memahami kehidupan dan perjuangan
Muhammad merupakan keniscayaan, dan mengikuti ajarannya adalah kewajiban.
Tulisan ini memang tidak menyajikan uraian yang rinci dan detail, namun telah
diupayakan untuk memberikan gambaran yang utuh sekalipun hanya dalam garis besar.
Rujukan yang digunakan untuk tulisan ini diharapkan bisa sedikit membantu untuk
memperluas wawasan dan mengetahui lebih jauh kehidupan dan perjuangan beliau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peradaban Islam
Peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan
teknologi yang sudah lebih tinggi. Pengertian lain menyebutkan bahwa peradaban
adalah kumpulan seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia, baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-
nilai, tatanan, seni budaya, maupun iptek).( The Disintegrations of Civilization, 1965)
Dengan merujuk pada narasi di atas, maka dapat dikonsepsikan bahwa
peradaban Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan umat islam pada masa
lampau yang benar- benar terjadi dalam aspek politik, ekonomi, dan teknologi yang
bersumberkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Peradaban Islam merupakan identiitas ummat Islam sejak masa lampau.
B. Masa Pra kenabian
Masa pra kenabian adalah masa dimana Manusia pada abad ke-6 dan ke-7
masehi, hidup dalam kegelapan dan kebodohan, ketika telah tersebar merata
paganisme, khurafat, fanatisme kebangsaan, rasialisme dan kesenjangan antara
tingkatan kehidupan manusia dalam tatanan sosial kemasyarakatan dan politik serta
penyimpangan-penyimpangan yang sangat jauh dari fitrahnya mereka.
Kemudian semua pemikiran dan ajaran yang membawa kepada perbaikan
manusia baik yang datang dari para Nabi dan Rasul yang diturunkan kepada mereka
ataupun dari para tokoh cendikiawan dan ahli hikmah yang masih berada diatas
fithrohnya yang benar telah tersimpangkan dan dibuang jauh-jauh dari kehudupan
mereka, sehingga benar-benar mereka menjadi masyarakat yang rusak dan jauh dari
kebenaran. Keadaan ini merata kecuali pada sekelompok ahli kitab yang masih
berpegang teguh dengan agama mereka yang benar dan belum tersimpangkan, namun
mereka inipun telah habis seluruhnya atau sebagian besarnya menjelang kenabian
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Manusia ketika itu, adalah satu dari dua keadaan :
1) antara ahli kitab yang berpegang teguh kepada kitab, ada kalanya sudah
dirubah dan dihapus hukumnya dan ada kalanya agama yang telah lenyap, yang
sebagiannya tidak diketahui dan yang lainnya ditinggalkan,
2) ummi (buta huruf) dari orang arab dan a’jam yang senang beribadah kepada
apa saja yang ia anggap baik dan bermanfaat, berupa bintang, berhala, kuburan, patung
atau yang lainnya. Manusia dalam keadaan jahiliah yang sangat bodoh, menyakini
pernyataan dan pendapatnya sebagai ilmu ternyata itu adalah kebodohan dan menyakini
amalan-amalannya sebagai amalan sholeh ternyata rusak. Paling baiknya mereka dalam
ilmu dan amal adalah memiliki sedikit ilmu warisan para Nabi ‘alahis shalatu
wassalaam terdahulu yang telah bercampur antara kebenaran dan kebatilannya atau
melakukan sedikit amalan yang disyari’atkan dan kebanyakan amalannya bid’ah yang
hampir tidak memberikan pengaruh dalam kebaikannya walaupun sedikit atau
bersungguh-sungguh meneliti seperti kesungguhan para filosof lalu seluruh pikirannya
lebur dalam perkara materi dan hitungan serta perbaikan akhlak, setelah susah payah
yang tidak dapat disifatkan kepada sedikit kata yang membingungkan, tidak
mendapatkan ilmu ilahi, kebatilannya lebih banyak berlipat-lipat dari kebenarannya
jika berhasil.

C. Masa Kenabian.

Kenabian (bahasa Arab: ‫ )النبوة‬berarti membawa pesan wahyu dari Allah swt untuk
membimbing umat manusia. Untuk memenuhi tujuan penciptaan dan pencapaian manusia pada
kesempurnaan yang di kehendaki, pengutusan para nabi adalah hal yang darurat dan
diperlukan. Ciri-ciri paling penting para nabi adalah berikut: penerimaan wahyu, keajaiban
(mukjizat) dan keterjagaan dari dosa (ismah).

Ajaran kenabian termasuk dari prinsip-prinsip agama, yang mana percaya kepadanya
adalah suatu keharusan dan syarat menjadi seorang Muslim. Ajaran ini dalam Islam berarti
meyakini kenabian Nabi Muhammad saw dan para nabi yang disebutkan dalam Alquran atau
hadis. Kenabian dimulai dari Nabi Adam as dan sesuai dengan ayat eksplisit dari Alquran,
berakhir dengan kenabian Muhammad saw. Syiah dan Sunni dalam hal ini satu sama lain
sependapat.

Berdasarkan ayat-ayat Alquran dan hadis, Syiah percaya bahwa setelah kenabian
berakhir, Allah akan menempatkan Para Imam untuk menjaga, melestarikan dan menjelaskan
agama.
Dengan demikian masa kenabian adalah masa dimana telah di turunkan seorang nabi
mulai dari nabi Adam A.S sampai nabi terakhir yaitu nabi Muhammad SAW yang membawa
pesan dari Allah SWT untuk membimbing umat manusia sehingga keluar dari zaman
kebodohan ke zaman terang benderang.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Periodisasi Sejarah Islam


Periodesasi merupakan pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai
peristiwa atau kejadian yang terjadi pada saat itu juga. Lebih lengkapnya lagi peristiwa
yang terjadi dalam kehidupan manusia yaitu pada setiap masa memerlukan suatu
pengklasifikasian pada suatu peristiwa yaitu berdasarkan jenis maupun waktu dan
tempat terjadinya peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang terjadi itu di susun secara
kronologis atau berdasarkan waktu kejadian peristiwa, baik berdasarkan bentuk
maupun jenis peristiwa. .
Periodesasi Sejarah Peradaban Islam, di bagi menjadi 3 periode yaitu:
1) Periode Klasik (600-16258 M)
Terdapat 3 fase dalam periode klasik, yakni penciptaan komunitas islam di Arab,
penaklukan Timur Tengah oleh muslim, dan nilai islam merubah mayoritas Timur
Tengah. Adapun ciri – ciri dari periodisasi klasik adalah adanya perpaduan peradaban
islam dengan Timur Tengah, pola ekonomi dengan monoteistik.
2) Periode Pertengahan (1250-1800 M)
Akhir abad ke-18 menjadi masa kegelapan dunia Islam disebabkan jatuhnya imperium
– imperium kesultanan dan perebutan kekuasaan. Selain itu, juga terjadi karena
perkembangan sains dan teknologi yang stagnan. Adapaun ciri – ciri dari periode
pertengahan adalah era penyebaran global masyarakat Islam. Islam menjadi agama
masyarakat Asia Tengah dan Balkan dan adanya interaksi nilai-nilai agama islam
dengan nilai-nilai masyarakat yang ada di sekitarnya, maupun masyarakat setempat.
3) Periode Modern (abad ke – 18 M sampai dengan sekarang)
Pada periode ini, banyak tokoh muslim yang kemudian sadar, atas sifat jumud pada
umat Islam. Tokoh – tokoh itu berupaya untuk membawa Islam bangkit kembali. Tokoh
– tokoh itu diantaranya, Jamaluddin All-Afghani (1839) dan Muhammad Abduh
(1849). Ciri – ciri dari periodisasi ini adanya modernisasi dan transformasi masyarakt.
Muslim kehancuran impremium islam, kemunduran ekonomi, konflik internal
keagamaan, kebangkitan peradaban dan ekonomi Eropa serta dominasi culturnya.
B. Letak Geografis Jazirah Arab
Jaziroh bermakna daerah yang terpisah dari lautan dan dinamakan jaziroh Karena
terpisah dari kebanyakan bumi. Sedangkan Arab secara etimologi berarti padang pasir,
tanah gundul dan gersang yang tidak ada air dan tanaman. Sebutan ini telah diberikan
sejak dahulu kala kepada jazirah Arab.
Adapun letak geografisnya, jazirah Arab dibatasi oleh laut merah dan gurun
sinai disebelah barat, teluk Arab dan sebagian besar negara iraq bagian selatan
disebelah timur, laut Arab yang bersambung dengan samudra hindia disebelah selatan,
negeri Syam dan sebagian kecil dari negeri iraq disebelah utara, dan luas jazirah
Arab diperkirakan membentang antara 1.000.000 mil sampai 1.001.300 mil.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Nama Arab pada asalnya adalah nama untuk
satu kaum yang memiliki tiga hal, yaitu bahasa mereka Bahasa Arab, mereka keturunan
Arab dan tempat tinggal mereka adalah Jaziroh Al-Arab.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jazirah Arab dibatasi oleh tiga laut yaitu
disebelah barat, selatan dan timur. Jazirah Al Arab dibatasi oleh laut Qalzuum (laut
merah) disebelah bara t, laut Arab atau laut Yaman disebelah selatan dan teluk Bashroh
atau telauk Arab disebelah timur. Inilah batasan yang telah disepakti para muhaditsin,
Fuqaha, Ahli sejarah dan Geografie serta yang lainnya. Sedangkan sebelah utaranya
dibatasi oleh pinggiran laut merah sebelah timur laut dari pinggiran negeri Syam dan
sekitarnya yang sekarang dikenal dengan Yordania. (Khashaaish Jaziroh AL Arab, oleh
Bakr bin Abdillah Abu Zaid op.cit hlm 15-16.)
Jazirah Arab memiliki arti penting yang besar, karena letak geologis dan
geografisnya, sedangkan dilihat dari kondisi internalnya,jazirah Arab hanya dikelilingi
oleh gurun dan pasir dari segala sudut, oleh karena itu jadilah dia sebuah benteng yang
kokoh yang mencegah masuknya orang asing yang ingin menjajahnya, dan ini
menyebabkan mereka bisa hidup merdeka dan bebas dari segala urusan sejak dahulu
kala, padahal mereka bertetangga dengan dua imperium besar yang tidaklah mereka
mampu menahan serangannya andaikan tidak ada benteng pertahanan yang kokoh ini.
Adapun dilihat dari kondisi hubungan eksternal,maka jazirah Arab terletak
diantar benua-benua yang terkenal dalam dunia lama, dan dia mempertemukan benua-
benua tersebut daratan ataupun lautan, karena sebelah barat laut merupakan pintu
masuk benua Afrika, dan sebelah timur laut merupakan kunci masuk benua eropa, dan
sebelah timur merupakan pintu masuk bangsa-bangsa A’jam (Non Arab), timur tengah
dan timur dekat, dan terus membentang ke India dan Cina, demikianlah jaziroh
Arab merupakan tempat pertemuan laut antar benua, sehingga menjadi bandara yang
ramai. Adapaun iklimnya terbagi menjadi lima, yakni :
1) Iklim Tihamaah : Tihamah (bahasa Arab : ‫ )تهامة‬merupakan suatu daerah di Jazirah
Arabia yang terbentang di sepanjang pesisir laut merah. Nama daerah ini berasal
dari kata bahasa Arab at-taham, artinya 'sangat panas, tenang', karena di daerah ini
umumnya beriklim panas terik dan angin tidak berhembus.
2) Iklim Hijaz : Iklim najd adalah iklim padang pasir, disana hampir tidak ada curah
hujan sepanjang tahun.
3) Iklim Al-Yaman : Iklim al Yaman adalah padang pasir satu-satunya. Di sana
hampir tidak ada curah hujan sepanjang tahun. Iklim ini dianggap menjadi BW
menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger. Suhu rata-rata di Iqal al Yaman adalah
27.8 ° C. Dalam setahun, curah hujan rata-rata adalah 81 mm.5. Iklim Al ‘Arudh
dan dinamakan juga Al Yamaamah
4) Iklim Omaan : Oman memiliki iklim sub tropis dengan dua musim, yaitu musim
panas dan musim dingin. Lahan yang berbatu dan gurun membuat cuaca di Muscat
menjadi ekstrim. Pada musim panas, suhu bisa mencapai 50 derajat Celcius. Dan
pada musim dingin, salju bisa muncul pada bukit-bukit yang tinggi. Diantara Iklim
ini yang sangat bersinggungan langsung dengan kehidupan Rasululloh adalah iklim
Hijaz, walaupun seluruh iklim ini memiliki hubungan yang tidak kalah penting
dengan sirah Nabawiyah dan perkembangan Islam didunia.
C. Masa Sebelum Kenabian
Historis
Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam lahir di tengah keluarga bani hasyim di
Makkah pada senin pagi tanggal 9 Rabi’ul –Awwal atau bertepatan pada tanggal 10 atau
22 april 571 M (ada perbedaan tentang penentuan tanggak bulan april, karena adanya
perbedaan dalam kalender masehi).Beliau lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya,
Abdullah bin Abdul Muthallib, telah wafat saat beliau berusia kurang lebih tiga bulan di
dalam kandungan. Syekh Muhammad Al-Khidri Buck, seorang profesor sejarah Islam,
dalam bukunya Nur al-Yaqin Fi Shirat as-Sayyid al-Mursalin mengatakan bahwa beliau
lahir di rumah pamannya, Abu Thalib, dan wanita yang membantu ibunya, Aminah,
melahirkan adalah ibu dari Abdurrahman bin Auf. Kakeknya, Abdul Muthallib, memberi
nama Muhammad kepada beliau.[3] Arti dari Muhammad adalah “yang terpuji” sama
dengan kata “Ahmad”. Beliau memberikan nama Muhammad, yang merupakan nama yang
belum dikenal di kalangan bangsa arab kala itu. Nabi Muhammad dikhitan pada hari
ketujuh seperti kebiasaan bangsa arab dulu.
Pada zaman tersebut, nama Muhammad adalah suatu nama yang langka (tidak biasa
dipakai) di kalangan bangsa Arab. Dalam riwayat disebutkan hanya tiga orang yang
memakai nama tersebut, namun ada pula yang meriwayatkan 16 orang. Orang-orang yang
menamai anaknya dengan nama itu di zaman tersebut berharap agar kelak anaknya diangkat
menjadi nabi, karena mereka telah mendengar akan munculnya seorang nabi dari tanah
Arab dengan nama Muhammad. Ketika Abdul Muthallib ditanya mengapa cucunya diberi
nama Muhammad, ia berkata: “Aku berharap mudah-mudahan ia menjadi orang yang
terpuji di langit pada sisi Allah dan di bumi pada sisi makhluk-Nya.”[1]
Sesuai dengan kebiasaan bangsawan Arab pada masa itu, anak yang lahir akan
disusukan kepada orang lain di desa. Demikian pula Nabi Muhammad. Beliau disusukan
kepada orang lain setelah tiga hari disusui ibunya. Orang pertama yang menyusi beliau
adalah Tsuwaibah, budak pamannya, Abu Lahab, yang sudah merdeka. Beliau disusui oleh
Tsuwaibah hanya beberapa hari dan kemudian disusukan dan diasuhkan kepada Halimah
binti Abu Zuaib dari dusun Banu Sa’ad.[1]
Kebiasaan bangsawan Arab ini dimaksudkan agar anak mereka tidak tercemari oleh
kotornya udara di kota sehingga dapat tumbuh sehat. Selain itu agar dapat berbicara bahasa
Arab yang sejati (asli) karena di dusun bahasa yang digunakan belum tercemar oleh bahasa
asing.
Nabi Muhammad menghabiskan empat tahun di dusun yang berada di tengah
padang pasir bersama dengan pengasuhnya, Halimah. Namun, pada usia dua tahun, beliau
pernah diantar kembali kepada ibunya. Tetapi oleh ibunya, Aminah, beliau diserahkan
kembali kepada Halimah karena merasa khawatir anaknya akan terganggu penyakit di kota
Mekkah. Sehingga beliau kembali diasuh oleh Halimah sampai berumur empat tahun. Pada
usia ini beliau telah dapat menggembala kambing bersama anak Halimah.
Saat berumur 4 atau 5 tahun, terjadi pembelahan dada beliau. Saat nabi bermain
dengan teman-temannya, datang malaikat jibril, membelah dada beliat, mengeluarkan
segumpal darah dari dada beliau sambil berkata bahwa ini adalah bagian syetan tang
terdapat pada diri nabi. Lalu jibril mencucinya di dalam baskom emas dengan aor
zam-zam, dan mengembalikannya ke dada nabi. Teman-teman nabi berlarian
mendatangi ibu susuan mereka seraya berkata “muhammad telah dibunuh!” setelah
didatangi, beliau masih hidup dengan wajah yang semakin berseri.
Setelah peristiwa pembelahan dada itu, halimah merasa khawatir dengan
keselamatan beliau, sehingga mengembalikannya ke ibu beliau, aminah. Aminah
merasa perlu untuk mengunjungi makam suaminya. Ia pergi bersama nabi dan
pembantunya setelah menetap di madinah, lalu aminah kembali ke makkah. Dalam
perjalanan pulang tersebut, aminah sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwa’, kota
yang terletak di antara makkah dan madinah.
Sepeninggal ibunya, nabi kembali ke kakeknya, abdul muththalib. Kasih sayang
abdul muththalib begitu besar kepada nabi. Pada saat usia nabi 8 tahun, kakek beliau
meninggal dunia. Sebelum meninggal, beliau berpesan agar menitpkan pengasuhan
nabi pada pamannya, abu thalib.
Saat umur nabi kurang lebih 12 tahun, beliau diajak pamannya abu thalib untuk
berdagang di syams. Saat tiba di bushra, suatu daerah yang sudah termasuk syams, ada
seorang rahib yang dikenal dengan nama bahira. Sang rahib menghampiri mereka,
menjamu mereka sebagai tamu kehormatan. Sang rahib berkata bahwa anak ini
(rasulullah) adalah pemimpin bagi seluruh semesta alam. Anak ini diutus Allah sebagai
rahmat bagi seluruh alam. Bahira pun meminta abu thalib untuk membawa kembali
nabi pulang ke makkah karena khawatir akan keselamatannya, takut akan gangguan
orang-orang yahudi.
Pada masa remaja, rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam tidak mempunyai pekerjaan
tetap. Hanya saja ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau menggembalakan kambing
dengan upah beberapa dinar. Pada usia 25 tahun, beliau pergi berdagang di Syam,
menjalankan dagangan milik khadijah. Khadijah adalah seorang wanita terpandang dan kaya
raya. Khadijah biasa menyuruh orang untuk menjalankan barang dagangannya dan
memberi upah. Setelah khadijah mendengar tentang kejujuran rasulullah, maka khadijah
tertarik untuk mempekerjakannya. Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam menyetujui dan
berdagang di syam menjalankan dagangan khadijah dengan ditemani oleh seorang pembantu
yang bernama Maisarah.

Ketika Nabi tiba di makkah seusai berdagang, beliau membawa banyak sekali
keuntungan dari hasil dagangannya di syam. Maisarah pun mengabarkan kepada khadijah
tentang kecerdikan dan kejujuran nabi dalam berdagang. Mengetahui semua itu maka
khadijah tertarik untuk menikahi nabi. Khadijah meminta seorang rekannya untuk
membuka jalan agar nabi mau menikah dengannya. Dan ternyata nabi bersedia menikah
dengan khadijah. Mas kawin nya adalah 20 ekor unta muda. Pada waktu menikah, usia
khadijah 40 tahun. Nabi tidak pernah menikah dengan wanita lain sampai khadijah meninggal
dunia.

Saat nabi berusia 35 tahun, orang-orang quraisy sepakat untuk merenovasi ka’bah. Hal
ini dikarenakan ka’bah hanya berupa susunan batu yang tidak ada atapnya sehingga
mudah bagi pencuri untuk mencuri barang- barang yang ada di dalamnya. Ditambah lagi
makkah pernah dilanda banjir besar, yang semakin menambah kekhawatiran akan robohnya
ka’bah. Namun demikian, mereka masih bimbang apakah akan membangun lagi atau
membiarkannya seperti itu.Namun akhirnya mereka sepakat untuk merobohkannya,dan
membangunnya kembali dengan menggunakan bahan-bahan yang baik saja.

Ketika pembangunan ka’bah sampai pada tahap meletakkan hajar aswad, terjadi
perselisiihan tentang siapa yang berhak untuk meletakkannya. Perselisihan ini terus
berlangsung hingga seorang bernama abu umayyah mengusulkan jalan keluar yaitu
menyerahkan perkara ini kepada siapa yang pertama kali masuk masjid. Dan nabi shallallahu
Alaihi wa Sallam lah yang pertama kali masuk masjid, sehingga beliau menangani masalah ini.
Cara beliau adalah dengan meletakkan hajar aswad di tengah selendang yang
telah dibentangkan sebelumnya, lalu menyuruh masing-masing pemuka-pemuka kabilah
untuk memegang ujung-ujung selendang tersebut dan bersama-sama mengangkat dan
kemudian nabi shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan hajar aswad. Ini merupakan cara
pemecahan yang sangat cerdas dan jitu dan diridhai oleh semua orang.

Nasab

Adapun nasab (silsilah) beliau adalah sebagai berikut:

Dari pihak ayah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdu
Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik
bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma’ad bin Adnan. Adnan adalah keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim.

Dari pihak ibu: Muhammad bin Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin
Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah
bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar binMa’ad bin Adnan. Bertemu
nasab dengan pihak ayah pada kakeknya yang kelima dari pihak ayah, yaitu Kilab bin Murrah.

Tabiat Keseharian dan Kegemaran

Sesungguhnya, masa fatrah (masa tidak adanya rasul) terus berlangsung di tengah bangsa
Arab dalam jangka waktu yang begitu panjang, tanpa turunnya wahyu ilahi dan tidak pula
ada pengemban hidayah (hidayah al-irsyad).Kurun waktu itu terjadi antara masa kenabian
Ismail ‘alaihissalam dan masa kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sang
penutup para nabi. Oleh sebab itu, beragam adat kebiasaan buruk pun mulai bermunculan di
tengah masyarakat Arab jahiliah.

Adat buruk bangsa Arab jahiliah :

1) Al-qimar (judi), atau yang lazim dikenal dengan istilah “al-maysir”

Menenggak khamr dan berkumpul-kumpul untuk minum khamr bersama,

bangga karenanya, serta memahalkan harganya. Ini merupakan kebiasaan orang-orang


kota dari kalangan hartawan, pembesar, dan pujangga sastra.
2) Nikah istibdha’.

Jika istri dari salah seorang lelaki di antara mereka selesai haid kemudian telah bersuci
maka lelaki termulia serta paling bagus nasab dan tata kramanya di antara mereka boleh
meminta wanita tersebut. Tujuannya, agar sang wanita bisa disetubuhi dalam kurun waktu yang
memungkinkannya melahirkan anak yang mewarisi sifat-sifat kesempurnaan si lelaki yang
menyetubuhinya tadi.

3) Mengubur hidup-hidup anak perempuan.

Seorang laki-laki mengubur anak perempuannya secara hidup-hidup ke dalam tanah,


selepas kelahirannya, karena takut mendapat aib.

4) Membunuh anak-anak, baik lelaki maupun perempuan.

Kekejian ini mereka lakukan karena takut miskin dan takut lapar, atau mereka sudah
putus harapan atas bencana kemiskinan parah yang melanda, bersamaan dengan lahirnya si
anak di wilayah yang merasakan dampak kemiskinan tersebut. Kondisi ini terjadi karena tanah
sedang begitu tandus dan hujan tak kunjung turun. Setelah Islam datang, Islam mengharamkan
adat keji nan buruk seperti ini

5) Wanita berdandan ketika keluar rumah, dengan tujuan menampakkan


kecantikannya,

pada saat dia lewat di depan lelaki ajnabi (lelaki yang bukan mahramnya). Jalannya
genit, berlemah gemulai, seakan-akan dia memamerkan dirinya dan ingin memikat orang lain.

6) Wanita merdeka menjadi teman dekat lelaki.

Mereka menjalin hubungan gelap dan saling berbalas cinta secara sembunyi-bunyi.
Padahal si lelaki bukanlah mahram si wanita.
7) Menjajakan para budak perempuan sebagai pelacur.

Di depan pintu rumah si budak perempuan akan dipasang bendera merah, supaya
orang-orang tahu bahwa dia adalah pelacur dan para lelaki akan mendatanginya. Dengan
begitu, budak perempuan tersebut akan menerima upah berupa harta yang sebanding dengan
pelacuran yang telah dilakukannya.

8) Enggan mengerjakan profesi tertentu, karena kesombongan dan keangkuhan.

Mereka tidaklah bekerja sebagai pandai besi, penenun, tukang bekam, dan petani.
Pekerjaan-pekerjaan semacam itu hanya diperuntukkan bagi budak perempuan dan budak laki-
laki mereka. Adapun bagi orang-orang merdeka, profesi mereka terbatas sebagai pedagang,
penunggang kuda, pasukan perang, dan pelantun syair. Selain itu, di tengah bangsa Arab
jahiliah tumbuh kebiasaan berbangga-bangga dengan kemuliaan leluhur dan jalur keturunan.

9) Fanatisme golongan.

Islam datang memerintahkan seseorang menolong saudaranya sesama muslim, dekat


maupun jauh, karena “al-akh” (saudara) yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah saudara
seislam. Oleh sebab itu, pertolongan kepadanya –jika dia dizalimi– adalah dengan
menghapuskan kezaliman yang menimpanya. Adapun pertolongan yang diberikan kepadanya
kala dia berbuat zalim berupa tindakan melarang dan mencegahnya agar tak berbuat zalim.

10) Saling menyerang dan memerangi satu sama lain, untuk merebut dan merampas
harta.

Suku yang kuat memerangi suku yang lemah untuk merampas hartanya. Yang
demikian ini terjadi karena tidak ada hukum maupun peraturan yang menjadi acuan pada
mayoritas waktu di sebagian besar negeri. Di antara perperangan mereka yang paling terkenal
adalah:- Perang Dahis dan Perang Ghabara’ yang berlangsung antara Suku ‘Abs melawan Suku
Dzibyan dan Fizarah;- Perang Basus, sampai-sampai dikatakan, “Perang yang paling membuat
sial adalah Perang Basus yang berlangsung sepanjang tahun. Perang ini terjadi antara Suku
Bakr dan Taghlub;”- Perang Bu’ats yang terjadi antara Suku Aus dan Khazraj di kota Al-
Madinah An-Nabawiyyah;- Perang Fijar yang berlangsung antara Qays ‘Ilan melawan Kinanah
dan Quraisy. Disebut “Perang Fijar” karena terjadi saat bulan-bulan haram. Fijar (‫ ) فِجار‬adalah
bentukan wazan ‫ فَ َّعال‬dari kata fujur (‫ ;) فجور‬Mereka telah sangat mendurhakai Allah (sangat
fujur) karena berani berperang pada bulan-bulan yang diharamkan untuk berperang.
11) Enggan mengerjakan profesi tertentu, karena kesombongan dan keangkuhan

Mereka tidaklah bekerja sebagai pandai besi, penenun, tukang bekam, dan petani.
Pekerjaan-pekerjaan semacam itu hanya diperuntukkan bagi budak perempuan dan budak laki-
laki mereka. Adapun bagi orang-orang merdeka, profesi mereka terbatas sebagai pedagang,
penunggang kuda, pasukan perang, dan pelantun syair. Selain itu, di tengah bangsa Arab
jahiliah tumbuh kebiasaan berbangga-bangga dengan kemuliaan leluhur dan jalur keturunan.

Salah satu aspek penting perekonomian arab pra-Islam adalah pertanian. Dua ratus
tahun sebelum kenabian muhammad (610 M), masyarakat arab sudah mengenal peralatan
pertanian semi modern seperti alat bajak, cangkul, garu, dan tongkat kayu untuk menanam.
Penggunaan hewan ternak seperti, unta,keledai, dan sapi jantan sebagai penarik bajak dan garu
serta pembawa tempat air juga sudah dikenal. Mereka telah mampu membuat bendungan
raksasa yang dinamakan al-ma’arib. Yaman adalah negeri yang subur, khususnya di sekitar
bendungan Ma’rib, di mana pertanian maju secara pesat dan menakjubkan. Di masa itu juga
telah berkembang industri, seperti industri kain katun dan persenjataan berupa pedang, tombak,
dan baju besi. Tanah pertanian yang utama terdapat di daerah Thaif. Hasil pertanian mereka
antara lain sayur dan buah-buahan. Hasi pertanian itu kemudian dijual ke kota-kota seperti
makah dan madinah. Demikian pula sistem irigasi, mereka telah mempraktikkanya pada saat
itu. Untuk menyuburkan tanah, masyarakat arab pra-Islam telah menggunakan apa yang
sekarang disebut pupuk alami, seperti pupuk kandang, kotoran manusia, dan binatang tanah
tertentu, misalnya cacing dan rayap. Mereka juga telah meneneal teknik penyilangan pohon
tertentu untuk mendapat bibit unggul.

Di samping pertanian, perdagangan adalah unsur penting dalam perekonomian


masyarakat arab pra-Islam. Karena letak geografisnya yang sangat strategis maka ia menjadi
tempat persinggahan para kafilah dagang yang datang dan pergi menuju pusat perniagaan.
Dikarenakan tanahnya yang tandus dan jarang turun hujan, maka perekonomian mereka
umumnya bergerak di bidang perdagangan. Transportasi yang mereka andalkan saat itu adalah
onta yang dianggap sebagai perahu padang pasir. Onta merupakan kendaraan yang
menakjubkan. Onta memiliki kekuatan tangguh yang mampu menahan haus dan mampu
menempuh perjalanan yang sangat jauh. Onta-onta ini pergi membawa barang dagangan dari
negara lain, dan kemudian membawa produk negeri tempat berniaga. Mereka telah lama
mengenal perdagangan bukan saja dengan sesama arab, tetapi juga dengan non-arab. Kemajuan
perdagangan bangsa arab pra-Islam dimungkinkan antara lain kerena pertanian yang telah
maju.

Kerusakan moral, kemiskinan, kelaparan dan perpecahan adalah satu hal yang
dianggap lumrah dan tidak lagi dianggap sebagai sebuah problem.Secara singkat dapat
dipahami bahwa Makkah ketika itu berada dalam suatu kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kemerosotan merembet ke hampir seluruh aspek kehidupan mulai dari moral, sosial, ekonomi,
politik dan bahkan agama. Contoh populer yang telah banyak diketahui oleh umat Islam adalah
tradisi membunuh bayi perempuan yang lahir, dimana untuk hal itu mereka tidak segan-segan
membunuh atau menguburnya hidup-hidup.

Perubahan yang sangat besar terlihat dari perubahan para pengikut Nabi yang
kebanyakan dari kalangan miskin dan kaum budak. Segi langsung, bahwa ajaran-ajara Islam,
baik aqidah ataupun syari’ah langsung mempengaruhi dan merubah kepercayaan dan tata hidup
orang Arab. Segi tak langsung, bahwa Islam telah memberi kemungkinan kepada orang-orang
Arab Muslim untuk menaklukkan kerajaan Romawi dan Persia, dua bangsa besar yang telah
bertamadun tinggi. Akibat dari penaklukan ini orang-orang Arab Muslim telah dapat
menyelami buah tamadun dari kedua bangsa itu, yang kemudian dikembangkan ke tengah-
tengah Muslim Arab, sehingga menyebabkan terjadi perubahan dalam alam pikiran mereka.

“Hellenisme” pertama kali diperkenalkan oleh ahli sejarah dari Jerman, J.G. Droysen.
Ia menggunakan perkataan “hellenismus” sebagai sebutan untuk masa yang dianggapnya
sebagai periode peralihan antara Yunani kuna dan dunia Kristen. Droysen sepertinya lupa akan
peranan Roma dalam agama Kristen (dan membatasi seolah-olah hanya Yunani saja yang
berperan). Namun, ia diakui telah berhasil mengidentifikasi suatu kenyataan sejarah yang amat
penting. Biasanya zaman Hellenik yang disebut-sebut sebagai peralihan itu adalah masa sejak
tahun 323 sampai 30 S.M. atau dari kematian Iskandar Agung sampai penggabungan Mesir
(setelah ditakluknya Kaleopatra) ke dalam kekaisaran Romawi. Sebab dalam periode itu
muncul banyak kerajaan di sekitar Laut Tengah, khususnya di pasisir timur dan selatan, seperti
Syiria dan Mesir yang diperintah oleh bangsa Mecedonia dari Yunani. Akibatnya, mereka ini
membawa berbagai perubahan besar dalam banyak bidang di kawasan itu, antara lain bahasa
(daerah-daerah itu didominasi oleh bahasa Yunani) dan pemikirannya (ilmu pengetahuan,
terutama filsafat), diserap oleh daerah-daerah itu melalui berbagai cara.
D. Masa Kenabian

1) Strategi Dakwah
a. Totalitas dalam Dakwah (Dakwah adalah jalan Hidup)
Diantara faktor utama keberhasilan dakwah Rasulullah adalah totalitas beliau
dalam berdakwah. Rasulullah gunakan hidup beliau secara total untuk berdakwah,
dakwah adalah jalan hidup beliau. Jadi dakwah bukan sekedar sambilan atau pengisi
waktu luang! Beliau juga berdakwah secara total hanya untuk menyeru di jalan
Allah (fi sabilillah) dan untuk menegakkan agama Allah. Bukan untuk mengejar
kekuasaan atau ambisi duniawi lainnya.

Allah berfirman,

َ ‫للاِ إِلَى أَدعُو‬


‫س ِبي ِلي هَـ ِذ ِه قُل‬ ّ ‫يرة َعلَى‬
َ ‫ص‬ِ َ‫سب َحانَ اتَّ َب َعنِي َو َم ِن أَنَا ب‬ ّ ‫ال ُمش ِركِينَ ِمنَ أَنَا َو َما‬
ُ ‫للاِ َو‬

Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108)

b. Hiasi Dakwah dengan Pribadi dan Akhlak yang Agung


Diantara faktor diterimanya dakwah Rasulullah adalah karena pribadi dan
akhlak beliau yang agung. Beliau adalah orang yang jujur, menepati janji, memiliki
integritas, lembut, amanah dan seterusnya. Hal ini tidak diragukan baik oleh kawan
maupun lawan.

َ‫َع ِظيم ُخلُق لَ َعلى َو ِإنَّك‬

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”


(QS Al Qolam: 4)
Jauh sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul, orang-orang Quraish
mengakui keluhuran pribadi dan akhlak Rasulullah, beliau digelari al amin (orang
kepercayaan). Pribadi dan akhlak yang luhur ini yang menyebabkan bahwa orang
menerima Islam. Bahkan orang-orang yang awalnya memusuhi bahkan memerangi
beliau akhirnya menerima bahkan berbalik membela dakwah beliau. Andaikata
beliau berkepribadian rendah dan berperilaku kasar kira-kira apakah dakwah beliau
akan diterima? Tentu tidak. Ini menjadi sebuah pelajaran berharga bagi orang-orang
yang terjun di dunia dakwah.

c. Bertahap Dalam Dakwah


Dakwah bukan hal mudah, perlu proses dan tahapan. Rasulullah bertahap dalam
berdakwah, baik dari sisi materi yang disampaikan, cara berdakwah, maupun mad’u
(orang yang didakwahi). Dari sisi materi beliau bertahap memulai dari yang paling
mendasar yaitu masalah tauhid dan dasar-dasar keimanan baru kemudian masalah
halal-haram dan seterusnya. Beliau juga bertahap dalam metode dan orang di
dakwahi. Beliau berdakwah 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah, masing-
masing memiliki tahapan tersendiri. Sebagai contoh, secara garis besar ada tiga
tahapan fase dakwah di Mekah:

1. Dakwah sembunyi-sembunyi (sirriyah) pada kerabat dan orang-orang dekat,


sekitar 3 tahun
2. Dakwah terbuka untuk ahli Mekah, tahun ke3 sampai tahun ke-10
3. Dakwah untuk sekitar ahli Mekah, setelah tahun ke-10 sampai hijrah ke
Madinah
Jadi jelas bahwa dakwah beliau tidak asal-asalan. Melainkan melalui tahapan-
tahapan yang penting baik dari dari sisi materi yang didakwahkan, metode dakwah
dan juga sasaran (mad’u) dalam dakwah.

d. Pengkaderan dan Pembinaan


Rasulullah sejak awal dakwah beliau fokus membina kader-kader dakwah.
Rasulullah benar-benar memperhatikan kondisi mereka. Orang-orang yang awal-
awal masuk Islam (as sabiqun al awwalun) akhirnya juga menjadi juru dakwah yang
hebat. Mereka menjadi sahabat sekaligus pejuang yang membantu dan
menyebarkan dakwah beliau. Dengan cara seperti ini dakwah menjadi cepat
tersebar. Orang yang pertama-tama masuk Islam adalah Khadijah (istri), Zaid bin
Haritsah (budak beliau), Ali bin Abi Thalib (ponakan) dan Abu Bakar Ash Shidiq
(sahabat karib). Kemudian dengan perantara Abu Bakar masuk islamlah Ustman
bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas, dan
Tholhah bin Ubaidillah. Orang-orang yang awal dibina dan dikader Rasulullah ini
kemudian ikut menyebarkan, menguatkan dan membesarkan dakwah beliau.
Setelah Rasulullah wafat mereka kemudian meneruskan dakwah dan perjuangan.
Ini kiranya yang Allah isyaratkan dalam firmanNya:

‫ظ فَآزَ َرهُ شَطأَهُ أَخ َر َج كَزَ رع‬


َ ‫سوقِ ِه َعلَى فَاست ََوى فَاست َغ َل‬
ُ ُ‫ع يُع ِجب‬ ُّ ‫ظ‬
َ ‫الز َّرا‬ َ ‫ار بِ ِه ُم ِليَ ِغي‬
َ َّ‫ال ُكف‬

“Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya.
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min).”
(QS Al Fath: 48)

e. Delegasi dan Bagi Tugas


Diantara strategi dakwah Rasulullah adalah dengan mendelegasikan dan
membagi tugas. Beliau tidak “monopoli” dalam dakwah. Beliau membagi tugas
dalam dakwah. Beliau juga mengirim utusan dalam dakwah misal mengutus
Mush’ab bin Umair ke Madinah (sebelum hijrah), mengutus para sahabat senior ke
daerah-daerah yang ditaklukkan (misal Muadz bin Jabal ke Yaman) dan lainnya.

f. Pertimbangan dan Perencanaan yang Matang


Rasulullah tidak berdakwah dan berjuang secara asal-asalan. Dakwah beliau 13
tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah memiliki tahapan-tahapan yang bertingkat
dan perencanaan yang matang. Kalau kita cermati dalam banyak hal beliau
melakukan pertimbangan dan perencanaan yang sangat matang. Beliau banyak
bermusyawarah dengan para sahabat terutama untuk memutuskan dan
merencanakan hal-hal penting. Misal peristiwa hijrah. Jauh sebelumnya Rasulullah
telah mengirim utusan dulu ke Madinah (Mush’ab bin Umair), beliau juga
mengamati kondisi perkembangan dakwah di Mekah dan Madinah. Setelah kondisi
Mekah semakin tidak kondusif dan sebaliknya Madinah menunjukkan angin segar
menerima dakwah beliau maka beliau kemudian melakukan perundingan dengan
utusan dari Madinah. Kemudian berujung pada kesepakatan untuk hijrah ke
Madinah (baiat Aqabah). Para sahabat mulai bertahap hijrah ke Madinah dan
akhirnya Rasulullah setelah diizinkan oleh Allah kemudian juga hijrah ke Madinah.
Jadi peristiwa hijrah tidak datang begitu saja, tetapi melalui pertimbangan dan
perencanaan yang matang. Dalam hal lainnya juga demikian, misal dalam
perperangan Rasulullah banyak bermusyawarah dengan para sahabat.

g. Dakwah pada Seluruh Elemen Masyarakat


Rasulullah menjangkau seluruh elemen masyarakat dalam berdakwah. Mulai
dari para tokoh sampai orang-orang biasa bahkan juga para budak. Beliau juga
dakwahi keluarga, kerabat, sahabat dan juga yang lainnya baik yang dekat maupun
yang jauh. Beliau tidak pilih-pilih atau membatasi golongan tertentu dalam dakwah.
Ini menyebabkan dakwah beliau merasuk ke seluruh unsur masyarakat.

h. Perhatian pada para tokoh


Dakwah Rasulullah menjangkau seluruh elemen masyarakat tetapi beliau juga
menaruh perhatian pada para tokoh. Mendakwahi para tokoh sangat penting karena
mereka memiliki peranan dan posisi strategis di tengah masyarakat. Jika para tokoh
menerima dakwah maka diharapkan lebih mudah masyarakat akan mengikuti
menerima dakwah. Abu Bakar dan Utsman bin Affan adalah tokoh Quraisy, mereka
berdua orang dipandang dan juga kaya raya. Abu Bakar juga ahli nasab, bijaksana
dan faham betul tentang masyarakat. Umar bin Khattab dan Hamzah bin
Abdulmutallib juga demikian, mereka juga tokoh dan dikenal pemberani. Saat para
tokoh Quraisy ini menerima dakwah maka semakin banyak yang menerima dakwah
beliau. Di Madinah juga demikian, Rasulullah juga menaruh perhatian pada para
tokoh Madinah. Rasulullah juga mengirim surat dan mendakwahi para raja.

2) Kendala Dakwah
Berdakwah bukanlah sesuatu yang mudah. Rintangan dan hambatan senatiasa
datang untuk mengendurkan semangat berdakwah. Rasulullah SAW, manusia
pilihan Allah SWT pun tak lupun dari hambatan yang jauh lebih berat daripada
umatNya. Hal itu selaras dengan pepatah, semakin tinggi seseorang, semakin besar
pula rintangan yang dihadapi.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang sangat dicintai kaum Quraisy karena
kejujuran dan budi pekertinya. terbukti dengan gelar "Al-Amin" yang disematkan
kaum Quraisy kepada Rasulullah SAW. Akan tetapi, Rasulullah SAW menjadi
orang yang paling dibenci dan dimusuhi kaum Quraisy setelah diangkat menjadi
Rasul.
Kebencian kaum Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW membuat mereka
melakukan tindakan-tindakan yang menghambat dan menghalangi dakwah Rasul.
Tindakan-tindakan yang dilakukan kaum Quraisy antara lain:

1. Penghinaan dan siksaan terhadap Rasulullah SAW seperti hinaan sebagai orang
gila, tukang sihir, anak celaka dan lain-lain. Selain itu, Rasulullah SAW
dilempari kotoran domba, rumahnya dilempari sampah dan kotoran, dan
didepan pintu rumahnya diletakkan duri yang tajam.
2. Ancaman dan siksaan kepada pengikut Rasulullah SAW, seperti dijemur
dipanas terik matahari sambi dilempari batu, dibunuh dan ditusuk jantungnya,
dicungkil matanya hingga buta dan diseret dua ekor unta dengan berlawanan
arah hingga terbelah dua.
3. Bujukan harta, kedudukan dan wanita, seperti yang membujuk Rasulullah SAW
dengan harta yang melimpah, menjadikan Rasulullah SAW sebagai Raja, serta
menyediakan wanita tercantik di seluruh Arab dengan syarat menghentikan
kegiatan dakwah atau mensyiarkan Islam.
4. Pengasingan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib, seperti larangan
menikah, berjual beli, membantu dan menolong Bani Hasyim dan Bani
Muthalib akibatnya banyak pengikut Rasulullah yang kelaparan.
5. Usaha-usaha lain berupa permintaan berganti-ganti menyembah Tuhan dan
berhala, mengancam paman Nabi Muhammad SAW, Abu Thalib, meminta
Nabi Muhammad SAW digantikan dengan pemuda lain serta melarang orang
Quraisy mendengar Al-Quran.
3) Dakwah di Mekkah
a. Dakwah Sembunyi-Sembunyi (sirriyah)
Pada awal dakwahnya, nabi Muhammad menggunakan dakwah sirriyah
dalam menyebarkan Islam. Nabi Muhammad melakukan dakwah sirri bukan
karena takut melainkan strategi dakwah. Dimana Nabi mengantisipasi pengikut
Nabi yang masih sedikit dan belum kuat. Sedangkan ancaman dan siksaan
masyarakat kafir Quraisy masih kuat dan status kota Mekkah sebagai pusat
agama bangsa Arab. Disana terdapat para pengabdi ka’bah dan tiang sandaran
bagi berhala dan patung-patung yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab
Nabi Muhammad Saw melakukan dakwah sirri dengan pendekatan personal.
Hal ini disebabakan pendekatan personal memiliki keterkaitan batin serta
interaksi emosional antara pengajak dan yang diajak. Pendekatan personal ini
Nabi Saw telah menggabungkan antara ikhtiar dan tawakal. Artinya nabi dalam
berdakwah memperhatikan situasi dan kondisi yang ada.

1. Nabi Muhammad Saw melaksanakan dakwah sirriyah selama 3 tahun.


Pertama-tama, Nabi menawarkan Islam kepada orang-orang terdekat, keluarga
besar serta shahabat-shahabat karib beliau. Mereka diajak untuk memeluk
Islam. Dalam sejarah Islam dikenal sebagai as-Saabiquun al-Awwalluun
(orang-orang yang paling dahulu dan pertama masuk Islam). Mereka adalah
 Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mukminin Isteri Nabi Saw
 Zaid bin Haritsah bin Syarahil, Maula (budak) beliau, al-Kalbi.
 Ali bin Abi Thalib Sepupu beliau
 Abu Bakar ash-Shiddiq, Sahabat paling dekat beliau.

Setelah memeluk Islam, Abu Bakar bersemangat dalam berdakwah


mengajak orang-orang masuk Islam. Karakter Abu Bakar terkenal sebagai
sosok laki-laki yang lembut, disenangi, dan berbudi baik. Para tokoh kaumnya
selalu mengunjunginya dan sudah tidak asing dengan kepribadiannya karena
kecerdasan, kesuksesan dalam berbisnis dan pergaulannya yang luwes.
Melalui Dakwah beliau, beberapa sahabat masuk Islam yaitu :

1. ‘Utsman bin ‘Affana al-Umawi

2. az-Zubair bin al-’Awam al-Asadi


3. ‘Abdurrahman bin ‘Auf

4. Sa’d bin Abi Waqqash az-Zuhriyan

5. Thalhah bin ‘Ubaidillah at-Timi.

Kemudian diikuti oleh Bilal bin Rabah al-Habasyi, Abu ‘Ubaidah;


‘Amir bin al-Jarrah yang berasal dari suku Bani al-Harits bin Fihr, Abu
Salamah bin ‘Abdul Asad, al-Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal dari
suku Makhzum), ‘Utsman bin Mazh’un – dan kedua saudaranya; Qudamah
dan ‘Abdullah -, ‘Ubaidah bin al-Harits bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf,
Sa’id bin Zaid al-’Adawy dan isterinya;Fathimah binti al-Khaththab al-
’Adawiyyah – saudara perempuan dari ‘Umar bin al-Khaththab -, Khabbab bin
al-Arts, ‘Abdullah bin Mas’ud al-Hazaly serta banyak lagi selain mereka.
Mereka itulah yang dinamakan as-Saabiquunal Awwaluun. Mereka semua
masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Mereka menyembunyikan
keimanannya untuk menghindari ancaman dan siksaan Kafir Quraisy. Selain
diuji oleh faktor eksternal, keimanan mereka diuji oleh faktor internal, yaitu
ajaran-ajaran yang diterima Nabi bertentangan dengan kondisi yang ada dan
diluar kemampuan otak manusia. Seperti peristiwa isra miraj. Peristiwa
perjalan nabi dari Masjidil haram ke baitul maqdis, dan diteruskan ke sudraotul
muntahan dalam satu hari. Peristiwa yang tidak mungkin dilakukan pada
waktu itu. Dimana kondisi fasilitas transportasi masih menggunakan unta atau
kuda, belum tersedia alat transportasi modern seperti pesawat terbang. Abu
bakar merupakan sahabat pertama yang mempercayai peristiwa tersebut,
sehingga Abu bukar mendapat gelar Ash Shiddiq. Beliau mempercayai
apapun diucapkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. Pada
peristiwa isra’ dan mi’raj, Nabi Muhammad Saw mendapat perintah
menegakan shalat 5 waktu. Menurut Ibnu Hajar bahwa perintah shalat
Termasuk wahyu pertama yang. Ibnu Hajar berkata: “sebelum terjadinya Isra’,
beliau Saw secara qath’i pernah melakukan shalat, demikian pula dengan para
shahabat akan tetapi yang diperselisihkan apakah ada shalat lain yang telah
diwajibkan sebelum (diwajibkannya) shalat lima waktu ataukah tidak?. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa yang telah diwajibkan itu adalah shalat
sebelum terbit dan terbenamnya matahari”. Walaupun dakwah dilakukan
secara sembunyi-sembunyi dan bersifat personal, namun beritanya sudah
kedengaran oleh kaum Quraisy. Hanya saja, mereka belum
mempermasalahkannya karena nabi Muhammad belum menentang agama dan
tuhan mereka. Sehingga Nabi Muhammad Saw dapat membangun jamaah
Mukminin berlandaskan ukhuwwah (persaudaraan) dan ta’awun (solidaritas).
Kemudian turunlah wahyu yang memerintahkan Nabi Muhammad untuk
menyampaikan dakwah secara terang-terangan dan menentang kebatilan kaum
quraisy dan menyerang berhala-berhala mereka.

b. Dakwah Terang-Terangan (Jahr)


Ketika perintah dakwah terang-terangan turun, Nabi Muhammad
mengundang Bani Hasyim dan beberapa orang Bani Al-Muthalib bin Al-Manaf.
Nabi menyeru kepada kaumnya menyembah dan berserah diri kepada Allah.
Namun semua kerabatnya menentang Rasulullah, hanya Abu Thaliblah yang
tidak menantang. Dia tidak masuk Islam tapi dia mendukung dakwah Nabi
Muhammad dan melindunginya dari gangguan kaum kafir Quraisy.
Setelah Nabi merasa yakin terhadap dukungan dan janji Abu Thalib
untuk melindunginya dalam menyampaikan wahyu Allah, beliau berdiri diatas
Shafa, lalu berseru : “ Wahai semua orang!” maka semua orang berkupul
memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman
kepada risalah beliau serta iman kepada hari akhirat.” Dari yang hadir disitu,
Abu Lahab angkat bicara “ Celakalah engkau untuk selama-lamanya, untuk
inikah engkau mengumpulkan kami.” Lalu turun surat Al Lahab. Sejak itulah,
dakwah Nabi terdengar seluruh Mekkah, kemudian turun ayat surat Al Hijr 94
yang memerintahkan berdakwah secara terang-terangan.

‫ال ُمش ِركِينَ َع ِن َوأَع ِرض بِ َماتُؤ َم ُر فَاصدَع‬


Artinya : "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik."

Kaum Quraisy merasa terganggu dengan dakwah Nabi, karena


kepercayaan mereka mulai dipermasalahkan dan berhala-berhala mereka
ditentangnya. Mereka mengakui sosok Nabi Muhammad sebagai orang yang
jujur. Mereka berusaha menghentikan dakwahnya dengan cara mendekati
pamannya, Abu Thalib. Mereka mengharapkan Abu Thalib bisa merayu Nabi
Muhammad saw untuk menghentikan dakwanya. Tapi Abu thalib menolak
permintaan mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa sehingga
Nabi bisa melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru
kepadaNya. Semenjak penolakan itu, kafir Quraisy berusaha menghentikan
nabi dengan berbagai cara, antara lain menjelek-jelekkan ajaran Islam,
membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang
menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau, Melawan Al-Qur’an dengan
dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-
dongeng itu, agar mereka meninggalkan Al-Qur’an, dan penyiksaan terhadap
para pengikut nabi. Kafir Quraisy berusaha menawarkan untuk
mempertemukan Islam dan jahiliyah. Mereka akan mengikuti ajaran Nabi tanpa
meninggalkan ajaran mereka, di lain pihak Nabi Muhammad saw dan
pengikutinya mengikuti tata cara ibadah mereka tanpa meninggalkan ajaran
Islam. Nabi Muhammada dengan tegas menolak penawaran mereka. Peristiwa
tersebut diabadikan dalam surat al Kaafirun.

‫ الكَافِ ُرونَ يَاأَيُّ َها قُل‬. ُ ‫ َمات َعبُدُونَ آلَأَعبُد‬. ‫ َّما َعبَدتُّم َعا ِبدُُُ َوآلَأَنَا َمآأَعبُد ُ َعا ِبدُونَ َوآلَأَنتُم‬.
‫ َمآأَعبُد ُ َعا ِبدُونَ َوآلَأَنتُم‬. ‫ي دِينُ ُكم لَ ُكم‬
َ ‫ِين َو ِل‬
ِ ‫د‬

Artinya : 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. aku tidak akan menyembah


apa yang kamu sembah. 3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah. 4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Nabi Muhammad Saw mempertegas larangan adanya pencampuran


ajaran Islam dengan ajaran Lain. Penolakan akan tawaran lunak oleh Nabi
Muhammad Saw, membuat kafir Quraisy semakin marah. Mereka melakukan
pemboikotan (embargo) terhadap para pengikut Nabi Muhammad dan kaumnya
Mereka menulis selembar kesepakatan pemutusan hubungan total dengan Bani
Hasyim dan Bani Abdil-Muththalib. Pengumunan tersebut digantung di salah
satu sudut Ka’bah. Adapun isi pengumuman adalah:
1. Barang siapa yang setuju dengan agama Muhammad, berbelas
kasihan kepada salah seorang pengikutnya yang masuk Islam, atau memberi
tempat singgah pada salah seorang dari mereka, maka ia dianggap sebagai
kelompoknya dan diputuskan hubungan dengannya.
2. Tidak boleh menikah dengannya atau menikahkan dari mereka.
3. Tidak boleh berjual beli dengan mereka. Nabi Muhammad Saw
bersama bani Hasyim dan Bani Mutholib hidup terisolir dan tinggal di lemabah
Bani Hasyim.

Kaum Quraisy semakin memperketat isolasinya kepada Nabi dan para


shahabatnya sehingga mereka tidak memiliki bekal makanan. Kesulitan mereka
sampai pada kondisi hanya makan dedaunan. Umat Islam tetap sabar dan tegar
dari tekanan yang mencelakakan ini dengan terus mengharapkan pertolongan
Allah Swt. Di tengah penderitaan inilah Allah Swt. memberikan pertolongan
dengan berbagai cara. Seperti Hisyam bin Amr, seorang kafir membawa
untanya penuh makanan di malam hari ke Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
Begitu sampai di dekat lembah ia lepaskan kendali untanya. Ada juga orang-
orang kafir bergabung di lembah Bani Hasyim dengan motivasi kesukuan dan
kekerabatan. Embargo atau pemboikotan berlangsung selama tiga tahun. Pada
tahun ketiga, Hisyam bin Amr mengajak Zuhair bin Abi Umayyah bin Al
Mughirah, untuk membatalkan pemboikotan tersebut. Mereka berdua mengajak
3 orang lagi yaitu, Muth’im bin Adiy, Abul Buhturiy bin Hisyam, dan Zam’ah
bin Al-Aswad bin Al-Muththalib. Berlima bertemu malam hari di sebuah bukit
di Mekah dan bersepakat untuk membatalkan pengumuman pembokiotan. Dan
ketika datang pagi hari mereka pergi ke tempat pertemuannya. Mereka
menyatakan penolakan terhadap pemboikotan atau embargo yang dilakukan
orang-orang Quraisy. Mereka ingin merobek pengumuman yang tergantung di
sudut Kabah. Abu Jahal berusaha menghalangi mereka berlima. Dan Abu
Thalib saat itu berada di salah satu sudut masjid menyaksikan pertarungan yang
terjadi di antara mereka. Kemudian Muth’im bin Adiy berdiri ke tempat
ditempelkannya pengumuman itu untuk merobeknya, dan ternyata
pengumuman itu sudah dimakan tanah kecuali kalimat ‘Bismikallahumma’
yang menjadikan kebiasaan orang Arab menulis surat. Setelah itu berakhir
pemboikotan terhadap Nabi Muhammad Saw dan pengikutnya. Kafir Quraisy
tetap menekan dan menyiksa para pengikut Nabi Muhammad Saw. Hingga nabi
Memerintahkan pengikutnya untuk hijrah dan keluar dari Mekkah.

c. Baitul Aqobah
 Bai’at ‘Aqabah yang Pertama.
Pada tahun kedua belas kenabian, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
bertemu dengan dua belas orang dari Yatsrib. Mereka pun masuk Islam.
Kemudian mereka berbaiat (bersumpah setia) kepada beliau. Isi baiat itu
ada tiga perkara:
1. Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.
2. Melaksanakan apa yang Allah perintahkan.
3. Berhenti dari apa yang Allah larang (meninggalkannya)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam mengirim Mush’ab bin


‘Umair dan ‘Amr bin Ummi Maktum ke Yatsrib bersama mereka untuk
mengajarkan kepada manusia perkara-perkara Agama Islam, membaca
Al Qur’an, shalat, dan sebagainya.

 Baiat ‘Aqabah yang Kedua.


Pada tahun ketiga belas kenabian Mush’ab bin ‘Umair
Rodhiallahu ‘anhu kembali. Ikut bersamanya penduduk Yatsrib yang
sudah masuk Islam. Jumlah mereka tujuh puluh tiga laki-Iaki dan dua
wanita. Wanita itu adalah Nusaibah bintu Ka’ab dan Asma’ bintu ‘Amr
bin ‘Adiy.
Mereka menjumpai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam di
‘Aqabah pada suatu malam. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam datang
bersama paman beliau Al ‘Abbas bin ‘Abdil Muthallib. Ketika itu Al
‘Abbas masih musyrik. Hanya saja ia ingin meminta jaminan keamanan
bagi keponakannya, kepada orang-orang Yatsrib itu. Ketika itu Al
‘Abbas adalah orang pertama yang angkat bicara. Kemudian Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam berbicara. Maka beliau pun membaca Al-
Qur’an. Beliau menyeru kepada Allah. Dan menghasung kepada
keislaman. Orang-orang Yatsrib itu membaiat beliau. Isi baiatnya
adalah:
1. Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai
maupun yang mereka benci.
2. Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang.
3. Untuk beramar ma’ruf nahi munkar.
4. Agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di
jalan Allah.
5.Agar mereka melindungi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
sebagaimana mereka melindungi wanita--wanita dan anak-anak mereka
sendiri.
Setelah baiat itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam kembali ke
Makkah. Beliau meneruskan dakwah. Kemudian gangguan kaum
musyrikin kepada kaum muslimin semakin keras saja. Maka Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam memberikan perintah kepada kaum muslimin
untuk berhijrah ke Yatsrib.

Kemudian kaum muslimin pun berhijrah ke Yatsrib. Baik secara


sendiri-sendiri, maupun berkelompok-kelompok. Mereka berhijrah
dengan sembunyi-sembunyi, sehingga kaum musyrikin tidak mengetahui
kepindahan mereka.

Waktu itu, orang pertama yang berhijrah adalah Abu Salamah bin
‘Abdil Asad dan Mush’ab bin ‘Umair, serta ‘Amr bin Ummi Maktum.
Kemudian Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash, ‘Ammar bin Yasir,
dan ‘Umar bin Al Khaththab berhijrah. Mereka berhijrah di dalam
rombongan dua puluh orang sahabat. Tersisa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasalam, Abu Bakr, ‘Ali bin Abi Thalib dan sebagian sahabat.

2) Dakwah di Madinah
 Strategi Dakwah
1. Mendirikan Masjid
Hal pertama yang dilakukan oleh Rasulullah sesampainya di Madinah adalah
membangun masjid. Rasulullah saw. dan umat Islam Madinah bahu-membahu
membangun masjid. Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah saw dan umat
Islam di Madinah adalah masjid Nabawi. Sebelum membangun masjid Nabawi
Rasulullah saw dalam perjalanan hijrahnya juga membangun masjid, yaitu masjid
Quba. Rasulullah saw mempergunakan masjid untuk mempersatukan kaum muslimin.
Masjid tidak hanya digunakan untuk mendirikan salat, tetapi untuk melakukan
aktivitas-aktivitas lain yang diperlukan oleh umat. Di masjid Rasulullah saw
mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang diterima dari Allah Swt. Di masjid pula
Rasulullah saw mengadili umat yang bersalah. Melalui masjid pula Rasulullah saw
dapat mengetahui kondisi umatnya. Masjid Quba merupakan masjid yang pertama kali
dibangun Rasulullah dalam perjalanan hijrah ke Madinah.

2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar


Kaum muslimin Mekah yang hijrah ke Madinah disebut kaum Muhajirin, sedangkan
kaum muslimin Madinah disebut kaum Ansar. Pada saat hijrah ke Madinah, kaum
Muhajirin tidak membawa serta harta benda mereka. Saat itu yang ada di pikiran kaum
Muhajirin hanyalah cara agar dapat selamat dari kejaran kaum musyrik Quraisy.
Mereka tidak lagi memikirkan harta benda. Meskipun kaum Ansar mengetahui bahwa
sebagian besar kaum Muhajirin tidak membawa harta bendanya ketika berhijrah,
mereka menerima saudara sesama muslim dengan tangan terbuka. Kaum Ansar
bersedia berbagi tempat tinggal, pekerjaan, dan pakaian dengan kaum Muhajirin. Untuk
mempererat persaudaraan kaum Muhajirin dan kaum Ansar Rasulullah juga
menyatakan bahwa kaum Ansar dan Muhajirin saling mewarisi. Strategi dasar
persaudaraan yang dibangun oleh Rasulullah adalah Ukhuwah Islamiyah, yaitu
persaudaraan yang didasarkan kepada agama Islam guna menggantikan Ukhuwah
Qaumiyyah, yaitu persaudaraan yang didasarkan pada kesamaan suku.

3. Menciptakan Perdamaian Antarsuku


Sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, suku Aus dan Khazraj terlibat dalam
pertikaian. Pertikaian antara kedua suku ini telah berlangsung lama dan belum ada
penyelesaiannya. Ketika Rasulullah datang ke Madinah, pertikaian antarsuku di
Madinah dapat dikikis, khususnya suku besar, Aus dan Khazraj. Rasulullah terus
menjaga perdamaian tersebut. Menciptakan perdamaian baik antarsuku maupun
antarpenduduk merupakan salah satu strategi dakwah Rasulullah saw di Madinah.
Dengan hidup damai, ketenteraman masyarakat Madinah dapat mereka rasakan dan hal
ini dapat mendukung dakwah Islam. Dalam kondisi pertikaian dan permusuhan
seseorang akan sulit menerima dakwah. Oleh karena yang ada dalam pikiran mereka
hanyalah cara mengalahkan lawan. Dalam kondisi damai dan tenteram seseorang akan
mudah menerima dakwah.

4. Memprakarsai Perjanjian Piagam Madinah


Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa penduduk Madinah bukan hanya kaum
muslimin. Untuk menjembatani perbedaan dan menjaga persatuan, Rasulullah saw.
memprakarsai penyusunan Piagam Madinah. Piagam ini menjamin hak dan kewajiban
setiap penduduk Madinah. Dengan piagam ini, semangat toleransi antarmasyarakat
Madinah diharapkan dapat terwujud.
Di antara pokok-pokok ketentuan Piagam Madinah sebagai berikut:
a) Seluruh masyarakat yang turut menandatangani piagam ini bersatu membentuk
kesatuan kebangsaan.
b) Jika salah satu kelompok yang turut menandatangani piagam ini diserang oleh
musuh, kelompok yang lain harus membelanya dengan
menggalang kekuatan gabungan.
c) Tidak satu kelompok pun diperkenankan mengadakan persekutuan dengan kafir
Quraisy atau memberikan perlindungan kepada mereka atau membantu mereka
mengadakan perlawanan terhadap masyarakat Madinah.
d) Orang Islam, Yahudi, dan seluruh warga Madinah yang lain bebas memeluk agama
dan keyakinan masing-masing dan mereka dijamin kebebasannya dalam menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing. Tidak seorang pun yang
diperkenankan mencampuri urusan agama lain.
e) Utusan pribadi atau perseorangan, atau perkara-perkara kecil kelompok nonmuslim
tidak harus melibatkan pihak-pihak lain secara keseluruhan.
f) Setiap bentuk penindasan dilarang.
g) Mulai hari ini segala bentuk pertumpahan darah, pembunuhan, dan penganiayaan
diharamkan di seluruh negeri Madinah.
h) Muhammad Rasulullah menjadi pemimpin Madinah dan memegang kekuasaan
peradilan yang tertinggi.
Terbentuknya Piagam Madinah yang diprakarsai oleh Rasulullah saw. menjadi dasar
kehidupan bernegara, yaitu negara Madinah. Rasulullah saw. bukan hanya sebagai
pemuka agama tetapi juga seorang negarawan yang andal. Dalam Piagam Madinah ini
tercermin toleransi yang tinggi antara umat Islam dengan pemeluk agama lain.
Penduduk Madinah menghormati perbedaan keyakinan yang mereka anut. Kebebasan
untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan masingmasing juga tercermin
dalam Piagam Madinah. Umat Islam dan pemeluk agama lain bertoleransi dalam
bidang muamalah. Mereka bersatu padu untuk menjaga kedaulatan dan keamanan
negara Madinah.

5. Menggalang Kekuatan untuk Mempertahankan Agama


Meskipun dakwah Islam dilakukan dengan cara lemah lembut, ternyata masih
mendapat tantangan dan hambatan dari sebagian kelompok. Bahkan, ada kaum yang
secara terang-terangan melanggar isi Piagam Madinah dan bersekutu dengan kaum
kafir Quraisy. Misalnya yang dilakukan oleh kaum Yahudi Madinah yang bersekutu
dengan kaum kafir Quraisy. Oleh karena itu, Rasulullah terpaksa membela diri dan
mempertahankan Islam dengan meladeni ajakan berperang. Peperangan yang dilakukan
oleh umat Islam pada masa Rasulullah antara lain sebagai berikut.
a) Perang Badar
Perang Badar dilakukan dengan melawan kaum kafir Quraisy. Perang tersebut
berlangsung di tempat bernama Badar yang terletak di antara Kota Mekah dan Madinah
pada 17 Ramadan tahun 2 H. Pada perang tersebut, kaum muslimin berhasil meraih
kemenangan yang gemilang. Jumlah musuh pada saat itu sebanyak seribu orang,
sedangkan kaum muslim hanya 313 orang.
b) Perang Uhud
Dalam Perang Uhud jumlah pasukan musuh tiga ribu orang, sedangkan kaum
muslimin seribu orang. Akan tetapi, pada peperangan kali ini umat Islam mengalami
kekalahan karena sebagian tentara muslim lalai pada hasil musyawarah dan pesan
Rasulullah saw untuk tetap pada posisi semula, yaitu berada di puncak bukit Uhud.
Mereka tergiur oleh ganimah yang ditinggalkan musuh.
c) Perang Khandak
Perang Khandak terjadi di Madinah bagian utara, akibat penyerangan dari kelompok
Bani Nazir dan kaum Quraisy. Untuk menghadapinya, Rasulullah saw.
bermusyawarah. Usul yang menarik dalam musyawarah tersebut adalah membuat
strategi pertahanan dengan membuat parit (khandak) di sekitar Kota Madinah agar
musuh sulit masuk ke Madinah. Usul tersebut diajukan oleh sahabat bernama Salman
al-Farisy. Musuh akhirnya berdiam di tempat dan meninggalkan Kota Madinah.
Selain kelima strategi dakwah yang telah diuraikan di depan, Rasulullah juga
menyampaikan dakwah dengan cara yang lain. Misalnya, dengan berkirim surat kepada
para pemimpin dan penguasa dari kerajaankerajaan pada saat itu. Banyak kaisar dan
pemimpin di luar Jazirah Arab yang diajak untuk bekerja sama dan memeluk Islam. Di
antara mereka adalah Kaisar Heraclius (Kaisar Romawi), Raja Najassi (Habsyah),
Kaisar Persia, dan beberapa pemimpin lainnya. Di antara mereka ada yang menerima
ajakan Rasulullah, ada yang menolak secara halus, dan ada pula yang menolak dengan
kasar.

Dakwah Rasulullah Muhammad saw berhasil dengan gemilang. Jumlah pemeluk


Islam meningkat tajam. Di Madinah Rasulullah saw bukan hanya sukses sebagai
pemimpin agama, tetapi juga sebagai negarawan yang ulung. Rasulullah saw berhasil
membangun sebuah negara Madinah yang menjadi model negara modern pada masa
itu. Penduduk Madinah menjunjung tinggi toleransi dalam kehidupan sehari-hari
sehingga kedamaian dapat dirasakan oleh semua pihak, bukan hanya kaum muslimin
tetapi juga pemeluk agama lain. Sebuah model pemerintahan dan sistem kenegaraan
yang banyak didambakan oleh umat Islam saat ini.

 Mempersaudarakan Kaum Anhar dan Muhajirin


Saat kaum Muhajirin berhijrah ke Madinah tidak membawa seluruh harta.
Sebagian besar harta mereka ditinggal di Makkah, padahal mereka akan menetap di
Madinah. Ini jelas menjadi problem bagi mereka di tempat yang baru. Terlebih lagi,
kondisi Madinah yang subur sangat berbeda dengan kondisi Makkah yang gersang.
Keahlian mereka berdagang di Makkah berbeda dengan mayoritas penduduk
Madinah yang bertani. Tak pelak, perbedaan kebiasaan ini menimbulkan
permasalahan baru bagi kaum Muhajirin, baik menyangkut ekonomi, sosial
kemasyarakatan, dan juga kesehatan[1]. Mereka harus beradaptasi dengan
lingkungan baru. Sementara itu, pada saat yang sama harus mencari penghidupan,
padahal kaum Muhajirin tidak memiliki modal. Demikian problem yang dihadapi
kaum Muhajirîn di daerah baru.

Melihat kondisi kaum Muhajirin, dengan landasan kekuatan persaudaraan,


maka kaum Anshâr tak membiarkan saudaranya dalam kesusahan. Kaum Anshâr
dengan pengorbanannya secara total dan sepenuh hati membantu mengentaskan
kesusahan yang dihadapi kaum Muhajirin. Pengorbanan kaum Anshâr yang
mengagumkan ini diabadikan di dalam Al-Qur`ân, surat al-Hasyr/59 ayat 9 :

َ‫َّار ت َبَ َّو ُءوا َوالَّذِين‬ ِ ‫ُورهِم فِي يَ ِجدُونَ َو َل إِلَي ِهم هَا َج َر َمن ي ُِحبُّونَ َقب ِل ِهم ِمن َو‬
َ ‫اْلي َمانَ الد‬ ِ ‫صد‬ُ ‫أُوتُوا ِم َّما َحا َجة‬
َ‫صة ِب ِهم َكانَ َولَو أَنفُ ِس ِهم َع َلى َويُؤثِ ُرون‬
َ ‫صا‬ َ ‫َخ‬

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshâr)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah
kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka
memerlukan (apa yang mereka berikan itu).

Berkaitan dengan ayat di atas, terdapat sebuah kisah sangat masyhur yang
melatarbelakangi turunnya ayat 9 surat al-Hasyr. Abu Hurairah Radhiyallahu
anhumenceritakan:

‫ي أَت َى َر ُجل أَ َّن‬ َّ ‫صلَّى النَّ ِب‬


َ ُ‫سلّ َم َعلَي ِه للا‬ َ ‫سائِ ِه ِإلَى فَبَ َع‬
َ ‫ث َو‬ َ ِ‫سو ُل فَقَا َل ال َما ُء ِإ َّل َم َعنَا َما فَقُلنَ ن‬ ِ َّ ‫صلَّى‬
ُ ‫للا َر‬ َ ُ‫للا‬
‫س ّل َم َع َلي ِه‬
َ ‫ض ُّم َمن َو‬ ُ ‫يف أَو َي‬ ُ ‫ُض‬ِ ‫ار ِمن َر ُجل فَقَا َل َهذَا ي‬ ِ ‫ص‬ َ ‫طلَقَ أَنَا اْلَن‬َ ‫ف أَك ِر ِمي فَقَا َل ام َرأ َ ِت ِه ِإلَى ِب ِه فَان‬َ ‫ضي‬
َ
‫سو ِل‬ ُ ‫للاِ َر‬َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫سلّ َم َعلَي ِه للا‬ َ ‫صبيَانِي قُوتُ إِ َّل ِعندَنَا َما فَقَالَت َو‬ ِ ‫طعَا َم ِك َه ِّيئِي فَقَا َل‬ َ ‫ِس َرا َج ِك َوأَصبِ ِحي‬
ِ ‫طعَا َم َها فَ َهيَّأَت َعشَاء أ َ َراد ُوا إِذَا‬
‫صبيَان َِك َون ّ َِو ِمي‬ َ ‫صبيَا َن َها َون ََّو َمت ِس َرا َج َها َوأَصبَ َحت‬ ِ ‫تُص ِل ُح َكأَنَّ َها قَا َمت ث ُ َّم‬
‫طا ِويَي ِن فَبَات َا يَأ ُك َل ِن أَنَّ ُه َما ي ُِريَانِ ِه فَ َجعَ َل فَأَطفَأَتهُ ِس َرا َج َها‬
َ ‫سو ِل إِلَى َغدَا أَصبَ َح فَلَ َّما‬ُ ‫للاِ َر‬َّ ‫صلَّى‬َ ُ‫َعلَي ِه للا‬
‫سلّ َم‬
َ ‫ض ِحكَ َف َقا َل َو‬َ ُ‫للا‬ َّ َ‫ب أَو اللَّيلَة‬
َ ‫للاُ فَأَنزَ َل فَ َعا ِل ُك َما ِمن َع ِج‬
َّ َ‫صة ِب ِهم َكانَ َولَو أَنفُ ِس ِهم َعلَى َويُؤثِ ُرون‬ َ ‫َخ‬
َ ‫صا‬
‫ش َّح يُوقَ َو َمن‬ ُ ‫ال ُمف ِلحُونَ هُم فَأُولَئِكَ نَف ِس ِه‬

Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


(dalam keadaan lapar), lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan ke
para istri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Para istri Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali air”. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapakah di antara kalian yang ingin
menjamu orang ini?” Salah seorang kaum Anshâr berseru: “Saya,” lalu orang Anshar
ini membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, (dan) ia berkata: “Muliakanlah tamu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam !” Istrinya menjawab: “Kami tidak
memiliki apapun kecuali jatah makanan untuk anak-anak”. Orang Anshâr itu
berkata: “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-
anak kalau mereka minta makan malam!” Kemudian, wanita itu pun menyiapkan
makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya. Dia lalu bangkit,
seakan hendak memperbaiki lampu dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini
memperlihatkan seakan mereka sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam
keadaan lapar. Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Malam ini Allah tertawa atau ta’ajjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu Allah
Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya, (yang artinya): dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan
(apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang-orang yang beruntung –Qs. al-Hasyr/59 ayat 9. [HR Bukhari]

Bagaimanapun pengorbanan dan keikhlasan kaum Anshâr membantu


saudaranya, namun permasalahan kaum Muhajirin ini tetap harus mendapatkan
penyelesaian, agar mereka tidak merasa sebagai benalu bagi kaum Anshâr. Disinilah
tampak nyata pandangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang cerdas dan
bijaksana. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mempersaudarakan antara
kaum Muhajirin dengan kaum Anshâr.

Peristiwa ini, sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat terjadi pada tahun
pertama hijriyah. Tempat deklarasi persudaraan ini -sebagian ulama mengatakan- di
rumah Anas bin Mâlik,[2] dan sebagian yang lain mengatakan di masjid.[3]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan mereka dua dua, satu
dari Anshâr dan satu lagi dari Muhajirin.

Ibnu Sa’ad dengan sanad dari syaikhnya, al-Waqidi rahimahullah menyebutkan,


ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam mempersaudarakan antara sebagian kaum Muhajirin dengan
sebagian lainnya, dan mempersaudarakan antara kaum Anshâr dengan kaum
Muhajirin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan mereka
dalam al-haq, agar saling menolong, saling mewarisi setelah (saudaranya) wafat.
Saat deklarasi itu, jumlah mereka 90 orang, terdiri dari 45 kaum Anshâr dan 45 kaum
Muhajirin. Ada juga yang mengatakan 100, masing-masing 50 orang.
Imam Bukhâri meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu, ketika kaum
Muhajirin baru tiba di Madinah, kaum Muhajirin bisa mewarisi kaum Anshâr karena
persaudaraan yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
sedangkan dzawil-arhâm (kerabat yang bukan ahli waris) tidak.

Di antara contoh praktis buah dari persaudaraan yang dilakukan Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu kisah ‘Abdurrahmân bin ‘Auf Radhiyallahu anhu
dengan Sa’ad bin Rabi’ Radhiyallahu anhu . Sa’ad Radhiyallahu anhu berkata
kepada ‘Abdurrahmân Radhiyallahu anhu : “Aku adalah kaum Anshâr yang paling
banyak harta. Aku akan membagi hartaku setengah untukmu. Pilihlah di antara
istriku yang kau inginkan, (dan) aku akan menceraikannya untukmu. Jika selesai
masa ‘iddahnya, engkau bisa menikahinya”.

Mendengar pernyataan saudaranya itu, ‘Abdurrahmân Radhiyallahu anhu


menjawab: “Aku tidak membutuhkan hal itu. Adakah pasar (di sekitar sini) tempat
berjual-beli?”

Lalu Sa’ad Radhiyallahu anhu menunjukkan pasar Qainuqa’. Mulai saat itu,
‘Abdurrahmân Radhiyallahu anhu sering pergi ke pasar untuk berniaga, sampai
akhirnya ia berkecukupan dan tidak memerlukan lagi bantuan dari saudaranya.[4]

Persaudaraan yang dijalin oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus


berlanjut. Ketika kaum Muhajirin sudah merasa biasa, tidak asing lagi, dan sudah
mengetahui cara mencari nafkah, maka Allah Azza wa Jalla menggugurkan syariat
waris-mewarisi dengan sebab tali persaudaraan seperti ini, namun tetap
melanggengkan persaudaraan kaum mukminin. Allah Azza wa Jalla berfirman :

َ‫ض ُهم اْلَر َح ِام َوأُولُو ۚ ِمن ُكم فَأُولَئِكَ َم َع ُكم َو َجا َهد ُوا َوهَا َج ُروا بَعد ُ ِمن آ َمنُوا َوالَّذِين‬
ُ ‫ب فِي ِببَعض أَولَى بَع‬ ِ َّ
ِ ‫للا ِكتَا‬

Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemudian berhijrah dan berjihad
bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang
mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya
(daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. [al-Anfâl/8 : 75]
Dan firman-Nya :

‫ض ُهم اْلَر َح ِام َوأُولُو‬


ُ ‫ب فِي بِ َبعض أَولَى بَع‬ ِ ‫أَو ِليَا ِئ ُكم إِلَى تَفعَلُوا أَن ِإ َّل َوال ُم َه‬
َّ َ‫اج ِرينَ ال ُمؤ ِمنِينَ ِمن‬
ِ ‫للاِ ِكتَا‬
‫ب فِي ذَلِكَ َكانَ ۚ َمع ُروفا‬ ُ ‫َمس‬
ِ ‫طورا ال ِكت َا‬

Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak
(waris mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-
orang Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu
(seagama). Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah). [al-Ahzâb/33: 6]

Peristiwa penghapusan saling mewarisi ini terjadi pada saat perang Badr. Ada
juga riwayat yang menjelaskan terjadi pada saat perang Uhud.

Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu menyebutkan, yang digugurkan adalah saling


mewarisi, sedangkan tolong-menolong dan saling menasihati tetap disyariatkan. Dan
dua orang yang telah dipersaudarakan bisa mewasiatkan sebagian harta warisannya
untuk saudaranya. Inilah pendapat Imam Nawawi rahimahullah [5] .

Di antara bukti yang menunjukkan persaudaraan ini terus berlanjut namun tidak
saling mewarisi, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan
antara Salmân al-Fârisi Radhiyallahu anhu dengan Abu Darda’ Radhiyallahu anhu .
Padahal Salmân Radhiyallahu anhu masuk Islam pada masa antara perang Uhud dan
perang Khandaq. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempersaudarakan
antara Muawiyah bin Abi Sufyân Radhiyallahu anhu dengan al-Hattât at-Tamîmi
Radhiyallahu anhu . Juga antara Ja’far bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu dengan
Mu’adz bin Jabar Radhiyallahu anhu . Semua peristiwa ini terjadi setelah perang
Uhud. Ini menunjukkan persaudaraan itu masih disyariatkan namun tidak saling
mewarisi.
 Membangun Pusat Pemerintahan
Di Madinah, Nabi disambut oleh penduduk Madinah yang sejak beberapa hari
telah menunggu kedatangannya sebagaimana yang sering kita dengar dalam setiap
selawatan yang bunyinya demikian: Talaal Badru Alaina min tsaniatul wadai,
wajab sykri alain ma da lillahi dai ayuhal mabusu fina ji’ta bil amri muthai. Sebuah
ungkapan tulus dan jujur dan pernyataan kesiapan untuk menjadi pengikut Nabi
yang baik dan iklhas. Warga Madinah pun tidak saja menyambut dengan senang
hati akan tetapi juga menyediakan segala hal yang dibutuhkan oleh Rasulullah
termasuk tanah untuk membangun masjid, rumah dan perkebunan. Semua
diserahkan kepada kaum Muhajirin untuk dimanfaatkannya. Allah menceritakan
tentang bagaimana orang-orang Madinah menyambut Rasulullah Saw dan sahabat-
sahabat antara lain sebagaimana yang diceritakan dalam surah Alhasyar ayat 5
bahwa mereka rela menahan untuk dirinya dan memberikan apa yang mereka
miliki kepada kaum Muhajirin dan mereka itulah orang orang yang beruntung.

Madinah adalah salah satu kota yang dibangun oleh seseorang yang bernama
Yasrib, salah seorang warga Yahudi yang pindah dari Yaman dan membangun kota
itu kemudian menamakannya Yasrib. Madinah telah dihuni oleh sejumlah suku dan
sebagian diantara mereka telah beriman kepada Rasulullah dan mereka inilah yang
mengajak agar Rasulullah hijrah ke Yasrib.

Hanya beberapa bulan di Madinah, Rasulullah dan sahabat-sahabatnya menata


kota ini dengan baik termasuk menata tata letak rumah-rumah warga dan
sahabatnya yang kemudian hari menjadi tempat kediaman juga berfungsi sebagai
instansi pemerintahan mulai dari bagian politik dan keamanan hingga masalah
pengaturan sampah dan kebersihan kota, semuanya diatur dengan baik sehingga
menjadi kota yang mempesona pada masanya. Demikian pula Masjid yang
dibangun dekat rumah Rasulullah dengan luas kurang lebih 1000 meter persegi
yang terdiri dari tanah liat dan ditutup dengan pelapa kurma menjadi pusat
pertemuan setiap waktu bahkan dari situlah keputusan-keputusan penting seperti
perang dan strateginya dibahas bersama, termasuk membahas kehidupan sosial
dan ekonomi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Madinah.
Wadi Aqiq yang merupakan sumber mata air pada masa itu juga dikelola dengan
baik sehingga mampu mengairi pertanian masyarakat di sekitar kota bahkan
menurut catatan sejarah Wadi Aqiq menjadi sumber air minum Khalifa-khalifa
Islam di Irak dan Suriah bahkan menjadi sumber air minum masyarakat jazirah
Arabia saat itu.

Stabilitas politik dan keamanan dan kehidupan yang aman dan damai menjadi
stating point tumbuhnya masyarakat sipil yang maju dan berpengetahuan.
Penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh para sahabat ke wilayah-wilayah
Jazirah Arab menjadi salah faktor utama terjadinya transformasi pengetahuan ke
dalam Islam yang telah dicapai oleh bangsa-bangsa lain seperti tata kelola
keuangan, administrasi dan lain-lain. Ilmu-ilmu agama dan etika keislaman yang
diajarkan oleh Rasulullah kepada kaumnya dipadu dengan pengetahuan umum
membuat masyarakat muslim semakin disegani karena bukan saja mereka berhasil
menciptakan sebuah komunitas yang bermartabat dan berprikemanusian juga
mereka berhasil memperluas wilayah-wilayahnya dan menambah jumlah pengikut-
pengikutnya. Keberhasilan dan kesuksesan yang cemerlang terus dicapai oleh umat
Islam saat itu membuat peradaban lain semakin melemah.

Pasca Madinah, Islam tidak lagi semata-mata sebagai agama yang mengajarkan
keesaan Tuhan dan prinsip-prinsip kesetaraan manusia akan tetapi Islam mulai
masuk ke ranah-ranah ilmu pengetahuan, teknik peperangan, ekonomi dan seluruh
aspek kehidupan manusia. Seluruh masalah sosial yang muncul di tengah-tengah
masyarakat diselesaikan oleh Rasulullah Saw. Demikian pula masalah yang
muncul di kalangan bangsa-bangsa lain yang masuk Islam dapat diselesaikan oleh
Rasulullah dengan baik termasuk ketika menawan musuh, semua diatur sesuai
wahyu yang diterima.

Madinah menjadi kota metropolitan dan menjadi pusat ilmu dan pengetahuan
dan kiblat orang-orang Islam untuk datang menemui Rasulullah dan belajar
langsung serta menyampaikan berbagai keluh kesah yang dihadapi di daerahnya
termasuk orang-orang yang datang untuk menyatakan keislamannya. Masjid yang
dibangun yang luasnya hanya sekitar 1000 meter persegi hampir setiap hari
disesaki oleh orang-orang yang mendengarkan petuah-petuah Rasulullah Saw dan
menjadi tempat penampungan para pendatang. Orang-orang inilah yang dikenal
Ahlussuffa dimana Rasulullah sering berdiskusi dengan mereka setiap habis sholat
dan mengajaknya makan bersama bahkan sering juga mengajak mereka ikut
berperang bagi yang dianggap mampu untuk mendampingi para panglima-
panglima perang turun ke medan perang. Diantara Ahlussufah yang sering kita
dengar namanya adalah Abu Huraira (perawi hadis yang sangat terkenal karena dia
termasuk banyak mendengar langsung dari Rasulullah saw).

Sebuah komunitas yang tangguh, kuat, disiplin dan berintegrasi tinggi terhadap
Islam telah lahir di Madinah yang dikemudian hari manjadi pahlawan-pahlawan
Islam yang menggetarkan kekuatan peradaban lainnya di muka bumi. Umat Islam
yang sebelumnya ketika di kota Mekkah menjadi bahan olok-olokan oleh kaum
Quraish, kini tampil sebagai sebuah kekuatan baru yang sangat disegani oleh
semua kekuatan pada saat itu. Dari Madinah-lah, Islam terpancar ke mana-mana
di seluruh pelosok dunia ini bukan saja di wilayah Jazirah Arab tetapi juga hingga
ke Eropa, Asia dan sekitarnya. Oleh karena itulah, Rasulullah Saw menetapkan
Madinah sebagai tanah suci sebagaimana dalam hadisnya yang mengatakan “
Bahwa Setiap Nabi memiliki tanah suci, Mekkah Adalah Tanah Suci Nabi Ibrahim
dan Madinah Adalah Tanah Suciku”.
 Pendirian Masjid
a. PERAN DAN FUNGSI MASJID DI ZAMAN RASULULLAH SAW
Sebagaimana tertulis dalam sejarah bahwa setelah Nabi Muhammad Saw. hijrah
dari Mekah ke Madinah, yang pertama dilakukan Nabi adalah membangun masjid
Quba. Lalu tidak lama setelah itu dibangun pula masjid Nabawi. Bangunan fisik
masjid di zaman itu masih sangat sederhana, lantainya tanah, dinding dan atapnya
pelepah kurma. Namun demikian, masjid tersebut memainkan peranan yang sangat
siknifikan dan menjalankan multi fungsi dalam pembinaan umat.
Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadat magdhah, seperti shalat
dan zikir, tetapi masjid juga sebagai tempat pendidikan, tempat pemberian
santunan sosial, tempat latihan militer dan persiapan perang, tempat pengobatan
para korban perang, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, tempat
menerima utusan delegasi/tamu, sebagai pusat penerangan dan pembelaan agama.
Dari pembinaan yang dilakukan Rasulullah di masjid itu lahirlah tokoh-tokoh yang
berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero dunia, seperti Abu Bakar shiddiq,
Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Masjid di zaman Nabi merupakan pusat pembinaan ruhiyah (tarbiyah ruhiyah)
umat Islam. Di masjid ini ditegakan shalat lima waktu secara berjama’ah. Masjid
berperan untuk membina dan meningkatkan kekuatan ruhiyah (keimanan)
umatnya. Dalam konteks ini sebaiknya dihayati firman Allah dalam surat An-
Nur;36-37: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut namaNYA di waktu pagi dan petang, orang-orang
yang tidak dilalaikan oleh urusan bisnis dan perdagangan atau aktivitas apapun dari
mengingat Allah, mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut akan suatu
hari, di mana pada hari itu hati dan penglihatan menjadi guncang”
 Perjanjian Hudaibiyah
Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian antara kaum Muslimin Madinah
dengan kaum musyrikin Mekah. Perjanjian yang ditandatangani di lembah
Hudaibiyah, pinggiran Mekah, ini terjadi pada tahun ke-6 setelah Rasulullah hijrah
dari Mekah ke Madinah. Pada saat itu rombongan kaum Muslimin yang dipimpin
langsung oleh Nabi Muhammad SAW hendak melakukan ibadah haji. Namun
mereka dihalang- halangi masuk ke Mekah oleh kaum musyrik Quraisy warga
Mekah. Rasulullah pun mengajak mereka bernegosiasi sampai akhirnya kedua
belah pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian damai.
Inti isi Perjanjian Hudaibiyah adalah sebagai berikut: 1.Gencatan senjata antara
Mekah dengan Madinah selama 10 tahun. 2.Warga Mekah yang menyeberang ke
Madinah tanpa izin walinya harus dikembalikan ke Mekah. 3.Warga Madinah yang
menyeberang ke Mekah tidak boleh kembali ke Madinah. 4.Warga selain Mekah
dan Madinah, dibebaskan memilih untuk berpihak ke Mekah atau Madinah. 5.Pada
saat itu, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya harus meninggalkan Mekah,
namun diperbolehkan kembali lagi ke Mekah setahun setelah perjanjian itu, dan
akan dipersilahkan tinggal selama 3 hari dengan syarat hanya membawa pedang
dalam sarungnya (maksudnya membawa pedang hanya untuk berjaga- jaga, bukan
digunakan untuk menyerang). Dalam masa 3 hari itu kaum Quraisy (Mekah) akan
menyingkir keluar dari Mekah.
Sekilas isi perjanjian tersebut sama sekali tidak menguntungkan bagi kaum
Muslimin, dan hanya menguntungkan kaum Quraisy Mekah. Ini bisa kita cermati
satu persatu isinya: 1.Gencatan senjata sudah tidak diperlukan oleh kaum
Muslimin, karena kaum musyrikin sebenarnya dalam posisi lemah karena
sebelumnya kalah telak dalam Perang Ahzab/ Khandaq. Kemauan mereka
bernegosiasi juga menunjukkan kelemahan posisi mereka. Kalau kuat, mereka
pastilah langsung menyerang kaum Muslimin yang hendak datang ke Mekah.
2.Jika penduduk Mekah tidak boleh menyeberang ke Madinah, jelas jumlah
kaum Muslimin tidak akan bertambah, sedangkan kaum Quraisy tidak akan
berkurang.
3.Jika penduduk Madinah yang pergi ke Mekah tidak diperbolehkan untuk
kembali ke Madinah, tentu warga Madinah akan berkurang.
4.Poin ke-4 ini bisa disebut imbang.
5.Kaum Muslimin yang sudah menempuh perjalanan jauh ke Mekah, namun
kini harus pulang tanpa bisa menunaikan haji. Tahun berikutnya pun, mereka hanya
boleh tiga hari di Mekah, tentu tak cukup untuk berhaji.
 Konstitusi Madinah
Pada dasarnya, alur perjalanan Sejarah Islam yang panjang itu bermula dari
turunnya wahyu di Gua Hira’. Sejak itulah nilai-nilai kemanusiaan yang di bawah
bimbingan Wahyu Ilahi menerobos arogansi kultur jahiliyah, merombak dan
membenahi adat istiadat budaya jahiliyah yang tidak sesuai dengan fitrah manusia.
Dengan seruan Agama Tauhid (monotheisme) yang gaungnya menggetarkan
seluruh jazirah Arabia, maka fitrah dan nilai kemanusiaan didudukkan ke dalam
hakekat yang sebenarnya. Seruan agama tauhid inilah yang merubah wajah Piagam
Madinah dan ke-autentik-annya masyarakat jahiliyah menuju ke tatanan
masyarakat yang harmonis, dinamis, di bawah bimbingan wahyu.
Kemudian, hijrah Rasulullah ke Madinah adalah suatu momentum bagi
kecemerlangan Islam di saat-saat selanjutnya. Dalam waktu yang relatif singkat
Rasulullah telah berhasil membina jalinan persaudaraan antara kaum Muhajirin
sebagai imigran-imigran Makkah dengan kaum Anshar, penduduk asli Madinah.
Beliau mendirikan Masjid, membuat perjanjian kerjasama dengan non-muslim,
serta meletakkan dasar-dasar politik, sosial dan ekonomi bagi masyarakat baru
tersebut; suatu fenomena yang menakjubkan ahli-ahli sejarah dahulu dan masa
kini. Adalah suatu kenyataan bahwa misi kerasulan Nabi Muhammad yang
semakin nampak nyata menggoyahkan kedudukan Makkah dan menjadikan orang-
orang Quraisy Makkah semakin bergetar.
Masyarakat muslim Madinah yang berhasil dibentuk Rasulullah oleh sebagian
intelektual muslim masa kini disebut dengan negara kota (city state). Lalu, dengan
dukungan kabilah-kabilah dari seluruh penjuru jazirah Arab yang masuk Islam,
maka muncullah kemudian sosok negara bangsa (nation state). Walaupun sejak
awal Islam tidak memberikan ketentuan yang pasti tentang bagaimana bentuk dan
konsep negara yang dikehendaki, namun suatu kenyataan bahwa Islam adalah
agama yang mengandung prinsip-prinsip dasar kehidupan termasuk politik dan
negara.
 Fathul Makkah
Penaklukan kota Makkah atau dikenal Fathu Makkah menjadi momen paling
bersejarah dalam perkembangan Islam. Terjadi pada 10 Ramadhan tahun ke 8
Hijriah, 12 ribu pasukan Muslimin dari Madinah dan suku-suku yang telah masuk
Islam, menyerbu kota Makkah untuk ditaklukkan. Penaklukkan Makkah ini
dilakukan tanpa peperangan dan pertumpahan darah. Namun terjadinya Fathu
Makkah bukan tanpa sebab.
Setelah disepakatinya perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah dengan Quraisy
Makkah, suku-suku Arab diminta memilih bergabung dengan dua kekuatan ini.
Apakah memilih bersama Rasulullah atau Quraisy Makkah. Bani Bakar memilih
bergabung ke Quraisy dan Bani Khuza'ah bergabung bersama Rasulullah. Kedua
suku Arab ini memang selalu saling berperang. Perjanjian Hudaibiyah membuat
kedua suku ini berdamai sementara.
Namun tak berapa lama, Bani Bakar memulai pengkhianatan dengan membuat
kekacauan. Seorang pemuda dari Bani Bakar sengaja bersyair menyanyikan
ejekkan kepada Rasulullah. Mendengar ejekan tersebut, seorang pemuda dari Bani
Khuza'ah memukul pemuda itu. Terjadilah pertengkaran dan berujung kerusuhan
antar dua kabilah ini. Kerusuhan ini seperti menghidupkan permusuhan lama
keduanya.
Pada suatu malam pemuda Bani Bakar membalas dendam, dengan mendatangi
kediaman Bani Khuza'ah. Mereka membunuh 20an orang pemuda Bani Khuza'ah.
Penyerbuan Bani Bakar inipun didukung sejumlah kaum Quraisy. Penyerbuan
kaum Quraisy ini dianggap pelanggaran perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah
dan Abu Sufyan dari pihak Quraisy.
Kabar ini pun sampai di telinga Abu Sufyan. Mendapat kabar pelanggaran
Hudaibiyah ini Abu Sufyan ke Madinah. Ia merasa perlu bertemu Rasulullah
meminta gencatan senjata, dan persoalan ini tak membatalkan perjanjian
Hudaibiyah. Abu Sufyan dan penduduk Makkah saat itu sadar bahwa kekuatan
kaum Muslimin di bawah kepemimpinan Rasulullah semakin kuat dan jumlahnya
semakin besar.
Karena itu Abu Sufyan paham menjaga hubungan dengan Madinah amat sangat
penting agar Makkah tidak diserang. Namun di sisi lain pemimpin Bani Khuza'ah,
Amr bin Salim al Khuza'i telah menemui terlebih Rasulullah di Madinah. Ia
mengadukan penyerangan Bani Bakar yang dibantu orang Quraisy membunuh
20an anggota Bani Khuza'ah.
Mendengar laporan itu, Rasulullah marah dan berjanji akan bersikap tegas
kepada Bani Bakar dan kaum Quraisy di Makkah. Ketika Abu Sufyan datang ke
Madinah untuk bernegosiasi dengan Rasulullah, perihal gencatan senjata.
Rasulullah menolak tawaran gencatan senjata Abu Sufyan itu.
Abu Sufyan pun meminta para sahabat, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman
bin Affan dan Ali bin Abi Thalib meminta adanya gencatan senjata. Namun para
sahabat menolak tawaran Abu Sufyan ini. Hingga akhirnya ia pulang kembali ke
Makkah dengan penuh kekhawatiran akan keselamatan kaum Quraisy di Makkah.
Rasulullah kemudian berunding dengan Abu Bakar, dan Umar untuk mengirim
pasukan ke Makkah. Sikap Rasulullah ini kemudian disetujui Umar bin Khattab.
Umar berkata kepada Rasululah, "Demi Allah ya Rasulullah, engkau takkan bisa
menundukanseluruh Arab sebelum engkau menundukkan penduduk Makkah."
Rasulullah pun menyetujui perlunya mengirim pasukan skala besar ke Makkah
sebagai peringatan.
Rasulullah berangkat bersama pasukan Muslimin Madinah berjumlah 10 ribu
orang. Sebelumnya Rasulullah telah mengirimkan surat kepada beberapa suku
badui yang telah memeluk Islam untuk ikut menyertakan pasukan bersama ke
Makkah. Dalam perjalanan, 2000 pasukan dari beberapa suku ikut bergabung
menuju Makkah. Di antaranya Bani Sulaim, Bani Ghifar, Bani Aslam, Bani Ka'ab,
Bani Muzainah, Bani Juhainah dan Bani Asyja'.
Abu Sufyan yang mendapat kabar datangnya 10 ribu pasukan Muslimin ke
Makkah terlihat sangat takut sehingga berusaha bertemu Rasulullah dan para
sahabat sebelum pasukan memasuki Makkah. Rasulullah memintanya masuk Islam
sebelum pasukan Muslimin mendatangi Makkah dan menghukum orang-orang
Quraisy yang memerangi kaum Muslimin. Tawaran itupun diterima Abu Sufyan,
dan akhirnya Abu Sufyan masuk Islam sebelum pasukan Muslimin memasuki
Makkah.
Rasulullah kemudian menjanjikan kepada Abu Sufyan, siapapun yang
memasuki rumah Abu Sufyan saat Fathu Makkah ia akan aman. Janji Rasulullah
ini kemudian dipegang Abu Sufyan. Ia pun kembali ke Makkah dan menyampaikan
pesan penaklukkan Makkah oleh kaum Muslimin dengan 10 ribu pasukan.
Mendengar ucapan Abu Sufyan, kaum Musyrikin sangat ketakutan.
Para tokoh Quraisy pun berbondong-bondong berusaha melarikan diri. Namun
usaha mereka itupun sia-sia. Pasukan Muslimin memasuki kota Makkah dari
berbagai penjuru. Rasulullah bersama sahabat memasuki dari arah atas Makkah,
sedangkan pasukan lain dibawah kepemimpinan Khalid bin Walid masuk dari arah
Makkah bawah. Beberapa tokoh Quraisy yang berusaha melarikan diri dikejar oleh
pasukan Khalid bin Walid dan ditangkap.
Rasulullah memasuki Makkah dengan menaiki unta beliau bernama al Qashwa
dan menundukkan wajahnya ketika di depan Ka'bah. Tatkala Rasulullah sampai di
Ka'bah bersama kaum Muslimin, Nabi mengusap Hajar Aswad seraya bertakbir.
Kemudian Rasulullah bertawaf tujuh kali putaran. Setelah itu Rasulullah turun dari
untanya dan mendekati Maqam Ibrahim, lalu shalat dua rakaat dan menuju sumur
Zam-zam meminum air Zam-zam dan berwudhu darinya.
Kemudian Rasulullah berpesan kepada penduduk Makkah, "Barang siapa yang
berada di rumah Abu Sufyan, dia akan aman. Barang siapa yang masuk masjid, dia
aman. Barang siapa masuk rumah dan menutup pintunya, dia aman." Pasukan
Muslimin membersihkan Ka'bah dari semua berhala di dalam dan disekitarnya.
Rasulullah pun lalu masuk ke dalam Ka'bah dan melakukan shalat dua rakaat
diantra dua tiang Yamani. Ketika masuk waktu dhuhur, Rasulullah kemudian
menyuruh Bilal naik ke atas Ka'bah dan mengumandangkan azan.
Setelah itu Rasulullah berpesan, "Hai sekalian orang-orang Quraisy,
sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian keangkuhan Jahiliyah dan
berbangga dengan nenek moyang. Manusia itu berasal dari Adam, dan Adam itu
diciptakan dari tanah." Penaklukkan Makkah menjadi sangat monumental, sejak
saat itu penyebaran Islam ke sentero Jazirah Arab semakin pesat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan sebelumnya, maka kita bias mengambil kesimpulan.
1. Jazirah Al Arab dibatasi oleh laut Qalzuum (laut merah) disebelah
bara t, laut Arab atau laut Yaman disebelah selatan dan teluk Bashroh
atau telauk Arab disebelah timur. Inilah batasan yang telah disepakti
para muhaditsin, Fuqaha, Ahli sejarah dan Geografie serta yang
lainnya. Sedangkan sebelah utaranya dibatasi oleh pinggiran laut
merah sebelah timur laut dari pinggiran negeri Syam dan sekitarnya
yang sekarang dikenal dengan Yordania.
2. Periodesasi Sejarah Peradaban Islam, di bagi menjadi 3 periode yaitu,
periode klasik, periode pertengahan dan periode modern.
3. Perbedaan masa antara sebelum datangnya Nabi Muhammad dan
sesudah datangnya Nabi membawa perubahan yang baik.
4. Masa dimana semua aspek kehidupan berlandaskan syariat dan ajaran
Nabi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/ainun78/5be6e46b6ddcae63a9275a15/periodesasi-sejarah-
peradaban-islam

https://ustadzkholid.wordpress.com/2007/09/25/masa-sebelum-kenabian/

https://www.academia.edu/32996681/PERADABAN_EKONOMI_PADA_MASA_PRA-
ISLAM_MAKALAH

https://abuilmia.wordpress.com/2008/09/05/nabi-muhammad-dan-perubahan-sosial/

https://jalandamai.org/hijrah-rasulullah-saw-madina-catatan-sejarah.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Bai%27at_%27Aqabah_Pertama

http://web.archive.org/web/20100202041941/qalbusalim.wordpress.com/2007/01/18/baiat-
aqabah/

https://rifkyingintahu.blogspot.com/2016/12/hambatan-dakwah-rasulullah-saw.html

https://ukhuwahislamiah.com/strategi-dakwah-rasulullah/

https://almanhaj.or.id/3746-terjalinnya-persaudaraan-antara-kaum-muhajirin-dengan-kaum-
anshar.html

https://itsthemessage.wordpress.com/2013/12/08/sirah-nabawi-part-12-mempersaudarakan-
muhajirin-dan-anshar

https://www.academia.edu/35338363/ARAB_PRA-
ISLAM_SISTEM_KEPERCAYAAN_DAN_KEBUDAYAAN

https://aslibumiayu.net/9300-inilah-budaya-bangsa-arab-sebelum-datangnya-islam-sungguh-
aneh-jika-ada-yang-mengatakan-jangan-mendakwahkah-islam-yang-kearab-araban.html

Anda mungkin juga menyukai