Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam
Dosen Pengampu :
Dr. H. LASRI NIJAL Lc. M.H., MTA

OLEH :
M. IHSAN HERDIANSYAH (2123201043)

PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
2023/2024

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Bab. I. Pendahuluan 3

Bab.II. Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW. 4

A. Arab Sebelum Islam

B. Riwayat Hidup Nabi Muhammad: Dakwah dan Perjuangan

1. Sebelum Masa Kerasulan

2. Masa Kerasulan

3. Pembentukan Negara Madinah

Bab. III Masa Kemajuan Islam I (650-1000M) 8

1. Khilafah Rasyidah

2. Khilafah Bani Umayyah

3. Dinasti Bani Abbas

BAB. IV. Masa Disintegrasi (1000-1250M) 12

1. Dinasti-dinasti yang memerdekakan Diri dari Baghdad

2. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan

3. Perang Salib

4. Sebab-sebab Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas

Lampiran : Pembidangan Ilmu Agama Islam

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW,
sebagai utusan Allah yang membawa risalah Islam sebagai petunjuk hidup umat manusia.

Makalah ini penulis susun sebagai upaya untuk memahami dan menggali lebih dalam tentang
peradaban dan kebudayaan Islam. Peradaban Islam tidak hanya menggambarkan masa lalu,
tetapi juga merupakan warisan yang terus hidup dan relevan dalam konteks dunia modern
ini. Kebudayaan Islam telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, seni, arsitektur, dan berbagai aspek kehidupan manusia.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mencoba untuk merinci sejarah peradaban Islam,
pengaruhnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan, serta bagaimana nilai-nilai
kebudayaan Islam tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang keindahan dan kekayaan peradaban
Islam, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Islam menjadi
pendorong kemajuan dalam berbagai bidang.

penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
mendatang. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah pemahaman kita bersama tentang peran penting peradaban dan kebudayaan
Islam dalam sejarah umat manusia.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dalam penyelesaian tugas makalah ini.

Pekanbaru, 03 Desember 2023

M.Ihsan Herdiansyah

3
BAB I

PENDAHULUAN

Definisi Peradaban dan kebudayaan Islam hampir bersinonim, namun terdapat


perbedaan yakni pada manifestasi-manifestasi ataupun produk yang dihasilkannya. Jika
kebudayaan merupakan bentuk ungkapan semangat yang mendalam dari sebuah yang
diwujudkan dalam seni, sastra, religi dan moral. Sedangkan manifestasi peradaban adalah
segala sesuatu yang berkaitan dengan kemajuan mekanis dan teknologis.

Peradaban Islam adalah peradaban yang lahir dari Islam, agama yang diwahyukan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Telah membawa bangsa Arab yang semula
terkebelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain menjadi bangsa
yang maju pada masa itu. Kekaguman dari kalangan Barat muncul dari H.A.R Gibb dalam
bukunya yang berjudul Whitter Islam menyatakan “ Islam is indeed much more than a system
of theology, it is a complete civilization”(Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah
agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Mengapa demikian, karena yang menjadi
pokok kekuatan dan sebab timbulmya kebudayaan adalah Agama Islam.

Ungkapan-ungkapan dalam budaya Islam menggunakan bahasa Arab, sebagai bahasa


administrasi, namun selanjutnya pada pemerintahan Islam semakin berkembang dan
menggunakan bahasa lain seperti Persia, Turki, Urdu di India, dan Melayu di Asia Tenggara.

Kajian peradaban Islam tidak lagi menganut pendapat bahwa Islam adalah satu,
namun terdapat pendapat ia sudah terbagi dalam beberapa “peradaban Islam”. Saat ini
peradaban Islam sudah terbagi dalam empat kelompok dominan yaitu:

1. Kawasan pengaruh kebudayaan Arab yakni; Timur Tengah, Afrika Utara, termasuk
Spanyol Islam.

2. Kawasan pengaruh kebudayaan Persia yaitu; Iran dan negara-negara Islam Asia
Tengah.

3. Kawasan pengaruh Kebudayaan Turki

4. Kawasan pengaruh kebudayaan India Islam.

Jika pada periode Klasik, peran Arab sangat dominan dikarenakan Islam lahir di sana,
maka pada periode pertengahan muncul tiga kerajaan besar Islam yang mewakili tiga
kawasan budaya, yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan
Mughal di India.

Sejarah politik dunia Islam terbagi menjadi tiga periode, pertama Periode Klasik (650-1250
M), kedua periode pertengahan (1250-1800 M), ketiga periode modern (1800 sampai
sekarang).

4
BAB II

Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW.

A. Arab Sebelum Islam

Jazirah Arab pada tahun 570 M merupakan jalur perdagangan yang ramai karena
menghubungkan Yaman Selatan dengan Syria di utara. Ka’bah merupakan tempat
berziarah dan pusat keagamaan, terdapat 360 berhala. Suku Badui yang hidup dengan cara
nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air dan padang rumput
untuk binatang gembalaan mereka yakni kambing dan onta.

Dari asal-usul kehidupan penduduk jazirah Arab terbagi atas dua golongan besar yaitu;
Qathaniyun (Keturunan Qathan) dan Adnaniyun (keturunan Ismail Ibn Ibrahim).
Masyarakatnya baik yang hidup nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya
suku Badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang
komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah atau clan. Mereka
suka berperang dan nilai perempuan menjadi sangat rendah, akibatnya kebudayaan
mereka tidak berkembang. Ahmad Syalabi menyebutkan sejarah mereka hanya dapat
diketahui 150 tahun menjelang lahirnya agama Islam. Adapun pengetahuan tersebut
diperoleh dari syair-syair suku Badui. Suku Badui berkarakter bersemangat tinggi dalam
mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, juga dikenal sebagai masyarakat yang
cinta kebebasan.

Kebudayaan luar yang berkembang menjelang Islam lahir masuk ke Arab melalui
beberapa jalur; yang terpenting diantaranya adalah: (1) melalui hubungan dagang dengan
bangsa lain,(2) melalui kerajaan-kerajaan protektorat, Hirah dan Ghassan,(3) masuknya
misi Yahudi dan Kristen. Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk ke jazirah Arab,
namun bangsa Arab masih menganut agama asli mereka yaitu paganisme dengan
menyembah berhala yang di letakkan di sekeliling Ka’bah.

B. Riwayat Hidup Nabi Muhammad: Dakwah dan Perjuangan

1. Sebelum Masa Kerasulan

Nabi Muhammad Saw. dilahirkan dalam Bani Hasyim yang terhormat namun miskin.
Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang
berpengaruh. Ibunya bernama Siti Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun
kelahirannya dikenal dengan Tahun Gajah (570 M), kala itu pasukan gajah Abrahah
gubernur kerajaan Habsyi di Ethiopia, menunggang gajah untuk menghancurkan Ka’bah.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah meninggal dunia tiga
bulan setelah dia menikahi Aminah.

Kemudian Muhammad di susui dan besarkan sampai berumur empat tahun oleh
Halimah Sa’diyyah dan kemudian dikembalikan kepada ibunya. Dua tahun dalam
pengasuhan, ibunya meninggal dunia dan ia kemudian diasuh oleh kakeknya Abdul
Muthalib. Setelah kakeknya meninggal pengasuhan Muhammad digantikan oleh
pamannya Abu Thalib.

5
Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk
Mekkah. Melalui kegiatan ini ia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Nabi
Muhammad untuk pertama kali ikut dalam kafilah dagang ke Syria yang dipimpin oleh Abu
Thalib saat ia berusia 12 tahun. Diusianya 25 tahun ia sudah membawa barang dagangan
Khadijah seorang janda dan saudagar kaya yang kemudian menjadi istrinya. Perbedaan
usia mereka cukup jauh karena Khadijah sudah berusia 40 tahun.

Peristiwa penting yang menunjukan kebijaksanaan Muhammad terjadi ketika beliau


berusia 35 tahun. Terjadi perselisihan sewaktu pemugaran Ka’bah, ketika itu para kepala
suku Quraisy berselisih mengenai peletakan Hajar Aswad, mereka kemudian mengundi
siapa yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa maka ialah yang dipilih menjadi
hakim. Muhammad yang bergelar Al-Amin kebetulan adalah orang pertama yang masuk
ke Ka’bah melalui pintu Shafa, ia menggelar kain dan hajar aswad di letakkan di tengah-
tengah kain dan ujung kain dipegang oleh tiap-tiap kepala suku. Semua kepala suku
kemudian puas dengan penyelesaian yang bijaksana itu.

2. Masa Kerasulan

Memasuki usia 40 tahun Muhammad sering memisahkan diri dari kegalauan


masyarakat, berkontemplasi ke Gua Hira, yang jaraknya beberapa kilometer di utara
Mekah. Pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibril muncul dihadapannya,
menyampaikan wahyu Allah yang pertama: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
yang telah mencipta. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu
maha mulia. Dia mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak
mereka ketahui (Q.S 96: 1-5). Dengan turunnya wahyu pertama ini, ia telah dipilih sebagai
nabi. Namun ia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.

Ia mulai berdakwah setelah turun wahyu kedua setelah agak lama menunggu
kedatangan Jibril. Wahyu tersebut berbunyi: Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri
ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan
perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah(Al-Mudatsir: 1-
7). Sejak itulah beliau mulai berdakwah.

Dakwah mulanya dilakukan secara diam-diam di lingkungan sendiri dan rekan-


rekannya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi
Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak kanak-
kanak. Kemudian setelah turun wahyu untuk menyiarkan secara umum, ia mengajak
kerabatnya untuk masuk Islam. Setelah berdakwah secara terang-terangan, pemimpin
Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah rasul. Semakin bertambahnya jumlah
pengikut rasul, maka semakin keras tantangan dilancarkan oleh kaum Quraisy. Segala cara
diupayakan oleh mereka untuk menyingkirkan Muhammad. Setelah Abu Thalib meninggal,
maka tidak ada lagi pelindung rasul dari kekejian suku Quraisy. Dan di tahun kesedihan itu
Khadijah istrinya juga meninggal dunia. Kemudian Allah mengisra’ dan memi’rajkan rasul
di 10 tahun kenabiannya.

6
Penduduk Yastrib yakni suku ‘Aus dan Khazraj yang berhaji ke Mekah minta
didamaikan oleh nabi karena selalu berperang, dan terjadilah perjanjian Aqabah. Di
perjanjian Aqabah yang kedua mereka meminta nabi untuk pindah ke Yastrib. Karena suku
mengetahui perjanjian tersebut maka mereka berniat membunuhnya, hal inilah yang
mendorong nabi untuk segera Hijrah ke Yastrib, kurang lebih 150 orang muslimin
meninggalkan kota Mekah.

Nabi memasuki kota Yastrib dan penduduknya sangat mengelu-elukan


kedatangannya. Sejak itu sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota Yastrib dirubah
menjadi Madinatul Munawwarah (Kota yang bercahaya) atau lebih dikenal dengan
sebutan Madinah.

3. Pembentukan Negara Madinah

Di Madinah nabi sudah memperoleh kedudukan tidak hanya sebagai pemimpin


dalam urusan agama namun juga politik. Ia dipercaya sebagai kepala negara. Di sanalah
nabi mulai meletakkan dasar-dasar kehidupan bernegara antara lain:

a. Pembangunan masjid, selain sebagai tempat shalat ia juga sebagai sarana


penting untuk menyatukan umat Islam

b. Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan


golongan Muhajirin yaitu orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah, dan
Anshar yaitu penduduk Madinah yang sudah memeluk Islam dan membantu
kaum Muhajirin.

c. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di


Madinah selain orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi
dan orang-orang Arab yang masih memeluk agama nenek moyang. Nabi
mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka yang disebut dengan Konstitusi
Madinah. Kedudukan Islam semakin kuat dengan pendirian negara Madinah, hal ini
meresahkan orang-orang Quraisy untuk terus memerangi kaum muslimin.

Kaum muslimin diizinkan berperang dengan dua alasan: (1) untuk


mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya dan (2)menjaga keselamatan
dalam mempertahankannya dari orang-orang yang menghalanginya. Perang-
perang tersebut antara lain:

1. Perang Badar: kaum muslim menang atas kaum musyrik Quraisy. Pasukan nabi
hanya menggunakan perlengkapan sederhana, dengan 305 prajurit. Namun orang
–orang Yahudi Madinah tidak senang dan sebenarnya mereka juga tidak sepenuh
hati menerima perjanjian yang dibuat dengan nabi. Setelahnya nabi memerangi
mereka karena berkomplot dengan orang Makkah memerangi kaum muslimin di
Madinah. Akhirnya mereka memilih meninggalkan Madinah menuju Adhri’at di
perbatasan Syria.

2. Perang Uhud: Kaum Quraisy ingin membalas kekalahan mereka dalam perang
Badar. Perang ini terjadi di bukit Uhud. Kaum muslimin kalah dalam perang ini

7
karena dua hal yaitu; ketika kemenangan sudah di ambang pintu tiba-tiba prajurit
Islam memungut harta rampasan perang sehingga dua lalai akan gerak-gerik musuh
dan penghianatan dari Abdullah Ibn Ubay, seorang munafik dengan 300 orang
Yahudi membelot dan kembali ke Madinah sehingga berkuranglah kekuatan kaum
muslimin tinggal 700 prajurit. Akhirnya mereka mengungsi ke Khaibar.

3. Perang Khandaq: masyarakat Yahudi yang mengungsi ke Khaibar bersekutu dengan


Makkah untuk menyerang Madinah. Mereka membentuk pasukan yang berjumlah
hingga 24.000 orang tentara hendak mengepung Madinah. Atas usul Salman Al-
Farisi, nabi memerintahkan umat Islam untuk menggali parit untuk pertahanan.
Akhirnya prajurit Makkah kembali tanpa hasil apapun. Para penghianat Yahudi Bani
Quraizah akhirnya dijatuhi hukuman berat, hukuman mati.

Perjanjian Hudaibiyah adalah kesepakatan yang antara kaum muslimin dengan


penduduk Mekah. Awalnya tahun 6 Hijriah nabi dengan seribu kaum muslimin
datang ke Mekah mengenakan pakaian ihram hendak umrah bukan berperang.
Karena penduduk Mekah tidak mengizinkan mereka masuk, mereka mendirikan
kemah di Hudaibiyah. Maka kemudian dibuatlah perjanjian Hudaibiyah yang isinya:

1. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini namun ditangguhkan
sampai tahun depan.

2. Lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja

3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang melarikan diri ke


Madinah sedang sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak mengembalikan
orang-orang Madinah untuk kembali ke Mekah

4. Selama sepuluh tahun ditangguhkan gencatan senjata antara masyarakat


Madinah dan Mekah

5. Setiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum
Muslimin, bebas melakukannya tanpa ada rintangan.

Ternyata perjanjian Hudaibiyah menjadi senjata kaum muslimin, setelah dua tahun
perjanjian tersebut dakwah Islam sudah menjangkau seluruh jazirah Arab, termasuk
suku-suku di selatan. Orang-orang Quraisy semakin terpojok. Nabi Muhammad tidak
mengalami kesukaran apa-apa dan memasuki kota Mekah tanpa perlawanan. Beliau
tampil sebagai pemenang. Sejak itu, Makkah berada kekuasaan kaum muslimin.

Pada tahun ke-9 dan 10 H (630-632 M) banyak suku dari berbagai pelosok Arab
mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad menyatakan ketundukan mereka.
Seluruh Arab dipersatukan dalam persaudaraan Islam. Dalam ibadah Haji Wada, 10 H,
Nabi menyampaikan kotbah yang sangat bersejarah. Kotbahnya berisi prinsip-prinsip
kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan dan solidaritas.
Dua bulan sesudah itu nabi jatuh sakit, kemudian wafat tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8
Juni 632 M di rumah istrinya Aisyah.

8
BAB III

Masa Kemajuan Islam I (650-1000M)

1. Khilafah Rasyidah

Tidak lama setelah Rasulullah Saw. wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan,
sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sai’dah, Madinah untuk
memusyawarahkan siapa yang akan menjadi pemimpin. Setelah musyawarah yang cukup
alot maka terpilihlah Abu Bakar, sebagai pengganti Nabi. Ia selanjutnya dipanggil dengan
sebutan Khalifah yaitu pemimpin pengganti nabi.

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun, pada tahun 634 M ia meninggal dunia.
Kekuasaan yang dijalankan oleh khalifah bersifat sentral; legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Meskipun demikian, beliau juga selalu mengajak para sahabat besarnya untuk
bermusyawarah. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia
bermusyawarah dengan pemuka sahabat, kemudian, mengangkat Umar sebagai
penggantinya dengan maksud mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan
perpecahan di kalangan umat Islam. Umar menyebut dirinya Khalifah Khilafati Rasulillah
(pengganti dari pengganti rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mukminin
(komandan orang-orang yang beriman). Pada masa kepemimpinan Umar Islam
berkembang sangat pesat, dalam masa sepuluh tahun kekuasaan Islam sudah meliputi
Jazirah Arab, Palestina, Syria, sebagian wilayah Persia, dan Mesir. Dan ia mengatur sistem
administrasi mencontoh sistem yang sudah berkembang di Persia. Masa jabatannya
berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia yang bernama Abu
Lu’lu’ah.

Sebelum wafat ia menunjuk enam orang yaitu Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad Ibn
Abu Waqas, dan Abdurrahman Ibn ‘Auf. Setelah ia wafat tim ini bermusyawarah dan
menunjuk Usman sebagai Khalifah melalui persaingan yang ketat dengan Ali Ibn Abi Thalib.
Dimasa kekhalifahan Usman (664-655 M) Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodesdan bagian
yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam
pertama berhenti disini.

Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, dan diakhir pemerintahan beliau


muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam. Akhirnya pada tahun 35
H/655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari kaum yang kecewa
tersebut. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar
dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-
ramai membaiat Ali bin Abi Thalib.

Ali hanya memerintah selama 6 tahun dan terjadi pergolakan. Ia memecat para
gubernur yang diangkat oleh Usman dan memberlakukan distribusi pajak tahunan diantara
orang-orang Islam. Tidak lama Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah,
dengan alasan mereka menuntut bela terhadap darah Usman yang telah dibunuh. Ali ingin
menghindari perang, dan meminta perkara tersebut diselesaikan secara damai. Dan
perangpun berkobar. Perang ini disebut dengan perang Jamal (unta) karena Aisyah
menunggang unta dalam pertempuran tersebut. Ali menang dalam pertempuran tersebut,
Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.

9
Muawiyah sudah membangun kekuatan untuk menjatuhkan kekhalifahan Ali, ia
didukung oleh sejumlah pejabat yang kehilangan kedudukan dan jabatan. Ali bergerak dari
Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah tentara besar. Pasukannya berpapasan dengan
Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi, ini disebut dengan perang Shiffin. Karena
penyelesaian melalui takhim tidak berhasil malah menghasilkan golongan ketiga yaitu
golongan Khawarij yaitu orang keluar dari barisan Ali. Maka semakin lemahlah kedudukan
Ali, dan Ia terbunuh oleh salah satu anggota Khawarij.

Kedudukan Ali kemudian dijabat oleh anaknya Hasan, namun karena


kepemimpinannya lemah maka kedudukannya digantikan oleh Mu’awiyah Ibn Abu Sufyan.
Maka berakhirlah masa Khulafa’ur Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah.

Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah.
Khalifahnya disebut al-Khulafa’ur Rasyidun (Khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk).
Ciri-ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi. Mereka dipilih
secara musyawarah. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan, dan
pemimpinnya bersifat otoriter.

2. Khilafah Bani Umayyah

Kekhalifahan Bani Umayyah diperoleh dengan cara kekerasan, diplomasi dan tipu
daya, tidak dengan cara musyawarah ataupun pemilihan. Meskipun ia menggunakan istilah
khalifah dalam pengertian “penguasa yang diangkat oleh Allah”. Kekuasaan Bani Umayyah
berumur kira-kira 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan oleh Muawiyah dari Madinah ke
Damaskus, tempat ia berkuasa sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti ini adalah;
Muawiyah Ibn Abi Sufyan (661-680M), Abd Al-Malik Ibn Marwan (685-705M), Umar Ibn
Abd al-Aziz (717-720M) dan Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724-743M).

Dinasti Bani Umayyah melakukan ekspansi daerah kekuasaan Islam antara ke Asia
Tengah, serta berjasa melakukan pembangunan di segala bidang. Meskipun demikian
keadaan politik juga bukan berarti stabil. Muawiyah tidak menaati perjanjiannya dengan
Hasan Ibn Ali. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota
menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang
mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. Salah satunya
datang dari Husein Ibn Ali, pada tahun 680 M, ia pindah dari Mekah ke Kufah atas
permintaan golongan Syiah yang ada di Irak. Umat Islam di sini tidak mengakui Yazid.
Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela, tentara Husein kalah dan Husein
sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedangkan tubuhnya
dikubur di Karbela. Namum perlawanan kaum Syiah tidak padam sampai disini. Selain itu
gerakan-gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawairij dan Abdullah Ibn Zubair di
Mekah namun semuanya dapat diredakan.

Dinasti Bani Umayyah berakhir di tangan khalifah Hasyim Ibn Abdul Malik, karena
khalifah-khalifah sesudahnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal tersebut
memperkuat gerakan oposisi. Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan
Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani.

10
3. Khilafah Bani Abbas

Kekhalifahan Abbasiyah didirikan oleh penguasa yang merupakan keturunan


Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. yaitu Al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn
Abdullah Ibn Al-Abbas. Dinasti ini berlangsung cukup panjang 750-1258M. Ia terdiri
atas lima periode:

1. Periode pertama 750-847M, disebut pengaruh Persia pertama.

2. Periode kedua (232H/847M-334H/945M), disebut sebagai pengaruh Turki pertama.

3. Periode ketiga (334 H/945M-447/1055M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam


pemerintahan khalifah Abbasiyah, disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

4. Periode keempat (447H/1055M-590H/1194M), masa kekuasaan Bani Saljuk dalam


pemerintahan khalifah Abbasiyah, disebut masa pengaruh Turki kedua.

5. Periode kelima (590H/1194M-656H/1258M), masa khalifah bebas dari pengaruh


dinasti lain, namun efektif kekuasaannya hanya sebatas kota Baghdad.

Daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah Harun Al-Rasyid


(786-809M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833M). Kekayaan banyak dimanfaatkan
untuk keperluan sosial seperti rumah sakit, lembaga pendidikan, dan farmasi. Dan
tingkat kemakmuran paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.

Imam-imam mahzab hukum yang empat lahir pada masa pemerintahan


Abbasiyah yang pertama. Imam-imam tersebut antara lain yaitu; (1)Imam Abu Hanifah
(700-767M), pendapat hukumnya banyak dipengaruhi oleh perkembangan yang
terjadi di Kufah, yang kental dengan kebudayaan Persia (2) Imam Malik (713-795 M)
banyak menggunakan hadist dan tradisi masyarakat Madinah (3) Imam Syafi’i (767-
820M) dan (4) Imam Ahmad Ibn Hanbal (780-855M).

Aliran theologi seperti Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah berkembang di masa


dinasti Abbasiyah. Mu’tazilah adalah aliran yang menggunakan rasionalitas karena ia
dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang di bawa ke dalam Islam. Ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesat dan melahirkan filsuf dan ilmuwan seperti; (1)Al-Farazi,
astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe dan Al-Fargani, menulis
ringkasan Ilmu astronomi,(2) Al-Razi dan Ibnu Sina ahli ilmu kedokteran, ia menulis
ensiklopedia kedokteran paling besar dalam sejarah,(3)Al-Khawarizmi dalam ilmu
matematika, ia pencipta ilmu Aljabar, (4) Al-Mas’udi, ahli di bidang sejarah dan
geografi, (5) Al-Farabi, ibn Sina dan Ibnu Rusyid adalah ilmuwan dibidang filsafat
mereka menginterpretasi filsafat Yunani seperti Aristoteles, Socrates dan Plato.

11
BAB IV

Masa Disintegrasi (1000-1250M)

Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai dinasti
Abbasiyah pada periode pertama mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan
cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin hidup lebih mewah dari pendahulunya.
Pejabat dan hartawan mencontoh gaya hidup tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan
runtuhnya dinasti Abbasiyah selain gangguan yang terjadi pada roda pemerintahan dan
rakyat menjadi miskin. Kondisi ini membuka peluang kepada tentara Turki yang semula dipilih
oleh khalifah Al-Mu’tashim untuk mengambil alih pemerintahan. Khalifah melakukan hal
tersebut karena dilatarbelakangi persaingan antara golongan Arab dan Persia. Kemunduran
politik Bani Abbas terjadi pada masa khalifah Al-Mutawakkil, pemerintahannya lemah
karenanya berhasil direbut oleh orang-orang Turki. Inilah permulaan masa disintegrasi dalam
sejarah politik Islam.

1. Dinasti-dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad

Meskipun dinasti Bani Abbas memperoleh kejayaan namun tidak pernah diakui oleh
Spanyol dan seluruh Afrika Utara bahkan banyak daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah.
Alasannya antara lain;(1) mungkin para khalifah tidak cukup kuat menundukkan mereka, (2)
penguasa Bani Abbas lebih menitikberatkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada
politik dan ekspansi. Akibatnya satu-persatu provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai
lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas.

Menurut Watt sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak
abad ke-9. Fenomena tersebut bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin militer di
provinsi-provinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar independen sementara
kekuatan militer Bani Abbas mengalami kemunduran. Pengangkatan anggota militer Turki,
ternyata kemudian menjadi ancaman besar bagi kekuasaan khalifah. Terlebih lagi muncul
gerakan fanatisme kebangsaan, berupa gerakan Syu’ubiah (kebangsaan Arab).

Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah
Abbasiyah, diantaranya adalah:

1. Yang berbangsa Persia; Thahiriyah di Khurasan, Shafariyah di Fars, Samaniyah di


Transoxania, Sajiyyah di Azerbaijan, dan Buwaihiyah di Baghdad.

2. Yang berbangsa Turki; Thuluniyah di Mesir, Ikhsyidiyah di Turkistan, Ghaznawiyah


di Afghanistan, dan dinasti Saljuk.

3. Yang berbangsa Kurdi; Al-Barzuqani, Abu Ali, Ayubiyah.

4. Yang berbangsa Arab; Idrisiyyah di Marokko, Aglabiyah di Tunisia, Dulafiyah di


Kurdistan, Alawiyah di Tabaristan, Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil.

5. Yang mengaku dirinya khilafah:

a. Umawiyah di Spanyol

b. Fathimiyah di Mesir.

12
Persaingan antar bangsa sangat jelas menjadi pemicu disintegrasi dan perbedaan
pandangan antara pemeluk Syiah dan Sunni. Adapun faktor-faktor lainnya antara lain:

1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah sementara komunikasi pusat dengan


daerah sulit dilakukan

2. Semakin profesionalnya angkatan bersenjata sehingga ketergantungan khalifah


kepada mereka sangat tinggi

3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran
sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa
pengiriman pajak ke Baghdad.

2. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi terutama di
awal berdirinya. Namun pada masa-masa berikutnya walaupun khalifah tidak berdaya,
namun tidak ada usaha perebutan kekuasaan dari tangan mereka. Namun kekhalifahan
dibiarkan sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat. Kekuasaan
didirikan jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Turki
berhasil merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tidak
bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai
dengan keinginan politik mereka.

Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada
periode ketiga (334H/945M-447H/1055M) daulat Abbasiyah berada di bawah berada di
bawah kekuasaan Bani Buwaih. Jasa Bani Buwaih terlihat dari pembangunan kanal-kanal,
mesjid-mesjid, beberapa rumah sakit, dan sejumlah bangunan umum lainnya serta darinya
perhatian pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Namun politik Bani Buwaih
tidak bertahan lama , karena setelah generasi pertama tiga bersaudara Ali, Hasan dan Ahmad
diperebutkan oleh anak-anak mereka, dan hal ini menyebabkan ketidakstabilan politik.
Akhirnya kekuasaannya jatuh ke tangan dinasti Bani Seljuk yang berasal dari suku Ghuz di
wilayah Turkistan. Dinasti Seljuk kuat pengaruhnya terutama secara militer mereka sangat
tangguh, bani Seljuk menganut paham sunni.

Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk berkuasa, setidaknya
mereka mampu mengembalikan wibawa yang lama dirampas oleh Syiah. Tughrul Bek
pemimpin kala itu memindahkan pusat pemerintahan ke Naisabur dan Ray. Dinasti-dinasti
kecil yang sebelumnya memisahkan diri akhirnya mengakui kedudukan Bani Abbasiyah untuk
membendung paham Syiah dan mengembangkan mahzab Sunni yang mereka anut.

Kejayaan Bani Seljuk terjadi pada masa Alp Arselan, selain ia melakukan ekspansi Islam
sampai ke Byzantium, yang dikenal dengan Manzikart ia juga mengembangkan ilmu
pengetahuan dan agama yang mencapai puncaknya pada zaman Sultan Malik-syah. Maliksyah
dibantu oleh perdana menterinya Nizham Al-Mulk, yang kemudian memprakarsai berdirinya
Universitas Nizhamiyah (1065M) dan Madrasah Hanafiah di Baghdad. Sesudah mereka terjadi
kemunduran pemerintahan, dinasti-dinasti kecil kembali memisahkan diri. Kekuasaan
terakhir berada di tangan Khawarizm Syah pada 1199 M.

13
3. Perang Salib

Latar belakang dari perang salib adalah peristiwa Manzikart 461 H (1071 M) dimana
Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, berhasil mengalahkan tentara Romawi
yang berjumlah 200.000 yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis dan
Armenia. Perang ini menimbulkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen
terhadap umat Islam. Dan kebencian tersebut bertambah ketika dinasti Seljuk berhasil
merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H dari dinasti Fathimiyah di Mesir dan menetapkan
peraturan bagi umat Kristen yang hendak berziarah ke sana. Hal ini menyulitkan mereka. Pada
tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat kristen di Eropa untuk melakukan perang
suci. Perang ini dikenal dengan nama perang salib.

Perang Salib terjadi dalam tiga periode:

1. Periode Pertama: tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan
Raymond memperoleh kemenangan besar, dengan 150.000 tentara mereka berhasil
merebut Bait Al-Maqdis, 15 Juli 1099 M.

2. Periode kedua: Salhah Al-Din Al-Ayyubi menggantikan Nuruddin Zanki melanjutkan


perang salib kedua yang dicetuskan oleh Paus Eugenius karena jatuhnya Edessa ke
tangan kaum muslimin pada tahun 1144 M. Salhah Al-Din berhasil merebut kembali
Bait Al-Maqdis. Namun kemudian dibuat perjanjian antara tentara salib dengan Salhah
Al-Din yang disebut dengan Shul al-Ramlah dalam perjanjian ini, orang-orang Kristen
yang berziarah ke bait Al-maqdis tidak akan diganggu.

3. Periode ketiga: Raja Jerman Frederik II berusaha merebut kembali Bait Al-maqdis
namun ia hendak merebut Mesir terlebih dahulu. Tentara muslim di bawah dinasti
Mamalik berhasil mempertahankan Palestina. Disamping itu Perang Salib berkobar di
Timur, dan di Barat sampai akhirnya Islam terusir dari Spanyol.

D. Sebab-sebab Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas

1. Persaingan Antarbangsa: dinasti Abbasiyah cenderung memilih orang-orang Persia


daripada orang Arab, dan dengan adanya ‘assyabiyah kesukuan dan perpecahan di
bangsa Arab sendiri. Masing-masing bangsa ingin mendominasi sehingga akhirnya
pada masa kekhalifahan Al-Mutawakil yang lemah tentara Turki naik dan menguasai
Bani Abbas.

2. Kemerosotan Ekonomi: setelah khalifah mengalami masa kemunduran, pendapatan


negara menurun, yang disebabkan oleh menyempitnya wilayah kekuasaan.

3. Konflik Keagamaan: datang dari golongan Zindiq dari Persia dengan kaum muslim,
Islam Syiah dan Sunni, serta aliran theologis mu’tazillah yang cenderung rasional
dituduh bid’ah oleh golongan salaf (pengikut Hanbali).

4. Ancaman dari Luar: perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang
menelan banyak korban dan serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.

14
Daftar Pustaka :

Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam “Dirasah Islamiyah II”, Rajawali Press,
Jakarta, 2010

15

Anda mungkin juga menyukai