OLEH :
M. IHSAN HERDIANSYAH (2123201043)
PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
2023/2024
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Bab. I. Pendahuluan 3
2. Masa Kerasulan
1. Khilafah Rasyidah
3. Perang Salib
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW,
sebagai utusan Allah yang membawa risalah Islam sebagai petunjuk hidup umat manusia.
Makalah ini penulis susun sebagai upaya untuk memahami dan menggali lebih dalam tentang
peradaban dan kebudayaan Islam. Peradaban Islam tidak hanya menggambarkan masa lalu,
tetapi juga merupakan warisan yang terus hidup dan relevan dalam konteks dunia modern
ini. Kebudayaan Islam telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, seni, arsitektur, dan berbagai aspek kehidupan manusia.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mencoba untuk merinci sejarah peradaban Islam,
pengaruhnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan, serta bagaimana nilai-nilai
kebudayaan Islam tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang keindahan dan kekayaan peradaban
Islam, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Islam menjadi
pendorong kemajuan dalam berbagai bidang.
penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
mendatang. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah pemahaman kita bersama tentang peran penting peradaban dan kebudayaan
Islam dalam sejarah umat manusia.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dalam penyelesaian tugas makalah ini.
M.Ihsan Herdiansyah
3
BAB I
PENDAHULUAN
Peradaban Islam adalah peradaban yang lahir dari Islam, agama yang diwahyukan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Telah membawa bangsa Arab yang semula
terkebelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain menjadi bangsa
yang maju pada masa itu. Kekaguman dari kalangan Barat muncul dari H.A.R Gibb dalam
bukunya yang berjudul Whitter Islam menyatakan “ Islam is indeed much more than a system
of theology, it is a complete civilization”(Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah
agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Mengapa demikian, karena yang menjadi
pokok kekuatan dan sebab timbulmya kebudayaan adalah Agama Islam.
Kajian peradaban Islam tidak lagi menganut pendapat bahwa Islam adalah satu,
namun terdapat pendapat ia sudah terbagi dalam beberapa “peradaban Islam”. Saat ini
peradaban Islam sudah terbagi dalam empat kelompok dominan yaitu:
1. Kawasan pengaruh kebudayaan Arab yakni; Timur Tengah, Afrika Utara, termasuk
Spanyol Islam.
2. Kawasan pengaruh kebudayaan Persia yaitu; Iran dan negara-negara Islam Asia
Tengah.
Jika pada periode Klasik, peran Arab sangat dominan dikarenakan Islam lahir di sana,
maka pada periode pertengahan muncul tiga kerajaan besar Islam yang mewakili tiga
kawasan budaya, yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan
Mughal di India.
Sejarah politik dunia Islam terbagi menjadi tiga periode, pertama Periode Klasik (650-1250
M), kedua periode pertengahan (1250-1800 M), ketiga periode modern (1800 sampai
sekarang).
4
BAB II
Jazirah Arab pada tahun 570 M merupakan jalur perdagangan yang ramai karena
menghubungkan Yaman Selatan dengan Syria di utara. Ka’bah merupakan tempat
berziarah dan pusat keagamaan, terdapat 360 berhala. Suku Badui yang hidup dengan cara
nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air dan padang rumput
untuk binatang gembalaan mereka yakni kambing dan onta.
Dari asal-usul kehidupan penduduk jazirah Arab terbagi atas dua golongan besar yaitu;
Qathaniyun (Keturunan Qathan) dan Adnaniyun (keturunan Ismail Ibn Ibrahim).
Masyarakatnya baik yang hidup nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya
suku Badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang
komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah atau clan. Mereka
suka berperang dan nilai perempuan menjadi sangat rendah, akibatnya kebudayaan
mereka tidak berkembang. Ahmad Syalabi menyebutkan sejarah mereka hanya dapat
diketahui 150 tahun menjelang lahirnya agama Islam. Adapun pengetahuan tersebut
diperoleh dari syair-syair suku Badui. Suku Badui berkarakter bersemangat tinggi dalam
mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, juga dikenal sebagai masyarakat yang
cinta kebebasan.
Kebudayaan luar yang berkembang menjelang Islam lahir masuk ke Arab melalui
beberapa jalur; yang terpenting diantaranya adalah: (1) melalui hubungan dagang dengan
bangsa lain,(2) melalui kerajaan-kerajaan protektorat, Hirah dan Ghassan,(3) masuknya
misi Yahudi dan Kristen. Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk ke jazirah Arab,
namun bangsa Arab masih menganut agama asli mereka yaitu paganisme dengan
menyembah berhala yang di letakkan di sekeliling Ka’bah.
Nabi Muhammad Saw. dilahirkan dalam Bani Hasyim yang terhormat namun miskin.
Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang
berpengaruh. Ibunya bernama Siti Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun
kelahirannya dikenal dengan Tahun Gajah (570 M), kala itu pasukan gajah Abrahah
gubernur kerajaan Habsyi di Ethiopia, menunggang gajah untuk menghancurkan Ka’bah.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah meninggal dunia tiga
bulan setelah dia menikahi Aminah.
Kemudian Muhammad di susui dan besarkan sampai berumur empat tahun oleh
Halimah Sa’diyyah dan kemudian dikembalikan kepada ibunya. Dua tahun dalam
pengasuhan, ibunya meninggal dunia dan ia kemudian diasuh oleh kakeknya Abdul
Muthalib. Setelah kakeknya meninggal pengasuhan Muhammad digantikan oleh
pamannya Abu Thalib.
5
Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk
Mekkah. Melalui kegiatan ini ia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Nabi
Muhammad untuk pertama kali ikut dalam kafilah dagang ke Syria yang dipimpin oleh Abu
Thalib saat ia berusia 12 tahun. Diusianya 25 tahun ia sudah membawa barang dagangan
Khadijah seorang janda dan saudagar kaya yang kemudian menjadi istrinya. Perbedaan
usia mereka cukup jauh karena Khadijah sudah berusia 40 tahun.
2. Masa Kerasulan
Ia mulai berdakwah setelah turun wahyu kedua setelah agak lama menunggu
kedatangan Jibril. Wahyu tersebut berbunyi: Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri
ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan
perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah(Al-Mudatsir: 1-
7). Sejak itulah beliau mulai berdakwah.
6
Penduduk Yastrib yakni suku ‘Aus dan Khazraj yang berhaji ke Mekah minta
didamaikan oleh nabi karena selalu berperang, dan terjadilah perjanjian Aqabah. Di
perjanjian Aqabah yang kedua mereka meminta nabi untuk pindah ke Yastrib. Karena suku
mengetahui perjanjian tersebut maka mereka berniat membunuhnya, hal inilah yang
mendorong nabi untuk segera Hijrah ke Yastrib, kurang lebih 150 orang muslimin
meninggalkan kota Mekah.
1. Perang Badar: kaum muslim menang atas kaum musyrik Quraisy. Pasukan nabi
hanya menggunakan perlengkapan sederhana, dengan 305 prajurit. Namun orang
–orang Yahudi Madinah tidak senang dan sebenarnya mereka juga tidak sepenuh
hati menerima perjanjian yang dibuat dengan nabi. Setelahnya nabi memerangi
mereka karena berkomplot dengan orang Makkah memerangi kaum muslimin di
Madinah. Akhirnya mereka memilih meninggalkan Madinah menuju Adhri’at di
perbatasan Syria.
2. Perang Uhud: Kaum Quraisy ingin membalas kekalahan mereka dalam perang
Badar. Perang ini terjadi di bukit Uhud. Kaum muslimin kalah dalam perang ini
7
karena dua hal yaitu; ketika kemenangan sudah di ambang pintu tiba-tiba prajurit
Islam memungut harta rampasan perang sehingga dua lalai akan gerak-gerik musuh
dan penghianatan dari Abdullah Ibn Ubay, seorang munafik dengan 300 orang
Yahudi membelot dan kembali ke Madinah sehingga berkuranglah kekuatan kaum
muslimin tinggal 700 prajurit. Akhirnya mereka mengungsi ke Khaibar.
1. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini namun ditangguhkan
sampai tahun depan.
5. Setiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum
Muslimin, bebas melakukannya tanpa ada rintangan.
Ternyata perjanjian Hudaibiyah menjadi senjata kaum muslimin, setelah dua tahun
perjanjian tersebut dakwah Islam sudah menjangkau seluruh jazirah Arab, termasuk
suku-suku di selatan. Orang-orang Quraisy semakin terpojok. Nabi Muhammad tidak
mengalami kesukaran apa-apa dan memasuki kota Mekah tanpa perlawanan. Beliau
tampil sebagai pemenang. Sejak itu, Makkah berada kekuasaan kaum muslimin.
Pada tahun ke-9 dan 10 H (630-632 M) banyak suku dari berbagai pelosok Arab
mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad menyatakan ketundukan mereka.
Seluruh Arab dipersatukan dalam persaudaraan Islam. Dalam ibadah Haji Wada, 10 H,
Nabi menyampaikan kotbah yang sangat bersejarah. Kotbahnya berisi prinsip-prinsip
kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan dan solidaritas.
Dua bulan sesudah itu nabi jatuh sakit, kemudian wafat tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8
Juni 632 M di rumah istrinya Aisyah.
8
BAB III
1. Khilafah Rasyidah
Tidak lama setelah Rasulullah Saw. wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan,
sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sai’dah, Madinah untuk
memusyawarahkan siapa yang akan menjadi pemimpin. Setelah musyawarah yang cukup
alot maka terpilihlah Abu Bakar, sebagai pengganti Nabi. Ia selanjutnya dipanggil dengan
sebutan Khalifah yaitu pemimpin pengganti nabi.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun, pada tahun 634 M ia meninggal dunia.
Kekuasaan yang dijalankan oleh khalifah bersifat sentral; legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Meskipun demikian, beliau juga selalu mengajak para sahabat besarnya untuk
bermusyawarah. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia
bermusyawarah dengan pemuka sahabat, kemudian, mengangkat Umar sebagai
penggantinya dengan maksud mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan
perpecahan di kalangan umat Islam. Umar menyebut dirinya Khalifah Khilafati Rasulillah
(pengganti dari pengganti rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mukminin
(komandan orang-orang yang beriman). Pada masa kepemimpinan Umar Islam
berkembang sangat pesat, dalam masa sepuluh tahun kekuasaan Islam sudah meliputi
Jazirah Arab, Palestina, Syria, sebagian wilayah Persia, dan Mesir. Dan ia mengatur sistem
administrasi mencontoh sistem yang sudah berkembang di Persia. Masa jabatannya
berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia yang bernama Abu
Lu’lu’ah.
Sebelum wafat ia menunjuk enam orang yaitu Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad Ibn
Abu Waqas, dan Abdurrahman Ibn ‘Auf. Setelah ia wafat tim ini bermusyawarah dan
menunjuk Usman sebagai Khalifah melalui persaingan yang ketat dengan Ali Ibn Abi Thalib.
Dimasa kekhalifahan Usman (664-655 M) Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodesdan bagian
yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam
pertama berhenti disini.
Ali hanya memerintah selama 6 tahun dan terjadi pergolakan. Ia memecat para
gubernur yang diangkat oleh Usman dan memberlakukan distribusi pajak tahunan diantara
orang-orang Islam. Tidak lama Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah,
dengan alasan mereka menuntut bela terhadap darah Usman yang telah dibunuh. Ali ingin
menghindari perang, dan meminta perkara tersebut diselesaikan secara damai. Dan
perangpun berkobar. Perang ini disebut dengan perang Jamal (unta) karena Aisyah
menunggang unta dalam pertempuran tersebut. Ali menang dalam pertempuran tersebut,
Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
9
Muawiyah sudah membangun kekuatan untuk menjatuhkan kekhalifahan Ali, ia
didukung oleh sejumlah pejabat yang kehilangan kedudukan dan jabatan. Ali bergerak dari
Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah tentara besar. Pasukannya berpapasan dengan
Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi, ini disebut dengan perang Shiffin. Karena
penyelesaian melalui takhim tidak berhasil malah menghasilkan golongan ketiga yaitu
golongan Khawarij yaitu orang keluar dari barisan Ali. Maka semakin lemahlah kedudukan
Ali, dan Ia terbunuh oleh salah satu anggota Khawarij.
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah.
Khalifahnya disebut al-Khulafa’ur Rasyidun (Khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk).
Ciri-ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi. Mereka dipilih
secara musyawarah. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan, dan
pemimpinnya bersifat otoriter.
Kekhalifahan Bani Umayyah diperoleh dengan cara kekerasan, diplomasi dan tipu
daya, tidak dengan cara musyawarah ataupun pemilihan. Meskipun ia menggunakan istilah
khalifah dalam pengertian “penguasa yang diangkat oleh Allah”. Kekuasaan Bani Umayyah
berumur kira-kira 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan oleh Muawiyah dari Madinah ke
Damaskus, tempat ia berkuasa sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti ini adalah;
Muawiyah Ibn Abi Sufyan (661-680M), Abd Al-Malik Ibn Marwan (685-705M), Umar Ibn
Abd al-Aziz (717-720M) dan Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724-743M).
Dinasti Bani Umayyah melakukan ekspansi daerah kekuasaan Islam antara ke Asia
Tengah, serta berjasa melakukan pembangunan di segala bidang. Meskipun demikian
keadaan politik juga bukan berarti stabil. Muawiyah tidak menaati perjanjiannya dengan
Hasan Ibn Ali. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota
menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang
mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. Salah satunya
datang dari Husein Ibn Ali, pada tahun 680 M, ia pindah dari Mekah ke Kufah atas
permintaan golongan Syiah yang ada di Irak. Umat Islam di sini tidak mengakui Yazid.
Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela, tentara Husein kalah dan Husein
sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedangkan tubuhnya
dikubur di Karbela. Namum perlawanan kaum Syiah tidak padam sampai disini. Selain itu
gerakan-gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawairij dan Abdullah Ibn Zubair di
Mekah namun semuanya dapat diredakan.
Dinasti Bani Umayyah berakhir di tangan khalifah Hasyim Ibn Abdul Malik, karena
khalifah-khalifah sesudahnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal tersebut
memperkuat gerakan oposisi. Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan
Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani.
10
3. Khilafah Bani Abbas
11
BAB IV
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai dinasti
Abbasiyah pada periode pertama mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan
cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin hidup lebih mewah dari pendahulunya.
Pejabat dan hartawan mencontoh gaya hidup tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan
runtuhnya dinasti Abbasiyah selain gangguan yang terjadi pada roda pemerintahan dan
rakyat menjadi miskin. Kondisi ini membuka peluang kepada tentara Turki yang semula dipilih
oleh khalifah Al-Mu’tashim untuk mengambil alih pemerintahan. Khalifah melakukan hal
tersebut karena dilatarbelakangi persaingan antara golongan Arab dan Persia. Kemunduran
politik Bani Abbas terjadi pada masa khalifah Al-Mutawakkil, pemerintahannya lemah
karenanya berhasil direbut oleh orang-orang Turki. Inilah permulaan masa disintegrasi dalam
sejarah politik Islam.
Meskipun dinasti Bani Abbas memperoleh kejayaan namun tidak pernah diakui oleh
Spanyol dan seluruh Afrika Utara bahkan banyak daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah.
Alasannya antara lain;(1) mungkin para khalifah tidak cukup kuat menundukkan mereka, (2)
penguasa Bani Abbas lebih menitikberatkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada
politik dan ekspansi. Akibatnya satu-persatu provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai
lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas.
Menurut Watt sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak
abad ke-9. Fenomena tersebut bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin militer di
provinsi-provinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar independen sementara
kekuatan militer Bani Abbas mengalami kemunduran. Pengangkatan anggota militer Turki,
ternyata kemudian menjadi ancaman besar bagi kekuasaan khalifah. Terlebih lagi muncul
gerakan fanatisme kebangsaan, berupa gerakan Syu’ubiah (kebangsaan Arab).
Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah
Abbasiyah, diantaranya adalah:
a. Umawiyah di Spanyol
b. Fathimiyah di Mesir.
12
Persaingan antar bangsa sangat jelas menjadi pemicu disintegrasi dan perbedaan
pandangan antara pemeluk Syiah dan Sunni. Adapun faktor-faktor lainnya antara lain:
3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran
sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa
pengiriman pajak ke Baghdad.
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi terutama di
awal berdirinya. Namun pada masa-masa berikutnya walaupun khalifah tidak berdaya,
namun tidak ada usaha perebutan kekuasaan dari tangan mereka. Namun kekhalifahan
dibiarkan sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat. Kekuasaan
didirikan jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Turki
berhasil merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tidak
bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai
dengan keinginan politik mereka.
Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada
periode ketiga (334H/945M-447H/1055M) daulat Abbasiyah berada di bawah berada di
bawah kekuasaan Bani Buwaih. Jasa Bani Buwaih terlihat dari pembangunan kanal-kanal,
mesjid-mesjid, beberapa rumah sakit, dan sejumlah bangunan umum lainnya serta darinya
perhatian pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Namun politik Bani Buwaih
tidak bertahan lama , karena setelah generasi pertama tiga bersaudara Ali, Hasan dan Ahmad
diperebutkan oleh anak-anak mereka, dan hal ini menyebabkan ketidakstabilan politik.
Akhirnya kekuasaannya jatuh ke tangan dinasti Bani Seljuk yang berasal dari suku Ghuz di
wilayah Turkistan. Dinasti Seljuk kuat pengaruhnya terutama secara militer mereka sangat
tangguh, bani Seljuk menganut paham sunni.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk berkuasa, setidaknya
mereka mampu mengembalikan wibawa yang lama dirampas oleh Syiah. Tughrul Bek
pemimpin kala itu memindahkan pusat pemerintahan ke Naisabur dan Ray. Dinasti-dinasti
kecil yang sebelumnya memisahkan diri akhirnya mengakui kedudukan Bani Abbasiyah untuk
membendung paham Syiah dan mengembangkan mahzab Sunni yang mereka anut.
Kejayaan Bani Seljuk terjadi pada masa Alp Arselan, selain ia melakukan ekspansi Islam
sampai ke Byzantium, yang dikenal dengan Manzikart ia juga mengembangkan ilmu
pengetahuan dan agama yang mencapai puncaknya pada zaman Sultan Malik-syah. Maliksyah
dibantu oleh perdana menterinya Nizham Al-Mulk, yang kemudian memprakarsai berdirinya
Universitas Nizhamiyah (1065M) dan Madrasah Hanafiah di Baghdad. Sesudah mereka terjadi
kemunduran pemerintahan, dinasti-dinasti kecil kembali memisahkan diri. Kekuasaan
terakhir berada di tangan Khawarizm Syah pada 1199 M.
13
3. Perang Salib
Latar belakang dari perang salib adalah peristiwa Manzikart 461 H (1071 M) dimana
Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, berhasil mengalahkan tentara Romawi
yang berjumlah 200.000 yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis dan
Armenia. Perang ini menimbulkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen
terhadap umat Islam. Dan kebencian tersebut bertambah ketika dinasti Seljuk berhasil
merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H dari dinasti Fathimiyah di Mesir dan menetapkan
peraturan bagi umat Kristen yang hendak berziarah ke sana. Hal ini menyulitkan mereka. Pada
tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat kristen di Eropa untuk melakukan perang
suci. Perang ini dikenal dengan nama perang salib.
1. Periode Pertama: tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan
Raymond memperoleh kemenangan besar, dengan 150.000 tentara mereka berhasil
merebut Bait Al-Maqdis, 15 Juli 1099 M.
3. Periode ketiga: Raja Jerman Frederik II berusaha merebut kembali Bait Al-maqdis
namun ia hendak merebut Mesir terlebih dahulu. Tentara muslim di bawah dinasti
Mamalik berhasil mempertahankan Palestina. Disamping itu Perang Salib berkobar di
Timur, dan di Barat sampai akhirnya Islam terusir dari Spanyol.
3. Konflik Keagamaan: datang dari golongan Zindiq dari Persia dengan kaum muslim,
Islam Syiah dan Sunni, serta aliran theologis mu’tazillah yang cenderung rasional
dituduh bid’ah oleh golongan salaf (pengikut Hanbali).
4. Ancaman dari Luar: perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang
menelan banyak korban dan serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.
14
Daftar Pustaka :
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam “Dirasah Islamiyah II”, Rajawali Press,
Jakarta, 2010
15