Anda di halaman 1dari 20

Review

PERDAGANGAN ASIA DAN PENGARUH EROPA DI


NUSANTARA
(Antara 1500 dan sekitar 1630)
Disusun sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Sejarah Sosial Ekonomi
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Wasino, M.Hum

Oleh :
LENI MARPELINA
S8617080024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


PROGRAM PASASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
Review
PERDAGANGAN ASIA DAN PENGARUH EROPA DI NUSANTARA :
(ANTARA SEKITAR 1500 DAN SEKITAR 1630)
PENULIS : M.A.P. MEILINK-ROELOFSZ
PENERBIT : OMBAK 2016
TEBAL : 547 HALAMAN

SUBSTANSI
Dalam bukunya M.A.P Meilink- Roelofsz ini ia menguraikan tentang
perkembangan perdagangan Asia dan pengaruh Eropa di Nusantara antara 1500
hingga sekitar 1630.
Dalam buku ini terdiri dari beberapa sub bab antara lain: Menguraikan
tentang Perdagangan dan lalu lintas pelayaran di Nusantara daan semenanjung
Malaya sebelum abad XV. Nusantara merupakan wilayah yang sangat strategis
sebagai pusat perdagangan karena Nusantra merupakan tempat pertemuan dan
transit produk dunia barat dan timur. Barang dagang yang diperjualbelikan antara
lain emas, timah rempah-rempah dan kayu-kayu tertentu. Sehingga banyak
penduduk lokal menyandarkan hidupnya dan mengambil bagian pada sektor
perikanan. Lalu lintas pelayaran cenderung berpusat diantara semenanjung malaya.
Kemudian barang dagang dapat diangkut menggunakan kapal. Para pedagang
Persia dan Arab mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya. Sriwijaya
melakukan perdagangan secara mandiri. Faktor yang menjadi penyokong
kemakmuran perdagangan Sriwijaya ini adalah sikap monopolistik dan besarnya
biaya cukai yang dipungut atas perdagangan luar negeri mereka terapkan.
Pada abad XI menyebabkan lahirnya kerjasama antara Sriwijaya dengan
Jawa. Kemudian Abad XII ada dua pengaruh besar hadir di Nusantara yaitu
kerajaan Sumatra dan Jawa dan kemakmuran Jawa ini melampaui kemakmuran
Sriwijaya. Pada abad XII dan XIII, sebagai akibat dari adanya migrasi skala besar
yang dilakukan oleh orang-orang Asia Daratan. Hingga pada akhir abad XIII
semenanjung Malaya jatuh ketangan Sriwijaya. Kedatangan Portugal di Asia
sebagai awal kebangkitan Malaka. Malaka bahkan Seperti digambarkan oleh
Mahuan bahwa Malaka masih cukup primitif bahkan beranggapan bahwa
kehadiranya merupakan penerus Sriwijaya yang harus berjuang untuk mendapatkan
kedua sisi malaka (semenanjung Malaya dan pesisir timur Sumatra). Kebijakan
mereka ditentukan oleh tujuan strategis yang didampingi oleh keinginan untuk
mendapatkan produk ekspor bagi tujuan perdagangan mereka. Jembatan yang
melewati malaka yang terkenal sebagai landmark malaka sepertinya sudah berdiri.
Mayoritas penduduknya adalah nelayan . para pedagang Cina berangkat kesana
menggunakan jung mereka menemukan adanya lumbung. Dan satu-satunya barang
dagang ekspor Malaka adalah timah.
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan pantai yang kekuatan
ekonominya bertumpu pada perdagangan internasional. Kerajaan itu berhubungan
dengan jalan raya perdagangan internasional Cina ke Eropa melalui Selat Malaka.
Secara lengkap, jalur perdagangan Asia melalui laut itu dimulai dari Cina melalui
Cina Selatan, Selat Malaka, India sampai ke Teluk Persia. Kemudian dari Persia
disambung melalui jalur darat menuju Syam (Suriah) yang diteruskan sampai
dengan Laut Tengah. Dari Laut Tengah ini barang-barang komoditas ekspor
Nusantara bersama-sama dengan barang-barang Asia lainnya disebarkan ke
wilayah Eropa.
Sriwijaya tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan di sekitar
Selat Malaka. Pada tahun 767 misalnya Sriwijaya merampas Tonkin (Indocina,
Hindia Belakang). Selain itu, Sriwijaya menguasai Semenanjung Malaka dan
Genting Kra. Kontak melaui dunia perniagaan ini menyebabkan Nusantara
bersentuhan dengan peradaban Hindu-Buddha (India). Konfusianisme dan
Taoisme (Cina), serta Islam (Timur Tengah), sehingga memperkaya budaya
penduduknya. Nusantara, termasuk Sriwijaya, bahkan sampai dengan Tumasik.
Akhirnya keberadaan Sriwijaya betul-betul hilang setelah Majapahit mengirimkan
ekspedisi ke wilayah itu. Dalam berita perjalanan, Marcopolo menyebut Tumasik
dan Kerajaan Samudra Pasai sebagai kerajaan yang mengakui kekuasaan
Majapahit. Pada waktu itu Pasai merupakan kerajaan Islam, sedangkan Majapahit
merupakan kerajaan Hindu-Buddha. Sebagai pusat perdagangan, Samudra Pasai
banyak menk (Pantura) Jawa.
Memperkirakan Pasai mengekspor merica kira-kira 8000 sampai dengan
10.000 bahar setiap tahun, bahkan sampai dengan 15.000 bahar jika sedang musim
panen yang melimpah. Selain mengekspor merica, Pasai juga mengekspor sutra,
kapur barus, dan emas yang diperoleh dari daerah pedalaman. Kemampuan orang-
orang Pasai dalam memproses sutra didapatkan dari orang-orang Cina. Salah satu
sumber mengungkapkan bahwa sebelum dating bangsa Barat ke wilayah Nusantara,
Sultan Pasai pernah berjanji akan menyerahkan produksi sutra Pasai kepada mereka
untuk diekspor.
Menurut Tome Pires para pedagang Jawa mendapatkan hak istimewa dalam
berdagang di Bandar samudera Pasai, yakni dalam bentuk pembebasan bea cukai
impor maupun ekspor atas barang dagangan yang mereka bawa. Pada masa itu
Kerajaan Majapahit telah menjadi sebuah kerajaan yang lengkap, baik dalam
struktur pemerintahan maupun birokrasinya. Sejak tahun 1293 sampai sekitar tahun
1500, Majapahit tampil sebagai pengganti Sriwijaya. Perniagaannya tidak terbatas
pada perdagangan dan pelayaran pantai saja, tetapi juga perdagangan seberang laut
melaui Malaka ke Samudera Hindia.
Lokasi yang sangat stategis bagi Indonesia karena terletak pada jalur
persilangan lalu lintas perdagangan dunia maka semakin membuat padat jalur
perdagangan maritim di kawasan Asia Tenggara. Kondisi ini memunculkan
kerajaan-kerajaan besar dengan pelabuhan laut yang besar pula. Sebut saja Kerajaan
Sriwijaya, Samudra Pasai, Melayu, Singasari, Majapahit, Mataram, Gowa-Tallo
hingga Demak Bintoro memiliki pelabuhan yang ramai dikunjungi pedagang-
pedagang asing dan nusantara. Adanya pelabuhan laut tersebut maka mendorong
arus distribusi barang berlangsung sangat cepat. Sehingga kebutuhan barang ekspor
dan impor semakin meningkat pesat. Barang-barang dagangan yang merupakan
komoditi ekspor antara lain: garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu
cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading
gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain
sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina,
warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan
tembaga (Wheatley, 1959). Barang tersebut diperjualbelikan antar pedagang
nusantara dan juga pedagang asing yang memasuki perairan nusantara.
Pada abad ke-15 muncul Malaka yang menggeser kedudukan Pasai dalam
dunia perdagangan internasional. Secara geografis, letak Malaka cukup strategis
dan lebih menguntungkan dibandingkan Pasai. Pendiri Malaka, yaitu Parameswara,
menyadari pentingnya jaminan keamanan bagi negerinya yang kehidupan
ekonominya lebih banyak bertumpu pada perdagangan daripada pertanian. Seperti
halnya Sriwijaya, Malaka dapat dikatakan tidak memproduksi bahan-bahan hasil
bumi sendiri atau hasil-hasil pertambangan. Untuk memenuhi kebutuhan beras bagi
penduduknya, Malaka mendatangkannya dari Jawa dan Ayudhia, Siam. Oleh
karena itu, Malaka berusaha memberantas bajak laut atau lanun di sekitar Selat
Malaka. Di samping itu, Malaka berusaha menjalin hubungan diplomatik dengan
Negara atau kerajaan tetangganya, terutama Majapahit (Jawa), Siam, dan Cina.
Sejak awal pendirian Malaka, Parameswara, pendiri Malaka, selalu
mengirim upeti kepada raja Siam agar kerajaan itu tidak menyerang Malaka.
Kemudian sejak awal abad ke-15, Malaka menjalin hubungan baik dengan
kekaisaran Cina (Kakaisaran Yuang Lo, 1403-1423) dengan harapan Siam tidak
akan berani menyerang Malaka. Keberhasilan Parameswara menjalin hubungan
diplomatic seprti itu membuat Malaka berkembang menjadi sebuah emporium
terbesar di Asia Tenggara. Apalagi setelah penguasa Malaka menjadi Islam pada
tahun 1414, makin banyak pedagang Islam dari Arab dan India terdorong untuk
melakukan kegiatan perdagangan di kota ini.
Untuk menjaga supremasinya di Selat Malaka, Sultan Malaka juga berusaha
agar persediaan barang-barang dagangan atau kebutuhan hidup di Malaka tetao
terjamin. Atas dasar pertimbangan itu, selain mengirimkan duta-dutanya guna
menjalin persahabatan, Malaka juga mengirimkan ekspedisi militernya ke negeri-
negeri yang dianggapnya penting untuk dikuasai karena menghasilkan barang-
barang yang sangat dibutuhkan Malaka. Sebagai contoh, Kampar di pantai timur
Sumatera ditaklukannya, karena daerah ini merupakan penghasil merica dan
merupakan pintu keluarnya emas dari daerah pedalaman Minangkabau. Kemudian,
Siak juga ditaklukannya dan dikuasainya, karena menghasilkan emas.
Menurut Tome Pires, penulis Portugal, kebijakan yang ditempuh para raja
Malaka adalah menumbuhkan sistem birokrasi yang dapat memenuhi tigasnya
dalam mengatur perekonomian Malaka. Salah satu jabatan yang erat kaitannya
dengan perdagangan di pelabuhan adalah Syahbandar. Di Malaka waktu itu ada
empat orang syahbandar yang dipilih sendiri oleh para pedagang asing dari berbagai
kelompok bangsa untuk mengurusi kepentingan mereka. Pertama, syahbandar yang
mengurusi para pedagang Gujarat; kedua, syahbandar yang mengurusi para
pedagang Keling, Bengali, Pegu, dan penduduk Pasai; ketiga, syahbandar yang
menjaga kepentingan para pedagang Jawa, Maluku, Banda, Palembang,
Kalimantan, dan Filipina (Sulu dan Mangindanau); dan keempat adalah syahbandar
yang menjaga dan mewakili para pedagang Cina dan Kepulauan Liu-Kiu .
Kedudukan Malaka seperti inilah yang mendorong Portugal berusaha
menguasainya. Alfonso dAlbuquerque, panglima Portugal, merebut kota
pelabuhan itu pada tahun 1511. Dengan merebut Malaka, Portugis yang telah
menguasai Ormuz di Laut Merah dan Goa di India mengharapkan akan merampas
seluruh perdagangan merica Asia. Namun, rencana itu tidak semuannya berhasil.
Seperti yang telah disinggung di atas, Malaka pada dasarnya tidak memproduksi
apa-apa. Kebesarannya karena peranannya sebagai emporium, kota transit bagi para
pedagang dari Asia. Malaka ibarat ayam bertelur emas, dongeng yang cukup
terkenal di masyarakat melayu. Seekor ayam yang setiap hari bertelur satu butir
telur emas, kemudian disembelih oleh pemiliknya, karena tidak sabar menunggu
dan ingin segera mendapatkan telur-telur itu. Ternyata dalam tubuh ayam itu tidak
ada telur emas. Portugis menemukan suatu kenyataan bahwa Malaka bukanlah
produsen dari semua komoditas ekspor (khususnya merica) yang dicari-cari oleh
para pedagang Barat. Politik monopolinya serta upaya kristenisasinya telah
mengakibatkan para pedagang Asia, khususnya para pedagang Muslim, berusaha
menghindari Bandar tersebut. Lambat laun kedudukan Malaka pun semakin
merosot dan tidak pernah meraih kembali kebesarannya
Penguasaan malaka atas kawasan penghasil timah menyebabkan
perseteruan dengan kedah, yang juga memegang kekuasaan atas beberapa kawasan
penghasil timah.beberapa syarat yang menjamin keamanan perdagangan luar
negeri yang masuk kepelabuhan malaka adalah pembasmian perompakan diselat
Malaka. Malaka memperluas wilayahnya dengan cara menaklukan kerajaan-
kerajaan kecil dipesisir Sumatra seperti Kampar dan Siak. Kampar yang merupakan
pemegang kendali atas ekspor merica dan emas dari kerajaan Minangkabau dan
Siak dalam perkara ekonomi adalah pelabuhan utama Minakabau dan memberi
Malaka pasokan emas. Tapi tidak cukup sampai disini malaka kembali memperluas
wilayahnya hingga pulau-pulau yang terletak diantara semenanjung Malaya dan
pesisir utama.
Para penguasa Malaka juga tetap berusaha memelihara kondisi yang
bersahabat dengan Siam yang sebenarnya ancaman yang lebih besar letimbang Cina
akibat letaknya yang lebih dekat dengan Malaka. Sebelum para pedagang Jawa
mengunjungi pasar Malaka secara teratur, lalu lintas perdagangan yang padat telah
tercipta antara pelabuhan-pelabuhan penjual merica di Sumatra Utara Pasai. Sejak
kemunculan kerajaan ini maka proses transaksi dilakukan dengan cara barter yaitu
menukarkan beras dan rempah-rempah dengan merica. Penguasa Malaka
memperoleh jatah yang besar dari perdagangan yang dilakukan para pedagang pasai
yang notabenya adalah Muslim yang taat dan bersemangat. Tapi meskipun
demikian Malaka tetap menajlin hubungan baik dengan Pasai demi mendapatkan
ekspor merica dan minat dari pedagang lain yang berhubungan pasai.
Karena hubungan baik maka para saudagar muslim para mubalig islam
datang ke Malaka khususnya mubalig-mubalig Arab yang terkenal dengan
pengetahuan ajaran Islam. Para pengaruh pribadi pedagang muslim ini
menyebabkan Sultan Muhammad Iskandar Shah sebagai penguasa Malaka
memeluk Islam.dan tindakan ini diikuti oleh banyak penduduk Melayu. Dibawah
sultan-sultan berikutnya Malaka menjadi pusat kebudayaan dan literatur Islam,
ajaran kebatinan dan hukum dibawah matahari karena intensitas perpindahan
agama ke Islam ditentukan oleh pengaruh Malaka. Sehingga aktifitas dagang
Malaka menyebabkan agama Islam tersebar kewilayah yang lebih luas dan hal ini
berkenaan dengan Islamisasi Nusantara.
Pada akhir abad XV Malaka dijadikan sebagai tempat pusat perdagangan
antar Asia. Aktifitas terbanyak dipasar-pasar Malaka berlangsung antara Desember-
Maret karena pada bulan itu kapal-kapal dari Asia dan Barat berdatangan. Seperti
kita lihat dasar ekonomis Malaka cukup terbatas karena minimnya produk-produk
domestikyang layak untuk diekspor dan lahan lahan yang digunakan untuk
pertanian hanya terdapat disekitar batas kota sehingga sama sekali tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus menerus
meningkat sehingga tidak ada industri yang baik di Malaka.
Selain emas dan timah yang merupakan barang pungutan upeti negeri-
negeri jajahan satu-satunya produk domestik Malaka adalah ikan perdagangan.
seabad kebijakan monopoli Portugal menjadi akhir perdagangan jung Malaka. Pada
akhir abad ke-15 Malaka berhasil mendudukkan dirinya sebagai salah satu pusat
perdagangan di Asia umumnya dan Nusantara khususnya. Banyak sekali pedagang
asing yang berhubungan dengan Malaka. Tome Pires menyebutkan pedagang-
pedagang itu berasal dari Kairo, Mekah, Aden, Abesinia, Armenia, Gujarat, Cina,
Malabar, Sailan, Persia, Turki, Siam, Pegu, Pattani, Campa, Cina dan beberapa
negeri di Nusantara. Tujuan utama kedatangan bangsa-bangsa dari arah barat dan
timur Malaka itu tidak lain ingin memperoleh rempah-rempah.
Malaka berhasil terwujud menjadi sebuah pelabuhan penting dan ramai
yang kerap sekali dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai negara. Kemajuan
Malaka itu disebabkan letaknya yang strategis di dekat Selat Malaka yang
merupakan jalur utama perdagangan internasional. Sejak tahun 1405 Malaka
berubah menjadi sebuah kesultanan. Bersamaan dengan hal itu, Paramisora lantas
memasuki agama Islam dan berganti nama menjadi Sultan Iskandar Syah.
Penggantinya ialah Sultan Muhammad Iskandar Syah, kemudian Sultan Mudzafar
Syah. Di bawah pimpinan Sultan Mudzafar Syah, kedudukan Malaka semakin
penting dan menjadi pusat perdagangan antara dunia timur dan dunia barat. Malaka
mengalami kemajuan pesat melebihi Samudera Pasai, bahkan mampu pula
menguasai Pahang, Kampar, dan Indragiri.
Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan
Sultan Mansyur Syah (1458-1477). Bersama Laksamana Hang Tuah, Sultan
Mansyur Syah berhasil memperbesar dan mengembangkan kekuasaan Malaka
menjadi sebuah kesultanan yang sangat kuat. Kebesaran Kesultanan Malaka turut
diperkokoh oleh penggantinya, Sultan Alaudin Syah (1477-1488). Namun,
sepeninggal Sultan Alaudin Syah, kebesaran Malaka tidak dapat dipertahankan.
Sultan Mahmud Syah (1488-1511) ternyata seorang sultan yang kurang cakap dan
sangat lemah dalam hal mengendalikan pemerintahan. Lambat laun kejayaan
Malaka memudar. Keadaan tersebut semakin memburuk sejak hadirnya bangsa
Portugis di Malaka pada tahun 1509. Akhirnya, kekuasaan Malaka jatuh ke tangan
Portugis pada Agustus 1511. Malaka tidak mampu menghadapi gempuran tentara
Portugis yang lebih kuat, maju, dan lengkap persenjataannya.
Sejak kejatuhan Malaka pada tahun 1511, Kesultanan Aceh muncul menjadi
pusat perdagangan baru di kawasan Nusantara. Hal ini diperkuat oleh kemampuan
Aceh menyediakan komoditas lada dan sukses melakukan ekspansi terhadap kota-
kota pelabuhan di pantai yang terletak di barat dan timur Sumatera. Para pedagang
Nusantara kemudian berusaha menghindari Malaka yang telah dikuasai bangsa
Portugis. Oleh karena itu, berubahlah tata jatingan pelayaran dan perdagangan yang
sebelumnya melewati Selat Malaka kemudian menyusuri pantai barat Sumatera
ketika akan mengunjungi Aceh.
Persimpangan utama dalam jalur perdagangan tua Asia Barat Malaka adalah
Aden yang juga merupakan pintu masuk laut Merah, Hormus diteluk Persia dan
pusat perdagangan Gujarat di India yang memiliki nilai penting bagi komunikasi
langsung dengan Malaka. Gujarat, menempati posisi yang sangat penting karena
menjadi pusat bongkar muat barang muatan kapal. Ke Gujarat juga datang barang-
barang dagangan dari Arab dan Suriah dari pesisir timur Afrika. Barang dagang dari
Eropa, Afrika Timur, dan Asia Barat ini termasuk barang-barang yang mewah.
Tujuan dari semua perdagangan adalah untuk memperoleh barang-barang yang
berasal dari Asia timur Gujarat khsusnya barang-barang dari Malaya Indonesia.
Terkait dengan barang yang diproduksi di Gujarat sendiri yang terpenting adalah
tekstil. Sementara lalu lintas pelayaran antara Gujarat dengan Malaka hampir secara
ekslusif berada ditangan para saudagar Gujarat.
Kebanyakan pedagang di Gujarat yang datang dari Asia barat merupakan
Muslim sementara pengiriman barang dinegeri mereka yang jumlahnya besar juga
kebanyakan muslim. Sehingga berkat orang-orang Timur Tengah di Gujarat inilah
kerjasama antara dua kekuatan besar di gerbang Asia yaitu Turki dan Mesir hal
itulah yang menjadi faktor penting bagi kolaborasi mereka dalam menghadapi
musuh bersama yaitu orang Portugal. Namun disisi lain yang menjadi faktor yang
paling urgen adalah adanya fakta bahwa pada waktu bersamaan Gujarat membentuk
salah satu tautan penyebaran Islam di Malaka dan Indonesia. Para saudagar Gujarat
baik yang muslim maupun yang hindu berusaha untuk memperluas jaringan mereka
kearah timur hingga Cina Selatan.
Pada dasarnya salah satu misi bangsa barat adalah melanjutkan perang
salib dan menyebarkan agama Portugal dengan tokohnya Albuquerque yang
menjadi orang pertama dalam sejarah yang mengembangkan sistem perdagangan
maritim yang teroragnisir. Sehingga berbagai pelaut muslim termasuk navigator
menyadari bahwa kedatangan bangsa Portugal sebagai sebuah ancaman dan mereka
berusaha membangun hubungan-hubungan dengan dengan negeri-negeri muslim
lainya guna untuk mengusir musuh baru mereka dalam hal ini Portugal. Karena
dari sudut pandang politis dan militer Portugal bertujuan untuk menggunakan
kekuatan laut untuk mengusai Samudra Hindia dengan cara menaklukan beberapa
titik strategis yang ketika titik-titik strategis itu dibentengi maka dapat
dipertahankan dengan mudah dari laut kapal-kapal orang yang dipersenjatai.
Namun karena tujuan militer dan politis dekat dengan tujuan ekonomi sehingga
pengalihan arus perdagangan khsusnya rempah-rempah yang berharga dari Asia ke
Portugal melalui tanjung harapan dengan demikian akan memotong seluruhnya
jalur para saudagar dari asia dan Mediterania.
Hal yang paling menonjol yang dialakukan oleh bangsa Portugal berusaha
untuk memonopoli perdagangan rempah Asia dan memonopoli untuk mengangakut
barang-barang bernilai tinggi melalui laut. Kebijakan Portugal juga benar-benar
diarahkan untuk melawan kota dagang Kristen. Usaha Kristen yang sungguh-
sungguh, kerja Misionaris (Xavier), hanya berkembang dalam skala besar pada
paruh pertama abad XVI ketika kekaisaran maritim milik Portugal mulai
menunjukan kemandeka dan kemunduran karena sifatnya tidak toleran. Namun
meskipun demikian misi kemanusiaan yang dibawa oleh ajaran Kristen tetap tidak
berhasil untuk mempengaruhi masyarakat Muslim.
Portugal berhasil menguasai Malaka dengan mendirikan benteng-benteng
sebagai salah satu alat pertahanan. Sesaat setelah Portugal tampil dipanggung Asia
Islam tidak membiarkan hal itu terjadi ia bangkit dan melawan. Seperti halnya
Mesir dan Gujarat dua negeri yang kegiatan monopolinya paling terancam (Mesir
berperan sebagai negeri transit dan Gujarat sebagai pusat utama bagi perdagangan
rempah-rempah) adalah pertama melakukan perlawanan dan mengangkat senjata
melawan Portugal. Namun disisi lain Portugal mencapai kejayaanya dengan begitu
cepat dikarenakan Portugal menerapkan teknik dan taktik yang lebih maju yang
dihasilkan oleh pengalaman praktis yang mereka dapatkan melalui perjalanan
panjang kemudian pengetahuan mereka yang didukung dengan navigasi yang
dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan.
Pada permulaan abad XVI kekuatan Portugal tidak terbendung oleh
gabungan negeri-negeri Asia. Salah satu kebijakan yang diperkenalkan bangsa
Portugal adalah kebijakan memperkenalkan agama Kristen. Gerakan reformasi
Gereja juga yang membuat keretakan dikalangan Eropa itu sendiri dan
memunculkan aktifitas amoral-amoral yaitu bangsa Protestan Eropa Utara menjadi
pesaing Portugal di Asia. Kondisi semacam inilah yang antara lain memaksa
Portugal untuk meninggalkan politik anti Islamnya (Perang salib), sebab mereka
harus menerima kenyataan bahwa kerajaan-kerajaan disekitarnya adalah Islam, dan
perdagangan Islam di Asia Tenggara sampai Timur Tengah penting sekali. Banyak
yang menilai perdagangan Portugal bersifat semifeodal dan terlalu terikat oleh raja
Portugis beserta politiknya. Perdagangan resmi Portugal dapat dianalogikan
sebagai seorang raja Eropa yang berdagang. Karena itu, banyak yang menilai
organisasi perdagangannya kurang efisien. Para pejabatnya di Asia bukanlah
saudagar melainkan hidalgos yang lebih menyukai perampokan dari pada
perdagangan resmi mengingat pada waktu itu bagi seorang prajurit, perampokan
merupakan hak penakluk dari pihak yang menang perang sehingga perampokan
dianggap terhormat.
Pengaruh dari pada ekspansi Portugal ini adalah di Asia banyaknya
pembagian dunia muslim dan hindu dan juga terdapat pembagian antara bermacam
tren dan sekte dan pembagian Suni dan Syah. Dapat di lihat dari upaya bangsa
Portugal ketika melawan Turki yang menganut Islam Suni, Portugal bersekutu
dengan Persia yang menganut Islam Syah dan itu bertujuan sebgai upaya untuk
mengahancurkan monopoli dagang yang dipegang oleh saudagar Muslim. Di
Malaya-Indonesia Portugal juga melakukan pendekatan dan berusaha menjalin
hubungan dengan kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa.Tujuanya adalah untuk
memperluas wilayah monopoli perdaganganya. Akan tetapi karena keserakahanya
akhirnya Portugal mengalami kemandekan. Sebagai bukti menurunya dominasi
militer Portugal atas samudra Hindia adalah kelangsungan perdagangan rempah-
rempah yang dilakoni perdagangan Asia.
Sehingga Portugal tidak dapat mengendalikan ekspor rempah-rempah ke
Mediterania maupun pasokan-pasokan dari kawasan penghasil rempah.
Sebagaimana dikatakan Tome Pires Siapa yang mengusai Malaka maka ia
menguasai Vanesia. Tentunya hal itu menandakan bahwa kekuatan juga harus
efektif namun pada saat itu situasi Portugal sangat genting paruh ke dua abad XV.
Oleh karena itu tidak ada lagi monopoli rempah-rempahyang mutlak di Malaka ,
karena Portugal diganggu dari berbagai sisi oleh tetangga-tetangga Malaka yang
memusuhinya pula seperti juga yang terjadi diperkampungan kampungan Portugal
lainya korupsi dan penyalahgunaan lainya yang merebak dalam lingkaran
administratif.
Kedatangan bangsa Eropa ke Malaya- Indonesia pada dasarnya mempunyai
misi tersendiri. Misi tersebut akhirnya memunculkan kota-kota pelabuhan di
sepanjang pantai utara Pulau Jawa yang terbentuk akibat adanya perdagangan,
sehingga menambah ramai arus perdagangan di nusantara pada abad XV. Ramainya
perdagangan dan kebutuhan akan rempah, akhirnya memaksa bangsa-bangsa barat
melakukan pelayaran sendiri untuk menemukan sumber rempah. Bangsa Portugal,
Spanyol, dan Belanda merupakan bangsa Eropa yang mampu menguasai dan
melakukan monopoli rempah-rempah di nusantara pada abad XVI - XIX sehingga
membesarkan nama Batavia sebagai kota pelabuhan terbesar di Asia. Nusantara
dalam hal ini daerah-daerah di Indonesia dijadikan sebagai tempat percaturan
politik bangsa-bangsa eropa.
Ternyata Konflik berkepanjangan yang terjadi di Eropa tidak hanya berhenti
sampai disitu akan tetapi kembali dilanjutkan di bumi Nusantara, Salah satunya
Sehingga bangsa-bangsa Eropa timur yang iri dengan Portugal ingin memastikan
persediaan rempah-rempah ketika kekuatan Portugal sedang merosot. Pada tahun
1595-1597 armada ekspedisi pertama dikirimkan oleh bangsa Belanda ke Hindia
Timur dan mengarungi perairan Malaya-Indonesia selama delapan bulan tanpa
menjumpai satupun kapal Portugal. Namun walaupun demikian pada saat itu
Belanda belum ada motif untuk menguasai Nusantara secara totalitas. Akan tetapi
seiring berjalanya waktu misi yang mereka bawa seketika berubah menjadi ambisi
untuk menguasai perusahaan-perusahaan dagang dan memonopoli perdagangan
rempah-rempah. Sehingga yang terjadi adalah persaingan secara gila-gilaan dan
menjadi musush bersama.
Di waktu yang bersamaan itu memberikan peluang kepada para pedagang
Asia untuk menjadi pelanggan sejumlah barang dagang mereka. Sedangkan usaha-
usaha pelanggan-pelanggan itu adalah untuk mengalahkan tawaran sesama dengan
cara membuat harga melonjak, sehingga pelaggan-pelanggan itu sejatinya lebih
memajukan kepentingan para pedagang Asia dari pada kepentingan perdagangan
mereka sendiri. Hal itu memberikan dorongan besar kepada bangsa Asia mengenai
peningkatan kegiatan dagang dipelabuhan Jawa. Setelah itu perusahaan-perusahaan
yang terpisah yang dimiliki para saudagar swasta dikelompokan menjadi satu
perhimpunan dagang yang disebut dengan VOC. Pendirian VOC ini berarti bahwa
terdapat konsentrasi pengelompokan yang sampai sekarang masih berlawanan satu
sama lain. Tujuan tidak untuk menaklukan akan tetapi lebih bagaimana cara
memperoleh keuntungan dagang disatupadukan dalam satu lembaga dibawah hak
khusus yang diberikan oleh negara. Konsolidasi merupakan satu-satunya sarana
yang dapat menjamin Belanda untuk tetap bertahan di Asia.
Sebagai catatan, dalam menanamkan pengaruhnya di Nusantara, baik
Portugal maupun Belanda banyak mempergunakan pola-pola konflik yang ada di
Nusantara. Di samping itu, mereka juga membawa konflik-konflik mereka di Eropa
ke wilayah ini, yang kemudian juga dipergunakan oleh kerajaan-kerajaan di
Indonesia. Sejak berdiri, VOC sudah mempersiapkan diri untuk peperangan di
kepulauan Indonesia, terutama melawan musuh-musuhnya di Eropa. Pertama
melawan Portugal dan Spanyol, kemudian EIC (Inggris). Permusushan antar-
kekuatan Barat ini tidak saja karena pada dasarnya mereka telah bermusuhan di
Eropa, melainkan juga karena persaingan dagang di kepulauan Indonesia dan
semenanjung Melaya. Tiap-tiap pihak ingin memperoleh monopoli atas
perdagangan tersebut. VOC akhirnya memenangi persaingan itu dan berhasil
menanamkan pengaruhnya di kepulauan Indonesia.
Oldenbarnevelt menganggap bahwa sejatinya monopoli yang
dianugerahkan kepada VOC adalah senjata ekonomis yang dapat digunakan untuk
menghantam Spanyol dan Portugal diperairan Hindia Timur maupun dikawasan
lain di dunia. Namun motif-motif ekonomi didampingi dengan motif-motif militer
karena ketika armada pertama yang diperlengkapi seluruhnya VOC untuk berlayar
di Hindia pada 1603 yang dipimpin Steven van der Hagen tujuan militer pertama
kalinya adalaah desakan dari pemerintah Belanda. Aspirasi Monopolistis Belanda
tidak semata-mata diarahkan pada Spanyol dan Portugal akan tetapi pada bangsa
Asia pada umumnya dan kepulauan rempah-rempah pada khususnya.
Pesaing yang paling penting bagi Belanda adalah Inggris dan kebijakan
monopoli VOC menyebabkan terlibat perseteruan sengit dengan Inggris dan itu
menjadi salah satu penyebab kedua negera itu mempunyai konflik yang
berkepanjangan. Belanda melakukan berbagai cara untuk menyingkirkan lawan-
lawan dagangnya termasuk menyingkirkan Portugal. Ketika kekuatan Portugal
terancam diwilayah Malaya-Indonesia ia mendapatkan bantuan dari Spanyol dan
Filipina. Ini adalah bukti bahwa Spanyol ingin memperbaiki penyalahgunaan
diantara mereka. Berbagai tindakan dilakukan dengan tujuan untuk memajukan
organisasi angkatan darat misalnya pembentukan kompi dengan gaji yang tepat dan
memastikan konstruksi kapal yang lebih baik. Motif dibalik ini adalah keinginan
untuk mengobarkan perang besar-besaran terhadappara perompak Belanda dan
menghancurkan rintangan yang hadir ditengah-tengah perdagangan
Spanyol,Portugal dengan Bumiputra.
Karena baik Inggris maupun Belanda tidak berhasil memperoleh izin untuk
mendirikan perkampungan (Koloni) permanen di negeri Cina sehingga keadaan itu
sangat mempengaruhi perdagangan yang di lakoni VOC di Nusantara. Itu berarti
bahwa markasnya orang-orang Portugal di Makao khususnya para pedagang Swasta
terus menawarkan persaingan yang hebat dalam waktu cukup lama kepada
perdagangan VOC Nusantara. Namun yang lebih menguntungkan Portugal adalah
meskipun ia sangat bergantung pada penguasa Cina tapi ia melakoni perdagangan
segitiga dengan Jepang dan koloni Spanyol di Filipina. Proses interaksi
perdagangan yang dilaksanakan di Filipina itu adalah pertukaran antara Sutra Cina
dengan perak Spanyol tujuanya adalah untuk memperoleh banyak sutra Cina
kemudian di jual kembali kepada Jepang dengan keuntungan yang sangat besar.
Demi menjaga monopoli perak dan sutra dalam perdagangan Asia-Amerika,
pemerintah Spanyol melarang ketat perdagangan Swasta antarkoloninya di Asia
Timur dan Amerika termasuk Portugal. Akan tetapi persaingan dengan Cina
membawa kemunduran bagi perdagangan Portugal dengan Manila yang pada
mulanya jumlah perdagangan yang substansial telah dilakukan di Jepang. Seiring
dengan memburuknya posisi Portugal di Jepang akibat tindakan-tindakan anti
Portugal yang dilancarakan pemerintah Jepang dan berakhir dengan pengusiran
Portugal dari Jepang pada 1639
Kepentingan Portugal di Malaya-Indonesia sebagian besar hanya terbatas
kepada impor tekstil yang mereka tukar dengan bahan pangan. Selain itu Malaka
terus membangun garis komunikasi di sepanjang jalur pelayaran Portugal di Makao
hingga mencapai titik pusat pengumpulan barang di Goa. Di kepulaun rempah VOC
tidak menemukan dari satu kerajaan-kerajaan Asia yang kuat sehingga VOC
menggunakan kebebasanya untuk menghancurkan pelayaran dan perdagangan
bangsa Asia melalui serentetan dan ekspedisi yang berkepanjangan terhadap bumi
putra yang melawan. Kecemburuan antar bangsa Eropa memungkinkan bangsa-
bangsa Asia untuk mempertahankan sisa-sisa perdagangan di masa lalu dan
demikian maka Bumiputra hanya menjadi saksi dari konflik yang mengakibatkan
kenaikan harga dari produksi-produksi hasil bumi mereka.
Monopoli perdagangan rempah-rempah VOC dan Perdagangan Asia di
Malaya Indonesia. Akibat adanya kegiatan-kegiatan bangsa Eropa Utara
dikawasan penghasil rempah-rempah perdagangan perantara dalam rempah-
rempah disamudra Hindia sudah tidak bernilai lagi. Coen yang sejak penunjukanya
sebagai direktur jendral perdagangan di Banten telah lebih banyak menetapkan
prosedur bagi VOC jika dibandingkan dengan gubernur VOC yang pusatnya jauh
di Maluku. Ketika van Der hagen pertama kali menapakan kakinya di Nusantara
pada tahun 1600, ia sudah sangat akrab dengan keadaan sehubungan dengan
perdagangan bangsa Asia dengan Portugal. Dalam menyusun gagasanya ia berkali-
kali memberikan contoh yang serupa teerhadap apa yang di lakukan oleh Portugal
sebelumnya. Menurutnya keadaan yang dipaksakan oleh bangsa Belanda terhadap
Bumiputra empat kali lebih buruk ketimbang yang dilakukan oleh bangsa Portugal.
Oleh karena itu banyak sekali faktor yang mendorong bumiputra beraliansi dengan
Portugal di Tidore hanya demi mendepak Belanda. Tidak seperti Belanda, Portugal
sudah terbiasa menyepakati harga terlebih dahulu sebelum menjual barang-barang.
Harga jual VOC yang berlebihan relatif lebih tinggi karena VOC membeli
rempah-rempah dengan harga yang amat rendah .selain itu berbagai macam kain
dibawah yang tidak disukai oleh bumiputra. Para penduduk bumiputra Banda
sebelumnya tidak biasa untuk memilih kacang-kacang mereka dalam artian hasil
panen tidak ada yang terbuang namun dengan kehadira Belanda melalui VOC
menerapkan standar pemilihan dan kualitas sehingga setiap harinya para penduduk
bumiputra ditolak karena kacang-kacang mereka tidak sesuai dengan spesifikasi
Belanda. Dengan demikian hilangnya kepercayaan bumiputra terhadap Belanda.
Para penduduk bumiputra mulai meninggalkan tempat-tempat yang paling
banyak terjadi perang guna untuk menghidari kewajiban untuk mengabdi dalam
kapal-kapal penguasa mereka. Harga yang lebih tinggi dan meningkatnya
kebutuhan dikalangan bumiputra itu sendiri yang merupakan hasil dari pengaruh
bangsa Eropa bahkan mengakibatkan adanya pengendalian kelahiran dengan cara
melakukan aborsi. Pengurangan jumlah penduduk yang tajam mengakibatkan
pohon-pohon cengkeh jatuh ketangan golongan minoritas. Maka karena perkara
tersebut banyak penduduk bumiputra terpaksa mencurahkan lebih banyak energi
untuk menanam tanaman pangan dan mencari ikan agar mereka tidak lagi
bergantung pada beras-beras dengan harga mahal yang diimpor oleh VOC. Di
Ambon sebagian besar hasil panen cengkih juga jatuh ketangan para penguasa yang
mengenakan cukai atas hasil panen terhadap para pemilikan lahan dan pemetik
cengkih.
Sementara itu berbagai peristiwa berlangsung di Indonesia karena yang
seharusnya dibuat untuk meraih keberhasilan justru dilakukan dengan kebajikan
dan kebaikan dalam hal ini dimasa depan bumiputera harus merasakan gertakan.
Kemudian Belanda mulai memusnahkan kepulauan Banda tanah-tanah mereka
diberikan kepada kolonis Belanda yang seharusnya melanjutkan pembudidayaan
kacang dengan menggunakan budak yang dibawah dari seluruh Asia.sehingga
masyarakat kepulauan Banda menjadi masyarakat yang terisolasi dari dunia luar
(karena VOC memutuskan untuk mempertahankan buah pala) namun, hanya
kepulauan Bandalah VOC memiliki kendali penuh atas hasil panen rempah-rempah
karena dipulau lain terjadi pergulatan sengit selama bertahun-tahun sebelum
akhirnya kompeni memiliki kendali atas sebagian besar dari hasil cengkih.
Perlawanan berakhir ketika Malaka, Makasar, dan Banten jatuh ke tangan VOC.
Dengan musnahnya bumiputra Banda, satu-satunya pusat aktifitas
perdagangan dikepulauan rempah akhirnya tercerai berai. Karena Ambon
menghasilakn cengkih dengan jumlah yang cukup banyak untuk dapat memenuhi
permintaan bangsa Eropa dan Asia, VOC kembali memusatkan perhatianya kepada
beberapa desa penghasil cengkih ini dan menghentikan pembudidayaan cengkih
ditempat lain khususnya Seram. Meskipun begitu kebijakan pemusnahan pohon-
pohon cengkih yang sangat dianjurkan oleh direktur kompeni namun tetap
ditentang keras oleh Gubernur jenderal Vann Diemen, yang menunjukan kepada
Heeren XVII bahwa pohon-pohon cengkih dengan jumlah besar tumbuh terpencar
hingga kedaerah pedalaman yang tidak dapat dijamah. Sehubungan dengan
pembudidayaan cengkih, kepulauan Maluku masih memiliki nilai yang rendah bagi
VOC. Namun guna memerangi pengaruh Spanyol dan Sultan Ternate, kompeni
harus menjaga pasukan bersenjatanya agar tetap berada dalam kekuatan penuh.
Kebijakan pemusanahan akhirnya menjadi efektif namun kemudian
membahayakan VOC sendiri. Pada tahun 1656 cengkih menjadi langka dan tidak
dapat lagi mencukupi kebutuhan pasar Eropa dan Asia.
Meskipun perdagangan rempah-rempah di Eropa menghasilkan laba yang
besar, sebaliknya di Hindia VOC mengalami kerugian besar bertahun-tahun akibat
besarnya biaya yang mereka keluarkan untuk menjaga monopoli rempah-rempah.
Pada 1621 VOC telah mengendalikan sepenuhnya buah pala dan biji pala berkenan
dengan cengkih di Nusantara yang sebagian masih jatuh digengaman Inggris,
Denmark, dan juga Portugal utamanya melalui saudagar Asia. Kota-kota atau
kerajaan-kerajaan di pesisir utara Jawa, seperti Jepara, Kudus, Pati, Tuban, Gresik,
Surabaya, dan Jaratan, menjadi ramai dikunjungi para pedagang mancanegara,
khususnya setalah Malaka jatuh ke tangan Portugal. Para penguasa di Jawa melihat
Potugal sebagai saingan dan ganjalan dalam perdagangan mereka. Jepara misalnya,
melihat Portugal sebagai saingan utama dalam perdagangan merica, yang keduanya
mengambil barang dagangan itu dari Maluku. Kemudian Demak sebagai
pengekspor beras ke Malaka menjadi rugi setelah kota tersebut jatuh ke tangan
Portugal. Kegagalan-kegagalan kerajaan Islam di Nusantara untuk merebut Malaka
pada dasarnya terjadi karena kekuatan Islam di kepulauan Nusantara tidak mau
bersatu melawan Portugal atau Belanda (VOC). Bahkan diantara mereka juga saling
mencurigai. Malaka sendiri akhirnya jatuh oleh serangan gabungan antara Johor
dan VOC.
Eksistensi kerajaan-kerajaan maritime Jawa dengan kekecualian Banten
tidak bertahan lama. Kebesaran mereka sebagai kekuatan maritime dan
perdagangan terus merosot bukan dikalahkan oleh kekuatan Portugis atau VOC,
melainkan oleh kekuatan baru yang muncul di pedalaman Jawa, yaitu Mataram.
Kerajaan ini, yang berdiri sejak tahun 1575, terus-menerus melakukan tekanan
terhadap kerajaan-kerajaan maritime, khususnya di pantai utara Jawa, bahkan
sampai ke Batavia. Bayangan kejatuhan Majapahit yang menghantui para penguasa
di Mataram membuat mereka berupaya mematikan sumber-sumber pendukung
politik dan ekonomi kerajaan-kerajaan tersebut, yang secara tidak langsung
mematikan perdagangan laut mereka.
Kesimpulan
Seperti disinggung di atas, maka dapat disimpulakan sistem emporium telah
menumbuhkan kapitalisme Asia yang peranannya tidak kalah penting dibandingkan
dengan kapitalisme Eropa yang memasuki wilayah Asia sejak Abad ke-15. Namun,
dalam perkembangannya, kapitalisme Asia kurang mendapat dukungan dari sistem
politik di Asia. Sistem politik di Asia ketika itu memberi jaminan bagi keselamatan
dan hak milik pribadi Pelayarannya meliputi Asia Tenggara sampai ke India,
bahkan sampai ke Madagaskar. Disamping itu, Sriwijaya mewajibkan setiap kapal
dagang yang lewat Selat Malaka untuk mampir ke pelabuhan Sriwijaya. Oleh
Meilink Roelofs (1962) digambarkan bahwa barang-barang yang diperdagangkan
ialah tekstil, kapur barus, mutiara, kayu berharga, rempah-rempah, gading, kain
katun dan sengkeiat, perak, emas, sutra, pecah belah, gula, dan lain-lain. Sebagai
pusat perdagangan, Sriwijaya sering dikunjungi para pedagang dari Persia, Arab,
dan Cina yang memperdagangkan barang-barang dari negerinya atau negeri-negeri
yang dilaluinya. Disamping Sriwijaya, muncul beberapa kerajaan di Jawa, terutama
di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang kemudian menjadi saingan Sriwijaya.
Berbeda dengan Sriwijaya yang terletak di dekat pantai, umumnya pusat kerajaan
di Jawa terletak di daerah pedalaman. Kehidupan ekonominya lebih banyak
bertumpu kepada pertanian. Meskipun demikian, perdagangan lautnya juga kuat.
Seperti halnya di Sriwijaya, kelompok bangsawan mempunyai kekuasaan
dan pengaruh sendiri pada dunia perniagaan. Sebagai perbedaannya, di Sumatera
kekayaan para bangsawan diperoleh dari perdagangan, sedangkan di Jawa
diperolehnya dari pertanian dan perniagaan. Kerajaan Sriwijaya dan kemudian
Malaka sering dianggap sebagai model kerajaan maritime di Indonesia, sedangkan
Majapahit dan Mataram sering dinilai sebagai model kerajaan agraris. Mundurnya
dominasi perdagangan Sriwijaya mulai tampak setelah kerajaan ini mendapat
serengan dari kerajaan Cola, India, pada abad ke-11. Kemudian pada abad ke-13
kedudukan Sriwijaya terdesak oleh kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Pemerintahan
Kartanegara dari kerajaan Singosari melalui ekspedisi Pemalayu, berhasil
menegakkan supremasinya di wilayah menghalangi perdagangannya atau bahkan
menumpasnya. Sebagai contoh, sebelum abad ke-16 atau tepatnya sebelum Malaka
jatuh ke tangan Portugis, di emporium-emporium di Asia Barat dan Asia Timur
banyak ditemukan pedagang-pedagang Jawa dengan perdagangannya. Namun,
perdagangan mereka terus mundur sesudah pusat kekuatan politik Jawa pindah ke
Pajang yang berada di pedalaman Jawa Tengah. Operasi mereka rupanya hanya
disekitar kepulauan Nusantara. Eksistensi mereka dalam dunia perdagangan
semakin berkurang setelah muncul kerajaan Mataram yang hamper bersamaan
dengan hadirnya kekuatan dagang baru di Asia Tenggara, yaitu VOC.

Anda mungkin juga menyukai