Anda di halaman 1dari 4

I.

Kerajaan samudra passai


Perkembangan Islam di Indonesia berlangsung sejak abad ke-13. Hal ini
dibuktikan dengan ditetapkannya kerajaan samudra pasai pada tahun 1292 yang
menyatakan bahwa kerajaan menerima Islam sebagai agama raja dan seluruh
rakyatnya. .
Kerajaan Samudra Pasai disebut sebagai kesultanan Samudra, tercatat dalam
sumber cina sejarah Dinasti Yuan yang berdiri sejak tahun 1282. Kabar yang beredar,
utusan dinasti Yuan mengunjungi Kuling (Quilon) untuk memenuhi urusan dari Su-mu-
ta (Samudra). Dalam beberapa sumber Cina disebutkan bahwa Samudra Pasai
memiliki hubungan dengan Cina sejak abad ke-13. Samudra Pasai mengirim utusannya
yang bernama Hasan dan Sulaiman ke Tiongkok.
Pada tahun 1292, berdasarkan pesan Marco Polo dari perjalanannya dari Kanton
ke Teluk Persia, dia melaporkan bahwa dia berhenti dan tinggal di Pasai. Kerajaan
Samudra Pasai yang didirikan oleh Sultan Malik al-Saleh dinyatakan Islam. Dalam
tradisi sejarah negara-negara nusantara, kerajaan. Samudra Pasai adalah kerajaan
Islam pertama dan tertua di Nusantara. Keterangan tersebut menunjukkan bahwa awal
berdirinya kerajaan Samudra Pasai hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan
Hindu Majapahit pada tahun 1293.
Sultan Malik al-Salch meninggal tahun 1297 ditulis dalam sebuah prasasti yang
menggunakan bahasa dan huruf Arab, hal tersebut mempertegas bahwa Samudra
Pasai adalah kerajaan pertama di Nusantara yang membawa islam. Selain itu, sumber
Hikayat Raja-Raja Pasai juga menunjukkan bahwa Samudra Pasai merupakan hasil
penyebaran Islam dalam bentuk pertama kekuasaan politik di Nusantara.” Dari akhir
abad ke-13 hingga awal abad ke-21 Di abad ke-11 Kerajaan. Samudra Pasai mulai
berkembang menjadi pusat perdagangan dan pembangunan di Selat Malaka 12.
Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai mendapat
kunjungan dari Ibnu Battua yang sedang dalam perjalanan dari India ke Tiongkok.
Catatan Ibnu Battuta menunjukkan bahwa kerajaan Samudra Pasai merupakan
pelabuhan penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok serta Nusantara
memuat dan membongkar barang.” Kerajaan Samudra Pasai menghasilkan barang-
barang seperti sutera dan kemenyan dalam bentuk kaleng kecil. koin dan koin emas
dengan stempel kerajaan. Sebagai pelabuhan niaga, Samudra Pasai mengeluarkan
mata uang emas yang disebut dirham. Pedagang yang bertransaksi adalah pedagang
Gujarat, Keling, Benggala, Pegu dan Siam. Negara memungut pajak pelabuhan
tergantung jenis kapal, apakah kapal besar atau sirip, untuk menerima makanan,
pedagang tidak perlu membayar, hanya perlu memberikan hadiah
Di Samudra Pasai, para pedagang Jawa diberi keistimewaan karena barang-
barang mereka dibebaskan dari pajak impor dan ekspor. Lada, sutra, kapur barus, dan
emas diekspor dari Samudra Pasai.” Samudra Pasai berada di bawah kekuasaan
Majapahit pada pertengahan abad ke-14 sebagai hasil ekspedisi yang dipimpin oleh
Gajah Mada. Samudra Pasai adalah pengikut Majapahit Vassal Majapahit, raja
kerajaan Samudra Pasai, mendapat hak otonom, terutama dalam menetapkan
kebijakan perdagangan 1
Akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-16. Kerajaan Samudra Pasai mulai
berkembang menjadi pusat perdagangan dan perkembangan Islam di Selat Malaka.
Para pengarang di Kerajaan Samudra Pasai menggunakan huruf Arab yang dibawa
Islam untuk menulis karya dalam bahasa Melayu yang disebut Bahasa Jawi. Salah satu
karya zaman Samudra Pasai adalah Hikayat Raja-raja Pasai yang menceritakan kisah
raja-raja Pasai sejak Islam menyerbu kerajaan dan dipeluk oleh rakyat hingga masa
pemerintahan Samudra Pasai di bawah Raja Ahmad. Hikayat Raja-Raja Pasai
menjelaskan tentang Negara Islam yang didirikan oleh Sultan Malik al-Saleh. Para ahli
sejarah masih sepakat bahwa Samudra Pasai sangat erat kaitannya dengan
kedatangan Islam di Indonesia. Islam masuk ke Samudra Pasai melalui jalur
perdagangan yang dibawa oleh para pedagang dari Gujarat ., Bengal., Keling dan
Thailand.
Yadnya, I. P., & Ardika, I. W. (Eds.). (2017). Dinamika manusia dan kebudayaan
Indonesia dari masa ke masa. Pustaka Larasan bekerja sama dengan Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Udayana.
Keberadaan kerajaan Samudera Pasai diketahui dari catatan ekspedisi
penjelajah terkenal Ibnu Bathuta dari Maghribi (Maroko) sekitar abad ke-14. Dia
mengunjungi sebuah kota di kesultanan Samudra Pasai yang dia beri nama Sumutrah,
setelah itu dia mencatatnya di dalam laporan “ Sumuthrah adalah kota besar yang
indah, kota yang dikelilingi oleh benteng dan menara kayu.” Menurut informasi yang
diterima, Istana adalah bangunan yang paling mencolok. Istana tersebut dikelilingi oleh
desa-desa, masjid yang megah, dan pasar. Ciri-cirinya sebagai berikut.
1. Keberadaan pelabuhan sebagai pusat perdagangan internasional
2. Batu besar yang menjorok ke laut dan berfungsi sebagai benteng alam
3. Terdapat ladang yang luas, air laut surut setiap hari. Ombak di muara muara besar
dan perahu yang terus beroperasi.
4. Penguasa dan bangsawan lainnya bertempat tinggal di kota, dilindungi oleh orang-
orang di luar tembok
5. Di tengah kota terdapat Istana sebagai tempat tinggal sultan, dan masjid sebagai
tempat ibadah utama
6. Samudera Pasai adalah pemeluk Islam
Data sejarah dan Penelitian arkeologi (termasuk berita asing) menyatakan bahwa
Samudra Pasai, sebuah kota pelabuhan di pantai timur Sumatera, dinilai sebagai
pelabuhan penting untuk barang, jasa, dan aktivitas manusia di tingkat regional dan
internasional. Perkembangan Samudera Pasai sangat erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan. Banyaknya lautan di Samudera Hindia dan jalur pelayaran/perdagangan
dari Selat Malaka dari Asia Barat ke China mensosialisasikan proses perkembangan
islam dari pusat politik ibukota hingga pesisir Selat Malaka. (Suryana, N., & Munira, W.
(2022).
Suryana, N., & Munira, W. (2022). Pembelajaran Sejarah Berbasis Inskripsi Kerajaan
Samudera Pasai untuk Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Siswa di Era Covid
19. Briliant: Jurnal Riset dan Konseptual, 7(2), 409-419.

Silsilah raja-raja Samudra/Pase:


1 Maharaja Mahmud Syah (Meurah Girl) 433-470 H (1042-1078 M)
2. Maharaja Mansur Syah, 470-527 H (1078-1133 M)
3. Maharaja Khlyassyuddin Syah, 527-550 H (1133-1155 M) 4. Maharaja Nurdin Sultan
Al Kamil, 550-607 H (1155-1210 M)
5. Sultan Malikus Salih, 659-688 H (1261 1289 M) 6. Sultan Muhammad Malikud Dhahir
688-725 H (1289-1326 M)
7 Sultan Ahmad Malikud Dhahir 725-750 H (1326-1350 M)
8. Sultan Zainulabidin Malikud Dhahir 750-796 H (1350-1394 M)
9. Malikah Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu, 801-831 H (1400-1427 M)
Setelah Sultan Zainulabid Malikud Dhahir terbunuh, Maharaja Nagur Rabth Abdulkadir
Syah memerintah selama empat tahun (sampai tahun 801 H), kemudian dia pun
dibunuh. Menurut Muhammad Said, setelah Nahrasiyah masih ada beberapa orang raja
lagi, dan yang terakhir Sultan Abdullah, meninggal tahun 1513M
Berdasarkan dokumen sejarah dapat disimpulkan bahwa kerajaan Muslim
Samudra/Pase memiliki peradaban dan budaya yang tinggi yang dapat dibuktikan:

1. Tercapainya lembaga pemerintah dan negara yang terorganisir, ekonomi dan


keuangan yang stabil, perdagangan yang maju, lembaga ilmiah yang maju, angkatan
bersenjata yang terorganisir dan hubungan luar negeri, mata uang yang bersatu.
2. Tentang Kemajuan dan Ketertiban Kerajaan Islam Samudra Pase, oleh Ibnu
Bathutah yang dua kali singgah di Samudra Pase dalam perjalanan pulang dari
Tiongkok. menjelaskan dalam bukunya betapa tinggi budaya Islam di kerajaan di mana
ia dicirikan oleh rajanya yang saleh, bijaksana, berani dan penuh kasih, para
menterinya yang bijaksana, ulama yang saleh dan jujur, protokolnya yang sempurna,
prosedur dan struktur administrasinya serta militernya yang kuat. . bercerita tentang
kekuasaan, kekayaan yang luas, keadilan yang luas, kapal dagang yang berlayar ke
seluruh penjuru lautan, dll.
Hasymy, A. (1979). Sejarah Kebudayaan Islam. Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai