Anda di halaman 1dari 12

Wahyu Rizky Andhifwani.

Naskah Ulu Kulit Kayu Lubuk Sepang

NASKAH ULU KULIT KAYU LUBUK SEPANG


Ulu Tree Bark Manuscripts from Lubuk Sepang
Wahyu Rizky Andhifani
Balai Arkeologi Sumatera Selatan. Jl. Kancil Putih Lorong Rusa Demang Lebar Daun Palembang 30137
zky_dy@yahoo.com & wrandhifani.1981@gmail.com

Abstract
The manuscript is a work of human hands made by way of writing, which is about every-
day life, be it regarding behavior toward other human beings, to nature and to God the
creator. This paper reviews the content and the message contained in the text of bark or
kaghas to be conveyed by the ancestors. The goal is to know the content and the message
contained in that text. While the targets to be achieved is to know the content and the mes-
sage contained in the text. The data collection is done by the following ways: observation,
interview to find out the history, after the data is collected, the good data analysis descrip-
tive analysis (explanation of the state of the manuscript) and conducted an analysis to deter-
mine the content of the manuscript by the method of philology. Containing about life in an-
cient times that its moral message is very useful for the next generation, whether it is about
farming, spells or rajah that are used in hunting or farming, and warnings to everyone to be
careful in doing things, so they were spared from a life-threatening disaster.

Keywords: Text; Philology; Life

Abstrak. Naskah merupakan sebuah hasil karya tangan manusia yang dilakukan dengan
cara menulis, yang isinya mengenai kehidupannya sehari-hari, baik itu mengenai perilaku
terhadap manusia lain, terhadap alam dan terhadap Tuhan sang pencipta. Tulisan ini
membahas tentang isi dan pesan yang terkandung dalam naskah kulit kayu atau kaghas yang
ingin disampaikan oleh para leluhur. Tujuannya untuk mengetahui isi dan pesan yang
terkandung di dalam naskah itu. Sedangkan sasaran yang hendak dicapai yaitu untuk
diketahuinya isi dan pesan yang terkandung dalam naskah tersebut. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: observasi lapangan, wawancara untuk mencari
tahu sejarah, setelah data terkumpul, dilakukan analisis data baik itu analisis deskriptif
(penjelasan tentang keadaan naskah) dan dilakukan juga analisis untuk mengetahui isi
naskah dengan metode filologi. Berisikan mengenai kehidupan pada zaman dahulu yang
pesan moralnya sangat berguna untuk generasi penerus, baik itu tentang bercocok tanam,
mantra-mantra atau rajah yang digunakan dalam berburu atau bercocok tanam, dan
peringatan-peringatan kepada semua orang agar berhati-hati dalam melakukan segala hal,
sehingga mereka terhindar dari bencana yang mengancam jiwa.

Kata kunci: Naskah; Filologi; Kehidupan

1. Pendahuluan perilaku terhadap manusia lain, terhadap


1.1. Latar Belakang alam dan terhadap Tuhan sang pencipta.
Naskah merupakan sebuah dokumen Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tertulis yang dibuat seseorang mengenai Online (KBBI Online), naskah diartikan
kehidupannya sehari-hari, baik itu mengenai sebagai karangan yang masih ditulis dengan
Naskah diterima 16/02/2017; Revisi diterima 12/04/2017; Disetujui 14/04/2017 41
Siddhayatra Vol. 22 (1) Mei 2017: 41-52

tangan (http://kbbi.web.id/naskah). Orang- memperkenalkan dengan istilah “aksara


orang tersebut merekam setiap kejadian runcing”.
yang mereka anggap penting ke dalam Perkembangan tulisan (aksara) dalam
sebuah naskah yang harapannya nanti bisa penulisan naskah ulu sangat erat kaitannya
dibaca anak cucunya dan menjadi pedoman de n ga n pe rke m ba n ga n bud a ya ya ng
hidup dikemudian hari. Biasanya, naskah melingkupinya. Aksara Indonesia kuna lebih
yang dibuat dalam bentuk gulungan atau banyak dipengaruhi oleh aksara Pallawa
buku, dan untaian naskah lontar/nipah, dari India yang mengalami proses adaptasi
dluwang/daluang (kertas tradisional berserat dengan unsur-unsur budaya lokal (Muhardi
ka sa r da ri kulit pohon), da n kerta s . 2009, 49). Aksara ulu yang merupakan
Dok um e n se pe r t i i ni j a ra n g se k a l i turunan dari aksara Pallawa merupakan
ditemukan, dibanding naskah-naskah yang aksara lokal yang bukti-buktinya ditemukan
tertuang pada daun atau bambu. Namun, di Sumatera Bagian Selatan, meliputi aksara
iklim tropis yang lembab menyebabkan Incung di Jambi, aksara Redjang dan
naskah-naskah dalam bahan organik tersebut Se rawai di Be ngkul u, a ksara ul u di
mudah sekali rusak (Andhifani 2014, 1). Sumatera Selatan, dan hat Lampung di
Menurut Titiek Pudjiastuti (dalam Kalsum Lampung. Aksara ini satu sama lain hampir
2016, 32), naskah merupakan bahan tulisan mirip, hanya saja berbeda variasi dalam
tangan yang menyimpan berbagai ungkapan penulisan, dan masing-masing mempunyai
pikiran dan perasaan bangsa pada masa ciri khusus asal daerahnya.
lampau dan merupakan suatu yang kongkrit. Menurut para sarjana Barat, seperti yang
Salah satu bentuk naskah yang ada di ditulis Sarwit Sarwono, aksara Ka-Ga-Nga
Sumatera Selatan adalah naskah yang di wilayah yang kini secara administratif
menggunakan aksara ulu. Dikenal dengan masuk provinsi Lampung, Jambi, Bengkulu,
nama naskah ulu. Dalam naskah ulu, aksara dan Sumatera Selatan, sedikit banyak
yang digunakan merupakan aksara ulu yang menunjukkan perbedaan. Namun demikian,
sistem penamaannya berasal dari wilayah Sarwit Sarwono berpendapat bahwa bentuk
uluan, yaitu sebuah daerah pedalaman dan aksara-aksara di daerah-daerah tersebut
berada di wilayah perbukitan 1. Penamaan dapat dikembalikan pada struktur yang
lain oleh van Hasselt (Sedyawati 2004, 19) sama, yakni pada kesamaan urutan dan
aksara tersebut dikenal dengan nama aksara bangun elemen-elemen yang membentuk
rencong. Menurut Jaspan (Sedyawati 2004, aksara (Igama 2008).
19), aksara itu dikenal dengan nama aksara Uli Kozok (Muhardi 2009, 49), membagi
Ka -Ga-Nga 2 . Sementara itu, menurut tulisan asli Nusantara dan Asia Tenggara
Voorhoe ve (Sedya wa t i 2004, 19) yang bersumber dari aksara pallawa menjadi

1
Pada Konsep ulu dan ilir di mana air mengalir dari ulu yang tempatnya tinggi (perbukitan atau dataran tinggi)
menuju ke ilir yang datarannya lebih rendah.
2
Ka-Ga-Nga diambil berdasarkan ketiga huruf awal atau pertama dalam urutan abjadnya .

42
Wahyu Rizky Andhifwani. Naskah Ulu Kulit Kayu Lubuk Sepang

lima kelompok, yaitu: dan Kaur), tim penelitian Balai Arkeologi


1. Aksara Hanacaraka: Jawa, Sunda, dan Sumatera Selatan mendapatkan informasi
Bali. dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB)
2. Aksara Ka-Ga-Nga: Bengkulu (Rejang, Jambi bahwa mereka menemukan tiga buah
Lembak, Serawai, dan Pasemah), Kerinci, naskah kulit kayu/kaghas di wilayah Lahat.
dan Lampung. Sepulangnya dari Bengkulu Bagian Selatan,
3. Aksara Batak: Angkola, Mandailing, tim penelitian ini melakukan pendataan atas
Toba, Simalungun, Pak Pak, Dairi. dan temuan BPCB Jambi tersebut.
Karo. Pada tahun 2009, tim penelitian sudah
4. Aksara Sulawesi: Bugis, Makasar, dan pernah mendatangi Dusun Lubuk Sepang,
Bima. Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat
5. Aksa ra Fili pina : Bisa ya , Ta galog, ini. Tetapi tim penelitian tidak bisa menemui
Tagbanuwa, dan Mangyan. yang menyimpan naskah karena sedang di
Media-media yang digunakan dalam ladang, dan baru pulang minggu depan.
penulisan yaitu: bambu utuh (gelondong) Sepeninggalnya kakak kandungnya, Ibu
sa t u hi n gga t i ga rua s, ba m bu bi l a h Nelly Herawati (pemilik naskah) merawat
(gelumpai) atau bilah bambu, kulit kayu dan menjaga naskah tersebut walau tim
(kaghas), tanduk kerbau, rotan, batu, mendata, beliau ini tidak bisa membaca dan
daIuang (Andhifa ni 2013, 291 -295). menulis aksara ulu yang digunakan dalam
Kandungan atau isi naskah ulu sangat naskah itu. Untuk itu beliau mempersilahkan
beragama, misalnya mengenai hukum adat, tim penelitian untuk mendeskripsikan dan
pengobatan, doa, jampi-jampian, kisah mengetahui mengenai isi yang terkandung
kejadian, silsilah atau tambo, rejung dan dari naskah ulu tersebut.
cerita binatang (Sarwono 2003, 23).
Dalam perkembangan selanjutnya, aksara 1.2. Permasalahan
tersebut nantinya mengalami kemunduran Kenyataan di lapangan memang sangat
dengan sangat tajam, karena pengaruh memprihatinkan, karena ketika semua yang
buda ya -bu da ya ba ru ya n g sa n ga t menyimpan dan memiliki prasasti dan
mempengaruhi budaya tulis aksara ulu. naskah ulu tersebut tidak bisa membaca dan
Budaya tulis yang baru yaitu budaya tulis menulis aksara ulu. Mereka hanya dititipkan
dengan menggunakan aksara Arab, dan pesan untuk merawat dan menjaganya.
aksara latin yang pada perkembangannya Tulisan ini membahas tentang isi dan pesan
mengalami kemajuan yang sangat pesat dan yang terkandung dalam naskah kulit kayu/
a kh i r n ya m e m bua t a k sa ra u l u l a m a kaghas yang ingin disampaikan oleh nenek
kelamaan hilang. moyang Dusun Lubuk Sepang kepada
Tahun 2016, ketika melakukan pendataan ge n e ra s i -ge n e ra si m e nd a t a n g ( a na k
prasasti dan naskah ulu di wilayah Bengkulu cucunya), sehingga mereka bisa hidup
Bagian Selatan (Bengkulu Selatan, Seluma dengan keadaan aman tanpa ada masalah

43
Siddhayatra Vol. 22 (1) Mei 2017: 41-52

yang akan dihadapi. dengan kehidupan masa kini. Karya-karya


tulisan masa lampau merupakan peninggalan
1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian yang mampu menginformasikan buah
Dalam penelitian kali i ni, pe nulis pikiran, buah perasaan, dan informasi
bertujuan yaitu untuk mengetahui isi naskah mengenai berbagai segi kehidupan yang
yang menjadi koleksi atau milik Ibu Nelly pernah ada. Karya-karya dengan kandungan
Herawati warga Dusun Lubuk Sepang informasi mengenai masa lampau itu
Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat. tercipta dari latar sosial budaya yang tidak
Sehingga bila telah diketahui isi naskahnya, ada lagi atau yang tidak sama dengan latar
maka akan diketahui pula pesan yang sosial budaya masyarakat pembaca masa
terkandung di dalam naskah itu.. Sedangkan kini (Baroroh 1994, 1). Selain itu, naskah
sasaran yang hendak dicapai yaitu untuk juga ditulis beraneka ragam isinya, mulai
diketahuinya isi dan pesan yang terkandung dari cerita-ceirta pelipur lara, cerita
dalam naskah tersebut. kepercayaan, cerita sejarah, ajaran Islam,
pengetahuan mengenai obat-obatan dan lain-
1.4. Metode Penelitian lain (Mulyadi 1994, 1).
Dalam penelitian ini digunakan Dalam makalah ini, tidak banyak aksara
se ra ngkaia n c a ra a ta u l a ngkah ya ng yang diterjemahkan karena kesulitan penulis
ditempuh. Pengumpulan data dilakukan da la m prose s pe ne rje ma ha n (ba ha sa
dengan cara-cara sebagai berikut: observasi daerahnya yang sulit untuk dimengerti).
di Dusun Lubuk Sepang, Kecamatan Pulau Sebagian besar bahasa yang digunakan ialah
Pinang, Kabupaten Lahat, baik itu observasi dialek lokal Lahat yang sudah tidak dikenal
terhadap pemilik naskah maupun lagi oleh masyarakat Lahat sekarang.
masyarakat yang ada di dusun tersebut.
Selain itu, juga dilakukan wawancara untuk 2. Hasil dan Pembahasan
mencari tahu sejarah, terutama asal usul 2.1. Hasil Survei
naskah tersebut, dan penulisnya (Andhifani Naskah yang dimiliki oleh Ibu Nelly
2016, 9). Setelah data terkumpul, dilakukan Herawati ini ada tiga yang ditulis di atas
analisis data baik itu analisis deskriptif media kulit kayu atau yang dikenal dengan
(penjelasan tentang keadaan naskah) dan istilah kaghas dan berada di Dusun Lubuk
dilakukan juga analisis untuk mengetahui isi Sepang, Kecamatan Pulau Pinang,
naskah dengan metode filologi. Filologi Kabupaten Lahat, Provinsi Sumat era
selama ini dikenal sebagai ilmu yang Selatan. Menurut penuturan Ibu Nelly
berhubungan dengan karya masa lampau Herawati, ketiga naskah tersebut merupakan
yang berupa tulisan. Studi terhadap karya w a r i s a n d a r i k a k a k n ya ya n g s u d a h
tulis masa lampau dilakukan karena adanya meninggal. Pemegang naskah biasanya
anggapan bahwa dalam peninggalan tulisan memiliki kemampuan lebih, seperti bisa
terkandung nilai-nilai yang masih relevan menyembuhkan orang sakit dan mengetahui

44
Wahyu Rizky Andhifwani. Naskah Ulu Kulit Kayu Lubuk Sepang

Gambar 1. Naskah Ulu Koleksi Ibu Nelly Herawati (Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan)

adat-istiadat suku Gumay–Lembak. Suku ini tulisan jelas, namun beberapa halaman
memiliki rumah adat yang disebut “Balai tulisannya memudar. Tinta yang digunakan
Buntar”. Ketiga naskah tersebut diberikan berwarna hitam, tetapi ada beberapa kalimat
kode naskah yaitu KH yang berarti Kaghas/ menggunakan warna merah. Naskah terdiri
kulit kayu, NEL merupakan kode si pemiliki dari satu kuras/bundel dengan jumlah
yaitu Nelly dan angka yang menandakan halaman 28. Namun, tidak seluruh halaman
urutan naskah (Andhifani 2016, 12). berisi tulisan. Terdapat dua halaman kosong
dan dua halaman lainnya berisi gambar yang
2.2. Pembahasan diikuti dengan tulisan dengan aksara ulu.
2.2.1. Naskah KH-NEL-01 Gambar yang terdapat dalam naskah berupa
Naskah dengan kode KH-NEL-01ini gambar dengan motif flora, fauna dan
ditulis dengan menggunakan aksara ulu geometris. Naskah ini tidak berbingkai.
Pasemah (tidak terlalu banyak aksara ulu Keistimewaan lain yang dimiliki oleh
yang tertulis, lebih dominan aksara Arab) di naskah ini adalah penggunaan garis pada
atas media yang dibuat dengan beberapa halaman, yang kemungkinan
menggunakan kulit kayu yang disebut berfungsi pembatas antar paragraf dalam
dengan kaghas. Kondisi naskah dalam suatu tulisan. Panjang ukuran ruang naskah
keadaan utuh dan kokoh, baik bagian 16 cm dan ukuran lebar naskah 15 cm.
sampul dan isi. Sampul naskah berwarna Panjang ukuran ruang tulis naskah yaitu 14
hitam, sedangkan media tulis berwarna cm dan lebar ukuran tulis naskah 15 cm,
krem. Naskah ini merupakan tulisan tangan, serta tebal naskah 1,2 cm. Ukuran panjang
asli dan belum pernah diteliti, serta dibahas aksara kecil ialah 0,5-0,7 cm dengan jarak
isinya. Bekas pena tajam dengan kualitas antar baris 1-2 cm.

45
Siddhayatra Vol. 22 (1) Mei 2017: 41-52

1. Isinya aksara Arab bahasa Melayu lembar (?)…kalah oleh tikus


pertama dan kedua …kita disana
Pada hari jamahat kita bajalan sabalas …malam hingga…
Pada hari sabtu kita bajalan duwabalas ….
tapabata u lur ka(?)lah u bahatan 2. Kalimat terakhir naskah ini menggunakan
Pada hari a had kita bajalan a pat ba las aksara Arab bahasa Melayu
ta pah bata mata hari ka(?)lah u lih bu Ta ma t sa i pi ja di mi ta a pun dusya ma
lan su ra t4
Pada hari senin kita bajalan e nam ba las 3. Aksara ulu dalam naskah pertama
ta pah ba taqh ri ma la u (?) ka(?)lah ru “i ni pa ra ra/ja (?) u rang ba pa ra t”.
sa Aksara ini dapat dilihat pada gambar 2
Pada hari salasa kita bajalan du wa ta bagian atas.
pah ba ya tsa syi tsa ka(?)lah u lih ga(?) “i ni bi la l ri ja l pa la ja r”. Aksara ini
jah dapat dilihat pada gambar 2 bagian
Pada hari ra bu kita bajalan pat ta pah bawah.
ba yas gu(?)ru ka(?)lah u lih u lih la t Tipe naskah KH-NEL-01 ini dikelompok
Pa ka mis kita balajan du a bas ta pah ta menjadi tipe naskah kehidupan sehari-hari.
tas baya hukhi(?) ka(?)lah u lih ti kus Ka r e n a b e r i s i s e m u a h a l m e n ge n a i
Pa tap kita di sa na kehidupan yang dianggap oleh si penulis
Ta pa ma lam hi nga ... ta na naskah merupakan hal -hal yang patut
Pa ra si ya p hi nga ki ta diperhatikan dan menjadi ancaman bagi
Translit sementara3: masyarakat dahulunya. Naskah-naskah yang
Pada hari jum’at kita berjalan sebelas s a m a se pe rt i i ni b a n ya k di t e m u ka n
langkah(?) dimasyarakat, dan hampir sama bunyinya.
Pada hari sabtu kita berjalan dua belas Misalnya beberapa contoh kata-kata yang
langkah(?) … lazim digunakan yaitu...
Pada hari minggu kita berjalan 14 belas “Di ki ri mu su ki ta, di ka nan mu su ki
langkah(?)…matahari kalah oleh bulan ta, di ghu ma mu su ki ta....”
Pada hari senin kita berjalan 16 langkah Ka t a -k a t a i t u m e r u p a k a n s e b u a h
(?)…harimau mengalahkan rusa ke wa s pa da a n t e rha da p ba ha ya ya ng
Pada hari selasa kita berjalan 2 langkah mengancam jiwa penulis dan keluarganya.
(?)…kalah oleh gajah Inti dari kewaspadaan tersebut yaitu agar
Pada hari rabu kita berjalan 4 langkah kita selalu berhati-hati dalam melakukan
(?)…kalah oleh… semua tindakan, baik itu di jalan, di tempat-
Pada hari kamis kita berjalan 12 langkah tempat yang sepi maupun yang ramai dan
3
Ini bercerita tentang sebuah “ritual” yang diwajibkan oleh sang penulis “dukun(?)” kepada keluarga ataupun
masyarakat yang minta bantuannya. Hal tesebut dilakukan agar mereka terhindar dari segala bencana yang
akan datang.
4
Ini akhir cerita minta ampun dari dosa ketika si penulis membuat surat ini.

46
Wahyu Rizky Andhifwani. Naskah Ulu Kulit Kayu Lubuk Sepang

Gambar 2. Dari atas ke bawah: Aksara Ulu 1 dan 2 dalam Naskah KH-NEL-01
(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan)

juga selalu berhati-hati jika berada di rumah. bilal bernama Rijal yang masih belajar.
Aksara ulu yang tertulis di naskah KH-
NEL-01 ini sangat sedikit sekali. Hanya dua 2.2.2. Naskah KH-NEL-02
kalimat yang tertulis, itupun mengenai “i ni Naskah tulis tangan dengan mengguna-
pa ra ra/ja u rang ba pa ra t”5 dan “i ni bi kan aksara ulu di atas media dari kulit kayu
la l ri ja l pa la ja r”. Kemungkinan ini masih dalam keadaan utuh dan kokoh.
maksud penulis seperti ini “ini para raja(?) Seperti naskah KH-NEL-01, sampulnya
urang baparat” dan “ini bilal rijal palajar”. terbuat dari kayu berwarna hitam dengan
Dan bila diinterpretasi seperti berikut: “ini media tulis berwarna krem. Naskah ini
para raja urang baparat” bisa diinterpretasi merupakan naskah asli dan belum pernah
ini para raja orang berempat atau ini para diteliti, serta dibahas isinya. Bekas pena
orang yang sedang melakukan sebuah rapat tajam dengan kualitas tulisan jelas. Tinta
(?). “i ni bi la l ri ja l pa la ja r” bisa yang digunakan berwarna hitam. Naskah
diinterpretasi ini seorang bilal bernama Rijal terdiri dari satu kuras/bundel terdiri dari 19
yang juga seorang pelajar atau bisa juga ini halaman. Naskah ini mempunyai tiga
5
Ataukah penggambaran ada empat orang raja yang sedang melakukan rapat membahasa suatu masalah berk-
enaan dengan desa tersebut.

47
Siddhayatra Vol. 22 (1) Mei 2017: 41-52

halaman kosong dan dua halaman lainnya hari bulan bintan kala
tampak ada bekas tulisan, namun sudah Ramalan tiga hari bulan dan duwa puluh
pudar sehingga hanya meninggalkan sisa- dan tujuh likur naas...samalam anam
sisa tinta dengan beberapa aksara yang likur bintang kala
sudah sulit untuk dikenali. Teks pada Sawal malam dalapan dan duwa puluh
halaman pertama berjumlah tujuh baris, dan anambalas naas...bintang kala
se da ngka n t e ks pa da a khi r ha l a ma n Dul ka idah malam dua dan dalapan dan
berjumlah delapan baris tulisan. Pada salawi naas...
sejumlah halaman terdapat gambar berupa
l i n gka ra n m a t a h a ri se da n g be r si na r Penafsiran sementaranya sebagai berikut.
(Andhifani 2016, 13). Pada tanggal 14 dan 28 Bulan Muharam
Panjang ukuran ruang naskah 14 cm dan ketika bintang
lebar ukuran ruang naskah adalah 12,5 cm. Pada tanggal 1 dan 20... Bulan Sapar
Panjang ukuran ruang tulis naskah yaitu ketika bintang
12,5 cm dan lebar ukuran tulis naskah 10,5 Pada tanggal 10 dan 15…Bulan Rabiul
cm, serta tebal naskah 3,5 cm. Ukuran Awal ketika bintang
panjang aksara kecil ialah 0,5 cm dengan Pada tanggal 16 dan 28…Bulan Rabiul
jarak antar baris 1 cm. Akhir ketika bintang
1. Aksara Arab Melayu berisi bulan-bulan Pada tanggal 10, 14, 16, dan 28 Bulan
Hijriyah, misalnya tertulis Jumadil Awal ketika bintang
Al ma ra m a m pa t ba la s dan duwa pu Pada tanggal 10dan 14 Bulan Jumadil
lu h da la pa n ba la s...bin tang ka la6 Akhir 11 ketika bintang bulan…
Sa pa r sa ha ri bu lan dan duwa pu lu Pada tanggal 10, 14 dan 29 Bulan Raja
h...bin tang ka la naas…
Ra bi l a wal sa pu luh dan li ma ba Pada tanggal 4 dan 28 Bulan Sa’ban…5
las...bin tang ka la hari ketika bintang bulan…
Ra bi a hir duwa lapan balas...dan anam Pada ta nggal 3, 20, da n 27 Bulan
balas bin tang ka la Ramadhan naas…malam tanggal 26
Jamadil awal sapuluh dan ampat balas bintang kala
dan dalapan likur naas sa anam balas Pada tanggal 8 malam, 16 dan 20 Bulan
bintang kala Sawal naas…bintang kala
Jamadil Lahi r sapuluh dan ampat Pada tanggal 2 malam, 8 dan 25 Bulan
balas...sabalas bintang kala bulan... Zul Kaidah naas…7
Rajab sapuluh dan lima balas sambilan 2. Aksara Ulu
likur naas... Aksara yang terdapat pada gambar 3
Sahaban apat dan dalapan likur...lima bagian atas dimana aksara ini dapat dibaca
6
Lihat http://kbbi.web.id/kala “waktu; ketika; masa”. Atau definisi “kala” itu merupakan “kalah” dalam arti
“bintang tidak bersinar penuh” (?).

48
Wahyu Rizky Andhifwani. Naskah Ulu Kulit Kayu Lubuk Sepang

Gambar 3. Dari atas ke bawah: Aksara Ulu 1,


2, dan 3 dalam Naskah KH-NEL-02
(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera
Selatan)

dengan kalimat “Sa r a...ja m mu ha ha ma t na ma ti”


ku n da ka n da da hu”. Tafsir “di ili r ta na ji(?) du p di hu lu ta na ma
sementaranya : “Sara(?)… Muhammad ti”.
kunda kanda dahu”. Aksara kedua yang Sedangkan aksara pada gambar 4 dapat
terdapat pada gambar 3 baris kedua apabila dibaca: “hewan pertama: pa na da ...ga
dilihat searah jarum jam 8 dapat dibaca ma”
dengan kalimat: “hewan kedua: nya wa ga da na ya”
“di pa ra ba ta na i du p di la bu han ta “hewan ketiga: ma na la wa ka pa”
ma ti” “hewan keempat: ra ma ya ka sa ha ja
“di hu lu ta na i du p di ilir ta na ma ti” pi” 9
“di la bu han ta na i du p di pa ra ba ta Naskah KH-NEL-02 ini juga termasuk

7
Kemungkinan ini merupakan tanggal-tanggal yang harus diperhatikan oleh masyarakat atau keluarga mereka.
Tanggal-tanggal tersebut merupakan tanggal-tanggal yang tidak baik untuk melakukan sesuatu baik itu ber-
cocok tanam ataupun dalam hal berpergian atau kegitan lainnya.
8
Tanah hidup dan tanah mati merupakan interpretasi kesuburan tanah. Bila tanah hidup kemungkinan
tanahnya subur da bias untuk dilakukan bercocok tanam, dan bila tanah mati kemungkinan tanahnya
cenderung tandus dan sangat tidak cocok bila dilakukan kegiatan bercocok tanam.
9
Hewan sahajapi kemungkinan sapi (?).

49
Siddhayatra Vol. 22 (1) Mei 2017: 41-52

Gambar 4. Aksara Ulu 4 dalam Naskah KH-NEL-02 (Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan)

dalam tipe naskah yang berhubungan ditulis dengan menggunakan aksara ulu
dengan hal gaib (?), misal dalam aksara Pasemah di atas media yang dibuat dengan
Arab kita baca mengenai nama bulan menggunakan kaghas . Na skah dal am
hijriyah, yang dipakai dalam penandaan hari keadaan utuh dan kokoh, baik bagian
baik dan hari buruk. Kemungkinan gunanya sampul dan isi. Sampul naskah berwarna
sebagai rajah10 dalam kehidupan sehari-hari hitam, sedangkan media tulis berwarna
mereka. Juga terlihat pada aksara ulunya krem. Naskah ini merupakan tulisan tangan,
yang mengunakan kalimat yang bertolak asli dan belum pernah diteliti, serta dibahas
belakang atau saling bertentangan, misal di isinya. Penanda awal kalimat berbentuk
hulu tanah mati, di hilir tanah hidup. Tafsir bunga. Naskah terdiri dari satu kuras/bundel
penulis, kemungkinan ini menunjukkan berjumlah 40 halaman dan tidak memiliki
pertanda waktu dalam hal ini siang dan halaman kosong. Gambar yang terdapat
malam, jika di hulu siang (hidup), berarti di dalam naskah berupa gambar dengan motif
hilir malam (mati), begitupun sebaliknya di m a nusi a ka ngka ng, fl ora ,fa una , da n
hulu malam (mati), di hilir siang (hidup)11. lingkaran. Jumlah halaman akhir adalah dua
Nama-nama hewan yang ada dalam gambar baris aksara ulu. Naskah ini tidak berbingkai
sulit untuk ditafsirkan karena nama-nama dan tidak memiliki garis pengarah. Bekas
tersebut kemungkinan merupakan nama- pena tajam dengan kualitas tulisan jelas,
nama hewan lokal di daerah tersebut.12 nam un bebe ra pa ha lama n tul i sannya
memudar. Tinta yang digunakan berwarna
2.2.3. Naskah KH-NEL-03 hitam (Andhifani 2016, 13).
Naskah dengan kode KH-NEL-03ini Panjang ukuran ruang naskah 10,7 cm
10
Pengertian Rajah dalam http://kbbi.web.id/rajah adalah suratan (gambaran, tanda, dan sebagainya) yang
dipakai sebagai azimat (untuk penolak penyakit dan sebagainya).
11
Hidup dan mati merupakan kiasan dari matahari. Hidup artinya matahari hidup atau matahari bersinar yang
rentang waktunya dari pagi hingga sore. Sedangkan mati merupakan matahari mati atau waktu matahari
tidak bersinar yaitu malam hari.
12
Hewan-hewan lokal yang digambarkan sangatlah susah untuk dideskripsikan, karena bahasa lokal hewan-
hewan tersebut yang dulunya digunakan, sekarang ini bahasa tersebut sudah tidak terpakai lagi oleh
masyarakat daerah tersebut. Yang hanya bisa dideskripsikan yaitu hewan tersebut berkaki empat dan
mempunyai ekor .

50
Wahyu Rizky Andhifwani. Naskah Ulu Kulit Kayu Lubuk Sepang

dan ukuran lebar naskah 10,2 cm. Panjang hancur. Ada juga kecenderungan bahwa
ukuran ruang tulis naskah ialah 10 cm dan n a s ka h -n a sk a h t e r se b ut c e n de run g
lebar ukuran tulis naskah 9,5 cm, serta tebal dikeramatkan, walau masyarakat yang
naskah 2,5 cm. Ukuran panjang aksara kecil mengeramatkan naskah itu tidak mengetahui
ialah 0,3-0,5 cm dengan jarak antar baris 0,5 isi dari naskah itu sendiri.
cm. Naskah yang dimiliki Ibu Nelly Herawati
Salah satu kalimat dalam naskah tersebut ini merupakan naskah yang cukup tua. Kulit
ialah. kayu/kaghas yang digunakan sangatlah baik,
ba ra ka t du a ka ri pa da walau salah satu diantara tiga naskah itu
a lu ta ra ra bi bu rung bang(?) ku da ku tulisannya sudah mulai tidak terlihat (kabur).
ta ra ba ban ra lu...du wa ta...da Naskah tersebut banyak berceritakan
ri la...t mbi...li di kehidupan pada zaman dahulu yang pesan
ti wang(?)nga ra s di ka ya ka ra ni ma moralnya sangat berguna untuk generasi
Naskah ini sangat sulit untuk ditrasliterasi penerus, baik itu tentang bercocok tanam,
ke dalam bahasa sekarang. Kata-katanya mantra-mantra atau rajah yang digunakan
sebagian besar tidak bunyi (tidak bisa dalam berburu atau bercocok tanam, dan
disatukan atau tidak membentuk suatu kata). peringatan-peringatan kepada semua orang
Kalimat terjemahan di atas merupakan salah agar berhati-hati dalam melakukan segala
satu dari sekian banyak halaman dalam hal, sehingga mereka terhindar dari bencana
naskah itu. Kemungkinan bila di tafsir bebas yang mengancam jiwa.
berarti “berangkat dua kali ke utara burung,
orang dan kuda(?)....”. Untuk sementara 3.2. Saran
dapat diyatakan bahwa naskah ini berisi Agar naskah ini keberadaannya tetap
mantra-mantra karena naskah ini tidak bisa terjaga baik dari segi aksara maupun bahan
dibunyikan aksaranya. yang digunakan, perlu kerjasama yang baik
antara pemerintah dengan masyarakat. Agar
3. Penutup tidak punah, perlu dilakukan pelatihan
3.1. Simpulan dalam penulisan aksara ulu. Selain itu,
Naskah merupakan salah satu dalam proses penyimpanan naskah ulu itu
peninggalan nenek moyang yang sangat harus ditempatkan pada tempat khusus yang
perlu untuk dilestarikan. Hal itu dikarenakan kelembabannya dapat terjaga dengan baik.
isi dari naskah-naskah lama mengandung
pesan moral dan ajaran yang baik dan perlu 3.3. Ucapan Terima Kasih
bagi generasi mendatang. Sebagian besar Terima kasih kepada Allah SWT atas
naskah daerah dalam penyimpanannya ada ridhonya penulis dapat naskah ulu di
ya n g s a n ga t b a i k d a n ya n g b u r u k . wilayah kerja Balai Arkeologi Sumatera
Penyimpanan naskah yang buruk Selatan. Terima kasih juga kepada keluarga
menyebabkan naskah itu lambat laun akan besar Ibu Nelly Herawati yang telah

51
Siddhayatra Vol. 22 (1) Mei 2017: 41-52

memperbolehkan penulis untuk Kebudayaan Musi Terus Mengalir.


mendokumentasikan dan mendeskripsikan Palembang, Edisi April
naskah -na skah yang menjadi kole ksi Kalsum, Nyimas Umi. 2016. Budaya Beratib
dirinya. Terima kasih kepada seluruh di Palembang: Studi Kasus Naskah Lama
pemerintah daerah di wilayah kerja Balai Ratib samman di Masa Kini. Disertasi,
Arkeologi Sumatera Selatan atas bantuan Palembang: Program Pascasarjana
dan arahannya. Dan terima kasih kepada Universitas Islam Negeri Raden Fatah,
semua pihak yang berkompeten dalam Muhardi. 2009. Pengelolaan Koleksi Naskah
survei maupun penelitian mengenai prasasti, Ka-Ga-Nga di Museum Negeri Bengkulu.
naskah dan aksara ulu ini. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana
Universitas Padjajaran (tidak diterbitkan),
Daftar Pustaka Mulyadi, Sri Wulan Rujiyanti. 1994.
Andhifani, Wahyu Rizky. 2013. "Aksara Kodikologi Melayu di Indonesia. Depok:
dan Naskah Ulu Bengkulu." dalam Lembar Sastra Fakultas Sastra
Peradaban di Pantai Barat Sumatra Universitas Indonesia (Edisi Khusus),
(Perkembangan Hunian dan Budaya di Sarwono, Sarwit dan Nunuk Juli Astuti.
wilayah Bengkulu), 286-297. Yogyakarta: 2003. Penyusunan Katalogus Naskah-
Ombak, Naskah Ka-Ga-Nga di Indonesia Sebagai
Andhifani, Wahyu Rizky. 2014. Survei sarana Meningkatkan Apresiasi dan
Prasasti dan Naskah Ka-Ga-Nga Pengkajian Terhadap Naskah Ka-Ga-
Kabupaten Lebong dan Kabupaten Nga. Laporan Penelitian. Bengkulu:
Redjang Lebong Provinsi Bengkulu. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Laporan Survei Arkeologi. Palembang: Universitas Bengkulu (tidak diterbitkan),
Balai Arkeologi Sumatera Selatan (tidak Sedyawati, Edi. 2004. Satra Melayu Lintas
diterbitkan), Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa
Andhifani, Wahyu Rizky. 2016. Laporan Departemen Pendidikan Nasional,
Survei Prasasti dan Naskah Ulu www.kbbi.web.id/kala (accessed April
Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Selasa, 11, 2017)
Kaur dan Kabupaten Seluma Provinsi www.kbbi.web.id/naskah (accessed April
Bengkulu. Palembang: Balai Arkeologi Selasa, 11, 2017)
Sumatera Selatan (tidak diterbitkan), www.kbbi.web.id/rajah (accessed April
Baroroh, Siti. 1994. Pengantar Teori Selasa, 11, 2017)
filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian
dan Publikasi Fakultas (BPPF) Seksi
Filologi, Fakultas Sastra Universitas
Gadjah Mada,
Igama, Ahmad Rapanie. 2008."Tradisi
Naskah Ka-Ga-Nga." In Majalah

52

Anda mungkin juga menyukai