Anda di halaman 1dari 4

RESUME PERKULIAHAN SEJARAH AFRIKA

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sejarah Afrika

Dosen Pengampu : Muhammad Anggie Farizqi Prasadana, M. Pd.

Muhammad Ibnu Fadillah

2288190031@untirta.ac.id

Abstrak

Sabtu, 12 Maret 2022 pertemuan Keempat perkuliahan dengan mata kuliah Sejarah Afrika semester
genap tahun akademik 2021/2022 dilaksanakan dengan cara Daring atau Online. 05 menit sebelum
perkuliahan dimulai, saya telah mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membantu
saya dalam perkuliahan daring seperti mempersiapkan handphone dan Earphone, serta mengecek
kesiapan Kamera.

Dalam perkuliahan daring saya mengalami gangguan dalam jaringan dan perkuliahan kali ini tidak
berjalan dengan lancar dikarenakan yang sangat deras disertai petir di daerah rumah saya. Pada
pukul 13.10 WIB perkuliahan dimulai dengan melakukan perkenalan mata kuliah dan membahas
peradaban-peradaban kuno di benua Afrika dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab, setelah itu
diskusi tanya jawab selesai dan diakhiri dengan membaca Alhamdulillah.

Materi perkuliahan

1. Kerajaan Afrika Utara


A. Kartago

Kartago merupakan kerajaan yang berpusat di negara kota Kartago, yang terletak di Afrika Utara di
Teluk Tunis, yang sekarang adalah Tunisia. Peradaban tersebut didirikan oleh orang-orang Fenisia
pada tahun 814 SM. Kartago menjadi kekuatan utama di wilayah Laut Mediterania dan bertempur
dengan Romawi selama Perang Punis. Namun, kota indah itu akhirnya dihancurkan oleh orang
Romawi pada 146 SM. Menurut Connah dalam bukunya yang diterbitkan Cambridge University Press
pada 2016, Kartago memiliki sistem drainase dan sanitasi canggih. Transportasi air jadi yang utama
dibangun. Kartago memiliki tanah subur di pedalaman daratan, memiliki posisi geografis yang
menguntungkan yang mendukung perdagangan, dan selain itu, memungkinkan untuk mengontrol
perairan antara Afrika dan Sisilia, mencegah kapal asing berlayar lebih jauh ke barat. Dibandingkan
dengan banyak kota kuno yang terkenal, Punic (dari bahasa Latin punicus atau poenicus – Fenisia)
Kartago tidak begitu kaya akan temuan, sejak tahun 146 SM. Romawi secara metodis
menghancurkan kota, dan di Kartago Romawi, yang didirikan di tempat yang sama pada tahun 44
SM, konstruksi intensif dilakukan. Berdasarkan sedikit bukti dari penulis kuno dan indikasi topografi
mereka yang sering tidak jelas, kita tahu bahwa kota Kartago dikelilingi oleh tembok yang kuat ca. 30
km. Populasinya tidak diketahui. Benteng itu sangat dibentengi. Kota ini memiliki alun-alun pasar,
gedung dewan, pengadilan, dan kuil. Kawasan yang disebut Megara penuh dengan kebun sayur,
kebun buah-buahan, dan kanal-kanal yang berkelok-kelok. Kapal-kapal memasuki pelabuhan
perdagangan melalui lorong sempit. Untuk bongkar muat di darat, dimungkinkan untuk menarik
keluar secara bersamaan hingga 220 kapal (kapal kuno harus, jika mungkin, disimpan di darat).
Sebuah pelabuhan militer dan gudang senjata terletak di belakang pelabuhan komersial.

B. Etiopia

Etiopia bisa dikatakan sebagai salah satu negara dengan perekonomian yang terbelakang di dunia.
Namun di masa lalu negeri ini pernah menjadi tempat tumbuhnya peradaban yang besar dan maju
yaitu kerajaan Aksum. Aksum merupakan kerajaan yang pusatnya berada di Addis Ababa. Pada masa
keemasannya, wilayah kekuasaan Aksum meliputi kedua sisi Laut Merah. Perekonomian kerajaan ini
dikenal sangat maju karena letaknya sangat strategis sebagai pusat jaringan perdagangan. Rakyat
kerajaan ini juga hidup sejahtera berkat sumber daya pertanian serta penambangan emas dan
gading. Pada masa kejayaan Romawi Kuno, Aksum menjadi mitra dagang para saudagar Italia karena
kedekatan geografis kedua negara. Aksum diyakini menjadi saksi perkembangan agama Kristen yang
mendominasi Kekaisaran Romawi sekaligus menjadi saksi kebangkitan Islam yang dibawa orang-
orang Arab.

Pada masa itu, Aksum juga sudah memiliki peradaban maju. Kerajaan ini berkontribusi besar
di berbagai inovasi dalam bidang arsitektur. Para sejarawan menyebut, Kerajaan Aksum
menggunakan keramik yang indah saat membangun istana dan bangunan lain untuk rakyat. Keramik
ini pun menjadi salah satu mata dagangan dari Kerajaan Aksum dalam interaksi dagang dengan
kerajaan lain, seperti Yunani dan Romawi. Peninggalan lain dari Kerajaan Aksum adalah mata uang
mereka yang berupa koin berbentuk bantalan, dilengkapi gambar-gambar legenda dalam
kebudayaan mereka. Bukti ini menunjukkan, Aksum memiliki seni budaya yang tinggi. Mereka juga
sudah mengenal sistem politik dan ekonomi yang cukup baik. Pemimpin Aksum yang punya
pengaruh kuat dan disegani oleh kerajaan lain adalah Raja Haile Selassie. Berjuluk ‘’raja dari segala
raja’’, ia mampu membawa Aksum memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke pesisir Arab Saudi
dan Yaman.

Pada abad pertama Masehi, kerajaan ini pernah mendapat persaingan pengaruh dari
Kerajaan Nubia yang berpusat di Sudan. Menguatnya Kerajaan Mesir juga memaksa Aksum harus
puas hanya menguasai kawasan Meroe. Aksum pun tak mampu mengakses jalur ke Sungai Nil karena
jalur tersebut dikuasai sepenuhnya oleh Kerajaan Mesir dan Nubia. Namun, hal itu tak membuat
Aksum surut. Pada masa itu, raja-raja Aksum justru berhasil memanfaatkan wilayah kekuasaannya di
Laut Merah untuk membuka jaringan dagang dengan dunia internasional. Kecerdikan dalam
berdagang ini membuat Aksum tetap bertahan hingga beberapa abad lamanya. Keuntungan lain
yang didapat Aksum adalah kerajaan ini menjadi tidak terlibat saat kawasan Afrika Utara memanas
karena ekspansi kerajaan-kerajaan Arab dan Persia. Alhasil, ketika Kerajaan Mesir dan Nubia runtuh,
Aksum tetap berdiri dan terus menjalin kerja sama dengan kerajaan lain sebagai mitra dagang.

Aksum memiliki peranan penting dalam perkembangan agama-agama di dunia. Peneliti


meyakini, pada awal-awal berdirinya kerajaan ini, masyarakatnya memuja para dewa, sama halnya
dengan yang dilakukan masyarakat Yunani. Tradisi ini pun tetap dilakukan masyarakat Etiopia hingga
sekarang. Salah satu agama yang berkembang di Aksum adalah Kristen. Hal ini dimungkinkan karena
kerajaan ini menjalin kerja sama dagang yang erat dengan Romawi. Dari hubungan dagangan inilah,
pengaruh dan ajaran Kristen masuk ke Aksum.

C. Kush
Kush adalah kerajaan yang terletak di Afrika Utara yang berpusat di muara sungai Nil Biru, Nil Putih,
dan Atbara, yang kini merupakan wilayah Republik Sudan. Wilayah di sekitar Kush (kemudian disebut
sebagai Nubia) yang sudah dihuni sejak 8000 SM. Kush merupakan salah satu peradaban pertama
yang berkembang di lembah sungai Nil. Bangsa Kush meninggalkan jejak mereka dalam berbagai
aspek dunia kuno. Warisan mereka masih dapat dilihat di berbagai situs arkeologi di Sudan. Kerajaan
Kush adalah salah satu peradaban paling kuat yang dibangun di kawasan Afrika. Kerajaan itu
memiliki tiga ibu kota yang berbeda; Kerma, Napata, dan Meroe. Antara 2450 SM dan 1450 SM, ibu
kota Kerma merupakan yang paling kuat di antara semua ibu kota Nubia. Negara bagian itu juga
dikenal sebagai ‘Kush’.

2. Kerajaan di Afrika Tengah


A. Benin

Kerajaan Benin terletak di Nigeria. Menurut Dr. Onwonwu Dike dalam Kolit (1972:17), Kerajaan
Benin dapat dikatakan sebagai kerajaan rimba asli yang terbaik di Afrika karena jauh dari pengaruh
Arab dan Eropa. Kerajaan Benin baru mengadakan kontak dengan Eropa pada abad ke-15.
Perekonomian Kerajaan Benin bergantung pada perdagangan. Barang dagangan dari Kerajaan Benin
antara lain merica, gading, minyak kelapa, hasil karya seni, dan budak belian.

3. Kerajaan di Afrika Barat


A. Ghana

Kerajaan Ghana terletak di Afrika Barat. Pada masa pemerintahan Raja Al Yakubi, Ghana telah
menjadi sumber penghasil emas yang besar. Kerajaan Ghana pernah diperintah oleh salah satu
dinasti Arab yang bertahta di Kumbi Saleh. Rajanya yang terkenal ialah Tunkamanin (Tenkaminen).
Kota Kumbi Saleh menjadi pusat perdagangan pedagang Arab dan Berber dari Mograb, Mesir, dan
Asia Barat Daya. Kerajaan Ghana berakhir sekitar tahun 1240 M (Davidson, 1977:45).

Pada masa pemerintahan Raja Al Yakubi, Ghana telah menjadi sumber penghasil emas yang besar.
Davidson (1964:80) juga menjelaskan di bawah kekuasaan Yakubi pula beberapa kerajaan kecil
tunduk di bawah Ghana, seperti Kerajaan Sugham dan Sama. Ghana menjadi bawahan negara dari
kekaisaran Mali yang tengah bangkit di abad 13. Kerajaan ini mengalami kehancuran sekitar tahun
1240 M (Davidson, 1977: 45).

B. Mali

Tradisi kuno di Sudan Barat ditemukan di daerah Kangaba yang menjadi cikal bakal Kerajaan Mali
sekitar sebelum tahun 1000 M. Kerajaan Mali kuno merupakan salah satu kerajaan yang sezaman
dengan kerajaan Ghana dan Songhay atau lebih tepatnya secara kronologis Ghana (700-1100), Mali
(800-1550) dan Songhay (1100-1600).

Tiga periode kejayaan Kerajaan Mali (Davidson, 1977:49-50) yaitu:

 Di bawah kekuasaan Sundiata (1235-1260) sebagai pendiri kerajaan.


 Di bawah kekuasaan Mansa Sakuru (1298-1308). Dia memperluas kerajaan meliputi seluruh
Sudan dan banyak saudagar melakukan perjalanan ke Mali.
 Di bawah kekuasaan Mansa Kankan Musa (1312-1337). Dia kembali memperluas kerajaan
hingga pada masa Mansa Suleyman (1340-1360).
C. Songhay

Kerajaan Songhay termasuk kerajaan lama yang terbesar di Afrika. Davidson (1977:70) menjelaskan
pada awal abad ke-11, penguasa Songhay bernama Dia Kossoi menjadi muslim pada tahun 1010 M.
Pada masa inilah ibukota kerajaan berpindah dari Kukya ke Gao. Gao menjadi daerah penting bagi
penguasa Mali, Mansa Musa. Hal ini berkenaan dengan jalur perdagangan Trans-Sahara.

Kerajaan Songhay memasuki masa baru dengan ekspansi yang semakin besar-besaran. Hasilnya
kejayaan Songhay berhasil melebihi Mali. Sepeninggal Askia Muhammad, Gao dan Timbuktu
ditaklukkan oleh pasukan Maroko.

 Jalur Trans Sahara

Rute perdagangan Trans-Sahara terbentang dari Afrika Utara ke Afrika Barat. Rute perdaganga ini
pertama kali muncul pada abad ke-4 M. Rute ini menjadi jalur penyebaran agama Islam di Afrika
Barat. Adapun komoditas yang diperjual belikan antara lain emas, budak, garam, kain, maupun
senjata Eropa. Rute perdagangan Trans-Sahara mendorong pengembangan sistem moneter dan
pembangunan negara.

Anda mungkin juga menyukai